BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka Kajian kajian tentang pariwisata belakangan ini sudah dilakukan oleh para peneliti yang mencermati hal-hal yang layak untuk diteliti. Beberapa kajian yang telah dilakukan telah dapat memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah untuk menunjang khasanah kepariwisataan dan keilmuan. Aspek yang diteliti juga mencerminkan hal-hal yang bervariasi atau melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berbagai disiplin ilmu. Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yayu Indrawati (2008) adalah mengenai Persepsi Wisatawan Lanjut Usia Terhadap Fasilitas dan Aktivitas Pariwisata di Desa Sanur. Pemilihan sampel dilakukan sebanyak 50 orang, diambil 3 buah hotel berbintang yang ada di Desa Sanur yaitu Puri Santrian, Griya Santrian dan Hotel Besakih. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah wisatawan lanjut usia (60 tahun keatas) berasal dari Australia, Belanda, Jerman, Inggris dan Jepang yang berlibur di Desa Sanur. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi wisatawan lanjut usia terhadap fasilitas pariwisata positif. Penilaian yang sangat baik diberikan pada fasilitas pariwisata seperti akomodasi, restoran, tourist information, taxi, fasilitas perbelanjaan, money changer, kantor pos dan fasilitas umum mendapatkan skor rendah. Terdapat juga aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan lanjut usia ketika berlibur di Desa Sanur. Aktivitas tersebut berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik seperti berolah raga, menyalurkan hobi dan kesenangan. Dalam penelitian Yayu terdapat kesamaan dari melihat persepsi terhadap wisatawan lanjut usia, sedangkan penelitian ini melihat persepsi dari sudut wisatawan Australia, sedangkan persepsi wisatawan lanjut usia ditujukan ke fasilitas dan aktivitas Pariwisata di desa Sanur, sedangkan dalam penelitian ini 9

2 2 mempersepsikan persepsi wisatawan Australia terhadap produk dan pelayanan di tempat hiburan malam. Penelitian lain dilakukan oleh Sri Astuti (2008) dengan judul Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Produk Pariwisata Bali. Pemilihan sampel dilakukan sebanyak 120 orang yang diwawancarai menggunakan metode pemilihan sampel secara kebetulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari tujuh belas variable persepsi terhadap produk pariwisata Bali, masing-masing didapatkan yaitu persepsi terhadap kebersihan fasilitas umum, kebersihan obyek wisata, kualitas lingkungan alam, kualitas fasilitas akomodasi, fasilitas entertainment, kualitas fasilitas transportasi, kemudahan mencapai lokasi wisata, kemudahan mendapatkan informasi, kesesuaian harga barang, kualitas pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan keuangan, dan kualitas pelayanan pedagang didapatkan nilai persepsi yang cukup. Persepsi wisatawan terhadap kondisi keamanan, kesesuaian harga pelayanan, kualitas tempat makan dan minum, kualitas obyek wisata dan kebudayaan Bali adalah baik, dan variable keramah tamahan masyarakat Bali mendapat apresiasi sangat baik. Total persepsi wisatawan mancanegara terhadap produk pariwisata Bali pada umumnya adalah cukup. Persamaan dengan penelitian Sri Astuti adalah sama sama fokus ke persepsi, hanya yang diteliti wisatawan mancanegara terhadap produk pariwisata Bali, sedangkan dalam penelitian ini persepsi diteliti terhadap wisatawan Australia pengunjung tempat hiburan malam Bounty untuk melihat bagaimana persepsinya terhadap produk dan pelayanan yang ada di tempat hiburan malam Bounty.

3 3 Penelitian yang dilakukan Kanca (2009) dengan judul Persepsi Wisatawan Mancanegara terhadap Pelayanan Informasi Pada Tourist Information Centre Dinas Pariwisata Kota Denpasar, penelitian ini dilatar belakangi oleh kecenderungan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata secara individu dimana mereka akan mencari sumber-sumber informasi langsung ke pemasok informasi tersebut. TIC Dinas Pariwisata Kota Denpasar dalam hal ini memiliki peranan yang sangat strategis dalam memberikan informasi kepada wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali, khususnya ke kota Denpasar. Jumlah sampel yang ditentukan adalah 85 orang dari wisatawan mancanegara dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi wisatawan mancanegara terhadap pelayanan informasi pada Tourist Information Centre Dinas Pariwisata Kota Denpasar umumnya sudah memuaskan walaupun masih ada beberapa kendala seperti kendala bahasa, koordinasi antar dinas terkait belum begitu baik, serta pihak swasta yang berkompeten dalam bidang pariwisata belum berkoordinasi secara maksimal. Penelitian oleh Kanca terlihat kesamaannya adalah dari penekanannya pada persepsi, dimana persepsi dari wisatawan mancanegara terhadap pelayanan informasi pada Tourist Information Centre Dinas Pariwisata Bali sedangkan penelitian ini menekankan persepsi dari wisatawan Australia terhadap produk dan pelayanan di tempat hiburan malam Bounty. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa persepsi wisatawan lanjut usia terhadap fasilitas dan aktivitas pariwisata positif, sedangkan penelitian Sri Astuti mengenai persepsi terhadap produk pariwisata Bali hasilnya adalah cukup.

4 4 Penelitian Kanca menghasilkan persepsi terhadap pelayanan informasi hasilnya memuaskan Konsep Motivasi Motivasi diartikan sebagai dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motivasi tersebut merupakan suatu (driving force) yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Motivasi adalah hasil proses proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan tindakan tertentu. (Winardi, 2002). Faktor faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan dan cita cita yang menjangkau ke masa depan. Faktor faktor diluar diri seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber seperti pengaruh pimpinan, kolega, lingkungan kerja atau faktor faktor lain yang sangat komplek. Motivasi yang dimaksudkan disini adalah hal hal yang mendorong wisatawan untuk bekunjung atau mengunjungi tempat hiburan malam, khususnya di tempat hiburan malam Bounty yang berlokasi di Kuta Persepsi Kata persepsi berasal dari bahasa inggris yaitu perception yang berarti penglihatan atau daya memahami. Menurut Koencaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Psikologi menyebutkan bahwa persepsi merupakan proses fisik,

5 5 fisiologi dan psikologis yang menyebabkan berbagai macam getaran atau tekanan yang diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan. Selanjutnya, penggambaran tentang lingkungan dengan fokus yang paling menarik perhatian seorang individu seringkali juga diolah dalam suatu proses dengan akal yang menghubungkan penggambaran tadi dengan penggambaran lain yang sejenis yang pernah diterimanya dan diproyeksikan oleh akal dimasa lalu dan ditimbulkan kembali sebagai kenangan atau penggambaran lama dalam kesadaran sehingga menghasilkan suatu penggambaran baru yang disebut dengan apresiasi (Koentjaraningrat, 1990:103). Persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan, yaitu suatu proses berwujud diterimanya individu melalui alat reseptor (alat indra). Namun proses ini tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan rangsangan diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak dan terjadinya proses psikologi sehingga individu menyadari apa yang dilihat dan didengarnya. Agar individu dapat melakukan persepsi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi antara lain 1) Perhatian merupakan syarat psikologi dalam individu mengadakan persepsi yang merupakan langkah persiapan. Perhatian merupakan pemutusan atau konsentrasi dari seluruh individu yang ditujukan pada suatu kelompok obyek. 2) Adanya obyek yang menimbulkan rangsangan mengenai alat indranya (reseptor)

6 6 3) Alat indra (reseptor) yaitu alat untuk menerima rangsangan, kenyataan membuktikkan bahwa suatu obyek tertentu dapat diperoleh beragam persepsi dari sekelompok individu. Perbedaan itu merupakan suatu yang hakiki sifatnya pada manusia, karena disadari bahwa setiap orang memiliki perbedaan dalam penalaran, keinginan serta pengetahuan tentang obyek yang dipersepsikan (Walgito, 1990:53) Persepsi merupakan suatu aktifitas individu untuk mengenal suatu obyek melalui alat indranya yang kemudian diteruskan ke otak sehingga individu dapat memberikan tanggapan terhadap obyek tersebut dengan sadar Wisatawan Australia Definisi wisatawan menurut International Union of Travel Organization (IUTO) dalam Yoety (1996b:135) adalah pengunjung yang tinggal sementara disuatu tempat paling sedikit selama 24 jam di Negara yang dikunjunginya dengan motivasi perjalanan untuk bersenang-senang, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, olah raga, berdagang, kunjungan keluarga, konferensi dan misi tertentu. Menurut Oglivie dalam Yoeti (1996:141), wisatawan merupakan semua orang yang memenuhi dua syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun, dan kedua bahwa sementara mereka pergi, mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi dengan tidak mencari nafkah di tempat tersebut. Wisatawan Australia adalah pengunjung berasal dari Australia dimana mereka meninggalkan rumah kediamannya dan tinggal disuatu tempat minimal

7 7 selama 24 jam untuk motivasi tertentu, mereka mengeluarkan uang dan tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya Produk dan Pelayanan Produk dan pelayanan merupakan bagian dari kepuasan pelanggan, dimana salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas pelayanan yang berfokus pada lima dimensi pelayanan. Kepuasan pelanggan, selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga ditentukan oleh kualitas produk, harga dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat. Suatu produk harus memiliki daya saing agar dapat menarik pelanggan, sebab bisnis tidak berlangsung tanpa pelanggan. Suatu produk hanya memiliki daya saing bila keunggulan produk tersebut dibutuhkan oleh pelanggan. Keunggulan suatu produk terletak pada keunikan serta kualitas pelayanan produk tersebut kepada pelanggan. Agar dapat bersaing, suatu produk harus memiliki keunikan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Dengan demikian, suatu produk mempunyai daya saing bila keunikan serta kualitas pelayanannya disesuaikan dengan manfaat serta pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan. Menurut Parasuraman dalam Tjiptono (1996) terdapat enam (6) dimensi dalam kualitas produk, seperti: a. Performance (penampilan), untuk mengetahui seberapa jauh tampilan produk menarik pelanggan

8 8 b. Durability (keawetan), untuk mengukur keawetan dari produk, apakah tahan lama atau cepat rusak c. Feature (ciri dan manfaat produk), untuk mengukur ciri produk dan manfaat produk. d. Reliability (kehandalan), produk yang disajikan dapat memberikan rasa aman dan nyaman untuk dikonsumsi e. Conformance (sesuai standar), untuk mengukur apakah produk sesuai standar resep yang harus diikuti f. Design (desain), untuk mengukur desain kemasan dari produk Dalam kualitas pelayanan terdapat lima (5) dimensi seperti: a. Reliability (kehandalan), untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang tepat, cepat dan dapat diandalkan b Responsiveness (daya tanggap), untuk membantu dan memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tanggap c. Assurance (jaminan), untuk mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh karyawan, bebas dari bahaya. Assurance merupakan gabungan dari aspek-aspek kompetensi, kesopanan, kredibilitas, keamanan. d. Empathy (empati), untuk mengukur pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, serta perhatian yang diberikan oleh karyawan.

9 9 e. Tangible (wujud fisik), untuk mengukur penampilan fisik, peralatan dan perlengkapan karyawan Tempat Hiburan Malam Istilah tempat hiburan malam berasal dari: kata tempat yang berarti suatu area/tempat atau lokasi, kedua kata hiburan, kata hiburan memiliki persamaan arti kata entertainment dalam bahasa inggris yang berarti sejenis tourist attraction, para pengunjung (wisatawan) merupakan subyek yang pasif sebagai audience/hadirin yang datang menyaksikan, menikmati atau pun mengagumi kejadian-kejadian yang berlangsung untuk mendapatkan kepuasan rohaniah sesuai dengan motif-motif yang mendorong kunjungan tersebut, misalnya: Bioskop, Floorshow, Music, Night Club, Dancing Hall (R.S. Darmajati, 2001), Ketiga akan dijelaskan arti kata malam, arti kata malam lebih cenderung untuk menunjukkan waktu yaitu malam hari. Jadi pengertian dari tempat hiburan malam adalah suatu tempat sejenis tourist attraction atau kegiatan para wisatawan di mana para wisatawan juga dapat merupakan subyek yang pasif atau aktif sebagai audience/hadirin yang datang untuk menyaksikan, menikmati ataupun mengagumi kejadian-kejadian yang berlangsung untuk mendapatkan kepuasan rohaniah sesuai dengan keinginan para wisatawan yang dilakukan pada waktu malam hari. Hiburan malam ini adalah merupakan salah satu kegiatan para wisatawan yang dapat dirasakan di dalam dunia pariwisata tetapi juga dapat memberikan ciri khas kepuasan tersendiri terhadap para wisatawan. Fungsi dari tempat hiburan malam adalah sebagai berikut:

10 10 a. Menghilangkan kejenuhan para wisatawan yang selalu tinggal di hotel. b. Memberikan gambaran tentang situasi aktivitas pada malam hari di kota yang bersangkutan c. Untuk menjamu para relasi bisnis. Tempat hiburan malam dengan bar tidak dapat dipisahkan, di tempat hiburan malam terdapat bar yang akan menyediakan berbagai minuman dari yang non alcoholic sampai yang alcoholic. Para ahli mengatakan bahwa kata bar berasal dari kata barrier yang berarti penghalang. Yang dimaksudkan adalah bahwa para tamu yang datang untuk membeli dan menikmati minuman dengan petugas peramu-pencampur minuman dibatasai oleh suatu penghalang yang lazim disebut bar counter, sehingga para tamu tidak bebas masuk ke tempat petugas berada. Menurut Marsum WA (2004:1) bar adalah suatu tempat yang diorganisasikan secara komersial dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, terdapat baik di dalam sebuah hotel, kadang-kadang berdiri sendiri di luar hotel, dimana seseorang bisa mendapatkan pelayanan segala macam minuman baik yang beralkohol maupun yang tidak beralkohol. Bar biasanya mempunyai ruangan yang redup dan samar-samar; hanya menyediakan dan menjual beberapa makanan kecil atau ringan saja. Secara singkat bar dapat dikatakan sebagai sebuah counter di mana minuman beralkohol disajikan; sebuah perusahaan yang menyajikan minuman beralkohol sebagai bisnis utamanya. Penjualan minuman di bar, terutama minuman beralkohol, baik yang disajikan secara straight (langsung tanpa campuran) maupun yang berupa minuman campuran (mixed drink), cocktail, high ball dan sebagainya. Para tamu atau

11 11 pembelipun terpenuhi keinginan dan kebutuhannya, mereka dapat melepas lelah, menghilangkan ketegangan dengan bersantai di bar, menikmati minuman kesukaan sambil menikmati alunan musik. Bar dapat dioperasikan di dalam sebuah hotel, didalam restaurant, diluar hotel dan restaurant, bahkan di dalam rumah tangga sebagai private bar. Untuk menarik pengunjung pada umumnya bar dilengkapi dengan berbagai macam hiburan, musik pengiring atau pertunjukan lainnya Menurut H. Marsum WA (2004:3), ada beberapa tempat berbeda yang fungsi atau tujuan utamanya adalah menjual minuman beralkohol diantaranya: 1. Discotheque; merupakan suatu tempat hiburan dimana para pengunjung dapat ber disco di suatu area tempat disco di dalam suatu ruangan diiringi lagu-lagu disco dari beberapa negara, 2. Night Club: sebuah tempat baik yang ada di luar maupun di dalam hotel yang diorganisasikan secara komersiil, di mana disajikan minuman beralkohol dan juga makanan, makan malam dengan pelayanan prima, dekorasi mewah, diiringi musik/hiburan lain yang disediakan bagi para tamu yang ingin menikmati kehidupan malam 3. Cocktail Lounge: Kadang kadang disebut juga Lounge Bar. Pada umumnya tempatnya luas memanjang. Lingkungannya lebih nyaman daripada bar biasa. 4. Karaoke adalah tempat hiburan yang disediakan untuk para pengunjung yang suka menyanyi atau untuk melatih hobby yang mereka miliki yaitu menyanyi.

12 12 5. Pub dan Bar, adalah suatu tempat dimana para pengunjung dihibur lewat lagu-lagu diiringi suatu kelompok band sambil menikmati minuman yang tersedia 6. Café, adalah suatu tempat dimana para pengunjung dapat menikmati hidangan seperti sebuah restoran yang dilengkapi dengan iringan musik untuk mengiringi tamu yang tengah makan minum. Kalau dilihat dari difinisi bar dan macam-macam bar, tempat hiburan malam Bounty merupakan bar yang dilengkapi dengan; penjualan minuman baik minuman beralkohol maupun minuman non alkoholic, mempunyai ruangan yang redup dan samar-samar, tersedia tempat untuk berdisco (dancing stage) diiringi musik dari DJ /hiburan lain yang disediakan bagi para tamu yang ingin menikmati kehidupan malam

13 Landasan Teori Teori Motivasi Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong wisatawan Australia mengunjungi tempat hiburan malam Bounty, terlebih dahulu harus dipahami tentang teori motivasi. Motivasi bearti sesuatu hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Jadi motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Manullang, 1982). Secara leksikal motivasi berarti kecenderungan didalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. (As ad 1995). Motivasi adalah hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan-tindakan tertentu (Winardi, 2002). Faktor-faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan dan cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Faktor-faktor diluar diri seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber seperti pengaruh pimpinan, kolega, lingkungan kerja atau faktor-faktor lain yang sangat komplek Ada beberapa teori tentang motivasi, namun teori motivasi yang paling mendasar adalah Teori Kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow. (Hasibuan, 2001). Teori Motivasi yang dikembangkan oleh Maslow pada intinya

14 14 berkisar pada pendapat bahwa manusia memiliki lima tingkat atau hierarkhi kebutuhan yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum, pakaian, tempat untuk bernaung. 2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak hanya dalam arti perlindungan fisik, namun juga dari segi mental, psykologikal dan intelektual. 3. Kebutuhan kebutuhan sosial (social needs) termasuk kebutuhan bergaul, berteman, diakui dan diterima dalam suatu kelompok/masyarakat. 4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs) yaitu kebutuhan untuk menghargai diri sendiri dan dihargai orang lain, terutama sehubungan dengan apa yang dilakukannya: harga diri, prestise. 5. Aktualisasi diri (self actualization) dalam arti kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan diri dengan mengembangkan potensi kemampuan dan bakat yang dimiliki secara maksimal. Mc Intosh dan Goeldner dalam Cooper (1993) mengemukakan bahwa motivasi wisatawan dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1. Motivasi fisik, yaitu motivasi dilakukan untuk tujuan kesehatan, penyegaran tubuh, olah raga, dan menikmati waktu senggang dengan tujuan untuk mengurangi tekanan pada aktifitas rutin. 2. Motivasi Budaya, yaitu motivasi dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui kebudayaan dari suatu daerah, seperti cara hidup, musik,

15 15 kesenian, tari-tarian, dan hal-hal yang unik dan asli dari suatu kebudayaan. 3. Motivasi Interpersonal, seperti melihat teman, kerabat maupun pencerahan rohani. 4. Status atau prestise, yaitu motivasi yang dilakukan untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, mendapat pengakuan atau perhatian orang lain. Teori motivasi relevan digunakan dalam penelitian ini karena terkait dengan faktor-faktor pendorong bagi wisatawan Australia untuk mengunjungi tempat hiburan malam Bounty. Motivasi yang dimiliki nantinya akan berpengaruh terhadap bagaimana produk dan pelayanan yang diterima akan mempengaruhi persepsinya terhadap produk dan pelayanan tersebut Teori Persepsi Menurut Walgito B (2002:45) menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Rangkuti (2002) mengemukakan bahwa persepsi pelanggan diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana individu memilih, mengorganisasikan serta mengartikan stimulus yang diterima melalui inderanya menjadi suatu makna. Meskipun demikian makna dari proses persepsi tersebut juga dipengaruhi pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan.

16 16 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya sebagai berikut: 1. Faktor Internal a) Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon terhadap istirahat b) Interest, hal hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak menarik c) Needs, kebutuhan akan hal-hal tertentu akan menjadi pusat perhatian d) Assumptions juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain. 2. Faktor Eksternal a) Concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan dibandingkan dengan yang obyektif. b) Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan dibandingkan dengan hal-hal yang lama. c) Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih effektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat. d) Conditional Stimuli, stimulus yang dikondisikan seperti bel pintu, deringan telpun dan lain lain.

17 17 Persepsi pelanggan terhadap produk dan jasa berpengaruh terhadap tiga faktor (Rangkuti, 2002) yaitu: 1. Tingkat kepentingan pelanggan, yang didefinisikan sebagai keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli produk atau jasa, yang akan dijadikan standar acuan dalam menilai kinerja produk atau jasa tersebut. Dibedakan atas dua kepentingan pelanggan yaitu (a) adequate service, yaitu kinerja jasa minimal yang masih dapat diterima berdasarkan perkiraan jasa yang mungkin akan diterima dan tergantung pada alternatif yang tersedia. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu keadaan darurat, ketersediaan alternatif, derajat keterlibatan pelanggan, faktor-faktor yang tergantung situasi, pelayanan yang diperkirakan. (b) desire service, yaitu tingkat kinerja jasa yang diharapkan pelanggan akan diterimanya, yang merupakan gabungan dari kepercayaan pelanggan mengenai apa yang dapat dan harus diterimanya. Desire service dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu keinginan untuk dilayani dengan baik dan benar, kebutuhan perorangan, janji secara langsung, janji secara tidak langsung, komunikasi dari mulut kemulut dan pengalaman masa lalu. 2. Kepuasan pelanggan yang didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya (harapan) dan kinerja aktual yang dirasakannya (persepsi). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, salah satunya adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang terfokus pada

18 18 lima katagori jasa. Selain itu dipengaruhi juga oleh persepsi kualitas jasa, kualitas produk, harga dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta bersifat situasi sesaat. Persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa tidak mengharuskan pelanggan menggunakan jasa tersebut terlebih dahulu untuk memberikan penilaian. 3. Nilai didefinisikan sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut. Pelanggan akan semakin loyal apabila produk atau jasa tersebut semakin bernilai baginya. Teori persepsi sangat relevan digunakan dalam penelitian ini, karena dengan mengetahui bagaimana persepsi wisatawan Australia terhadap produk dan pelayanan di tempat hiburan malam, akan diketahui apakah produk dan pelayanannya yang didapat sudah memenuhi harapan wisatawan Australia tersebut. Hal ini berkaitan dengan kebijakan yang akan diambil setelah persepsi tersebut didapat. 2.4 Model Penelitian Dalam perkembangan pariwisata Bali, dan dalam memenuhi kebutuhan wisatawan tidak terlepas dari penyediaan sarana dan prasarana kepariwisataan yang merupakan tourist supply. Prasarana umum dan prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses kepariwisataan dapat berjalan lancar sedemikian rupa, sehingga memudahkan

19 19 wisatawan untuk memenuhi kebutuhannya. Tanpa adanya prasarana tersebut, sangatlah sulit bagi sarana-sarana kepariwisataan dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi sebagai penyedia pelayanan penginapan, makanan dan minuman, sarana pelengkap kepariwisataan yang berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi kebosanan sehingga wisatawan tinggal lebih lama dan sarana penunjang kepariwisataan berfungsi sebagai pelengkap agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Tempat hiburan malam Bounty sebagai salah satu sarana penunjang kepariwisataan, merupakan satu bar tempat dugem favorit wisatawan Australia di Kuta. Tempat hiburan malam Bounty sebagai host menyediakan produk dan pelayanan. Produk yang dimiliki tempat hiburan malam ini berupa berbagai jenis minuman beralkohol maupun tidak beralkohol. Sedangkan pelayanan yang diberikan berupa penyampaian produk minuman tersebut secara tepat dan tepat. Produk yang berkualitas jika tidak diimbangi pelayanan yang profesional tidak akan ada artinya. Begitu juga sebaliknya pelayanan yang profesional jika tidak ditunjang oleh produk yang berkualitas juga tidak akan berarti. Produk dan pelayanan harus dilaksanakan seimbang Wisatawan Australia sebagai guest memiliki motivasi atau faktor pendorong untuk mengunjungi tempat hiburan malam Bounty. Wisatawan Australia memiliki motivasi dalam mengunjungi tempat hiburan malam Bounty dan dari pihak tempat hiburan malam Bounty menyediakan produk berupa minuman dan pelayanan berupa service yang diberikan kepada wisatawan Australia. Antara host dan guest

20 20 berinteraksi dan menghasilkan suatu persepsi. Persepsi dari wisatawan Australia mengenai produk dan pelayanan akan dianalisa dengan Analisis Deskriptif Kualitatif Persepsi ini bisa bagus atau buruk sangat tergantung dari kepuasan yang wisatawan Australia dapatkan. Apabila produk dan pelayanan yang diterima sesuai dengan harapannya maka wisatawan Australia akan puas tapi apabila harapannya tidak sesuai dengan produk dan pelayanan yang diterima maka wisatawan Australia tidak akan puas. Masalah yang dikaji dalam peneltian ini adalah: ((1) Apa motivasi wisatawan Australia tertarik untuk mengunjungi tempat hiburan malam Bounty?, dan (2) bagaimana persepsi wisatawan Australia terhadap produk dan pelayanan di tempat hiburan malam Bounty?. Keduanya akan dianalis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam model penelitian in digunakan beberapa konsep yang meliputi: konsep motivasi, konsep persepsi, konsep wisatawan, konsep produk dan pelayanan serta konsep tempat hiburan malam. Model ini juga didukung oleh 2 teori yaitu teori motivasi dan teori persepsi. Hasil penelitian berupa rekomendasi langsung ke tempat hiburan malam Bounty atau dapat menjadi acuan perkembangan pariwisata Bali khususnya yang menyangkut tempat hiburan malam yang berada di Kuta. Untuk lebih jelasnya model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1 Pariwisata Bali Wisatawan Australia Motivasi Persepsi Wisatawan Australia Tempat Hiburan Malam Bounty

21 21 Produk dan Pelayanan Konsep dan Teori Persepsi wisatawan Australia terhadap produk dan pelayanan di tempat hiburan malam Bounty Hasil/Rekomendasi Apa motivasi wisatawan Australia mengunjungi tempat hiburan malam Bounty Analisis Deskriptif Kualitatif

22 22 Gambar 2.1 Model Penelitian Motivasi dan Persepsi Wisatawan Australia Terhadap Produk dan Pelayanan Tempat Hiburan Malam Bounty di Kuta Keterangan: = arah hubungan = saling mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan datangnya wisatawan mancanegara. Wisatawan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan datangnya wisatawan mancanegara. Wisatawan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu sektor pendulang devisa bagi negara dengan datangnya wisatawan mancanegara. Wisatawan yang mengunjungi daerah daerah wisata juga membantu

Lebih terperinci

BAB III TEORI PARIWISATA DAN RELEVANSINYA

BAB III TEORI PARIWISATA DAN RELEVANSINYA BAB III TEORI PARIWISATA DAN RELEVANSINYA D alam mengembangkan suatu daerah menjadi tempat wisata tentu saja diperlukan beberapa teori dasar untuk membedah persoalan yang ada di wilayah tersebut. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari masyarakat maupun pihak pemerintah pada periode delapan sampai sembilan puluhan. Sebelum

Lebih terperinci

BAB IX PERSEPSI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI

BAB IX PERSEPSI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI BAB IX PERSEPSI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI P ersepsi wisatawan terhadap keunikan gereja Katolik di Palasari dihubungkan dengan teory The Tourist Qualities of Destination dari Burkart dan Medlik. Menurutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Adi Sopian pada tahun 2004 yang berjudul Analisis Tingkat Kepuasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Adi Sopian pada tahun 2004 yang berjudul Analisis Tingkat Kepuasan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan pada penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Adi Sopian pada tahun 2004 yang berjudul Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran saat ini menjadi sangat penting bagi usaha perhotelan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran saat ini menjadi sangat penting bagi usaha perhotelan, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran saat ini menjadi sangat penting bagi usaha perhotelan, karena perhotelan merupakan salah satu usaha jasa pelayanan yang cukup rumit pengelolaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat memberikan nilai kepuasan lebih terhadap pelanggan. Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teliti. Terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa. yang ditawarkan dan alasan yang mendasarinya.

BAB I PENDAHULUAN. teliti. Terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa. yang ditawarkan dan alasan yang mendasarinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap perusahaan saling berpacu untuk memperluas pasar. Harapan dari adanya perluasan pasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan, setiap perusahaan saling berpacu untuk memperluas pasar. Harapan dari adanya perluasan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor pariwisata Indonesia saat ini mulai tumbuh kembali, setelah sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mutu Pelayanan Keperawatan Kualitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh banyak institusi kesehatan hampir selalu diharapkan dapat memuaskan pasien, maka dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat. Banyak negara-negara didunia menjadikan pariwisata sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat. Banyak negara-negara didunia menjadikan pariwisata sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sekarang ini telah menjadi salah satu industri yang berkembang dengan pesat. Banyak negara-negara didunia menjadikan pariwisata sebagai andalan utamanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Menurut Dewi (2013:1), konsumen adalah seseorang yang menggunakan produk dan atau jasa yang dipasarkan. Sedangkan kepuasan konsumen adalah sejauh mana harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah masalah dalam bidang ekonomi, karena hal ini menyangkut kehidupan manusia baik secara individu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dahulu wisata dianggap kegiatan untuk kalangan tertentu dan bukan termasuk kebutuhan utama. Tapi sekarang wisata menjadi suatu kebutuhan, setiap orang perlu berwisata

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MASALAH

LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia yang banyak digemari oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara setelah Bali di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah barang atau jasa sebagai

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga berlangsung pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya persentase

BAB I PENDAHULUAN. juga berlangsung pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya persentase 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman dan pereknomian dunia, di Indonesia seperti kebanyakan negara-negara berkembang lainnya, perkembangan sektor jasa juga berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini pertumbuhannya semakin meningkat. Perkembangan pariwisata saat ini demikian pesat, dan merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Adi Soenarno dalam bukunya Front Office Management (2006 :

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Adi Soenarno dalam bukunya Front Office Management (2006 : BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Lounge Menurut Adi Soenarno dalam bukunya Front Office Management (2006 : 364), : Lounge merupakan fasilitas penunjang untuk memberikan hiburan kepada tamu yang menginap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan di dalam sektor jasa pelayanan perhotelan saat ini cukup pesat sehingga membawa perubahan pada pola hidup masyarakat dan tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Industri pariwisata telah membuktikan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Selain itu juga didukung oleh masyarakat lokal Bali yang ramah,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Selain itu juga didukung oleh masyarakat lokal Bali yang ramah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sangat dikenal dengan dunia pariwisatanya, baik wisata alam, wisata budaya, wisata spiritual, dan beberapa jenis wisata yang baru bermunculan seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan kondisi mobil. Service Clinic Car merupakan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan kondisi mobil. Service Clinic Car merupakan perusahaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Service Clinic Car sebagai tempat merawat bagi mobil terkadang tidak hanya untuk tempat perawatan mobil tapi juga untuk tempat konsultasi atau pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berwisata saat ini telah mejadi kebutuhan semua orang ditengah rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih sekolah, dan juga yang sudah berkeluarga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Wisatawan Sebagai Konsumen Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, mendefinisikan konsumen adalah setiap orang pemakai

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK ABSTRAK Jimmy Email: jimmymannuel@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Service

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Penelitian Sebelumnya Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TRI LESTARI J

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TRI LESTARI J HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN MINAT PASIEN UNTUK MENGGUNAKAN ULANG JASA PELAYANAN KESEHATAN DI BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia, banyak investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk menengah keatas juga bertambah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negara mana pun, termasuk Indonesia, keadaan perekonomian sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di negara mana pun, termasuk Indonesia, keadaan perekonomian sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara mana pun, termasuk Indonesia, keadaan perekonomian sangat menentukan suatu perusahaan bisnis jasa berjalan dalam jangka panjang. Karena negara Indonesia dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggal, seperti ruang tidur, ruang makan, dan kamar mandi. Karena bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggal, seperti ruang tidur, ruang makan, dan kamar mandi. Karena bersifat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perancangan Hotel merupakan fasilitas akomodasi yang menyediakan sarana penginapan sekaligus pelayanan makanan dan minuman yang bersifat komersil. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam bidang jasa dewasa ini bertumbuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam bidang jasa dewasa ini bertumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam bidang jasa dewasa ini bertumbuh dengan pesat. Salah satunya bisnis dibidang jasa. Peningkatan bisnis dibidang jasa tak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan salah satu kota pariwisata di tanah air, hal ini tentu menjadi suatu daya tarik bagi para penyedia jasa pariwisata untuk menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan. di Jawa Barat. oleh : Wahyu Eridiana

Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan. di Jawa Barat. oleh : Wahyu Eridiana Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan di Jawa Barat oleh : Wahyu Eridiana Abstrak Jawa Barat adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan obyek wisata cukup banyak dan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema. Eresto, Ecinema, Elounge, 7 KTV dan Banquet Service.

BAB I PENDAHULUAN. pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema. Eresto, Ecinema, Elounge, 7 KTV dan Banquet Service. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Entertainment Plaza adalah perusahaan yang mendirikan sebuah produk jasa pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih atau barang jadi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor jasa di seluruh dunia dewasa ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor jasa di seluruh dunia dewasa ini telah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor jasa di seluruh dunia dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii

ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAK Industri jasa sekarang ini semakin banyak berkembang dengan berjalannya waktu. Hotel Permata bidakara merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Untuk dapat bersaing dengan hotel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Efisiensi Menurut Sedarmayanti (2001 : 23), pengertian efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama akan dirasakan oleh pendatang baru yang mencoba ikut bermain dalam

BAB I PENDAHULUAN. terutama akan dirasakan oleh pendatang baru yang mencoba ikut bermain dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pariwisata menyebabkan semakin ketatnya persaingan diantara pelaku bisnis yang bergerak di bidang pariwisata, terutama yang berhubungan dengan penyediaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bali sudah sangat terkenal dengan pariwisata oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bali sudah sangat terkenal dengan pariwisata oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sudah sangat terkenal dengan pariwisata oleh karena itu, pemerintah provinsi Bali sangat mengandalkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Jawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Jawa Tengah. Kabupaten ini mempunyai beberapa obyek wisata dengan daya tarik berupa fenomena alam. Obyek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja. BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Telaah hasil penelitian sebelumnya menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 94 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dari hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan

Lebih terperinci

VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI Penilaian terhadap berbagai atribut di Restoran Mira Sari secara tidak langsung dapat mengukur menganai kepuasan dan

Lebih terperinci

Dari pengertian diatas, maka hotel juga dapat definisi seperti di bawah ini :

Dari pengertian diatas, maka hotel juga dapat definisi seperti di bawah ini : A. Pengertian Hotel Kata Hotel berasal dari bahasa Perancisyaitu hostel artinya tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum. Oleh sebab itu, keberadaan hostel

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DIDIK SANTOSO K 100 050 243 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

Lebih terperinci

VII. DIMENSI KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI BOGOR

VII. DIMENSI KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI BOGOR VII. DIMENSI KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI BOGOR Kepuasan konsumen dapat dilihat secara tidak langsung melalui penilaian mereka terhadap atribut-atribut atau indicator-indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi sumber penghasilan devisa Negara dan menjadi penunjang perkembangan pembangunan Negara. Indonesia

Lebih terperinci

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung selain dikenal sebagai Ibu kota Propinsi Jawa Barat, juga dikenal akan keindahan alamnya, dalam perkembangannya, Bandung telah menjadi kota jasa sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan bisnis di Indonesia semakin pesat. Dengan adanya globalisasi, segala bentuk dan jenis usaha dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Jasa di bidang Pariwisata merupakan sektor paling dominan di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Jasa di bidang Pariwisata merupakan sektor paling dominan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan Jasa di bidang Pariwisata merupakan sektor paling dominan di Indonesia, pariwisata pada saat ini dapat mengembangkan suatu pendapatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha menjadi semakin ketat. Hal ini dapat kita lihat khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha menjadi semakin ketat. Hal ini dapat kita lihat khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi mengakibatkan pertumbuhan dan persaingan di segala bidang usaha menjadi semakin ketat. Hal ini dapat kita lihat khususnya di daerah Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta fasilitas-fasilitas lainnya. Dunia perhotelan banyak melakukan

BAB I PENDAHULUAN. serta fasilitas-fasilitas lainnya. Dunia perhotelan banyak melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan industri akomodasi, hotel menyediakan fasilitas penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan dan harapan manusia yang terus-menerus meningkat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan dan harapan manusia yang terus-menerus meningkat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, bidang usaha jasa merupakan salah satu bidang usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian, yaitu untuk memenuhi berbagai kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa sangatlah pesat di negara-negara maju begitu pula,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa sangatlah pesat di negara-negara maju begitu pula, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri jasa sangatlah pesat di negara-negara maju begitu pula, perkembangan dan peranan industri jasa yang semakin pesat, didorong oleh kemajuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki begitu banyak potensi pariwisata sudah menjadi salah satu destinasi pariwisata dunia. Hanya saja, dari wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian khususnya sektor jasa di Indonesia berlangsung sangat pesat. Salah satu sektor jasa yang menjadi andalan Indonesia adalah industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk melihat perilaku konsumen yang melakukan aktivitas pembelian di DKI Jakarta khususnya. Aktivitas pembelian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Dalam sub

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Dalam sub BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN PENELITIAN SEBELUMNYA Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Dalam sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi sangat besar bagi Indonesia yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah. Kepariwisataan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus diprioritaskan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus diprioritaskan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus diprioritaskan oleh perusahaan adalah kepuasan konsumen agar dapat bertahan, bersaing dan menguasai

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS TERAS BOYOLALI TAHUN 2010

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS TERAS BOYOLALI TAHUN 2010 SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS TERAS BOYOLALI TAHUN 2010 Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya di Indonesia. Selain memiliki obyek wisata alam dan obyek wisata belanja, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. lainnya di Indonesia. Selain memiliki obyek wisata alam dan obyek wisata belanja, saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki daya tarik tersendiri jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Selain memiliki obyek wisata alam dan obyek wisata belanja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tuntutan-tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tuntutan-tuntutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dunia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tuntutan-tuntutan yang dibutuhkan oleh setiap orang juga semakin kompleks seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, yang disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dibangun biro-biro jasa, hotel-hotel atau penginapan-penginapan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dibangun biro-biro jasa, hotel-hotel atau penginapan-penginapan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dunia kepariwisataan dewasa ini sedang mendapat perhatian dan sorotan yang sangat meningkat di berbagai negara maupun di berbagai dunia, hal ini terbukti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bertambahnya jumlah mahasiswa disertai dengan bertambahnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bertambahnya jumlah mahasiswa disertai dengan bertambahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bertambahnya jumlah mahasiswa disertai dengan bertambahnya pemakaian kendaraan baik pribadi maupun dinas, mengakibatkan permintaan layanan parkir menjadi besar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Persaingan Industri Jasa Restoran di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN Persaingan Industri Jasa Restoran di Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Persaingan Industri Jasa Restoran di Jakarta Perkembangan ekonomi Indonesia beberapa tahun belakangan, mendorong perubahan tingkat daya beli masyarakat, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah investasi yang tak ternilai harganya. Pada saat ini begitu banyaknya berdiri rumah sakit-rumah sakit maupun tempat perawatan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata telah menjadi bagian penting dan memiliki posisi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata telah menjadi bagian penting dan memiliki posisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata telah menjadi bagian penting dan memiliki posisi berarti dalam memperkuat struktur perekonomian negara dan ketahanan bangsa. Kecepatan recovery

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti kosong dan oke dari kata oke sutura atau orkestra. Karaoke berarti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berarti kosong dan oke dari kata oke sutura atau orkestra. Karaoke berarti sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padatnya aktivitas masyarakat perkotaan menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan akan hiburan, misalnya tempat hiburan karaoke keluarga. Khususnya di kota Medan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gaya hidup masyarakat Indonesia di Era modern ini mengalami peningkatan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gaya hidup masyarakat Indonesia di Era modern ini mengalami peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia di Era modern ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal-hal yang menjadi indikator peningkatan tersebut dapat kita amati melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kepuasan Konsumen Kotler (2004) mengatakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota dengan perkembangan bisnis yang pesat dan cukup signifikan. Pembangunan infrastruktur yang terkait dengan sarana dan prasarana penunjang perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan barang berteknologi. Konsumen cenderung menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan barang berteknologi. Konsumen cenderung menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang semakin berkembang memberikan berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia. Banyaknya kemudahan yang dapat diperoleh dan dirasakan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat ini sangat menunjang mobilitas dan gaya hidup konsumen. Konsumen cenderung memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Menurut Kotler yang dikutip oleh Kurniasari (2013:17) Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan oleh para pelaku bisnis adalah bisnis di bidang kuliner.

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan oleh para pelaku bisnis adalah bisnis di bidang kuliner. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, serta perekonomian yang semakin meningkat memberi imbas positif pada masyarakat, seperti peningkatan daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyaknya persaingan dalam dunia usaha baik industri barang atau jasa menyebabkan perusahaan menentukan strategi pemasaran yang dapat memberikan kepuasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pelanggan 1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut ilmu bahkan para wisatawan yang berkunjung di kota Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut ilmu bahkan para wisatawan yang berkunjung di kota Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bisnis Rumah Makan semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia, Yogyakarta merupakan salah satu tempat komunitas pelajar, mahasiswa bahkan para wisatawan

Lebih terperinci