RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENCACAH TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT DALAM PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENCACAH TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT DALAM PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS"

Transkripsi

1 RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENCACAH TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT DALAM PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS Oleh : JUYAMTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENCACAH TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT DALAM PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : JUYAMTO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENCACAH TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT DALAM PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : JUYAMTO F Dilahirkan pada tanggal 25 Oktober 1979 Di Sitiung Sumatera Barat Menyetujui Bogor, Januari 2007 Ir. Agus Sutejo MSi Dosen Pembimbing

4 Judul Oleh NRP : Rancangan dan Uji Performansi Alat Pencacah Tandan Buah Kosong Kelapa Sawit dalam Proses Pembuatan Pupuk Kompos : Juyamto : F SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Mengetahui Pembimbing akademik Ir. Agus Sutejo, MSi NIP

5 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Rabbul Izzati yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini yang bejudul Rancangan dan Uji Performansi Alat Pencacah Tandan Buah Kosong Kelapa Sawit dalam Proses Pembuatan Pupuk Kompos. Shalawat dan salam, semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, selaku pemimpin para Nabi dan orang-orang bertaqwa, begitu juga kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau, serta siapa saja yang menyerukan dakwah dan selalu mengikuti metode serta langkah beliau. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Agus Sutejo, MSi selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan arahan selama melaksanakan penelitian. 2. Bapak Dr. Sam Herodian, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Murtono selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian ini akan tetapi penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amiiin. Bogor, Maret 2006 Penulis

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Juyamto, dilahirkan di Sitiung Dharmasraya pada tanggal 25 Oktober 1979 yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan ayah bernama Sarmin dan ibu bernama Sutarti. Pada tahun 1992 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Piruko, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Wonotiung dan lulus pada tahun 1995, lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum 1 Sitiung dan lulus tahun Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Lembaga Dakwah Kampus Badan kerohanian Islam Mahasiswa IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Traktor Pertanian. Penulis melaksanakan praktek lapang di PT Sweet Indo Lampung di desa Astra Ksetra kecamatan Menggala kabupaten Tulang Bawang, Lampung Utara dengan topik Teknik Pengolahan Gula Di PT Sweet Indolampung selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan judul Rancangan dan Uji Performansi Alat Pencacah Tandan Buah Kosong Kelapa Sawit dalam Proses Pembuatan Pupuk Kompos.

7 JUYAMTO. F Rancangan dan Uji Performansi Alat Pencacah Tandan Buah Kosong Kelapa Sawit dalam Proses Pembuatan Pupuk Kompos. Di bawah bimbingan Ir. Agus Sutejo MSi. RINGKASAN Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sedang mengalami transformasi menuju negara industri. Salah satu industri yang potensial dan telah berkembang serta mempunyai peluang ekspor bagus adalah industri yang berbasiskan pada hasil pertanian (agroindustri). Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) saat sekarang menjadi komoditas yang sangat pesat perkembangannya dan menjadi komoditas unggulan pada subsektor perkebunan. Tanaman kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat. Proporsi luas areal untuk masing masing perusahaan tersebut adalah pada PBN sebesar 50 %, PBS 22 % dan PR 28 % pada tahun 1987, sedangkan pada tahun 1998 terjadi perubahan dengan meningkatnya proporsi untuk PR yaitu 33.5 %, PBN 48.5 % dan pada PBS 18 %. Secara keseluruhan luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1987 sebesar hektar dan meningkat menjadi hektar pada tahun 1998 dengan peningkatan rata rata 12,44 % per tahun. Tandan buah kosong merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dari industri pengolahan minyak kelapa sawit, dimana jumlahnya mencapai 21 % dari tandan buah segar. Jumlah tandan buah kosong yang dihasilkan seringkali melebihi kemampuan alam untuk mendekomposisikannya kembali sehingga terjadilah penumpukan limbah dalam jumlah besar. Apabila penumpukan limbah ini tidak ditangani secara optimal maka akan menjadi sumber pencemaran lingkungan baik tanah, air maupun udara. Penanganan limbah untuk dikonversi menjadi produk lain yang memiliki nilai tambah merupakan usaha usaha untuk kembali ke alam (back to nature) atau pemanfaatan sumber daya alam agar lebih efisien. Disamping itu juga dapat menumbuhkan/membuka lapangan usaha baru yang saat ini banyak dibutuhkan untuk dapat menampung tenaga kerja sekaligus ikut membantu pemerintah dalam rangka mengatasi masalah tenaga kerja dan lapangan pekerjaan. Di dalam mengatasi masalah besarnya volume tandan buah kosong kelapa sawit dilakukan dengan cara pembakaran di dalam incinerator. Tetapi karena adanya larangan pembakaran mendorong dilakukannya penggunaan teknologi alternatif yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah dengan membuatnya menjadi kompos yang kemudian dimanfaatkan untuk berbagai usaha pertanian lainnya. Usaha mendaur ulang limbah tandan buah kosong kelapa sawit melalui pengomposan ini diharapkan merupakan langkah yang tepat untuk menghasilkan pupuk yang berpotensi tinggi dalam penggantian sebagian pupuk konvensional. Oleh sebab itu maka penggunaan teknologi (mesin dan peralatan) sangat dibutuhkan untuk memper-

8 cepat dan mempermudah penanganan serta meningkatkan mutu kompos yang dihasilkan. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk merancang, membuat dan menguji alat pencacah tandan buah kosong kelapa sawit dalam proses pembuatan pupuk kompos serta mengetahui teknik yang efisien dalam pencacahan tandan buah kosong kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan di bengkel METATRON selama 2.5 bulan dari tanggal 1 Oktober sampai 15 Desember 2002 untuk perancangan dan pembuatan mesin dan pengambilan data di PT Tidar Kerinci Agung Desa Lubuk Besar Sungai Rumbai Sumatera Barat selama 4 bulan (Januari April 2003). Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain (1) Motor listrik 20 HP 3 phasa (2) Plat besi tebal 3 mm (3) Plat besi 8 mm (4) Plat besi 12 mm (5) Besi UNP 100 x 100 mm (6) Besi siku 100 x 100 (7) Besi siku 50 x 50 (8) Pipa besi berdiameter 22 panjang 65 cm (9) Roda gigi (10) Sproket dan rantai (11) Pully dan V belt (12) Pisau dari bahan per (13) Baud baud, kawat las, batu gerinda potong/poles, thiner dan cat. Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain (1) Las listrik (2) Gerinda (3) Mesin potong (4) Mesin Bor (5) Kompresor dan spray gun (6) Peralatan bengkel lainnya. Alat pencacah tandan kosong kelapa sawit terdiri dari 9 bagian pokok, yaitu (1) Hopper atas (2) Silinder pengepresan (3) Pisau gerak (4) Pisau diam (5) Hopper bawah (6) Rangka atas (7) Rangka bawah (8) Sistem transmisi (9) Motor penggerak. Dari hasil pengujian mesin didapatkan kapasitas yang tidak merata, hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya: a) faktor manusia, berpengaruh di dalam sistem pengumpanan tandan kosong, dimana tandan yang diumpankan tiap menit tidak selalu sama. b) faktor tandan dimana jumlah tandan kosong yang dikeluarkan oleh pabrik tidak selalu sama, seringkali terjadi kekosongan tandan sewaktu mesin pencacah dioperasikan. c) faktor mesin, berpengaruh karena pada hopper pengeluaran seringkali terjadi kemacetan maka kapasitas mesin menjadi kecil.

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Singkat Kelapa Sawit B. Pencacahan Ukuran C. Prinsip Pengomposan D. Ergonomika III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu B. Bahan Dan Alat C. Prosedur Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sedang mengalami transformasi menuju negara industri. Salah satu industri yang potensial dan telah berkembang serta mempunyai peluang ekspor bagus adalah industri yang berbasiskan pada hasil pertanian (agroindustri). Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) saat sekarang menjadi komoditas yang sangat pesat perkembangannya dan menjadi komoditas unggulan pada subsektor perkebunan. Tanaman kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat. Proporsi luas areal untuk masing masing perusahaan tersebut adalah pada PBN sebesar 50 %, PBS 22 % dan PR 28 % pada tahun 1987, sedangkan pada tahun 1998 terjadi perubahan dengan meningkatnya proporsi untuk PR yaitu 33.5 %, PBN 48.5 % dan pada PBS 18 %. Secara keseluruhan luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1987 sebesar hektar dan meningkat menjadi hektar pada tahun 1998 dengan peningkatan rata rata 12,44 % per tahun. Peningkatan luas areal kelapa sawit tersebut didorong oleh permintaan dunia akan produk kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) dan Produk Kelapa Sawit Olahan (PKO) yang terus meningkat dan cukup tingginya daya saing terhadap produk substitusi utama yaitu kedelai. Pada tahun 1989 produksi CPO indonesia ton dan PKO ton sedang pada tahun 1998 meningkat menjadi ton CPO dan PKO. Dengan demikian terjadi peningkatan rata rata CPO 13,2 % dan PKO 14,6 % tiap tahunnya. Buah kelapa sawit yang dihasilkan biasanya diolah dan dijual dalam bentuk minyak kelapa sawit. Minyak ini dihasilkan dari bagian sabut dan inti kelapa sawit. Tahun demi tahun, seiring dengan meningkatnya produksi kelapa sawit maka industri pengolahan kelapa sawitpun semakin berkembang. Peningkatan produksi minyak kelapa sawit ini akan memberikan konsekuensi berupa bertambahnya limbah industri pengolahan kelapa sawit tersebut. Tandan buah kosong merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dari industri pengolahan minyak kelapa sawit, dimana jumlahnya mencapai 21 % dari tandan

11 buah segar. Jumlah tandan buah kosong yang dihasilkan seringkali melebihi kemampuan alam untuk mendekomposisikannya kembali sehingga terjadilah penumpukan limbah dalam jumlah besar. Apabila penumpukan limbah ini tidak ditangani secara optimal maka akan menjadi sumber pencemaran lingkungan baik tanah, air maupun udara. Penanganan limbah untuk dikonversi menjadi produk lain yang memiliki nilai tambah merupakan usaha usaha untuk kembali ke alam (back to nature) atau pemanfaatan sumber daya alam agar lebih efisien. Disamping itu juga dapat menumbuhkan/membuka lapangan usaha baru yang saat ini banyak dibutuhkan untuk dapat menampung tenaga kerja sekaligus ikut membantu pemerintah dalam rangka mengatasi masalah tenaga kerja dan lapangan pekerjaan. Di dalam mengatasi masalah besarnya volume tandan buah kosong kelapa sawit dilakukan dengan cara pembakaran di dalam incinerator. Tetapi karena adanya larangan pembakaran mendorong dilakukannya penggunaan teknologi alternatif yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah dengan membuatnya menjadi kompos yang kemudian dimanfaatkan untuk berbagai usaha pertanian lainnya. Usaha mendaur ulang limbah tandan buah kosong kelapa sawit melalui pengomposan ini diharapkan merupakan langkah yang tepat untuk menghasilkan pupuk yang berpotensi tinggi dalam penggantian sebagian pupuk konvensional. Oleh sebab itu maka penggunaan teknologi (mesin dan peralatan) sangat dibutuhkan untuk mempercepat dan mempermudah penanganan serta meningkatkan mutu kompos yang dihasilkan. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Merancang, membuat dan menguji alat pencacah tandan buah kosong kelapa sawit dalam proses pembuatan pupuk kompos 2. Mengetahui teknik yang efisien dalam pencacahan tandan buah kosong kelapa sawit

12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tandan Kosong Kelapa Sawit Buah kelapa sawit dapat mulai dipanen pada saat pohon berumur tahun (Hartley, 1967). Pemanenan atau pemetikan tandan seharusnya setelah terjadi pelepasan secara alami. Kandungan utama dari tandan buah kosong kelapa sawit adalah selulosa dan lignin (Kume et.al., 1993). Kandungan selulosanya mencapai % dan lignin %. Selulosa merupakan polimer glukosa linier dengan ikatan glikosidik. Setiap serat selulosa tersusun oleh kurang lebih 3000 molekul glukosa dengan berat molekul diperkirakan mencapai Secara alamiah selulosa tersusun dalam bentuk fibril yang terdiri atas beberapa molekul selulosa paralel yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Fibril fibril tersebut membentuk struktur kristal pada kayu. Struktur kristal itu dibungkus oleh lignin yang berperan sebagai pelindung selulosa terhadap serangan enzim pemecah selulosa (Suhadi et.al., 1989). Lignin merupakan senyawa dengan rantai karbon yang sangat komplek dengan berat molekul yang tidak terbatas. Secara alami lignin dapat berubah atau terdegradasi menjadi karbondioksida, biomassa mikroorganisme maupun mineral mineral (Kirk et.al.,1980). Selulosa dan hemiselulosa merupakan suatu bentuk polisakarida. Lignin merupakan suatu zat komplek yang tidak dapat dicerna yang terdapat pada bagian kayu tanaman. Lignin mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen, akan tetapi perbandingan karbonnya lebih tinggi daripada yang terdapat pada karbohidrat. Terdapat pula zat nitrogen antara 1 5 %. Dalam tumbuhan, lignin terdapat dalam ikatan yang kuat dengan selulosa (Maynard dan Loosli, 1969).

13 B. Pencacahan Ukuran Untuk mendapatkan hasil yang optimal dilakukan pengecilan ukuran, dimana semakin kecil ukuran maka akan semakin ceepat proses pengomposan terjadi. Dalam hal pengomposan tandan buah kosong kelapa sawit (TBKKS), maka faktor utama yang harus dipenuhi adalah dilakukannya pengecilan ukuran agar proses dekomposisi berlangsung cepat. Pengecilan ukuran tandan ini dilaksanakan untuk menjamin adanya kontak sebanyak mungkin dengan mikroba pembusuk. Dapat dijadikan gambaran bahwa TBKKS yang utuh dan diletakkan dilapangan memerlukan waktu bulan untuk lapuk. Dengan mencacah/ merajang sampai ukuran 2.5 cm TBKKS dapat lapuk dalam 3 bulan saja. TBKKS yang sudah melapuk ini selanjutnya hanya memerlukan waktu 3 bulan lagi untuk menyatu dengan tanah. Untuk memperpendek masa pelapukan tersebut digunakan mikroba penghancur bahan organik mentah seperti Tricoderma pseudokoningii dan cytophaga sp. Mikroba ini berfungsi untuk menghancurkan senyawa lignin dan selulosa yang ada pada TBKKS dan mengubahnya menjadi senyawa air, karbondioksida dan energi (Goenadi, 1997). C. Prinsip pengomposan Pengomposan merupakan suatu proses biokimiawi dimana bahan organik didekomposisi menjadi zat zat seperti humus (kompos) oleh kelompok kelompok mikroorganisme campuran dan berbeda beda pada kondisi yang dikontrol. Biokonversi terhadap bahan organik pada saat pengomposan dilakukan oleh kelompok kelompok mikroorganisme heterotrofit yang berbeda beda yang meliputi bakteri, kapang, protozoa dan aktinomicetes. Dengan demikian penambahan kompos dapat memperbaiki struktur, tekstur dan lapisan tanah (Gaur, 1983). Produk yang dihasilkan dan kondisi dari proses pengomposan memiliki kemiripan dengan dekomposisi bahan organik secara alami pada tanah. Perbedaannya adalah pada proses pengomposan kondisi kondisi prosesnya dikendalikan. Kondisi terkendali tersebut mencakup nisbah antara karbon dan nitrogen (C/N), kelembaban, ph dan kebutuhan oksigen untuk aerasi (Gotaas, 1956).

14 Selama pengomposan bahan bahan organik didekomposisi menjadi bentuk bentuk anorganiknya. Menurut Alexander (1977), bahan bahan organik didekomposisi terlebih dahulu menjadi berbagai senyawa organik sederhana oleh enzim ekstra seluler yang dihasilkan mikroorganisme heterotrofik. Dalam proses dekomposisi bahan organik tersebut melibatkan dua proses biokimia yaitu mineralisasi dan amobilisasi yang terjadi secara bersamaan dan berlawanan arah. Mineralisasi adalah proses biokimia dimana senyawa organik sederhana dikonversi oleh mikroorganisme heterotrofik menjadi bentuk anorganik yang lebih stabil, sedangkan amobilisasi merupakan proses biokimia oleh mikroorganisme heterotrofik dimana bentuk anorganik disintesis kembali menjadi senyawa organik yang menyusun sel sel tubuhnya. Pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan anaerobik. Pengomposan aerobik terjadi dalam keadaan terdapat oksigen dan akan menghasilkan CO 2, air dan panas. Sedangkan pengomposan anaerobik terjadi ketika tidak ada oksigen dan akan dihasilkan metana/alkohol, CO 2 dan senyawa antara seperti asam organik (Indriani, 1999). Menurut Gaur (1983), pada pengomposan secara aerobik terjadi reaksi reaksi biokimia utama yang terlibat dalam biokonversi bahan organik yaitu sebagai berikut: 1. Gula, Selulosa, Hemiselulosa (CH 2 O) x + xo 2 xco 2 + xh 2 O + energi 2. Protein (senyawa N Organik) + N Organik NH 4 NO 2 2 NO 3 + energi 3. Sulfur Organik S + xo SO energi 4. Fosfor Organik, Fitin, Lesitin P Organik H 3 PO 4 Ca(HPO 4 ) 2 5. Reaksi secara keseluruhan adalah : Bahan Organik O 2 + H 2 O + Nutrien + Humus + energi Haug (1980) menyatakan bahwa pada pengomposan anaerobik timbul bau busuk karena adanya H 2 S dan sulfur organik. Reaksi reaksi yang terjadi dalam proses pengomposan secara anaerobik adalah sebagai berikut :

15 1. (CH 2 O) x xch 3 COOH 2. H 3 COOH CH 4 + CO 2 3. N Organik NH H 2 S + xco 2 (CH 2 O) x + S + H 2 O D. Ergonomika Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam merancang atau membuat alat adalah kesesuaian alat tersebut dengan kemampuan manusia (Kusen, 1980). Ergonomika sebagai disiplin ilmu yang meninjau manusia dari aspek keteknikan dan sistem dengan fasilitas dan lingkungan tempat melakukan kegiatan kerja dengan tujuan agar tercapai secara optimal nilai nilai yang dikehendaki manusia perlu diterapkan dalam merancang dan membuat alat (fasilitas). Penerapan ergonomika pada berbagai jenis pekerjaan telah terbukti menyebabkan efisiensi dan kenaikan produktifitas yang dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas hasil kerja yang mencapai 10 % atau lebih (Kusen, 1989). Manusia dengan kegiatan kerja bersama perlengkapan yang digunakan dapat ditinjau sebagai suatu sistem. Sistem tersebut dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 1. Sistem manual, dimana manusia berfungsi sebagai tenaga penggerak dan tenaga pengendali. 2. Sistem mekanik, dimana manusia berfungsi sebagai operator atau pengendali sedangkan sumber tenaga utama berasal dari mesin itu sendiri. 3. Sistem otomatik, dimana pada mesinnya sudah dilengkapi dengan peralatan otomatis sebagai pengganti operator dan manusia bukan sebagai pengendali langsung tetapi sebagai monitor. 1. Antropometri dan Biomekanik Ukuran-ukuran statis tubuh atau anggota tubuh manusia lebih dikenal dengan istilah antropometri, sedangkan ukuran yang menyangkut gerak tubuh atau anggota tubuh manusia dikenal dengan biomekanik. Keduanya merupakan aspek ergonomi yang diperlukan dalam merancang peralatan atau mesin ( Daniel, 1983).

16 Menurut Mc. Cormick (1979) istilah antropometri erat hubungannya dengan pengukuran sifat fisik dan mekanik tubuh manusia. Antropometri memiliki pengertian tentang tubuh dan anggotanya yaitu mengenai panjang, tebal, berat atau volume tubuh. Penerapan antropometri terlihat jelas dalam merancang suatu alat atau mesin yang dioperasikan oleh manusia. Dalam merancang suatu mesin atau perlengkapan kerja lainnya agar dapat dioperasikan dengan nyaman, efisien dan aman, seseorang perlu mengetahui struktur fisik pengguna peralatan tersebut, selang respon emosional, tingkat kenyamanan dan perkiraan perkiraan lainnya (Kusen, 1989). Menurut Suma mur (1989) ukuran tubuh berbeda beda dari satu bangsa ke lain bangsa atas dasar keturunan dan faktor lingkungan. Selain itu juga terdapat perbedaan nyata antara laki laki dan perempuan. Salah satu ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan, yaitu tinggi yang diukur dari telapak kaki yang mendatar sampai garis horizontal yang melalui puncak kepala. Standar di luar negeri (eropa) memiliki tinggi 1.70 meter untuk pria dan 1.60 meter untuk wanita. Tinggi rata rata orang dari suatu bangsa bertambah seiring dengan perbaikan gizi dan kesehatan. Bagi orang indonesia tinggi standar untuk pria dewasa 1.60 meter dan untuk wanita dewasa 1.50 meter. Studi mengenai gerak tubuh atau bagian bagiannya meliputi selang, kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian gerak termasuk kedalam biomekanik (Mc. Cormick, 1979). 2. Kapasitas Tenaga Manusia Pengeluaran tenaga mekanis seseorang dapat ditinjau dari dua segi. Pertama, pengeluaran tenaga total tubuh atau laju metabolisme dan yang kedua, pengeluaran tenaga mekanis. Tenaga yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga mekanis disalurkan melalui kinerja otot. Kerja yang dilakukan pada suatu kondisi aerobik dapat menunjukkan energi total yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kerja atau aktifitas (Astrand dan Rodhal, 1977). Selama pengeluaran energi masih berada pada tingkat aerobik yang mantap, dimana kondisi tersebut masih dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama, maka intensitas kerja ini dapat dikategorikan sebagai beban

17 normal yang harus ditanggung. Mengingat efisiensi kerja manusia normal hanya %, maka besar beban normal yang harus ditanggung seseorang sebenarnya hanya % dari energi total yang dikeluarkan dalam mengerjakan beban tersebut (Zander, 1972). 3. Efisiensi Tenaga Manusia Pengertian efisiensi secara umum sebenarnya adalah perbandingan (rasio) antara uotput dengan input. Didalam konteks kerja tubuh manusia, efisiensi diartikan sebagai perbandingan antara tenaga mekanis tubuh yang disalurkan melalui kinerja otot dengan tenaga total tubuh yang dihasilkan melalui proses metabolisme. Oleh sebab itu efisiensi kerja dapat dirumuskan : Efisiensi = Kerja yang dilakukan X 100 % Kerja yang dilakukan + Panas yang dihasilkan 4. Pengukuran Tenaga Manusia Sumber tenaga tubuh yang dapat dimanfaatkan menjadi tenaga mekanis otot berasal dari senyawaan ATP (Adenosin triphosphate). Metabolisme oleh otot dengan sel sel tubuh lainnya dapat berlangsung secara aerobik dimana udaranya diperoleh melalui proses pernapasan. Pengukuran tenaga manusia dapat dilakukan melalui dua cara yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Prinsip yang digunakan pada pengukuran secara langsung berdasarkan pada kesetaraan antara panas dengan energi (prinsip kalorimeter). Metode ini memerlukan ruangan khusus yang terisolasi untuk mencegah kehilangan panas. Pengukuran secara langsung ini akan memberikan hasil yang akurat, tetapi akan membutuhkan biaya yang besar dan ketelitian kerja yang tinggi. Metode ini biasanya dilakukan di laboratorium dan untuk penggunaan di lapangan biasanya dipakai metode tidak langsung ( Kusen,1989). Pada metode pengukuran tidak langsung dikenal ada tiga cara yaitu pengukuran konsumsi oksigen, jumlah denyut jantung dan kenaikan suhu tubuh.pengukuran pengeluaran energi tubuh dengan cara mengukur konsumsi oksigen merupakan salah satu dari metode analisis gas. Dengan menggunakan pengukur gas pernapasan model Max Planck (Jerman) akan lebih praktis, dimana

18 cukup dengan melakukan analisis kadar oksigen sisa pernapasan saja dengan menggunakan oxygen analyzer. Cara lain adalah menggunakan aparatus Heldane, yaitu melakukan analisis terhadap kadar CO 2 disamping O 2 (Kusen,1989). Kadang kadang cara pengukuran denyut jantung dikombinasikan dengan cara konsumsi oksigen agar diperoleh hasil pengukuran yang lebih akurat, atau untuk keperluan kalibrasi. Bilamana angka denyut jantung permenit cukup tinggi, tetapi konsumsi oksigen rendah hal ini menunjukkan terjadinya kelelahan otot. Peningkatan suhu tubuh dapat dijadikan indikator bahwa pengeluaran energi tubuh juga meningkat. Perubahan naiknya suhu baru jelas terlihat pada tingkat pekerjaan setengah berat atau sedang. Hubungan antara varibel faal dengan fenomena metabolisme tubuh dapat dilihat pada tabel berikut ini. Variabel Beban kerja Konsumsi Denyut jantung Kebutuhan Suhu rektal oksigen (lt/mnt) (denyut/mnt) tenaga (kkal/mnt) ( 0 C) Sangat ringan Ringan Sedang Berat Sangat berat Luar biasa Zander, 1973 dalam Kusen 1990

19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilakukan di bengkel Metatron selama 2.5 bulan dari tanggal 1 Oktober sampai 15 Desember 2002 untuk perancangan dan pembuatan mesin dan pengambilan data di PT Tidar Kerinci Agung Desa Lubuk Besar Sungai Rumbai Sumatera Barat selama 4 bulan (Januari April 2003). B. Bahan Dan Alat Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah antara lain: Bahan penelitian : Motor listrik 20 HP 3 phasa 1 buah Plat besi tebal 3 mm 2 lembar Plat besi 8 mm 2 lembar Plat besi 12 mm 1 lembar Besi UNP 100 x 100 mm, Besi siku 100 x 100, Besi siku 50 x 50 Pipa besi berdiameter 22 panjang 65 cm 3 buah Roda gigi Sproket dan rantai Pully dan V belt Pisau dari bahan per Baud baud, kawat las, batu gerinda potong/poles, thiner dan cat Alat yang digunakan : Las listrik, gerinda, mesin bor, mesin potong, mesin bubut, kompresor & spray gun. C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Prosedur ini perlu dilakukan untuk mendapatkan cara yang tepat dalam mencacah tandan kosong kelapa sawit, yang antara lain dilakukan dengan :

20 a. Pencacahan tandan kosong kelapa sawit tanpa menggunakan alas Pencacahan ini menggunakan golok yang sudah diasah dan hasilnya masih kurang berhasil karena sifat liat dari tandan sawit. b. Pencacahan tandan kosong kelapa sawit dengan menggunakan alas Dilakukan juga menggunakan golok tetapi dibawah golok diberi landasan sebagai alas cacah dan tandan sawit yang tercacah lebih banyak dibandingkan cara yang pertama. 2. Pembuatan Mesin Pencacah Tandan Kosong Kelapa Sawit 3. Pengukuran tenaga Manusia Pengukuran kebutuhan tenaga total tubuh dapat menggunakan parameter denyut jantung dengan memakai rumus sebagai berikut : Y = X A Dimana, Y = Laju kebutuhan oksigen (l/menit) X = Denyut jantung (pulsa/menit) A = Luas Permukaan tubuh (m 2 ) Luas permukaan tubuh dapat dicari dengan persamaan : A = B x H x x 10-4 Dimana : B = Berat badan (kg) H = Tinggi badan (cm) Sehingga tenaga total tubuh dapat digunakan persamaan : T = Y x 4.93 x Dimana : T = Tenaga total tubuh (Watt) 1 liter O 2 = 4.93 kkal, 1 kkal/menit = Watt 1. Kapasitas Mesin Pencacah Kapasitas mesin pencacah tandan kosong kelapa sawit adalah jumlah bahan yang dicacah dalam waktu tertentu (jam) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: k = W t

21 dimana: k = kapasitas mesin (ton/jam) W = berat bahan yang akan dicacah t = waktu yang dibutuhkan untuk pencacahan 2. Perhitungan Daya Motor Kebutuhan daya motor dapat dihitung dengan menggunakan rumus : P = V x I Dimana P = daya motor (Watt) V = tegangan listrik (Volt) I = arus listrik yang dihasilkan (Ampere) 3. Transmisi Daya Penyaluran daya dari motor ke mesin dilakukan dengan menggunakan pully dan sabuk V. Secara teoritis kecepatan putar dapat dihitung dengan menggunakan rumus : n 1 D 1 = n 2 D 2 dimana: V = Π x D 1 x n 1 60 x 1000 n 1 = Kecepatan putar motor penggerak n 2 = Kecepatan putar pisau gerak D 1 = Diameter pully motor penggerak D 2 = Diameter pully pada pisau gerak V = Kecepatan linier sabuk V

22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Fungsional & Struktural

23 1. Hopper Atas Hopper ini berfungsi untuk menampung dan mengumpankan bahan yang akan dicacah. Pengumpanan bahan akan dibantu oleh silinder pengepres. Hopper ini terbuat dari besi plat esser dengan ketebalan 3.6 mm, berukuran panjang 90 cm, lebar 60 cm dan tinggi 55 cm. Di bawah hopper terdapat sebuah lubang yang akan mengumpankan tandan sawit berbentuk persegi panjang berukuran 30 x 60 cm. Gambar1. Hopper atas 2. Silinder Pengepresan Berfungsi untuk mengumpankan tandan yang akan dicacah dan mengecilkan ukuran dengan cara mengepres tandan kosong sehingga diharapkan pada proses pencacahan beban yang dialami pisau tidak berat. Silinder ini berjumlah 2 buah dan ditengahnya diberi poros 2 yang akan dihubungkan dengan sproket. Silinder terbuat dari besi pipa berdiameter 22 cm dengan ketebalan 10 mm dan panjangnya 60 cm. Kedua silinder pengepres putarannya berkebalikan arah dan dikedua ujungnya disangga oleh phillow block. Fungsi putaran ini untuk menarik, mengepres dan mengarahkan tandan kosong kelapa sawit menuju ke bagian proses pencacahan. Pada salah satu silinder terdapat sepasang pegas yang berfungsi untuk mengatur pengepresan tandan kosong. Jika tandan yang masuk berukuran besar maka pegas akan tandan tertekan sehingga jarak antar silinder lebih lebar dan ketika tandan sudah melewati silinder maka pegas akan kembali ke kedudukan semula.

24 Poros 1.5 Gambar 2. Silinder pengepresan 3. Pisau Gerak Berfungsi sebagai pisau utama yang akan menghancurkan tandan kosong. Pisau ini terbuat dari plat per baja yang ditempa dengan ukuran 13 cm x 5 cm x 5 mm sebanyak 4 x 21 buah. Dudukan pisau terbuat dari plat esser 8 mm berdiameter dalam 22 cm dan diameter luar 34 cm yang melekat pada sebuah silinder. Penempelan antara dudukan pisau dengan silinder dilakukan dengan cara pengelasan menggunakan kawat las LB 52 diameter 3.2 mm. Di dalam silinder terdapat poros 3 yang dikedua ujungnya diperkecil menjadi 2.5 untuk meletakkan phillow block. Antara pisau dengan dudukannya diperkuat dengan menggunakan sistem baud.

25 Gambar 3. Pisau gerak 4. Pisau Diam Berfungsi sebagai landasan untuk pemotongan. Dengan adanya pisau diam ini memungkinkan bahan tertahan dan kemudian akan terpotong. Bentuk dan ukuran pisau sama dengan ukuran pisau berputar. Hanya saja, dudukan untuk pisau ini terbuat dari as besi berukuran 2 yang dikedua ujungnya diberi besi siku untuk menempelkan ke rangka atas. Penggabungan antara as besi dudukan pisau diam dengan besi sikunya menggunakan sistem las, sedangkan antara besi siku dan rangka atas menggunakan sistem mur baud. Jarak antar pisau 3 cm. Gambar 4. Pisau Diam

26 5. Hopper Bawah Berfungsi untuk menyalurkan tandan yang sudah dicacah ke wadah yang telah disiapkan atau ke proses berikutnya. Hopper ini akan menempel pada rangka bawah menggunakan sistem mur baud dan terbuat dari plat esser ketebalan 3.2 mm, berukuran panjang 130 cm, lebar 64 cm dan tinggi 70 cm. Gambar 5. Hopper Bawah 6. Rangka bawah Berfungsi untuk memberi dudukan mesin secara keseluruhan diantaranya untuk dudukan motor listrik, dudukan rangka atas, dudukan hopper bawah, dudukan transmisi dan menopang pisau gerak. Rangka ini terbuat dari besi UNP 100 berukuran panjang 105 cm, lebar 105 cm dan tinggi 100 cm. Untuk dudukan motor mempunyai ukuran 75 cm x 60 cm. Sedangkan untuk dudukan rangka atas berukuran 65 cm x 90 cm. Untuk rangka bawah ini tidak bisa dilakukan bongkar pasang karena semuanya memakai sistem penggabungan dengan las bukan sistem knock down (bongkar pasang). Gambar 6. Rangka bawah

27 7. Rangka atas Berfungsi untuk memberi kedudukan silinder pengepres, pisau diam dan hopper atas. Rangka ini terbuat dari plat esser 12 mm yang didalamnya terdapat lubang segi empat berukuran 20.5 cm x 27.5 cm. Lubang ini berfungsi sebagai tempat untuk dudukan bearing pada silinder pengepres. Di bawah rangka ini diberi siku 10 cm x 10 cm yang berfungsi untuk menempelkannya dengan rangka bawah, dimana penggabungannya menggunakan sistem mur baud. Ukuran rangka atas 90 cm x 60 cm. Gambar 7. Rangka atas 8. Sistem Transmisi Berfungsi untuk menyalurkan daya dari motor listrik, membalikkan arah putaran dan menaikkan atau menurunkan kecepatan putaran. Dalam mesin ini digunakan 3 macam transmisi : 1. Sistem Transmisi Sabuk V Berfungsi untuk menyalurkan daya/tenaga dari motor penggerak ke silinder pisau (pisau putar) dan untuk menurunkan putaran pada silinder pengepres. Pully yang dipakai berukuran 5 pada motor penggerak dan 7 pada silinder pisau, V belt yang digunakan yaitu 81- C sebanyak 3 buah. Sedangkan untuk menurunkan putaran dipakai 5

28 pada silinder pisau dan 15 pada poros roda gigi, V-belt yang digunakan 57-B sebanyak 2 buah. 2. Sistem Transmisi Roda Gigi Berfungsi untuk membalikkan arah putaran sehingga pada silinder pengepres putarannya berlawanan arah. Roda gigi yang digunakan berukuran 7 sebanyak 2 buah. Di tengah roda gigi terdapat lubang berdiameter Sistem Transmisi Rantai Rol Berfungsi untuk menyalurkan daya dari silinder pisau ke silinder pengepresan. Sproket yang dipakai dengan perbandingan 1 : 3, dimana pada silinder pres berjumlah 33 dan pada roda gigi berjumlah 11 buah. Bearing Transmisi Rantai Rol Transmisi Sabuk V Transmisi Sabuk V Transmisi Roda Gigi Gambar 8. Sistem Transmisi

29 9. Motor listrik Berfungsi sebagai sumber daya utama yang akan menggerakkan mesin. Motor yang digunakan adalah motor 3 phasa, 380 Volt, daya 20 HP. 1. Hasil Pengujian Gambar 9. Motor Listrik Ket Jumlah tandan (tandan) Jumlah tandan (Kg) Waktu pencacahan (detik) Kapasitas pencacahan (Kg/jam) Rataan Berat Rata-rata tandan kosong 5.5 Kg/Tandan Grafik Perbandingan antara Kapasitas Pencacahan (Kg/jam) pada tiap Pengujian Kapasitas Pencacahan (Kg/jam) Kapasitas Pencacahan (Kg/jam) Pengujian Ke -

30 2. Pembahasan Dari hasil pengujian mesin didapatkan kapasitas yang tidak merata, hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya : a. Faktor manusia Faktor manusia berpengaruh di dalam sistem pengumpanan tandan kosong, dimana tandan yang diumpankan tiap menit tidak selalu sama. Walaupun setelah dari pabrik sudah dilakukan seleksi tandan kosong dengan menggunakan meja sortir, tapi faktor manusia masih diperhitungkan untuk menyeleksi batu dan potongan besi yang akan masuk ke mesin pencacah. Batu dan potongan besi yang terambil selanjutnya dibuang. Faktor manusia sangat berfungsi dalam pengaturan tandan kosong, karena seringkali tandan yang dihasilkan pabrik banyak dalam waktu bersamaan. Terkadang manusia dalam mengumpankan tandan kosongnya sedikit dan kadang kadang banyak tergantung pada nalurinya. b. Faktor Tandan Jumlah tandan kosong yang dikeluarkan oleh pabrik tidak selalu sama, seringkali terjadi kekosongan tandan sewaktu mesin pencacah dioperasikan. Penyebab dari ketidaksamaan jumlah tandan kosong yang dikeluarkan pabrik karena sebelum masuk ke mesin pencacah dilakukan pemilihan tandan dengan menggunakan mesin/meja sortasi. Meja ini akan bekerja berdasarkan ukuran tandan kosong, jika tandan kosongnya besar akan menabrak blok penahan dan akan diarahkan menuju meja penampungan. Sedangkan yang berukuran kecil akan jalan terus dan masuk ke mesin pencacah. Hal ini juga mengurangi jumlah kapasitas mesin. c. Faktor Mesin Faktor mesin berpengaruh karena pada hopper pengeluaran seringkali terjadi kemacetan maka kapasitas mesin menjadi kecil dan ketika sudah menumpuk akan turun secara bersamaan sehingga

31 menyebabkan kapasitasnya langsung naik. Kemacetan juga terjadi karena penyumbatan yang ada di sela sela pisau berputar dan juga pisau diam, yang mengakibatkan penumpukan diantara pisau diam dan dudukannya. Penumpukan ini semakin lama akan mengeras sehingga nanti pembersihannya sulit. Mesin lain yang berpengaruh pada ketidakstabilan kapasitas pencacahan ini adalah konveyor yang membawa tandan dari meja sortasi ke mesin pencacah. Hal ini dikarenakan antara konveyor dengan lantainya memiliki jarak yang memungkinkan tandan berukuran kecil tidak akan terbawa oleh konveyor, dan ketika tandan berukuran besar melewati konveyor akan membawa tandan kecil yang sebelumnya masih tertinggal di lantai konveyor. Di antara mesin pencacah dan konveyor terdapat luncuran tandan dan juga diantara meja sortasi dan konveyor juga ada luncuran tandan. Pada luncuran tandan ini seringkali terjadi kemacetan. Banyak hal yang menyebabkan kemacetan ini, yaitu lantai luncur yang memiliki kemiringan kecil dan lantainya kurang licin.

32 DAFTAR PUSTAKA Gaur, A.C A Manual Of Rural Composting. FAO, Rome. Haug, R.T Composting Engineering. An Arbor Science, Michigan. Hartley, C.W.S The Oil Palm. Longman Group Limited, London. Indriani, Y.H Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta Kume, T., S. Matsuhashi, S. Hashimoto, M.R. Awang, H. Hamdani and H. Saitoh Resources By Radiation Treatment Production of Animal Feed and Mushroom From Oil Palm Wastes. Pergamon Press Ltd, London. Kirk, T.K., T. Hirughuci dan H.M. Chang Lignin Biodegradation : Chemical and Potential Application. LRC Prees Inc.,Florida. Suhadi, H., S.I. Nastiti dan B. Tajuddin Biokonversi : Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas, IPB, Bogor.

33

34

35 22

36

37

38

39

40

41

42

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENCACAH TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT DALAM PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENCACAH TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT DALAM PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENCACAH TANDAN BUAH KOSONG KELAPA SAWIT DALAM PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS R. Bintarso Staf pengajar jurusan Teknik Mesin Polnep ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

MODIFIKASI DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA MESIN PENGEMPA BRIKET MEKANIS TIPE KEMPA ULIR (SCREW PRESSING) SKRIPSI. Oleh : IRWAN DARMAWAN F

MODIFIKASI DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA MESIN PENGEMPA BRIKET MEKANIS TIPE KEMPA ULIR (SCREW PRESSING) SKRIPSI. Oleh : IRWAN DARMAWAN F MODIFIKASI DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA MESIN PENGEMPA BRIKET MEKANIS TIPE KEMPA ULIR (SCREW PRESSING) SKRIPSI Oleh : IRWAN DARMAWAN F14103124 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL Gatot Pramuhadi 1), Abdul Wahhaab 2), Gina Rahmayanti 2), Nurwan Wahyudi 2), Syahidin Nurul Ikhwan 2) 1) Dosen Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di bengkel las Citra Damai Kemiling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM ALAT PEMBERSIH SISIK IKAN DENGAN PENGGERAK DINAMO DAN SUMBER TENAGA BATU BATERAI BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM ALAT PEMBERSIH SISIK IKAN DENGAN PENGGERAK DINAMO DAN SUMBER TENAGA BATU BATERAI BIDANG KEGIATAN: PKM-GT PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM ALAT PEMBERSIH SISIK IKAN DENGAN PENGGERAK DINAMO DAN SUMBER TENAGA BATU BATERAI BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan oleh: Arie Tambosoe F14070107 (2007, Ketua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu Berdasarkan hasil survey lapangan di PG. Subang, Jawa barat, permasalahan yang dihadapi setelah panen adalah menumpuknya sampah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Karakteristik Limbah Padat

Karakteristik Limbah Padat Karakteristik Limbah Padat Nur Hidayat http://lsihub.lecture.ub.ac.id Tek. dan Pengelolaan Limbah Karakteristik Limbah Padat Sifat fisik limbah Sifat kimia limbah Sifat biologi limbah 1 Sifat-sifat Fisik

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos LIMBAH PADAT ORGANIK PERKEBUNAN TEBU DAN KELOMPOK GRAMINEAE LAINNYA dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

Modifikasi Pemarut pada Mesin Penyuwir Daging Ikan untuk Bahan Baku Abon Ikan

Modifikasi Pemarut pada Mesin Penyuwir Daging Ikan untuk Bahan Baku Abon Ikan Modifikasi Pemarut pada Mesin Penyuwir Daging Ikan untuk Bahan Baku Abon Ikan Mustaqimah *, Diswandi Nurba, Irwansyah Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah jerami yang diambil dari persawahan di Desa Cikarawang, belakang Kampus IPB Darmaga. Jerami telah didiamkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017 AKTIVITAS MANUSIA PRODUK SISA/SAMPAH/ LIMBAH PEMILAHAN LAIN-LAIN PLASTIK ORGANIK 3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri kelapa sawit yang cukup potensial sebagai penghasil devisa negara menyebabkan luas areal dan produksi kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat. Sampai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS Perancangan dan pembuatan mekanik mesin sortasi manggis telah selesai dilakukan. Mesin sortasi manggis ini terdiri dari rangka mesin, unit penggerak, unit pengangkut,

Lebih terperinci

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM Oleh: ASEP SUPRIATNA F14101008 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI PERFORMANSI DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unsur Hara Makro Serasah Daun Bambu Analisis unsur hara makro pada kedua sampel menunjukkan bahwa rasio C/N pada serasah daun bambu cukup tinggi yaitu mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama 3.minggu dan tahap analisis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing : SKRIPSI Pengaruh Mikroorganisme Azotobacter chrococcum dan Bacillus megaterium Terhadap Pembuatan Kompos Limbah Padat Digester Biogas dari Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Disusun Oleh: Angga Wisnu

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara terbesar pertama sebagai penghasil Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah) mengungguli Malaysia, Riau adalah salah satu provinsi penghasil

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

APLIKASI DAN UJI KINERJA DISKSAW CHOPPER UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

APLIKASI DAN UJI KINERJA DISKSAW CHOPPER UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK APLIKASI DAN UJI KINERJA DISKSAW CHOPPER UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK Politani Negeri Payakumbuh Email: elfinhasman@yahoo.co.id ABSTRAK Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan mesin disksaw chopper

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu spesies jamur yang dapat dikonsumsi. Selain rasanya yang lezat, ternyata jamur merang juga merupakan sumber protein dan mineral yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa

Lebih terperinci

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA Oleh : SALIX FINI MARIS F14104091 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI UNJUK

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Prinsip Kerja Alat Mesin pengiris tempe ini menggunakan motor listrik sebagai pengerak utama. Motor listrik dihidupkan dengan cara menekan tombol on. Setelah motor listrik dihubungkan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA II.

TINJAUAN PUSTAKA II. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Lumpur Water Treatment Plant Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang dari aktifitas manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.774.463

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN Utilization of Oil Palm Empty Bunches as Media for Growth of Merang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi 1* Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51 38 Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) 2 4 6 Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51 Bahan yang rusak (%) 0 0 11 39 Lampiran 2. Kapasitas alat (buah/jam)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG LONTONG KERUPUK MENGGUNAKAN TALI SENAR

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG LONTONG KERUPUK MENGGUNAKAN TALI SENAR Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 1 RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG LONTONG KERUPUK MENGGUNAKAN TALI SENAR Eska Hiola 1), Evi Sunarti Antu 2), Yunita Djamalu 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: 2355-3553 PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Sukadi* Novarini** *Dosen Teknik Mesin Politeknik Jambi **Dosen Teknik Mesin

Lebih terperinci

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS. Oleh : REZA NUGRAHA F

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS. Oleh : REZA NUGRAHA F SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS Oleh : REZA NUGRAHA F14102050 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR RANCANG BANGUN DAN UJI PERFORMANSI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan pertanian Indonesia adalah meningkatkan produktivitas berbagai jenis tanaman pertanian. Namun disisi lain, limbah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011 di Bengkel Daud Teknik, Cibereum, Bogor. B. Tahapan Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan

Lebih terperinci