BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inisiasi Menyusu Dini Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu dini atau bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD dinamakan breast crawl (Sari, 2014). Breast crawl adalah serangkaian aktifitas bayi baru lahir yang ketika diletakkan di atas perut ibunya segera setelah lahir akan memiliki kemampuan sendiri untuk menemukan payudara ibunya dan memutuskan kapan dia menyusu untuk pertama kalinya (WHO, 2007). Inisiasi Menyusu Dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran bahwa Inisiasi Menyusu Dini bukan program ibu menyusui melainkan bayi yang harus aktif sendiri menemukan puting susu ibu (Alfian, dkk 2009). Inisiasi Menyusu Dini adalah bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi) menyusu sendiri segera setelah lahir (dini) dengan meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu, bayi dibiarkan merayap mencari puting dan menyusu sampai puas. Proses ini berlangsung minimal satu jam pertama sejak bayi lahir. (Depkes, 2009). Bayi disusui selama satu jam atau lebih di dada ibunya segera setelah lahir, hal tersebut penting dalam menjaga produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam

2 meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi susu dua kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan perasan (Yuliarti 2010). IMD dapat melatih motorik bayi dan sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan anak. Sebaiknya, bayi langsung diletakkan diatas dada ibu sebelum bayi dibersihkan. Sentuhan dengan kulit mampu memberi efek psikologis yang kuat antara ibu dan anak. Untuk dapat melakukan IMD, dibutuhkan waktu, kesabaran serta dukungan dari keluarga. Bayi yang lahir dalam kondisi normal dengan kelahiran tanpa operasi dapat menyusu pada ibunya tanpa dibantu pada waktu sekitar satu jam. Kondisi ini tidak akan terjadi dalam kelahiran dengan operasi Caesar. Maka kemungkinan keberhasilan IMD hanya sekitar 50% termasuk kelahiran bayi dengan menggunakan obat kimiawi ataupun medicated labor (Prasetyono 2009). Cara melakukan IMD ini disebut pula breast crawl atau merangkak untuk mencari puting ibu secara alamiah. Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan dikeringkan, kecuali pada telapak tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk menemukan puting (Sari, 2009) Tindakan IMD membantu bayi memperoleh ASI pertamanya dan dapat meningkatkan produksi ASI serta membangun ikatan kasih antara ibu dan bayi. IMD juga terbukti dapat mencegah 22% risiko kematian pada bayi baru lahir. Selain itu,

3 bayi bisa menyusu dalam menit pertama setelah lahir. Hal ini akan membangun refleks mengisap pada bayi sehingga proses menyusu berikutnya akan lebih baik. Sebaliknya, bayi yang tidak segera menyusu hanya akan bertahan menyusu selama tiga bulan (Trihendradi dan Indarto 2010). Anik (2009) menyatakan alasan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu : a. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu dapat turun 10 derajat dan naik sampai 20 derajat Celsius, sehingga dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan. b. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakkan di dada ibu akan membuat bayi merasakan getaran cinta yaitu merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang karena pernafasan, detak jantung dari kulit ibu menenangkan bayi, menurunkan stres akibat proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi. c. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan payudara ibunya sendiri, akan tercemar lebih dahulu bakteri yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membuat koloni di susu dan kulit bayi. Hal ini berati mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. d. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat dapat keluar dan bayi akan lebih cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan emas atau cairan pertama yang kaya akan antibodi dan sangat penting untuk

4 pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya. e. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan. f. Bayi akan belajar menyusu dengan sendiri. g. Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang oksitosin pada ibu yang penting agar : - Menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan. - Merangsang hormon lain, yang membuat ibu merasa menjadi lebih tenang, rileks dan mencintai bayinya - Merangsang pengaliran ASI dari payudara Langkah-langkah Proses IMD Agar Berhasil a. Pihak Rumah Sakit atau Rumah Bersalin harus mengizinkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan. b. Sarankan untuk tidak menggunakan obat kimiawi dalam menolong ibu saat melahirkan. c. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan. d. Keringkan bayi secepatnya dari sisa ketuban dan darah menghilangkan lapisan lemak (vernix) yang menyamankan kulit bayi.

5 e. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya, kalau perlu menggunakan topi bayi. f. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting susu (tidak menjejalkan puting susu ke mulut bayi). g. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai. h. Bila melahirkan dengan proses operasi, maka proses bersentuhan juga bisa dilakukan segera setelah ibu sadar dan siaga. i. Tunda prosedur invasuf seperti ditimbang, dibersihkan, diukur, dicap, diberi obatobatan. Jadi bayi baru bolehdipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap setelah proses menyusu dini selesai. j. Hindarkan pemberian minuman atau makanan selain ASI pada bayi kecuali atas indikasi medis yang jelas Manfaat IMD 1. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi : a. Menurunkan kejadian Hipotermi Luas permukaan tubuh orang dewasa ± 3 kali luas permukaan tubuh bayi. Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, sehingga panas pada tubuh bayi baru lahir lebih cepat hilang ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan suhu C suhu kulit bayi akan turun 0,3 0 C dan suhu tubuh bagian dalam turun 0,1 0 C. Selama periode dini setelah bayi lahir

6 biasanya bayi akan kehilangan panas kumulatif C. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi ( Nelson, 2000 ). b. Menurunkan kejadian Asfiksia Inisiasi menyusu dini, Ibu dan bayi akan menjadi lebih tenang. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil. c. Menurunkan kejadian Hipoglikemia Inisiasi menyusu dini membuat bayi menjadi lebih tenang dan frekuensi menangis kurang sehingga mengurangi pemakaian energi ( WBW, 2007 ). Penelitian membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang lebih baik dari pada bayi yang baru lahir yang dipisahkan dari ibunya. d. Meningkatkan Kekebalan Tubuh Bayi Bayi akan mendapatkan kolostrum (liquid gold) untuk minuman pertama yang merupakan hadiah kehidupan, yang mana kolostrum mengandung banyak zat kekebalan aktif, antibodi, dan banyak protein protektif. Kolostrum juga mengandung faktor pertumbuhan yang akan membuat lapisan pelindung usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan usus bayi. Selain itu kolostrum kaya akan vitamin A yang akan membantu menjaga kesehatan mata dan mencegah infeksi. Kolostrum akan merangsang pergerakan usus sehingga meconium akan segera dibersihkan dari usus. Melalui jilatan bayi pada saat mulai menyusu, bayi akan tercemar terlebih dahulu oleh bakteri yang berasal dari tubuh ibu yang tidak akan berbahaya bagi bayi.

7 e. Meningkatkan Produksi Hormon Oksitosin Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada puting susu Ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin. Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi sehingga membantu pegeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum. Di samping itu oksotosin akan merangsang hormon lain yang membuat Ibu menjadi tenang, dan merangsang pengeluaran ASI. f. Memfasilitasi Bonding Attachment Bonding akan meningkatkan hubungan antara Ibu dan anak pada saat awal kelahiran. Hubungan yang terjadi antara Ibu dan bayi dapat berupa sentuhan halus Ibu pada anggota gerak dan wajah bayi. 2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu a. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan Hal ini karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstraksi/ penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. b. Mengurangi terjadinya anemia, karena menyusui mengurangi pendarahan, maka juga berarti dapat mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena kekurangan zat besi. c. Menjarangkan kehamilan, menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil selama ibu memberi ASI Eksklusif, belum haid dan bayi belum berusia 6 bulan, maka keberhasilan (tidak hamil) adalah 98%.

8 Sedangkan bila menyusui sampai bayi berusia 12 bulan tingkat keberhasilannya adalah 96%. d. Mengecilkan rahim. Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui. e. Lebih cepat langsing kembali. Ibu yang menyusui memerlukan energi yang akan diambilkan dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelumnya. f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui secara eksklusif akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Dan apabila menyusui dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Sedangkan resiko terkena kanker ovarium (indung telur) pada ibu menyusui berkurang sampai 20-25%. g. Lebih ekonomis/ murah. Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum susu formula. Selain itu juga menghemat biaya untuk berobat bayi (bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit dari pada yang diberi ASI Eksklusif).

9 h. Tidak merepotkan dan hemat waktu. ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, mencuci botol atau menunggu agar susu tidak terlalu panas. i. Portable dan praktis. Portable artinya mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan praktis karena ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap diminum serta dalam suhu yang selalu tepat. j. Memberi kepuasan bagi ibu. Ibu yang berhasil memberikan ASI akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam (Sari, 2014). Soedjatmiko (2009) menyatakan bahwa proses menyusui yang baik sejak dini akan memperkuat ikatan antara ibu dan bayi yang penting untuk perkembangan emosi dan kepercayaan diri di kemudian hari. Dari beberapa penelitian dapat dilihat bahwa IMD memiliki pengaruh dan hubungan dengan kesehatan ibu dan bayi setelah melahirkan. Penelitian Afriyanti (2010) yang meneliti mengenai pengaruh IMD terhadap involusio uterus pada ibu post partum di Klinik Bersalin Khadijah dan Klinik Bersalin Wina dengan uji t- independent antara kelompok kontrol dan intervensi menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata TFU 2 jam, 12 jam dan 7 hari setelah dilakukan IMD dengan yang tidak dilakukan IMD. Dari hasil penelitian tersebut diketahui IMD mempunyai pengaruh terhadap involusi uterus. Penelitian Afriani (2010) tentang pengaruh IMD terhadap pencegahan hipotermi di Klinik Bidan Mariani dan Klinik Bidan Ramini menunjukkan adanya

10 pengaruh IMD terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir dan terdapat perubahan suhu pada tubuh bayi baru lahir setelah dilakukan IMD Perilaku Bayi dalam IMD Jika bayi baru lahir dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia berhasil menyusu. Menurut Kemenkes RI (2011) Berikut ini lima tahapan prilaku bayi saat menyusu pertama kali yaitu : 1. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga ( rest / quitealertstage ). bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. 2. Antara menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut, seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sam dengan bau cairan yang dikelusrkan payudara ibu. Bau rasa ini akan membimbing bayi untuk menentukan payudara dan puting susu ibu. 3. Mengeluarkan air liur saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

11 4. Bayi mulai bergerak ke arah payudar. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ib. Ia menjilat-jilat ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil. 5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan menekan dengan baik Tiga Langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir Menurut Kemenkes RI (2011) ada tiga langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir yaitu : 1. Langkah pertama, lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan : a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran b. Sambil meletakkan bayi diperut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi perlu resusitasi atau tidak. c. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. d. Hindari mengeringkan punggung dan tangan bayi. Bau cairan amnion mengandung beberapa substansi yang mirip dengan sekresi tertentu dari payudara ibu, sehingga membantu bayi menggunakan bau dan rasa cairan

12 amnion yang melekat pada tangannya agar terhubung dengan substansi lemak tertentu yang dihasilkan oleh puting susu ibu yang mirip dengan cairan amnion. e. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) kemudian suntikan oksitosin 10 UI intra muscular pada ibu. 2. Langkah Kedua : lakukan kontak kulit bayi selama paling sedikit satu jam. a. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada diantara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting. b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. c. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu. d. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut lakukan manajemen aktif kala 3. Langkah Ketiga : biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu : a. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya satu jam walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari satu jam.

13 c. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu setidaknya satu jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting setelah 1 jam. d. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi. e. Jika bayi belum menemukan puting ibu, IMD dalam waktu satu jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama menit berikutnya Standar Operasional Prosedur (SOP) Inisiasi Menyusu Dini 1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu di kamar bersalin. 2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan mengurangi / tidak menggunakan obat kimiawi. 3. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya ; tanpa menghilangkan verniks mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat. 4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi. 5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri. 6. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.

14 7. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam ; bila menyusu awal terjadi sebelum satu ja, tetap biarkan kulit ibu bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam. 8. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit bayi melekat pada kulit ibu 30 menit atau 1 jam lagi. 9. Setelah kulit ibu dan kulit bayi melekat setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimban, diukur, dicap dan diberi vitamin K. 10. Rawat gabung bayi : ibu bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng. Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungaan Anak No. 03 tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui adalah: 1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 (dua) tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

15 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10. Mengupayakan terbentuknya kelompok ASI dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit bersalin/sarana pelayanan kesehatan Faktor-faktor yang Memengaruhi IMD Faktor yang Mendukung IMD Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, terdapat beberapa faktor yang mendukung sebagai berikut: a. Peran Petugas Kesehatan Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan atau relawan

16 yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya. Dari pengalaman, petugas kesehatan atau relawan dapat membantu ibu dalam memahami hal-hal berikut: (1) pemberian ASI dapat meringankan beban ekonomi keluarga karena tidak perlu membeli susu formula. (2) memahami masalah yang mungkin dihadapi dan mengatasinya karena sudah melihat peragaan tentang cara-cara mengatasi masalah menyusui, seperti puting susu lecet, bingung puting, bayi rewel dan sebagainya. (3) memahami bahwa bayi yang disusui jarang mengalami penyakit diare, infeksi saluran nafas bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (Sulistriani, 2004). Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberi susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Syarifah (2000) yang meneliti faktor determinan terhadap pola pemberian ASI oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Ilir Barat II Palembang dengan jumlah responden 97 orang (ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 4-6 bulan), ditemukan empat variabel mempunyai hubungan

17 yang bermakna dengan pola pemberian ASI yaitu: pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan dan dorongan keluarga. Dari hasil analisis menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap pola pemberian ASI adalah dukungan petugas kesehatan. Bidan sebagai petugas kesehatan yang menangani pertolongan persalinan secara langsung banyak berinteraksi dengan neonatal sehingga sangat berperan penting dalam promosi dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (Sulystiawati, 2009). b. Pengetahuan Ibu tentang IMD Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli (2007), bahwa faktor utama tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan. Pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI yang baik dan benar dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian Simbolon (2004), yang meneliti hubungan perilaku ibu menyusui terhadap pemberian ASI di wilayah kerja puskesmas Teluk Nibung Tanjung Balai tahun 2004, ditemukan hanya 13% bayi yang di beri ASI eksklusif dan diikuti pemberian ASI sampai bayi berumur dua tahun. Jumlah

18 responden sebanyak 100 orang ibu yang pernah menyusui dimana usia balita 2-4 tahun. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa hanya 41% yang memiliki kategori pengetahuan baik, 39% kategori pengetahuan sedang dan 20% kategori kurang. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI. c. Sikap Ibu terhadap IMD Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif-negatif, menyenangkan- tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007). Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan, apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan, maka let down reflex (reflek keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusuan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran ASI. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain dengan menyusui merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya. d. Fasilitas pelayanan kesehatan Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu

19 faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai ke pelosok. Namun ketersediaannya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk saat ini. e. Dukungan Keluarga Pelaksanaan IMD memerlukan dukungan suami dan keluarga. Dukungan yang paling penting adalah suami karena dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam proses IMD dengan membiarkan bayinya dengan cara memeluk dan mngelus-elus bayinya (Roesli, 2008). Dayati (2011) menunjukkan adanya hubungan antara dukungan keluarga ibu melahirkan dengan pelaksanaan IMD. Dukungan keluarga timbul dengan adanya pemberitahuan terhadap proses pelaksanaan IMD pada keluarga membuat keluarga ibu melahirkan menyerahkan sepenuhnya kepada bidan dan antusias serta takjub menyaksikan proses IMD Faktor yang Menghambat IMD Beberapa faktor yang dapat menghambat pelaksanaan IMD antara lain dari kondisi fisik atau kesehatan ibu, pendapat masyarakat serta faktor dari petugas kesehatan dan fasilitas ruang pelayanan. Banyak pendapat yang beredar dimasyarakat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dan bayi padahal tidak terbukti kebenarannya, justru sebaliknya, IMD harus segera dilaksanakan. Berikut beberapa pendapat dan bantahannya :

20 Pendapat yang pertama adalah karena bayi kedinginan, hal ini tidak benar. Bergman, N (2005) menjelaskan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan, jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun satu derajat dan jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat dua derajat untuk menghangatkan bayi. Pendapat yang kedua adalah suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan segera lahir. Menurut American College of Obstetric and Ginecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007) tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi. Pendapat ketiga, bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur. Padahal menunda memandikan bayi berati menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu kesempatan verniks meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai. Pendapat keempat, bayi bayi masih kurang siaga, padahal tidak demikian. Justru pada 1-2 jam kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu bayi tidur dalam waktu tyang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding. Pendapat yang kelima kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Hal ini tidak benar, kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum

21 melindungi dan mematangkan dinding usus bayi yang masih muda. Pada awal proses menyusui, kolostrum yang tidak keluar atau tidak memadai dianggap tidak cukup untuk bayi sehingga bayi diberi cairan lain/cairan pre laktal adalah tidak benar karena kebutuhan makan bayi baru lahir masih sedikit dan kolostrum tersebut cukup dijadikan makanan pertama makanan bagi bayi, bayi dilahirkan membawa bekal air dan gula yang dapat digunakan pada saat itu. Pendapat keenam yaitu setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. Hal ini tidak benar, seorang ibu dapat memeluk bayinya segera setelah lahir, keluarnya oksitosin saat kontak kulit ibu dan bayi saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. Pendapat yang ketujuh ibu harus dijahit, hal tersebut tidak menjadi masalah, kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di dada ibu dan tidak akan mengganggu proses penjahitan robekan jalan lahir, justru dengan melihat bayinya yang sedang berjuang meraih puting rasa sakit ibu saat penjahitan akan berkurang. Pendapat yang selanjutnya, tenaga kesehatan kurang tersedia untuk menemani ibu, hal ini tidak masalah karena saat bayi didada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkna tugasnya, bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada ibu. Pendapat yang terakhir kamar bersalin atau kamar operasi sibuk, hal ini juga tidak menjadi masalah karena dengan bayi didada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencari payudara ibu dan menyusu dini.

22 2.3. Peran Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan IMD Berhasil atau tidaknya IMD di fasilitas kesehatan sangat tergantung pada petugas kesehatan yang menolong persalinan (dokter, bidan dan perawat), karena merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan IMD. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang benar, diharapkan mereka selalu mempunyai sikap positif terhadap IMD. Peranan bidan dalam menyukseskan IMD dan ASI eksklusif tidak lepas dari wewenang bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu dan anak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 dinyatakan ruang lingkup kewenangan yang dimiliki bidan dalam pelayanan kesehatan termasuk pelayanan ibu menyusui dengan fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif. Secara khusus dalam pelayanan kesehatan anak dengan kewenangan melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk inisiasi menyusu dini (IMD). Dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia no 33 tahun 2012 tentang ASI eksklusif yaitu pada Bab III bagian kedua Inisiasi Menyusu Dini, pasal 9 : 1. Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam.

23 2. Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara tegkurap didada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu. WHO merekomendasikan kepada seluruh tenaga kesehatan agar melakukan 7 kontak ASI atau permulaan ASI dalam upaya sosialisasi program dan setiap kali melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu : 1. Pada saat Ante Natal Care (ANC) pertama/ kunjungan pertama (K1) di Klinik kesehatan Ibu dan Anak 2. Pada saat Ante Natal Care (ANC) kunjungan kedua di Klinik kesehatan Ibu dan Anak 3. Melakukan IMD pleh bidan /dokter penolong persalinan di kamar bersalin atau kamar operasi. 4. Sosialisasi ASI di ruang perawatan pada hari ke Sosialisasi ASI pada saat kontrol pertama hari ke 7 6. Sosialisasi ASI pada saat kontrol kedua hari ke Sosialisasi ASI pada saat imunisasi Dalam buku Inisiasi Menyusu Dini, JNPK-KR (2007) mengatakan bahwa seorang bidan dalam pelaksanaan IMD antara lain: (a) melatih keterampilan, mendukung, membantu, dan menerapkan IMD-ASI Eksklusif, (b) memberi informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada BUMIL, (c) membiarkan kontak kulit ibu-bayi setidaknya 1 jam atau sampai menyusu awal selesai, (d) menghindarkan memburuburu bayi atau memaksa memasukkan puting susu ibu kemulut bayi, (e) membantu

24 ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari payudara, (f) membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu, (g) menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran. Untuk dapat berperan dalam pelaksanaan IMD, setiap bidan harus memiliki pengetahuan tentang IMD, sikap terhadap IMD dan bertindak dalam melaksanakan IMD Pengetahuan Bidan tentang IMD Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan dengan wawancara atau pembagian angket yang berisi tentang pertanyaan mengenai isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (mengingat kembali) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

25 2. Paham (Comprehend) Memahami diartikan sebagai dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3. Aplikasi (Application) Artinya apabila seseorang telah memahami objek yang dimaksud, maka ia dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. 5. Sintesis (Synthesis) Adalah kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu objek tertentu. Penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada. Didasari oleh pengetahuan yang positif maka seorang bidan akan melakukan kegiatan yang positif contohnya ibu-ibu diperintah/dianjurkan oleh seorang bidan berdasarkan pengetahuan yang dia dapati untuk melakukan inisiasi menyusu secara dini, mereka akan segera melakukan perintah/anjuran tersebut.

26 Berdasarkan penelitian Idris (2009) menyatakan bahwa pengetahuan petugas penolong persalinan, merupakan salah satu peran yang berarti terhadap praktek inisiasi menyusu dini. Informasi IMD dominan didapatkan dari bidan yang menangani pemeriksaan kehamilan dan persalinan, yang menjadi masalah karena informasi tersebut tidak selamanya disampaikan bidan jauh sebelum praktek IMD dilakukan, bahkan terkadang diberi tahu sesaat setelah melahirkan. Namun yang paling dominan, adalah yang mendapatkan informasi saat pemeriksaan kehamilan. Dengan pengetahuan seorang bidan terhadap IMD maka dapat menginformasikan pada pasien yang datang memeriksakan kehamilannya mengenai IMD, meskipun terkadang informasi itu diberikan pada umur kehamilan yang mendekati persalinan. Keterlambatan penyampaian informasi menyebabkan masih adanya ibu yang ragu mengambil keputusan untuk IMD. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aprilia (2009) menyatakan bahwa keberhasilan program IMD sangat dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, dan motivasi bidan atau dokter yang menangani proses persalinan. Selain itu keberhasilan ibu menyusui juga harus didukung oleh suami, keluarga, petugas kesehatan, dan masyarakat Sikap Bidan dalam IMD Sikap merupakan respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak merupakan predisposisi tindakan atau perilaku, (Notoatmodjo, 2010).

27 Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2010), yaitu : 1. Menerima, artinya seseorang dapat menerima stimulus yang diberikan. 2. Menanggapi, artinya subjek memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Menghargai, artinya subjek memberi nilai positif terhadap objek/stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk merespon. 4. Bertanggung jawab artinya bertanggung jawab atas segala sesuatau yang telh diyakininya dengan segala resiko.tingkatan ini merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan dari motif tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Defenisi yang lain mengatakan sikap adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap suatu objek yang meliputi pemikiran, perasaan dan kecendrungan yaitu untuk bertindak terhadap objek. Sikap dijabarkan dalam tiga komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi merupakan pemikiran atau persepsi individu terhadap objek tersebut. Afeksi merupakan perasaan individu terhadap objek dan konasi merupakan kecendrungan individu terhadap suatu objek. Ketiga komponenkomponen tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi dalam pembentukan sikap individu.

28 Menurut Bloom yang dijabarkan oleh sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu: a. Praktik terpimpin (guide response). Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. b. Praktik secara mekanisme (mechanism). Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau memperaktekkan sesuatu hal secara otomatis. c. Adopsi (Adoption) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan yang berkualitas. Penelitian Idhya (2012) menunjukkan bahwa faktor faktor pada bidan yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yaitu pengetahuan, sikap, pelatihan dan dukungan ibu melahirkan Organisasi Organisasi adalah persekutuan antara dua orang atau lebih yang bersepakat untuk secara bersama-sama mencapai tujuan yang dimiliki. Organisasi adalah suatu sistem yang mengatur kerjasama antara dua orang atau lebih, sedemikian rupa sehingga segala kegiatan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Syafrudin, 2009).

29 Tujuan organisasi yaitu (1) menciptakan kerjasama yang lebih efisien. (2) mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf. (3) menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan. (4) mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. (5) membuat organisasi berkembnag secara dinamis. Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik suatu organisasi harus mempunyai prinsip pokok yaitu mempunyai pendukung, mempunyai tujuan, mempunyai kegiatan, mempunyai pembagian tugas, mempunyai perangkat organisasi, mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang serta mencapai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah. Ditinjau dari pembagian dan pelaksanaan fungsi serta wewenang yang dimiliki oleh satuan organisasi, maka organisasi secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni organisasi lini, organisasi staff dan organisasi lini dan staff. Menurut Aditama (2010) rumah sakit itu bukan hanya sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah institusi, dan sebuah organisasi. Rumah sakit sebagai sebuah organisasi terus akan berubah sesuai pertumbuhan dan pengaruh lingkungan. Rumah sakit adalah salah satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan

30 penyakit serta upaya perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992). Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk yang unik, yang berbeda dengan organisasi lain pada umumnya. Rumah sakit mempunyai kekhususan yang lahir dari adanya hubungan yang terjadi antara Medical Staff (kelompok dokter) dan Administrator atau CEO (manajemen) serta Governing Body. Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi akibat adanya hubungan tersebut, dimana otoritas formal yang direpresentasikan oleh Administrator atau CEO (manajemen) harus mengakomodasi otoritas keilmuan dan keahlian yang dimiliki oleh kelompok dokter, dimana secara historis dokter memegang peran yang sangat besar dalam organisasi ruamah sakit dan mendapatkan otoritasnya dari Governing Body. Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat merupakan rumah sakit umum kelas B Non Pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan bahwa susunan organisasi rumah sakit umum kelas B Non Pendidikan yaitu (1) RSU Kelas B Non Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur Utama, (2) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat, (3) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang atau 3 (tiga) Bagian, (4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi, (5) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

31 2.5. Landasan Teori Pelaksanaan IMD merupakan salah satu tugas bidan sebagaimana disebutkan pada Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010, sehingga hasil yang dicapai pada IMD merupakan gambaran kinerja bidan. Kinerja seorang bidan dalam pelaksanaan IMD di rumah sakit dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Faktor-faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan yang terdiri dari mental dan fisik, latar belakang terdiri dari keluarga, tingkat sosial dan pengalaman serta demografi yang terdiri dari umur, etnis dan jenis kelamin. Faktor-faktor psikologis meliputi antara lain persepsi, sikap, kepribadian, dan motivasi. Sedangkan faktor-faktor organisasi meliputi sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan (Gibson et al. 1987). Diagram skematis teori perilaku dan kinerja digambarkan sebagai berikut : Variabel Individu Kemampuan dan ketrampilan - mental - fisik Latar belakang : - keluarga - tingkat sosial Perilaku Individu (apa yang dikerjakan) Kinerja Variabel Organisasi Sumber daya Kepemimpinan Imbalan Variabel Psikologis: Persepsi Sikap Gambar 2.1. Landasan Teori Perilaku dan Kinerja

32 2.6. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Variabel Individu (X 1 ) Umur Pendidikan Lama kerja Status kepegawaian Pengetahuan Motivasi Sikap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Variabel Organisasi (X 2 ) - Pelatihan (sumber daya) - Pengawasan (sumber daya) Kepemimpinan Gambar 2.2. Kerangka Konsep Pengaruh Faktor Individu Bidan dan Organisasi terhadap Pelaksaanaan Inisiasi Menyusu Dini Berdasarkan kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa variabel independen yaitu variabel individu yang terdiri dari umur, pendidikan, lama kerja, status kepegawaian, pengetahuan, motivasi dan sikap serta variabel organisasi yang terdiri dari pelatihan, pengawasan dan kepemimpinan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH, PEDOMAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) RUMAH SAKIT BERSALIN KOTA METRO TAHUN 2014 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : TENTANG : PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013, digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Data yang didapat adalah 57 orang subyek penelitian di RSIA AMANAH IBU Surakarta, yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuatu yang terbaik tidaklah harus mahal, tapi ASI merupakan sesuatu yang terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus dan rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang : a. bahwa Air Susu Ibu (ASI) adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita BAB II TINJAUAN PUSTAKA C. Defenisi Peran Suami Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2009, Suami merupakan pasangan hidup resmi seorang wanita. Suami adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Wanda Redisa Lambertus 1 & Imelda Sianipar 1* 1 STIK Immanuel Bandung Abstrak Latar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusui Dini 2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir (awal menyusu). Setelah lahir, bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR Asnilawati Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang Email : Asnilawati86@gmail.com Abstrak Inisiasi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul : Hubungan Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Medan tahun 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar tercipta masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. SDM yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin 2.1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Defenisi Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui segera setelah lahir dengan mencari sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orangtua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Laktasi Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara berkembang, saat melahirkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu untuk mencapai tujuan. Perilaku

Lebih terperinci

INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI

INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI Apa itu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi lahir, melatih bayi untuk secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. tindakan IMD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1 Definisi IMD Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menyusui memang proses alami bagi setiap wanita yang melahirkan, tetapi tidak jarang proses ini menjadi begitu membingungkan dan penuh perjuangan bagi ibu

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 95 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO merekomendasikan pemberian ASI sejak lahir sampai berusia 6 bulan (WHO, 2001

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1 Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini secara umum merupakan permulaan pada bayi baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli, BAB II TINJAUAN KASUS A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Pengertian Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di sebut early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011 HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI USIA 7-12 BULAN DI KOTA SEMARANG Amalia Dinartiana Ni Luh Sumini *) *) Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu kesehatan memberikan sebuah kontribusi baru bagi dunia kesehatan dan semakin berkembangnya pengetahuan dalam dunia kesehatan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tehnik Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Hubungan Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tehnik Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Hubungan Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini dengan Tehnik Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Susy Tyas Widayati 1, Rizka Fatmawati 2 1 D III Kebidanan 2 D III Kebidanan susytyaswidayati@yahoo.com

Lebih terperinci

MANFAAT ASI BAGI BAYI

MANFAAT ASI BAGI BAYI HO4.2 MANFAAT ASI BAGI BAYI ASI: Menyelamatkan kehidupan bayi. Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan

Lebih terperinci

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta Berbagai metode atau cara ber KB secara modern sudah kita kenal melalui penggunaan alat kontrasepsi

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan WHO/UNICEF menyatakan 60 % kematian balita berkaitan dengan keadaan kurang gizi, 2/3 dari kematian tersebut berkaitan dengan praktik pemberian makan yang kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini ( early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah mulai menyusu sendiri segera setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari payudara. Menyusui adalah proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan bayi menemukan puting ibunya sendiri untuk pertama kali. Inisiasi menyusu dini yaitu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran. Serta harus dapat melakukan

Lebih terperinci

melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia

melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Inisiasi Menyusu Dini a. Definisi Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2.1.1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki semua zat yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya. ASI mengandung antibodi yang

Lebih terperinci

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR Ika Tristanti Dosen STIKES Muhammadiyah Kudus Jl. Ganesha I Purwosari Kudus Email: ika.tristanti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR 1. Penilaian Awal Untuk semua bayi baru lahir (BBL), dilakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir: Apakah kehamilan cukup bulan?

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, Indonesia masih menghadapi masalah rendahnya derajat kesehatan yang serius, antara lain masih tingginya Angka Kematian bayi (AKB) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun

TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU. Tim Penyusun MANUAL KETERAMPILAN KLINIK TEKNIK PERAWATAN METODE KANGURU Tim Penyusun Prof. Dr. Djauhariah A. Madjid, SpA K Dr. dr. Ema Alasiry, Sp.A. IBCLC dr. A. Dwi Bahagia Febriani, PhD, SpA(K) CSL SIKLUS HIDUP

Lebih terperinci

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan 01 SERI BACAAN ORANG TUA Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. ASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu

Lebih terperinci

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak sangatlah penting, tidak adanya ikatan kasih sayang antara ibu

Lebih terperinci

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3.

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3. Lampiran 1 Kode Responden : Tanggal Pengisian Kuesioner : Petunjuk Pengisian Kuesioner : Berilah tanda silang (x) hanya pada satu jawaban yang sesuai dengan pendapat dan kenyataan yang dimiliki pada setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil kata dasar "tahu" dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu 2.1.1 Definisi ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,2008). Ketika bayi

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Defenisi Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Definisi ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, di berikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 37 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU DI KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.asi eksklusif atau lebih tepat pemberian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan produk yang istimewa dan sangat spesifik, tak satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI mengandung cairan nutrisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama rohani dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator dalam menggambarkan derajad kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator dalam menggambarkan derajad kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran kesehatan suatu negara dapat dilihat dari angka kesehatan ibu dan anak, masalah kematian ibu dan anak masih menjadi masalah besar dibeberapa negara berkembang.

Lebih terperinci