PENDAHULUAN METODE. eksaserbasi. 30%. Makin tinggiskor indeks BODE maka makin buruk prognosisnya, karena mengindikasikan lebih banyak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN METODE. eksaserbasi. 30%. Makin tinggiskor indeks BODE maka makin buruk prognosisnya, karena mengindikasikan lebih banyak"

Transkripsi

1 Korelasi Penilaian Kualitas Hidup dan Prognosis Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan CAT, SGRQ dan BODE di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Tri Agus Yuarsa, Faisal Yunus, Budhi Antariksa Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Abstrak Latar belakang : Status kesehatan sangat penting digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan PPOK. Kuesioner SGRQ adalah salah satu kuesioner untuk mengevaluasi status kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien PPOK. Kuesioner SGRQ berisi pertanyaan tentang gejala, aktivitas penyakit dan dampak penyakit. Semakin tinggi nilai SGRQ menunjukkan kualitas hidup yang semakin buruk. Saat ini sedang dikembangkan kuesioner CAT yang lebih mudah dari SGRQ. CAT memiliki delapan pertanyaan mengenai gejala PPOK dan kondisi penyakit. Indeks BODE merupakan skala multidimensi yang digunakan untuk mengukur kelangsungan hidup jangka panjang pasien PPOK dan kerentanan terhadap terjadinya eksaserbasi. Metode : Penelitian ini merupakan studi cross sectional, yang bertujuan untuk menentukan korelasi penilaian kualitas hidup dan prognosis pasien PPOK dengan CAT, SGRQ dan indeks BODE pada pasien PPOK stabil yang kontrol di poli asma dan PPOK RS Persahabatan. Pasien dievaluasi untuk CAT, SGRQ, indeks BODE, pemeriksaan spirometri dan MMRC dyspneu score serta uji jalan menit. Hasil : Subjek penelitian pasien, laki-laki dengan usia rata-rata,2 tahun, IB sedang dan derajat PPOK sedang sampai berat. CAT dalam kategori sedang dan berat, SGRQ,, indeks BODE pada kuartil II dan kuartil III. Ada perbedaan hubungan antara CAT dan kuesioner SGRQ dalam menilai kualitas hidup pasien PPOK. Hubungan yang signifikan antara CAT dan kuesioner SGRQ dengan indeks BODE dalam menilai kualitas hidup dan prognosis pasien dengan PPOK, diperoleh nilai r =,9 untuk kuesioner CAT yang menunjukkan korelasi yang hampir kuat dari kuesioner SGRQ dengan nilai r =,2 korelasi sangat lemah. Terdapat hubungan yang sangat lemah antara kuesioner CAT dan SGRQ dalam menilai kualitas hidup penderita PPOK dengan nila r,. Kesimpulan : SGRQ lebih baik dalam menilai kualitas hidup, status kesehatan dan beratnya penyakit pada PPOK dibandingkan CAT. (J Respir Indo. 23; 33:-) Kata kunci : CAT, SGRQ, indeks BODE. Correlation of Quality of Life Assessment and Prognosis Chronic Obstructive Pulmonary Disease Patient with CAT, SGRQ and BODE at Persahabatan Hospital Jakarta Abstract Background : The health status is very important aspect in the evaluation of COPD management. St George s respiratory questionnaire (SGRQ) is one of the tools to evaluate health status associated with quality of life in COPD that consist of symptoms, daily activity and impact of COPD. Currently COPD assessment test (CAT) is being develop to simplify the COPD questionnaire which consist of questions related to COPD symptom and disease condition, whereas BODE index (body mass index, obstructive of airway, dyspneu, exercise capacity) has been develop as a multidimensional scale that have the correlation with survival and vulnerability of COPD. Methods : This is a cross sectional study conducted to evaluate the correlation of CAT, SGRQ and BODE index in stable COPD. All patients were evaluated for CAT, SGRQ and BODE index, pulmonary function test (spirometry) and MMRC dyspneu score and minutes walking test. Results : Of subjects, % were male with mean age of.2 years, moderate Brinkman index and moderate-severe COPD. The mean SGRQ were. with BODE index on quartile II and quartile III. There were correlation between CAT and SGRQ and BODE index related to quality of life and prognosis of COPD. (r =.9 for CAT (mild relation), r =.2 (weak correlation with SGRQ)). Weak correlation between CAT and SGRQ in relation to quality of life of COPD with r =.. Conclusion : SGRQ has better performance to assess quality of life, health status and disease severity in COPD compare with CAT.(J Respir Indo. 23; 33:-) Keywords : CAT, SGRQ, BODE Index. J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23

2 PENDAHULUAN Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) menjadi salah satu penyebab gangguan pernapasan yang semakin sering dijumpai di masa mendatang baik di negara maju maupun negara berkembang. Saat ini PPOK penyebab kematian nomor empat di dunia dan terus meningkat. Diperkirakan tahun 22 PPOK menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian. Jumlah penderita PPOK di Amerika Serikat (AS) misalnya, meningkat dengan tajam pada dekade terakhir, diperkirakan juta penduduk di AS menderita PPOK. Eksaserbasi PPOK adalah proses perjalanan penyakit yang ditandai dengan perubahan gejala seperti sesak, batuk dan produksi sputum yang lebih dari hari ke hari dengan proses yang akut dan memerlukan pengobatan antibiotik dan kortikosteroid. Umumnya eksaserbasi disebabkan oleh infeksi trakeobronkial, polusi udara dan sepertiga dari keparahan eksaserbasi masih belum diketahui penyebabnya. Eksaserbasi mempengaruhi kualitas hidup dan prognosis pasien PPOK. Kematian di rumah sakit pada pasien PPOK yang dirawat karena eksaserbasi mencapai %, kematian juga mencapai % per tahun pada pasien dengan bantuan ventilasi 2 mekanik. Stadium akhir PPOK didahului oleh suatu disability (ketidakmampuan) yang progresif yaitu penurunan kapasitas latihan dan berbagai gejala yang tidak hanya terbatas masalah pernapasan saja misalnya cepat lelah, sukar tidur, cepat marah dan putus asa. Akhirnya penderita masuk ke dalam lingkaran masalah yang berkepanjangan yang berakibat handicap (kecacatan) menetap, mulai dari sesak berkepanjangan, inactivity sampai dekondisi yang memberat, keterbatasan aktivitas psikososial yang 3 diikuti oleh depresi. Status kesehatan sangat penting digunakan untuk menilai keberhasilan terapi PPOK. St. George's respiratory questionnaire (SGRQ) merupakan salah satu kuesioner untuk mengevaluasi status kesehatan yang dihubungkan dengan kualitas hidup pasien PPOK, Kuesioner SGRQ berisikan pertanyaan tentang gejala, aktivitas dan dampak penyakit kemudian nilainya dijumlahkan. Semakin tinggi nilai SGRQ menunjukkan kualitas hidup yang semakin rendah. Kuesioner SGRQ sangat banyak dan terlalu komplek, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam pengisiannya. Saat ini sedang dikembangkan kuesioner yang lebih mudah yaitu CAT (COPD assessment test). COPD assessment test mempunyai delapan pertanyaan mengenai gejala dan kondisi penyakit PPOK. Setiap pertanyaan mempunyai nilai kemudian dijumlahkan, nilai yang didapat menunjukan kualitas hidup, semakin tinggi nilai yang didapat semakin rendah kualitas hidupnya. Sistem penderajatan indeks BODE (body mass index, obstructive of airway, dyspneu, exercise capacity) sebagai suatu skala multidimensi telah digunakan dalam mengukur lama tahan hidup pasien PPOK dan kerentanan terhadap terjadinya eksaserbasi. 3%. Makin tinggiskor indeks BODE maka makin buruk prognosisnya, karena mengindikasikan lebih banyak perburukan multidimensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penilaian kualitas hidup dan prognosis pasien PPOK dengan CAT, SGRQ dan indeks BODE. METODE Apabila skor BODE lebih dari tujuh maka angka tahan hidup dua tahun sebesar <%, skor BODE diantara lima dan enam maka angka tahan hidup dua tahun sebesar % dan skor BODE kurang dari empat maka angka tahan hidup dua tahun sebesar - Penelitian ini merupakan studi cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penilaian kualitas hidup dan prognosis pasien PPOK dengan CAT, SGRQ dan indeks BODE. Populasi target penelitian ini adalah pasien PPOK stabil yang berobat ke poli asma dan PPOK rumah sakit Persahabatan Jakarta Timur pada bulan Maret 2 sampai dengan Desember 22. Kriteria inklusi adalah pasien rawat jalan, laki-laki atau perempuan yang didiagnosis sebagai PPOK minimal tahun, berusia tahun atau lebih pada kunjungan pertama, mempunyai riwayat merokok selama tahun, tidak ada hambatan dalam J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23 9

3 berjalan, serta bersedia menandatangani formulir persetujuan (informed consent) setelah diberikan penjelasan tentang penelitian. Kriteria eksklusi adalah perempuan hamil atau menyusui, pasien penderita asma dan pasien dengan riwayat asma. Peneliti menjelaskan tujuan dan latar belakang penelitian kepada subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Pasien harus menandatangani surat persetujuan setelah mendapat penjelasan jika pasien mengerti dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini mengenai cara kerja pada penelitian ini. Pasien PPOK stabil yang kontrol ke poli asma dan PPOK RS Persahabatan akan di anamnesis, dilakukan pemeriksaan fisis, spirometri, pengukuran indeks massa tubuh (IMT), mengisi lembar kuesioner CAT dan SGRQ, penghitungan skor sesak napas berdasar MMRC dyspneu score serta uji jalan menit. Data yang diperoleh dari studi ini akan dianalisis sehingga memberikan gambaran mengenai hubungan Penilaian kualitas hidup dan prognosis pasien PPOK. Perbandingan antara variabel dilakukan dengan uji korelasi regresi dengan teknik non parametrik Spearman rank, perbandingan rerata lebih dari dua kelompok akan diuji dengan uji T (chi square) dan uji Kolmogorov-Smirnov. HASIL Jumlah keseluruhan subjek penelitian adalah orang, terdiri dari subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki dan 2 perempuan yang dikeluarkan dari penelitian karena tidak mempunyai riwayat merokok. Karakteristik demografik subjek terlihat pada tabel. Hubungan antara derajat PPOK dengan indeks Brinkman Untuk mengetahui hubungan antara derajat PPOK dengan indeks Brinkman maka dilakukan uji chi square, dari uji ini didapatkan PPOK derajat ringan dengan indeks Brinkman ringan orang (%) dan indeks Brinkman sedang orang (,3%). Penyakit paru obstruktif kronik derajat sedang dengan indeks Brinkman sedang 39 orang (,%), indeks Brinkman Tabel. Karakteristik demografik Karakteristik Umur Rerata Median Pendidikan SD SLTP SLTA D3 S Pekerjaan Buruh Pensiunan Pegawai negeri Swasta Wiraswasta Riwayat merokok / tahun -2 tahun 2-3 tahun 3- tahun Indeks Brinkman Ringan Sedang Berat Derajat PPOK Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV berat orang (2,%). Pada PPOK derajat berat dengan indeks Brinkman sedang 2 orang (3,%), indeks Brinkman berat orang (2,%). Pada PPOK derajat sangat berat dengan indeks Brinkman sedang 2 orang (,%), indeks Brinkman berat 2 orang (,%). Pada uji chi square didapatkan nilai p,, dengan koefisien interval 9% dan nilai p <,, dengan demikian maka didapatkan hubungan yang bermakna antara derajat PPOK dengan indeks Brinkman, seperti terlihat dalam gambar. Penghitungan nilai kuesioner CAT Pada penghitungan nilai kuesioner CAT semua nilai pertanyaan sampai dijumlahkan kemudian dibuatkan kategori. Dari pembagian kategori didapatkan nilai CAT dengan kategori ringan ( ) tidak ada, katagori sedang ( 2) orang (,%), kategori berat (2 3) 2 orang ( 23,%) dan kategori sangat berat (3 ) tidak ada. Penghitungan nilai kuesioner SGRQ n %,2, ,,9, 9,,,, 9,,2,2 3, 9,,,2 9,,, 3, 3,, Penghitungan nilai kuesioner SGRQ terdiri atas penjumlahan tiga komponen yaitu gejala, aktivitas dan J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23

4 Gambar. Hubungan antara derajat PPOK dengan indeks Brinkman Ringan Sedang Berat Sangat berat 2 2 Gambar 2. Penghitungan nilai kuesioner CAT Kuartil I Kuartil II Kuartil III Kuartil IV Gambar. Penghitungan nilai indeks BODE berdasarkan skala MMRC dan kapasitas latihan berdasarkan uji jalan menit, telah terbukti dalam memprediksi risiko kematian. Makin tinggi skor indeks BODE maka makin buruk prognosisnya, karena mengindikasikan lebih banyak perburukan multidimensional. Hasil penjumlahan penelitian indeks BODE ini dikategorikan dengan nilai kuartil, yaitu nilai kuartil I (-2 point) sebanyak orang (,%), kuartil II (3- point) orang (,%), kuartil III (- point) 22 orang (2,9%) dan kuartil IV (-) orang (,2%). dampak. Skor SGRQ berkisar antara - dengan skala terendah menyatakan fungsi terbaik. Dari total skor didapatkan nilai SGRQ dengan rerata,, median,2, nilai terendah adalah 2,2 dan nilai paling tinggi adalah. Penghitungan nilai indeks BODE Penghitungan nilai indeks BODE merupakan penjumlahan nilai total dari keempat komponen yaitu indeks masa tubuh berdasarkan berat badan dibagi tinggi badan dalam meter persegi, obstruksi aliran napas melalui pengukuran VEP, sesak napas Nilai SGRQ Responden Gambar 3. Penghitungan nilai kuesioner SGRQ Hubungan antara SGRQ dan CAT Untuk mengetahui hubungan antara nilai SGRQ dan CAT dilakukan dengan uji korelasi regresi dengan teknik non parametrik Spearman rank, hasil yang didapatkan menujukkan derajat sangat lemah dengan nilai r, dan nilai p,99 (gambar ). Mengingat ada satu nilai outlier maka analisis hanya dilakukan pada subjek penelitian. Satu orang yang dikeluarkan ini adalah laki-laki berusia tahun dengan nilai SGRQ,2, nilai BODE dan nilai CAT, pensiunan dengan derajat PPOK 3. Hubungan antara CAT dan indeks BODE Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara indeks BODE dan CAT maka dilakukan uji korelasi. Uji korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan. Derajat keeratan hubungan dapat dilihat dari tebaran datanya. Data penelitian ini dilakukan uji korelasi, regresi Spearman dengan nilai R ( ),9. Korelasi tersebut menyatakan korelasi Sp hampir kuat dan secara statistik sangat bermakna J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23

5 SGRQ 9 SKOR CAT Gambar. Hubungan antara SGRQ dan CAT 2 3 SGRQ Gambar. Hubungan antara indeks BODE dan SGRQ SKOR 3 2 dengan nilai p,. Dengan nilai formula regresi bode,. 2 3 CAT Gambar. Hubungan antara indeks BODE dan CAT Hubungan antara SGRQ dan indeks BODE Untuk mengetahui hubungan antara SGRQ dan indeks BODE maka dilakukan uji korelasi. Uji korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan. Derajat keeratan hubungan dapat dilihat dari tebaran data. Data penelitian ini dilakukan uji korelasi,(r) dengan hasil korelasinya menunjukan derajat sangat lemah dengan nilai r,2 dan p,. berhenti merokok kemudian dikelompokkan dalam kategori (< tahun) sebanyak 2 orang (,2%), kategori 2 (> tahun) orang (2,%). Hubungan antara berhenti merokok dengan indeks BODE Hubungan antara lamanya berhenti merokok dengan indeks BODE di kategori (< tahun) dengan kuartil I sebanyak orang (2,2%), kategori (< tahun) dengan kuartil II sebanyak 2 orang (9,%), kategori (< tahun) dengan kuartil III sebanyak orang (,3%). Kategori 2 (> tahun) dengan kuartil III sebanyak orang (,%). Kategori 2 (> tahun) dengan kuartil IV sebanyak orang (2,%). Pada uji KS (Kolmogorov-Smirnov) didapatkan nilai p,, dengan demikian maka didapatkan hubungan yang bermakna antara berhenti merokok dengan indeks BODE (gambar ). 3 2 Kuartil I Kuartil II Kuartil III Kuartil IV Lamanya berhenti merokok Dari subjek penelitian yang menyatakan berhenti merokok ada 9 orang, sehingga didapatkan rerata lamanya berhenti merokok adalah 9,9 tahun, dengan paling lama berhenti merokok adalah 2 tahun dan 2 tahun yang baru awal berhenti merokok, lamanya Kelompok Kelompok 2 Gambar. Hubungan antara berhenti merokok dan indeks BODE 2 J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23

6 PEMBAHASAN Karakteristik demografik Jumlah subjek penelitian orang dengan rerata umur,2 tahun, median umur, tahun, umur termuda adalah 3 tahun dan umur tertua adalah 3 tahun. Jones dkk. Soeprihatini dkk. juga menemukan hasil yang mirip yaitu rerata umur penderita PPOK sebesar, tahun. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa penderita PPOK banyak ditemukan pada umur pertengahan. Tingkat pendidikan untuk subjek penelitian sekolah dasar (SD) 2 orang (2,%), SLTP orang (,9%), SLTA orang (,%), D3 orang (9,%) dan S orang (,%). Sedangkan untuk jenis pekerjaan paling banyak adalah pensiunan sebesar orang (,%), PNS orang (9,%), swasta orang (,2%), buruh orang (,%) dan wiraswasta orang 9 (,2%). Ikalius dkk.,sitompul dkk. berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak didapatkan perbedaan bermakna dengan kejadian PPOK. Berdasarkan riwayat merokok dikelompokkan atas tahun lamanya merokok dan indeks Brinkman, dari pengelompokkan tahun lamanya merokok 2 tahun 3 orang (3,%), 2 3 tahun orang (9,%), 3 tahun orang (,%). Sedangkan menurut indeks Brinkman didapatkan hasil, indeks Brinkman ringan orang (,2%), indeks Brinkman sedang orang (9,%) dan indeks Brinkman berat orang (,%). Data penelitian berdasarkan derajat PPOK didapatkan hasil, derajat ringan orang (,%), derajat sedang 33 orang (3,%), derajat berat 32 orang (3,%), derajat sangat berat orang (,%). Hal ini hampir sama 9 dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikalius dkk., indeks Brinkman pada penderita PPOK cenderung pada derajat sedang dan berat. Berdasarkan derajat PPOK hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cataluna dkk. yang mendapatkan PPOK derajat ringan sebesar,2%, PPOK sedang sebesar 2%, PPOK berat sebesar % dan PPOK sangat berat sebesar 9,%. Hubungan antara derajat PPOK dengan indeks Brinkman Untuk mengetahui adanya hubungan antara derajat PPOK dengan indeks Brinkman maka dilakukan uji chi square, dari uji ini didapatkan hasil terjadinya PPOK derajat ringan dengan indeks Brinkman ringan orang (%), indeks Brinkman sedang orang (,3%). Penyakit paru obstruktif kronik derajat sedang dengan indeks Brinkman sedang 39 orang (,%), indeks Brinkman berat orang (2,%). Penyakit paru obstruktif kronik derajat berat dengan indeks Brinkman sedang 2 orang (3,%), indeks Brinkman berat orang (2,%). Penyakit paru obstruktif kronik derajat sangat berat dengan indeks Brinkman sedang 2 orang (,%), indeks Brinkman berat 2 orang (,%). Pada uji chi square ini didapatkan nilai p,, dengan koefisien interval 9% dan nilai p <,, dengan demikian maka didapatkan hubungan yang bermakna antara derajat PPOK dengan indeks Brinkman. Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh 9 Ikalius dkk. bahwa indeks Brinkman pada penderita PPOK cenderung pada derajat sedang dan berat. Hasil 2 penelitian Prabaningtyas dkk. menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara derajat merokok dengan kejadian PPOK. Perokok berat mempunyai risiko terkena PPOK 3 kali lebih besar daripada perokok ringan dan sedang (OR = 2,9; p =,). Penilaian kualitas hidup dengan kuesioner CAT Pada penghitungan nilai kuesioner CAT semua nilai pertanyaan nomor sampai dengan nomor dijumlahkan kemudian dibuatkan kategori. Dari pembagian kategori itu didapatkan nilai CAT dengan kategori ringan ( ) tidak ada, kategori sedang ( 2) orang(,% ), kategori berat (2 3) 2 orang (23,%) dan kategori sangat berat (3 ) tidak ada. 3 Hal ini sesuai dengan penelitian Jones dkk. beberapa negara seperti Belgia didapatkan CAT ringan 2%, CAT sedang 3%, CAT berat 2% dan CAT sangat berat %. Jerman CAT ringan %, CAT sedang %, CAT berat 2% dan CAT sangat berat %. Penilaian CAT pada penelitian ini berada pada kategori sedang dan berat. Pada kategori sedang, PPOK mengganggu mereka. Beberapa hari dalam seminggu penderita mengalami batuk berdahak, atau 2 kali eksaserbasi dalam setahun, sebagian besar harinya sesak dan bangun tidur dengan dada berat atau mengi, naik tangga dan melakukan pekerjaan rumah secara di J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23 3

7 perlahan dan memerlukan waktu untuk istirahat sejenak. Kategori berat PPOK menghentikan hampir sebagian besar aktivitas seperti mandi, berpakaian, berbicara dan lainnya. Batuk menyebabkan lelah dan menggangu hampir semua tidur mereka, mereka takut dan panik dengan keadaan mereka. Penilaian kualitas hidup dengan kuesioner SGRQ Kualitas hidup merupakan tingkat keadaan individu dalam lingkup kemampuan, keterbatasan, gejala dan sifat psikososial untuk berfungsi dalam berbagai peran yang diinginkan dalam masyarakat dan merasa puas akan peran tersebut. Penilaian kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner SGRQ terdiri atas gejala, aktivitas dan dampak. Dari ketiga komponen tersebut dijumlahkan. Skor SGRQ berkisar antara - dengan skala terendah menyatakan fungsi terbaik. Pada penelitian ini didapatkan total skor nilai SGRQ dengan rerata,, median,2, nilai terendah adalah 2,2 dan nilai paling tinggi adalah. Domingo dkk. menyatakan bahwa SGRQ merupakan kuesioner spesifik untuk mengevaluasi kesehatan yang dihubungkan dengan kualitas hidup pasien PPOK, secara independen dihubungkan dengan kematian karena seluruh kasus dan karena kasus respirasi. Setiap peningkatan % skor total SGRQ, risiko kematian meningkat sebesar,% untuk seluruh kasus dan risiko kematian karena respirasi meningkat sebesar 2,9 %. Penurunan % total skor berhubungan dengan perbaikan keluhan secara subjektif dan objektif seperti kemampuan berjalan jauh dan berkurangnya keluhan sesak sebelum dan sesudah latihan. Penilaian prognosis PPOK dengan indeks BODE Indeks BODE merupakan penjumlahan nilai total dari keempat komponen yaitu indeks masa tubuh berdasarkan berat badan dibagi tinggi badan dalam meter persegi, obstruksi aliran napas melalui pengukuran VEP, sesak napas berdasarkan skala MMRC dan kapasitas latihan berdasarkan uji jalan menit, telah terbukti dalam memprediksi risiko kematian. Makin tinggi skor indeks BODE maka makin buruk karena mengindikasikan lebih banyak perburuk- an multidimensional. Hasil tersebut dikategorikan dengan nilai kuartil. Nilai (-2) sebanyak orang (,%), kuartil II (3-) orang (,%), kuartil III (-) 22 orang (2,9%) dan kuartil IV (-) orang (,2%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Ong K dkk. pembagian kuartil indeks BODE digunakan untuk memprediksi pasien PPOK yang perlu perawatan di rumah sakit dan digunakan sebagai instrumen untuk mengetahui hasil terapi pada pasien PPOK. Kuartil I (- 2) berarti 3% penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun, kuartil II (3-) berarti % penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun, kuartil III (-) berarti % penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun dan kuartil IV (- ) berarti < % penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun. kuartil I Hubungan antara SGRQ dan CAT Hubungan antara nilai SGRQ dan CAT dilakukan dengan uji korelasi regresi dengan teknik non parametrik Spearman rank, hasil yang didapatkan menujukkan derajat sangat lemah dengan nilai R, dan nilai p,99. Mengingat ada satu nilai outlier maka analisis hanya dilakukan pada subjek penelitian. Satu orang yang dikeluarkan ini adalah laki-laki berusia tahun dengan nilai SGRQ,2, nilai BODE dan nilai CAT, pensiunan dengan PPOK derajat III. Kuesioner SGRQ mencantumkan pertanyaan yang sudah divalidasi di beberapa negara dan dapat membedakan tingkat kesehatan pada pasien yang berbeda, sensitif terhadap perubahan klinis yang bermakna dan alat ukur ini mempunyai tingkat kehandalan yang baik serta dapat membedakan antara kualitas hidup, status kesehatan dan beratnya penyakit. Kuesioner CAT ini memiliki pertanyaan yang lebih sederhana sehingga lebih cepat dan mudah dilengkapi, membantu diskusi dengan pasien tentang status kesehatan dan kehidupan sehari-hari mereka serta membantu memberikan informasi penatalaksanaan yang lebih baik sesuai dengan kondisi pasien. COPD assessment test mempunyai delapan pertanyaan mengenai gejala dan kondisi pasien PPOK. Setiap pertanyaan mempunyai nilai atau skor antara sampai, CAT hanya dapat memberikan gambaran mengenai derajat penyakit PPOK. J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23

8 Hubungan antara CAT dan indeks BODE Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara CAT dan indeks BODE maka dilakukan uji korelasi. Uji korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan. Derajat keeratan hubungan dapat dilihat dari tebaran data. Data penelitian ini dilakukan uji korelasi, regresi Spearman dengan nilai R ( ),9. Sp Korelasi tersebut menyatakan korelasi hampir kuat dan secara statistik sangat bermakna dengan nilai p,. Dengan nilai formula regresi bode,. Dengan demikian formula regresi antara CAT dan indeks BODE menunjukan bahwa nilai skor indeks BODE adalah,2 dikalikan nilai CAT dan dikurang dengan angka,. Sehingga bisa disimpulkan pada CAT kategori sedang dan berada di kuartil II (3-) berarti % penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun. Sedangkan CAT kategori berat dan berada kuartil III (- ) berarti % penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun. Hubungan antara SGRQ dan indeks BODE Untuk mengetahui hubungan antara SGRQ dan indeks BODE juga dilakukan uji korelasi. Uji korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan. Derajat keeratan hubungan dapat dilihat dari tebaran data. Mengingat ada satu nilai outlier maka analisis hanya dilakukan pada subjek penelitian. Satu orang yang dikeluarkan ini adalah laki-laki berusia tahun dengan nilai SGRQ,2, BODE, CAT, derajat PPOK 3. Data penelitian ini dilakukan uji korelasi (r) dengan nilai r,2 dan nilai p,. Dari hasil korelasi tersebut menyatakan derajat korelasi sangat lemah. Jadi pada penelitian ini didapatkan nilai SGRQ dengan rerata,, median,2. Hal ini akan berhubungan dengan indeks BODE pada kuartil III (-) artinya % penderita diperkirakan dapat bertahan hidup selama 2 tahun. Lamanya berhenti merokok Dari subjek penelitian yang menyatakan berhenti merokok ada 9 orang, sehingga didapatkan rerata lamanya berhenti merokok adalah 9,9 tahun, dengan paling lama berhenti merokok adalah 2 tahun dan 2 tahun yang baru awal berhenti merokok. Lamanya berhenti merokok kemudian dikelompokkan dalam kategori (< tahun) sebanyak 2 orang (,2%), kategori 2 (> tahun) (2,%). Menurut Tobing NH dkk., orang yang berhenti merokok lebih lama hidupnya dari pada orang yang terus merokok. Orang yang berhenti merokok sebelum berumur tahun mempunyai setengah risiko kematian pada tahun yang akan datang dibandingkan dengan orang yang masih terus merokok. Berhenti merokok menambah harapan hidup sebab keadaan ini mengurangi risiko kematian yang disebabkan penyakit yang berhubungan dengan rokok. Merokok merupakan penyebab utama penyakit PPOK. Merokok meningkatkan risiko PPOK dengan mempercepat penurunan fungsi paru sesuai dengan pertambahan usia. Hubungan antara berhenti merokok dengan indeks BODE Hubungan antara lamanya berhenti merokok dengan indeks BODE di kategori (< tahun) dengan kuartil I sebanyak orang (2,2%), kategori (< tahun) dengan kuartil II sebanyak 2 orang (9,%), kategori (< tahun) dengan kuartil III sebanyak orang (,3%). Kategori 2 (> tahun) dengan kuartil III sebanyak orang (,%). Kategori 2 (> tahun) dengan kuartil IV sebanyak orang (2,%). Pada uji KS (Kolmogorov-Smirnov ) ini didapatkan nilai p,, dengan demikian maka didapatkan hubungan yang bermakna antara berhenti merokok dengan indeks 2 BODE. Hasil penelitian Prabaningtyas dkk. menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara derajat merokok dengan kejadian PPOK. Perokok berat mempunyai risiko terkena PPOK 3 kali lebih besar daripada perokok ringan dan sedang (OR = 2,9; p =,). Penelitian ini menyimpulkan derajat merokok mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian PPOK. Disarankan bagi perokok untuk berhenti merokok agar dapat mencegah progresivitas perburukan faal paru. KESIMPULAN Pada penelitian ini terdapat hubungan yang sangat lemah antara kuesioner CAT dan SGRQ dalam J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23

9 menilai kualitas hidup penderita PPOK dengan nilai r,. Hubungan yang bermakna antara kuesioner CAT dan SGRQ dengan indeks BODE dalam menilai kualitas hidup dan prognosis pasien PPOK, pada penelitian ini didapatkan nilai r =,9 untuk kuesioner CAT yang menunjukan korelasi yang hampir kuat dibandingkan dengan kuesioner SGRQ dengan nilai r =,2 korelasi yang sangat lemah. Kuesioner CAT tidak bisa menggantikan SGRQ dalam menilai kualitas hidup pasien PPOK, karena SGRQ lebih baik serta dapat membedakan antara kualitas hidup, status kesehatan dan beratnya penyakit. DAFTAR PUSTAKA. Senior RM, Shapiro SD. Chronic obstructive pulmonary disease : Epidemiology pathophysiology and pathogenesis. In : Fishman AP, editors. Fishman's pulmonary disease and disorder. th eds. NewYork: Mc Grawhill;99.p Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI; 2.p Jones PW. Health status measurement in chronic obstructive pulmonary disease. Thorax.2;: -.. Cote CG, Dordelly LJ, Celli BR. Impact of COPD exacerbations on patient-centered outcomes. Chest. 2;3:9-.. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Pocket guide to COPD diagnosis, management and prevention (updated July 29). Portland: NHLBI Publications;29. p.-.. Ong K, Ernest A, Suat J. A multidimensional grading system (BODE index) as predictor of hospitalization for COPD. Chest. 2;2:3-.. GlaxoSmithKline. Health care professional user guide. COPD assessment test. [Online]. 22 [Cited 22 May ]. Available from : URL : w w w. c a t e s t o n l i n e. o r g / U s e r G u i d e s / CATHCPUser%2guideEn.pdf.. Soeprihatini AR. Pengaruh suplementasi phyliantus niruri L terhadap penderita PPOK eksaserbasi akut yang mendapatkan siproploksasin. J Respir Indo. 2;: Ikalius. Perubahan kualitas hidup dan kapasitas fungsional penderita penyakit paru obstruktif kronik setelah rehabilitasi paru dinilai dengan St. George s respiratory questionnaire (SGRQ) dan uji jalan menit. Tesis Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI. Jakarta; 2.. Sitompul PA. Hubungan kolonisasi bakteri jalan napas bawah dengan inflamasi, fungsi paru dan klinis pada penyakit paru obstruktif kronik stabil. Tesis Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI. Jakarta; 2.. Cataluna JJS, Sanchez LS, Martinez MA, Sanchez PR, Salcedo E, Navarro M. Mid arm muscle area is a better predictor of mortality than body mass index in COPD. Chest. 2;2:-. 2. Prabaningtyas O. Hubungan antara derajat merokok dengan kejadian PPOK. Tesis Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS. Solo; Jones PW, Harding G, Berry P, Wiklund, Chen WH, Kline N. Development and first validation of the COPD assessment test. Eur Respir J. 29; 3: -.. Domingo SA, Lamarca R, Ferrer M, Aymerich JG, Alonso J, Fe'lez M, et al. Health related quality of life and mortality in male patient with chronic obstructive pulmonary disease. Am J Respir Crit Care Med. 22;:-.. Cosio BG, Agusti A. Update in chronic obstructive pulmonary disease 29. Am J Respir Crit Care Med. 2;:-.. Hanania NA. The impact of inhaled corticosteroid and long-acting β-agonist combination therapy on outcomes in COPD. Pulm Pharmacol Ther. 2;2(3):-.. Tobing NH. Rokok dan kesehatan respirasi. Warta rokok dan kesehatan PDPI. [Online]. 2 [Cited 2 2 A p r i l 3 ]. Av a i l a b l e f r o m : U R L : J Respir Indo Vol. 33, No., Januari 23

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ)

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ) ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ) Felicia S., 2010, Pembimbing I : J. Teguh Widjaja, dr., SpP., FCCP. Pembimbing II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek

BAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek ekstraparu yang signifikan dan berpengaruh terhadap keparahan penderita. Menurut GOLD (Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

Hubungan Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research Council Scale

Hubungan Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research Council Scale Hubungan Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research Council Scale dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dodi Anwar, Yusrizal Chan,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) telah berkembang menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia yang makin penting. PPOK menjadi penyakit berbahaya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG Anita Mayasari 1, Setyoko 2, Andra Novitasari 3 1 Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai karakteristik keterbatasan aliran nafas yang persisten, bersifat progresif dan berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMERIKSAAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMERIKSAAN PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMERIKSAAN PENELITIAN Nama : Umur : Tempat / Tanggal Lahir : Alamat : Pekerjaan : No telepon : No RM : Jenis Kelamin : 1. Laki laki 2. Perempuan Tinggi badan : cm Berat badan : kg Keluhan

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU Putri Ratriviandhani, 2016. Pembimbing I : J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP Pembimbing II : Jo Suherman, dr.,

Lebih terperinci

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No. LAMPIRAN 1 STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.RM : Tanggal I. DATA PRIBADI 1. Nama 2. Umur 3. Alamat 4. Telepon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di negara dengan pendapatan tinggi sampai rendah. 1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

Hubungan Pemeriksaan Faal Paru dan Keluhan Respiratorik pada Jemaah Haji Kota Padang Tahun 2008

Hubungan Pemeriksaan Faal Paru dan Keluhan Respiratorik pada Jemaah Haji Kota Padang Tahun 2008 Hubungan Pemeriksaan Faal Paru dan Keluhan Respiratorik pada Jemaah Haji Kota Padang Tahun 28 Taufiq Hidayat, Zailirin Yuliana Zainoeddin,Yusrizal Chan,Taufik Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 38 A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross sectional, variabel bebas dan variabel terikat diobservasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional di mana variabel bebas dan variabel tergantung diobservasi

Lebih terperinci

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA Siti A. Sarah M, 2011. Pembimbing I : dr.jahja Teguh Widjaja,Sp.P.,FCCP Pembimbing II: dr.sijani

Lebih terperinci

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll LAMPIRAN 1 Lembaran Pemeriksaan Penelitian Nama : Umur :...tahun Tempat / Tanggal Lahir : Alamat : Pekerjaan : No telf : No RM : Jenis kelamin : 1. Laki laki 2. Perempuan Tinggi badan :...cm Berat badan

Lebih terperinci

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No. LAMPIRAN 1 STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.RM : Tanggal : I. DATA PRIBADI 1. Nama 2. Umur 3. Alamat 4. Telepon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. obeservasional analitik dengan pendekatan cross sectional. ( ) ( ) ( )

BAB III METODE PENELITIAN. obeservasional analitik dengan pendekatan cross sectional. ( ) ( ) ( ) 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan desain penelitian obeservasional analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

Quality Outcome dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru di R.S.& Puskesmas

Quality Outcome dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru di R.S.& Puskesmas Quality Outcome dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru di R.S.& Puskesmas Dr.Priyanti ZS SpP(K) & Dr.Mukhtar Ikhsan SpP(K), MARS RSUP PERSAHABATAN JAKARTA 1 PENDAHULUAN Penyakit paru : masalah kesehatan

Lebih terperinci

Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan

Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan Herry Priyanto*, Faisal Yunus*, Wiwien H.Wiyono* Abstract Background : Method : April 2009 Result : Conclusion : Keywords

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (Health Partners, 2011). Uji fungsi paru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2008).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of Chronic Obstructive Lung Diseases (GOLD) merupakan penyakit yang dapat cegah dan diobati, ditandai

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang

Bab 3. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang Bab 3 Metode Penelitian A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan, sehingga diperlukan suatu kajian yang lebih menyeluruh mengenai determinan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asma 2.1.1. Definisi Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak napas,

Lebih terperinci

Efek N-Acetyl Cystein pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Paru Rumah Sakit Dr. M.

Efek N-Acetyl Cystein pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Paru Rumah Sakit Dr. M. Efek N-Acetyl Cystein pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Paru Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang Sri Avrides Suwarti, Yusrizal Chan, Zailirin Yuliana Zainoeddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru

Lebih terperinci

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru Setyoko 1, Andra Novitasari 1, Anita Mayasari 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

CURRICULUM VITAE. Nama : DR. Dr. Nur Ahmad Tabri, SpPD, K-P, SpP(K) Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 12 April 1959 Agama: Islam

CURRICULUM VITAE. Nama : DR. Dr. Nur Ahmad Tabri, SpPD, K-P, SpP(K) Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 12 April 1959 Agama: Islam CURRICULUM VITAE Nama : DR. Dr. Nur Ahmad Tabri, SpPD, K-P, SpP(K) Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 12 April 1959 Agama: Islam Email: nurahmad_59@yahoo.co.id Jabatan: Ketua Divisi Pulmonologi Dept.

Lebih terperinci

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma 2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma penatalaksanaan asma terbaru menilai secara cepat apakah asma tersebut terkontrol, terkontrol sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT KLINIS PPOK DENGAN HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI PARU BERDASARKAN SPIROMETRI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DERAJAT KLINIS PPOK DENGAN HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI PARU BERDASARKAN SPIROMETRI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN DERAJAT KLINIS PPOK DENGAN HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI PARU BERDASARKAN SPIROMETRI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Saturasi Oksigen pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil

Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Saturasi Oksigen pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Saturasi Oksigen pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Anriany Hanzy Sinambela, Amira Permatasari Tarigan, Pandiaman Pandia Departemen Pulmonologi dan Ilmu

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN i KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KARAKTERISTIK GEJALA PPOK YANG DINILAI BERDASARKAN KRITERIA DIAGNOSIS GRUP PADA PENDERITA PPOK DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Oleh: SUWENNY 100100059

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan penyakit paru obstruktif kronik telah di bahas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1022/MENKES/ SK/XI/2008 tentang pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati berupa hambatan aliran udara yang progresif, ditandai dengan inflamasi

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2014

STUDI KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2014 STUDI KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2014 Hardiana Sepryanti Palinoan, Risna Agustina, Laode Rijai Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN 2012

THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN 2012 KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang BAB I A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan penyebab utama dari morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang menderita akibat PPOK. PPOK merupakan

Lebih terperinci

FORMULIR IDENTITAS PASIEN

FORMULIR IDENTITAS PASIEN 51 Lampiran 1. Formulir Identitas Pasien FORMULIR IDENTITAS PASIEN A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan 3. Alamat lengkap : 4. Tempat, tanggal lahir : 5. No. Telp/ No.

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELUHAN PERNAPASAN DAN FAKTOR PSIKOLOGIS DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN PENYAKIT PARU

HUBUNGAN KELUHAN PERNAPASAN DAN FAKTOR PSIKOLOGIS DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN PENYAKIT PARU Jurnal Ners Indonesia, Vol.6 No.1, September 2016 HUBUNGAN KELUHAN PERNAPASAN DAN FAKTOR PSIKOLOGIS DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN PENYAKIT PARU Ulfa hasanah, Amira Permatasari, Evi Karota Email :ulfahasanah45@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab mortalitas terbesar kelima di dunia dan menunjukkan peningkatan jumlah kasus di negara maju dan

Lebih terperinci

Nilai COPD Assesment Test dan Modified Medical Research Council Dyspneu Scale dengan Derajat Obstruksi dan Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Nilai COPD Assesment Test dan Modified Medical Research Council Dyspneu Scale dengan Derajat Obstruksi dan Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik Nilai COD Assesment Test dan Modified Medical Research Council Dyspneu Scale dengan Derajat Obstruksi dan RELATIONSHI BETWEEN COD ASSESSMENT TEST (CAT) SCORE, Dewi Manihuruk, andiaman andia, Amira Tarigan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan progresif lambat yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee, 2004).

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN DENGAN DERAJAT BERAT PPOK

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN DENGAN DERAJAT BERAT PPOK HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN DENGAN DERAJAT BERAT PPOK Ika Nugraha C.A Akper Patria Husada Surakarta Jl. Sumpah Pemuda No 50 Surakarta Telp/ Fax.0271 853224 Abstrak: Morbiditas

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN LUAS PERMUKAAN TUBUH TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN LUAS PERMUKAAN TUBUH TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN LUAS PERMUKAAN TUBUH TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA Andre Dwijaya Saputra, 2011, Pembimbing I : Pinandojo Djojosoewarno dr., Drs., AIF. Pembimbing II : Endang

Lebih terperinci

TESIS O C T A R I A N Y PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

TESIS O C T A R I A N Y PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI TESIS ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU YANG DINILAI DENGAN COPD ASSESSMENT TEST (CAT) DAN UJI JALAN 6 MENIT O C T A R I A N

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, WHO, (2013) memperkirakan terdapat 235 juta orang yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 berdasarkan hasil survei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Gambaran Pemeriksaan Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang Berobat di Poli Paru RSUD Koja Periode Desember 2005-Desember 2008

Gambaran Pemeriksaan Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang Berobat di Poli Paru RSUD Koja Periode Desember 2005-Desember 2008 Artikel Penelitian Gambaran Pemeriksaan Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang Berobat di Poli Paru RSUD Koja Periode Desember 2005-Desember 2008 Indriani Kurniadi*, Mardi Santoso**,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang

Lebih terperinci

TESIS OCTARIANY PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

TESIS OCTARIANY PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN PULMONOLOGI & ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI TESIS ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU YANG DINILAI DENGAN COPD ASSESSMENT TEST (CAT) DAN UJI JALAN 6 MENIT OCTARIANY A PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan salah satu jenis dari penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan di masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Penyakit Paru Obstruksi

Lebih terperinci

ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA

ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA Michael Setiawan P., 2010 Pembimbing I: J. Teguh Widjaja., dr., Sp. P., FCCP. Pembimbing II: Dr.

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT) DENGAN RASIO FEV 1 /FVC PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) KLINIS Studi kasus pada pasien di RSUP dr. Kariadi Semarang LAPORAN HASIL KARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian, dimana jumlah penderita PPOK di Indonesia meningkat

Lebih terperinci

PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR.

PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR. PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ARUM

Lebih terperinci

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : UJI LATIHAN PERNAFASAN TERHADAP FAAL PARU, DERAJAT SESAK NAFAS DAN KAPASITAS FUNGSIONAL PENDERITA PPOK STABIL

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : UJI LATIHAN PERNAFASAN TERHADAP FAAL PARU, DERAJAT SESAK NAFAS DAN KAPASITAS FUNGSIONAL PENDERITA PPOK STABIL LAMPIRAN 1 STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : UJI LATIHAN PERNAFASAN TERHADAP FAAL PARU, DERAJAT SESAK NAFAS DAN KAPASITAS FUNGSIONAL PENDERITA PPOK STABIL No : RS/No.RM : Tanggal I. DATA PRIBADI 1. Nama

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT KEBIASAAN MEROKOK DENGAN DERAJAT PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI POLIKLINIK PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

HUBUNGAN RIWAYAT KEBIASAAN MEROKOK DENGAN DERAJAT PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI POLIKLINIK PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU HUBUNGAN RIWAYAT KEBIASAAN MEROKOK DENGAN DERAJAT PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI POLIKLINIK PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Trisna Sentia Dewi 1, Zarfiardy AF 2, Miftah Azrin 3 ABSTRACT Chronic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau Cronik Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *  ABSTRAK Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN L-CARNITINE TERHADAP % VEP-1 dan SKOR CAT PENDERITA PPOK STABIL

PENGARUH PEMBERIAN L-CARNITINE TERHADAP % VEP-1 dan SKOR CAT PENDERITA PPOK STABIL PENGARUH PEMBERIAN L-CARNITINE TERHADAP % VEP-1 dan SKOR CAT PENDERITA PPOK STABIL T E S I S Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar DOKTER SPESIALIS PARU DAN PERNAPASAN Oleh Wahyu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan tanda objektif adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia berat dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang

Lebih terperinci

Perbedaan Pengaruh Latihan Threshold dan Resistive Load Training Terhadap MIP, Gejala Sesak, Kapasitas Latihan dan Kualitas Hidup Pasien PPOK Stabil

Perbedaan Pengaruh Latihan Threshold dan Resistive Load Training Terhadap MIP, Gejala Sesak, Kapasitas Latihan dan Kualitas Hidup Pasien PPOK Stabil Perbedaan Pengaruh Latihan Threshold dan Resistive Load Training Terhadap MIP, Gejala Sesak, Kapasitas Latihan dan Kualitas Hidup Pasien PPOK Stabil Dicki Harnanda Prihandono, Suradi Departemen Pulmonologi

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Christine Nathalia, 2015; Pembimbing : Dani, dr., M.Kes. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit progresif yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang masuk terjadi secara ireversibel, Sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asma 2.1.1. Definisi Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga menimbulkan gejala yang berhubungan dengan luas inflamasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii

Lebih terperinci

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Laporan Penyuluhan Penyakit Paru Obstruksi Kronik () A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik () atau disebut juga dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kondisi inflamasi, keadaan reumatik kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. Osteoartritis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI MAXIMAL VOLUNTARY VENTILATION SEBELUM DAN SETELAH REHABILITASI OTOT PERNAPASAN PADA PASIEN-PASIEN PENYAKIT PARU NO: RS/NO.

PERBANDINGAN NILAI MAXIMAL VOLUNTARY VENTILATION SEBELUM DAN SETELAH REHABILITASI OTOT PERNAPASAN PADA PASIEN-PASIEN PENYAKIT PARU NO: RS/NO. LAMPIRAN STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN: PERBANDINGAN NILAI MAXIMAL VOLUNTARY VENTILATION SEBELUM DAN SETELAH REHABILITASI OTOT PERNAPASAN PADA PASIEN-PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK NO: RS/NO.RM:

Lebih terperinci