BAB 3 ANALISA DESKRIPTIF KANTOR PELAYANAN PAJAK DI KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA PUSAT Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISA DESKRIPTIF KANTOR PELAYANAN PAJAK DI KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA PUSAT Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISA DESKRIPTIF KANTOR PELAYANAN PAJAK DI KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA PUSAT 3.1. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Secara bertahap sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan modernisasi sistem dan struktur organisasi, yang ditandai dengan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak modern yang merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak konvensional (KPP Paripurna), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB). Pada tahun tersebut, dibentuk dua KPP Wajib Pajak Besar atau LTO (Large Tax Office) yang menangani 300 Wajib Pajak Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan hanya mengadministrasikan jenis pajak PPh dan PPN/PPnBM. Kemudian pada tahun 2003 dibentuk KPP Khusus yang meliputi KPP BUMN, Perusahaan PMA, Wajib Pajak Badan dan Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa. Tahun 2004 dibentuk KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office) yang menangani 200 Wajib Pajak Badan terbesar yang berada pada suatu kantor wilayah, dan dibentuk pula KPP Pratama atau STO (Small Tax Office) yang merupakan transformasi Kantor Pelayanan Pajak sebelumnya dan menangani Wajib Pajak dalam suatu wilayah tertentu. Sebagai pilot project dari KPP Pratama adalah 15 KPP yang berada di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat yang terdiri dari 11 KPP yang sebelumnya merupakan KPP Paripurna dan 4 KPP yang merupakan pemekaran dari KPP yang sudah ada yaitu KPP Pratama Gambir Empat, KPP Pratama Menteng Tiga, KPP Pratama Sawah Besar, dan KPP Pratama Tanah Abang Tiga. Pembentukan KPP modern merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif meliputi perubahan struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan empat bidang dalam struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak terefleksi pada karakteristik kantor modern antara lain struktur organisasi berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak, operasional kantor dengan sistem otomasi, penerapan sistem elektronik (e-system), seperti e- 32

2 33 registration, e-filing, e-spt, dan e-payment, adanya account representative untuk pelayanan kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh komite kode etik pegawai, dan sistem penggajian yang lebih baik. Dengan pembentukan KPP modern diharapkan pelaksanaan fungsi dan tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak sebagai ujung tombak pelayanan dan penerimaan pajak menjadi lebih berdaya guna. Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak adalah melaksanakan pelayanan koordinasi dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak dalam wilayah kerjanya berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan Direktorat Jenderal Pajak. Sedang fungsi Kantor Pelayanan Pajak adalah memberikan pelayanan, bimbingan, koordinasi, dan pengamanan teknis pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Pajak dalam wilayahnya, pengamanan rencana kerja dan rencana penerimaan pajak, memberikan bimbingan dan koordinasi di bidang penyuluhan serta pelayanan masyarakat di bidang perpajakan, penyelesaian keberatan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian informasi perpajakan, registrasi dan evaluasi data Wajib Pajak, pemeriksaan pajak, evaluasi dan pembinaan pelaksanaan kebijakan teknis pemeriksaan dan penagihan pajak serta pengawasan terhadap aktifitas ekonomi di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Deskripsi Geografis dan Kegiatan Ekonomi Kantor Pelayanan Pajak KPP yang merupakan instansi vertikal Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat, terdiri dari 1 KPP Madya dan 15 KPP Pratama yang membawahi 8 kecamatan dan 45 kelurahan. KPP Madya Jakarta Pusat melayani Wajib Pajak Badan yang terdaftar di seluruh wilayah Kanwil DJP Jakarta Pusat dan merupakan pembayar pajak terbesar di Kanwil DJP Jakarta Pusat. Sedang KPP Pratama dibagi atas wilayah kelurahan/kecamatan sebagaimana ditampilkan Tabel 3.1.

3 34 Tabel 3.1 Cakupan Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat No. KPP Pratama Wilayah Pelayanan Luas 1. Gambir Satu Kelurahan Gambir 2,58 km 2 2. Gambir Dua Kelurahan Cideng dan Petojo Selatan 2,40 km 2 3. Gambir Tiga Kelurahan Petojo Utara dan Duri Pulo 1,83 km 2 4. Gambir Empat Kelurahan Kebon Kelapa 0,78 km 2 5. Sawah Besar Satu Kelurahan Gunung Sahari Utara dan 3,19 km 2 Mangga Dua Selatan 6. Sawah Besar Dua Kelurahan Pasar Baru, Kartini, dan 2,97 km 2 Karang Anyar 7. Menteng Satu Kelurahan Kebon Sirih 0,83 km 2 8. Menteng Dua Kelurahan Menteng, Pegangsaan, dan 4,24 km 2 Cikini 9. Menteng Tiga Kelurahan Gondang Dia 1,46 km 2 10 Tanah Abang Satu Kelurahan Karet Tengsin 1,53 km Tanah Abang Dua Kelurahan Kebon Melati, Petamburan, 3,60 km 2 Kebon Kacang, dan Kampung Bali 12. Tanah Abang Tiga Kelurahan Gelora dan Bendungan Hilir 4,17 km Senen Kecamatan Senen 4,22 km Kemayoran Kecamatan Kemayoran 7,25 km Cempaka Putih Kecamatan Cempaka Putih dan Johar Baru 7,07 km 2 Sumber : Jakarta Pusat dalam Angka 2007, BPS Jakarta Pusat Aktifitas ekonomi yang merupakan cerminan potensi pajak di wilayah Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat dapat dilihat dari sentra perdagangan, perkantoran, dan pemukiman mewah yang sebarannya relatif merata di seluruh wilayah tersebut. Pusat kegiatan ekonomi di Kotamadya Jakarta Pusat antara lain : Pasar Tanah Abang; Pasar Baru; ITC Roxy Mas; Plaza Indonesia; Plaza Atrium, PD Pasar Jaya Senen; Mega Glodok Kemayoran; Gedung Perkantoran di Jalan MH. Thamrin; Gedung Perkantoran di Jalan Abdul Muis dan Jalan Majapahit; Gedung Perkantoran di Jalan Medan Merdeka; dan Gedung Perkantoran di Jalan Kebon Sirih Deskripsi Penerimaan Pajak dan Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat merupakan salah satu kantor wilayah yang memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan pajak secara nasional.

4 35 Kontribusi penerimaan pajak tiap kantor wilayah terhadap penerimaan nasional disajikan dalam tabel 3.2. Tabel 3.2 Realisasi Penerimaan Pajak Tiap Kantor Wilayah DJP Terhadap Penerimaan Pajak Nasional No Kantor Wilayah Nasional* 221,64 278,71 308,19 379,62 1 WP Besar 24,94% 26,19% 22,04% 46,36% 2 Jakarta Khusus 25,55% 29,51% 33,20% 12,18% 3 Jakarta Pusat 3,92% 3,94% 3,72% 4,29% 4 Jakarta Selatan 3,63% 3,47% 3,91% 3,98% 5 Jawa Barat II 3,52% 2,95% 2,34% 2,85% 6 Jawa Barat I 2,84% 2,61% 2,87% 1,91% 7 Jakarta Barat 1,80% 1,58% 1,52% 1,87% 8 Jawa Timur I 3,97% 3,56% 3,83% 1,87% 9 Banten 3,83% 3,98% 3,67% 1,77% 10 Jakarta Timur 3,05% 1,92% 1,43% 1,73% 11 Jakarta Utara 1,69% 1,42% 1,03% 1,67% 12 Jawa Tengah I 2,72% 2,26% 2,15% 1,27% 13 Jawa Timur II 1,57% 1,48% 1,45% 1,24% 14 Jawa Timur III 2,70% 2,31% 2,37% 1,18% 15 Jawa Tengah II 0,99% 0,86% 0,90% 0,67% 16 D.I Yogyakarta** 0,00% 0,00% 0,00% 0,36% 17 Lainnya*** 13,28% 11,97% 13,58% 14,79% Mean 13,85 17,42 19,26 22,85 Standar Deviasi 40,12 51,09 56,58 67,49 Minimum 0,28 0,31 0,39 1,36 Maximum 221,64 278,71 308,19 351,52 Sumber : Laporan Penerimaan Pajak DJP dan telah diolah kembali Keterangan : * Penerimaan Pajak Nasional dalam triliun rupiah ** Hasil Pemekaran dari Kantor Wilayah Jawa Tengah II *** Terdiri dari 15 Kantor Wilayah di luar Pulau Jawa Pencapaian realisasi penerimaan Kantor Wilayah DJP Jakarta pusat dibandingkan dengan target penerimaan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Dalam kurun waktu tahun 2005 sampai 2008 realisasi penerimaan mengalami pertumbuhan rata-rata 23,7%, namun kenaikan ini tidak dapat melampaui target yang telah ditetapkan kecuali pada tahun 2008.

5 36 Penerima 25,000 aan Pajak 20,000 15,000 10,000 5,000 - Gambar 3.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kanwil DJP Jakarta Pusat (dalam milyar rupiah) 19, , , , , , , , Total Rencana Total Realisasi Catatan : tidak termasuk penerimaan dari PBB Sumber : Laporan Penerimaan Pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat tahun dan diolah Tahun Realisasi penerimaan Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat terdiri dari beberapa jenis pajak yang digolongkann dalam pajak langsung (Pajak Penghasilan) dan pajak tidak langsung (seperti PPN/PPnBM dan Bea Materai) sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Sumber Penerimaan Pajak Menurut Jenis Pajak Kanwil DJP Jakarta Pusat (dalam milyar rupiah) Penerima 25,000 aan Pajak 20,000 15,000 10,000 5,000-11, , , , , , , , , , , , (6.13) - Total Realisasi Sumber : Laporan Penerimaan Pajak Kantor diolah PPh PPN/PPnBM Lainnya Wilayah DJP Jakarta Pusat tahun dan Tahun

6 37 Penerimaan pajak dari Pajak Penghasilan diperoleh dari PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25/29, PPh Pasal 26, PPh Final, PPh Migas, Fiskal Luar Negeri, dan PPh Lainnya, mengalami peningkatan rata-rata 26,1% dari tahun 2005 sampai Penerimaan Pajak dari PPN/PPnBM terdiri dari PPN Dalam Negeri, PPN Impor, PPnBM Dalam Negeri, PPnBM Impor, dan PPN/PPnBM lainnya, dengan peningkatan rata-rata 21,31% dalam kurun waktu tahun Penerimaan Pajak Lainnya merupakan pendapatan atas pajak lainnya yang termasuk didalamnya Bea Materai, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Bunga Penagihan, BPP, dan Pemberian Imbalan Bunga (PIB), mengalami penurunan penerimaan rata-rata 71,78%. Penerimaan Pajak Lainnya pada tahun 2008 bernilai negatif, hal ini terjadi karena PIB yang dibayarkan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi pajak) lebih besar daripada Penerimaan Pajak Lainnya dari pos yang lain (termasuk PIB yang diperoleh dari bunga angsuran pajak). Rincian peranan masing-masing jenis pajak terhadap total penerimaan pajak KPP pada Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat dapat dilihat pada tabel 3.3. Dari hasil pemetaan sumber penerimaan pajak tersebut, KPP-KPP di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat dapat dikelompokkan berdasarkan sumber utama penerimaannya menjadi : (1) KPP dengan sumber penerimaan pajak yang berimbang dari berbagai jenis pajak yaitu KPP Madya Jakarta Pusat, KPP Pratama Menteng Satu, KPP Pratama Menteng Tiga, KPP Pratama Tanah Abang Satu, dan KPP Pratama Tanah Abang Dua (2) KPP yang mengandalkan sumber penerimaan dari pajak tidak langsung yaitu KPP Pratama Gambir Dua, KPP Pratama Gambir Tiga, KPP Pratama Gambir Empat, KPP Pratama Sawah Besar Satu, KPP Pratama Cempaka Putih, dan KPP Pratama Kemayoran; (3) KPP yang sumber utama penerimaan pajaknya dari PPh 21 dan PPh Orang Pribadi yaitu KPP Pratama Gambir Satu, KPP Pratama Menteng Dua, KPP Pratama Sawah Besar Dua, KPP Pratama Tanah Abang Tiga, dan KPP Pratama Senen. Pengelompokan ini dapat digunakan untuk melihat kemungkinan pengembangan penerimaan pajak dari sumber jenis pajak yang lain dan dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh shock ekonomi terhadap penerimaan pajak KPP yang bersangkutan. KPP yang berada pada kelompok 1 berpeluang

7 38 untuk melakukan penggalian dari berbagai jenis pajak yang lain disesuaikan dengan aktifitas ekonomi yang ada di wilayah kerjanya. Untuk KPP yang berada pada kelompok 2 dapat dikatakan bahwa dalam wilayah kerjanya aktifitas perdagangan/jual beli sangat besar karena penerimaan pajak tidak langsung (PPN dan PPnBM) menjadi sumber utama penerimaan KPP. Hal ini memberi peluang bagi penggalian potensi pajak yang lain terutama PPh Badan. Disamping itu, hal yang perlu digaris bawahi adalah penerimaan pajak KPP yang berada pada kelompok 2 relatif lebih sensitif terhadap gejala ekonomi seperti penurunan daya beli dan perubahan pola konsumsi. Untuk KPP yang berada pada kelompok 3, upaya penggalian sumber jenis pajak lain juga masih terbuka. Tabel 3.3 Sumber Penerimaan Pajak tiap KPP Menurut Jenis Pajak Kanwil DJP Jakarta Pusat (dalam persen) Nama KPP PPh 21 PPh OP PPh Badan PPh Lainnya PPN/ PPnBM Pajak Lainnya Madya Jakarta Pusat 12,23 0,00 28,44 19,36 39,57 0,40 Pratama Gambir 1 53,88 0,55 8,82 16,11 20,60 0,03 Pratama Gambir 2 14,70 0,94 6,95 15,81 61,54 0,05 Pratama Gambir 3 9,71 1,79 9,08 21,89 57,62-0,09 Pratama Gambir 4 15,52 2,21 11,47 16,58 54,17 0,05 Pratama Menteng 1 20,69 1,20 13,87 21,94 43,06-0,76 Pratama Menteng 2 16,04 11,32 5,90 25,16 41,57 0,02 Pratama Menteng 3 10,81 10,82 29,32 20,87 28,09 0,09 Pratama Sawah Besar 1 8,26 2,50 7,38 18,01 63,88-0,03 Pratama Sawah Besar 2 24,64 3,47 4,93 20,23 46,71 0,02 Pratama Tanah Abang 1 19,89 0,22 8,32 21,50 49,94 0,14 Pratama Tanah Abang 2 11,70 1,46 27,77 23,34 35,70 0,04 Pratama Tanah Abang 3 30,55 0,51 13,75 17,84 37,17 0,19 Pratama Senen 29,93 1,30 8,69 13,03 47,09-0,04 Pratama Cempaka Putih 11,95 3,04 6,36 14,42 64,19 0,04 Pratama Kemayoran 8,80 1,16 8,83 16,44 64,70 0,08 Keterangan : - PPh OP terdiri dari PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi - PPh Badan terdiri dari PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29 Wajib Pajak Badan - PPN/PPnBM terdiri dari PPN, PPnBM, dan PPN/PPnBM Lainnya - Pajak Lainnya terdiri dari PPh Pasal 22, PPh Pasal23, PPh Pasal26, PPh Final, PPh Migas, Fiskal Luar Negeri - Pendapatan Pajak Lainnya terdiri dari Bea Materai,Pajak Tidak Langsung Lainnya, Bunga Penagihan, BPP, dan Pengembalian Imbalan Bunga Sumber : Laporan Penerimaan Pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat tahun dan telah diolah kembali

8 39 Realisasi penerimaan pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat merupakan akumulasi pencapaian penerimaan pajak dari KPP yang berada dibawah rentang kendali Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat. Besarnya sumbangan masing-masing KPP terhadap penerimaan pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Sumbangan Penerimaan Pajak tiap KPP terhadap Total Penerimaan Kanwil DJP Jakarta Pusat Nama KPP Persentase Sumbangan Penerimaan Pajak Pertumbuhan Penerimaan Kanwil DJP Jkt Pusat *) , , , ,09 23,70% Madya Jakarta Pusat 38,91% 32,82% 36,38% 56,60% 46,68% Pratama Gambir 1 8,12% 5,13% 4,00% 3,61% -3,90% Pratama Gambir 2 8,28% 9,85% 7,76% 5,13% 7,57% Pratama Gambir 3 3,43% 4,18% 4,20% 2,76% 17,25% Pratama Gambir 4 2,10% 4,13% 2,41% 1,21% 22,75% Pratama Menteng 1 3,40% 2,85% 3,48% 1,71% 3,32% Pratama Menteng 2 3,09% 3,65% 3,51% 2,17% 12,21% Pratama Menteng 3 1,10% 3,03% 3,13% 1,92% 76,32% Pratama Sawah Besar 1 7,89% 6,08% 6,42% 4,26% 1,87% Pratama Sawah Besar 2 1,28% 3,00% 2,65% 2,05% 61,98% Pratama Tanah Abang 1 6,81% 5,95% 5,36% 2,98% -4,99% Pratama Tanah Abang 2 2,38% 3,26% 3,86% 2,44% 29,23% Pratama Tanah Abang 3 2,88% 6,50% 7,19% 5,05% 64,03% Pratama Senen 2,95% 2,92% 3,54% 3,02% 25,16% Pratama Cempaka Putih 3,12% 2,31% 1,86% 1,60% -0,53% Pratama Kemayoran 4,25% 4,34% 4,23% 3,49% 15,71% Mean All KPP 699,68 824,91 982,79 1,317,44 Mean Except Madya 455,91 591,09 666,94 609,93 Standard Deviation 1.010,86 968, , ,93 Minimum 123,38 304,40 293,13 254,89 Maximum 4.356, , , ,21 *) Penerimaan Pajak dalam milyar rupiah Sumber : Laporan Penerimaan Pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat tahun dan diolah Dari tabel di atas, kontribusi penerimaan pajak beberapa KPP Pratama terhadap total penerimaan pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat mengalami penurunan, meskipun secara nominal jumlah realisasi penerimaan pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 23,70% per tahun selama tahun Salah satu penyebab menurunnya sumbangan penerimaan pajak KPP Pratama terutama tahun 2007 dan 2008 adalah adanya

9 40 proses migrasi Wajib Pajak pembayar pajak besar yang sebelumnya terdaftar di KPP Pratama ke KPP Madya Jakarta Pusat. Perubahan komposisi Wajib Pajak selengkapnya disajikan pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Wajib Pajak Terdaftar tiap KPP pada Kanwil DJP Jakarta Pusat Nama KPP Wajib Pajak Terdaftar Pertumbuhan Wajib Pajak Madya Jakarta Pusat ,95% Pratama Gambir ,25% Pratama Gambir ,91% Pratama Gambir ,74% Pratama Gambir ,57% Pratama Menteng ,40% Pratama Menteng ,76% Pratama Menteng ,74% Pratama Sawah Besar ,21% Pratama Sawah Besar ,90% Pratama Tanah Abang ,86% Pratama Tanah Abang ,69% Pratama Tanah Abang ,02% Pratama Senen ,91% Pratama Cempaka Putih ,49% Pratama Kemayoran ,04% Total Wajib Pajak Mean All KPP , , , ,44 Mean except Madya , , , ,93 Standard Deviation 5.872, , , ,80 Minimum Maximum Sumber : Data Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat Berdasarkan tabel di atas, pertambahan Wajib Pajak terdaftar masingmasing KPP umumnya mengalami kenaikan, namun jika dibandingkan dengan kontribusi penerimaan pajak KPP Pratama yang mengalami penurunan sebagimana dipaparkan pada Tabel 3.4, maka dapat dikatakan bahwa pertambahan jumlah Wajib Pajak tersebut tidak memberikan peningkatan penerimaan pajak yang signifikan bagi KPP Pratama. Hasil ini dapat berarti : Pertama, Wajib Pajak baru yang terdaftar merupakan Wajib Pajak yang baru memulai usaha/pekerjaan sehingga penghasilan yang diperoleh dari usaha/pekerjaan tersebut masih kecil. Ini berdampak pada tidak bertambahnya potensi pajak secara signifikan. Kedua,

10 41 KPP Pratama masih kurang optimal dalam menggali potensi pajakk dari Wajib Pajak yang terdaftar di wilayahnya. Ini ditunjukkan dengan besarnya jumlah Wajib Pajak yang tidak efektif Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban pajaknya berupa menghitung, memperhitungkan, dan melaporkan pajak terutang sebagaimana ditunjukkan gambar 3.3. Gambar 3.3 Jumlah Wajibb Pajak Efektif dan Non-Efektif Kantor Wilayahh DJP Jakarta Pusat Wajib Pajak 250, ,000 WP Efektif 150, ,000 50, Jumlah WP Efektif 129,712 WP Non Efektif OP 15,320 WP Non Efektif Badan 20, , , ,276 15,328 33,591 47,049 20,289 28,925 39,162 WP NE OP WP NE Bdn Tahun Sumber : Data Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat Dari gambaran yang disajikan di atas, dapat diketahui bahwa penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar meningkatkan jumlah Wajib Pajak efektif di satu sisi rata-rataa sebesar 70,86% (WP Badann Efektif 46,54% dan WP Orang Pribadi 53,46%) ) per tahun selama tahun Namun di sisi lain jumlah Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban pajaknya (non-efektif) jugaa mengalami peningkatan. Dari tahun 2005 sampai 2008, jumlah WP Non-Efektif masingmasing sebesar 21,46%; 20,31%; 34,60%; dan 40,19% dari jumlah Wajib Pajak terdaftar. Implikasinya adalah penerimaan pajak tidak optimal akibat terjadi potensial loss dan keadaan ini terjadi di semua KPP Pratama yang ada di Kantor Wilayahh DJP Jakarta Pusat.

11 Deskripsi Sumber Daya Kantor Pelayanan Sebagaimana perusahaan swasta, Kantor Pelayanan Pajak dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan output (penerimaan pajak), menggunakan berbagai sumber daya yang merupakan faktor produksi seperti pegawai, peralatan dan inventaris kantor, gedung, teknologi dan sebagainya. Sumber daya manusia yang dimiliki KPP-KPP yang berada di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat dipetakan dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6 Jumlah Pegawai tiap KPP pada Kanwil DJP Jakarta Pusat Kantor Pelayanan Pajak Jumlah Pegawai Madya Jakarta Pusat Pratama Gambir Pratama Gambir Pratama Gambir Pratama Gambir Pratama Menteng Pratama Menteng Pratama Menteng Pratama Sawah Besar Pratama Sawah Besar Pratama Tanah Abang Pratama Tanah Abang Pratama Tanah Abang Pratama Senen Pratama Cempaka Putih Pratama Kemayoran Total Mean 103,94 101,94 99,69 91,88 Standard Deviation 16,15 9,65 9,09 6,63 Minimum Maximum Sumber : Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) dan Laporan Triwulan IV Pegawai Kanwil DJP Jakarta Pusat Pada gambaran sumber daya manusia di atas, jumlah pegawai yang dimiliki Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat relatif sama, namun apabila dihubungkan dengan produktivitas tenaga kerja maka maknanya akan menjadi berbeda. Produktivitas tenaga kerja diukur dari

12 43 kemampuan tenaga kerja itu untuk menghasilkan output, yaitu rata-rata kemampuan tiap pegawai KPP dalam mengumpulkan penerimaan pajak (Ability of Labor to Create Tax Revenue Ratio/LTR Ratio), secara matematis dapat ditulis : LTR Ratio = (3.1) Hasil perhitungan rasio LTR ditampilkan pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Rasio Kemampuan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak dalam Mengumpulkan Penerimaan Pajak No Kantor Pelayanan Pajak Rata-rata 1 Madya Jakarta Pusat 59,67 51,57 72,41 134,05 79,43 2 Pratama Gambir 2 7,42 11,11 10,62 10,71 9,96 3 Pratama Sawah Besar 1 9,20 7,95 9,62 9,76 9,13 4 Pratama Gambir 1 11,51 7,53 7,49 9,88 9,10 5 Pratama Tanah Abang 3 2,91 8,67 11,43 11,21 8,55 6 Pratama Tanah Abang 1 6,20 7,27 8,03 6,49 7,00 7 Pratama Kemayoran 4,45 5,35 6,11 7,75 5,91 8 Pratama Gambir 3 3,36 5,47 6,67 6,55 5,51 9 Pratama Tanah Abang 2 2,31 3,74 6,32 5,72 4,52 10 Pratama Menteng 2 2,91 4,50 5,52 5,13 4,52 11 Pratama Senen 2,82 3,64 5,07 6,00 4,38 12 Pratama Menteng 1 3,81 3,62 5,70 4,23 4,34 13 Pratama Gambir 4 2,87 6,65 3,99 2,86 4,09 14 Pratama Menteng 3 1,36 3,96 5,02 4,44 3,69 15 Pratama Sawah Besar 2 1,27 3,85 4,17 4,85 3,53 16 Pratama Cempaka Putih 3,57 2,87 2,79 3,51 3,19 Rata-rata KPP 7,85 8,61 10,68 14,57 10,43 Rata-rata tanpa Madya 4,40 5,74 6,57 6,61 5,83 Sumber : Telah diolah kembali Hasil perhitungan rasio kemampuan pegawai dalam mengumpulkan penerimaan pajak bermakna (misalnya untuk KPP Madya Jakarta Pusat) setiap pegawai di KPP Madya Jakarta Pusat mampu mengumpulkan penerimaan pajak rata-rata sebesar Rp 79,43 milyar per tahun dalam kurun waktu tahun 2005 sampai Bandingkan dengan KPP Pratama Cempaka Putih dengan rata-rata rasio LTR sebesar 5,83 yang berarti bahwa setiap pegawai di KPP tersebut hanya mampu menghasilkan penerimaan pajak sebesar Rp5,83 milyar per tahun selama tahun 2005 sampai Jadi dengan jumlah pegawai yang berimbang di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat, KPP yang memberikan kontribusi yang besar bagi

13 44 penerimaan pajak memiliki produktivitas pegawai yang tinggi. Produktivitas pegawai ini dapat dikaitkan dengan besarnya reward yang diterima. Selanjutnya, apabila data pegawai KPP dihubungkan dengan data jumlah Wajib Pajak (Tabel 3.5), maka dapat diketahui beban kerja tiap pegawai dalam melayani Wajib Pajak. Perhitungannya adalah jumlah Wajib Pajak terdaftar dibagi dengan jumlah pegawai (Tax Payer per Labor ratio/wpl), secara matematis dapat ditulis : WPL Ratio = (3.2) Hasil perhitungan rasio WPL ditampilkan pada tabel 3.8 Tabel 3.8 Rasio Beban Kerja Tiap Pegawai KPP No Kantor Pelayanan Pajak Rata-rata 1 Pratama Kemayoran 191,64 205,79 211,16 315,45 231,01 2 Pratama Cempaka Putih 188,43 183,73 182,88 260,83 203,97 3 Pratama Senen 150,15 174,53 158,83 248,86 183,09 4 Pratama Tanah Abang 2 121,37 131,30 166,91 209,64 157,30 5 Pratama Sawah Besar 1 137,99 137,87 152,42 181,93 152,55 6 Pratama Gambir 2 111,87 124,35 141,60 173,74 137,89 7 Pratama Sawah Besar 2 104,15 118,66 127,47 152,60 125,72 8 Pratama Gambir 3 101,45 120,15 125,82 92,66 110,02 9 Pratama Tanah Abang 3 88,65 108,55 108,62 123,14 107,24 10 Pratama Menteng 2 82,65 97,96 96,41 141,61 104,66 11 Pratama Gambir 4 73,72 78,83 73,33 110,37 84,06 12 Pratama Gambir 1 69,39 62,34 65,57 78,13 68,86 13 Pratama Menteng 1 43,30 43,96 53,33 59,40 50,00 14 Pratama Menteng 3 47,55 47,05 44,08 61,00 49,92 15 Pratama Tanah Abang 1 32,85 42,70 46,33 65,67 46,89 16 Madya Jakarta Pusat 2,74 2,38 3,89 11,33 5,08 Rata-rata KPP 96,74 105,01 109,91 142,90 113,64 Rata-rata tanpa Madya 103,01 111,85 116,98 151,67 120,88 Sumber : Telah diolah kembali Dengan jumlah Wajib Pajak yang sedikit, pegawai di KPP Madya Jakarta Pusat secara kuantitas memikul beban yang lebih rendah dibanding pegawai di KPP Pratama yang memiliki jumlah Wajib Pajak lebih dari Wajib Pajak. Namun perlu diingat bahwa Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Madya merupakan Wajib Pajak Besar se-kanwil DJP Jakarta Pusat, dimana Wajib Pajak Besar

14 45 umumnya memiliki keragaman dan kompleksitas dalam aktifitas usaha seperti jenis transaksi dan perlakuan akuntasi yang spesifik, sehingga dalam penanganannya pegawai dituntut lebih mumpuni dalam menyelami perilaku usaha Wajib Pajak tersebut. Ini berbeda dengan Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama yang memiliki karakteristik usaha yang umumnya lebih sederhana. Membahas tentang perbedaan besarnya beban pelayanan tiap pegawai di Kantor Pelayanan Pajak, penekanannya seharusnya tidak hanya pada jumlah pegawai yang dimiliki tetapi juga menyangkut kualitas dari sumber daya tersebut (human capital) yang biasanya didasarkan pada tingkat pendidikan pegawai yang bersangkutan. Struktur pegawai Kantor Pelayanan Pajak di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat menurut tingkat pendidikan disajikan dalam tabel 3.9. Tabel 3.9 Rata-Rata Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Pegawai KPP Tahun di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat No KPP = SLTA D-1 D-3 S-1 S-2 Pegawai 1 Pratama Gambir 2 8,25 15,25 17,75 56,25 16,75 114,25 2 Pratama Senen 15,50 13,00 15,00 52,00 14,25 109,75 3 Pratama Tanah Abang 1 16,00 9,25 20,75 48,50 13,75 108,25 4 Pratama Kemayoran 13,00 13,00 16,25 51,00 11,25 104,50 5 Pratama Tanah Abang 2 11,25 10,50 17,75 50,75 13,75 104,00 6 Pratama Menteng 2 8,50 3,75 16,25 62,00 13,25 103,75 7 Pratama Cempaka Putih 13,25 12,00 20,75 41,50 13,75 101,25 8 Pratama Sawah Besar 2 12,75 5,00 18,25 53,00 12,25 101,25 9 Pratama Tanah Abang 3 13,75 8,25 19,50 48,25 11,25 101,00 10 Pratama Gambir 3 10,00 11,75 14,75 52,50 11,75 100,75 11 Pratama Sawah Besar 1 16,00 4,00 14,00 51,25 13,25 98,50 12 Pratama Menteng 1 15,00 9,75 18,00 42,00 11,25 96,00 13 Pratama Menteng 3 12,25 14,25 15,50 41,75 11,50 95,25 14 Pratama Gambir 4 12,00 1,50 12,50 49,00 12,00 87,00 15 Pratama Gambir 1 18,50 5,75 17,25 30,50 10,50 82,50 16 Madya Jakarta Pusat 5,25 3,25 12,50 48,50 14,00 81,25 Rata-Rata 12,58 8,77 16,67 48,67 12,78 99,33 Sumber : Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) dan Laporan Triwulan IV Pegawai Kanwil DJP Jakarta Pusat dan telah diolah kembali Dari tabel 3.9, komposisi pegawai KPP di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat hampir sama pada setiap level pendidikan dan didominasi oleh pegawai dengan tingkat pendidikan sarjana (S-1 dan S-2) dengan pesentase 48,67%. Untuk

15 46 mengetahui rata-rata kemampuan pegawai pada tiap level pendidikan formal (SDM) dalam mengumpulkan pajak, digunakan rasio HCTR (Ability of Human Capital to Create Tax Revenue Ratio/HCTR Ratio). Secara matematis dapat ditulis : HCTR Ratio = x Total Tax Revenue (3.3) Hasil perhitungan rasio WPL ditampilkan pada tabel 3.10 Tabel 3.10 Rata-rata Rasio Kemampuan Tiap Level Pendidikan Pegawai KPP dalam Mengumpulkan Penerimaan Pajak KPP = SLTA D-1 D-3 S-1 S-2 Rata-rata Madya Jakarta Pusat 425,48 263,39 1,013,05 3,930,63 1,134,62 1,353,43 Pratama Gambir 2 81,78 151,16 175,95 557,57 166,03 226,50 Pratama Sawah 145,97 36,49 127,73 467,57 120,88 179,73 Besar 1 Pratama Tanah 114,94 68,96 163,00 403,33 94,04 168,86 Abang 3 Pratama Tanah 111,60 64,52 144,73 338,28 95,90 151,00 Abang 1 Pratama Gambir 1 166,83 51,85 155,56 275,04 94,69 148,79 Pratama Kemayoran 76,21 76,21 95,26 298,97 65,95 122,52 Pratama Gambir 3 54,05 63,51 79,73 283,77 63,51 108,91 Pratama Senen 67,41 56,54 65,24 226,15 61,97 95,46 Pratama Menteng 2 37,62 16,60 71,91 274,37 58,64 91,83 Pratama Tanah 49,17 45,89 77,58 221,82 60,10 90,91 Abang 2 Pratama Menteng 1 64,97 42,23 77,96 181,90 48,72 83,16 Pratama Menteng 3 45,60 53,05 57,70 155,42 42,81 70,92 Pratama Gambir 4 48,78 6,10 50,81 199,17 48,78 70,73 Pratama Sawah 43,68 17,13 62,52 181,56 41,96 69,37 Besar 2 Pratama Cempaka 42,02 38,06 65,81 131,61 43,61 64,22 Putih Rata-rata KPP 98,51 65,73 155,28 507,95 140,14 193,52 Rata2 tanpa Madya 76,71 52,55 98,10 279,77 73,84 116,19 Sumber : Telah diolah kembali Dari tabel 3.10 dapat dilihat bahwa pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan formal Sarjana Strata 1 secara relatif memiliki produktivitas paling tinggi dibanding pegawai dengan latar belakang pendidikan formal lainnya. Hal ini sesuai apabila dikaitkan dengan struktur jabatan di KPP, pegawai yang

16 47 memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Strata 1 umumnya mempunyai jabatan sebagai Account Representatif/AR atau Fungsional Pemeriksa/Penilai (persyaratan pendidikan minimal AR dan Fungsional Pemeriksa/Penilai adalah Diploma 3) yang merupakan garda terdepan KPP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak dan mengumpulkan penerimaan pajak. Adapun struktur pegawai berdasarkan jabatan di KPP Pratama disajikan dalam tabel Tabel 3.11 Struktur Pegawai KPP berdasarkan Jabatan selama tahun 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pelaksana Account Representative Fungsional Pemeriksa Eselon*) Pratama Gambir Pratama Gambir Pratama Tanah Abang Pratama Menteng Pratama Sawah Besar Pratama Cempaka Putih Pratama Gambir Pratama Gambir Pratama Menteng Pratama Menteng Pratama Sawah Besar Pratama Tanah Abang Pratama Tanah Abang Pratama Senen Pratama Kemayoran Rata-rata *) Terdiri dari jabatan kepala kantor, kepala seksi, dan kepala bagian Sumber : Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) dan Laporan Triwulan IV Pegawai Kanwil DJP Jakarta Pusat Dalam rangka melaksanakan proses produksi, di samping sumber daya manusia, diperlukan pula sumber daya yang lain terutama kapital dan bahan baku (material) untuk menghasilkan output. Pada dimensi Kantor Pelayanan Pajak, kapital yang digunakan terutama berupa gedung dan peralatan/inventaris kantor seperti komputer serta biaya operasional (belanja pegawai dan belanja barang) yang digunakan untuk menunjang terselenggaranya kegiatan pelayanan Wajib

17 48 Pajak dan pengamanan penerimaan pajak. Deskripsi nilai aset tetap yang dikuasai Kantor Pelayanan Pajak dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.12 Nilai Aset Tetap Kantor Pelayanan Pajak di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat (dalam juta rupiah) KPP Peralatan dan Mesin*) Madya Jakarta Pusat 4.839, , , ,75 Pratama Gambir , , , ,84 Pratama Gambir , , , ,51 Pratama Gambir , , , ,27 Pratama Gambir , , , ,29 Pratama Menteng , , , ,37 Pratama Menteng , , , ,47 Pratama Menteng , , , ,47 Pratama Sawah Besar , , , ,65 Pratama Sawah Besar , , , ,08 Pratama Tanah Abang , , , ,88 Pratama Tanah Abang , , , ,15 Pratama Tanah Abang , , , ,75 Pratama Senen 3.939, , , ,84 Pratama Cempaka Putih 3.418, , , ,51 Pratama Kemayoran 4.192, , , ,67 Mean 4.839, , , ,22 SD 2.372, , , ,73 Minimum 1.323, , , ,47 Maximum , , , ,27 *) Nilai gedung kantor tidak dimasukkan karena beberapa KPP tidak memiliki gedung sendiri tetapi bergabung dengan KPP lain dalam satu gedung seperti KPP Pratama Jakarta Gambir Dua dan Tiga, dimana hak pengelolaan gedung oleh KPP Pratama Gambir Tiga. Sumber : Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan Gabungan Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel Dari Tabel 3.12 perbedaan antara nilai minimum dan maksimun kepemilikan aset tetap Kantor Pelayanan Pajak cukup besar, ini disebabkan adanya pemekaran KPP Pratama yang sebelumnya berjumlah 11 KPP Paripurna (KPP sebelum modernisasi) menjadi 15 KPP Pratama pada tahun Sehingga KPP Pratama yang baru yaitu KPP Pratama Gambir Empat, KPP Pratama Menteng Tiga, KPP Pratama Sawah Besar Dua, dan KPP Pratama Tanah Abang Tiga dibanding KPP Pratama lainnya memiliki aset tetap yang lebih sedikit. Tahun 2008 dilakukan revaluasi dan penghapusan terhadap aset tetap yang

18 49 dilakukan oleh pejabat penilai Departemen Keuangan, sehingga nilai aset tetap tahun 2008 cenderung lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. Seperti halnya produktivitas tenaga kerja, investasi yang dilakukan dalam bentuk pembelian barang modal juga harus diukur produktivitasnya dalam menghasilkan output dalam proses produksi. Untuk mengetahui rata-rata kemampuan aset tetap/barang modal yang dikuasai KPP dalam menghasilkan penerimaan pajak digunakan rasio PCTR (Ability of Physical Capital to Create Tax Revenue Ratio). Secara matematis dapat ditulis : PCTR Ratio = (3.4) Hasil perhitungan rasio PCTR disajikan dalam tabel Tabel 3.13 Rasio Kemampuan Aset Tetap Kantor Pelayanan Pajak dalam Menghasilkan Penerimaan Pajak No Kantor Pelayanan Pajak Rata-rata 1 Madya Jakarta Pusat 900,16 885, , , ,53 2 Pratama Sawah Besar 1 255,97 169,75 204,59 154,41 196,18 3 Pratama Gambir 2 91,22 265,51 237,84 152,74 186,83 4 Pratama Gambir 1 187,86 161,58 164,43 95,94 152,45 5 Pratama Tanah Abang 1 153,16 112,95 187,25 133,49 146,72 6 Pratama Kemayoran 139,24 136,28 115,36 130,85 130,43 7 Pratama Tanah Abang 3 93,82 104,17 143,32 168,90 127,56 8 Pratama Senen 249,48 71,69 66,61 80,27 117,01 9 Pratama Gambir 3 93,18 63,69 128,02 103,56 97,11 10 Pratama Menteng 1 133,59 37,09 109,97 70,49 87,78 11 Pratama Menteng 2 90,61 98,71 51,44 96,71 84,37 12 Pratama Sawah Besar 2 20,56 97,81 83,84 88,24 72,61 13 Pratama Tanah Abang 2 45,10 56,24 76,12 104,75 70,55 14 Pratama Cempaka Putih 88,74 82,84 47,15 47,61 66,59 15 Pratama Menteng 3 29,29 88,25 81,70 47,69 61,73 16 Pratama Gambir 4 23,93 120,65 42,39 41,69 57,16 Rata-rata KPP 153,74 159,97 167,83 224,59 176,53 Rata-rata tanpa Madya 103,97 111,63 105,02 109,49 107,53 Sumber : Telah diolah kembali Hasil perhitungan rasio PCTR menunjukkan bahwa aset tetap yang dikuasai KPP Madya Jakarta Pusat secara relatif lebih produktif dalam menghasilkan penerimaan pajak. Ini dapat dilihat dari rata-rata rasio PCTR KPP Madya Jakarta Pusat sebesar 1.211,53 yang dapat diinterpretasikan sebagai tiap

19 50 Rp 1,- yang dialokasikan untuk pembelian aset tetap di KPP Madya Jakarta Pusat, mampu menghasilkan rata-rata Rp 1.211,53 dalam periode tahun bagi penerimaan pajak. Produktivitas kapital yang dimiliki KPP Madya Jakarta Pusat sangat jauh di banding produktivitas KPP Pratama Gambir Dua yang menempati peringkat kedua sebesar 246,9 dan merupakan KPP Pratama yang kapitalnya paling produktif di antara seluruh KPP Pratama lainnya di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat. Sebagaimana halnya instansi pelayanan publik lainnya, untuk membiayai operasionalisasi tugas dan fungsi KPP di atas, setiap tahun setiap KPP menerima anggaran dari APBN yang dialokasikan untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja pembayaran utang. Anggaran untuk belanja pegawai dan belanja barang merupakan anggaran rutin karena selalu ada setiap tahunnya, berbeda dengan belanja modal dan belanja pembayaran utang yang alokasinya disesuaikan kebutuhan KPP. Pada tabel 3.14 disajikan anggaran belanja operasional yang terdiri dari anggaran belanja pegawai dan belanja barang KPP. Pada Tabel 3.14, anggaran belanja operasional Kantor Pelayanan Pajak di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat relatif sama, ini dapat diartikan bahwa alokasi anggaran belanja tiap Kantor Pelayanan Pajak tidak didasarkan pada pertimbangan beban kerja dalam hal ini jumlah Wajib Pajak yang terdaftar atau target penerimaan pajak yang harus direalisasikan. Secara teoritis, Kantor Pelayanan Pajak yang memiliki jumlah Wajib Pajak yang besar atau yang dibebani target penerimaan pajak yang tinggi, membutuhkan biaya operasional yang lebih besar untuk menjamin terselenggaranya pelayanan yang baik bagi Wajib Pajak atau membiayai aktifitas-aktifitas yang berkenaan dengan pengamanan target penerimaan pajak seperti upaya law enforcement sebagaimana digambarkan tabel 3.15.

20 51 Tabel 3.14 Anggaran Belanja Operasional KPP di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat (dalam juta rupiah) KPP Belanja Operasional*) 2005**) Madya Jakarta Pusat 1.566, , , ,31 Pratama Gambir , , , ,96 Pratama Gambir , , , ,48 Pratama Gambir , , , ,00 Pratama Gambir , , , ,96 Pratama Menteng , , , ,76 Pratama Menteng , , , ,63 Pratama Menteng , , , ,37 Pratama Sawah Besar , , , ,64 Pratama Sawah Besar , , , ,31 Pratama Tanah Abang , , , ,54 Pratama Tanah Abang , , , ,61 Pratama Tanah Abang 3 911, , , ,08 Pratama Senen 3.932, , , ,92 Pratama Cempaka Putih 790, , , ,59 Pratama Kemayoran 3.262, , , ,36 Mean 2.580, , , ,28 Standard Deviation 1.163,55 509,46 457,22 567,80 Minimum 790, , , ,96 Maximum 3.932, , , ,48 *) Belanja Operasional meliputi belanja pegawai dan belanja barang **) Berasal dari hasil proyeksi berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Belanja Eselon I Melalui KPKN dari rata-rata alokasi belanja tahun , kecuali untuk KPP Pratama Tanah Abang 3 dan KPP Cempaka Putih yang nilainya sama dengan total realisasi anggaran. Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Belanja Satuan Kerja Melalui KPKN dan Laporan Realisasi Anggaran Belanja Eselon I Melalui KPKN Tabel 3.15 Deskripsi Statistik Law Enforcement KPP di Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat Pemeriksaan Pajak*) Pencairan Tunggakan Pajak**) Mean 69,88 169,44 219,38 184,31 28,39 41,43 80,06 65,28 SD 85,50 58,33 61,98 47,95 32,56 64,81 153,02 134,21 Minimum ,76 7,55 7,23 5,63 Maximum ,97 278,23 631,87 556,43 *) jumlah pemeriksaan pajak per SP3 (Surat Perintah Pemeriksaan Pajak) **) nilai realisasi dalam milyar rupiah Sumber : Laporan Pencairan Tunggakan Pajak dan Laporan Penyelesaian dan Tunggakan SP3 Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan Pajak Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat

21 52 Upaya penegakan hukum (law enforcement) dapat berupa pemeriksaan pajak dan penagihan aktif. Tujuan utama pemeriksaan pajak adalah meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (force compliance) dalam memenuhi kewajiban pajaknya, pemeriksaan pajak diharapkan memberikan efek jera kepada Wajib Pajak nakal yang diperiksa dan memberikan pembelajaran (deterrent effect) bagi Wajib Pajak lainnya untuk tidak menyalahi kewajiban pajaknya. Hasil pemeriksaan pajak pada akhirnya secara langsung dan tidak langsung akan bermuara pada peningkatan penerimaan pajak. Penagihan aktif merupakan upaya menagih hutang pajak dari Wajib Pajak yang kurang/tidak melunasi pajak terutangnya berdasarkan Surat Keputusan Pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP) yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Penagihan aktif dapat berupa penerbitan Surat Paksa, penyitaan, sampai penyanderaan badan. Sebagaimana halnya dengan pemeriksaan pajak, penagihan aktif juga bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan meningkatkan penerimaan pajak.

BAB 5 HASIL ESTIMASI MODEL DAN ANALISA EFISIENSI KANTOR PELAYANAN PAJAK

BAB 5 HASIL ESTIMASI MODEL DAN ANALISA EFISIENSI KANTOR PELAYANAN PAJAK BAB 5 HASIL ESTIMASI MODEL DAN ANALISA EFISIENSI KANTOR PELAYANAN PAJAK 5.1. Hasil Estimasi Hasil estimasi yang diperoleh dengan menggunakan program FRONTIER versi 4.1 dengan menggunakan fungsi Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inpeksi Pajak, pada saat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota Sejarah umum dari kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda,

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK. 54 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 PENYAJIAN DATA 4.1.1 GAMBARAN UMUM INSTANSI 4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Instansi Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Gresik Selatan berdiri berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Gambir Dua

BAB 3. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Gambir Dua BAB 3 Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Gambir Dua 3.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua merupakan salah satu unit vertikal di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Instansi Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang beriorentasi pada pelayanan dan pengawasan, maka stuktur organisasi Direktorat

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran umum KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran umum KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Gambaran umum KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No: 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP) maupun belum, di dalam lingkup

BAB I PENDAHULUAN. baik yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP) maupun belum, di dalam lingkup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah unit kerja dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang melaksanakan pelayanan di bidang perpajakan kepada masyarakat, baik yang telah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan reformasi administrasi muncul setelah proses perubahan administrasi secara alamiah gagal, sehingga timbul dorongan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan reformasi administrasi muncul setelah proses perubahan administrasi secara alamiah gagal, sehingga timbul dorongan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan orientasi dalam penerimaan negara yang lebih mengandalkan penerimaan dari perpajakan, menuntut Direktorat Jenderal Pajak melakukan perubahan yang mendasar.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Timur Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor Belasting dan kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian KPP Jakarta Kebayoran Lama, yang kini berubah menjadi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan program pemerintahan dan pembangunan Negara Indonesia sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan program

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. ObjekPenelitian Objek Penelitian dalam penulisan ini adalah sebuah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Tebet yang melayani wajib pajak dalam pelaporan dan pelunasan yang

Lebih terperinci

BAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah

BAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Matraman merupakan Kantor Pajak Type A yang berdiri pada bulan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang

BAB 3 OBJEK PENELITIAN Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga adalah instansi vertikal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A.Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A.Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan 16 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Sejarah umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber utama penerimaan pemerintah di beberapa negara pada

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber utama penerimaan pemerintah di beberapa negara pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sektor terpenting dalam pembangunan dan merupakan salah satu sumber utama penerimaan pemerintah di beberapa negara pada umumnya, tanpa pajak

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tebet adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak ( DJP) yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak sebagai sumber penerimaan Negara digunakan untuk mebiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak reformasi perpajakan tahun 1983 pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Pelaksanaan self

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Kontribusinya Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Berikut adalah data jumlah wajib pajak yang berhasil dihimpun

Lebih terperinci

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI A. Sejarah Institusi Direktorat Jenderal Pajak mengawali pembentukan Kantor Pelayanan Pajak modern dengan meresmikan berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar/

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan moderen yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur

Lebih terperinci

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN A. SEJARAH PERUSAHAAN Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan anggaran yang cukup besar setiap tahunnya untuk melaksanakan berbagai macam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor migas dan sektor non migas. Salah satu penerimaan negara yang bersumber dari sektor non migas adalah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

BAB II PROFIL INSTANSI. 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam BAB II PROFIL INSTANSI 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak sebagai sumber penerimaan negara digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua adalah instansi vertikal

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Sejarah KPP Pratama Salatiga Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga merupakan Kantor Dinas Luar Tingkat I di bawah Kantor Inspeksi Pajak Semarang Barat, seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Tiap negara membuat aturan dan ketentuan dalam mengenakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Prinsip dasar utama dari Sunset Policy adalah penegakan sistem self assessment seutuhnya, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) menyebutkan bahwa, Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri adalah untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumbersumber penerimaan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai Negara yang berkembang,sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi Negara yang lebih maju. Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 kantor pelayanan pajak masih disebut kantor inspeksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9 Agustus 2007 tentang Penerapan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9 Agustus 2007 tentang Penerapan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Sukabumi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi terbentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan fiskal merupakan instrumen penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan output nasional untuk dipergunakan demi kemakmuran rakyat. Kebijakan fiskal dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Pada mulanya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok adalah kantor bank yang digunakan oleh Belanda. Setelah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat Direktorat Jendral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Tampan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Tampan 10 BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN 1.1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Tampan Pembentukan Kantor KPP Pratama ( Keputusan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Adapun yang menjadi visi Direktorat Jenderal Pajak adalah : Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system

Lebih terperinci

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan A. Latar Belakang Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment diharapkan kesadaran Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis 4.1.1 Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.1 Total Wajib Pajak, Realisasi dan Rencana Penerimaan Pajak (dalam rupiah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari sektor pajak pemerintah gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan yang sangat tinggi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang KPP Pratama Soreang ini pada mulanya merupakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. barang-barang yang dikuasai pemerintah, denda-denda atau warisan yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. barang-barang yang dikuasai pemerintah, denda-denda atau warisan yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumberdaya yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I merupakan instansi vertikal

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I merupakan instansi vertikal BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Perusahaan Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN. Tabel 4.1 Realisasi Penerimaan Pajak Kanwil DJP Jakarta Pusat Tahun 2008 (dalam milyar rupiah)

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN. Tabel 4.1 Realisasi Penerimaan Pajak Kanwil DJP Jakarta Pusat Tahun 2008 (dalam milyar rupiah) 61 BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian dan sumber data adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua, yang merupakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA 3.1. Gambaran Umum KPP PMA Lima Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima (KPP PMA Lima) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK/0172001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang paling besar kontribusinya. Penerimaan negara yang diterima dari pajak cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan hanya boleh ada

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan hanya boleh ada L1 KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian Berilah tanda centang ( ) pada kotak yang tersedia untuk masing-masing jawaban pertanyaan kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak perdagangan internasional) dan penerimaan negara bukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. pajak perdagangan internasional) dan penerimaan negara bukan pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan negara terdiri dari penerimaan pajak (pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional) dan penerimaan negara bukan pajak (penerimaan sumber daya alam,

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 KPP Pratama Serpong 3.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah menyejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor 29 BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Madya Tangerang Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, dimana struktur organisasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang didunia. Sehingga isu mengenai pembangunan nasional merupakan fokus utama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I Surabaya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I Surabaya Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia Sesuai dengan keputusan Menteri Keungan Republik Indonesia No. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya menggantungkan dana dari luar negeri saja, melainkan harus menggali sendiri terutama dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sebenarnya memiliki banyak potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Tetapi pada kenyataannya, Indonesia belum bisa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung. 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan negara.

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pajak sebagai sumber penerimaan negara digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sendiri. Semua potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus digali dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sendiri. Semua potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus digali dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara merata akan menghadapi banyak tantangan. Cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012 perubahan kedua atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Self Assessment System yang diterapkan di Indonesia menempatkan administrasi perpajakan sebagai agen pemerintah yang menjalankan fungsi pembinaan, pelayanan, dan pengawasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A. Gambaran Umum Direktorat Jenderal Pajak Pada tahun 1964 kantor urusan moneter negara bernama Djawatan Padjak diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbesar nomor empat di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa (www.bps.go.id). Pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Untuk mengkordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ITDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. 1.1 Latar Belakang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bangkinang di

BAB II GAMBARAN UMUM. 1.1 Latar Belakang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bangkinang di BAB II GAMBARAN UMUM 1.1 Latar Belakang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bangkinang di Pekanbaru Kantor pelayanan Pajak Bumi Bangunan (PBB) di Pekanbaru, merupakan bagian/wilayah kerja dari kantor wilayah

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Palmerah III.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Palmerah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Palmerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT 2.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inspeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut diperoleh dari beberapa sumber penerimaan. Menurut Erly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sangat penting, maka dari itu pemerintah mengintensifkan pemasukan dari sektor

Lebih terperinci