PENGANGGURAN DARI PERPEKTIF EKONOMI DAN PEMIKIRAN EKONOMI IBN KHALDUN. Oleh : Drs. H. Suraji, MSi. Dosen PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGANGGURAN DARI PERPEKTIF EKONOMI DAN PEMIKIRAN EKONOMI IBN KHALDUN. Oleh : Drs. H. Suraji, MSi. Dosen PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo ABSTRAK"

Transkripsi

1 PENGANGGURAN DARI PERPEKTIF EKONOMI DAN PEMIKIRAN EKONOMI IBN KHALDUN Oleh : Drs. H. Suraji, MSi. Dosen PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo ABSTRAK Pengangguran adalah seseorang yang termasuk angkatan kerja yang ingin bekerja tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Terjadinya pengangguran karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih sedikit dibandingkan jumlah pencari kerja. Dampak dari pengangguran adalah timbulnya ketidakstabilan diberbagai bidang secara multidimensional. Kebijakan ekonomi dalam mengatasi pengangguran adalah dengan membuka lapangan kerja melalui berbagai sektor, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan baik secara formal maupun nonformal, meningkatkan pengembangan SDM serta membuka kesempatan kerja di luar negeri. Pemikiran Ibn Khaldun, ekonomi suatu negara secara empiris mencakup berbagai permasalahan ekonomi mikro dan makro. Dewasa ini dengan resesi yang berkepanjangan yang diikuti dengan semakin tinggi jumlah pengangguran, pemikiran ekonomi Islam Ibn Khaldun memiliki peluang yang besar sebagai landasan pemikiran dan kebijakan negara dalam mencari jalan keluar dari kemelut ekonomi dunia. Kata kunci: Pengangguran,Ekonomi, Ibn Khaldun A. PENDAHULUAN Sindownews.com menyebutkan angka pengangguran di dunia pada tahun 2013 naik sebanyak 5 juta orang menjadi 202 juta, ditengah perekonomian global yang berusaha bangkit dari resesi. ILO,memperkirakan pada tahun 2018 sekitar 215 juta orang di seluruh dunia akan menjadi pengangguran. Dimana pada tingkat pertumbuhan saat ini, kita tidak mampu menghasilkan perbaikan dalam angka-angka. Memang mereka akan menjadi lebih buruk. (Ryder, 2013). Pengangguran di Indonesia berdasarkan data ranking entitas Wikipedia menduduki peringkat 133 dari 197 negara-negara di dunia dengan tingkat pengangguran 12,50% (Wikipedia, 2012). Tingkat pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang seperti Indonesia kurang seimbang dengan penyediaan lapangan kerja sehingga banyak orang yang terpaksa menganggur. Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator untuk mengatasi pengangguran, sementara dampak sosial dari pengangguran ini relataip lebih besar

2 dan banyak efek sampingnya misalnya tentang tingkat kriminalitas di tiap daerah yang semakin bertambah karena adanya dorongan ekonomi. Pengangguran merupakan masalah pokok dalam masyarakat modern. Apabila tingkat pengangguran tinggi, sumber daya manusia menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan merosot. Dalam situasi seperti ini, kelesuan ekonomi akan berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga sehari-hari. Mengingat kompleknya masalah ini maka upaya pemecahannyapun tidak terbatas pada kebijakan di bidang ekonomi dan sosial saja tetapi juga merambah pada bidang yang lain seperi bidang politik, pendidikan, dan keamanan secara multidimensional. A. DEFINISI DAN KONSEP Pengangguran adalah seseorang yang termasuk angkatan kerja yang ingin bekerja, tetapi belum mendapatkan pekerjaan.( Hananto, 1983) Berdasarkan pengertian dari International Labour Organization (ILO) yang dimaksud pengangguran adalah mereka yang bekerja kurang dari satu jam per minggu. Di Indonesia yang dimaksud angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas sampai usia 64 tahun yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi (Biro Pusat Statistik, 1983). Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja, dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur 15 tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau sesara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukkan dalam angkatan kerja. Bekerja diartikan sebagai melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dalam kurun waktu (time referece) tertentu.(ida Bagus Mantra, 2010). Mereka yang bekerja dibagi menjadi dua, yaitu : fully employed dan under employed. Angkatan kerja yang bekerja penuh diartikan sebagai dimanfaatkan penuh (fully emeployed) dan yang bekerja tidak penuh yakni yang kurang dimanfaatkan (under employed) didasarkan pada jumlah jam kerja seminggu yang lebih dikenal dengan setengah penganggur karena upah yang rendah, setengah penganggur karena pendidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan jenis pekerjaan dan lain-lain. Menurut Badan Pusat Statistik (2000), konsep setengah penganggur adalah mereka yang bekerja dalam seminggu kurang dari 35 jam. Setengah penganggur dibedakan dalam dua kelompok yaitu setengah penganggur

3 sukarela dan setengah penganggur terpaksa. Setengah menganggur sukarela adalah yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu akan tetapi tidak ingin mencari pekerjaan dan diberi tambahan pekerjaanpun mereka menolak. Setengah menganggur terpaksa dibedakan menjadi setengah penganggur terpaksa aktip mencari pekerjaan dan setengah menganggur terpaksa pasip dalam mencari pekerjaan tambahan. Apabiala digamabarkan dalam bentuk sekema nampak sebagai berikut : Ukuran angkatan kerja yang sering digunakan adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan tingkat pengangguran terbuka (TP). Kedua ukuran itu biasanya dianalisis menurut umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan perbedaan antara desa dan kota. 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

4 Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah angka yang menunjukkan persentasi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Secara umum TPAK dapat dirumuskan : TPK = Angkatan kerja x 100% Penduduk usia kerja Untuk menghitung TPAK menurut golongan umur dan pendidikan digunakan rumus sebagai berikut : TPAK (Gol.Umur) = Angkatan kerja (golongan umur) x 100% Tenaga kerja (golongan umur) TPAK (Tk. Pendidikan) = Angkatan kerja (tk. pendidikan) x 100% Tenaga kerja (tk. pendidikan) Angka TPAK bisa digunakan sebagai dasar untuk mengetahui penduduk yang aktif berkerja ataupun mencari pekerjaan. Bila angka TPAK kecil maka dapat diduga bahwa penduduk usia kerja banyak yang tergolong bukan angkatan kerja baik yang sedang sekolah maupuan mengurus rumah tangga dan lainnya. Dengan demikian angka TPAK dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk yang masih bersekolah dan penduduk yang mengurus rumah tangga. Kedua faktor tersebut dapat pula dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan sosial budaya. 2. Tingkat Pengangguran (TP) Menurut Effendi (1987) konsep tentang tingkat pengangguran di Indonsia amat sulit diterapkan karena di Indonesia pengangguran tidak mendapatkan tunjangan pengangguran, sehingga amat sedikit orang yang mau menganggur, kecuali ada orang (keluarga) yang bersedia menanggung biaya hidupnya. Tingkat pengangguran (TP) adalah angka yang menujukkan persentase yang sedang mencari pekerjaan terhadap angkatan kerja. Secara umum dapat dirumuskan : TP = Sedang mencari kerja x 100% Angkatan kerja Tingkat pengangguran ini biasanya dianalisis menurut umur, pendidikan, dan perbedaan menurut jenis kelamin atau desa-kota. TP (Gol. Umur) = Sedang mencari kerja (gol.umur) x 100%

5 Angkatan kerja (gol.umur) TP (Tk. Pend) = Sedang mencari kerja (tk. pend) x 100% Angkatan kerja (tk. pend) Menurut sensus 2000 Badan Pusat Statistik yang dimaksud dengan sedang mencari kerja adalah : a. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau pencari kerja baru. b. Mereka yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan atau pencari kerja lama. c. Mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau pencari kerja lama. 3. Tingkat Setengah Penganggur (TSP) Setengah penganggur adalah mereka yang bekerja kurang dari jam kerja normal (kurang 35 jam perminggu). Tingkat setengah penganggur adalah angka yang menunjukkan persentase jumlah yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu terhadap jumlah yang bekerja seluruhnya. Apabila dirumuskan sebagai berikut : 100% TSP = Jumlah yang bekerja<35 jam perminggu x Jumlah yang bekerja seluruhnya TSP Terpaksa = Jumlah yang bekerja<35 jam perminggu & masih mencari pekerjaan dibagi jumlah yang bekerja seluruhnya dikalikan seratus persen. TSP Sukarela = Jumlah yang bekerja <35 jam perminggu & tidak bersedia menerima tawaran pekerjaan dibagi jumlah yang bekerja seluruhnya dikalikan seratus persen. B. FAKTOR, PENYEBAB, DAN DAMPAK PENGANGGURAN Faktor terjadinya pengangguran antara lain: pertama pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja. Kedua kualitas sumber daya manusia rendah karena kurang pendidikan dan ketrampilannya. Ketiga, adanya mekanisme produksi untuk mengganti peran tenaga kerja. Keempat, pekerjaan yang dipengaruhi oleh musim, khususnya dibidang pertanian, saat menunggu musim panen sering petani tidak ada pekerjaan. Kelima, situasi politik, keamanan suatu

6 negara, keadaan negara yang tidak aman karena perang, kehidupan politik yang membuat negara lebih sibuk mengurusi masalah perang sehingga masalah pengangguran kurang mendapat perhatian.(yustika, 2002). Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Pengangguran Friksional, yaitu pengangguran yang terjadi karena kesulitan yang bersifat temporer dalam mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja. 2. Pengangguran Struktural, pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian. 3. Pengangguran Musiman, pengangguran yang terjadi karena pengaruh musim. Pada umumnya terjadi pada bidang pertanian dan para pelaut. 4. Pengangguran Teknologi, pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi yang diterapkan. 5. Pengangguran konjungtural siklus yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang naik turunya kehidupan perekonomian. 6. Pengangguran voluntery sukarela, yaitu pengangguran yang terjadi karena angkatan kerja sudah merasa cukup sehingga tidak perlu bekerja lagi karena mereka memperoleh penghasilan dari harta kekayaannya. 7. Pengangguran deflasioner terbuka, yaitu pengangguran yang diakibatkan karena pencari kerja jumlahnya lebih banyak daripada lowongan pekerjaan yang tersedia. (Swasono, 1986). Dampak dari pengangguran secara makro menurut Tukiran (2000) adalah pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial, ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan negara sehingga akan mengganggu proses pembangunan. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah,dan dapat menambah beban utang negara. Secara micro dampak dari pengangguran adalah ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Apabila pengangguran berkepanjangan dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap pribadi penganggur dan keluarganya. Pengangguran dapat

7 menghilangkan ketrampilannya karena tidak digunakan apabila mereka tidak bekerja. C. KESEMPATAN KERJA DAN KEBIJAKAN PENGANGGURAN Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja di suatu wilayah (Kasto, 1995). Kesemptan kerja ini dapat dikelompokkan berdasarkan : lapangan usaha menurut sektor, jabatan atau jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. 1. Menurut sektor atau lapangan usaha Menurut Chris Manning (1983) analisis data mengenai kegiatan ekonomi penduduk umumnya menitik beratkan pada alokasi angkatan kerja yang bekerja menurut sektor, tren perpindahan, dan penyebab perpindahan tersebut serta implikasinya. Alokasi pekerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan inti dari teori kelebihan pekerja yang dikembangkan oleh Lewis dan teori ekonomi dualistis yang mengkaitkan penyerapan pekerja di sektor industri dengan titik balik dalam pembangunan ekonomi. Pembagian angkatan kerja yang bekerja dan perkembangannya menurut Sakernas 2000 dan SP2000 berdasarkan lapangan usaha meliputi 8 sektor sebagai berikut : a. pertanian b. industri pengolahan, c.bangunan, d. perdagangan, e. angkutan, f. keuangan, g. jasa kemasyarakatanm, h. lain-lain (pertambangan, listrik, gas, dan air). 2. Menurut jenis/ Jabatan pekerjaan Penggolongan jenis/jabatan berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 sebagai berikut: a. Pimpinan dan manajer senior, b. Tenaga ahli, c. Teknisi dan sejenisnya, d. Tenaga produksi dan tenaga terkait, e. Tata usaha dan usaha jasa tingkat lanjutan, f. Tata usaha dan usaha jasa tingkat menengah, g. Pekerja produksi dan angkutan tingkat menengah, h. Tata usaha, penjualan dan jasa tingkat rendah, i. Pekerja kasar dan pekerja terkait. 3. Menurut status pekerjaan Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha. Status pekerjaan dibedakan sebagai berikut : a. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, b. Berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga, buruh tidak tetap, c. Berusaha dengan buruh tetap, pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap dibayar tanpa memeperhatikan ada kegiatan apa tidak, d. Buruh karyawan,

8 seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi dengan menerima upah, e. Pekerja tanpa menerima upah. Adanya berbagai macam pengangguran dibutuhkan kebijakan yang berkaitan dengan cara-cara untuk mengatasi pengangguran, yang terjadi. Adapun cara mengatasi pengangguran adalah sebagai berikut: 1. Pengangguran friksional dapat diatasi dengan cara : a. Perluasan jaringan komunikasi dan informasi di berbagai bidang terutama di bidang industri. b. Mengintensipkan pengembangan sektor informal di berbagai bidang. c. Program transmigrasi ditingkatkan untuk membuka lahan baru di pulaupulau terpencil yang berbatasan dengan negara tetangga. d. Pembukaan proyek-proyek umum, oleh pemerintah baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat yang sifatnya padat karya. e. Kemudahan kredit untuk merangsang investor baru di berbagai bidang. 2. Mengatasi pengangguran struktural dengan cara sebagai berikut: a. Meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja. b. Memindahakan tenaga kerja ke tempat yang kekurangan tenaga kerja c. Mendirikan industri padat karya di wilayah pengangguran d. Mengadakan pelatihan tenaga kerja. 3. Pengangguran musiman diatasi dengan cara sebaga berikut: a. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain. b. Melakukan pelatihan di bidang ketrampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu. 4. Pengangguran teknologi dapat diatasi dengan cara : a. Selektif dalam memilih teknologi b. Meningkatkan pendidikan di bidang teknologi. c. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.

9 5. Pengangguran konjungtural siklus diatasi dengan cara sebagai berikut: a. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa b. Meningkatkan daya beli masyarakat. 6. Pengangguran voluntary sukarela dapat diatasi sebagai berikut: a. Memotivasi angkatan kerja bahwa dengan bekerja kemakmuran dan kesejahteraan akan lebih meningkat. b. Kedudukan dan status sosial akan lebih tinggi dengan bekerja. 7. Pengangguran deflasioner terbuka diatasi dengan cara sebagai berikut : a. Membuka kesempatan kerja di luar negeri b. Menjalin kerja sama antar negara dalam urusan tenaga kerja di intensifkan. c. Peningkatan sistem padat karya di berbagai daerah di Indonesia. D. PEMIKIRAN EKONOMI IBN KHALDUN Pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi terkait dengan aspek negara (G), syariah (S), masyarakat (N), kesejahteraan/kemakmuran (W), pembangunan (g), dan keadilan (J) yang dinamakan lingkaran keadilan negara. Gambar tersebut di bawah ini menunjukkan siklus kemajuan dan kemunduran suatu negara, siklus kemajuan prosesnya adalah berputar seperti arah jarum jam (lingkaran luar), dan siklus kemunduran negara arahnya adalah berputar melawan arah jarum jam (lingkaran dalam).

10 Siklus kemajuan suatu negara prosesnya sebagai berikut: 1. Pemerintah (G) tidak dapat diwujudakan kecuali dengan implementasi Syari ah (S). 2. Implementasi Syari ah (S) tidak bisa diwujudkan kecuali oleh Masyarakat (N). 3. Masyarakat (N) dan Pemerintah (G) yang mengimplementasi Syari ah akan menghasilakan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi (W). 4. Dengan kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi (W) maka dapat melakukan pembangunan (g). 5. Pembangun (g) yang dilakukan oleh Masyarakat (N) dan Pemerintah (G) tidak akan tercapai kecuali dengan Keadilan (J). 6. Pemerintah atau penguasa (G) bertangung jawab mewujudkan keadilan (J).

11 Maka ketika ekonomi kuat maka negara akan maju dan berkembang menjadi negara yang kuat dan beradab. Siklus kemunduran suatu negara prosesnya sebagai berikut: 1. Pembangunan(g) yang tidak adil (J) mengakibatkan kesejahteraan masyarakat yang sejati tidak akan terwujud (W). 2. Kesejahteraan masyarakat yang tidak terwujud (W) masyarakat menjadi kacau dan lemah (N). 3. Masyarakat yang lemah dan kacau (N) akan mempengaruhi dan mengganggu pemahaman dan implementasi Syari ah (S). 4. Implementsi Syari ah yang terganggu di masyarakat menyebkan lemahnya implementasi Syari ah pada Pemerintah (G). Pemikiran Ibn Khaldun dalam M.Umer Chapra dirumuskan dalam relasi fungsional masing-masing variabel yang digabung dalam formula : G = f(s, N,W, g,j). G adalah fungsi dari variabel (S,N,W, g,j). G ditempatkan sebagai variabel dependent, karena G dalam hal ini adalah kelangsungan peradaban, kejayaan atau kemunduran/keruntuhan dipengaruhi oleh lima variabel tersebut. Penguasa/negara bertugas dan bertanggung jawab menerapkan syari ah, sebab tanpa syari ah, masyarakat akan kacau, negara akan runtuh. Negara juga harus menjamin hak-hak masyarakat dan bertanggung jawab mewujudkan kesejahteraan(n) agar masyarakat sejahtera/makmur (W) melalui pembangunan yang adil. Gerakan ekonomi syariah yang sedang berlangsung sekarang ini, sangat kondusif dan signifikan untuk membangun. Pemahaman syari ah dan implementasi pembangunan ekonomi umat akan mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan makmur berdasarkan syari ah. Apabila masyarakat telah makmur maka dapat melaksanakan pembangunan secara lebih adil. Apabiala gerakan ekonomi syari ah ini berjalan baik secara akademis maupun prakatek maka akan bermuara pada kejayaan negara. Umat Islam pada dasarnya mampu untuk menyajikan semua variabel dalam lingkaran keadilan menjadi kekuatan besar untuk negara, akan tetapi variabel-variabel tersebut tidak digerakan oleh pemerintah sebagai pemegang kekuasaan. Pemerintah mulai melupakan kewajiban-kewajiban dan tanggung jawabnya. Pemerintah gagal mengimplementasikan syari ah sebagai pedoman dan rujukan ketaatan dalam nilai nilai di masyarakat, pemerintah juga lalai di dalam menjamin keadilan dan menyediakan fasilitas yang diperlukan masyarakat, dampaknya adalah pembangunan

12 dan kemakmuran mengalami kemunduran dan pengangguran semakin mengingkat jumlahnya. Kesempatan kerja sebagai bagian dari kegiatan ekonomi oleh Ibn Khaldun disebut sebagai penghidupan. Penghidupan dapat diperoleh dari : 1. Memerintah, bertani, berdagang, dan mengembangkan industri 2. Pertukangan adalah kehidupan kedua setelah pertanian 3. Menjadi pelayan 4. Orang-orang yang mengurusi persoalan agama (guru, imam, khatib, muazin, musfti, kadi) 5. Arsitektur dan tukang jahit 6. Kebidanan, kedokteran 7. Kaligrafi dan seni, menulis buku, menyanyi. IbnKhaldun dalam mengkaji perkembangan berbagai masyarakat menekankan pentingnya pembagian kerja dalam masyarakat tersebut. Ia mengurutkan bangsa bangsa dan sistem-sistem yang ia kaji sesuai dengan pola produksi ekonominya. Ibn Khaldun juga telah merumuskan teori harga dan hukum supply and demand sebelum ekonomi barat modern merumuskannya. Menurutnya bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah banyak, rakyatnya semakin makmur, maka permintaan terhadap barang-barang semakin meningkat, akibatnya harga menjadi naik. Pasar menurutnya merupakan tempat yang menyediakan kebutuhan manusia, baik kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Faktor penentu yang manaikan dan menurunkan permintaan (demand) ada lima faktor yakni : a. harga, b. pendapatan, c. jumlah penduduk, d. kebiasaan masyarakat, e. pembangunan kesejahteraan. Sedangkan faktor yang menentukan penawaran (supply) ada enam, yakni : a. harga, b. permintaan, c. laju keuntungan, d. buruh, e. keamanan, f. tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam ekonomi, Ibn Khaldun juga membahas upah buruh. Menurutnya buruh adalah sumber nilai. Faktor yang paling menentukan, urgen, dan bernilai dalam ekonomi menurut Ibn Khaldun adalah kerja buruh yang memiliki skills. Pendapatan adalah nilai kerja manusia, oleh karena itu keuntungan hanya dapat diperoleh dengan usaha dan kerja. Demikian halnya dengan penghasilan yang diperoleh dari pertambangan, pertanian, atau peternakan, karena kalau tidak ada kerja dan usaha (buruh) maka tidak akan ada hasil keuntungan.

13 Menurut Ibn Khaldun kerja merupakan faktor penting dalam menciptakan kemajuan dan semaraknya kebudayaan. Bahkan kerja buruh merupakan faktor terpenting bagi pertumbuhan kemajuan dan peradaban. Jadi setiap kali kuantitas kerja secara umum meningkat maka akan meningkat pulalah kemakmuran suatu masyarakat, dan sebaliknya bilamana kuantitas kerja menurun maka akan menurun pulalah kondisi ekonomi suatu masyarakat yang dapat berakibat timbulnya disintegrasi politik. Ibn Khaldun juga mengkaitkan antara jumlah penduduk dengan pertumbuhan ekonomi. Setiap kali jumlah penduk meningkat maka kuantitas kerja pun akan meningkat yang berakibat meningkatnya produksi. Sebaliknya setiap kali jumlah penduduk menurun akan menurun pulalah kuantitas kerja yang berakibat menurunnya produksi. Kata Ibn Khaldun: Tidakkah anda saksikan bahwa di tempat-tempat yang kurang penduduknya kesempatan kerja adalah sedikit atau tidak ada sama sekali, dan penghasilan rendah sebab sedikitnya kegiatan-kegiatan manusia. Sebaliknya kota-kota yang kebudayaannya lebih maju penduduknya lebih baik keadaannya dan makmur. Faktor-faktor produksi menurut Ibn Khaldun ada tiga, yaitu alam, pekerjaan dan modal. Alam merupakan sumber daya yang membekali manusia berupa materi yang ada kalanya dapat dipergunakan secara langsung dan ada kalanya pula setelah ia olah. Pekerjaan merupakan faktor utama yang melebihi kedua faktor lainnya yakni alam dan modal. Pekerjaan merupakan faktor yang selalu ada dalam semua bentuk produksi. Modal kedudukannya adalah sebagai salah salah satu alat produksi. Pemikiran Ibn Khaldun tersebut di atas dapat digunakan sebagai landasan dan pilar utama dalam ekonomi Islam terutama dalam merumuskan pemikiran tentang devision of labour, karena pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi memiliki signifikansi yang sangat besar bagi pengembangan ekonomi Islam ke depan. E. KESIMPULAN 1. Pengangguran terjadi karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih sedikit dibandingkan jumlah pencari kerja. 2. Faktor utama terjadinya pengangguran adalah sumber daya manusia yang tersedia tidak bisa memenuhi kualifikasi kebutuhan lapangan kerja yang tersedia. 3. Dampak dari pengangguran adalah timbulnya ketidakstabilan diberbagai bidang, seperti bidang ekonomi, sosial, dan politik serta bidang lain secara multidimensional.

14 4. Kebijakan dalam mengatasi pengangguran adalah perlunya membuka lapangan kerja melalui berbagai sektor, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan yang tersedia baik secara formal maupun non formal. 5. Meningkatkan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia serta membuka kesematan kerja di luar negeri. 6. Secara historis pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi jauh mendahului para sarjana Barat modern. 7. Kajian empiris tentang ekonomi Islam yang dilakukan Ibn Khaldun mencakup berbagai permasalahan ekonomi, baik secara makro maupun micro. 8. Pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi memiliki signifikansi yang positif sebagai embrio pengembangan ekonomi Isam dewasa ini, yang mana pada saat ini ekonomi dunia sedang dilanda resesi global dan berkepanjangan serta menigkatnya jumlah pengangguran di berbagai negara. DAFTAR PUSTAKA Agustianto, 2014, Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun, Sekjen DPP Ikatan Ahli Ekonomi slam Indonesia (IAEI). http//shariaeconomic.wordpress.com Ahmadie Thoha, 2000, Muqaddimah Ibn Khaldun, Pustaka Firdause, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2001a, Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 Seri L.2.2. Jakarta :BPS,2001b, Estimasi Fertilitas, Mortalitas, dan Migrasi. Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000, Jakarta :BPS. Effendi, Tadjuddin Noer, Konsep dan Ukuran Ketenagakerjaan. Lokakarya Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Diselenggarakan di Yogyakarta 16 Februari 7 Maret oleh Meneg KLH bekerja sama dengan PPK dan PPLH, UGM. Ekonomi Dunia. Hananto, Sigit, 1983, Perkembangan Kesempatan Kerja dan Ciri-Ciri Pekerja Sektor Formal-Informal. Paper Lokakarya Nasional Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja. Jakarta : Januari.

15 Kasto, Karakteristik Demografi, Sosial dan Ekonomi Sumber Daya. Pemuda Indonesia. Populasi. 6.(1). Manning, Chris Kegiatan Ekonomi Angkatan Kerja. Lapangan Pekerjaan Jenis dan Status Pekerjaan, dalam Peter F.Mc Donald (ed).pedoman Analisis Data Sensus Canberra : Australian Universities International Development Program. Mantra, Ida Bagus Demografi Umum, Penerbit Pustaka Pelajar.Edisi Kedua. Yogyakarta. Pengangguran, Wikipedia bahasa Indonesi, ensiklopedia bebas. http//id.wikipedia.org/wiki/pengangguran. 3/14/2014. Siswanto, Agus Wilopo Kebijaksanaan Kependudukan Indonesia Selama Repelita VI, dalam Agus Dwiyanto, et al (eds), Penduduk dan Pembangunan. Penerbit Aditya Media. Yogyakarta. Swasono, Sri Edi Kependudukan, Kolonisasi, dan Transmigrasi. Dalam Sri Edi Swasono dan Masri Singarimbun (eds). Transmigrasi di Indonesia Penerbit UI Press. Jakarta. Tukiran Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Reorientasi Kebijakan Kependudukan. Penyunting Faturochman dan Agus Dwiyanto. Pusat Penelitian Kependudukan. Yogyakarta. Yustika, Ahmad Erani Pembangunan dan Krisis Memetakan Ekonomi Indonesia. Penerbit Grasindo. Jakarta.

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 8. KETENAGAKERJAAN 8.1. Konsep dan definisi Dalam perencanaan pembangunan, data mengenal ketenagakerja memegang peranan penting. Tanpa data tersebut tidalah mungkin program pembangunan direncanakan dan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 31/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian pengertian 2.1.1. Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu Negara / masyarakat dapat dijabarkan jika diketahui

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Indikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi.

Indikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi. Indikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi Oleh : Afwandi Perbedaan antara Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk Registrasi

Lebih terperinci

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 76/11/19/Th.XIV, 7 November 2016 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Agustus 2016 mencapai 705.173 orang, bertambah sebanyak 17.525 orang dibandingkan jumlah angkatan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 03/01/34/Th.X, 02 Januari 2008 SAKERNAS AGUSTUS 2007 MENGHASILKAN ANGKA PENGANGGURAN PERBANDINGAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DIY : TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVIII, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 34/05/19/Th.XIV, 4 Mei 2016 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Februari 2016 mencapai 687.648 orang, bertambah sebanyak 21.806 orang dibandingkan jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 52/11/34/Th.XIV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB V KESEMPATAN KERJA

BAB V KESEMPATAN KERJA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB V KESEMPATAN KERJA Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Modul ke: Perekonomian Indonesia Konsep Ketenagakerjaan Fakultas Ekonomi & Bisnis Janfry Sihite Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Tujuan Sesuai rapem Definisi Ketenagakerjaan Menurut

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN Disusun Oleh : Anggota Kelompok 1 Kelas XI IPS 1 :Agit Olivia Ariswan Ahmad Fajar Ilma Destina Silvi Toni iskandar Yuniasari

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 NO.21/05/34/TH. XIII, 5 MEI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN Hasil Sakernas menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004 ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh

Lebih terperinci

Company LOGO PENGANGGURAN.

Company LOGO PENGANGGURAN. PENGANGGURAN DEFINISI PENGANGGUR ORANG YANG TERGOLONG DALAM ANGKATAN KERJA TETAPI TIDAK MEMPUNYAI PEKERJAAN/SEDANG MENCARI PEKERJAAN JENIS PENGANGGURAN Company PENGANGGURAN BERDASAR PENYEBABNYA BERDASAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2010

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2010 No. 60/12/33/Th.IV, 1 Desember 2010 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2010 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu negara/masyarakat dapat di

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu negara/masyarakat dapat di BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu negara/masyarakat dapat di jabarkan jika diketahui mengenai komposisi lapangan pekerjaan dari angkatan kerjanya,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/05/33/Th.III, 15 Mei 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

Employment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M.

Employment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M. Employment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M. Employment Not Labor Population Labor Not Force Labor Force Population Employee (Manpower) Population aged 10 years Bukan Tenaga kerja Penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN

Lebih terperinci

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi 23/12/2013 1 Pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara tingkat pengangguran Pengangguran (unemployment), tidak berkaitan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 30/05/12/Th. XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,41 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,00 PERSEN Jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 9,84 PERSEN No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi

Pengant eng ant Ilmu E o k nomi PIEw12 1 PIEw12 2 Pengantar Ilmu Ekonomi PIEw12 3 Pengantar Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi PIEw12 4 Pengangguran Tingkat pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 96/11/64/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2016 tercatat sebanyak 1.717.892

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2008

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2008 No. 05/05/33/Th.II, 15 Mei 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2008 Pada Februari 2008 jumlah angkatan kerja sebanyak 17.340.673 orang. Jumlah yang terserap bekerja sebanyak

Lebih terperinci

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI No. 24/05/61/Th. XIII, 10 Mei Berdasarkan Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN q BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.29/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN Pada Februari 2017, Penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 No.65/11/63/Th XVII/6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2013 sebesar 69,08 persen. Mengalami

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.113/05/21/Th.IV, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2009 Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2009 mencapai 668.510

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN

ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN Pekbis Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: 54-62 ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2006-2010 Sri Maryanti Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning-Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian-Pengertian 2.1.1 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja identik dengan Sasaran Pembangunan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Oleh karena kesempatan kerja merupakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Junaidi, Junaidi; Z,Zulfanetti; Hardiani, Hardiani ABSTRAK Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi ketenaga kerjaan di Provinsi Jambi yang mencakup

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 9,94 PERSEN No. 25/05/31/Th. XV, 6 Mei 2012 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 33 /05/76/Th.IX, 5 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 1,81 PERSEN Pada bulan, jumlah angkatan kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 152/12/21/Th.IV, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI KEMBALI NAIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding

Lebih terperinci

RUMAH TANGGA SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI RIAU YUSNI MAULIDA. Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRAK

RUMAH TANGGA SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI RIAU YUSNI MAULIDA. Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRAK RUMAH TANGGA SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI RIAU YUSNI MAULIDA Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRAK Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 04/01/31/Th. XI, 5 Januari 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2008 mencapai 4,77 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.III, 5 Januari 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2008 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 31 /05/17/Th IX, 5 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,21 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASLIA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : HENDRI PRASETYO NIM : 11.12.5670 KELOMPOK : DEMOKRASI Dosen : Drs. M.idris P., MM Kata pengantar Puji syukur penulis panjatkan kepada

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI No.90/01/1/Th.IV, 5 Januari 009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROPINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN AGUSTUS 008 Pada Agustus 008, jumlah angkatan kerja mencapai 666.000

Lebih terperinci

Produktivitas Tenaga Kerja Presentation at BAPPENAS Chris Manning and M. Raden Purnagunawan, USAID-SEADI Project Jakarta, June 15, 2012

Produktivitas Tenaga Kerja Presentation at BAPPENAS Chris Manning and M. Raden Purnagunawan, USAID-SEADI Project Jakarta, June 15, 2012 Produktivitas Tenaga Kerja Presentation at BAPPENAS Chris Manning and M. Raden Purnagunawan, USAID-SEADI Project Jakarta, June 15, 2012 PERBEDAAN PRODUKTIVITAS MENURUT SEKTOR Perhitungan produktivitas

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik mencatat pengangguran terbuka di Indonesia dalam bulan Februari 2007 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 31/5/13/Th XVIII, 05 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,99 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sumatera Barat pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 36/05/19 Th XIII, 5 Mei 2015 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Februari 2015 mencapai 691.928 orang, bertambah sebanyak 51.028 orang dibanding jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Th. XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,49 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2011 SEBESAR 10,83 PERSEN No. 19/05/31/Th XIII, 5 Mei 2011 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 80/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 No. 76/11/51/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2016 mencapai 2.463.039 orang, bertambah sebanyak 80.573 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29 /05/16/Th. XVIII, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016 Februari 2016: Tingkat Pengangguran Terbuka Sebesar 3,94 Persen Jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 28/5/13/Th XX, 05 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,80 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Februari 2017 sebanyak 2,62 juta,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 8,36 PERSEN Jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci