BAB II SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI. Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI. Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana"

Transkripsi

1 BAB II SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 2.1 Petir atau Halilintar Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di mana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan biasanya disebut kilat yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar sering disebut Guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Gambar 2.1 Petir Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.

2 Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan Proses terjadinya Petir Gambar 2.2 Proses Terjadinya Petir

3 Teori yang secara luas dapat diterima tentang petir yaitu bahwa awan terdiri dari daerah bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat muatan ini menginduksikan muatan berpolaritas berlawanan ke awan terdekat atau ke bumi. Gradien potensial di udara antara pusat-pusat muatan di awan atau antara awan dan bumi tidak seragam tapi gradient tersebut timbul pada bagian konsentrasi muatan tinggi. Ketika gradient tegangan tinggi pada titik konsentrasi muatan dari awan melebihi harga tembus udara yang terionisasi, maka udara di daerah konsentrasi tekanan tinggi mengionisasi atau tembus (breakdown). Muatan dari pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi, mempertahankan gradient tegangan tinggi pada ujung kanal dan melanjutkan proses tembus listrik. Sambaran petir ke bumi mulai ketika suatu muatan sepanjang pinggir awan menginduksikan suatu muatan lawan ke bumi. Kemudian akan timbul lidah petir arah bawah menyebar dari awan ke bumi. Begitu lidah petir mendekati bumi, sambaran kearah atas terbentuk, biasanya dari titik tertinggi disekitarnya. Bila lidah petir kearah atas dan kearah bawah bertemu, suatu hubungan awan ke bumi terbentuk dan energi muatan awan dilepaskan ke dalam tanah. Terdapat beberapa definisi dari petir, antara lain: a) Fenomena alam yang merupakan Pelepasan muatan elektrostatis yang berasal dari badai Guntur. b) Pelepasan muatan ini disertai dengan pancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik lainnya. c) Arus listrik yang melewati saluran pelepasan muatan tadi dengan cepat memanaskan udara dan berkembang sebagai plasma yang menimbulkan gelombang bunyi yang bergetar ( guntur ) di atmosfir

4 2.1.2 Pelepasan Muatan Elektrostatis Arus listrik yang mengalir tiba-tiba dan sangat cepat karena adanya kelebihan muatan listrik yang tersimpan pada sebuah benda yang isolator ke benda yang berbeda potensial, misalnya tanah. Badai Guntur disebut juga badai listrik, merupakan suatu karakter cuaca dimana terjadi petir dan guntur, biasanya disertai dengan hujan lebat, hujan es. Plasma adalah istilah ilmu fisika, Gas yang terionisasi sehingga fase materinya berbeda dengan gas itu sendiri. Guntur adalah bunyi dari getaran gelombang yang disebabkan oleh petir yang memanaskan udara sampai o C. Udara yang sangat panas itu mengembang dengan cepat dan mengerut ketika dingin. Proses ini menimbulkan gelombang bunyi. Awan, pada umumnya kurang lebih mengandung listrik. Secara mekanik, thermodinamika, energi kimia diubah menjadi energi listrik dengan kutub yang terpisah. Kebanyakan petir memiliki fase waktu, antara lain: 1) Fase Waktu Pertumbuhan, sekitar menit 2) Fase Waktu Puncak, sekitar menit 3) Fase Waktu Menghilang, sekitar 30 menit Dalam kondisi cuaca yang normal, perbedaan potensial antara permukaan bumi dengan ionosphere adalah sekitar sampai Volts, dengan arus sekitar 2x10-12 Amperes/m 2. Perbedaan potensial ini diyakini memberikan kontribusi dalam distribusi badai petir (Thunderstorm) di seluruh dunia.

5 Pada lapisan atmosphere bertebaran gumpalan-gumpalan awan yang diantaranya terdapat awan yang bermuatan listrik. Awan bermuatan listrik tersebut terbentuk pada suatu daerah dengan persyaratan: a. Kondisi udara yang lembab (konsentrasi air yang banyak) b. Gerakan angin ke atas c. Terdapat inti Higroskopis Kelembaban terjadi karena adanya pengaruh sinar matahari yang menyebabkan terjadinya penguapan air di atas permukaan tanah (daerah laut, danau). Sedangkan pergerakan udara ke atas disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan akibat daerah yang terkena panas matahari bertekanan lebih tinggi atau karena pengaruh angin. Di samping itu terdapat Inti Higroskopis sebagai inti butir-butir air di awan akibat proses kondensasi. Ketiga unsure inilah yang diperlukan untuk menghasilkan awan guruh/awan Commulonimbus yang bermuatan negative yang karakteristiknya berbeda-beda sesuai dengan kondisi tempatnya. Muatan awan bawah yang negative akan menginduksi permukaan tanah menjadi positif maka terbentuklah medan listrik antara awan dan tanah (permukaan bumi). Semakin besar muatan yang terdapat di awan, semakin besar pula medan listrik yang terjadi dan bila kuat medan tersebut telah melebihi kuat medan tembus udara ke tanah, maka akan terjadi pelepasan muatan listrik sesuai dengan hokum kelistrikan, peristiwa inilah yang disebut petir. Dengan letak geografis yang dilalui garis khatulistiwa, Indonesia beriklim tropis. Hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun yang sangat tinggi. 2.2 Sistem Tenaga Listrik

6 Pada sistem tenaga listrik yang besar, atau bilamana Pembangkit Tenaga Listrik terletak jauh dari pemakai, maka tenaga listrik itu perlu diangkut melalui saluran transmisi, dan tegangannya harus dinaikkan menjadi tegangan tinggi (TT). Pada jarak yang sangat jauh malah diperlukan tegangan ekstra tinggi (TET). Menaikkan tegangan itu dilakukan di gardu induk (GI) dengan mempergunakan transformator penaik tegangan (step-up transformer). Gambar 2.3 Step Up Transformer Mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan suatu industri atau kota, tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan menengah (TM). Hal ini juga dilakukan pada suatu GI dengan mempergunakan transformator penurun tegangan (step down transformer).

7 Gambar 2.4 Step Down Transformer ( GI BSB Semarang ) Di Indonesia tegangan menengah adalah 20 kv. Saluran 20 kv ini menelusuri jalan-jalan di seluruh kota, dan merupakan sistem distribusi primer. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik secara keseluruhan, sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Pada umumnya sistem distribusi tenaga listrik di Indonesia terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut : Gardu Induk (GI) Saluran Tegangan Menengah (TM)/ Distribusi Primer Gardu Distribusi (GD) Saluran Tegangan Rendah (TR) Gardu induk akan menerima daya dari saluran transmisi kemudian menyalurkannya melalui saluran distribusi primer menuju gardu distribusi. Sistem jaringan distribusi terdiri dari dua buah bagian yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Gardu Induk adalah suatu instalasi, terdiri dari peralatan listrik yang berfungsi untuk :

8 1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ke tegangan tinggi yang lainnya atau ke tegangan menengah. 2. Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem tenaga listrik. 3. Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu distribusi melalui feeder tegangan menengah. Gambar 2.5 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi. Oleh sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat dengan masyarakat. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kv, 12 kv, 6 kv. Pada saat ini, tegangan distribusi primer yang cenderung dikembangkan oleh PLN adalah 20 kv. Tegangan pada jaringan distribusi primer, diturunkan oleh gardu distribusi menjadi tegangan rendah yang besarnya adalah 380/220 V, dan disalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah kepada konsumen. Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan gangguan yang dapat mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. 2.3 Sistem Distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah

9 Bermacam - macam bentuk konfugurasi jaringan yang berbeda diambil untuk bermacam - macam jaringan transmisi, subtransmisi dan distribusi, yang menunjukkan jumlah kebutuhan daya dan keamanan jaringan. Misalnya, jaringan transmisi utama membawa daya yang besar untuk banyak konsumen ini lebih penting daripada jaringan distribusi tegangan rendah di jalan karena bila jaringan utama mengalami gangguan konsumen yang menderita lebih banyak. Karenanya biasanya dipakai jaringan loop untuk rangkaian ini. Jaringan ini memberikan kapasitas siap yang lebih besar dari yang biasanya dipakai untuk distribusi tegangan rendah untuk mencatu rumah tangga. Sebagai tambahan terhadap aspek keandalan konsumen yang banyak dan tentunya banyak titik catu pada jaringan tegangan rendah ini berarti untuk memenuhi catu tegangan untuk tiap konsumen terakhir terhambat karena mahal. Untuk saluran catu yang panjang di pedesaan keandalannya sering kali dapat diperbaiki dengan menggunakan titik dalam bentuk rangkaian pemutus arus yang akan memutus satu bagian dari saluran dan mencegah seluruh - saluran catu terputus dari sumber daya. Sistem distribusi akan lebih efektif bila digunakan bentuk atau tipe sistem distribusi yang berbeda beda mengingat disesuaikan dengan keadaan beban maupun dengan hal - hal yang mempengaruhi sistem dan di dalam pemilihan tipe sistem distribusi tidak terlepas dari persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut : Kontinuitas pelayanan yang baik tidak sering terjadi pemutusan. Keandalan yang tinggi antara lain meliputi : - Kapasitas daya yang memenuhi. - Tegangan yang selalu konstan dan nominal. - Frekwensi yang selalu konstan. Penyebaran daerah beban yang seimbang.

10 Fleksibel dalam pengembangan dan perluasan tidak hanya bertitik tolak pada kebutuhan beban sesaat tetapi kemungkinan pengembangan beban yang harus dilayani. Tegangan jatuh yang sekecil mungkin. Pertimbangan ekonomis menyangkut perhitungan untung rugi baik secara komersial maupun dalam rangka penghematan anggaran yang tersedia. Saluran udara digunakan pada pemasangan di luar bangunan, direnggangkan pada isolator-isolator di antara tiang-tiang sepanjang beban yang dilalui suplai tenaga listrik,mulai gardu induk sampai ke pusat beban ujung akhir. Gambar 2.6 Saluran Udara Tegangan Menengah Jaringan udara direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan beban rendah atau sangat rendah, misalnya pinggiran kota, kampung/kota kota kecil dan tempat tempat - tempat yang jauh serta luas dengan beban tersebar. Seringkali digunakan untuk melayani daerah yang sedang berkembang sebagai tahapan sementara. Kota kota besar dengan mayoritas perumahan kebanyakan menggunakan jaringan udara Jenis Penghantar

11 Bahan yang banyak dipakai untuk kawat penghantar adalah tembaga dan alumunium. Secara teknis, tembaga lebih baik daripada aluminium karena memiliki daya hantar arus yang lebih tinggi. Namun karena harga tembaga yang tinggi, lagipula memiliki kecenderungan untuk senantiasa naik, kian lama pemakaian kawat alumunium lebih banyak dipakai. Apalagi kawat tembaga sering menjadi sasaran pencurian karena dapat diolah untuk pembuatan barang barang lain yang laku di pasaran. Karenanya kawat alumunium berinti baja (ASCR atau Alumunium Cable Steel Reinforced ) banyak dipakai untuk saluran udara tegangan tinggi maupun tegangan menengah. Sedangkan untuk saluran tegangan rendah banyak dipakai kawat alumunium telanjang ( AAC atau All Alumunium Cable). Kini untuk saluran udara banyak juga dipakai kawat udara alumunium punter berisolasi. Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari suatu bagian ke instalasi atau bagian yang lain. Penghantar ini harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : a. Memiliki daya hantar yang tinggi b. Memilki kekuatan tarik yang tinggi c. Memiliki berat jenis yang rendah d. Memiliki fleksibilitas yang tinggi e. Tidak cepat rapuh f. Memiliki harga yang murah Jenis-jenis bahan penghantar, antara lain : Kawat logam biasa, contohnya AAC ( All Alumunium Conductor ) Kawat logam campuran,contohnya AAAC (All Alumunium Alloy Conductor)

12 Gambar 2.7 Penghantar AAAC Beberapa pertimbangan untuk saluran udara dapat disebut seperti berikut : a) Keuntungan atau kelebihan berupa : Investasi atau biaya untuk membangun saluran udara jauh lebih rendah dibanding dengan kabel tanah yaitu berbanding sekitar 1: 5,6 bahkan lebih tinggi untuk tegangan yang lebih tinggi. Kawat untuk daerah - daerah yang lahannya merupakan batu,lebih mudah membuat lubang untuk tiang listrik daripada membuat jalur lubang bagi kabel tanah. Terutama untuk tegangan extra tinggi, masing - masing fase dapat diletakkan cukup jauh terpisah. Pemeliharaan lebih mudah dan mencari tempat saluran terganggu juga jauh lebih mudah. b) Kerugian atau kekurangan pada saluran udara berupa: Lebih mudah terganggu karena angin ribut, hujan, petir, maupun anak - anak yang main layang - layang. Mengganggu pemandangan dan bahkan dianggap mengganggu lingkungan. Bilamana terjadi kawat putus dapat membahayakan manusia.

13 Khusus untuk tegangan tinggi,medan elektromagnetik yang berasal dari saluran udara sering dianggap berbahaya untuk keselamatan manusia Kontruksi Jaringan SUTM 20 kv Peralatan yang utama dalam jaringan adalah tiang listrik, konduktor dan isolator. Untuk konstruksi lama tiang listrik ini dibuat dari besi baja sedangkan konstruksi baru dibuat dari beton Kontruksi CC1-A Kontruksi ini untuk keadaan lurus atau membelok dengan sudut lebih kecil dari 15 o. Dipakai pada tempat-tempat yang lurus dimana isolator hanya berfungsi sebagai penyangga konduktor. Gaya tarik horizontal hampir tidak ada. Material : Line post insulator Gambar 2.8 Kontruksi CC1-A

14 Center braket Bolt machine Washer, square Steel crossarm Steel bracebolt single upset, insulatedspol insulator ansi Tie wire Locknuts Kontruksi CC2-A Kontruksi ini untuk keadaan lurus atau membelok pada tempat-tempat yang menyudut dengan sudut lebih besar dari 15 o dan lebih kecil dari 60 o dengan double crossarm. Gambar 2.9 Kontruksi CC2-A Material : Line post insulator Center braket Bolt machine

15 Washer, square Steel crossarm Steel bracebolt single upset, insulated Spol insulator ansi Tie wire Locknuts Kontruksi CC-7 Dipakai pada tempat-tempat ujung akhir dari saluran udara tegangan menengah (SUTM) menggunakan single crossarm atau menggunakan double crossarm. Gambar 2.10 Kontruksi CC-7 Material : Insulator suspension Bolt double arming 5/8 Washer, square

16 Steel brace Insulator ansi, clevis sec Crossarm Dead end clamp primary Kontruksi CC8 Dipakai pada tempat yang membelok dengan sudut lebih besar dari 60 o. menggunakan single crossarm atau menggunakan double crossarm. Gambar 2.11 Kontruksi CC8 Material : Insulator suspension Line post insulator Center braket Bolt machine

17 Bolt double arming 5/8 Washer, square Steel brace Insulator ansi, clevis sec Crossarm Dead end clamp primary Kontruksi CC9 Kontruksi ini untuk keadaan lurus atau membelok dengan sudut lebih kecil dari 15 o dengan alley arm. Gambar 2.12 Kontruksi CC9 Material : Line post insulator Center braket Bolt machine

18 Washer, square Steel crossarm Steel bracebolt single upset, insulatedspol insulator ansi Tie wire Steel alley arm brace Locknuts Rele dan Proteksi Kebutuhan energi listrik sangat diperlukan, karena itu diperlukan suatu sistim yang handal untuk dapat meminimalkan segala bentuk gangguan yang terjadi pada jaringan sistim tenaga listrik. Untuk meningkatkan kehandalannya perlu dipasang sistim proteksi untuk setiap gangguan yang berbeda, salah satunya adalah dipasanganya relay proteksi untuk melindungi peralatan jaringan sistim tenaga listrik pada gardu induk. Dimana gangguan-gangguan tersebut diantaranya disebabkan karena adanya arus hubung singkat dan sambaran petir sehingga arus yang mengalir keperalatan tidak sesuai dengan nilai nominalnya atau lebih besar dari kapasitasnya. Dengan adanya peranan relay pengaman ini pada jaringan sistim tenaga listrik tersebut sehingga akan meminimalkan kerusakan peralatan jaringan terutama pada jaringannya Pemutus Tenaga (PMT) Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal ataupun gangguan. Secara singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah : a. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaianlistrik.

19 b. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka sehingga gangguan dapat dihilangkan Relay Arus Lebih (OCR) Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting. Macam-macam karakteristik relay arus lebih : a. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay) Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 20 ms). b. Relay arus lebih waktu tertentu (deafinite time relay) Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay Pemutus Balik Otomatis (Recloser) Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik mempunyai kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.

20 Pelebur ( fuse cut out ) Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen yang telah dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana pelebur tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan permanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan tertentu. Gambar 2.13 Fuse Cut Out Lightning Arrester (LA) Suatu alat pelindung dari tegangan lebih yang disebabkan oleh surja petir maupun surja hubung. Arrester beroperasi melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. 2.4 Teori Perhitungan Sambaran Petir

21 Pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) gangguan kilat akibat sambaran tidak langsung atau sambaran induksi tidak boleh diabaikan. Justru gangguan kilat akibat sambaran induksi ini lebih banyak dibandingkan dengan gangguan kilat akibat sambaran langsung. Hal tersebut disebabkan oleh dua hal : a. Karena tingkat ketahanan impuls isolasi V 50% dari isolator SUTM relative rendah. Misalnya isolator 20 kv mempunyai ketahanan impuls isolasi V 50% = 160 kv dan ini rendah. b. Karena luasnya daerah sambaran induksi, jadi jumlah sambaran kilat induksi juga jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah sambaran langsung. Bila besar surja tegangan yang timbul menyamai atau melebihi ketahanan impuls isolasi isolator, V 50%, maka diasumsikan terjadi lompatan api pada isolator, dan selanjutnya tergantung dari besar probabilitas peralihan dari lompatan api menjadi busur api diperoleh jumlah gangguan saluran. Gangguan kilat pada saluran udara tegangan menengah dibedakan menjadi dua macam gangguan menurut cara terjadinya sambaran yaitu : Sambaran kilat langsung Sambaran tidak langsung ( induksi ) Sebagaimana diketahui panjang gawang saluran udara tegangan menengah berkisar antara 40 sampai 80 meter, tetapi pengetahanan tiang dilakukan 3 sampai 4 gawang, yaitu untuk saluran dengan kawat tanah atau kawat netral. Jadi sambaran langsung dianggap semua pada tiang, baik pada tiang yang diketanahkan maupun pada tiang yang tidak diketanahkan dengan jumlah sambaran dianggap sama. Jadi jumlah gangguan pada tegangan menengah dapat dituliskan sebagai :

22 No = Ni + Nt di mana, : No = jumlah gangguan kilat Ni = jumlah gangguan akibat sambaran induksi, Nt = jumlah gangguan akibat sambaran langsung Gangguan Kilat dan Angka Keluar Satuan gangguan adalah angka keluar akibat sambaran kilat diberikan dalam jumlah ganguan per 100 km per tahun. Gangguan ini biasanya di bagi dalam dua kelompok : 1. Gangguan akibat sambaran langsung, yang terdiri dari : a. Gangguan kilat pada kawat tanah, b. Gangguan kilat pada kawat fasa atau gangguan perisai. 2. Gangguan kilat akibat sambaran tidak langsung atau sambaran induksi. Untuk saluran distribusi tegangan menengah, justru sambaran induksi ini yang mengakibatkan lebih banyak gangguan. Jumlah sambaran kilat ke bumi adalah sebanding dengan jumlah hari guruh per tahun atau Iso Keraunik Level ( IKL ) ditempat itu. Banyak para penyelidik yang telah memberikan perhatian kearah ini dan mengemukakan rumus rumus yang berlainan. Untuk Indonesia di usulkan menggunakan, dimana, N = 0,015 IKL (2.1) N = Jumlah sambaran per km 2 per tahun

23 IKL = Jumlah hari guruh per tahun Jadi jumlah sambaran pada saluran sepanjang 100 km adalah : N L 0,015 IKL b 4 h 1,09 (2.2) Sambaran per 100 km per tahun Rumus rumus tersebut diberikan dalam tebel berikut : Tabel 2.1 Relasi empiris antara kerapatan sambar dan hari guruh tahunan. No Lokasi Kerapatan Sambaran Penyelidik Petir N (per km kwadrat per tahun) (! ) 1 India 0,10 IKL Aiya ( 1968 ) 2 Rhodesia 0,14 IKL Anderson dan Jenner (1954 ) 3 Afrika Selatan 0,023 (IKL) 1 ; 3 Anderson Eriksson (1954) 4 Swedia 0,004 (IKL) 2 Muller Hillebrand (1964) 5 Inggris ( UK ) a (IKL) a=2,6 ± 0,2x10 b=1,9 ± 0,1 b -3 Stringfellow (1974 ) 6 USA ( bag. Utara ) 0,11 IKL Horn dan Ramsey

24 (1951) 7 USA ( bag. Selatan) 0,17 IKL Horn dan Ramsey (1951) 8 USA 0,1 IKL Anderson (1968) 9 USA 0,15 IKL Brown dan Whitehead (1969) 10 Rusia 0,036 (IKL) 1,3 Kolokolov dan Pavlova (1972) 11 Dunia (iklim sedang) 0,19 IKL Brooks (1950) 12 Dunia (iklim sedang) 0,15 IKL Golde (1966) 13 Dunia (iklim tropis) 0,13 IKL Brooks (1950) Untuk daerah katulistiwa dengan iklim tropis seperti di Indonesia dengan IKL berkisar antara 60 sampai 150 menggunakan N = 0,15 IKL Besar tegangan yang timbul pada isolator tergantung pada kedua parameter kilat, yaitu puncak dan kecuraman muka gelombang. Tidak semua sambaran kilat dapat mengakiatkan lompatan api (flashover) pada isolator saluran. Demikian juga tidak semua lompatan api yang timbul dapat beralih menjadi busur api ( power arc ) yang mengakibatkan gangguan saluran (line outage). Apakah akan terjadi lompatan api bila saluran disambar kilat tergantung dari besar tegangan yang timbul dan melebihi kekuatan impuls V 50% isolator. Demikian juga apakah akan tarjadi peralihan dari lompatan api menjadi busur api yang mengakibatkan gangguan saluran tergantung dari sejumlah factor seperti dijelaskan berikut ini.

25 Waktu beraksi rele biasanya tidak kurang dari setengah putaran (cycle) atau 0,01 detik ( untuk frekuensi sistem 50Hz ), sedang eksistensi gelombang kilat tidak lebih dari 100 mikrodetik. Jadi lompatan api impuls itu tidak mungkin mengakibatkan pemutusan saluran. Pemutusan saluran itu hanya akan terjadi bila: Probabilitas beralihnya lompatan api impuls menjadi busur api tergantung dari sejumlah factor termasuk daya sumber. Tetapi yang paling berpengaruh adalah intensitas medan yang ditimbulkan oleh tegangan keja dalam kanal pelepasan impuls ( impulse discharge). Makin tinggi intensitas medan makin baik konduktivitas kanal pelepas impuls dan makin tinggi probabilitas beralihnya lompatan api menjadi busur api, dan yang terakhir ini akan selalu mengakibatkan gangguan saluran ( line outage ). Bila gradient tegangan kerja sepanjang jalan lompatan api tidak cukup besar busur api tidak akan terbentuk dan karenanya gangguan saluran juga tidak terjadi. Menurut penelitian yang dilakukan di Rusia probabilitas beralihnya lompatan api menjadi busur api pada isolator dihubungkan dengan intensitas medan karena tegangan kerja dan ini kira kira sama dengan hasil bagi tegangan netral (rms) dengan panjang rentangan isolator. Pada saluran saluran yang diketanahkan dengan kumparan Petersen, pada gangguan satu fasa ke tanah arus kapasitif sudah di kompensir oleh aus kumparan Petersen, jadi probabiitas peralihan lompatan api menjadi busur api adalah nol, jadi gangguan yang mungkin adalah gangguan fasa ke fasa. Jadi, penjelasan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah gangguan pada saluran tergantung dari : a. Jumlah sambaran pada saluran, N L b. Probabilitas terjadinya lompatan api, P FL

26 c. Probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api, Dengan demikian besar terjadinya probabilitas terjadinya gangguan dapat ditulis sebagai : N o = 0,015 IKL ( b + 4h 1,09 ). P FL (2.3) Untuk mengurangi probabilitas terjadinya lompatan api biasanya dilakukan dengan memasang kawat tanah pada saluran. Jadi bila kilat menyambar kawat tanah hanya untuk arusarus kilat yang besar dapat terjadi lompatan api. Untuk mengurangi probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api dapat dilakukan dengan memperpanjang jalan lompatan api, menggunakan tiang kayu Sambaran langsung Yang dimaksud dengan sambaran langsung adalah apabila kilat menyambar langsung pada kawat (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah ( untuk saluran dengan kawat tanah ). Pada saluran udara tegangan menengah diasumsikan bahwa pada saluran dengan kawat tanah tidak ada kegagalan perisaian. Asumsi ini dapat di benarkan karena tinggi kawat di atas tanah relative rendah ( 10 sampai 13 meter ) dan juga karena dengan sudut perisaian yang biasanya lebih kecil 60 derajat sudut dapat dianggapsambaran kilat mengenai kawat tanah, jadi tidak ada kegagalan perisaian. Pada waktu kilat menyambar kawat tanah atau kaat fasa akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat pada kawat. Arus yang besar ini dapat membahayakan peralatan-peralatan yang ada pada saluran. Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini tergantung pada besar arus kilat, waktu muka dan jenis tiang saluran. Oleh karena

27 saluran saluran tegangan menengah tidak begitu tinggi di atas tanah, maka jumlah sambaran langsung pun rendah. Makin tinggi tegangan sistim makin tinggi tiangnya, dan makin besar jumlah sambaran ke saluran itu. Tegangan lebih akibat sambaran kilat selain tergantung pada parameter kilat ( arus puncak dan waktu muka ) juga dipengaruhi oleh jenis saluran dan tiang penopang. Jenis saluran adalah saluran tanpa kawat tanah dan saluran dengan kawat tanah dan jenis tiang penopang adalah : tiang besi, tiang kayu dan tiang beton. Tiang kayu atau beton, demikian juga lengan ( cross arm ) kayu mempengaruhi besar tingkat ketahanan impuls isolasi saluran. Perhitungan-perhitungan dilakukan berdasarkan tiang dan lengan besi. Pengaruh penambahan tingkat ketahanan isolasi dari kayu atau beton dapat ditambahkan pada tingkat ketahanan impuls isolasi dari isolator. Tahanan kontak tiang pada tiang-tiang yang di ketanahkan mempengaruhi juga tegangan yang timbul pada isolator saluran. Besar tahanan kontak ini berkisar antara 5 ohm sampai 50 ohm. Dalam perhitungan perhitungan dianjurkan menggunakan 20 ohm. Pada sambaran ke kawat fasa untuk saluran tanpa kawat tanah hanya ditinjau arus puncak kilat, sedang pada sambaran ke kawat tanah pada saluran dengan kawat tanah, kedua parameter kilat, arus puncak dan waktu muka gelombang, diperhitungkan Tegangan Lebih Akibat Sambaran Langsung Tegangan petir akibat sambaran petir dapat terjadi karena sambaran langsung ke kawat fasa ( untuk saluran tanpa kawat tanah ) atau sambaran ke kawat tanah ( untuk saluran dengan kawat tanah ). Di sini dimisalkan bahwa pada saluran dengan kawat tanah tidak ada kegagalan

28 perisaian karena tinggi saluran di atas tanah relatif rendah ( kurang dari 10 meter ) dan juga karena sudut perisaian biasanya tidak terlalu basar ( dibawah 60 0 ) Saluran Tanpa Kawat Tanah Pada saluran tanpa kawat tanah, hampir semua sambaran kilat menganai kawat dan sangat jarang mengenai tiang. Jadi di sini dimisalkan semua sambaran mengenai kawat. Parameter sambaran petir yang berpengaruh jika terjadi sambaran kilat pada saluran tanpa kawat tanah adalah arus puncaknya, sedangkan pengaruh dari kecuraman arus dapat di abaikan. Selama terjadi sambaran pada kawat, suatu impedansi yang sama dengan setengah dari impedansi surja kawat Z p /2 di hubungkan pada tempat sambaran. Probabilitas arus sama atau melabihi I 0, atau probabilitas terjadinya lompatan api adalah : 50% 8,5 P FL = e (2.4) V 50% = I 0 = besar arus kilat menyambar sesuatu obyek dengan tahanan nol ( zero resistance ground ) V 50% = tahanan impuls isolator ( untuk isolator TM = 160 kv) Z P = impedansi surja kawat IKL = jumlah hari guruh per tahun ( di Indonesia 100 ) h = tinggi kawat fasa di atas tanah = probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api / gangguan b = jarak antar fasa Jumlah sambaran petir adalah :

29 N L = 0,015 IKL ( b + 4 h 1,09 ) (2.5) Sambaran per 100 km per tahun Jumlah gangguan sambaran kilat langsung tanpa kawat tanah adalah : N t = N FL x η = N L P FL η (2.6) Dalam hal tiang kayu, lompatan api yang terjadi lebih mungkin dari fasa yang di sambar kilat ke fasa yang di dekatnya atau di sebut lompatan api samping ( side flasover ). Pengaruh tiang beton menambah tingkat ketahanan isolasi beberapa puluh kv, dan ini dapat di tambahkan pada V 50% isolator saluran. Dari hasil hasil penguji diperoleh tegangan tembus beton kira kira 23kV/cm untuk beton kering dan 20 kv/cm untuk beton basah. Dalam perhitungan perhitungan diambil tegangan tembus beton 20kV/cm. Pada sistem sistem yang tidak diketanahkan atau pada sistem sistem yang diketanahkan dengan kumparan Petersen dengan derajat tala sempurna, maka dalam hal ini lompatan api pada satu fasa tidak dapat mengakibatkan gangguan saluran. Hal tersebut disebabkan kumparan patarsen itu telah memadamkan bunga api arus kapasitif. Jadi probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api dapat dianggap nol. Gangguan yang terjadi adalah gangguan fasa ke fasa atau gangguan tiga fasa. Pada saluran dengan konfigurasi horizontal sambaran hamper seluruhnya terjadi pada kawat yang paling pinggir, sedang pada konfigurasi vertical pada kawat yang paling atas. Sambaran pada kawat yang mengakibatkan lompatan api pada isolatornya, arus kilat mulai mengalir ke tanah melalui dasar tiang / menara dan tahanan pengetanahan R.

30 Bila terjadi pelepasan kilat pada kawat dekat tiang, arus kilat penuh sebesar yang diperoleh pada obyek yang diketanahkan secara sempurna, atau tahanan R = 0, mulai mengalir melalui tahanan pengetanahan R dan tiang memperoleh tegangan hamper sama dengan I O R. Tegangan kawat yang disambar kilat juga mengalami tegangan sama dengan I O R Saluran Dengan Kawat Tanah Seperti diketahui pemasangan kawat tanah bertujuan untuk melindungi kawat fasa dari sambaran langsung kilat. Dengan adanya kawat tanah yang letaknya di atas kawat fasa dan tinggi kawat di atas tanah relatif rendah, dianggap semua sambaran mengenai kawat tanah, jadi tidak ada yang menyambar kawat fasa. Pada saluran udara tegangan menengah tidak semua tiang di ketanahkan, tetapi selang 3 sampai 4 gawang. Panjang gawang relatif kecil ( 40 sampai 80 meter ), jadi di sini dianggap semua sambaran mengenai tiang, baik tiang yang ketanahkan maupun tiang yang tidak di ketanahkan. Jumlah sambaran pada tiang yang di ketanahkan di ambil sama dengan jumlah sambaran pada tiang yang tidak di ketanahkan. Gambar 2.14 Jaringan Tegangan Menengah 20 kv Dengan Kawat Netral

31 Tiang yang di ketanahkan mempunyai tahanan kontak 20 ohm dan tiang yang tidak diketanahkan tinggi, beberapa ratus sampai ribuan ohm, tergantung dari jenis pondasi ( batu kali dengan pasir / tamah atau di cor beton ) dan keadaan tanah ( basah, kering atau tanah berpasir ). Jadi sambaran ke kawat tanah dibagi dalam dua golongan, sambaran pada tiang yang diketanahkan (50%) dan sambaran pada tiang yang tidak diketanahkan (50 %). Untuk sambaran pada tiang, kilat seolah olah menemui impedansi surja kawat tanah dan impedansi surja tiang yang tersambung paralel. Setelah kilat menyambar tiang, gelombang merambat pada tiang ke dasar tiang. Pada dasar tiang terjadi pantulan, dan gelombang pantulan ini merambat ke puncak tiang dimana ia mengalami pantulan kembali. Jadi pada tiang mengalami pantulan kembali. Besar tahanan kontak tiang yang di ketanahkan diambil 20 ohm dan tahanan kontak tiang yang tidak di ketanahkan sangat besar, beberapa ratus sampai ribuan ohm. Sebagai harga rata rata di sarankan menggunakan 100 ohm untuk tiang besi dan 500 ohm untuk tiang beton. Dengan mengetahui besar arus minimum yang dapat menimbulkan lompatan api balik ( back flashover ), kemudian dapat dicari probabilitas terjadinya lompatan api. %. P FL = e (2.7) Jumlah gangguan dengan kawat tanah adalah : N t = N L P FL %. N t = IKL ( b + 4 h 1,09 ) e x η (2.8)

32 2.4.3 Sambaran Tidak Langsung atau Sambaran Induksi Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka terjadi fenomena trensien yang diakibatkaan oleh medan elektromagnetis dari kanal kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua sisi kawat di tempat sambaran berlangsung. Fenomena trensien pada kawat berlangsung hanya di bawah pengaruh gaya yang memaksa muatan-muatan bergerak sepanjang hantaran. Atau dengan perkataan lain trensien dapat terjadi dibawah pengaruh komponen vektor kuat medan yang berarah sejajar dengan arah penghantar. Jadi bila komponen vector dari kuat medan berarah vertikal, dia tidak akan mempengaruhi atau menimbulkan fenomena trensien pada penghantar. Lebar bayang-bayang listrik dibawah saluran atau disebut daerah perisaian dan khususnya untuk saluran tegangan menengah. Persamaan lebar bayang-bayang listrik : W = ( b + 4h 1,09 ) meter dimana : W = lebar bayang bayang b = jarak antar fasa h = tinggi kawat fasa tertinggi Di luar daerah perisaian ini kilat di anggap menyambar langsung ke tanah atau sambaran induksi. Telah banyak dilakukan perhitungan-perhitungan teoritis maupun percobaan-percobaan dalam hubungan dengan tegangan induksi akibat sambaran kilat tidak langsung atau sambaran induksi. Pada tahun 1908 K.W. Wegner merupakan orang pertama melakukan penyelidikan

33 teoritis mengenai tegangan induksi kilat pada saluran transmisi. Ia mendapatkan bahwa tegangan induksi pada saluran diberikan oleh perkalian antara tinggi kawat diatas tanah dengan kuat medan listrik penginduksi sebelum terjadinya pepelasan muatan kilat. Pada teorinya itu Wegner menganggap bila muatan awal hilang secara tiba tiba maka muatan induksi akan bebas bergerak pada saluran sebagai gelombang berjalan. Bewly (1929) menyempurnakan teori Wegner diatas dengan memperhitungkan kenyataan bahwa medan penginduksi tidak dapat hilang secara tiba tiba akar gelombang berjalan menjadi lebih panjang pada waktu yang sama ketika amplitudonya semakin berkurang. Suatu sumbangan yang menarik diberikan untuk pertama kalinya oleh Aigen pada tahun 1935, dimana diperhitungkan pengaruh induksi dari jalan kilat vertical dari sambaran kilat ke tanah. Pada tahun 1942, Wegner dan Mc Cann menerbitkan masalah yang mendasar dari konsepsi modern dari sifat tegangan lebih induksi akibat sambaran tidak langsung. Dalam makalah tersebut di kemukakan pengaruh muatan dan arus dalam kanal kilat selama sambaran balik ( return stroke ) dan bahwa madan dari jalan kilat lebih barpengaruh. Ditekankanya bahwa hanya selama sambaran balik akan terjadi tagangan induksi yang tinggi. Pada tahun 1948 Szpor menghitung tegangan induksi yang di akibatkan oleh sambaran vertical dengan memperhitungkan induksi elektromagnetis dan elektrostatis, akan tetapi dia memecahkan problema ini sebagai kuasi-stasioner dan hasilnya hanya berlaku didekat sambaran kilat. Hasil perhitungan tegangan induksi yang diperolehnya mempunyai harga yang sama dengan yang di peroleh Wegner dan Mc Cann Tegangan Induksi Akibat Sambaran Induksi

34 Untuk daapat menghitung tegangan lebih pada saluran akibat sambaran induksi terlabih dahulu harus diketahui medan elektromagnetis dari sambaran kilat. Arus kilat pada tanah mempunyai waktu muka yang kecil dan ekor yang panjang. Selama proses pelompatan kepala ( stepped leader ) suatu muatan q 0 telah terdistribusi secara merata sepanjang kanal kilat ( lightning channel ). Kemudian sambaran balik yang berupa surja arus dengan bentuk fungsi langkah ( stepped function ) akan bergerak ke atas dengan kecepatan sama dengan kecepatan sinar dan menetralkan muatan yang ada pada kanal kilat. Bila waktu muka dari arus kilat tidak diperhatikan pendekatan ini dapat digunakan untuk bagian bawah dari kanal kilat, dimana variasi muatan dan kecepatan pada ketinggian diatas permukaan tanah dapat diabaikan Pengaruh Kawat Tanah Terhadap Tegangan Induksi Dalam menghitung pengaruh kawat tanah terhadap tegangan induksi diperkanalkan Faktor Perisaian ( FP ) yang didefinisikan sebagai hasil bagi tegangan induksi dengan kawat tanah dan tegangan induksi tanpa kawat tanah. Kawat tanah ideal adalah kawat tanah yang mempunyai titik pengetanahan pada setiap titik sepanjang kawat tanah, sehingga potensialnya sepanjang kawat tanah adalah nol. Pada kenyataanya tidak ada kawat ideal, jadi kawat tanah itu mempunyai beda tegangan tertentu terhadap tanah. Pada saluran tiga fasa dengan empat kawat yaitu tiga kawat fasa dan satu kawat netral, dan tidak ada kawat tanah, maka pengaruh kawat netral itu terhadap tegangan induksi pada kawat fasa sama seperti pengaruh kawat tanah pada tegangan induksi pada kawat fasa. Dalam hal ini tinggi kawat netral di atas tanah lebih rendah dari tinggi kawat fasa, jadi besar factor perisaian lebih besar dibanding dengan factor perisaian dari saluran dengan kawat tanah.

35 Ada kalanya kawat netral itu di pasang di atas kawat fasa, sama seperti kedudukan kawat tanah. Dalam hal ini factor perisaian akan lebih kecil, jadi lebih baik. Tetapi dengan memasang kawat netral di atas kawat fasa akan mempertinggi tiang dan dengan demikian akan memperbesar jumlah sambaran langsung Perhitungan Gangguan Sambaran Induksi Sebagaimana di jelaskan tidak semua lompatan api dapat beralih menjadi busur api atau gangguan dan besarnya gangguan itu tergantung dari besar probabilitas. Dengan demikian jumlah gangguan karena sambaran induksi adalah : ( a ) Tanpa Kawat Tanah N i = 30,6 IKL h %, % x η (2.9) Gangguan per 100 km per tahun V 50% = tahanan impuls isolator IKL = jumlah hari guruh per tahun FP = factor perisaian h = tinggi kawat fasa di atas tanah = probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api / gangguan ( b ) Dengan Kawat Tanah N i = 30,6 IKL FP h %, % x η (2.10)

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa.

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa. KATA PENGANTAR Sebagai bentuk tanggung jawab instansi yang berwenang dalam memberikan pelayanan informasi petir kepada masyarakat, saat ini BMG telah memiliki suatu alat deteksi petir yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut BAB II DASAR TEORI II.1 Hari Guruh Tahunan Isokreaunic Level (I kl ) Hari guruh adalah hari dimana guruh terdengar minimal satu kali dalam satu hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam

Lebih terperinci

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR 2.1 Pendahuluan Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang

Lebih terperinci

Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 ISSN

Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 ISSN Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 ISSN 1979-7451 ANALISA KONTRUKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV TANPA KAWAT TANAH TERHADAP SAMBARAN INDUKSI PETIR Studi Kasus Di PT PLN ( Persero ) Area Semarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

LIGHTNING. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 250 antenna). Gambar2. Layout lightning/2000 v5.3.1

LIGHTNING. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 250 antenna). Gambar2. Layout lightning/2000 v5.3.1 LIGHTNING Sistem deteksi petir yang digunakan adalah Sistem deteksi dan analisa petir secara real time menggunakan software Lightning/2 v.6.3.1yang dirangkai dengan Boltek Lightning Detection Sistem. Storm

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum. Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum. Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik dapat menyebabkan terhentinya pelayanan

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI 11 BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi, antara lain adalah : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat pemakiannya, dikarenakan energi listrik merupakan energi yang mudah dibangkitkan, disalurkan

Lebih terperinci

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR II. 1 PETIR Peristiwa petir adalah gejala alam yang tidak bisa dicegah oleh manusia. Petir merupakan suatu peristiwa pelepasan muatan listrik dari awan yang bermuatan

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota)

PERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota) PERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota) Oleh: Erhaneli*Fandi Febrian** Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

1. Proteksi Generator

1. Proteksi Generator 1. Proteksi Generator Generator merupakan sumber energi listrik didalam sistem tenaga listrik, maka perlu diproteksi dari semua gangguan jangan sampai mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin II. TINJAUAN PUSTAKA A. Petir 1. Proses Pembentukan Petir Petir merupakan suatu peristiwa peluahan muatan listrik di atmosfir. Pada suatu keadaan tertentu dalam lapisan atmosfir bumi terdapat gerakan angin

Lebih terperinci

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik sangatlah besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir akhir ini di PT. PLN (Persero) RAYON RATAHAN seringkali di dapati gangguan atau pemadaman yang tidak direncanakan yang membuat lampu sering padam kebanyakan penyebabnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **)

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) PENDAHULUAN Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

Vol.3 No1. Januari

Vol.3 No1. Januari Studi Penempatan Arrester di PT. PLN (Persero) Area Bintaro Badaruddin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon: 021-5857722

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv JETri, Volume 8, Nomor, Februari 009, Halaman 1-0, ISSN 141-037 ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv Syamsir Abduh & Angga Septian* Dosen

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR GANGGUAN PADA GENERATOR Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh : 1. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Sistem Distibusi Tenaga Listrik Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia tenaga listrik, salah satu bidang usahanya yaitu sistem distribusi tenaga listrik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa sekarang kebutuhan energi listrik semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya teknologi. Perkembangan yang pesat ini harus diikuti dengan perbaikan mutu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)

BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN) BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN) 2.1 Gelombang Berjalan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih dalam

Lebih terperinci

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK 86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah

Lebih terperinci

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI 1 BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul 1 Judul ANALISA PENGGUNAAN ECLOSE 3 PHASA 20 KV UNTUK PENGAMAN AUS LEBIH PADA SUTM 20 KV SISTEM 3 PHASA 4 KAWAT DI PT. PLN (PESEO) APJ SEMAANG Disusun oleh : Kunto Herwin Bono NIM : L2F 303513 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Westinghouse yang terdahulu, menguji transformator-transformator di

BAB I PENDAHULUAN. Westinghouse yang terdahulu, menguji transformator-transformator di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem arus bolak balik (a.c. system) dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1885, ketika George Westinghouse membeli patent patent Amerika yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi menjadi tiga bagian utama, yaitu sistem pembangkitan, sistem transimisi dan sistem distribusi. Sistem pembangkitan

Lebih terperinci

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA Di Susun Oleh : Kelompok 2 1. AdityaEka 14.03.0.020 2. AnggaPrayoga. S 14.03.0.048 3. HasbiSagala 14.03.0.011 4. MuhammadIqbal 14.03.0.040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam penyaluran dan pemanfaatannya. Energi listrik dapat dengan mudah diubah ke dalam bentuk energi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir merupakan sebuah fenomena alam yang sulit dicegah. Fenomena ini sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai

Lebih terperinci

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. Artikel Elektronika I. Sistem Distribusi Merupakan system listrik tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah

Lebih terperinci

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Petir Petir adalah suatu fenomena alam, terjadinya seringkali mengikuti peristiwa hujan baik hujan air atau hujan es, peristiwa ini dimulai dengan munculnya lidah api

Lebih terperinci