Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:"

Transkripsi

1 Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, September 202 Identifikasi Kean Sosial Ekonomi Kelembagaan untuk Pengelolaan DAS Tulis (Dataran Dieng) (Socio Economic and Institusion Vurnerably Identification for Tulis Watershed Management Planning (Dieng Plateau)) Purwanto, dan S. Andy Cahyono * Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Surakarta Jl. A. Yani PO BOX 29 Pabelan Solo. Tel/Fax: (+62 27) 76709/7699 * Alamat Penulis: sandycahyono@yahoo.com dan purwanto_fris@yahoo.com ABSTRACT Dieng plateu has been cultivating with vegetables without applying soil and water conservation technique as a consequence land degradation extend, more over its reduce of carryng capacity of Tulis watershed. The problems becomes a Indonesia s national issue. It has been triggred by socio, economic, and institution problems. The objectives of this research is to indentify of socio, economic, and intitutions vulnerabilty. Primarry and secondary data was collected. Result of this research are: ). socio aspect is somewhat vulnerable (,00), 2). Economic aspect is a littlebit vulnerable (2,2), and ). Institution aspect is somewhat vurnerable (,00). All asapects are categoried somewhat vulnerable (2,70) of,00 scale. Sequences of problems solving to reduce land degradation at the Dieng Plateu is from heigh to low susceptable aspect that are institution, socio then economic aspects. Vulnerability level each village at the Tulis Watershed are 20 villages (2,2%) a littebit suspectible, 8 villages (7,42%) somewhat suspectible, and a village vulnerable that is East Dieng Village, Kejajar Subdistrict, Wonosobo District. Conscientious examine of the aspect indicates that 77 villages (97,47%) are social vurnerable and 2 villages: East Dieng Village, Kejajar Subdistrict, Wonosobo District and West Dieng Village, Batur Subdistrict, Banjarnegara District. Economicly aspect, villages (8,99%) are not vulnerable, 2 vilages (29,%) a littlebit vulnerable, 40 villages (0,6%) are somewhat vulnerable, and a village that is Sokaraja Village, Pagentan Subdistrict, Banjarnegara District is vulnerable. Most of villages are somewhat vulnerable on institution aspect. Keywords: vulnerability, watershed, Dieng plateau. PENGANTAR Dataran tinggi Dieng merupakan lahan pertanian sayur (terutama kentang) yang kurang memperhatikan konservasi tanah dan air (Gunawan, 2008) sehingga terjadi penurunan daya dukung DAS dan menjadi masalah nasional. Menurut Kurnia et.al., (999), hal tersebut dipicu oleh persoalan sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Purwanto et.al., (200) melaporkan bahwa di dataran tinggi Temanggung, generasi dahulu telah menerapkan teknik konservasi dengan kedokan-kedokan sempit untuk usaha tani tembakau dan sayur tetapi saat ini kedokan tersebut diperluas walaupun harus menanam pada lahan miring. Hal ini karena mereka tidak terlalu merasakan kerusakan lahan akibat pemberian input pupuk kandang yang tinggi. Indikasi terjadinya erosi yang tinggi dari lahan sayur dataran tinggi yakni keruhnya air sungai sepanjang tahun dan tingginya sedimentasi di sungai Serayu (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perairan, 99). Indikasi lain yaitu bervariasinya debit air sungai, misalnya debit air Sungai Serayu yakni 9- liter/detik yang menunjukkan telah terjadi kerusakan lingkungan di wilayah tersebut (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, 996). Banjir dan kekeringan menjadi cerminan kondisi tata air yang terganggu. Permasalahan tersebut tidak begitu dirasakan oleh petani karena keuntungan menanam kentang relatif tinggi mencapai Rp ,-/ha sekali panen (Jariyah, et.al., 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kean sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat untuk pengelolaan DAS Tulis. Kawasan Dieng dipilih karena merupakan salah satu kawasan yang mengalami kerusakan ekosistem serta berdampak luas pada sosial ekonomi baik nasional dan internasional. 2. METODOLOGI 2. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini antara lain: ) ATK (kertas HVS, tonner printer, ordner, stopmap, flashdisk), 2) Bahan perlengkapan lapangan (blocknote, pensil, ballpoint, dan spidol), ) Kamera, dan 4) Kuesioner.

2 2.2 Metode Untuk menilai kean sosial ekonomi kelembagaan masyarakat di DAS Tulis digunakan formulasi Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin et.al., 200). Analisa kean dilakukan pada skala DAS dan per desa dengan menggunakan tiga kriteria yaitu:. Kriteria sosial terdiri dari parameter kepadatan penduduk (geografis dan agraris), budaya (perilaku konservasi dan hukum adat), serta nilai tradisional. 2. Kriteria ekonomi terdiri dari parameter ketergantungan pada lahan, tingkat pendapatan, dan kegiatan dasar wilayah.. Kriteria kelembagaan terdiri dari parameter keberdayaan kelembagaan formal dan informal pada konservasi. Masing-masing parameter tersebut kemudian diberikan bobot dan besaran sebagaimana disajikan dalam Lampiran. Adapun klasifikasi tingkat kean disajikan dalam Tabel. Tabel. Klasifikasi tingkat kean sosial-ekonomi dan kelembagaan Kategori Nilai Tingkat Kean/Degradasi >4, Sangat /sangat terdegradasi Agak tinggi, 4, Rentan/terdegradasi 2,6,4 Agak /agak terdegradasi Agak rendah,7 2, Sedikit /sedikit terdegradasi <,7 Tidak /tidak terdegradasi Tabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai suatu kategori memberikan gambaran sebuah kondisi yang semakin buruk terkait dengan parameter bersangkutan, dan sebaliknya. Untuk memperoleh sumber penyebab kean dilakukan dengan menelusuri parameter yang memiliki nilai tinggi sehingga rekomendasi penanganannya disesuaikan dengan tingkat masalah yang dihadapi. Data yang dipergunakan merupakan data primer dan data sekunder pada DAS Tulis. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara pada masyarakat desa setempat. Data sekunder berupa data dan publikasi terkait penelitian.. HASIL DAN DISKUSI. Letak dan Luas Sub DAS Tulis mencakup luas 9.489,68 ha yang secara geografis terletak diantara BT dan LS, dan secara administratif berada di 4 (empat) kabupaten yakni Wonosobo (6.78,76 ha), Banjarnegara (2.8, ha), Batang (8,77 ha) dan Kebumen (6,0 ha)..2 Analisis Kean Sosial Ekonomi Kelembagaan DAS Tulis (Dataran tinggi Dieng) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sidik Cepat Degradasi Daerah Aliran Sungai dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi kean sosial ekonomi kelembagaan pada daerah aliran sungai Tulis di Dataran Dieng (Tabel 2). Hasil analisis terhadap DAS Tulis menunjukkan bahwa secara sosial tergolong agak (), secara ekonomi sedikit (2,2) dan secara kelembagaan tergolong agak (). Secara keseluruhan DAS Tulis tergolong agak (2,7). Penyelesaian masalah kerusakan ekosistem kawasan Dataran Dieng dilakukan terutama pada aspek yang memiliki kean: kelembagaan, sosial kemudian ekonomi. Tabel 2. Analisis kean sosial ekonomi dan kelembagaan di Sub DAS Tulis Kriteria Parameter Besaran Kategori Skor Bobot X Skor Sosial Kepadatan penduduk geografis 740 jiwa/km 2 0 Kepadatan penduduk agraris 9,6 0 Prilaku konservasi Masyarakat tahu manfaat, 20 teknik & melaksanakan Hukum adat Tidak ada hukuman 2 Nilai tradisional Tidak ada 2 Skor sosial Ekonomi Ketergantungan terhadap lahan 2,0 60 Tingkat pendapatan Rp ,46/thn Agak tinggi 2 20 Kegiatan dasar wilayah 0, Skor Ekonomi (Agak ) 2,2 (Sedikit )

3 Kelembagaan Keberdayaan lembaga informal Ada tapi tidak berperan Keberdayaan lembaga formal Cukup berperan Skor Kelembagaan Total (Agak ) 2,7 (Agak ) Kriteria sosial tergolong agak di DAS Tulis (skor ) terutama terkait prilaku konservasi yang belum optimal. Kepadatan penduduk geografis (740 jiwa/km 2 ) tergolong tinggi dan kepadatan agraris termasuk sedang (9 orang/ha). Usaha tani sayur (kentang, kubis, bawang daun dan sebagainya) yang dilakukan cukup memperhatikan konservasi tanah. Masyarakat tahu manfaat konservasi tanah dan air, teknik dan pelaksanaanya tetapi mereka tidak semuanya melaksanakannya. Kondisi tersebut disebabkan oleh kesuburan lahan yang tetap meskipun tidak dilakukan konservasi tanah dan air. Penggunaan pupuk organik dan non organik yang tinggi telah mempertahankan kesuburan lahan meskipun dengan biaya tinggi (seperti menanam dalam pot batu). Lahan yang sangat miring dan berbatu masih dipergunakan untuk tanaman kentang karena tingginya pendapatan yang diperoleh. Budaya hukum adat tidak ada yang secara langsung berkaitan dengan konservasi tanah dan air. Nilai tradisional yang spesifik pada konservasi tanah sudah tidak ada sehingga keannya tinggi. Solidaritas sosial masyarakat Dieng sangat erat terkait hubungan sosial kemasyarakatan. Apabila ada kesripahan (kematian), bayen (melahirkan), nduwe gawe (ada hajatan) mereka akan saling tolong menolong dan ngaruhake. Ada kekhawatiran sanksi sosial yang diberikan masyarakat bila mereka tidak membantu dalam aspek kemanusian berupa tidak dibantunya mereka pada saat ada musibah atau hajatan. Namun untuk masalah ekonomi terutama tanaman kentang mereka saling bersaing (kompetisi). Kondisi ini pula yang mendorong pemanfaatan lahan yang demikian efisien sehingga konservasi tidak umum dilakukan. Secara ekonomi DAS Tulis tergolong sedikit (skor 2,2). Kondisi ini karena cukup dominannya sektor pertanian pada kehidupan masyarakat. Para petani yang mengolah lahan miring dan bukit berbatu yang curam merupakan satu cara untuk mempertahan hidup yang didasari oleh pendapat Weber (974), bahwa kehidupan harus disiasati dengan etos kerja. Etos kerja yang merubah nasib dan potret sosial. Marx (97) menyebutnya sebagai usaha perjuangan kelas dari ketidakadilan dunia sosial, baik yang tercipta secara natural mapun sengaja diciptakan. Mata pencaharian utama masyarakat adalah sebagai petani, pemilik maupun penggarap, dengan pendapatan ratarata Rp per tahun per keluarga yang tergolong agak tinggi. Ketergantungan masyarakat terhadap lahan sebesar 2,0% (kategori sedang) dan sebagian besar tenaga kerja bekerja dipertanian. Namun sektor pertanian berdasarkan analisis bukan sektor basis karena nilai LQ lebih rendah daripada satu (kategori rendah). Kondisi ini karena penggunaan LQ berbasis tenaga kerja sebagai analisa terhadap kegiatan dasar wilayah. Salah satu upaya menekan kerusakan di dataran tinggi Dieng adalah mencarikan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat yang tidak merusak lingkungan. Mata pencaharian yang tepat antara lain dengan mengembangkan ekonomi kreatif, seperti mengembangkan kerajinan dan wisata. Kegiatan lainnya adalah mengabungkan wisata dangan konservasi seperti penanaman pohon penghijauan yang diberi nama sesuai si penanamnya ( wisatawan menanam minimal pohon) dan ikut serta melepaskan bibit ikan ke telaga yang ada di Dieng. Namun, selama pendapatan dari usahatani kentang lebih tinggi dan menjadi primadona maka usaha alternatif tersebut tidak akan berkembang. Analisis kean secara kelembagaan menunjukkan bahwa DAS Tulis agak (Skor ) terutama karena tidak berperannya secara optimal lembaga formal dan informal. Kelembagaan informal ada tetapi belum berperan pada konservasi lahan dan belum melembaga, masyarakat tahu tentang pentingnya konservasi tanah tetapi belum melakukan sepenuhnya. kan lembaga formal seperti desa cukup mendukung tentang konservasi tanah. Untuk itu perlu pengembangan kelembagaan melalui pengembangan organisasi, nilai-nilai, dan aturan main (North, 99; Kartodiharjo, 2000; Marut, 2000) dan kognitif masyarakat (Scott, 99) tentang konservasi tanah dan air. Analisa kean secara sosial ekonomi kelembagaan per desa secara deskriptif dapat diuraikan berikut ini. Kepadatan penduduk geografis desa di sub DAS Tulis sebagian besar (9,67%) tergolong padat dengan kepadatan lebih dari 400 jiwa/km 2. Hanya satu desa yaitu Desa Mutisari yang memiliki kepadatan penduduk rendah (24 jiwa/km 2 ). Kepadatan agraris rata-rata mencapai 96 orang per ha, dengan kepadatan tertinggi di Desa Kasmaran sebesar 409 orang/ha dan terendah di Desa Jebeng Plampitan sebesar 8 orang/ha. Sebagian besar (6,96%) desa memiliki kepadatan agraris lebih dari 40 orang/ha sehingga tergolong kepadatan tinggi. Sebanyak 22 desa (27,8%) memiliki kepadatan sedang dan sisanya sebesar 2 desa (,9%) tergolong memiliki kepadatan agraris rendah. Analisis menunjukkan bahwa daerah hulu memiliki kepadatan agraris lebih rendah daripada daerah hilir DAS. Begitu pula daerah kota memiliki kepadatan penduduk agraris yang lebih padat dibandingkan dengan daerah pedesaan atau pinggiran. Berdasarkan pengamatan terhadap prilaku konservasi tanah dan air maka sebagian besar masyarakat telah melakukan konservasi tanah dan air meskipun kualitas dan efektivitasnya berbeda-beda. Masyarakat banyak yang sudah tahu manfaat konservasi, mengetahui tekniknya dan melakukannya sehingga keannya rendah. Pada lahan sayur, sebagian sudah melakukan pembuatan guludan dan penutupan dengan plastik sebagai mulsa. Perlakuan ini akan mampu mengurangi erosi tanah cukup signifikan tetapi akan meningkatkan limpasan sehingga menyebabkan erosi pada alur di antara guludan. Konservasi dilakukan juga untuk memperluas bidang olah tanaman sayur dan pada daerah yang banyak terdapat batu serta cukup tenaga kerja maka di buat teras batu. Di DAS Tulis tidak ditemukan nilai tradisional terkait konservasi tanah dan air sehingga tidak ada transfer nilai dari generasi tua ke yang lebih muda secara terstruktur.

4 Hasil analisis aspek ekonomi per desa menunjukkan bahwa 7 desa (72,%) memiliki ketergantungan terhadap lahan antara 0%--7% (tergolong memiliki ketergantungan lahan sedang) dan 27,8% desa lainnya memiliki ketergantungan lahan rendah (di bawah 0%). Dilihat dari tingkat pendapatan per kapita, sebanyak 0 desa (7,97%) berpendapatan tinggi dan 6 desa (20,2%) dikategorikan agak tinggi. Sebelas desa berpendapatan sedang dan 22 desa (27,8%) pendapatan penduduknya dikategorikan agak rendah. Untuk kegiatan dasar wilayah didekati dengan menggunakan location quotation tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Sebanyak 8 desa (48,0%) memiliki LQ > yang berarti sebagian besar tenaga kerjanya bekerja disektor pertanian dan sektor pertanian menjadi tumpuan pembangunan wilayah tersebut. Wilayah yang sudah berkembang sektor lainnya di luar sektor pertanian sebanyak 40 desa (0,6%) yang ditunjukkan dengan LQ yang kurang dari satu. Kelembagaan terbagi menjadi kelembagaan formal dan informal, khususnya berkaitan dengan konservasi tanah dan air. Terdapat beberapa organisasi formal yang berkaitan menangani kegiatan pengelolaan DAS antara lain Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Dinas Kehutanan Wonosobo, Badan penyuluhan, penyuluh kecamatan, Desa, Kelompok tani. Lembaga informal antara lain kelompok yasinan dan kelompok pengajian. Analisis Kean per desa di DAS Tulis menunjukkan bahwa 20 desa (2,2%) tergolong sedikit, 8 desa (7,42%) tergolong agak dan satu desa yang yaitu Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Pencermatan per kriteria menunjukkan bahwa sebanyak 77 desa (97,47%) termasuk agak secara sosial dan dua desa yaitu desa Dieng Kecamatan Jajar Kabupaten Wonosobo dan Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara dalam kategori secara sosial. Daerah yang memiliki kean tinggi ini memerlukan pendekatan khusus untuk penangganannya. Secara ekonomi, sebanyak desa (8,99%) tergolong tidak, 2 desa (29,%) tergolong sedikit, 40 desa (0,6%) tergolong agak dan satu desa yaitu Desa Sokaraja Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara tergolong. Secara kelembagaan hampir semua desa di DAS Tulis dalam kondisi agak. 4. KESIMPULAN. Sidik Cepat Degradasi Daerah Aliran Sungai dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi kean sosial ekonomi kelembagaan pada DAS Tulis (Dataran Dieng). 2. Hasil analisis terhadap DAS Tulis menunjukkan bahwa secara sosial tergolong agak (), secara ekonomi sedikit (2,2) dan secara kelembagaan tergolong agak (). Secara keseluruhan DAS Tulis tergolong agak (2,7). Penyelesaian masalah kerusakan ekosistem kawasan Dieng dilakukan terutama pada aspek yang memiliki kean: kelembagaan, sosial kemudian ekonomi.. Kean per desa di DAS Tulis menunjukkan bahwa 20 desa (2,2%) tergolong sedikit, 8 desa (7,42%) tergolong agak dan satu desa yang yaitu Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.. REFERENSI Gunawan, T, 2008, Dinamika Adaptasi Ekologi Manusia Sebagai Agen Perubahan Lingkungan Kawasan Wisata Dieng, Jawa Tengah, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Direktorat Geogrfi Sejarah, Prosiding Workshop Perubahan Lingkungan di Kawasan Wisata Dieng dalam Perspektif Sejarah, Wonosobo, - Juni Jariyah, N.A., T.M. Basuki, dan S. Donie, 2002, Kajian Sosial Ekonomi Petani Lahan Sayur dan Tembakau dan Teknik Konservasi Tanah Yang Diterapkan, Buletin Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Vol. VIII, (-7). Kartodihardjo, H, 2000, Kajian Institusi Pengelolaan DAS dan Konservasi Tanah, Kelompok Pengkajian Pengelolaan Sumberdaya Berkelanjutan (KSB), Bogor. Kurnia, U., H. Suganda, D. Erfandi, dan H. Kusnaedi, 999, Teknologi Konservasi Budi Daya Sayuran Dataran, Prosiding Teknologi Konservasi Budidaya Sayuran Dataran. Marx, K, 97, Economy, Class and Social revolution, Essay diedit oleh Z.A Jordan, Michael Joseph, London. Marut, D.K, 2000, Penguatan Institusi Lokal dalam Rangka Otonomi Daerah, Wacana. Jurnal Ilmu Sosial Transformatif, Edisi Tahun II: 4-7. North, D.C, 99, Institutions: Institutional Change and Economic Performance, Political Economy of Institutions and Decisions, Cambridge University Press, Cambridge.

5 Paimin, Purwanto, dan Sukresno, 200, Sidik Cepat Degrasi Sub Daerah Aliran Sungai, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Purwanto, Sukresno, dan N. Haryanti, 200, Laporan Hasil Penelitian Implementasi Pengelolaan DAS Pada Skala Mikro, Balai Penelitian Kehutanan Solo, Solo (Tidak Diterbitkan). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perairan, 99, Data Tahunan Debit Sungai Wilayah Tengah (Jawa, Bali, Kalimantan), Buku II/Hi-I/99, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, 996, Data Debit Sungai DAS Serayu-Lukulo Tahun , Direktorat jenderal Pengairan, Jakarta. Scott, R, 99, Instututions and Organizations. Sage Publication: An International and Profesional Publisher, Thousand Oaks, London-New Delhi. Weber, M, 974, The Protestant Ethic and the Sprit of Capitalism, Scribners, New York. Lampiran. Formulasi Kean Sosial Ekonomi dan Kelembagaan KRITERIA PARAMETER BESARAN KATEGORI SKOR SOSIAL Kepadatan Penduduk: < 20 jiwa/km 2 (0%) Geografis (0%) jiwa/km 2 > 400 jiwa/km 2 Kepadatan Penduduk: > 0,0 ha (kepadatan agraris <20 orang/ha) Agraris (0%) 0,02-0,0 ha < 0,02 ha (kepadatan agraris > 40 orang/ha) Budaya : - Konservasi telah melembaga dalam Perilaku/tingkah laku masyarakat (masyarakat tahu manfaat konservasi (20%) konservasi, tahu tekniknya &melaksanakan) - Masyarakat tahu konservasi tetapi tidak melakukan - Tidak tahu dan tidak melakukan konservasi Budaya : Hukum Adat (%) EKONOMI (40%) Kelembagaan (0%) Nilai Tradisional (%) - Ada - Tidak ada Ketergantungan terhadap lahan (20%) Tingkat Pendapatan (0%) Kegiatan Dasar Wilayah (0%) Keberdayaan kelembagaan informal pada konservasi (%) Keberdayaan lembaga formal pada konservasi (%) - Adat istiadat (custom), Pelanggar dikucilkan - Kebiasaan (folkways), Pelanggar didenda dengan pesta adat - Tata kelakuan (Mores), Pelanggar ditegur ketua adat/orang lain - Cara (usage), pelanggar dicemooh - Tidaka ada hukuman <0% 0 7% >7% >, standar kemiskinan (SK),26-, SK,-,2 SK 0,67 SK <0,67 SK LQ < LQ = LQ > -Ada dan berperan -Ada tetapi tidak berperan -Tidak berperan Sangat berperan Cukup berperan Tidak berperan Agak Agak Agak tinggi Agak rendah

6 Lampiran 2. Kompilasi Hasil Analisis Kean Sosial Ekonomi dan Kelembagaan di Sub DAS Tulis Sosial Ekonomi Kelembagaan Total Tingkat No Desa Nilai Sosial Kean Nilai Ekonomi Kean Nilai Kelembagaan Kean nilai kean Cendana 2,60 Agak 2 Tlagawera 2,60 Agak Sokayasa 2,60 Agak 4 Sokanandi,00 Tidak 2,20 Agak Batur,40 Agak 6 Sumberejo 2,60 Agak 7 Pekasiran,40 Agak 8 Kepakisan,40 Agak 2,0 Sedikit 9 Karang tengah,40 Agak 0 Dieng kulon 4,20 Rentan Bakal,40 Agak 2 Pasurenan,40 Agak Karanganyar,40 Agak 4 Clapar 2,60 Agak Gununggiana 6 Talunamba,40 Agak 7 Penawangan 8 Kutayasa 2,60 Agak 9 Bantarwaru 20 Dawuhan 2 Pagelak 2,60 Agak 22 Pekauman 2 Madukara 24 Larangan,40 Agak,0 Agak 2 Tegaljeruk,40 Agak,0 Agak 26 Kasmaran,40 Agak,0 Agak 27 Majasari,40 Agak,0 Agak

7 28 Plumbungan 29 Pagentan 0 Kalitlaga Kayuares 2,60 Agak 2 Gumingsir 2,60 Agak Sokaraja,7 Rentan,0 Agak 4 Metawana Karang Nangka 6 Aribaya 7 Gembol,40 Agak 8 Condong Campur,40 Agak 9 Beji,40 Agak 40 Semangkung,40 Agak 4 Sidengok,40 Agak 42 Pegundungan,40 Agak 4 Pejawaran,40 Agak 44 Sigaluh,40 Agak,2 Tidak 2,0 Sedikit 4 Wanacipta 2,2 Sedikit 46 Gembongan,40 Agak 2,2 Sedikit 47 Prigi,40 Agak 2,2 Sedikit 48 Pringamba 2,2 Sedikit 49 Singomerto,40 Agak,2 Tidak 2,0 Sedikit 0 Karangmangu,40 Agak 2,2 Sedikit Kemiri,40 Agak 2,2 Sedikit 2 Kalibenda,40 Agak,2 Tidak 2,0 Sedikit Mojotengah,2 Agak,0 Agak 4 Pacet,40 Agak,2 Agak,0 Agak Dieng 4,20 Rentan,2 Agak,70 Rentan 6 Jojogan,40 Agak,2 Agak,0 Agak 7 Parikesit,40 Agak,2 Agak,0 Agak

8 8 Sikunang,40 Agak 9 Campursari,40 Agak 60 Jebeng 2,60 Agak Plampitan 6 Kalibening 62 Pulus 6 Garung lor 64 Soroyudan 2,60 Agak 6 Gunung Tugel 66 Gumiwang 67 Plodongan,40 Agak 68 Sukoharjo,40 Agak 69 Rogojati 2,60 Agak 70 Sempol 2,60 Agak 7 Limbangan 72 Kalidesel 7 Mutisari 2,60 Agak 74 Binangun,40 Agak 7 Pasuruhan,40 Agak 76 Watumalang 77 Banyukembar,40 Agak 78 Wonosroyo,40 Agak 79 Gumawang,40 Agak Kidul,2 Agak,2 Agak,7 Sedikit,7 Sedikit,7 Sedikit,7 Sedikit,7 Sedikit,7 Sedikit,7 Sedikit,7 Sedikit,7 Sedikit,0 Agak,0 Agak 2,20 Sedikit 2,20 Sedikit 2,60 Sedikit 2,60 Agak 2,20 Sedikit 2,20 Sedikit 2,0 Sedikit 2,0 Sedikit 2,0 Sedikit 2,0 Sedikit

PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI TULIS. Oleh/By: S. Andy Cahyono 1 dan Purwanto 1 RINGKASAN

PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI TULIS. Oleh/By: S. Andy Cahyono 1 dan Purwanto 1 RINGKASAN PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI TULIS Oleh/By: S. Andy Cahyono 1 dan Purwanto 1 1) Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend A. Yani-Pabelan,

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA DAS DI KHDTK CEMORO MODANG DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS

KAJIAN KINERJA DAS DI KHDTK CEMORO MODANG DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 207 ISBN: 978 602 6 072- KAJIAN KINERJA DAS DI KHDTK CEMORO MODANG DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS Nur Ainun Jariyah Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN KABUPATEN WONOSOBO PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

FORMULASI KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI DAN KELEMBAGAN SEBAGAI DIAGNOSIS DEGRADASI LAHAN 1 Oleh: Dewi R Indrawati 2, Purwanto 3, dan Paimin 4

FORMULASI KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI DAN KELEMBAGAN SEBAGAI DIAGNOSIS DEGRADASI LAHAN 1 Oleh: Dewi R Indrawati 2, Purwanto 3, dan Paimin 4 FORMULASI KERENTANAN SOSIAL-EKONOMI DAN KELEMBAGAN SEBAGAI DIAGNOSIS DEGRADASI LAHAN Oleh: Dewi R Indrawati 2, Purwanto, dan Paimin 4 Balai Penelitian Kehutanan Solo. Jl. A. Yani PO Box 29 Pabelan. Telepon/Fax.:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

S. Andy Cahyono dan Purwanto

S. Andy Cahyono dan Purwanto S. Andy Cahyono dan Purwanto Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend A. Yani-Pabelan, Kartasura. PO BOX 295 Surakarta 57102 Telp/Fax: (0271) 716709; 716959 Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai Serayu merupakan salah satu DAS terbesar di Indonesia yang masuk dalam jajaran DAS kritis dengan luas wilayah sebesar 358.514,57 ha (BPDAS Serayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Dieng merupakan salah satu kawasan penting dalam menyangga keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500 sampai dengan 2093

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG (Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara) Hendi Supriyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) memiliki peranan penting dalam melindungi kawasan di bawahnya dari terjadinya kerusakan lingkungan. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam terutama sumberdaya lahan dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Pengelolaan sumberdaya lahan dan air di dalam sistem DAS (Daerah Aliran Sungai)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

PEMILIH TERDAFTAR LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH

PEMILIH TERDAFTAR LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH SEMENTARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI BANJARNEGARA TAHUN 2011 OLEH KOMISI PEMULIHAN UMUM DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA KABUPATEN : BANJARNEGARA PROVINSI NO. URUT

Lebih terperinci

ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN

ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN 2012-2021 1 Oleh : Irfan B. Pramono 2 dan Paimin 3 Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 52 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 52 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 52 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENETAPAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan sektor pertanian melalui peningkatan kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan salah satu upaya untuk memperkuat perekonomian

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

Termin III PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG: METODE, INSTRUMEN,TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI

Termin III PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG: METODE, INSTRUMEN,TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI LAPORAN HASIL PENELITIAN Termin III PENGELOLAAN LAHAN SAYUR MARGINAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI DAN DAYA DUKUNG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MIKRO (Studi Kasus di Kawasan Dieng) PAKET INSENTIF PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo dan Garang, berhulu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK 1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KETUA PENGADILAN NEGERI BANJARNEGARA KELAS II DAN KETUA PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA KELAS 1 A

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KETUA PENGADILAN NEGERI BANJARNEGARA KELAS II DAN KETUA PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA KELAS 1 A SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KETUA PENGADILAN NEGERI BANJARNEGARA KELAS II DAN KETUA PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA KELAS 1 A NOMOR W12.U26/ 39 /PDT.04.01/2/2017 NOMOR W11-A5/ 462 /Hk.05/II/2017 TENTANG RADIUS

Lebih terperinci

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R Oleh : INDIRA PUSPITA L2D 303 291 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Mengoptimalkan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Dalam Unit Daerah Aliran Sungai 1

Mengoptimalkan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Dalam Unit Daerah Aliran Sungai 1 Mengoptimalkan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Dalam Unit Daerah Aliran Sungai 1 Arif Ismail GIS Specialist SCBFWM Disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2012 tentang pengelolaan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketinggian berkisar ± 1500 m diatas permukaan air laut. Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. ketinggian berkisar ± 1500 m diatas permukaan air laut. Kawasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan yang mempunyai ketinggian berkisar ± 1500 m diatas permukaan air laut. Kawasan Diengmerupakan kawasan yang memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: land degradation, tobacco, income, erosion, agro-technology, slit pit

ABSTRACT. Keywords: land degradation, tobacco, income, erosion, agro-technology, slit pit ABSTRACT JAKA SUYANA. The Development of Tobacco-Based Sustainable Dry Land Farming System at Progo Hulu Sub-Watershed (Temanggung Regency, Central Java Province). Under direction of NAIK SINUKABAN, BUNASOR

Lebih terperinci

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK 9-0 November 0 KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Jl. Flora No., Bulaksumur,Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

Irfan Budi Pramono Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS

Irfan Budi Pramono Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Irfan Budi Pramono Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Email: ibpramono@yahoo.com Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan kekayaan pariwisata dan budayanya. Kepariwisataan di Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi salah satu industri besar

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK Sistem agroforestry merupakan integrasi antara beberapa aspek ekologis dan ekonomis.

Lebih terperinci

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan 3. URUSAN KEHUTANAN Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi

Sistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi Sistem Usahatani Konservasi Tanah pada Pertanaman Kubis Dataran Tinggi 37 Deddy Erfandi, Umi Haryati, dan Irawan Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar 12, Bogor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya penanganan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya penanganan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya penanganan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa telah banyak dilakukan diantaranya dengan penerapan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

Erosi, Kesuburan Tanah, dan Keberlanjutan

Erosi, Kesuburan Tanah, dan Keberlanjutan Kategori : Column Judu : Erosi, Kesuburan Tanah, dan Keberlanjutan Tanggal Posting : 12 September 2012 opini Senin, 25 Juni 2012 Erosi, Kesuburan Tanah, dan Keberlanjutan Agus Pakpahan Direktur Jenderal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA Dalam bab II ini penulis akan memaparkan tentang kondisi umum Kabupaten Banjarnegara yang didalamnya akan membahas keadaan geografis, potensi

Lebih terperinci

APLIKASI SIDIK CEPAT DEGRADASI SUB DAERAH ALIRAH SUNGAI (SUB DAS) DENGAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA SUB DAS (Lingkup Kabupaten Dominan) 1

APLIKASI SIDIK CEPAT DEGRADASI SUB DAERAH ALIRAH SUNGAI (SUB DAS) DENGAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA SUB DAS (Lingkup Kabupaten Dominan) 1 APLIKASI SIDIK CEPAT DEGRADASI SUB DAERAH ALIRAH SUNGAI (SUB DAS) DENGAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA SUB DAS (Lingkup Kabupaten Dominan) 1 Oleh : Nur Ainun Jariyah 2 & Irfan Budi Pramono 3 Balai Penelitian

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN Oleh Yudo Asmoro, 0606071922 Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat pengaruh fisik dan sosial dalam mempengaruhi suatu daerah aliran sungai.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi areal vital bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pemanfaatan air sungai banyak digunakan sebagai pembangkit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Alwis, MM Nden Rissa H, S.Si. M.Si

Oleh: Ir. Alwis, MM Nden Rissa H, S.Si. M.Si SIDIK CEPAT DEGRADASI SUB DAS TUNTANG HULU Oleh: Ir. Alwis, MM Nden Rissa H, S.Si. M.Si Kementerian Lingkungan Hidup dan Kuhutanan (KLHK)/ eks. Kementerian Kehutanan salah satu tugas pokoknya adalah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DAS Biru yang mencakup Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro berdasarkan peraturan daerah wonogiri termasuk dalam kawasan lindung, selain itu DAS Biru

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 12 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 12 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 12 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 208 TAHUN 2006 TENTANG KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA (KTP2D) KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 24 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 24 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 24 SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 503 TAHUN 2010 T E N T A N G INDEKS BIAYA TRANSPORT PETUGAS,KADER, DAN MASYARAKAT YANG TERLIBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai Merawu didominasi oleh lahan pertanian. Jenis sayuran yang menjadi komoditas unggulan wilayah ini yaitu jagung, daun bawang, wortel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk pertanian tradisional banyak ditemukan di seluruh dunia termasuk

I. PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk pertanian tradisional banyak ditemukan di seluruh dunia termasuk I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bentuk-bentuk pertanian tradisional banyak ditemukan di seluruh dunia termasuk Indonesia.Pertanian tradisional di Indonesia telah berlangsung dan bertahan lama dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya alam terutama air dan tanah oleh masyarakat kian hari kian meningkat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara kedanau atau laut. Dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-Jasa BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan milik masyarakat berangsur-angsur menjadi pemukiman, industri atau usaha kebun berorientasi komersil. Karena nilai ekonomi lahan yang semakin meningkat maka opportunity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, terutama kondisi lahan pertanian yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENERAPAN KONSERVASI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI SAWI (Brassica Juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU. Mohammad Shoimus Sholeh

PENGARUH TINGKAT PENERAPAN KONSERVASI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI SAWI (Brassica Juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU. Mohammad Shoimus Sholeh 1 PENGARUH TINGKAT PENERAPAN KONSERVASI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI SAWI (Brassica Juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Mohammad Shoimus Sholeh Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, baik bertani sayuran, padi, holtikultura, petani ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya (UU RI No.41

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Ria Rosdiana Hutagaol 1 dan Sigit Hardwinarto 2 1 Faperta Jurusan Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan bagi setiap orang di setiap waktu merupakan hak asasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN PADA USAHATANI LAHAN KERING BERBASIS TEMBAKAU DI SUB DAS PROGO HULU (The Study of Land Capability on Tobacco Based Upland Farming at Progo Hulu Sub Watershed) Jaka Suyana 1), Naik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Puncak merupakan bagian dari kawasan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor. Kawasan ini memiliki beragam fungsi strategis,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tingkat kerusakan hutan di Indonesia akibat degradasi (berkurangnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tingkat kerusakan hutan di Indonesia akibat degradasi (berkurangnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam (SDA) hayati yang didominasi pepohonan yang mempunyai tiga fungsi, yaitu: a. fungsi

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 207 ISBN: 978 602 36 072-3 DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR Rahardyan Nugroho Adi dan Endang Savitri Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1) A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber daya alam. Sub sistem ekologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. dan permasalahannya di masing-masing daerah. masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional.

BAB. I PENDAHULUAN. dan permasalahannya di masing-masing daerah. masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional. BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan lingkungan semakin meningkat dan semakin kompleks, Berbagai program pengelolaan lingkungan hidup baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September ) KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian

Lebih terperinci