KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK DALAM PROYEK PEMBANGUNAN PLTN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK DALAM PROYEK PEMBANGUNAN PLTN"

Transkripsi

1 KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK DALAM PROYEK PEMBANGUNAN PLTN Sudaryo STTN-BATAN Jl Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta INTISARI : KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK DALAM PROYEK PEMBANGUNAN PLTN. Telah dilakukan kajian kontribusi manajemen proyek dalam proyek pembangunan PLTN. Dalam rangka untuk menjamin tersedianya energi nasional, maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pemakaian energi mix di Indonesia melalui Peraturan Presiden No.5 tahun Dalam Perpres tersebut pemerintah telah menetapkan bahwa energi nuklir termasuk bagian energi mix sebanyak 2 %. Sehubungan dengan itu, maka sudah waktunya untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN ). Untuk membangun PLTN diperlukan persiapan yang serius. Persiapan SDM dilakukan dengan pendidikan formal, pendidikan dan pelatihan, serta on the job training di luar negeri yang sudah berpengalaman dalam membangun dan mengoperasikan PLTN. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN ) telah melakukan pendidikan formal, dalam kurikulumnya memberi bekal tentang manajemen proyek yang sangat berguna untuk perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanan serta evaluasi proyek pembangunan PLTN. Makalah ini akan membahas manajemen proyek berkaitan dengan rencana pembangunan PLTN. Kajian dilakukan dengan menganalisis silabus dan kurikulum yang ada. Kata kunci : energi mix, proyek pembangunan PLTN, manajemen proyek. ABSTRACT : THE ROLE OF PROJECT MANAGEMENT IN ATTAINING FOR NUCLEAR POWER PLAN. The role of project management in attaining for nuclear power plan has been observed and carried out. In order to support national energy resources, President had announced the 5 decree of 2006 (Perpres No. 5 tahun 2006) in which nuclear energy is include in those President Decree. According to those decree, it is time to build nuclear power plan and to attain human resources for NPP. The human resources must be prepared well. Polytechnique Institute Of Nuclear Technology as the education body for providing the human resources has given the project management in it s curriculum. The know how of project management related to NPP will be given briefly in this paper. The observation empasizing is to look the syllabus and curriculum. Keywords : Mix energy, project for NPP, project management. 1. PENDAHULUAN Latar belakang. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang, yang disyahkan tanggal 10 Agustus 2007, menjadi landasan hukum yang utama bagi pelaksanaan program energi yang tujuannya untuk menjamin keamanan energi nasional dan terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup. Terjaminnya energi nasional berarti kepastian tersedianya pasokan energi yang cukup bagi suatu Negara. Hal ini sangat penting, terlebih lagi bagi Negara kita Indonesia yang saat ini sedang melaksanakan pembangunan berkelanjutan sebagai Negara berkembang. Konsumsi energi terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan menjamin keamanan energi nasional tersebut maka diperlukan dukungan dan partisipasi aktif dari semua pihak seperti kalangan akademisi, industri, teknologi, lingkungan hidup, konsumen dan termasuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi mempunyai andil dalam menyelenggarakan pendidikan dalam rangka menyiapkan sunber daya manusia untuk persiapan, pembangunan dan pengoperasian suatu pembangkit energi. Menjaga kepastian tersedianya energi nasional harus diperhatikan sungguh-sungguh Sudaryo 195 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

2 karena saat ini sumber energi yang dipakai terutama berasal dari bahan bakar fosil minyak, batubara dan gas, sedangkan persediaan bahan bakar fosil terbatas dan sudah mulai menipis. Apabila pengelolaan energi tidak dilakukan dengan sebaik-baiknya maka tidak tertutup kemungkinan Indonesia suatu saat akan kehabisan energi, sehingga kita akan menjadi negara pengimport energi. Mengingat akan hal tersebut maka salah satu upaya untuk mengatasi masalah kekurangan energi maka pemerintah dengan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Nasional mencanangkan penggunaan Mix di Indonesia yang terdiri dari minyak ( 20 % ), batubara ( 33 % ), gas bumi ( 30 % ) dan lain-lain ( 17 % ). Lain-lain disini merupakan energi baru terbarukan ( EBT ) yang terdiri dari antara lain : bahan bakar nabati, panas bumi, biomasa, air, matahari, angin dan nuklir termasuk di dalamnya melalui pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Nuklir( PLTN) Untuk dapat memanfaatkan PLTN dengan baik, diperlukan penyiapan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang sebaik-baiknya. Penyiapan SDM dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan ( diklat ) maupun dengan pendidikan formal seperti yang dilakukan oleh UGM, UI, ITB dan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN ) yang di dalam kurikulumnya memberikan salah satu bekal kepada mahasiswa mata kuliah manajemen proyek yang sangat erat hubungannya dengan proyek pembangunan PLTN di Indonesia Pokok permasalahan. Permasalahan yang timbul berkaitan dengan proyek pembangunan PLTN adalah penyiapan Sumber Daya Manusia yang mampu mengelola Proyek Pembangunan PLTN sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan mulai dari persiapan pembangunan, pengoperasian dan evaluasi PLTN. SEMINAR NASIONAL Kualifikasi yang diperlukan tidak dengan sendirinya langsung tersedia, akan tetapi harus disiapkan sebelumnya. Penyiapan SDM ini harus dilakukan secara cermat dan sistematis, agar setiap tahapan persiapan, pembangunan dan pengoperasian PLTN, yang dimaksud dapat dipenuhi dengan baik, sehingga keberadaan PLTN dapat diandalkan sebagai pembangkit energi baru terbarukan yang mendampingi energi konvensional yang pada saat ini sudah berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Cadangan Daya PLN Tinggal 20 %, padahal pertumbuhan konsumsi 6,8-7 %, sedangkan cadangan normal %. ( sumber dari pernyataan Direktur PLN Jawa-Bali, Murtaqi Syamsuddin ). Penyiapan SDM dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan ( DIKLAT ) dan pendidikan formal seperti yang dilakukan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN ) dengan kurikulum yang sesuai. 2. PROYEK PEMBANGUNAN PLTN. Sudah kita ketahui bersama bahwa pembangunan berkelanjutan akan menyebabkan pertumbuhan permintaan energi nasional akan terus naik dan bertambah, hal ini menjadi tantangan bagi penyediaan energi di Indonesia. Dengan kata lain harus ada jaminan kepastian ketersediaan energi di Indonesia. Mengingat cadangan energi konvensional yang memakai bahan bakar fosil semakin berkurang dan tinggal sedikit, maka strategi penyediaan energi harus menggunakan kebijakan energi mix seperti yang tercantum pada Peraturan Presiden No. 5 Tahun Kebijakan energi mix yang dilakukan saat ini, tidak jauh berbeda dengan kebijakan energi mix yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya Kebijakan energi mix yang sudah dilakukan seperti terlihat pada tabel 1,sebagai berikut : Tabel 1 : mix di Indonesia ( 2002 ) No Jenis energi % per jenis Total % I fosil 86,02 1. Batubara 34,67 2. Gas alam 32,73 3. Minyak bumi 16,79 4. Lain-lain 1,83 II baru terbarukan 13,98 1. Hidropower 10,35 2. Geothermal 3,13 3. Lain-lain 0,50 III baru ( energi nuklir ) 0,0 T o t a l ( % ) Dari tabel 1 tersebut tampak bahwa pemakaian energi mix di Indonesia, energi nuklir samasekali belum diperhitungkan pemakaiannya. Padahal kalau saja energi nuklir dapat dimasukkan pada kebijakan energi mix, maka akan banyak energi fosil yang terdiri dari batubara, gas, minyak Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 196 Sudaryo

3 yang dapat dihemat, sehingga import minyak dapat dikurangi. Kita semua tahu bahwa Indonesia saat ini sudah sebagai negara pengimport minyak. Untunglah pemerintah sudah mulai menyadari hal itu, sehingga melalui Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006, Indonesia sudah memasukkan pemakaian energi nuklir pada pemakaian energi mix di Indonesia dengan akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN ). Pemakaian energi nuklir dengan membangun PLTN berarti akan menghemat pemakaian energi fosil, sehingga kita bisa memperpanjang umur pemakaian energi fosil sambil mempersiapkan energi baru yang lain. Dengan persiapan yang matang tersebut kita tidak akan menjadi negara pengimport energi dan ketersediaan energi nasional terjamin. Pemakaian energi nuklir sudah ada seperti tertuang pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 : mix berdasar Perpres 2006 No Jenis energi % per jenis Total % I fosil 83,0 1. Batubara 33,0 2. Gas alam 30,0 3. Minyak bumi 20,0 4. Lain-lain 0,0 II baru terbarukan 15,0 1. Hidropower,angin, matahari 3,0 2. Geothermal 5,0 3. Bahan bakar nabati 5,0 4. Batubara cair 2,0 III baru ( energi nuklir ) 2,0 T o t a l ( % ) Bahkan menurut visi Kementerian ESDM yang dikenal dengan Visi 25/25, pada tahun 2025 pemakaian Baru Terbarukan termasuk nuklir di dalamnya ( EBT ) meningkat menjadi 25 % seperti terlihat pada tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3 : mix berdasar Visi 25/25 Kementerian ESDM No Jenis energi % per jenis Total % 1 Batubara 32 2 Minyak bumi 23 3 Gas alam 20 4 EBT ( termasuk nuklir ) Sumber dari Kementerian ESDM, Kegiatan Proyek Pembangunan PLTN. Penyiapan sumber daya manusia berkualitas yang mampu menangani suatu proyek PLTN, sangat diperlukan bagi negara yang akan memulai kegiatan proyek pembangunan PLTN. Penyiapan untuk proyek pembangunan PLTN memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar 14 tahun sebelum proyek PLTN mulai beroperasi, bahkan bagi negara yang baru pertama kali membangun PLTN seperti Indonesia bisa memakan waktu yang lebih lama. Tahapan kegiatan proyek pembangunan PLTN sebagai berikut : 1. Pre Project activities ( Kegiatan Pra Proyek ), yaitu perencanaan proyek ( Project planning ) yang meliputi perencanaan masalah dukungan energi terutama dukungan energi primer, masalah dukungan dana, dukungan politik, keamanan, kepastian hukum dan perundangundangan, studi tapak dan studi kelayakan ( STSK ). 2. Project managemet ( Manajemen Proyek ), meliputi a. Utility, yaitu melengkapi persyaratan dokumen yang diperlukan, misalnya mengenahi implementasi proyek ( project implementation ), meliputi penyiapan persyaratan teknis dan dokumen lelang atau bid invitation specification ( BIS ). b. Main contractor, yaitu memilih calon kontraktor utama yang akan diikutkan dalam pekerjaan pembangunan PLTN. 3. Project engineering ( Keteknikan Proyek ), antara lain meliputi penyiapan peran serta industri dalam negeri bidang manufacturing Sudaryo 197 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

4 of equipment and components, meliputi penyiapan kelengkapan code, standard dan regulasi nasional untuk mendukung produksi dalam negeri, serta memicu kehidupan dan perkembangan industri dalam negeri. 4. Procurement ( Pengadaan ), yaitu memilih dan menyiapkan kemampuan industri dalam negeri yang dapat memasok kebutuhan componen PLTN. 5. Quality assurance / Quality control ( QA / QC Activity ), atau Jaminan dan Kendali Mutu yaitu menyiapkan dokumen yang menyangkut jaminan teknis yang berkaitan dengan izin tapak, kelengkapan dokumen amdal, izin konstruksi. Semua persyaratan disusun dalam bentuk suatu laporan yang disebut preliminary safety análisis report ( PSAR ). Apabila kajian terhadap PSAR telah cukup, maka disusunlah final safety analysis report ( FSAR ). 6. Plant Contruction ( Konstruksi Lapangan ), yaitu melaksanakan pekerjaan pembangunan PLTN. Pelaksanaan konstruksi dikerjakan sesuai dengan perjanjian kontrak yang telah disepakati. 7. Commissioning ( Komisioning ), yaitu pelaksanaan plant commissioning yang berarti semua komponen dan peralatan telah terpasang dan telah disusun dokumen rencana komisioning ( DRK ) dan sudah mendapat izin komisioning. Setelah itu baru dilakukan komisioning yaitu pekerjaan mencoba menjalankan semua peralatan yang mendukung beroperasinya PLTN sampai menghasilkan tenaga listrik sesuai daya yang ditentukan. Komisioning dilakukan oleh Tim Ahli yang ditunjuk dan disiapkan oleh Pemasok peralatan SEMINAR NASIONAL ( equipment vendors ) atau oleh Kontraktor PLTN. 8. Plant Operation & Maintenance ( Pelaksanaan Operasi dan Perawatan ), yaitu pekerjaan yang dilakukan setelah pekerjaan komisioning berhasil dengan baik. Sebelum melaksanakan, harus dibuat dulu Dokumen Rencana Operasi ( DRO ). Pekerjaan ini meliputi menjalankan atau mengoperasikan PLTN sesuai prosedur dan melakukan perawatan semua peralatan yang ada. 9. Licensing & Regulation ( Perizinan dan Peraturan Perundangan ), yaitu menyiapkan kemudahan untuk mendapatkan izin lanjutan serta menyiapkan peraturan perundangan yang akan disampaikan kepada Pemerintah kaitannya dengan Proyek Pembangunan PLTN berikutnya Tahapan Kebutuhan Manajemen Pada Proyek Pembangunan PLTN. Pada setiap tahap pembangunan PLTN akan diperlukan SDM dengan jumlah dan kualifikasi tertentu, oleh sebab itu maka perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya. Negara kita Indonesia belum mempunyai PLTN dan belum berpengalaman dalam menyiapkan SDM, sehingga aktivitas penyiapan SDM akan membutuhkan waktu yang lama dan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu maka penyiapan SDM akan mengacu pada negara lain, yang sudah berpengalaman mempunyai Nuclear Power Plant ( NPP ). Untung kita sudah berpengalaman membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik konvensional dan reaktor riset, sehingga kita tidak terlalu sulit untuk menyesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan SDM untuk satu buah Proyek Pembangunan PLTN ( 600 MW ), terlihat pada tabel 4, sebagai berikut : Tabel 4 : Kebutuhan SDM untuk Proyek Pembangunan sebuah PLTN (600 MW) No Tahapan Profesional Teknisi Tukang Ahli Jumlah 1 Pre Project Project Management - Utility Main Contractor Project Engineering Procurement QA / QC Activity Plant Construction Pekerja Kasar Commissioning Operation&Maintenance Licensing&Regulation Dari Tabel 4 tampak bahwa dari setiap tahapan Proyek diperlukan kualifikasi SDM yang berbeda dari tingkat Profesional, Teknisi dan Tukang Ahli ( Craftsman ). 3. KAJIAN KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN ) sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga yang mampu melaksanakan pekerjaan atau Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 198 Sudaryo

5 tugas dalam bidang penelitian, industri, kesehatan maupun energi yang berkaitan dengan teknologi nuklir harus bisa menyiapkan SDM yang mampu berkarya secara profesional dalam bidang kompetensi yang sesuai. Sesuai dengan tujuan pendidikan di STTN adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai kualifikasi sebagai berikut : 1. Mempunyai kemampuan akademik dan atau profesional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) nuklir ; 2. Siap kerja ( memiliki lisensi ) serta mandiri ; 3. Mampu memecahkan masalah, baik dalam bidangnya maupun yang bersifat interdisipliner ; 4. Tanggap terhadap perkembangan ilmu dan perkembangan masyarakat ; 5. Menjunjung tinggi etika profesi, berbudi luhur, beriman, dan penuh tanggung jawab dalam mengemban tugas dan kewajibannya sebagai pribadi, warga masyarakat, maupun aparatur pemerintah. Lulusan STTN diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan yang kompleks dengan kemampuan kompetensi, baik hard competence maupun soft competence, serta mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mendapatkan kompetensi seperti tersebut, maka di STTN diberikan mata kuliah yang sesuai. Mata kuliah yang diajarkan bisa dikelompokkan seperti terlihat pada tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5 : Pengelompokan Mata Kuliah No Kelompok Deskripsi Catatan 1 MPK ( Mata kuliah Pengembangan Kepribadian ) - Manusia beriman dan bertaqwa - Berbudi pekerti luhur Memberikan natural effect - Berkepribadian mantap - Mandiri - Tanggung jawab - Bermasyarakat, berbangsa 2 MKK ( Mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan ) - Memberi landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan Diajarkan di semua jurusan 3 MKB ( Mata kuliah Keahlian - Membentuk tenaga ahli dengan kekaryaan > 50 % Berkarya ) berdasar ilmunya 4 MPB ( Mata kuliah Perilaku - Membentuk sikap dan perilaku dalam Berkarya ) 5 MBB ( Mata kuliah Berkehidupan Bersama ) berkarya - Memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya Sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga yang mampu melaksanakan pekerjaan atau tugas dalam bidang penelitian, industri, kesehatan maupun energi yang berkaitan dengan teknologi nuklir, STTN harus mampu menyiapkan SDM yang mampu berkarya secara profesional dalam kompetensi seperti tersebut dalam tabel 5. Salah satu mata kuliah yang diberikan adalah : Manajemen Proyek, yang termasuk dalam kelompok MPB, mata kuliah perilaku berkarya yaitu membentuk sikap dan perilaku dalam berkarya. Mata kuliah ini penting karena menyangkut sikap dan perilaku dalam mengelola suatu proyek. Tujuan instruksional umum dari Manajemen Proyek adalah meningkatkan kemampuan Mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi sehingga mampu mengelola proyek dengan baik. Menurut silabus, mata kuliah manajemen proyek meliputi materi sebagai berikut : 1. Konsep dan definisi 2. Pendekatan sistem dalam manajemen proyek 3. Planning, organizing, staffing, controlling, directing 4. Ruang lingkup proyek 5. Alat-alat manajemen proyek 6. Metode penjadwalan kegiatan, Critical Path Method 7. Aplikasi project managemen dalam engineering constryction 8. Ekonomi teknik, investasi modal, modal tetap, modal kerja 9. Biaya manufaktur : biaya langsung, tak langsung, pajak, asuransi 10. Pengaruh kondisi terhadap biaya dan keuntungan 11. Konsep nilai uang dan waktu 12. Pembandingan rencana investasi 13. Prinsip-prinsip manajemen 14. Network planning atau perencanaan usaha dan jaring kerja Sudaryo 199 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

6 15. Evaluasi Proyek Pada mata kuliah manajemen proyek, disini ada kata kunci yang perlu difahami yaitu manajemen dan proyek. Manajemen artinya : mengelola suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dengan cara yang telah digariskan. Sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan yang diadakan untuk mencapai suatu harapan dalam waktu tertentu. Rangkaian kegiatan tersebut akan terlihat pada siklus proyek yaitu gambaran tentang sesuatu yang terdiri dari tiga tahapan yang berkesinambungan yaitu : perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi. Tujuan fungsional proyek : dengan dihasilkannya keluaran, diharapkan ada perubahan pada diri manusia atau organisasi yang dianggap perlu, untuk memberikan manfaat sosial atau ekonomi bagi sekelompok sasaran. Dalam melakukan perencanaan suatu proyek, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Temukan obyek investasi 2. Rumuskan 3. Estimasi pendahuluan 4. Revisi atas estimasi 5. Evaluasi aspek ekonomi 6. Lengkapi dengan aspek lain 7. Laporan studi kelayakan pendahuluan 8. Rencana anggaran proyek Setelah melakukan perencanaan dengan 8 langkah tersebut, tinggal dilanjutkan dengan proses pelaksanaan yaitu mencari pembiayaan pelaksanaan proyek dengan beberapa cara yang bisa dipilih SEMINAR NASIONAL misalnya : proyek swadana, proyek campuran atau proyek leasing. Proyek swadana ( self financing project ) : biaya disediakan sendiri oleh investor dari sumber internal investor itu sendiri. Proyek patungan ( joint-venture project ) : biaya bersama oleh investor dan perusahaan mitranya. Proyek leasing ( leasing project ) : modal atau peralatan operasi disewa dari lembaga leasing ( lessor ). Sedangkan asal pembiayaan bisa berasal dari : proyek PMDN atau proyek PMA. Proyek PMDN : biaya diakumulasikan dari sumber dana dalam negeri. Proyek PMA : biaya dari pemerintah negara asing, lembaga keuangan asing, pelaksanaan oleh investor asing yang bersangkutan. Kelancaran pelaksanaan proyek ini akan sangat tergantung dari bentuk organisasi proyek yang dipilih. Ada tiga betuk organisasi yaitu : 1. Organisasi fungsional 2. Organisasi matriks 3. Organisasi khusus proyek. Organisasi fungsional apabila proyek menjadi satu dengan organisasi yang telah ada. Organisasi matriks apabila ada koordinasi lintas garis fungsional, disini ada koordinator proyek. Organisasi khusus proyek apabila organisasi proyek berdiri sendiri. Cara memilih bentuk organisasi proyek ditinjau dari beberapa pertimbangan yaitu teknologi, jangka waktu, ukuran dan kerumitan dari proyek tersebut seperti terlihat pada tabel 6 sebagai berikut : Tabel 6 : Bentuk organisasi proyek Teknologi proyek baku rumit baru Jangka waktu proyek pendek sedang panjang Ukuran proyek kecil sedang besar Kerumitan proyek rendah sedang tinggi Bentuk organisasi fungsional matriks khusus proyek Jelas tampak disini bahwa untuk proyek pembangunan PLTN, teknologinya termasuk baru karena kita belum pernah membangun PLTN, jangka waktunya panjang untuk pembangunan sampai comissioning memerlukan waktu sekitar 15 tahun ukuran proyek besar, kerumitan proyek termasuk tinggi, oleh sebab itu maka bentuk organisasi proyek yang sesuai adalah organisasi khusus proyek. Tidak mungkin untuk disatukan dengan organisasi yang sudah ada misalnya BATAN atau BAPETEN. Alat-alat manajemen proyek yaitu kegiatankegiatan yang harus dilakukan dalam mengelola kegiatan proyek, biasanya bersifat universal artinya berlaku di negara manapun, tetapi ada sebagian yang khas ( sesuai hukum di Indonesia ). Yang bersifat universal adalah melakukan kegiatan menyusun : 1. Pohon masalah ( Problem Tree ) 2. Pohon harapan ( Objectives Tree ) 3. Pohon alternatif ( Alternatives Tree ) 4. Bagan kerangka logis ( Logical Framework ) 5. Anggaran pendapatan belanja ( Performance Budget ) 6. Rencana kegiatan ( Aktivity Plan ) 7. Jaring kerja ( Network Planning ) 8. Monitoring dan laporan. Analisis pohon ini merupakan instrumen atau alat untuk mengenal masalah dan menentukan harapan proyek. Kegunaannya untuk membantu perencanaan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 200 Sudaryo

7 proyek dalam menganalisis keadaan sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah-masalah proyek dan mempelajari faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut dalam satu hubungan sebab akibat dalam lingkungan proyek ( pohon masalah ). 2. Menentukan harapan-harapan yang dapat atau harus dicapai guna memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan yang dikenal ( pohon harapan ) 3. Menyusun penyelesaian atau rencana cadangan untuk mencapai harapan-harapan. ( pohon alternatif ). Antara masalah dan harapan disini merupakan dua hal yang bisa disusun secara bertentangan, misalnya : persediaan energi nasional yang kurang ( masalah ), harapannya adalah terjaminnya penyediaan energi nasional. Dari analisis pohon ini dapat disusun suatu proyek yang ingin dilaksanakan, misalnya : 1. Terjaminnya energi nasional ( sebagai puncak pohon ) 2. Sebagai cabang pohonnya : a. minyak b. batubara c. gas d. baru terbarukan 3. Sebagai ranting pohon adalah : a. Biofuels b. Panas bumi c. Air, matahari d. Batubara cair e. Nuklir ( PLTN ) 4. Sebagai anak ranting pohon PLTN adalah : a. SDM Nuklir b. Biaya c. Peralatan d. Dukungan masyarakat Hubungan analisis pohon tersebut bisa digambarkan seperti pada gambar 1 sebagai berikut : Terjaminnya energi nasional minyak batubara gas baru terbarukan Biofuel panas bumi air, matahari b.bara cair PLTN SDM nuklir Biaya Peralatan Dukungan masyarakat Gambar 1 : Analisis Pohon Harapan Dengan analisis pohon ini diharapkan ada hubungan sebab akibat yang logis antara kotakkotak sehingga membentuk seperti pohon, dan mengkristal pada satu tujuan atau harapan yang diinginkan. Dengan memahami analisis pohon harapan tersebut dengan baik berarti sudah ada kontribusi manajemen proyek terhadap perencanaan proyek pembangunan PLTN dalam rangka penganeka ragaman energi baru terbarukan untuk mendukung terjaminnya persediaan energi nasional. Hal ini Sudaryo 201 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

8 sesuai dengan urutan 1 dan 2 pada tahapan proyek pembangunan PLTN pada Bab.II. Perencanaan Jaring Kerja ( Network Planning ) Perencanaan jaring kerja merupakan suatu teknis ataupun alat pengelolaan di bidang perencanaan, pelaksanaan suatu proyek. Hal ini banyak membantu terutama dalam mengelola dan mengendalikan suatu program, proyek dan kegiatan sehingga akan lebih terjamin adanya urutan kegiatan yang logis dari suatu program kegiatan dan lebih seksama perhitungan ketergantungan waktu pelaksanaannya. Ada dua metode penyusunan perencanaan jaring kerja yang telah dikembangkan yaitu : 1. Metode Lintasan Kritis ( Critical Path Method disingkat CPM ) Mula-mula metode ini disebut sistem penjadwalan dan perencanaan proyek Metode ini banyak dipakai dalam bidang industri. 2. Teknik Pemeriksaan dan Evaluasi Program ( Program Evaluation and Review Technique, disingkat PERT ) Mula-mula dikembangkan oleh Booz-Allen and Hamilton, suatu perusahaan konsultan di Amerika untuk mengawasi pelaksanaan proyek. Perencanaan jaring kerja merupakan alat yang dapat membantu dalam kegiatan manajemen. Pada pengelolaan suatu proyek yang menggunakan perencanaan jaring kerja, maka proyek dibagi-bagi dalam banyak kejadian ( events ) dan kegiatan ( activities ) yaitu bagian-bagian kecil dari pekerjaan. Untuk setiap kegiatan ditentukan lama waktu yang digunakan, juga kaitan antar kegiatan tersebut, sehingga seluruh pekerjaan dapat direncanakan waktu penyelesaiannya dengan teliti. Penggunaan perencanaan jaring kerja pada pengelolaan program atau proyek dapat membantu para pelaksana, khususnya pimpinan, untuk memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah atau kegiatan-kegiatan khusus yang sangat mempengaruhi jadual penyelesaian program atau proyek tersebut. Secara singkat dapat disimpulkan kegunaan perencanaan jaring kerja sebagai berikut : 1. Untuk melukiskan urutan kegiatan yang benar dan logis 2. Untuk menentukan ketergantungan waktu pelaksanaan antara kegiatan yang satu dengan yang lain 3. Untuk menentukan lintasan kritis kegiatankegiatan dan menetapkan penyelesaian paling dini dari keseluruhan kegiatan 4. Untuk menstimulasikan perubahan-perubahan, baik direncanakan maupun tidak, terhadap waktu penyelesaian agar dapat merevisi atau SEMINAR NASIONAL memperbaiki waktu mulai dan penyelesaian kegiatan-kegiatan 5. Untuk menguji kaitan yang akan terjadi dan timbul atas pengurangan ataupun penambahan kegiatan terhadap seluruh program atau rencana tersebut 6. Secara umum, perencanaan jaring kerja berguna untuk melancarkan monitoring dan pengawasan ( pengendalian ) program atau proyek. Dengan mempelajari dan menguasai Perencanaan Jaring Kerja ( Network Planning ), berarti mahasiswa akan mampu mengetahui dan memahami cara merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengontrol suatu proyek, seperti proyek pembangunan PLTN yang akan datang, mengenahi jadual dan waktu yang dibutuhkan serta urutan pelaksanaan untuk proyek Pembangunan PLTN tersebut. Disini tampak kontribusi Manajemen Proyek terhadap pelaksanaan Proyek Pembangunan PLTN. Evaluasi ekonomi. Masalah yang tidak kalah penting adalah cara perhitungan biaya atau evaluasi ekonomi, dalam manajemen proyek ini merupakan rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan serta menyangkut pula pada evaluasi. Perhitungan biaya meliputi beberapa hal terutama untuk kelayakan pelaksanaan proyek sebagai berikut : 1. Perhitungan modal tetap ( Fixed Capital Invesment ) 2. Perhitungan biaya produksi ( Manufacturing Cost ) 3. Modal kerja ( Working Capital ) 4. Perhitungan keuntungan, dengan cara menghitung : a. Break even point ( BEP ) b. Shut down point ( SDP ) c. Profitability, dengan cara perhitungan percent return on invesment sebelum pajak dan sesudah pajak. d. Profitability, dengan cara menghitung Pay out time, yaitu menghitung waktu teoritis minimum yang diperlukan untuk kembalinya modal. Untuk kepentingan evaluasi suatu proyek biasanya dipakai metode tingkat balikan internal atau internal rate of return method ( IRR ), yaitu metode evaluasi kelayakan investasi dengan menghitung rasio laba dari penanaman modal dalam jumlah tertentu dan dalam waktu tertentu! biasanya satu tahun dinyatakan dalam prosen ( % ). Ada tiga metode untuk menghitung harga IRR yaitu : 1. Metode trial and error 2. Metode interpolasi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 202 Sudaryo

9 3. Metode program Lotus -5 atau Excel. Kalau hasil perhitungan harga IRR dalam % ketemu harga lebih besar dari tingkat bunga di Bank ( 14 % ), maka proyek tersebut layak! Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap pekerjaan suatu proyek dituntut untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien. Agar efektif dan efisien pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut, ditandai oleh beberapa kualitas pada hasilnya yaitu : a. Tepat jumlah b. Tepat mutu c. Tepat biaya d. Tepat waktu pengerjaan Untuk sampai pada kualitas yang demikian, pelaksanaan sebuah pekerjaan proyek menghendaki perencanaan yang baik, serta pengendalian kegiatan yang tepat guna. Di satu pihak, suatu perencanaan berfungsi sebagai pedoman melaksanakan tugas menuju perwujudan tujuan, sedangkan di pihak lain, perencanaan tersebut sekaligus berperan sebagai alat pengendalian. Perencanaan berguna sebagai pola atau acuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan proyek secara tepat waktu, dan kemudian dipakai sebagai alat pengendalian. Pada dasarnya proyek merupakan himpunan dari aneka macam tugas pekerjaan yang saling berhubungan yang bermaksud untuk menghasilkan keluaran tertentu yang dikehendaki untuk diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sebuah proyek hanya mungkin dilaksanakan dalam waktu yang paling singkat apabila semua pekerjaan yang ada disusun secara sistematis dan tidak tumpang tindih. Dengan menguasai dan memahami serta menerapkan evaluasi ekonomi dengan baik maka tampak jelas kontribusi manajemen proyek terhadap evaluasi proyek pembangunan PLTN. pelaksanaan dan pengendalian proyek pembangunan PLTN 5. Evaluasi ekonomi berkontribusi pada evaluasi proyek pembangunan PLTN. DAFTAR PUSTAKA 1. Technical Reports Series No, 279 : Nuclear Power Project Management, A Guidebook, International Atomic Energy Agency, Vienna, Technical Reports Series No, 200 : Manpower Development for Nuclear Power, A Guide Book, IAEA, Vienna, IAEA-Tecdoc-525 : Guide Book On Training To Establish And Maintain The Qualification And Competence Of Nuclear Power Plant Operations Personnel, IAEA, Vienna, Harold Kezner, Project Management: System Approach To Planning Scheduling, John- Wiley & Sons, Badan Tenaga Nuklir Nasional, SK Ketua STTN Nomor 125 / STTN / IX / 2010 : Pedoman Akademik STTN- BATAN, Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Nasional 7. Perencanaan Jaring Kerja ( Network Planning ), Ir. Sutrisno, Balai Pembinaan Administrasi AAN, Yogyakarta, Buletin No. 3 / Kualifikasi Personil Proyek Pembangunan PLTN, Pusdiklat BATAN, Studi Kelayakan Investasi Proyek & Bisnis, Murdifin Haming,M.Si dan Salim Basalamah M.Si, Penerbit PPM, Jakarta, Visi Kementerian dan Sumber Daya Mineral, KESIMPULAN Berdasarkan uraian makalah berjudul : Kontribusi manajemen proyek dalam proyek pembangunan PLTN, pada pendahuluan, proyek pembangunan PLTN dan kajian manajemen proyek, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemerintah sudah menyetujui adanya pemanfaatan energi mix termasuk energi nuklir di dalamnya, sesuai dengan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Nasional. 2. Untuk menjamin tersedianya energi nasional, perlu segera dilaksanakan proyek pembangunan PLTN. 3. Kontribusi manajemen proyek tampak pada perencanaan dan pengorganisasian proyek pembangunan PLTN dengan menguasai analisis pohon harapan 4. Dengan menguasai perencanaan jaring kerja tampak kontribusi manajemen proyek pada Sudaryo 203 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) LILIANA Y. PANDI, YUSRI HENI NA, BUDI ROHMAN Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir

Lebih terperinci

PENYIAPAN PENDIDIKAN SDM KUALIFIKASI NUKLIR UNTUK PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA

PENYIAPAN PENDIDIKAN SDM KUALIFIKASI NUKLIR UNTUK PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA PENYIAPAN PENDIDIKAN SDM KUALIFIKASI NUKLIR UNTUK PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA WISNU ARYA WARDHANA, SUDARYO, SUPRIYONO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA Ari Darmawan Pasek Pusat Rekayasa Industri - Institut Teknologi Bandung ABSTRAK PERAN PERGURUAN

Lebih terperinci

PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA

PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA Hendriyanto Haditjahyono Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Penelitian Tenaga Nuklir Pasar Jumat Jl. Lebak Bulus Raya No. 9,

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisisi dan penegertian penghambat Kata penghambat dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat (merintangi, menahan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR ARIS SANYOTO, SUPENI Balai DIKLAT BAPETEN Jl. Alam Asri Desa Tugu Utara, Cisarua Bogor. ABSTRAK PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan energi pada sektor a.l.: rumah tangga, industri, transportasi dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

Network Palanning EVALUASI IMPLEMENTASI ANALISA CPM/PERT DAN EVA DALAM MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

Network Palanning EVALUASI IMPLEMENTASI ANALISA CPM/PERT DAN EVA DALAM MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI http://jihadi.staff.umm.ac.id/2010/03/networkpalanning/ Network Palanning EVALUASI IMPLEMENTASI ANALISA CPM/PERT DAN EVA DALAM MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI By Ajie Wahyujati Abstract Materi Tambahan : Materi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata penghambat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata penghambat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pengertian Penghambat Kata penghambat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat (merintangi, menahan,

Lebih terperinci

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya PROJECT PLANNING AND CONTROL Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Benyamin Franklin time is money, time is money. modern finance, mengukur nilai sebuah proyek dengan menentukan

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM BAB I PENDAHULUAN

REKAYASA SISTEM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. UMUM REKAYASA SISTEM Pada tahun 1957 didirikan sebuah proyek milik angkatan laut Amerika Serikat yang diberi nama proyek Polaris, yaitu sebuah proyek pembuatan peluru kendali yang

Lebih terperinci

PROYEK, MANAJEMEN DAN MANAJEMEN PROYEK. 1. Proyek Pengertian Perkembangan proyek 2. Manajemen Pengertian Fungsi-fungsi manajemen 3.

PROYEK, MANAJEMEN DAN MANAJEMEN PROYEK. 1. Proyek Pengertian Perkembangan proyek 2. Manajemen Pengertian Fungsi-fungsi manajemen 3. PROYEK, MANAJEMEN DAN MANAJEMEN PROYEK 1. Proyek Pengertian Perkembangan proyek 2. Manajemen Pengertian Fungsi-fungsi manajemen 3. Manajemen Proyek PROYEK Apa Proyek itu??? Suatu keseluruhan aktifitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi merupakan rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pembangunan di segala bidang semakin dirasakan, terutama di negara yang sedang berkembang, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri pada suatu negara tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya energi yang memadai, Jepang misalnya memiliki sumber daya alam yang sangat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB VI ANALISIS EKONOMI

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB VI ANALISIS EKONOMI BAB VI ANALISIS EKONOMI Tujuan dari analisa ekonomi adalah untuk mengetahui apakah pabrik yang akan didirikan dapat menguntungkan atau tidak dan layak atau tidak jika didirikan. Perhitungan evaluasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI Seminar Keselamatan Nuklir Agustus 006 ISSN: 11 58 PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI Endang Kurnia Pusat teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang dengan ditandai banyaknya pembangunan. Dalam bidang konstruksi, penjadwalan sangat penting

Lebih terperinci

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY MINISTRY OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION DIRECTORAT OF VARIOUS NEW ENERGY AND RENEWABLE ENERGY Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND

Lebih terperinci

Pengertian Manajemen. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pengertian Organisasi. Jenis-jenis Organisasi. Alam Santosa

Pengertian Manajemen. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pengertian Organisasi. Jenis-jenis Organisasi. Alam Santosa Alam Santosa Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Manajemen Pengertian Manajemen Seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain (Follet,1997) Sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan nasional mutlak dimiliki setiap negara yang berdaulat. Salah satu faktor penentu pencapaian ketahanan nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN Syahrudin PSJMN-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, GD71, Lt.2,Cisauk, Tangerang Abstrak Jaminan Mutu untuk Persiapan Pembangunan PLTN. Standar sistem manajemen terus

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM BAPETEN MELALUI PERUBAHAN KURIKULUM MAGISTER REKAYASA KESELAMATAN

KAJIAN TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM BAPETEN MELALUI PERUBAHAN KURIKULUM MAGISTER REKAYASA KESELAMATAN KAJIAN TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM BAPETEN MELALUI PERUBAHAN KURIKULUM MAGISTER REKAYASA KESELAMATAN AMIN S. ZARKASI, SUDARTO P2STPIBN, BAPETEN Abstrak Operasional pembangkit listrik baik dengan

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya proyek merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara, kompleks, unik yang memiliki satu tujuan dan harus diselesaikan dalam waktu yang spesifik,

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Sejarah Analisa Network Konsep network mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Booz Allen Hamilton yang disusun

Lebih terperinci

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 154 BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN PENYIAPAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PLTN DI INDONESIA

PEMETAAN DAN PENYIAPAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PLTN DI INDONESIA PEMETAAN DAN PENYIAPAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PLTN DI INDONESIA Moch. Djoko Birmano, Yohanes Dwi Anggoro Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN), BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk 9 BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA

KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA YOGYAKARTA, 25-26 AGUSTUS 2008 KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA D.T. SONY TJAHYANI Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

Pedoman Revisi Kurikulum UNSIMAR Poso PJM

Pedoman Revisi Kurikulum UNSIMAR Poso PJM Pusat Penjaminan Mutu Unsimar 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-nya pembuatan buku Pedoman Revisi dan Penerapan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS BESAR PROGRAM (GBPP) Mata Kuliah : Manajemen Konstruksi Kode Mata Kuliah : KT 411307 Semester/SKS : V/2 Penanggung Jawab Mata Kuliah : Murdini, Ir, MT Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Menurut Widiasanti (2013) manajemen diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. Pengertian

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

KAJIAN KEBUTUHAN SDM REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL (RDE) TAHAP IMPLEMENTASI PROYEK

KAJIAN KEBUTUHAN SDM REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL (RDE) TAHAP IMPLEMENTASI PROYEK KAJIAN KEBUTUHAN SDM REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL (RDE) TAHAP IMPLEMENTASI PROYEK Moch. Djoko Birmano PKSEN, BATAN, Jakarta, Indonesia, birmano@batan.go.id ABSTRAK KAJIAN KEBUTUHAN SDM REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL

Lebih terperinci

SPESIFIKASI JURUSAN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA SP.UJM-JM-FE-UB.01

SPESIFIKASI JURUSAN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA SP.UJM-JM-FE-UB.01 SPESIFIKASI JURUSAN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA SP.UJM-JM-FE-UB.01 Revisi : - Tanggal : 2 Mei 2008 Dikaji ulang oleh : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL Oleh: Triyono Wibowo Dubes/Watapri Wina PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Energi merupakan sarana/komponen vital pendukung

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PP NO. 43/2006, PP NO. 35/2002 DAN PP NO. 8/2007 TERHADAP RENCANA PENGELOLAAN DANA DEKOMISIONING REAKTOR DAYA

STUDI KOMPARASI PP NO. 43/2006, PP NO. 35/2002 DAN PP NO. 8/2007 TERHADAP RENCANA PENGELOLAAN DANA DEKOMISIONING REAKTOR DAYA STUDI KOMPARASI PP NO. 43/2006, PP NO. 35/2002 DAN PP NO. 8/2007 TERHADAP RENCANA PENGELOLAAN DANA DEKOMISIONING REAKTOR DAYA AKHMAD KHUSYAIRI, AKHMAD MUKTAF HAIFANI Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proyeksi permintaan energi listrik di Indonesia tumbuh pesat setiap tahunnya. Sebagaimana dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) dalam Rencana Usaha

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik 126 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian, dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan energi listrik, seperti saat kita berangkat dari rumah untuk bekerja, kuliah, rekreasi, acara keluarga ataupun

Lebih terperinci

Fungsi Organisasi dalam Manajemen Proyek

Fungsi Organisasi dalam Manajemen Proyek Fungsi Organisasi dalam Manajemen Proyek Mhd. Shafwan Koto STIE Alwashliyah Sibolga Email: mhdshafwan@yahoo.com Abstrak, penulisan bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan para pemakai dan juga

Lebih terperinci

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN

Lebih terperinci

Pengertian Manajemen Proyek

Pengertian Manajemen Proyek MANAJEMEN PROYEK Pengertian Manajemen Proyek Suatu manajemen yang menangani proyek secara menyeluruh, dimulai dari pengembangan ide atau gagasan awal, perencanaan pembiayaan proyek, serta perencanaan kualitas

Lebih terperinci

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia Otonomi Energi Salah satu masalah yang paling besar di dunia saat ini adalah energi atau lebih tepatnya krisis energi. Seluruh bagian dunia ini tidak dapat mengingkari bahwa berbagai persediaan sumber

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

PEDOMAN REVISI DAN PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PEDOMAN REVISI DAN PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM PEDOMAN REVISI DAN PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM VISI MISI Visi STIKES Mataram Menjadi Institusi pendidikan tinggi kesehatan yang mampu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South Sumatra NGL Project PT. Tripatra dapat dilihat dari aspek lingkungan pengendalian dan proses pengendalian.

Lebih terperinci

TEKNIK PENGAWASAN ATAU PENGENDALIAN MANAJEMEN

TEKNIK PENGAWASAN ATAU PENGENDALIAN MANAJEMEN TEKNIK PENGAWASAN ATAU PENGENDALIAN MANAJEMEN Teknik Pengendalian Manajemen Teknik Pengendalian Tradisional Teknik Pengendalian Lanjutan Teknik Pengendalian Tradisional Pengamatan Personal Laporan Statistik

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEEDS ASSESSMENT) PADA BADAN PENGAWAS PEMANFAATAN TEKNOLOGI NUKLIR

PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEEDS ASSESSMENT) PADA BADAN PENGAWAS PEMANFAATAN TEKNOLOGI NUKLIR PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEEDS ASSESSMENT) PADA BADAN PENGAWAS PEMANFAATAN TEKNOLOGI NUKLIR Ahmad Ciptadi Syuryavin 1, Nanang Triagung EH 2 BAPETEN, Jl. Gajah Mada No.8, Jakarta,

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang 113 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua usaha untuk menjamin agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan memuaskan konsumen.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek Manajemen proyek secara harfiah terbangun dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu, maka sebelum mengemukakan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik nasional memerlukan energi baru untuk lebih memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Nomor 5 tahun

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB VI ANALISA EKONOMI BAB VI ANALISA EKONOMI Pada perancangan pabrik metil klorida dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud mengetahui perancangan pabrik menguntungkan atau tidak, komponen terpenting dari perancangan

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Lebak Bulus Raya No.49, Kotak Pos 7043 JKSKL, Jakarta

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN PERJALANAN DINAS

LAPORAN PERJALANAN DINAS LAPORAN PERJALANAN DINAS Pelapor : Topan Setiadipura NIP : 19800605 200604 1 006 Unit Kerja : Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir 1. Nama Kegiatan Technical Meeting to Review First Draft of

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 125 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Langkah pertama merancang pelaksanaan proyek ialah membaginya ke dalam kegiatan-kegiatan. Kegiatan perlu diidentifikasikan dan hubungan satu dengan yang lain

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

PERENCANAAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN TI/SI MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.0 (STUDI KASUS DI STIKOM)

PERENCANAAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN TI/SI MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.0 (STUDI KASUS DI STIKOM) Sholiq, Perencanaan Master Plan Pengembangan TI/SI V - 75 PERENCANAAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN TI/SI MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.0 (STUDI KASUS DI ) Erwin Sutomo 1), Sholiq 2) 1) Jurusan Sistem Informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CPM DAN PERT (Studi Kasus Fly Over SKA Pekanbaru, Riau)

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CPM DAN PERT (Studi Kasus Fly Over SKA Pekanbaru, Riau) OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CPM DAN PERT (Studi Kasus Fly Over SKA Pekanbaru, Riau) Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana sains bidang studi Matematika Oleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. perdagangan. Berbasiskan di Bandung dan Jakarta, didirikan pada tahun 2005

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. perdagangan. Berbasiskan di Bandung dan Jakarta, didirikan pada tahun 2005 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. ASIA PARAGON adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang energi, design, engineering, teknologi informasi, kontraktor umum dan perdagangan.

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Perjanjian antara PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan Proyek Pembangkit Listrik Berbahan Bakar

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam Bab I telah dibahas mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, pembatasan masalah dan sistematika dalam penulisan Tugas Akhir ini. Dalam bab ini akan dibahas

Lebih terperinci

EVALUASI AKHIR SEMESTER (mg ke 16) [C6, A3]: 6. Mahasiswa memahami proses perencanaan jadual waktu proyek (mg ke 10-11)

EVALUASI AKHIR SEMESTER (mg ke 16) [C6, A3]: 6. Mahasiswa memahami proses perencanaan jadual waktu proyek (mg ke 10-11) Mata kuliah: Analisis (AK 043207) / 2 sks CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH ANALISIS PROYEK: 1. Mahasiswa mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif (KU1, KU3); 2. Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Materi Kuliah Manajemen Konstruksi Dosen: Emma Akmalah, Ph.D. Pendahuluan

Materi Kuliah Manajemen Konstruksi Dosen: Emma Akmalah, Ph.D. Pendahuluan Materi Kuliah Manajemen Konstruksi Dosen: Emma Akmalah, Ph.D. Pendahuluan Secara umum, yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur sumber daya perusahaan atau proyek dalam suatu gerak yang harmonis

Lebih terperinci