SENI SEBAGAI FAKTA SOSIAL: SEBUAH PENDEKATAN DENGAN PARADIGMA SOSIOLOGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SENI SEBAGAI FAKTA SOSIAL: SEBUAH PENDEKATAN DENGAN PARADIGMA SOSIOLOGIS"

Transkripsi

1 SENI SEBAGAI FAKTA SOSIAL: SEBUAH PENDEKATAN DENGAN PARADIGMA SOSIOLOGIS Wadiyo ) Abstrak Seni dapat didekati dengan menggunakan berbagai sudut pandang ilmu, salah satu di antaranya adalah sosiologi. Dalam sosiologi yang menjadi pokok persoalan adalah masyarakatnya bukan seninya. Dengan demikian jika seni tersebut didekati dengan menggunakan disiplin ilmu sosiologi maka yang dipelajari adalah masyarakat yang menggunakan seni tersebut untuk kepentingan apa pun, utamanya kepentingan untuk memahami masyarakat pengguna seni. Dalam hubungannya dengan fakta sosial, sebenarnya hanya untuk menunjuk pokok persoalan tertentu yang menjadi fokus kajian sosiologi, yakni fakta sosial. Isi fakta sosial adalah struktur sosial dan pranata sosial. Salah satu wujud nyata fakta sosial adalah kehidupan kelompok. Dalam kenyataannya, kehidupan di masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Penggunaan istilah paradigma dalam kajian ini, digunakan untuk menunjuk pokok persoalan apa yang semestinya dikaji oleh disiplin ilmu tertentu yang dalam hal ini adalah sosiologi. Nyatanya pokok persoalan yang dikaji ilmu sosiologi adalah ganda, di antaranya adalah fakta sosial ini. Kehidupan seni di masyarakat juga merupakan fakta sosial. Oleh karena itu tidak keliru jika didekati dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Kata-kata kunci: fakta sosial, kelompok, struktur sosial, pranata sosial, seni. Pendahuluan Berbicara tentang seni dalam paradigma fakta sosial, akan berkait erat dengan disiplin ilmu sosiologi. Dikatakan demikian sebab fakta sosial adalah salah satu dari paradigma yang ada pada sosiologi. Dalam disiplin ilmu sosiologi, para tokohnya mempunyai pandangan sendiri-sendiri terhadap apa yang semestinya dikaji atau dipelajari. Berangkat dari pandangan yang berbeda-beda itu, akhirnya berdiri sebuah ilmu sosiologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang berparadigma ganda. Istilah paradigma menurut Ritzer (1975) secara umum berkait dengan pokok persoalan apa yang semestinya dikaji/dipelajari oleh disiplin ilmu tertentu, yang dalam hal ini adalah sosiologi. Berhubung para tokohnya mempunyai pandangan yang berbeda-beda, maka kajian sosiologi selalu ganda yang masing-masing dikenal dengan istilah paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, paradigma perilaku sosial, dan jika ada paradigma yang lain, paradigma lain itu ) Penulis adalah Dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS UNNES

2 hanya menggabungkan paradigma-paradigma yang telah ada atau biasa disebut dengan paradigma terpadu. Secara sosiologis, kehidupan seni di masyarakat juga dapat dikaji dengan menggunakan paradigma-paradigma yang ada pada sosiologi itu. Salah satu paradigma dalam sosiologi yang akan digunakan untuk mengkaji kehidupan seni di masyarakat dalam konteks tulisan ini adalah paradigma fakta sosial. Teori yang akan digunakan untuk menjawab atau menjelaskan persoalan yang ada pada paradigma fakta sosial ini adalah teori struktural fungsional dan teori konflik. Digunakannya teori struktural fungsional dan teori konflik karena teori itu dianggap paling dominan yang dapat digunakan untuk menjawab dan atau menjelaskan persoalan-persoalan yang ada atau dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena yang ada pada kehidupan seni di masyarakat saat sekarang. Berikut akan dikemukakan tentang fakta sosial dalam paradigma sosiologi dan kehidupan seni di masyarakat sebagai fakta sosial. Berkait dengan itu selanjutnya akan dipaparkan pula teori struktural fungsional dan teori konflik dalam hubungannya dengan fenomena kehidupan seni di masyarakat. Paradigma Fakta Sosial Menurut Ritzer (dalam Alimandan 1992) fakta sosial adalah barang sesuatu. Untuk mencari barang sesuatu tersebut harus diteliti dalam dunia nyata. Fakta sosial terdiri atas dua macam, yakni fakta sosial dalam bentuk material dan fakta sosial dalam bentuk nonmaterial. Fakta sosial dalam bentuk material, adalah barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Contohnya adalah arsitektur dan norma hukum. Demikian dikemukakan oleh Ritzer dengan mengambil pendapat Durkheim dalam bukunya yang sangat terkenal berjudul The Rule of Sociological Method Dalam bahasa umum, arsitektur dapat dipahami sebagai suatu gaya rancangan suatu konstruksi (The Liang Gie 1996); sedangkan norma hukum menurut Taneko (1993) kurang lebih dapat dipahami sebagai aturan perilaku dan atau tindakan masyarakat yang harus ditaati oleh seluruh warga masyarakat dalam wilayah hukum masyarakat tersebut. Fakta sosial dalam bentuk material ini adalah nyata bagi individu dan berpengaruh terhadap mereka. Fakta sosial dalam bentuk nonmaterial, yaitu sesuatu yang dianggap nyata namun fenomenanya bersifat intersubjektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Fakta sosial dalam bentuk nonmaterial ini menurut Durkheim (dalam Ritzer 1975 dan Hoselitz 1988) misalnya egoisme, altruisme, dan opini. Egoisme dalam pemahaman ini dapat dimengerti sebagai suatu sikap dan atau perilaku

3 yang mengutamakan kepentingan diri sendiri. Altruisme dapat dimengerti sebagai suatu sikap atau perilaku yang mengutamakan kepentingan orang lain, jadi kebalikan dari egoisme. Opini dapat dimengerti sebagai suatu pendapat, pendirian, dan atau pikiran yang ada pada masyarakat luas. Fakta sosial dalam bentuk nonmaterial ini adalah nyata tidak berbeda dengan fakta sosial dalam bentuk material. Setidaknya keduanya sama-sama nyata bagi individu dan berpengaruh terhadap mereka. Dalam perkembangan lebih lanjut, sebagian dari pendukung fakta sosial tidak memisahkan lagi antara fakta sosial dalam bentuk material dan fakta sosial dalam bentuk nonmaterial. Keduanya dianggap sebagai barang sesuatu yang nyata dan tidak perlu dipisahkan. Ritzer (1975) mengemukakan, salah seorang pendukung fakta sosial yang paling kokoh pendiriannya untuk tidak membedakan antara fakta sosial dalam bentuk material dan fakta sosial dalam bentuk nonmaterial adalah Charles K. Warriner. Ia mempunyai karya yang sangat terkenal berjudul Groups Are Real: A Reaffirmation. Dalam karyanya itu ia hanya memusatkan perhatiannya pada satu fakta sosial saja yakni kehidupan kelompok. Namun demikian menurutnya kasus yang sama dapat pula diterapkan terhadap fakta sosial yang lain. Ia memilih untuk memusatkan penyelidikannya kepada kehidupan kelompok karena kelompok adalah fakta sosial yang dianggapnya sebagai yang terpenting. Kelompok adalah suatu fakta sosial yang nyata meskipun tidak senyata kursi atau meja. Karya Warriner (1956) itu memuat pula empat kriteria yang dipakai untuk menyatakan kehidupan kelompok sebagai barang sesuatu yang nyata, yakni nominalist position, interaksionisme, neonominalisme, dan realisme. Nominalist position, kelompok itu bukanlah barang sesuatu yang sungguh-sungguh ada secara riil tetapi semata-mata merupakan suatu terminologi atau suatu pengertian yang digunakan untuk menunjukkan kepada kumpulan individu. Interaksionisme, menolak pembedaan individu dan kelompok sebab tidak ada individu tanpa kelompok dan tidak ada kelompok tanpa individu. Neonominalisme, menerima proposisi yang menyatakan kelompok itu nyata-nyata ada namun kelompok kurang riil dibanding individu. Realisme, kelompok sama riilnya dengan individu tapi keduanya juga boleh dikatakan sebagai sesuatu yang abstrak. Keempat kriteria yang dikemukakan oleh Warriner itu, sebenarnya gunanya hanya lah untuk unit analisis. Lebih lanjut kelompok difahami dan diaplikasikan khusus dalam istilah untuk menerangkan proses sosial. Mengenai keriilan kehidupan kelompok ini, Hoselitz (1988) melihat Warriner berpandangan sama dengan Durkheim. Warriner dan Durkheim berpandangan, ada empat proposisi yang menguatkan kehidupan kelompok dianggap sebagai sesuatu yang riil sekalipun tidak seriil individu. Pertama, kita dapat melihat orang atau individu tetapi tidak dapat melihat kelompok kecuali dengan mengamati individu.

4 Dalam hal ini berarti kelompok lebih abstrak daripada individu. Kedua, kelompok tersusun dari para individu. Ketiga, fenomena sosial hanya mempunyai realitas dalam individu-individu. Keempat, tujuan mempelajari kelompok adalah untuk membantu menerangkan dan untuk meramalkan perilaku individu. Fakta sosial dalam bentuk material dan nonmaterial atau pun fakta sosial dalam bentuk kehidupan kelompok manusia yang dianggap oleh sosiolog Warriner sebagai bentuk fakta sosial yang paling nyata telah diuraikan. Saat sekarang yang lebih penting dari itu adalah, kita perlu mengetahui pokok persoalan apa yang menjadi pusat penyelidikan sosiologi menurut paradigma fakta sosial ini. Secara garis besar kita dapat melihat dua pokok persoalan yang menyatu dalam fakta sosial ini, yakni struktur dan pranata atau lebih tepatnya dikatakan struktur sosial dan pranata sosial. Fakta sosial dalam bentuk meterial dan fakta sosial dalam bentuk nonmaterial masing-masing mempunyai struktur dan pranata. Demikian pula suatu kehidupan kelompok sebagaimana yang dikemukakan oleh Warriner yang dianggapnya sebagai yang terpenting dalam bentuk nyata fakta sosial, juga mempunyai struktur dan pranata. Struktur sosial secara umum dapat dimengerti sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara perananperanan atau jaringan dari unsur-unsur sosial sedangkan pranata sosial secara umum dapat dimengerti sebagai norma dan nilai suatu kehidupan masyarakat atau suatu kehidupan kelompok sosial masyarakat (Soekanto 1993). Pengertian tentang struktur sosial dan pranata sosial di antaranya juga dapat dimengerti dari penjelasan Ritzer (dalam Alimandan 1992) bahwa struktur sosial adalah jaringan hubungan sosial di mana suatu interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisasi serta melalui mana posisi-posisi sosial dari individu dan subkelompok dapat dibedakan. Norma-norma dan pola nilai yang dijadikan acuan untuk bersikap dan bertindak di tempat dan atau dalam hubungan sosial itu berlangsung, dinamakan pranata sosial. Suatu kehidupan kelompok sosial menurut Soekanto (1993) dan Taneko (1993) dalam pandangan sosiologi sebenarnya hanya satu dari unsur sosial masyarakat yang ada. Unsur sosial yang lebih lengkap adalah kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang. Berkait dengan itu suatu struktur sosial tidak hanya menjelaskan berbagai hubungan antar unsur sosial yang ada, namun juga menjelaskan hubungan sosial/jaringan sosial dari setiap unsur sosial. Kehidupan Seni di Masyarakat sebagai Fakta Sosial Telah dijelaskan pada bagian paradigma fakta sosial bahwa, yang terpenting yang dikaji atau yang menjadi pokok persoalan

5 paradigma fakta sosial berdasar sebuah pendekatan sosiogis adalah struktur sosial dan pranata sosial dari sebuah fakta sosial. Dalam hal ini baik itu fakta sosial dalam bentuk material atau fakta sosial dalam bentuk non material, atau pun fakta sosial yang tidak membedakan antara bentuk material dannonmaterial seperti halnya kehidupan kelompok yang dikemukakan oleh Warriner. Sisi lain dari itu telah dijelaskan pula unsur-unsur sosial seperti kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang Sebenarnya kehidupan kelompok sosial hanya salah satu dari unsur sosial dalam sebuah struktur sosial tersebut. Berkait dengan itu maka sebenarnya dapat dipahami pula bahwa suatu struktur sosial hanya menjelaskan jaringan antar unsur sosial yang ada dan jaringan hubungan sosial dari setiap unsur sosial sebagai aspek statis, sedangkan pranata sosial menjelaskan bagaimana proses hubungan sosial antara unsur sosial berlangsung sebagai aspek dinamis. Sebuah kehidupan seni di masyarakat yang didekati dengan menggunakan kacamata sosiologi atau biasa disebut dengan sosiologi seni sebagaimana ditulis oleh Dasilva (1984), yang dipelajari atau yang dikaji bukan seninya melainkan masyarakatnya atau kelompok masyarakat yang menggunakan kesenian tersebut. Jika demikian maka tampaknya menjadi berkesesuaian antara apa yang dikemukakan oleh Warriner tentang pentingnya mempelajari kehidupan kelompok dalam sebuah kehidupan sosial masyarakat dan penting pula tampaknya mempelajari antar unsur sosial dalam masyarakat sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekanto dan Taneko, seperti kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang untuk mengetahui bagaimana kesenian digunakan sebagai sarana berinteraksi antar individu, kelompok, dan unsur sosial yang lain berdasar pada pranata sosial yang dijadikan pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertindak. Di sini kita bisa melihat sebuah kasus misalnya, kepopuleran sebuah kelompok musik hiburan. Kelompok musik tersebut dalam pandangan sosiologi termasuk sebuah fakta sosial. Dikatakan fakta sosial karena dalam kelompok tersebut jelas mempumyai struktur dan memiliki pranata atau di dalam struktur tersebut ada pranata atau norma dan nilai yang dipatuhi oleh individu-individu yang ada pada kelompok tersebut. Pengertian norma di sini adalah norma kelompok, yakni suatu ukuran atau pandangan tentang sesuatu atau pun sejumlah tingkah laku, demikian menurut Garna (1996) yang diterima dan disepakati bersama oleh anggota atau individu-individu dari kelompok tersebut. Dengan terbentuknya sebuah kelompok apalagi kelompok tersebut sampai terkenal atau populer, tentu tiap anggota mengikuti atau mematuhi norma kelompok itu. Dalam bahasa yang mudah dipahami menurut Walgito (1978) yang dimaksud dengan istilah norma kelompok di sini adalah pedoman-pedoman yang mengatur perilaku

6 atau perbuatan anggota kelompok tersebut. Di samping norma, dalam kelompok tersebut juga terdapat nilai yang dijadikan pegangan bersama. Pengertian nilai di sini menurut Soedjito (1991) dimaksudkan sebagai sesuatu yang pantas dilakukan atau segala sesuatu yang dianggap tidak pantas dilakukan atau apa-apa yang dianggap baik dan apa-apa yang dianggap buruk yang tidak boleh dilakukan sebagai larangan oleh kelompok tersebut. Sebuah kelompok musik hiburan yang dicontohkan tadi bisa menjadi terkenal tentunya karena ada kerjasama (sebagai bentuk hubungan sosial) antara kelompok itu dengan pihak-pihak lain. Sebagai misal, kelompok musik tersebut ingin merilis sebuah album dalam bentuk kaset. Di sini kelompok tersebut harus melakukan kerjasama dengan penyelenggara produk musik/industri kaset. Setelah jadi dalam wujud kaset, agar kaset tersebut dikenal oleh masyarakat maka diperlukan media cetak seperti koran dan majalah serta media elektronik seperti radio dan televisi sebagai sarana promosi. Tidak cukup dengan itu, sangat penting pula bahwa kaset tersebut harus tersedia di toko-toko penjual kaset. Di sini jelas pihak pedagang juga memegang posisi penting, baik dari tingkat grosir atau agen sampai ke pedagang eceran. Sampai di sini masih dirasa belum cukup lagi, kelompok musik tersebut masih harus manggung atau pentas di berbagai tempat untuk menjalin hubungan dengan fansnya melalui kerjasama dengan penyelenggara-penyelenggara pertunjukan. Bentuk kerjasama untuk mencapai kepopuleran sebuah kelompok seperti kelompok musik yang dicontohkan tadi juga bisa dinamakan fakta sosial, namun dalam bentuk fakta sosial yang kompleks karena telah banyak melibatkan unsur-unsur sosial yang lain, seperti kelompok musik itu sendiri dengan kebudayaan yang dipangkunya, lembaga sosial yang ada, stratifikasi sosial masyarakat, dan kekuasaan serta wewenang utamanya berkait dengan pemerintah sebagai penegak aturan. Dalam hal hubungan kelompok musik itu dengan kebudayaan, segala sesuatu yang dilakukan oleh kelompok itu senantiasa harus dalam bingkai budaya masyarakatnya. Dalam hal hubungan kelompok dengan lembaga sosial, apa yang dijalankan atau dilakukan oleh kelompok tersebut senantiasa harus mengikuti norma yang berlaku di masyarakat yang dalam masyarakat itu sendiri terdiri dari berbagai lembaga sosial yang salah satu atau beberapa dari lembaga sosial yang ada tentu berhubungan dengan kelompok tersebut. Selanjutnya adalah hubungan kelompok dengan stratifikasi sosial masyarakat. Sebenarnya sebuah kelompok apa pun bentuknya, berada dalam tingkatan tertentu dalam stratifikasi sosial masyarakat. Pada dasarnya sebuah masyarakat terbagi dalam stratifikasi-stratifikasi sosial yang sebuah kelompok apa pun termasuk kelompok musik yang dicontohkan ini tentu menempati stratifikasi sosial tertentu dalam masyarakat tempat kelompok itu hidup dan berkembang. Dalam hubungan kelompok dengan kekuasaan dan wewenang, hidup dan

7 berkembangnya sebuah kelompok sebenarnya tinggal bagaimana kelompok itu dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan suatu kekuasaan dan wewenang serta bagaimana kelompok tersebut tidak melanggar rambu-rambu yang ditentukan oleh suatu kewenangan dan kekuasaan yang berhak mengatur dan menegakkan aturan. Teori Struktural Fungsional dan Teori Konflik dalam Paradigma Fakta Sosial dan Fenomena Kehidupan Seni di Masyarakat Ada dua teori yang dominan yang dapat digunakan untuk menjawab dan atau menjelaskan fenomena kehidupan seni di masyarakat sebagai bentuk fakta sosial. Dua teori itu masing-masing adalah teori struktural fungsional yang ditokohi oleh Robert K. Merton dan teori konflik yang ditokohi oleh Ralp Dahrendorf (Ritzer dalam Alimandan 1992). Teori struktural fungsional menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik serta perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifes, dan keseimbangan. Menurut teori struktural fungsional, masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Kalau terjadi konflik, penganut teori ini memusatkan perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan. Teori ini juga mengakui, selain ada fungsi juga ada disfungsi. Ada fungsi manifes dan ada juga fungsi laten. Segala fakta sosial dan peristiwa yang ada dalam masyarakat adalah fungsional dalam artian positif dan negatif. Masyarakat dilihat dalam kondisi dinamika dalam keseimbangan. Salah satu contoh kehidupan seni di masyarakat saat sekarang sebagai bentuk fakta sosial yang sedang populer dan kontroversial di masyarakat adalah tampilan Inul Daratista di panggung pertunjukan musik dangdut. Tampilannya dianggap seronok (porno aksi) oleh kelompok pedangdut lain yang tidak sehaluan dan kelompok-kelompok di luar kelompok musik dangdut dari golongan masyarakat tertentu. Dalam teori struktural fungsional, tampilan Inul Daratista dan kawankawan seperti Anisa Bahar, Liza Natalia, dan lain-lain yang dianggap seronok atau porno aksi tersebut merupakan fakta sosial yang fungsional bagi fakta sosial yang lain.

8 Kefungsionalan itu misalnya dapat dilihat dari semakin tingginya keuntungan pihak stasiun televisi karena iklan banyak yang masuk, semakin untungnya para pengusaha yang dapat mempromosikan barang dagangannya melalui even tayangan musik dangdut tampilan Inul Daratista dan kawan-kawannya, lalu semakin larisnya kaset dan CD Inul dan kawan-kawannya di pasaran yang menguntungkan banyak para pedagang kaset dan CD, dan semakin tingginya penerimaan hasil pajak atas penjualan kaset dan CD Inul dan kawan-kawan yang masuk ke kas negara, dan lain sebagainya. Selain sisi fungsional, teori struktural fungsional juga menjelaskan ada sisi disfungsionalnya. Keuntungan di pihak satu belum tentu menguntungkan pihak lain. Fungsional bagi fakta sosial yang satu belum tentu fungsional bagi fakta sosial yang lain. Sisi disfungsional ini dirasakan betul oleh para pedangdut lain yang menjadi kurang mendapat perhatian dari para pemirsa televisi, karena sebagian besar pemirsa perhatiannya tertuju pada Inul Daratista, dan kawan-kawannya yang tampilannya semotif dengan Inul Daratista. Disfungsional yang lain misalnya juga dirasakan oleh golongan masyarakat tertentu yang merasa terganggu oleh lenggak-lenggok Inul Daratista dan kawankawannya, yang mengakibatkan misi-misi hidupnya dan keinginan idealnya merasa terganggu. Lebih lanjut teori struktural fungsional juga menjelaskan, selain sisi fungsional dan disfungsional, ada juga fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes dari tampilan dangdut Inul Daratista ini adalah tersedianya lapangan pekerjaan yang menguntungkan bagi banyak orang berkait dari dampak tampilan dangdut Inul Daratista ini. Fungsi manifes yang lain misalnya, adalah dapat menghibur masyarakat luas dengan biaya yang sangat murah dan bahkan gratis karena masyarakat cukup menyaksikan tampilan Inul Daratista ini dari tayangan televisi yang hampir dimiliki oleh setiap keluarga bagi masyarakat saat sekarang. Fungsi laten juga jelas ada, karena dari tampilan Inul Daratista ini menjadikan adanya pro dan kontra di masyarakat yang mengakibatkan tumpahnya massa antara yang mendukung dan yang anti, yang menjurus kepada ketegangan masyarakat sampai berlebihan bahkan menjurus ke sara. Teori struktural fungsional juga menjelaskan bahwa, jika di masyarakat terjadi suatu konflik maka harus dicari suatu cara untuk menyelesaikannya agar senantiasa masyarakat ada dalam keseimbangan. Fenomena peristiwa Inul Daratista yang mengakibatkan terjadinya pro dan kontra di masyarakat, dapat dijadikan contoh bahwa hal ini harus diselesaikan agar masyarakat tetap dalam keseimbangan. Berkait dengan itu lalu dicari jalan damai dengan cara dirumuskan suatu undang-undang yang diharapkan dapat mengakomodasi keinginan banyak pihak dan banyak kepentingan masyarakat, yang sampai saat sekarang masih terus menerus diupayakan kesempurnaannya agar semua pihak merasa tidak ada yang dirugikan.

9 Berlawanan dengan teori struktural fungsional adalah teori konflik. Teori konflik ini dibangun untuk menentang secara langsung terhadap teori struktural fungsional. Premis yang dikemukakan teori konflik adalah, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara unsurunsurnya. Setiap unsur memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial. Keteraturan yang ada dalam masyarakat hanya lah disebabkan adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Konsep sentralnya adalah wewenang dan posisi. Keduanya merupakan fakta sosial. Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi dalam masyarakat. Kekuasaan dan wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap struktur. Berhubung wewenang itu adalah sah, maka setiap individu yang tidak tunduk terhadap wewenang yang ada akan terkena sangsi. Dengan demikian Dahrendorf sebagai tokoh teori konflik ini mengatakan, masyarakat adalah perseketuan yang terkoordinasi secara paksa. Kekuasaan selalu memisahkan dengan tegas antara yang menguasai dan yang dikuasai, oleh karena itu dalam masyarakat selalu terdapat dua golongan yang saling bertentangan. Penguasa ingin selalu mempertahankan kekuasaannya sedangkan golongan yang dikuasai selalu ingin mengadakan perubahan. Pertentangan ini ada pada setiap waktu dan dalam setiap struktur. Teori konflik menegaskan, kekuasaan selalu dalam terancam bahaya dan konflik memimpin ke arah perubahan. Teori konflik ini akan kita gunakan untuk menjawab dan atau menjelaskan fenomena Inul Daratista dalam pemanggungan musik dangdut sebagai bentuk fakta sosial seperti yang telah dikemukakan di atas menggunakan teori struktural fungsional. Berhubung teori yang digunakan untuk menganalisis dan atau untuk menjelaskan berbeda dan bahkan bertentangan maka hasilnya pun tentu akan bertentangan karena setiap peristiwa, fenomena, ataupun penjelasan permasalahan hasilnya akan diwarnai oleh teori yang digunakannya. Fenomena tampilan Inul Daratista dalam pemanggungan musik dangdut sebenarnya sebagai suatu hal yang biasa dipandang dari sudut tampilan biduan dangdut pada umumnya. Namun demikian karena seorang Inul adalah pendatang baru dan bahkan dalam blantika musik dangdut seorang Inul dianggap belum mempunyai andil yang banyak, maka semestinya Inul belum menduduki posisi yang sedemikian penting sebagai orang yang dinomersatukan atau sebagai bintang dalam pemanggungan yang diekspos besar-besaran untuk masyarakat luas. Nyatanya Inul tidak demikian. Ia secara mendadak menjadi bintang dan bahkan menjadi ikon bagi para pendatang baru yang lain. Fenomena ini berdasar teori konflik, tentu ada pihak yang merasa dirugikan utamanya para senior yang telah banyak berjasa

10 dalam musik dangdut. Posisi para senior yang ada di atasnya sebagai pemegang kekuasaan apa pun alasannya menurut istilah teori konflik terancam dalam bahaya, dalam artian namanya dan pengaruhnya akan tergeser oleh orang yang di bawahnya sebagai orang yang mestinya dikuasai. Di sinilah maka terjadi konflik. Orang yang merasa ada di atasnya ingin mempertahankan kepopulerannya sementara bagi pendatang baru ingin mendapat pengakuan dari masyarakat seperti halnya para seniornya yang sudah terkenal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam teori konflik, hal ini jelas dan nyata bahwa adanya kekuasaan dan wewenang yang berbeda akan menjadi sumber ketegangan, yang nyatanya terjadilah pada kasus Inul yang dikenal dengan sebuah kasus atau peristiwa digoyangnya si ratu ngebor. Sebuah fakta sosial telah kita saksikan, yakni fakta sosial berkait dengan peristiwa pemanggungan musik dangdut yang dilakukan oleh Inul Daratista yang akhirnya juga menyeret pada para biduan dangdut lain yang dianggap sehaluan atau setipe dengan gaya penampilan pemanggungan Inul. Hal serupa namun tidak sama menurut penganut teori konflik akan terus menerus terjadi pada setiap waktu dan setiap struktur yang bagaimana pun bentuknya. Fenomena Inul hanyalah sebuah contoh peristiwa sebagai bentuk fakta sosial yang dalam konteks ini dijelaskan menggunakan teori struktural fungsional dan yang terakhir dalam penjelasan ini menggunakan teori konflik. Penutup Seni dalam paradigma fakta sosial berdasar pendekatan sosiologis menekankan kajian pada masyarakat yang berkesenian atau masyarakat yang menggunakan seni untuk kepentingan apa pun bukan seninya itu sendiri. Pengertian paradigma menunjuk pada pokok persoalan apa yang mestinya dikaji oleh disiplin ilmu tertentu yang dalam hal ini adalah sosiologi. Dalam sosiologi. masyarakat terbagi dalam kehidupan kelompok-kelompok yang tiap kehidupan kelompok pasti memiliki struktur dan pranata. Dalam sebuah kelompok yang memiliki struktur dan pranata tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan fakta sosial. Fakta sosial ada yang dalam bentuk material namun juga ada yang dalam bentuk nonmaterial. Namun demikian dalam perkembangannya kedua bentuk tersebut tidak terlalu dipentingkan dan yang dipentingkan dalam sebuah fakta sosial adalah struktur sosial dan pranata sosial itu. Struktur sosial menunjuk pada aspek statisnya sedangkan pranata sosial menujuk pada aspek dinamisnya. Struktur merupakan hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan atau jaringan dari unsur-unsur sosial sedangkan

11 pranata sosial secara umum dapat dimengerti sebagai norma dan nilai suatu kehidupan masyarakat atau suatu kehidupan kelompok sosial masyarakat. Oleh karena itu antara struktur dan pranata aplikasinya dalam bentuk fakta sosial tidak bisa dipisahkan dan oleh karena itu pula kajian suatu fakta sosial adalah struktur sosial dan pranata sosialnya. Penjelasan terhadap suatu fenomena sosial dalam bentuk apa pun dalam ilmu sosiologi penting menggunakan pijakan teori. Oleh karena itu pemahaman mendalam terhadap suatu teori berkait dengan fenomena sosial yang akan dikaji, menjadi suatu keharusan. Contoh nyata dalam paradigma fakta sosial, teori yang dominan untuk dapat digunakan sebagai pisau analisis adalah teori struktural fungsional dan teori konflik. Bagaimana jika kita tidak memahami kesemuanya? Kita akan kesulitan. Oleh karena itu kegiatan mempelajari banyak teori adalah penting, yang nantinya dapat dipilih untuk digunakan sebagai pisau analisis terhadap fenomena atau persoalan sosial yang dihadapi. Daftar Pustaka Dasilva, Fabio The Sociology of Music. University of Notre Dame Press: Notre Dame Indiana. Garna, Judistira K Ilmu-ilmu Sosial Dasar Konsep Posisi. Bandung: Program Pascasarjana UNPAD. Hoselitz, Bert F Panduan Dasar Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, Soerjono Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soedjito, S Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri. Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga. Ritzer, George Sociology: A Multiple Paradigm Science. Boston : Allyn and Bacon. Ritzer, George Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Penyadur Alimandan. Jakarta: Rajawali Pers. Taneko, Soleman B Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. The Liang Gie Filsafat Seni. Yogyakarta: PUBIB. Walgito, Bimo Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset Warriner, Charles K Groups are Real: A Reaffirmation. ASR: The Free Press.

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fakta Sosial Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: 1. Dalam bentuk material,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material dengan Struktur Sosial disusun oleh : DWI YANTI SARWO RINI D 0311025 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling 49 BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM Kerangka teori adalah teori-teori yang dianggap relevan untuk menganalisis objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si.

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. POKOK BAHASAN Fungsi komunikasi massa dan sosiologi khalayak DESKRIPSI Pokok bahasan fungsi komunikasi massa dan sosiologi khalayak membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Interaksi Sosial Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Seperti di Indonesia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan data dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan sosial dan ekonomi pada masyarakat desa Giripeni

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140). II. KAJIAN PUSTAKA 1.1 Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia dilahirkan dimuka bumi ini untuk saling bersosialisasi dengan makhluk

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Dengan demikian arti polisi tetap ditonjolkan sebagai badan atau lembaga

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 03 Dr. Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI FUNGSI KOMUNIKASI MASSA BAGI MASYARAKAT Heri Budianto,M.Si Program Studi PUBLIC RELATIONS Joseph DeVito mengemukakan fungsi komunikasi massa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang -

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis yang berskala kecil, menengah, maupun besar, orang - orang yang berkecimpung di dalamnya (para pelaku bisnis) tidak dapat terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan 31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka Ada sebuah lagu klise yang sudah lama bergema di Indonesia. Wanita dijajah pria sejak dulu kala 1, begitu penggalan liriknya. Saat

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF. dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan

BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF. dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan

Lebih terperinci

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENULISAN SEJARAH YANG DIGUNAKAN OLEH DELIAR NOER. A. Sumber-sumber yang Digunakan Deliar Noer

BAB IV METODE PENULISAN SEJARAH YANG DIGUNAKAN OLEH DELIAR NOER. A. Sumber-sumber yang Digunakan Deliar Noer BAB IV METODE PENULISAN SEJARAH YANG DIGUNAKAN OLEH DELIAR NOER A. Sumber-sumber yang Digunakan Deliar Noer Dalam sebuah penelitian tentunya para sejarawan membutuhkan sumber-sumber yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA

BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA 11.1 Pengantar Pada dasarnya setiap ilmu pngetahuan tediri dari dua bagian penting, yaitu teoritik dan empirik. Teoritik menunjuk pada skema konseptual, seperti

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Teori Teori Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Yuliawati, S.Sos, M.IKom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT http://www.mercubuana.ac.id SOSIOLOGI = SOCIOLOGY= Socius

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si KONSEP, MATERI DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI

Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si KONSEP, MATERI DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si KONSEP, MATERI DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI Sekolah diharapkan mampu memenuhi tuntutan masyarakat, merintis transformasi yang diinginkan masyarakat (melestarikan), menemukan

Lebih terperinci

BAB III. Metodelogi Penelitian

BAB III. Metodelogi Penelitian BAB III Metodelogi Penelitian 3.1. Paradigma Penelitian ini menggunakan paradigma Kontruktivisme. Menurut Bodgan dan Bikien 1, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Monomboli (Hutang) Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah menghutang. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS) 1. Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern 2. Kode Mata Kuliah ISS 301 3. Semester Ganjil 2010/2011 4. Status Wajib 5. Mata Kuliah Persyarat Teori

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai wilayah yang terbentang luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai Negara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Sosial Secara umum, pengertian lembaga sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai tujuan tertentu yang oleh masyarakat dianggap penting. Sistem norma itu mencakup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

Lebih terperinci

BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL : ROBERT K. MERTON. pernah kenal berhenti, untuk terus menerus mewujudkan perubahan-perubahan

BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL : ROBERT K. MERTON. pernah kenal berhenti, untuk terus menerus mewujudkan perubahan-perubahan 33 BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL : ROBERT K. MERTON A. Pembangunan Jalan Tol Pembangunan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan yang tidak pernah kenal berhenti, untuk terus menerus mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. George Ritzer mendefinisikan paradigma sebagai subject matter (substansi)

BAB III METODE PENELITIAN. George Ritzer mendefinisikan paradigma sebagai subject matter (substansi) BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma George Ritzer mendefinisikan paradigma sebagai subject matter (substansi) dalam ilmu pengetahuan. Menurut George Ritzer, paradigma adalah pandangan yang mendasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum Cara kerja keilmuan salah satunya ditandai dengan penggunaan metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS

MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS MASALAH-MASALAH POKOK TEORITIS Walaupun teori adalah suatu abstraksi dari realitas, penting disadari akan hubungan antara keduanya. Teori bukanlah murni abstrak, tanpa berdasarkan pengalaman yang nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Budaya Feodalisme Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu berorientasi pada atasan, senior, dan pejabat untuk menjalankan suatu kegiatan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 10 Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI MEDIA MASSA DAN PROSES SOSIALISASI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://mercubuana.ac.id PENGERTIAN SOSIALISASI Sosialisasi

Lebih terperinci

Kelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi

Kelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi Kelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi 1 Kelompok Sosial dan Organisasi Banyak studi sosiologi meneliti bagaimana individu dibentuk oleh kelompok sosial mereka, dari keluarga ke negara negara, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang dibuat oleh penguasa untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang membedakan

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) OLEH : Aswin Yuki Helmiarto E 0003104 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN Oleh : Nopyandri 1 Abstrak Dalam hukum administrasi negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ADI JUNAEDI SIMANJUNTAK 11.12.6183 KELOMPOK J S1 SISTEM INFORMASI 1.LATAR BELAKANG MASALAH Menurut pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisai sekarang ini sangatlah berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. globalisai sekarang ini sangatlah berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisai sekarang ini sangatlah berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat. Informasi merupakan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 08 Opini Publik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Opini Publik Opini publik berasal

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin

Lebih terperinci

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM A. Perselingkuhan Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh

Lebih terperinci

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa di dalam Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Secara substansial,

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) A. SOSIOLOGI HUKUM 1. Pemahaman Dasar Sosiologi Hukum Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan masyarakat, sehingga berbagai dimensi hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin merupakan kunci sukses bagi kegiatan belajar siswa di sekolah, karena dengan disiplin maka setiap siswa akan menciptakan rasa nyaman serta aman belajar bagi

Lebih terperinci

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap sistem hukum menunjukan empat unsur dasar, yaitu : pranata peraturan, proses penyelenggaraan hukum, prosedur pemberian keputusan oleh pengadilan dan lembaga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI

PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI Perceraian Dalam... Abstract PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI Oleh: Darmawati H Dosen Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar Perceraian adalah berakhirnya suatu ikatan pernikahan,

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG 1. Hakekat Perilaku Menyimpang Sebelum masuk ke dalam materi perubahan sosial budaya, saudara dapat menyaksikan video terkait dengan perilaku menyimpang di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dengan segala sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan fitrahnya

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPKS) 1. Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern 2. Kode Mata Kuliah ISS 301 3. Semester Ganjil 2012/2013 4. Status Wajib 5. Mata Kuliah Persyarat Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini keterbukaan informasi publik sangatlah penting terutama untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang terus berkembang. Dalam hal ini keterbukaan

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Konflik

Makalah Manajemen Konflik Makalah Manajemen Konflik Disusun Oleh : Muhammad Ardan Fahmi (17082010008) JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2017-2018 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai tujuan akan sia-sia.

Lebih terperinci

BAB II TINDAKAN SOSIAL - MAX WEBER. yang menonjol, dan setiap gagasan yang mengancamnya akan disingkirkan

BAB II TINDAKAN SOSIAL - MAX WEBER. yang menonjol, dan setiap gagasan yang mengancamnya akan disingkirkan BAB II TINDAKAN SOSIAL - MAX WEBER A. Paradigma Definisi Sosial Sejarah suatu ilmu pengetahuan adalah sejarah bangun dan jatuhnya paradigma-paradigma. Untuk suatu masa mungkin hanya satu paradigma yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 08 Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI EFEK SOSIAL KOMUNIKASI MASSA Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://mercubuana.ac.id Membicarakan efek media massa juga memerlukan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan juga sebagai pengguna terbesar media massa. Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan juga sebagai pengguna terbesar media massa. Kedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini berdasarkan pada fenomena semakin maraknya perempuan menjadi model iklan di media massa elektronik, khususnya televisi. Dilihat dari sisi sosiologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana Penegak hukum adalah petugas badan yang berwenang dan berhubungan dengan masalah peradilan

Lebih terperinci