STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR)"

Transkripsi

1 STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Michael Jordi Kurniawan NIM. E FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 i

2 ii

3 iii

4 SURAT PERNYATAAN Nama : Michael Jordi.K NIM : E Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini. Surakarta, 29 Maret 2016 Yang Membuat Pernyataan, Michael Jordi Kurniawan NIM. E iv

5 HALAMAN MOTTO THERE IS NOTHING NOBLE IN BEING SUPERIOR TO YOUR FELLOW MEN, TRUE NOBILITIY IS BEING SUPERIOR TO YOUR FORMER SELF -ERNERST HEMINGWAY- v

6 ABSTRAK Michael Jordi Kurniawan E STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR). Penulisan Hukum (Skripsi). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini mendiskripsikan dan mengkaji permasalahan, pertama, apakah pertimbangan majelis hakim pengadilan negeri jakarta utara dalam membatalkan putusan BANI nomor : 513/IV/ARB-BANI/2013 telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase). Kedua, Apakah akibat hukum dari dibatalkannya Putusan BANI Nomor : 513/IV/ARB-BANI/2013. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dan studi kepustakaan, instrumen penelitian adalah Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN.Jkt.Utr. dan UU Arbitrase. Teknik analisis yang digunakan adalah metode deduktif silogisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan hakim dalam membatalkan Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 telah sesuai dengan UU Arbitrase dengan ditemukannya tipu muslihat yang dilakukan PT. Pembangunan Jaya Ancol dalam pemeriksaan sengketa, tipu muslihat yang dimaksud adalah dengan diajukkan Ahli dan Arbiter yang keduanya memiliki hubungan kerja. Akibat hukum dari dibatalkannya Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 adalah dinafikkannya putusan tersebut atau dianggap tidak pernah ada atau dibuat. Kata Kunci: Pembatalan, Putusan BANI vi

7 ABSTRACT Michael Jordi Kurniawan. E A Study In Cancellation of BANI s Verdict in Indonesia (Study in Verdict Number 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR). Legal Writing. Law Faculty of Universitas Sebelas Maret. This study describes and examines the problems regarding the consideration of the judges of Court District of North Jakarta in granting the petition of cancellation BANI s Verdict Number 513/IV/ARB-BANI/2013 whether it is inaccordance to Act Number 30/1999 relating to Arbitration and Alternatives Disputes Resolution (Act of Arbitration); as well as law consequences from the cancellation of BANI s Verdict Number 513/IV/ARB-BANI/2013. This study is normative legal study which is a descrptive legal study. In nature the data to be used in this study is secondary data, which includes primary legal materials and secondary legal materials. Data collecting tehnique that used in this study is documentary study and library study. Verdict Number 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR. and Act of Arbitration will be the main instrument to be considered. The results show that judges s consideration is inaccordance Act of Arbitration by discover the fact that PT. Pembangunan Jaya Ancol has Presented arbitrator and expert witness that both had connection relating to their job. The law consequences from the cancellation is that the verdict considered never existed. Keyworda: Camcellation, BANI s Verdict vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-nya sehingga Penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (Studi Putusan Nomor: 305/Pdt.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR). Penulisan hukum ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Univeritas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan besar hati akan menerima segala masukan yang dapat memperkaya pengetahuan penulis di kemudian hari. Dengan selesainya penulisan hukum ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penulisan hukum ini: 1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Supanto, S.H.,M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penulisan hukum ini. 3. Bapak Harjono, S.H.,M.H selaku pembimbing I yang telah memberikan segala ilmu dan penuh dengan kesabaran membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini. 4. Bapak Syafrudin Yudowibowo, S.H.,M.H selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini. 5. Bapak Dr. Soehartono, S.H.,M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Univeritas Sebelas Maret Surakarta. viii

9 6. Bapak Heri Hartanto, S.H.,M.H selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis belajar di Kampus Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dengan keikhlasan dan kemuliaan hati telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama penulis belajar di Kampus Fakultas Hukum. 8. Orang Tua, Ayah Yeremia Sandy dan Ibu Natalia Yulia yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, dan dorongan serta semangat kepada penulis dengan penuh keikhlasan, serta keluarga besar atas doa dan harapan yang luar biasa. 9. Kawan-kawan di PMK Fakultas Hukum yang memberi masukan dan bantuan dalam pembuatan skripsi ini. 10. Teman-teman seangkatan 2012 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, tak pernah ada kata sesal berada di antara kalian, terima kasih atas kebahagiaan dan kegembiraan yang diberikan dan semoga sukses untuk kita semua. 11. Almamaterku, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Demikian semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya. Surakarta, Maret 2016 Penulis Michael Jordi.K ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTTO... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 8 E. Metode Penelitian... 9 F. Sistematika Penulisan Hukum BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori Tinjauan umum penyelesaian sengketa Tinjauan umum arbitrase B. Kerangka Pemikiran x

11 BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Nomor perkara Identitas para pihak Kasus posisi Dasar permohonan Putusan B. Pembahasan Pertimbangan Majelis Hakim Akibat Hukum BAB IV. PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar Kerangka Pemikiran xii

13 DAFTAR GAMBAR Lampiran 1. Lampiran Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/Pn.Jkt.Utr...82 xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut menimbulkan hak dan kewajiban antar pihak yang mengikatkan dirinya. Hubungan semacam ini disebut dengan hubungan hukum dan karena hubungan ini diatur oleh hukum maka hubungan hukum menjadi objek hukum. Perjanjian antara pihak yang melakukan hubungan hukum, dalam Hukum Perdata, menjadi hukum bagi kedua belah pihak sehingga kedua belah pihak wajib mematuhinya. Ada pihak-pihak yang tetap tidak mematuhi perjanjian yang telah dibuat dan berdampak dengan tidak terpenuhinya hak dan kewajiban pihak lain. Tidak terpenuhinya hak dan kewajiban menimbulkan pihak yang merasa dirugikan, menuntut keadilan melalui penyelesaian sengketa dengan proses pengadilan sesuai dengan yang diatur dalam Hukum Acara Perdata. Seiring berjalannya waktu, serta semakin majunya perdagangan dan bisnis maka tingkat kerumitan sengketa yang timbul juga semakin bertambah. Selain itu, arus globalisasi yang menimbulkan perkembangan bisnis yang cepat juga berakibat bagi dituntutnya hukum untuk berkembang dalam mengatasi sengketa yang timbul dalam sebuah hubungan hukum. Penyelesaian sengketa melalui proses pengadilan (judicial settlement of dispute) seringkali, tidak memenuhi asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Para pelaku usaha, dalam dunia bisnis yang berkembang menuntut penyelesaian sengketa yang memenuhi asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Penyelesaian sengketa yang dipilih seringkali merupakan penyelesaian sengketa di luar proses pengadilan. 1

15 2 Menurut M.Yahya Harahap, pengalaman dan pengamatan telah membuktikan, penyelesaian sengketa melalui proses pengadilan relatif lambat dikarenakan (M.Yahya Harahap, 1993:232) : a. Penuh dengan formalitas b. Terbuka upaya banding, kasasi, dan peninjauan kembali sehingga jalannya proses penyelesaian, bias berlikuliku dan memakan waktu yang sangat panjang, bisa sampai memakan waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun. c. Belum lagi munculnya berbagai upaya perlawanan atau intervensi dari pihak ketiga (derden verzet), menyebabkan penyelesaian semakin rumit dan panjang. Para pelaku usaha dan bisnis dalam dunia modern lebih memilih penyelesaian sengketa di luar proses pengadilan, baik dengan cara mediasi, negosiasi, rekonsiliasi, atau arbitrase. Paradigma ini dalam mencapai keadilan lebih mengutamakan pendekatan konsesus dan berusaha mempertemukan kepentingan pihak-pihak yang bersengketa seta bertujuan untuk mendapatkan hasil penyelesaian sengketa kearah win-win solution (Adi sulistiyono, 2006:5). Para pihak yang bersengketa merupakan perusahaan-perusahaan besar. Para pihak ini menginginkan kepentingan dan hak-haknya tercapai. Selain itu, para pihak yang merupakan perusahaan-perusahaan besar ini juga menginginkan agar hak-haknya dan kepentingan-kepentingannya diperhatikan dan dipertahankan. Para pihak yang bersengketa lebih memilih penyelesaian melalui jalur non litigasi yang berupa arbitrase. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase sendiri berbeda jika dibandingkan dengan penyelesaian melalui mediasi, negosiasi, dan konsiliasi. Arbitrase merupakan institusi penyelesaian sengketa yang menggunakan pendekatan pertentangan (adversial)dengan hasil win lose yang dipilih sebagai alternatif oleh pelaku bisnis (Adi Sulistiyono, 2006:139).

16 3 Pada Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman juga diatur mengenai penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan diatur pada Pasal 58 yang berbunyi: upaya penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan di luar pengadilan negara melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Arbitrase dalam sebuah alternatif penyelesaian sengketa di bidang bisnis di Indonesia sangat penting. Arbitrase di Indonesia lebih rinci diatur di Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut UU Arbitrase). Alasan dari dipilihnya arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa adalah karena arbitrase memiliki beberapa keunggulan yaitu : (Rahmadi Indra Tektona, Arbitrase Sebagai Alternatif Solusi Penyelesaian SengketaBisnis di Luar Pengadilan, (diakses pada tanggal 18 November 2015)). a. Adanya kerahasiaan putusan arbitrase dan hubungan para pihak tetap terjaga. b. Prosedurnya sederhana dan cepat c. Para pihak yang bersengketa dapat memilih orang atau lembaga (arbiter) yang akan menyelesaikan sengketa sehungga menjamin kualitas putusannya d. Putusannya bersifat final, binding (mengikat), dan memiliki daya paksa. Kelebihan-kelebihan dalam hal penyelesaian sengketa melalui arbitrase sangatlah banyak sehingga kalangan pelaku bisnis lebih memilih arbitrase daripada melalui pengadilan. Peranan dan penggunaan lembaga arbitrase dalam menyelesaikan sengketa dibidang bisnis sudah berkembang sangat pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan fakta bahwa banyaknya kontrak dagang yang mencantumkan klausula arbitrase sebagai forum dalam penyelesaian sengketa.( Erman Rajagukguk, 2000:1 )

17 4 Ada beberapa faktor yang menyebabkan pemilihan alternatif penyelesaian sengketa melalui arbitrase berkembang sangat pesat yaitu (Huala Adolf, 2008:14) : a. Berperkara melalui arbitrase tidak begitu formal dan fleksibel b. para pihak yang bersengketa diberi kesempatan untuk memilih arbitrator yang mereka anggap dapat memenuh harapan mereka baik dari segi keahlian maupun pengetahuan pada suatu bidang tertentu; dan c. Faktor kerahasiaan proses berperkara dan putusan yang dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase selalu menguntungkan semua pihak seperti yang diharapkan pada prakteknya. Seperti contoh ada juga proses arbitrase yang memakan waktu yang lama seperti; Kasus AMCO Asia Corp melawan Republik Indonesia.( Aldo Rico Geraldi,dkk, Penyelesaian Sengketa Kasus Investasi AMCO vs Indonesia Melalui ICSID, le=penyelesaian%20sengketa%20kasus%20investasi%20 AMCO%20VS%20INDONESIA%20MELALUI%20ICSID (diakses pada tanggal 19 November 2015)) Contoh lain, dalam praktek putusan arbitrase terutama arbitrase asing tidak dapat dilaksanakan karena alasan-alasan tertentu, seperti misalnya permasalahan ketertiban umum, putusan arbitrase tidak sah, dan sebagainya (Sudargo Gautama, 2004:10). Selain kelebihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase juga memiliki kelemahan diantaranya sebagai berikut : (Munir Fuady, 2000:94) a. Tidak mudah untuk mempertemukan kehendak para pihak yang bersengketa untuk membawa sengketa mereka kepada forum arbitrase. Harus terdapat kesepakatan antara kedua bela pihak yang bersengketa. Saat penentuan kesepakatan tersebut sering

18 5 terjadi konflik kepentingan mengenai permasalahan pilihan hukum dan pilihan forum yang berlaku atas perjanjian tersebut b. Hal pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional masih menjadi persoalan yang rumit. Hal tersebut dikarenakan masing-masing Negara mempunyai ketentuan yang berbeda dalam hal pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional c. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak selalu memakan biaya yang sedikit. Hal tersebut dikarenakan biaya arbitrator yang ditunjuk dapat memakan biaya yang cukup banyak mengingat para pihak dapat memilih arbitrator yang menurut mereka ahli di bidangnya masing-masing. d. Arbitrase dapat pula berlangsung lama dan karenanya membawa akibat biaya yang tinggi terutama dalam hal arbitrase dilakukan di luar negeri. Arbitrase sebenarnya merupakan alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, namun meskipun begitu, pengadilan masih tetap mempunyai peranan dalam pendaftaran, pengakuan, dan pelaksanaan putusan yang dibuat oleh arbitrase (Erman Rajagukguk, 2000:9). Pada Pasal 59 ayat (1) UU Arbitrase diatur tentang proses pelaksanaan putusan arbitrase yang harus didaftarkan ke pengadilan negeri. Menurut urutan proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase, pemeriksaan sengketa akan diakhiri dengan putusan arbitrase, seperti halnya dengan penyelesaian sengketa melalui proses pengadilan. Pasal 60 UU Arbitrase menyatakan bahwa putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. UU Arbitrase juga mengatur mengenai pembatalan putusan arbitrase. Putusan arbitrase dikatakan bersifat final dan mengikat, tetapi pihak yang merasa keberatan dengan putusan arbitrase tersebut dapat mengajukan permohonan pembatalan putusan arbitrase ke pengadilan negeri.dengankata lain,

19 6 permohonan pembatalan putusan arbitrase merupakan sebuah upaya hukum dari pihak yang tidak puas dari dijatuhkannya putusan arbitrase. kemungkinan untuk dibatalkannya putusan arbitase, menimbulkan sebuah kerancuan dalam penafsiran Pasal 60 UU Arbitrase. Kerancuan tersebut adalah dengan adanya kemungkinan dibatalkannya putusan arbitrase, apakah menghilangkan sifat putusan arbitrase yang final dan mengikat. Lebih lanjut, UU Arbitrase tidak menyebutkan mengenai adanya upaya hukum untuk pihak yang tidak puas dengan putusan arbitrase. Penulisan hukum ini lebih lanjut akan membahas mengenai pembatalan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (selanjutnya disebut Putusan BANI) dalam kasus sengketa antara PT. Sea World Indonesia melawan PT. Pembangunan Jaya Ancol yang diselesaikan di lembaga arbitase BANI. Namun demikian, atas ketidakpuasan Putusan BANI tersebut PT. Sea World Indonesia mengajukan permohonan pembatalan Putusan BANI ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Permohonan pembatalan putusan BANI tersebut dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam Putusan Nomor : 305/Pdt.G/BANI/2014/PN.jkt.utr. Berdasarkan pemaparan yang dilakukan dapat dilihat polemik yang menarik penulis untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pembatalan putusan BANI tersebut. Berdasarkan uraian dalam latar belakang, penulis memilih judul STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA ( STUDI PUTUSAN NOMOR : 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR ). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis merumuskan masalah masalah untuk mengetahui dan menegaskan masalah-masalah apa yang hendak diteliti. Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting karena dibuat untuk memecahkan

20 7 masalah pokok yang timbul sehingga jelas dan sistematis sehingga dapat menemukan pemecahan masalah yang tepat dan dapat mencapai tujuan. Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Apakah pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam membatalkan putusan BANI Nomor : 513/IV/ARB-BANI/2013 telah sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa? b. Apakah akibat hukum dari dibatalkannya Putusan BANI Nomor : 513/IV/ARB-BANI/2013? C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian tentu ada suatu tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini terdapat dua jenis tujuan dalam pelaksanaan suatu penelitian, yaitu tujuan objektif dan tujuan subjektif. Tujuan objektif merupakan tujuan yang berasal dari tujuan peneletian itu sendiri, sedangkan tujuan subjektif berasal dari penulis. Adapun tujuan objektif dan subjektif yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Tujuan Objektif 1) Untuk mengetahui secara jelas pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam membatalkan putusan BANI telah sesuai atau tidak dengan ketentuan UU Arbitrase. 2) Untuk mengetahui secara jelas akibat hukum bagi kedua belah pihak dari dibatalkannya putusan BANI. b. Tujuan Subjektif 1) Untuk memenuhi persyaratan akademis dalam memperoleh Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

21 8 2) Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan penulis di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum acara perdata pada khususnya. 3) Untuk melatih kemampuan penulis dalam mempraktekkan teori ilmu hukum, mengembangkan dan memperluas pemikiran serta pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan guna mengkaji tentang pembatalan putusan BANI di Indonesia. D. Manfaat Penelitian Suatu penelitian hendaknya dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun masyarakat umum, terutama bagi bidang yang diteliti. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat teoritis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Acara Perdata pada khususnya. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan Hukum Acara Perdata mengenai pembatalan putusan BANI di Indonesia. 3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penulisan maupun penelitian sejenis untuk tahap berikutnya. b. Manfaat Praktis 1) Mengembangkan penalaran dan pola pikir yng dinamis serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti oleh peneliti secara benar dan bukan hanya penalaran saja sehingga sesuai dengan tujuan hukum yaitu kepastian hukum.

22 9 3) Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan dapat bermanfaat terhadap penerapan ilmu hukum bagi masyarakat pada umumnya dan bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti. E. Metode Penelitian Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Proses penelitian hukum memerlukan metode penelitian yang akan menunjang hasil penelitian. Penelitian hukum juga merupakan suatu kegiatan know-how bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan know-how penelititan hukum digunakan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi. Di sinilah dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah hukum, melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah yang dihadapi, dan memberikan pemecahan atas masalah tersebut ( Peter Mahmud Marzuki, 2014:60). Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah : a. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau biasa dikenal dengan penelitian hukum doktrinal (doctrinal research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Menurut Peter Mahmud Marzuki, segala penelitian yang berkaitan dengan hukum (legal research) adalah selalu normatif (Peter Mahmud Marzuki, 2014:55-56 ). Menurut Soerjono Soekanto, penelitian normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder atau bahan-bahan pustaka yang terdiri dari bahan

23 10 hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier (Soejono Soekanto, 1986:10) b. Sifat Penelitian Berdasarkan sifatnya, penelitian hukum dibagi menjadi tiga yaitu (Abdulkadir Muhammad, 2004:59): 1) Penelitian Hukum Eksploratori (exploratory legal study). Penelitian Hukum ini bersifat mendasar dan bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi, dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Penelitian Hukum Eksploratori tidak memerlukan hipotesis atau teori tertentu. Metode Pengumpulan data primer yang digunakan adalah observasi di lokasi penelitian dan wawancara dengan responden. 2) Penelitian Hukum Deskriptif (descriptive legal study). Penelitian Hukum ini bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Pada penelitian ini, peneliti harus menggunakan hipotesis atau teori. 3) Penelitian Hukum Eksplanatori (explanatory legal study). Penelitian ini bersifat penjelasan dan bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada. Menurut uraian diatas, maka sifat penelitian ini adalah Penelitian Hukum Deskriptif. Pertimbangan Penulis dilatarbelakangi oleh karena Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemaparan tentang Pertimbangan Hakim dan

24 11 Akibat Hukum dari dibatalkannya Putusan Badan Arbitrase Nasional (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013. c. Pendekatan Penelitian Penelitian hukum, di dalamnya, terdapat beberapa pendekatan, yang mana dengan pendekatan tersebut maka peneliti akan mendapatkan informasi dan beberapa aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekaan Undang-Undang ( statute approach ), pendekatan kasus ( case Approach ), pendekatan historis ( historical approach ), pendekatan komparatif ( comparative approach ), dan pendekatan konseptual ( conseptual approach ) (Peter Mahmud Marzuki, 2014:133). Adapun pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang ( statute approach) dan pendekatan kasus ( case approach ). Pendekatan undang-undang ( staute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang dianalisis. Pendekatan kasus (case approach ) digunakan oleh penulis untuk menelaah pertimbangan hakim dalam mengabulkan pembatalan putusan BANI. d. Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui pengkajian pustaka-pustaka yang ada, yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup : (a) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya mengikat dan mendasari bahan hukum lainnya, terdiri dari :

25 12 1) Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor : 305/Pdt.G/BANI/2014/PN.Jkt.utr. 2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa 3) Herziene Inlandsch Reglement ( HIR ) 4) Rechtsreglement voor de Buitengewesten ( RBG ) 5) Reglement op de Bergerlijk Rechtsvordering ( Rv) 6) Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 tentang Ratifikasi Konvensi New York 1958 (b) Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer ( Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:13 ). Bahan hukum primer yang penulis gunakan adalah jurnal-jurnal, buku-buku, dan doktrin dari para ahli mengenai pembatalan putusan arbitrase. e. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Penelitian hukum ini menggunakan teknis yang dalam pengumpulan bahan hukum studi dokumen atau studi kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan bahan ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis bahan-bahan hukum (bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder) dengan menyesuaikan permasalahan yang dikaji oleh penulis. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan penelitian hukum yang penulis kaji. f. Teknik Analisis Bahan Hukum Teknik analisis bahan hukum yang dipergunakan adalah analisis bahan hukum yang bersifat deduksi dengan metode silogisme. Artinya bahwa analisis bahan hukum ini

26 13 mengutamakan pemikiran secara logika sehingga akan menemukan sebab dan akibat yang akan terjadi. Menurut Philipus M. Hadjon sebagaimana dikutip oleh Peter Mahmud Marzuki metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan, Aristoteles, penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor (pernyataan bersifat umum), kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus). Dari kedua premis itu kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Logika atau silogistik untuk penalaran hukum yang bersifat premis mayor adalah aturan hukum sedangkan premis minornya adalah fakta hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 89-90). Premis mayor yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan alternatif Penyelesaian Sengketa, Herziene Inlandsch Reglement ( HIR ), Rechtsreglement voor de Buitengewesten ( RBG ), Reglement op de Bergerlijk Rechtsvordering ( Rv), Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 tentang Ratifikasi Konvensi New York 1958, dan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor : 305/Pdt.G/BANI/2014/PN.Jkt.utr. Premis minor dalam penelitian hukum ini adalah fakta hukum mengenai Pembatalan Putusan BANI mengenai perkara perselisihan sengketa. F. Sistematika Penulisan Hukum Sistematika penulisan hukum bertujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dan mempermudah pemahaman terkait seluruh isi penulisan hukum, maka penulis membagi sistematika penulisan hukum dalam empat bab yang saling berkaitan dan berhubungan yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman terhadap hasil penulisan hukum ini. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

27 14 BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian hukum ini, perumusan masalah yang merupakan inti dari maslaah yang ingin penulis teliti, tujuan penelitian mengadakan penelitian, manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, metode penelitian berupa jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum dan teknik analisis bahan hukum penelitian penulis, dan sistematika penulisan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis memberikan kerangka teori dan kerangka pemikiran yang bersumber pada bahan hukum yang penulis gunakan mengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Kerangka teori tersebut meliputi Tinjauan Umum Tentang Penyelesaian Sengketa dan Tinjauan Umum Tentang Arbitrase. Kerangka pemikiran berisi uraian bagan mengenai alur pemikiran penulis terhadap isi penelitian hukum yang diteliti. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian, menguraikan dan menyajikan pembahasan berdasarkan rumusan masalah yang penulis teliti. Bab ini akan menjawab permasalahan yang diangkat, yaitu mengenai pembatalan putusan arbitrase dalam sengketa antara PT. Sea World Indonesia melawan PT. Pembangunan Jaya Ancol. BAB IV : PENUTUP Pada bab ini, penulis mengemukakan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya serta

28 15 memberikan saran atau rekomendasi terkait dengan permasalahan yang penulis teliti. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1) Tinjauan Umum tentang Penyelesaian Sengketa a) Proses Ajudikasi (Ajudicative procedure) (1) Litigasi Litigasi adalah proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan untuk menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak memberikan kepada seorang pengambil keputusan dua pilihan yang bertentangan (Suyud Margono, 2004:23). Litigasi merupakan proses yang sangat dikenal bagi praktisi hukum dengan karakteristik pihak ketiga yang mempunyai kekuatan untuk memutuskan solusi diantara para pihak yang bersengketa. Litigasi, dalam mengambil alih keputusan dari para pihak, sekurang-kurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak dapat mempengaruhi hasil dan dapat menjamin ketentraman sosial. Sebagai suatu ketentuan umum atau suatu proses yang melalui proses gugatan, litigasi sangat baik sekali dalam menemukan kesalahan-kesalahan dan masalah-masalah dalam posisi pihak lawan. Litigasi juga memberikan suatu standar bagi prosedur yang adil dan memberikan peluang yang luas kepada para pihak untuk didengar keterangannya sebelum diambil keputusan. Selain menjamin pengakuan yang adil kepada para pihak, kesempatan untuk didengar dan menyelesaikan sengketa, litigasi juga memiliki keuntungan dalam membawa nilai-nilai masyarakat yang terkandung dalam hukum untuk menyelesaikan sengketa (Suyud Margono, 2004:24). Litigasi tidak hanya menyelesaikan sengketa tetapi juga menjamin suatu ketertiban umum. Dengan demikian, litigasi mengenai sengketa perdata pada taraf tertentu merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan masyarakat. 16

30 17 Keputussan pengadilan merupakan sebuah preseden, sehingga litigasi sangat bernilai. Litigasi memaksa para pihak berada pada posisi dimana memerlukan pembelaan yang dapat mempengaruhi keputusan. Litigasi mengangkat seluruh persoalan atau perkara. Perkara yang diangkat bukan hanya mengenai materi tetapi juga prosedur. Hal itu dilakukan untuk memberikan kesamaan kepentingan dan mendorong para pihak untuk melakukan penyelidikan fakta. Litigasi kurang baik untuk sengketa yang bersifat melibatkan banyak pihak dan banyak persoalan dan juga kompelksitasnya. Selain itu, litigasi juga kurang cocok untuk sengketa yang memeiliki kemungkinan untuk diselesaikan melalui alternatif penyelesaian sengketa. Proses-proses litigasi mensyaratkan pembatasan sengketa dan persoalan-persoalan sehingga para hakim atau para pengambil keputusan lainnya dapat lebih siap membuat keputusan (Garry Goodpaster, 1995:6) (2) Arbitrase Arbitrase dalam pelaksanaannya, para pihak menyetujui untuk menyelesaikan sengketanya kepada pihak netral yang mereka pilih untuk membuat keputusan. Arbitrase merupakan suatu bentuk lain dari ajudikasi, yakni ajudikasi privat. Beberapa hal dalam arbitrase sama dengan litigasi dengan keuntungan dan kelemahannya. Perbedaanya adalah pada arbitrase melibatkan litigasi sengketa pribadi. Sifat pribadi pada arbitrase memberikan keutungan-keuntungan melebihi ajudikasi melalui pengadilan.arbitrase pada dasarnya menghindari pengadilan. Arbitrase dalam pelaksanaannya, para pihak dapat memilih hakim yang mereka inginkan, berbeda dengan sistem pengadilan yang telah menetapkan hakim yang akan memeriksa sengketa. Dengan adanya pemilihan hakim dapat menjamin kenetralan dan keahlian yang para pihak anggap perlu dalam sengketa mereka.

31 18 Para pihak juga dapat memilih hukum yang akan diterapkan dalam penyelesaian sengketa. Dengan demikian arbitrase melindungi para pihak yang khawatir akan hukum materi dalam suatu yurisdiksi tertentu. Sifat arbitrase yang menjaga rahasisa membantumelindungi para pihak dari penyingkapan kepada umum yang merugikan mengenai sengketa atau pengungkapan informasi dalam proses ajudikasi. Arbitrase dapat lebih cepat dan murah dalam menyelesaikan sengketa dibandingkan melalui pengadilan. Arbitrase tidak selalu lebih murah dan cepat terutama dalam sengketa internasional. Dengan adanya pemilihan hakim oleh para pihak, para pihak yang bersengketa tidak perlu lama menunggu pemeriksaan seperti pemeriksaan oleh pengadilan. Proses melalui arbitrase cenderung lebih informal dibandingkan dengan proses pengadilan. Hal ini dapat dilihat dimana prosedurnya tidak begitu kaku dan lebih dapat menyesuaikan disbanding dengan aturan pada hukum acara perdata yang dilakukan dalam proses pengadilan. Arbitrase jarang mengalami penundaan dan prosedurnya lebih sederhana. Arbitrase juga mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan proses pengadilan (Garry Goodpaster, 1995:8). b) Proses Konsensus (1) Ombudsman Ombudsman adalah sebutan suatu badan atau institusi yang tugasnya menginvestigasi keberatan dan mencegah terjadinya sengketa para pihak atau memfasilitasi pemecahan masalahnya. (Suyud Margono, 2004:27). Metode yang digunakan dalam ombusnman adalah investigasi, publikasi, dan rekomendasi. Institusi model ombudsman ini adalah pihak yang independen. Hasil kerja dan penelitiannya hanya berupa

32 19 rekomendasi terhadap putusan yang akan diambil dan tidak mengikat pihak-pihak yang bersengketa. (2) Pencari Fakta Bersifat Netral (Neutral Fact Finding) Pencari fakta yang bersifat netral adalah pihak netral yang dipilih untuk mencari fakta. Hal itu dapat membantu proses negosiasi, mediasi, dan ajudikasi (Riskin dan Westbrook, 1987:250). Perkara yang sering terjadi, para pihak tidak bersengketa mengenai hukum atau penerapannya pada fakta-fakta. Para pihak bersengketa mengenai objektifitas fakta-fakta. Hal ini biasanya terjadi pada persoalan-persoalan yang kompleks. Untuk menghindari perselisihan dari saksi-saksi ahli yang dihadirkan masing-masing pihak yang bersengketa, maka pengadilan dapat menunjuk saksi ahli yang netral untuk menyelidiki persoalan-persoalan yang ditetapkan dan melaporkan penemuan-penemuannya. Dengan penemuan ini, pihak ketiga dapat memperoleh fakta-fakta objektif dan perundingan dilanjutkan. Apabila para pihak tidak mencapai kata sepakat, hakim dapat menggunakan penemuan tersebut untuk membantu penyelesaiannya. (3) Negosiasi Negosiasi adalah proses konsensus yang digunakan para pihak untuk memperoleh kesepakatan antara para pihak yang bersengketa. Negosiasi menurut Fisher dan Ury seperti dikutip Suyud Margono (Suyud Margono, 2004:28 ) adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memilik berbagai kepentingan yang sama maupun berbeda. Negosiasi dengan kata lain adalah sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaian sengketa para pihak tanpa melibatkan pihak ketiga. Negosiasi biasanya dipergunakan dalam sengketa yang belum terlalu rumit. Para pihak yang bersengketa masih beritikad

33 20 baik untuk berdiskusi dan menyelesaikan masalah. Negosiasi dilakukan apabila antara kedua belah pihak yang bersengketa masih terjalin komunikasi yang baik. Adanya komunikasi yang baik menandakan bahwa kedua belah pihak yang bersengketa masih memiliki rasa percaya satu sama lain dan adanya keinginan untuk melanjutkan kesepakatan serta berhubungan baik. (4) Mediasi Mediation is an informal process in which a neutral third party helps other resolve a dispute plan a transaction but dose not (and ordinarily does not have the power to) impose a solutio (Riskin and Westbrook, 1987:4). Terjemahan bebas oleh penulis adalah, mediasi adalah proses negosiasi dimana pihak ketiga yang netral (mediator) bekerjasama dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mencapai kesepakatan perjanjian tetapi tidak memiliki kekuasaan untuk menyelesaikan sengketa. Perbedaanya dengan hakim atau arbiter dengan mediator adalah mediator tidak berwenang memutuskan sengketa. Mediator hanya memiliki fungsi untuk membantu menyelesaikan persoalan para pihak yang dikuasakan kepadanya. Mediator berfungsi apabila, salah satu pihak lebih kuat dan tidak seimbang dibanding pihak lain, maka mediator memiliki peranan pentng untuk menyetarakannya. Tujuan mediasi adalah untuk berhasil mencapai pengertian dan bersama-sama merumuskan penyelesaian sengketa antara kedua belah pihak. (5) Konsiliasi Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dimana apabila para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan maka, pihak keriga mengajukan usulan jalan keluar. Pada dasarnya, proses konsiliasi hampir sama dengan mediasi. Konsiliasi mengacu pada proses penyelesaian sengketa secara konsensus antarpihak, dimana pihak netral dapat berperan aktif ataupun pasif. Perbedaanya dengan

34 21 mediasi adalah pihak ketiga dapat berperan aktif, selain itu, usulan pihak ketiga harus disetujui oleh pihak-pihak yang bersengketa dan dijadikan sebagai kesepakatan penyelesaian sengketa (M.Husni, 2008:12). c) Proses Ajudikasi Semu (1) Mediasi-Arbitrase Mediasi-Arbitrase adalah proses penyelesaian sengketa campuran yang dilakukan setelah proses mediasi tidak berhasil. Jadi, apabila dalam proses mediasi tidak diketemukan kesepakatan antara kedua belah pihak maka, dapat melnjutkan prses penyelsaian sengketa melalui arbitrase. Dapat dikatakan juga proses ini merupakan kombinasi dari proses mediasi dan arbitrase. Para pihak harus berusaha untuk mencapai penyelesaian sengketa melalui mediasi, namun apabila tidak mungkin diperoleh penyelesaian maka dapat digunakan proses arbitrase dalam jangka waktu terntentu yang ditetapkan (Sudargo Gautama, 1996:96). (2) Pemeriksaan Juri Secara Sumir Model pemeriksaan ini merupakan adaptasi dari beberapa konsep persidangan mini. Pemeriksaan juri secara sumir prosesnya adalah pengacara membuat suatu prestasi ringkas tentang perkara mereka di hadapan juri penasehat, bukan juri ajudkasi. Juri memberikan pertimbangan atas informasi-informasi yang dipresentasikan pengacara. Para pihak mempertahankan hak pemeriksaan mereka. Apabila mereka tidak memperoleh penyelesaian, mereka dapat menyidangkan perkaranya. Pemeriksaan juri secara sumir merupakan suatu sarana yang dimaksudkan untuk menghemat waktu pengadilan dan sumber daya. Proses ini mirip dengan proses litigasi penuh karena para pihak harus mempersiapkan perkara mereka secara utuh seolah-olah mereka akan menyidangkannya (Suyud Margono, 2004:31)

35 22 (3) Persidangan Mini (Mini Trial) Pemeriksaan mini adalah sama dengan pemeriksaan juri secara sumir, hanya saja tanpa adanya juri penasihat (advisory jury). Prosesnya adalah pengacara membuat suatu presentasi ringkas mengenai perkara pihak masing-masing di hadapan suatu panel yang terdiri dari wakil masing-masing pihak yang dikuasakan untuk merundingkan dan menyelesaikan perkara tersebut. Para pihak yang memanfaatkan prosedur-prosedur pemeriksaan juri biasanya telah memulai dengan proses litigasi, maka pemeriksaan mini lebih fleksibel. Pihak yang berperkara yang menghadapi pemeriksaan dapat memanfaatkannya, namun hal tersebut juga memungkinkan bagi para pihak untuk menggunakan proses pemeriksaan mini sekalipun mereka belum secara formal mendaftarkan perkaranya di pengadilan. Pemeriksaan mini memiliki manfaat lebih jauh karena secara langsung melibatkan para pihak dalam penilaian materi/pokok perkara-perkara mereka melalui informasi yang diberikan dalam presentasi ringkas. Alasan memilih pemeriksaan mini adalah karena lebih cepat prosesnya dibanding pemeriksaan biasa dan lebih murah (Agnes M.Toar, 1995:10) (4) Evalusi Netral Secara Dini Prosedur evaluasi secara dini merupakan upaya lain untuk mendorong penyelesaian perkara secara damai. Berdasarkan prosedur ini, setelah suatu pihak mendaftarkan perkaranya, pengadilan segera menunjuk seorang pengacara yang netral dan berpengalaman dalam menilai materi atau pokok perkara (on the merits). Tujuan evaluasi netral secara dini adalah untuk memberikan para pihak yang berperkara suatu pandangan yang objektif mengenai perkara masing-masing. (Garry Goodpaster, 1995:10)

36 23 Perbedaannya dengan pemeriksaan juri secara sumir dengan persidangan mini adalah evaluasi netral secara dini terjadi pada awal proses litigasi sebelum para pihak mengembangkan atau menunda perkara-perkara mereka karena banyak mengeluarkan biaya. Prosedur ini dapat menghasilkan keputusan yang baik, cepat, dan tidak mahal apabila keahlian dan reputasi evaluatornya serta rancangan penyelesaiannya baik. 2) Tinjauan Umum tentang Arbitrase a) Sumber Hukum dan Pengertian Arbitrase (1) Sumber Hukum Tata Hukum Indonesia memiliki aturan mengenai arbitrase. Landasan hukumnya dari Pasal 377 HIR atau Pasal 705 RBG, yang menyatakan : Jika orang Indonesia dan orang Timur Asing menghendaki perselisihan mereka diputuskan oleh juru pisah, maka mereka wajib menuruti peraturan pengadilan perkara yang berlaku bagi bangsa Eropa. Pasal 377 HIR dalam buku M.Yahya Harahap menegaskan sebagai berikut : (M.Yahya Harahap, 1991:22) (a) Pihak-pihak yang bersangkutan diperbolehkan menyelesaikan sengketa melalui juru pisah atau arbitrase (b) Arbitrase diberi fungsi dan kewenangan untuk menyelesaikan dalm benruk keputusan (c) Untuk itu, baik para pihak maupun arbiter wajib tunduk menuruti peraturan hukum acara yang berlaku bagi bangsa atau golongan Eropa. Aturan dalam HIR ini tidak memuat lebih lanjut tentang arbitrase. Mengisi kekosongan hukum tentang arbitrase Pasal 377 HIR dan Pasal 705 RBG menunjuk pada pasal yang terdapat dalam Reglement Hukum Acara Perdata (Reglement op de Bergerlijk Rechtsvordering, disingkat Rv, S jo ). Sebagai

37 24 pedoman umum aturan arbitrase yang diatur dalam Reglemen Acara Perdata meliputi lima bagian pokok yaitu : (a) Bagian Pertama ( ): persetujuan arbitrase dan pengangkatan arbiter (b) Bagian Kedua ( ): pemeriksaan dimuka badan arbitrase (c) Bagian Ketiga ( ): putusan arbitrase (d) Bagian Keempat ( ): upaya-upaya terhadap putusan arbitrase. (e) Bagian Kelima ( ): berakhirnya acara-acara arbitrase Seiringnya berjalannya waktu penggunaan Pasal 615 sampai Pasal 651 Rv sebagai pedoman arbitrase sudah tidak memadai lagi dengan kondisi ketentuan dagang yang bersifat internasional. Pembaharuan pengaturan mengenai arbitrase sudah merupakan sesuatu yang dianngap perlu perubahan secara substansif mengenai pengaturan arbitrase. Pada tanggal 12 Agustus 1999 telah disahkan UU Arbitrase. Undang-Undang ini merupakan perubahan atas pengaturan mengenai arbitrase yang sudah tidak memadai lagi dengan tuntuaan jaman. Dengan adanya Ketentuan UU Arbitrase ini maka Pasal Rv, Pasal 377 HIR, dan Pasal 705 RBG sudah tidak berlaku lagi di Indonesia (Gunawan Widjaja dan Michael Adrian, 2008:2). Pada Pasal 58,59 Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman juga diatur mengenai arbitrase. (2) Pengertian Arbitrase Arbitrase berasal dari bahasa latin yaitu arbitare, yang memiliki arti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Terdapat banyak pengertian mengenai arbitrase oleh para ahli hukum. R.Subekti menyatakan arbitrase sebagai Penyelesaian masalah atau pemutusan sengketa oleh seorang

38 25 arbiter atau para arbiter yang berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk kepada atau menaati keputusan yang diberikan oleh arbiter atau para arbiter yang mereka pilih atau tunjuk. (R.Subekti, 1987:1) Menurut Priyatna Abdurrasyid, arbitrase diartikan sebagai, Suatu tindakan hukum dimana ada pihak yang menyerahkan sengketa atau selisih pendapat antara dua orang atau lebih kepada seseorang atau beberapa ahli yang disepakati bersama dengan tujuan memperoleh suatu keputusan final dan mengikat. (Priyatna Abdurrasyid, 2002: 55-56) Menurut Black Law Dictionary sebagaimana dikutip dalam jurnal Seputar Arbitrase Institusional dan Arbitrase Ad-Hoc arbitrase adalah (H.Jafar Sidik, 2002:2) : Arbitration. The reference of a dispute to an impartial (third) person chosen by the parties to the dispute who agree in advance to abide by the arbitrator's award issued after hearing at which both parties have an opportunity to be heard. An arrangement for taking and abiding by the judgment tof selected persons in some disputed metter,instead of carrying it to established tribunals of justice,and its intended to avoid the formalities, the delay, the expense and vexationof ordinary litigation. Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas dapat ditarik suatu benang merah bahwa arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan oleh arbitrator. Pengertian arbitrase menurut Pasal 1 angka 1 dan 3 UU Arbitrase adalah bahwa :"Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa." Angka 3, "Perjanjian Arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa,

39 26 atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa" b) Jenis-jenis Arbitrase Terdapat dua macam arbitrase, yaitu arbitrase ad-hoc dan arbitrase institusional. Menurut UU Arbitrase baik arbitrase ad-hoc maupun arbitrase institusional dapat digunakan. (1) Arbitrase Ad-Hoc Arbitrase Ad-Hoc disebut juga sebagai arbitrase volunter. Ketentuan dalam Reglement Rechtvordering (Rv) mengenal adanya Arbitrase ad-hoc. Menurut Pasal 615 ayat (1) Rv Arbitrase ad-hoc adalah Arbitrase yang dibentuk khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan tertentu, atau dengan kata lain Arbitrase ad-hoc bersifat insidentil. Arbitrase ad-hoc bersifat sekali pakai (eenmalig). Maksud dari sekali pakai adalah setelah para Wasit atau Arbiter menjalankan tugasnya, maka Arbiter atau Majelis Arbiter yang memeriksa sengketa itu bubar. Para Arbiter dari Arbitrase ad-hoc dipilih sendiri oleh para pihak yang bersengketa dan para Arbiter menyelesaikan sengketa itu berdasarkan peraturan prosedur yang ditetapkan sendiri oleh para pihak. Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) UU Arbitrase menyebutkan : dalam hal para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai pemilihan arbiter atau tidak ada ketentuan yang dibuat mengenai pengangkatan arbiter, Ketua Pengadilan Negeri menunjuk arbiter atau majelis arbitrase. Ayat (2) menyebutkan bahwa : dalam suatu arbitrase ad-hoc bagi setiap ketidaksepakatan dalam penunjukan seorang atau beberapa arbiter, para pihak dapat

40 27 mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri. Guna mengetahui dan menentukan Arbitrase jenis ad-hoc atau Institusional yang disepakati para pihak, dapat dilihat melalui rumusan Klausula Arbitrase dalam akta perjanjian yang dibuat sebelum terjadi sengketa pactum de compromittendo atau pactum de contrahendo atau akta perjanjian yang dibuat setelah terjadinya sengketa acta van compromis,yang menyatakan bahwa perselisihan akan diselesaikan oleh Arbitrase (Sudargo Gautama, 1999:30). Ciri pokok Arbitrase ad-hoc adalah penunjukkan para arbiternya secara perorangan oleh masing-masing pihak yang bersengketa. Antara salah satu dari tiga arbiter harus ada arbiter yang netral yang tidak ditunjuk oleh para pihak. Pada prinsipnya Arbiter ad-hoc tidak terikat atau terkait dengan salah satu lembaga atau Badan Arbitrase. Jenis arbitrase ini tidak memiliki aturan atau cara tersendiri mengenai tata cara pemeriksaan sengketa seperti halnya Arbirase Institusional. Akan tetapi, dalam melaksanakan acaranya sedapat mungkin mengacu kepada undang-undang yang berlaku Arbitrase ad-hoc seringkali menemui kesulitan dalam prakteknya. Kesulitan pertama adalah sukar untuk mengangkat arbiter, mengingat para pihak seringkali tidak menyetujui arbiter secara bersama. Kesulitan kedua adalah adanya kurang paham dari para pihak pada waktu merumuskan klausula arbitrase.(h.jafar Sidik. 2002:29). (2) Arbitrase Institusional Arbitrase institusional merupakan suatu badan arbitrase permanen yang telah mempunyai peraturan prosedur tersendiri untuk menyelesaikan setiap sengketa

STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR)

STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut menimbulkan hak

Lebih terperinci

IMPLIKASI YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR)

IMPLIKASI YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) IMPLIKASI YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) Michael Jordi Kurniawan, Harjono, S.H.,M.H Abstract Arbitration is an settlement of disputes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1) Tinjauan Umum tentang Penyelesaian Sengketa a) Proses Ajudikasi ( Ajudicative procedure ) (1) Litigasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1) Tinjauan Umum tentang Penyelesaian Sengketa a) Proses Ajudikasi ( Ajudicative procedure ) (1) Litigasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1) Tinjauan Umum tentang Penyelesaian Sengketa a) Proses Ajudikasi ( Ajudicative procedure ) (1) Litigasi Litigasi adalah proses gugatan atas suatu konflik yang

Lebih terperinci

Oleh: Hengki M. Sibuea *

Oleh: Hengki M. Sibuea * Perbandingan Efektivitas Penyelesaian Sengketa Komersial Melalui Pengadilan dan Arbitrase, Ditinjau dari Jangka Waktu, Pasca Diterbitkannya SEMA No. 2 Tahun 2014 Tentang Penyelesaian Perkara Di Pengadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi perlindungan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai fakta-fakta. Dengan adanya bahan yang mengenai fakta-fakta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Setiap manusia dalam hidup bermasyarakat tidak pernah terlepas dari hubungan satu sama lain dalam berbagai hal maupun aspek. Manusia senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala tingkah laku yang diperbuat

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 6 M E D I A S I A. Pengertian dan Karakteristik Mediasi Mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation atau penengahan, yaitu penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur tentang cara bagaimana

Lebih terperinci

commit to user Penulisan Hukum (Skripsi)

commit to user Penulisan Hukum (Skripsi) PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP PUTUSAN PRAPERADILAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN TENTANG TIDAK SAHNYA PENGHENTIAN PENYIDIKAN OLEH BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI DALAM PERKARA PENGGELAPAN DAN PENIPUAN (STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur tindak pidana terhadap harta kekayaan yang merupakan suatu penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta

Lebih terperinci

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Litigasi atau jalur pengadilan merupakan suatu proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan yang menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana di Indonesia merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di dunia bisnis, perdagangan, sosial budaya, ekonomi dan lain sebagainya, namun dalam penyelesaiannya

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN Oleh : Ni Komang Wijiatmawati Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Mediation is the one of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Acara Pidana adalah memberi perlindungan kepada Hak-hak Asasi Manusia dalam keseimbangannya dengan kepentingan umum, maka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan haruslah hidup bersama dengan manusia lainnya. Proses tersebut dikenal dengan istilah bermasyarakat, dalam

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KEWENANGANPENGADILAN NEGERI MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM SENGKETA BISNIS YANG MEMPUNYAI KLAUSULA ARBITRASE

PROBLEMATIKA KEWENANGANPENGADILAN NEGERI MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM SENGKETA BISNIS YANG MEMPUNYAI KLAUSULA ARBITRASE PROBLEMATIKA KEWENANGANPENGADILAN NEGERI MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM SENGKETA BISNIS YANG MEMPUNYAI KLAUSULA ARBITRASE Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan bisnis dan perdagangan sangat pesat dan tidak dapat dibatasi oleh siapa pun. Pelaku bisnis bebas dan cepat untuk menjalani transaksi bisnis secara

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (SKRIPSI)

Penulisan Hukum (SKRIPSI) UPAYA PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM MENGGUNAKAN BARANG BUKTI SURAT PERJANJIAN SEWA MOBIL DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN YANG DILAKUKAN SECARA BERLANJUT (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 162/Pid.b/2015/PN.Skt)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi dan seiring dengan perkembangan zaman, tindak pidana kekerasan dapat terjadi dimana saja dan kepada siapa saja tanpa terkecuali anak-anak. Padahal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi sasaran utamanya adalah terciptanya landasan yang kuat bagi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (perkara Nomor: 305/Pdt.G/BANI/ 2014/PNJkt.Utr) adalah sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. (perkara Nomor: 305/Pdt.G/BANI/ 2014/PNJkt.Utr) adalah sebagai berikut: BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses pembatalan putusan arbitrase oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara (perkara Nomor: 305/Pdt.G/BANI/ 2014/PNJkt.Utr) adalah sebagai berikut: tahap pertama Pemohon mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat ini mengakibatkan meningkatnya berbagai tindak pidana kejahatan. Tindak pidana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS Di dalam menjalankan suatu bisnis para pelaku usaha kadang terlibat dalam conflict of interest, kenyataan ini dapat terjadi karena bermula dari situasi dimana ada salah

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Arbitrase. Pengertian arbitrase

Arbitrase. Pengertian arbitrase Arbitrase Miko Kamal S.H., Bung Hatta LL.M., Deakin Ph.D Macquarie ireformbumn (institut untuk Reformasi Badan Usaha Milik Negara) Anggrek Building Lt. 2 Jl. Permindo No. 61-63 Padang 25111 Phone: 0751-24552

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum diciptakan dengan tujuan untuk mengatur tatanan masyarakat, dan memberikan perlindungan bagi setiap komponen yang berada dalam masyarakat. Dalam konsideran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sering muncul sengketa yang bersentuhan dengan hukum dalam menjalankan usahanya. Sengketa Perbankan bisa saja terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dewasa ini merupakan kebutuhan dari setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam mengadakan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) TINJAUAN HUKUM MENGENAI TRANSAKSI JUAL-BELI MELALUI SITUS BELANJA ONLINE (ONLINE SHOP) MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama. Pencabutan gugatan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama. Pencabutan gugatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencabut gugatan adalah tindakan ini menarik kembali suatu gugatan yang telah didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama. Pencabutan gugatan perkara perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui salah satu asas yang dianut oleh KUHAP adalah asas deferensial fungsional. Pengertian asas diferensial fungsional adalah adanya pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengintegrasian mediasi dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrument efektif mengatasi kemungkinan meningkatnya akumulasi perkara

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) PERMOHONAN KASASI PENUNTUT UMUM BERDASARKAN JUDEX FACTI SALAH MENERAPKAN HUKUM TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DALAM PERKARA PENIPUAN (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 1085k/PID/2014)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penipuan merupakan salah satu tindak pidana terhadap harta benda yang sering terjadi dalam masyarakat. Modus yang digunakan dalam tindak pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI ANAK DIBAWAH UMUR TANPA SUMPAH DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS TINDAK PIDANA MELAKUKAN KEKERASAN TERHADAP ANAK (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM NOMOR:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian pada era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang melibatkan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kegiatan bisnis yang terjadi saat ini tidak dapat dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian saja, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak pidana yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah tindak pidana pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan merupakan suatu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014 PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN Ada dua bentuk penyelesaian sengketa perdagangan yakni melalui jalur litigasi (lembaga peradilan) dan jalur non litigasi (di luar lembaga peradilan) Penyelesaian sengketa

Lebih terperinci

ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani

ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani Pendahuluan Setiap subjek hukum baik orang maupun badan hukum terdapat suatu kebiasaan untuk menyelesaikan suatu masalah masalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahap pembangunan diberbagai bidang, sehingga mempengaruhi sebagian bidang

BAB I PENDAHULUAN. tahap pembangunan diberbagai bidang, sehingga mempengaruhi sebagian bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang dalam tahap pembangunan diberbagai bidang, sehingga mempengaruhi sebagian bidang kehidupan manusia.

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016 PELAKSANAAN DAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 1 Oleh : Martin Surya 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan

Lebih terperinci

PenulisanHukum (Skripsi)

PenulisanHukum (Skripsi) KOMPETENSI ABSOLUT PERADILAN AGAMA DALAM MENGADILI PERKARA YANG DI DALAMNYA TERDAPAT SENGKETA HAK MILIK DIKAITKAN DENGAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 001-SKM/MA/2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin kompleksnya permasalahan dalam bidang ekonomi dan semakin hiterogennya pihak yang terlibat dalam lapangan

Lebih terperinci

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA Oleh: Anastasia Maria Prima Nahak I Ketut Keneng Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan

Lebih terperinci

TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA

TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA OLEH : RADEN BONNY RIZKY NPM 201220252022 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2016 TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

Lebih terperinci

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk. Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk. Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam PENGABAIAN ALAT BUKTI VISUM ET REPERTUM OLEH HAKIM SEBAGAI DASAR ALASAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS PENGADILAN NEGERI TANGERANG DALAM PERKARA MELAKUKAN PERBUATAN CABUL TERHADAP ANAK (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk politik (zoonpoliticon). Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan sesamanya, dan sebagai makhluk politik

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 5/Juni/2015

Lex et Societatis, Vol. III/No. 5/Juni/2015 KLAUSUL ARBITRASE DAN PENERAPANNYA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS 1 Oleh : Daru Tyas Wibawa 2 ABSTRAK Dari segi tipe penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang menurut

Lebih terperinci

SKRIPSI UPAYA PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI

SKRIPSI UPAYA PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI SKRIPSI UPAYA PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI (Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 855 K/Pdt.Sus/2008) EFFORTS LAWSUIT OF THE CANCELLATION

Lebih terperinci

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam persidangan perkara pidana saling berhadapan antara penuntut umum yang mewakili Negara untuk melakukan penuntutan, berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Penipuan yang berasal dari kata tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak konsumen yang seharusnya dimiliki dan diakui oleh pelaku usaha 2. Oleh karena itu, akhirnya naskah

Lebih terperinci

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis Dosen Pengampu: Ahmad Munir SH, MH. Oleh: Kelompok 9 Isti anatul Hidayah (15053012)

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

FUNGSI PERJANJIAN ARBITRASE

FUNGSI PERJANJIAN ARBITRASE 20 FUNGSI PERJANJIAN ARBITRASE Oleh : Suphia, S.H., M.Hum. Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Jember Abstract Disputes or disagreements can happen anytime and anywhere without being limited space and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, negara Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat melahirkan berbagai macam bentuk kerjasama di bidang bisnis. Apabila kegiatan bisnis meningkat, maka sengketa

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA SECARA BERSAMA-SAMA (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TENGGARONG NOMOR: 310/PID.B/2015/PN.TRG.

KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA SECARA BERSAMA-SAMA (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TENGGARONG NOMOR: 310/PID.B/2015/PN.TRG. KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA SECARA BERSAMA-SAMA (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TENGGARONG NOMOR: 310/PID.B/2015/PN.TRG.) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan empat badan Peradilan yang ada di Indonesia. Masing-masing badan

Lebih terperinci

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk. Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk. Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam PENGGUNAAN ASAS IN DUBIO PRO REO OLEH TERDAKWA SEBAGAI DASAR PENGAJUAN KASASI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TINGGI DALAM PERKARA SURAT PALSU (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2175/K/Pid/2007) Penulisan

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) HAK CIPTA SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang menghendaki terjadinya sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan hukum, masing-masing pihak harus mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak dan kepemilikan atas tanah yang pelaksanaannya memiliki aturan dan persyaratan serta prosedur tersendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID Oleh : Aldo Rico Geraldi Ni Luh Gede Astariyani Dosen Bagian Hukum Tata Negara ABSTRACT This writing aims to explain the procedure

Lebih terperinci

Bergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul

Bergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul Bergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul Oleh: Hengki M. Sibuea, S.H., C.L.A. apple I. Pendahuluan Arbitrase, berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kategori negara berkembang dan tentunya tidak terlepas dari permasalahan kejahatan. Tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja. Tidak terkecuali terjadi terhadap anak-anak, hal ini disebabkan karena seorang anak masih rentan

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DENGAN JALUR MEDIASI OLEH PENGADILAN BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan prinsip syari ah tidak mungkin dihindari akan terjadinya konflik. Ada yang berujung sengketa

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) PENGAJUAN KASASI TERHADAP KESALAHAN JUDEX FACTI MENERAPKAN HUKUM MENJATUHKAN SANKSI PIDANA PENJARA DAN PEMECATAN DARI DINAS MILITER DALAM PERKARA NARKOTIKA (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 88 K/Mil/2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan melalui 2 (dua) jalur, yaitu melalui jalur litigasi dan jalur non litigasi. Jalur litigasi merupakan mekanisme

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HAK TERDAKWA UNTUK MENGAJUKAN UPAYA

IMPLEMENTASI HAK TERDAKWA UNTUK MENGAJUKAN UPAYA IMPLEMENTASI HAK TERDAKWA UNTUK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM KASASI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MAKASAR DALAM PERKARA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI TULISAN (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 2584 K/PID/2007)

Lebih terperinci

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI Peranan Dinas Tenaga Kerja Dalam Penyelesaian Hubungan Industrial Di Kota Pematangsiantar Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Beragam permasalahan melatarbelakangi konflik Hubungan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI LUAR PENGADILAN MELALUI ARBITRASE 1 Oleh : Hartarto Mokoginta 2

PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI LUAR PENGADILAN MELALUI ARBITRASE 1 Oleh : Hartarto Mokoginta 2 PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI LUAR PENGADILAN MELALUI ARBITRASE 1 Oleh : Hartarto Mokoginta 2 ABSTRAK Arbitrase merupakan suatu bentuk peradilan yang diselenggarakan oleh dan berdasarkan kehendak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari

Lebih terperinci

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR 3.1. Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja oleh majikan adalah jenis PHK yang sering terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum normatif mengkaji data-data sekunder di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Indonesia akan menghadapi ASEAN Free Trade Area atau (AFTA) yang akan aktif pada tahun 2015 1. Masyarakat dikawasan ASEAN khususnya di Indonesia mau tidak

Lebih terperinci

PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST)

PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST) PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST) Astri Maretta astrimaretta92@gmail.com Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan

Lebih terperinci

Oleh Helios Tri Buana

Oleh Helios Tri Buana TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEWARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska) Jurnal Ilmiah Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut

Lebih terperinci

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci