BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi sanitasi dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan hidup, pencemaran air, meningkatnya penderita penyakit. Hal tersebut di atas mendorong Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang merupakan program bersama lintas sektor dan lintas Kementrian yang tergabung dalam Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), yang telah mempersiapkan skenario besar berupa replikasi penyusunan strategi pembangunan sanitasi di 330 kota/kabupaten agar pembangunan di daerah berjalan dengan efektif, bersifat menyeluruh, dan berkelanjutan. Program ini lahir tak lepas dari kondisi sanitasi 330 kota/kabupaten atau kawasan perkotaan yang memprihatinkan. Program yang berlangsung ini berjalan sesuai dengan tiga target pembangunan sanitasi, yaitu : 1) Stop Buang Air Besar Sembarangan pada tahun 2014; 2) Penanganan sampah melalui pengurangan timbulan dari sumber dan penerapan sistem sanitary landfill untuk TPA dengan prioritas di 240 kota; 3) Pengurangan genangan air di sejumlah kota/kawasan perkotaan seluas Ha. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan kerja dinas-dinas yang berkaitan dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep sanitasi masyarakat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Pemerintah mendorong kota dan kabupaten di Indonesia untuk menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki prinsip : 1

2 - Berdasarkan data aktual - Berskala kota atau kabupaten - Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten tersebut. - Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek nonteknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi. Oleh karena itu, sesuai dengan maksud penyusunannya, maka Buku Putih sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat ini akan menggambarkan: 1. Status terkini situasi sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 3. Usulan/rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi, salah satunya adalah penetapan kawasan prioritas di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Berkenaan dengan penyusunan buku putih, maka jika dilihat dalam skala nasional sebagai gambaran, Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestik) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar (ANTARA News, 2006). Meskipun kuantitas layanan air limbah telah mencapai 69,3% namun kualitasnya belum memadai. Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke 2

3 sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Potensi kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk mencapai 2,1% dari GDP pada tahun Berdasarkan data yang ada,68% masyarakat menggunakan fasilitas umum sanitasi, tetapi sanitasi belum menjadi prioritas utama pembangunan baik di tingkat nasional sampai ke tingkat daerah, hal ini terlihat dari masih sedikitnya dana yang tersedia untuk sanitasi. Sehingga target MDGs Indonesia sampai tahun 2015 adalah penurunan setengah proporsi penduduk Indonesia yang belum memiliki akses air minum bersih dan fasilitas sanitasi dasar. Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan memiliki sanitasi yang sangat minim. Sebagian masyarakat masih membuang hajat di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Hal ini terjadi selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relatif rendah sehingga mempengaruhi pola hidup masyarakat. Penanganan sanitasi harus dilakukan secara bersama antara masyarakat dan pemerintah. Untuk di Kabupaten Tulang Bawang Barat, pembangunan sanitasi masih banyak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri, padahal seringkali kegiatan tersebut dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat berupaya meningkatkan layanan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan turut serta dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) Tahun Pada program ini Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat menyusun strategi pembangunan sanitasi perkotaan yang bersifat komprehensif dan koordinatif dengan melibatkan dinas-dinas terkait dengan sanitasi dan pemerintahan provinsi Landasan Gerak Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha pembuangan dan atau pengelolaan tinja, endapan air limbah (sullage) dan limbah padat dengan cara yang memperhatikan 3

4 kesehatan untuk membuat lingkungan hidup di rumah dan lingkungan menjadi bersih dan sehat. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sebagai berikut: 1. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem : a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat. 2. Black water (air tinja/limbah padat) yaitu air tinja yang tercemar tinja, umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya orang dewasa menghasilkan 1.5 liter air tinja/hari. Air ini mengandung bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan melalui saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan. Air tinja bersama tinjanya disalurkan ke dalam septic tank. Septic tank dapat berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini barulah dapat disalurkan ke saluran kabupaten, atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai bahan cadangan air tanah. 3. Persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). 4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota/kabupaten dan mematuskan air permukaan. 5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi adalah upaya pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk merubah pola hidup di masyarakat terkait sanitasi menjadi lebih baik ditatanan rumah tangga maupun tatanan sekolah. 4

5 Dalam penyusunan perencanan pembangunan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial, baik dilihat dari wilayah kerja maupun sub sector yang akan dilakukan. Oleh karena itu pelaksanaan wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) maupun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah seluruh wilayah administrasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 80 desa / 2 kelurahan. Penentuan wilayah kajian ini diambil berdasarkan penilaian dan kesepakatan SKPD bahwa Kabupaten Tulang Bawang Barat dianggap sangat minim akan akses terhadap sanitasi yang layak. Dengan dilakukannya kajian disemua desa/kelurahan diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh mengenaikondisi risiko sanitasi di masing-masing wilayah, sehingga data yang diperoleh nantinya akan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan pembangunan dibidang sanitasi atau kebijakan pembangunan lainnya. Adapun jangka waktu dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 5 tahun dan setelah itu akan dilakukan review terhadap pemutakhiran data sanitasi. Untuk wilayah (desa/kelurahan) sasaran survey studi EHRA menggunakan sistem random sampling. Dari hasil random sampling tersebut survey studi EHRA dilaksanakan di 10 desa/kelurahan di 8 Kecamatan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat Visi dan Misi Kabupaten Tulang Bawang Barat Visi Kabupaten Tulang Bawang Barat TULANG BAWANG BARAT KABUPATEN AGRARIS YANG MAKMUR DAN SEJAHTERA Dalam upaya mewujudkan Visi Kabupaten Tulang Bawang Barat, dapat dilaksanakan melalui Misi berikut : 1. Mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. 2. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merata dan berkelanjutan. 3. Menciptakan pemerataan pembangunan yng berwawasan lingkungan. 5

6 4. Menciptakan pemerintahan yang bersih dan baik. 5. Membangun kehidupan masyarakat yang religious, berbudi luhur, demokratis, partisifatif, dan menjunjung tinggi supermasi hukum Maksud dan Tujuan Penyebab penanganan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak maksimal adalah pendanaan dan kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut maka Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat perlu memetakan situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat kemudian menyusun perencanaan pembangunan sanitasi Maksud Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat saat ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pembangunan sanitasi di masa mendatang yang dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat. Buku Putih Sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas terkait dengan sanitasi yang diwakilkan pada Kelompok Kerja PPSP. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai kondisi sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat, dilakukan pemetaan yangmencakup aspek aspek sebagai berikut : 1. Aspek teknis, meliputi : - Persampahan - Air limbah rumah tangga - Drainase lingkungan - Higiene - Air bersih 6

7 2. Aspek non-teknis, meliputi : - Keuangan - Kelembagaan - Pemberdayaan masyarakat - Perilaku hidup bersih dan sehat - Keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas - Dan aspek-aspek lainnya yang mendukung Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah : 1. Memberikan gambaran pemetaan situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Tulang bawang barat berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya (existing condition). Pemetaan mencakup aspek teknis dan aspek non teknis yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, serta aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. 2. Menjadi panduan kebijakan Kabupaten Tulang bawang barat dalam manajemen kegiatan sanitasi di Kabupaten Tulang bawang barat. Pemetaan sanitasi dilakukan dalam bentuk zona-zona sanitasi di tingkat kabupaten sehingga akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kabupaten yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Tulang bawang barat. 3. Buku ini dapat digunakan oleh semua unsur pemangku kepentingan baik di level masyarakat, level Kabupaten maupun nasional dan swasta untuk memainkan perannya dengan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi, penerapan strategi dan implementasi dari rencana strategi di lapangan. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan sehingga penerapan strategi sanitasi kabupaten berjalan dengan baik. 7

8 1.4. Metodologi Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Metode Penyusunan a. Berdasarkan data sekunder (arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta). b. Berdasarkan data primer (nara sumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat). Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), survei peran media dalam perencanaan sanitasi, survei kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survei keuangan, survei priority setting area beresiko serta survei peran serta masyarakat dan gender. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masingmasing dinas/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta, narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil dan tokoh masyarakat. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain : Desk Study (kajian Literature, data sekunder) Field Research (Observasi, wawancara responden) FGD danin-depth interview 8

9 Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. 3. Analisis Data Proses analisis data dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang bawang barat dilakukan oleh Pokja secara deskriptif, kualitatif dan kuantitatif Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Kegiatan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Tulang Bawang Barat di dasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi : Peraturan Perundangan Kegiatan program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) 2014 Kabupaten Tulang bawang barat didasarkan pada aturan-aturan dan dasar hukum yang meliputi : Undang-undang 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berikut perubahan-perubahannya. 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. 9

10 2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Keputusan Presiden 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. Peraturan Menteri 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/1992 tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air. 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 4. Permen PU No14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 3. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. 10

11 6. Kepmen Kimpraswil 534/2000 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman. 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL. 8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil. 11. Kepmen PU Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan. 12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Peraturan Daerah Provinsi Lampung 1. Perda No. 6 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Lampung Tahun Perda No. 5 Tahun 2001 Tentang Penataan Ruang Provinsi lampung. 3. Perda No. 1 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Lampung Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat 1. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 01 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Darah Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 02 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat 11

12 3. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor : 04 Tahun 2011 tentang Lambang Daerah Manfaat dari Buku Putih Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan kondisi sanitasi yang merupakan informasi awal bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Dengan adanya Buku Putih Sanitasi ini beberapa manfaat yang dapat diperoleh Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sebagai berikut : 1. Diketahuinya kondisi menyeluruh sanitasi kabupaten saat ini yang menjadi masukan penting bagi penyusunan prioritas pembangunan sanitasi, hal ini dapat dicapai karena Buku Putih disusun dari kompilasi berbagai data terkait sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat; 2. Adanya pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat yang lebih jelas dan tepat sasaran; 3. Buku Putih dapat dijadikan acuan Strategi Sanitasi Kota karena Buku Putih Sanitasi juga menjadi dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK); 4. Buku Putih dapat dijadikan rekomendasi bagi perencanaan pembangunan daerah khususnya dibidang sanitasi; 5. Karena Buku Putih memuat strategi pengembangan sanitasi serta prioritas penanganan sanitasi, maka Buku Putih juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di bidang sanitasi; 6. Karena Buku Putih memuat kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat saat ini, maka dokumen ini dapat digunakan juga sebagai pedoman untuk mengukur sejauh mana pencapaian pembangunan di bidang sanitasi. 12

13 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2.1. Geografi, Administrasi, dan Kondisi Fisik Letak Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini menjadikan Kabupaten Tulang Bawang Barat cukup strategis sebagai pusat kegiatan ekonomi yang sedang berkembang. Secara geografis, wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada koordinat 04o10-04o42 LS dan 104o55 105o10 BT. Batas Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan Undang Undang Nomor 50 Tahun 2008 dijelaskan sebagai berikut: Utara : Mesuji Timur, Way Serdang, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan) Selatan : Abung Surakarta dan Muara Sungkai (Lampung Utara), dan Terusan Nunyai (Lampung Tengah) Barat : Negara Batin, Pakuan Ratu, dan Negeri Batin (Way Kanan) Timur : Banjar Agung, Banjar Margo, dan Menggala (Tulang Bawang) Secara geografis kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di ujung utara provinsi Lampung. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah dataran dengan kemiringan 30%, merupakan daerah penghasil produksi perkebunan. Daratan yang datardengan rata-rata curah hujan yang memadai dapat menambah tingkat kesuburan tanah. Daerah datar terbentang luas pada wilayah bagian selatan merupakan daerah persawahan yang terdapat di kecamatan Tumijajar. Sedangkan wilayah yang merupakan daerah tegalan terdapat pada bagian utara yaitu dikecamatan Lambu Kibang, Gunung Agung, 13

14 Gunung Terang dan Way Kenanga. Pada bagian tengah kabupaten Tulang Bawang Barat didominasi oleh lahan berupa semak/belukar yaitu terdapat disebagian besar wilayah kecamatan Pagar Dewa. Potensi lahan tersebut jika dimanfaatkan secara optimal akan menjadi satu potensi yang cukup tinggi dalam menunjang pembangunan bagi Kabupaten Tulang Bawang Barat. Luas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah ha. Secara umum gambaran topografi Kabupaten Tulang Bawang Barat hanya meliputi daerah dataran hinggga bergelombang dan daerah rawa. Daerah dataran sampai daerah bergelombang meliputi hampir seluruh wilayah kabupaten. Daerah ini dimanfaatkan untuk lahan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan pemukiman. Jenis tanah di daerah dataran sebagian besar adalah jenis tanah podsolik. Daerah rawa berupa cekungan yang memungkinkan untuk diisi air pada musim penghujan membentuk rawa-rawa atau lebung-lebung. Daerah rawa umumnya memiliki jenis tanah alluvial. Rawa ini dapat dijumpai disekitar aliran Way Tulang Bawang, Way Kanan dan Way Kiri. Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara umum merupakan dataran yang cocok dimanfaatkan untuk pertanian. Luas wilayah tersebut dibagi dalam delapan kecamatan. Kecamatan Tulang Bawang Tengah dan Kecamatan Tulang Bawang Udik merupakan dua kecamatan terluas di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat dikelompokkan menjadi tiga wilayah. Pembagian ini berdasarkan kelompok wilayah yang dibatasi oleh batas alam berupa sungai. Terdapat dua sungai yang menjadi pemisah ketiga wilayah tersebut. Ketiga kelompok wilayah tersebut yaitu sisi utara yang meliputi: Kecamatan Gunung Agung, Lambu Kibang, Gunung Terang, dan Way kenanga. Sisi Tengah meliputi wilayah Kecamatan Pagar Dewa, wilayah Tulang Bawang Tengah. Wilayah Tulang Bawang Udik. Sisi Selatan meliputi Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tulang Bawang Udik, dan Kecamatan Tumijajar. Wilayah Utara dan Tengah dipisahkan oleh Way Kanan Sungai Tulang Bawang sedangkan wailayah Tengah dan Selatan dipisahkan oleh Way Kiri Sungai Tulang Bawang. Batas alam yang memisahkan ketiga wilayah tersebut merupakan kendala pembangunan di beberapa wilayah. Hal yang paling dirasakan adalah 14

15 keberadaan sungai Way Kanan yang memisah kan wilayah tengah dengan wilayah Utara, Kedua wilayah tidak dihubungkan oleh jembatan yang dihubungkan oleh jembatan yang dapat memberikan fasilitas akses transportasi darat untuk ke dua wilayah. Batas alam ini berakibat pada terputusnya akses transportasi darat antara kedua wilayah secara langsung. Akibat lain adalah semakin jauhnya jarak tempuh dari masing-masing ibu kota kecamatan yang ada di wilayah utara dengan ibu kota kecamatan yang berada di wilayah tengah dan selatan. Pada umumnya wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan daerah yang datar dengan sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian meter diatas permukaan laut (MDPL), kecuali 2 (dua) desa di Kecamatan Tulang Bawang Tengah yang berada pada ketinggian 0-25 meter diatas permukaan laut, yakni Desa Chandra Kencana berada pada ketinggian 25 meter diatas permukaan laut dan Desa Panumangan yang berada pada ketinggian 23 meter diatas permukaan laut Kondisi Hidrologi Secara umum, kondisi system hidrologi disuatu daerah dapat ditinjau dari kajian Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam yang dibatasi oleh pemisah alami berupa topografi perbukitan/pegunungan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke sungai utama yang akhirnya bermuara pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten Tulang Bawang Barat terdapat 5 sungai dan 3 (tiga) DAS. Pola aliran drainase menunjukkan arah aliran yang masing-masing menuju Ke sungai-sungai utama yang melintasi dan di sekitar wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat, yang selanjutnya dapat disebut sebagai system hidrologi/drainase wilayah. Sungai utama yang melalui Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah Way Kanan, Way Kiri dan Way Tulang Bawang. 15

16 Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Tulang Bawang Barat NO. NAMA DAS LUAS (ha) 1 Mesuji Tulang Bawang Seputih Sumber: Bappeda Kab.Tulang Bawang Barat, 2014 Pola aliran sungai yang terdapat di Tulang Bawang Barat antara lain: (1) Pola aliran dendritik, yaitu pola aliran berbentuk seperti pohon. (2) Pola aliran trellis, yaitu pola aliran pada beberapa sungai yang mendapat tambahan air dari anak sungainya, dimana arah alirannya tegak lurus pada sungai tersebut. 16

17 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat Peta 2.1 : Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat (ukuran A3) 17 Sumber Peta : Bappeda Kab. Tulang Bawang Barat, 2014

18 Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara administratif terdiri dari 8 kecamatan dengan 82 Kampung dengan jumlah penduduk sebesar ± jiwa. Dilihat dari luas wilayah kecamatan Tulang Bawang Tengah merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan luas wilayah 27, ha atau 22,89% dari luas total Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sedangkan untuk luas wilayah kecamatan terkecil adalah kecamatan Way Kenanga dengan luas wilayah 7, Ha atau 6,37% dari luas total wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Untuk mengetahui kecamatan kecamatan dan jumlah kelurahan/kampung yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat di lihat pada tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 : Nama Kecamatan, luas wilayah dan jumlah Kampung per- Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat JUMLAH LUAS WILAYAH KELURAHAN/DESA ADMINISTRASI TERBANGUN NO NAMA KECAMATAN (%) thd (%) thd KELURAHAN KAMPUNG (Ha) (Ha) total total 23, Tulang Bawang Udik ,76% Tumijajar Tulang Bawang Tengah Pagar Dewa Lambu Kibang Gunung Terang 14 7 Gunung Agung Way Kenanga , , , , , , , % ,89% ,30% ,14% ,82% ,63% % LUAS KAB. TULANG BAWANG , BARAT Keterangan: Asumsi data area terbangun tersebut disepakati oleh Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat

19 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang Barat Peta 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang Barat (ukuran A 19 Sumber Peta : Bappeda Kab. Tulang Bawang Barat, 2014

20 2.2 Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebagai dasar perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat, perlu dibuat angka proyeksi pertumbuhan penduduk untuk 5 tahun kedepan, dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut : Pt = P0(1+r)t Dimana ; Pt = Jumlah penduduk tahun ke t P0 = Jumlah penduduk awal r = rata-rata pertumbuhan penduduk t = waktu (5) Wilayah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan Tulang Bawang Tengah sebesar jiwa dengan kepadatan penduduk 291 jiwa/km2 dan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Pagar Dewa sebesar jiwa dengan kepadatan penduduk 55 jiwa/km2. Untuk perhitungan pertumbuhan penduduk didasarkan pada data hasil BPS Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2009 sampai dengan 2012 sehingga nilai rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sebesar 1,02%. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk serta hasil proyeksi jumlah penduduk untuk 5 tahun kedepan dapat dilihat pada tabel 2.3 dan tabel 2.4. Besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang mempunyai kepadatan tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak merata akan menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya semua kegiatan baik kegiatan perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya akan melibatkan penduduk. Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut memberikan tekanan terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif maupun positif. Dengan demikian perlu adanya pengendalian baik terhadap jumlah, komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya untuk mendukung kelancaran proses pembangunan di daerah. 20

21 NAMA KECAMATAN Tulang Bawang Udik Tabel 2.3 : Jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 tahun terakhir TINGKAT KEPADATAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK PERTUMBUHAN PENDUDUK Tahun Tahun Tahun Tahun ,08 0, Tumijajar ,97 0,97 0, Tulang Bawang Tengah ,71 1,71 1, Pagar Dewa ,24 3,24 3, Lambu Kibang ,51 0,51 0, Gunung Terang ,36 1,36 1, Gunung Agung ,04-0,04 0, Way Kenanga ,49 0,49 0, TOTAL Sumber: Tulang Bawang Barat Dalam Angka 2012, 2013, 2014 Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun NAMA KECAMATAN TINGKAT KEPADATAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK PERTUMBUHAN PENDUDUK TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN Tulang Bawang Udik ,08 0,08 0, Tumijajar ,97 0,97 0, Tulang Bawang Tengah ,71 1,71 1, Pagar Dewa ,24 3,24 3, Lambu Kibang ,51 0,51 0, Gunung Terang ,36 1,36 1, Gunung Agung ,04 0,04 0, Way Kenanga ,49 0,49 0, Sumber: Data diolah

22 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Untuk mengetahui profil pendanaan dan pembiayaan APBD bidang sanitasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat telah melakukan studi keuangan dan perekonomian. Study ini diperlukan untuk mengetahui profil keuangan dan perekonomian di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam mendukung pembangunan khususnya di sector sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan mendukung pembiayaan / pendanaan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat di masa depan. Pemetaan keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan / pembiayaan sanitasi dan kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan. Dari hasil studi keuangan yang dilakukan dapat dilihat bahwa Kabupaten Tulang Bawang Barat secara umum kondisi keuangan dan perekonomian daerah utamanya pendapatan daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat di tahun 2013 masih bersumber dari dana perimbangan sebesar Rp. 464,258,955,248, dan bersumber dari pajak serta retribusi daerah sebesar Rp. 10,143,810,478,. Belanja daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung sebesar Rp. 565,054,667,233,. Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten Tulang Bawang Barat 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun No Realisasi Anggaran Tahun 2010* 2011* 2012* 2013* 2014 Rata2 pertumb. A a.1 Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) Pendapatan Asli Daerah (PAD) 221,683,667, ,266,663, ,316,102, ,183,955,602 31,13 2,214,441,848 4,928,033,391 5,840,255,784 10,143,810,478-48,07 a.1.1 Pajak daerah 1,337,848,605 3,038,052,501 2,542,485,557 5,756,423,663 - a.1.2 Retribusi daerah 353,895, ,185, ,148, ,736,257 a.1.3 a.1.4 a.2 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan daerah yang sah Dana Perimbangan (Transfer) ,697,400 1,373,795,332 2,648,621,444 3,504,650, ,598,152, ,882,177, ,563,948, ,258,955,248 30,78 a.2.1 Dana bagi hasil 26,410,432,133 35,612,527,290 41,482,338,498 34,697,617,248 - a.2.2 Dana alokasi umum 141,102,520, ,368,550, ,813,870, ,947,218,000 - a.2.3 Dana alokasi khusus 4,085,200,000 60,901,100,000 68,267,740,000 48,614,120,000-22

23 a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 47,871,073,150 94,456,453,134 80,911,898,146 93,781,189,876-31,52 a.3.1 Hibah ,974,000,000 1,000,000,000 - a.3.2 Dana darurat a.3.3 a.3.4 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 9,973,475,000 19,188,524,429 24,218,288,027 14,873,656,216-32,867,000,000 49,036,150,800 36,330,492,000 46,973,736,000 - a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 5,030,598,150 26,231,777,905 4,389,118,119 30,933,797,660 - B Belanja (b1 + b.2) 216,959,090, ,420,180, ,524,838, ,054,667,233-30,90 b.1 Belanja Tidak Langsung 136,948,280, ,921,920, ,146,779, ,234,459,981 23,37 b.1.1 Belanja pegawai 127,788,140, ,902,979, ,813,675, ,108,814,191 - b.1.2 Bunga b.1.3 Subsidi b.1.4 Hibah 2,263,626,000 17,813,902,000 5,801,050,000 6,261,125,000 - b.1.5 Bantuan sosial 530,520,624 1,395,878,443 25,000, ,000,000 - b.1.6 Belanja bagi hasil b.1.7 Bantuan keuangan 6,315,993,850 7,784,160,000 10,457,053,850 12,614,520,790 - b.1.8 Belanja tidak terduga 50,000,000 25,000,000 50,000, b.2 Belanja Langsung 80,010,809, ,498,259, ,378,059, ,820,207,252 37,34 b.2.1 Belanja pegawai b.2.2 Belanja barang dan jasa 27,308,526,350 76,330,464,157 95,532,743, ,209,491,522 - b.2.3 Belanja modal 52,702,283, ,167,795, ,845,316, ,610,715,730 - C Pembiayaan c.1 Pembiayaan Daerah 28,629,908 4,753,527,086 22,956,211,532 23,855,294,680-51,58 - c.1.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 28,629,908 4,753,527,086 22,956,211,532 23,855,294,680 - c.1.2 Pinjaman Daerah c.2 c.2.1 Pengeluaran Pembiayaan Daerah Penyertaan Modal (Investasi) PEMDA c.2.2 c.2.3 Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Surplus/Defisit Anggaran 4,724,577,208 31,846,483,645 12,791,263,519 3,129,288,369 Sumber : Badan Pengelolahan Aset Daerah Tulang Bawang Barat tahun 2014 *Untuk data tahun 2014 belum tersedia karena rekapitulasi dilakukan per 31 desember pertahunnya 23

24 No Sementara itu dari sisi pendanaan melalui sub sektor sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7 berikut ini: Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Tulang Barat Tahun SKPD Tahun Rata2 pertumb. 1 PU-CK ,21 1.a Investasi b operasional/ pemeliharaan(om) KLH ,15 2.a Investasi b operasional/ pemeliharaan(om) 3 Bappeda a Investasi b operasional/ pemeliharaan(om) Dinkes ,93 4.a Investasi b operasional/ pemeliharaan(om) 5 SKPD lainnya a Investasi b operasional/ pemeliharaan(om) Belanja Sanitasi ( n) Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+ na) Pendanaan OM (1b+2b+3b+ nb) , , ,93 11 Belanja Langsung 80,010,809, ,498,259, ,378,059, ,820,207,252 80,010,809, Proporsi Belanja Sanitasi Belanja ,83 Langsung(8/11) 13 Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja Sanitasi ,830, ,688, (9/8) 14 Proporsi OM Sanitasi Total Belanja Sanitasi (10/8) ,178,950,000-2,337,492,500-2,628,829,370 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kab. Tulang Bawang Barat 24

25 No 1 U r a i a n Belanja Sanitasi ( ) 1.1 Air Limbah 1.2 Sampah Rumah Tangga 1.3 Drainase 1.4 PHBS 2 Dana Alokasi Khusus ( ) 2.1 DAK Sanitasi 2.2 DAK Lingkungan Hidup DAK Perumahan dan 2.3 Permukiman Pinjaman/Hibah untuk 3 Sanitasi Bantuan Keuangan 4 Propinsi untuk Sanitasi Belanja APBD Murni untuk Sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung Tabel 2.7 : Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Tulang Barat Tahun Belanja Sanitasi (Rp.) Rata2 pertu mb. 84, , % APBD murni terhadap 1,19 1,26 2,86 0,62 0,66 6,59 Belanja Langsung Sumber : PMK tentang alokasi DAK 2010,2011,2012,2014 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total belanja APBD untuk sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2013 sebesar Rp , sedangkan total belanja langsung sebesar Rp. 294,820,207,252,, sehingga prosentase APBD murni terhadap Belanja Langsung sebesar 0.36%. Khusus untuk perhitungan rata rata pertumbuhan belanja APBD untuk sanitasi terhadap belanja langsung menggunakan perhitungan pendanaan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat yang bersumber dari APBD Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun sebesar 6,59%. 25

26 Tabel 2.8 : Belanja APBD Perkapita Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun No D e s k r i p s i Total Belanja Sanitasi Kabupaten Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata ,010,098,500 Jumlah Penduduk 253, , , , , ,40 Belanja Sanitasi Perkapita 35, , , ,209 12, , Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kababupeten Tulang Bawang Barat *) Sumber :APBD Kabupeten Tulang Bawang Barat tahun , diolah **) Rencana APBD Kabupeten Tulang Bawang Barat 2014 Tabel 2.9 : Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita No SKPD 1 Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi 1.b Potensi retribusi 2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi 2.b Potensi retribusi Retribusi Sanitasi Tahun (Rp.) , , , , Pertumbuhan (%) -0,55-0,86 3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi 3.b Potensi retribusi , Total Realisasi Retribusi , ,00 Sanitasi (1a+2a+3a) 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) Proporsi Total Realisasi 6 Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) , ,00 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupeten Tulang Bawang Barat Belum ada peraturan terkait dengan tata cara perhitungan potensi retribusi sanitasi. 5,24 5,24 26

27 Tabel 2.10 : Tabel Peta Perekonomin Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun No 1 2 D e s k r i p s i PDRB harga Konstan (struktur perekonomian) (Rp.) Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp.) 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) Sumber : PDRB Tulang Bawang Barat 2013 Retribusi Sanitasi Tahun (Rp.) * 2014* , , , , , , ,92 % 6,36 % 6,53 % - - Pertumbuhan (%) *Untuk PDRB tahun 2013 yang disusun pada tahun 2014 dilakukan pada triwulan 4, Untuk PDRB tahun 2014 yang disusun pada tahun , , Tata Ruang Wilayah Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan system jaringan prasarana dn sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Sehubungan dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat, maka dokumen RTRW dapat menjadi bahan acun untuk mengetahui kondisi fisik wilayah secara spasial dan rencana struktur dan pola ruang wilayah Rencana Sistem Perkotaan Sistem pusat-pusat permukiman atau sistem kota-kota di Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak terlepas dari struktur kota ibukota kabupaten maupun kota ibukota kecamatan, dan kawasan pusat pertumbuhan perkotaan yang merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk struktur tata ruang wilayah. Arahan pengembangan sistem kegiatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dilakukan melalui pengembangan pusat - pusat permukiman yang mempunyai karakteristik sebagai kawasan perkotaan maupun kawasan - kawasan yang secara fungsional masih bersifat perdesaan. Pengembangan pusat - pusat kegiatan dilakukan untuk memberikan pelayanan terhadap kawasan sekitar untuk mampu 27

28 dan berkembang serta mengakomodir kebutuhan kebutuhan pengembangan hingga 20 tahun mendatang yang disesuaikan dengan potensi perkembangan untuk mengurangi kendala pengembangan yang ada. Dalam menentukan sistem perkotaan di Kabupaten Tulang Bawang Barat mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 dan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung , maka terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan sebagai berikut : 1. Dalam RTRWN, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdekat yang menjadi pelayanan bagi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah Kota Menggala (Kabupaten Tulang Bawang) dengan fungsi utama yaitu : a. Pusat Pemerintahan Kabupaten b. Perdagangan dan jasa c. Pusat Koleksi dan distribusi. d. Kegiatan usaha dan produksi. 2. Kabupaten Tulang Bawang Barat Sebagai kabupaten baru yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang, Kota Panaragan sebagai ibukota Kabupaten Tulang Bawang Barat di proyeksikan atau di promosikan dalam RTRW Provinsi Lampung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) dengan fungsi utama yaitu : a. Pusat Pemerintahan Kabupaten b. Perdagangan dan jasa Untuk menunjang arahan pengembangan struktur ruang dalam RTRWN dan RTRW Provinsi Lampung serta memperkuat pengembangan sentra aktivitas ekonomi potensial, hirarkhi struktur ruang di Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk 20 tahun mendatang diwujudkan dalam 3 hirarkhi pusat pelayanan yaitu; 1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) yaitu pusat kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi dan transportasi yaitu Panaragan sebagai ibukota kabupaten. Dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Secara geografis posisi Ibukota 28

29 Kabupaten berada ditengah tengah wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat sehingga dapat menunjang perkembangan pemerataan dan keseimbangan pembangunan pada wilayah bagian utara dan selatan kabupaten. 2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu kawasan perkotaan atau pusat satuan permukiman yang direkomendasikan oleh kabupaten sebagai PKL yang mempunyai karakteristik berupa kemampuan jangkauan pelayanan lebih dari satu kecamatan. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang berfungsi sebagai penyangga Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Panaragan yang arahkan di Tumijajar dan Lambu Kibang. 3. Pusat Kegiatan Kawasan (PPK) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Pusat pusat kegiatan kawasan diarahkan pada 6 (lima) wilayah Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat simpul perkembangan dalam satu wilayah kecamatan dan mempunyai potensi untuk mendorong pusat-pusat kecamatan (daerah belakangnya). Penentuan struktur hirarki kota-kota di Kabupaten Tulang Bawang Barat didasarkan pada jalur upaya pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten. Dengan demikian struktur kotakota ini diarahkan dan diharapkan mencapai tujuan keseimbangan pembangunan antar wilayah. Dalam arti adanya keseimbangan pembangunan antara perkembangan wilayah pusat, wilayah transisi dan wilayah belakang, sehingga wilayah sekitarnya dapat ikut berkembang akibat multiplier effect dari sistem kegiatan ekonomi yang terjadi pada pusat-pusat pengembangan. Untuk menciptakan kondisi ini maka yang diperlukan struktur ekonomi yang mantap dan seimbang antara sektor primer, sekunder dan tersier., sebagaimana dilihat pada tabel berikut ini : 29

30 Peranan dan Fungsi Wilayah Kecamatan Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun NO KOTA / KECAMATAN PERANAN DAN FUNGSI KETERANGAN 1 Tulang Bawang Tengah (Panaragan) 2 Lambu Kibang (Kibang Budi Jaya) 1. Perdagangan dan jasa regional 2. Perkebunan 3. Pertanian 1. Perkebunan 2. P erikanan 3. Pertanian 3 Tumijajar (Daya Murni) 1. Perdagangan dan jasa regional 2. Industri pengolahan 3. Pertanian 4 Gunung Agung (Tunas Jaya) 1. Perkebunan 2. Pertanian Lahan Kering 3. Kawasan Kehutanan 5 Way Kenanga (Balam Jaya) 1. Perkebunan 2. Pertanian Lahan Kering 6 Gunung Terang 1. Peternakan dan perikanan (Totomulyo) 2. Pertanian 7 Pagar Dewa (Pagar Dewa) 1. Perkebunan 2. Perikanan 3. Pertanian 4. Pariwisata 8 Tulang Bawang Udik 1. Perkebunan (Karta) 2. P erikanan 3. Pertanian Sumber : RTRW Kab. Tulang Bawang Barat Tahun PKWp PKLp PKLp PPK PPK PPK PPK PPK Rencana Sumber Daya Air dan Pengairan Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. Wilayah sungai meliputi wilayah sungai lintas, dan wilayah sungai strategis sedangkan cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah lintas berupa cekungan air tanah (CAT) Metro Kotabumi. Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat bagian utara khususnya di Kecamatan Gunung Agung dan Way Kenanga bukan wilayah yang termasuk cekungan air tanah (CAT). Pengelolaan sumberdaya air dan jaringan pengairan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dikembangkan untuk : a. Pemeliharaan kawasan hulu sungai melalui kegiatan pelestarian kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pengamanan sumber air dan pencegahan banjir di Kecmatan Pagar Dewa. 30

31 b. Pengelolaan irigasi yakni prasarana irigasi yang terdapat pada sentra-sentra produksi pangan; c. Peningkatan koordinasi antar kabupaten untuk singkronisasi program sektoral maupun program bersama. d. Pengembangan struktur ruang dengan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sumberdaya air melalui peningkatankualitas jaringan prasarana serta dengan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air dan penetapan sumberdaya air wilayah sungai; e. Pengembangan kawasan budidaya andalan dengan sektor unggulan pertanian untuk ketahanan pangan melalui pengembangan dan pelestarian kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan penetapan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian; f. Peningkatan akses pelayanan perkotaan yang merata dan berhirarkhi yang meliputi menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan serta antar kawasan perkotaan dan perdesaan; g. Pelesatarian fungsi lingkungan hidup melalui penetapan kawasan lindung dan mewujudkan kawasan berfungsi lindung. Pemanfaatan sumber air diarahkan pada air permukaan dengan intake di sungai terdekat yang potensial. Pada kawasan permukiman perkotaan penyediaan air bersih melalui jaringan pipa PDAM dengan memanfaatkan air baku dari sungai atau air permukaan. Pada kawasan permukiman perdesaan dikembangkan sistem air bersih perdesaan yaitu memanfaatkan sumber air baku yang ada meliputi mata air, air tanah dan air sungai dengan sistem jaringan air sederhana Persampahan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. 31

32 Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan. Kegiatan penanganan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat sampai tahun 2031 meliputi: a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; 32

33 b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu; c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir; d. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) di Kecamatan Tulang Bawang Udik dan atau di Kecamatan Tulang Bawang Tengah. e. Pembangunan Tempat Pemrosesan Sementara di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tumijajar dan Lambu Kibang. Sejalan dengan besarnya timbunan sampah dan kondisi wilayah yang ada maka sampai tahun 2031 diarahkan adanya pengembangan cakupan pelayanan sampah sebagai berikut : Untuk lima tahun pertama diarahkan tingkat pelayanan persampahan di kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 50 % dari total wilayah permukiman perkotaan yang ada. Untuk lima tahun kedua diarahkan tingkat pelayanan persampahan di kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 70 % dari total wilayah permukiman perkotaan yang ada. Untuk lima tahun ketiga diarahkan tingkat pelayanan persampahan di kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 90 % dari total wilayah permukiman perkotaan yang ada. Untuk lima tahun keempat diarahkan tingkat pelayanan persampahan di kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 100 % dari total wilayah permukiman perkotaan yang ada. Sedangkan untuk skala lingkungan khususnya untuk lingkungan perkotaan dikembangkan incenerator yang dikelola secara mandiri dengan konsep Community Base Waste Management. Pengembangan pengelolaan sampah di kawasan perdesaan agar di sejalan dengan program pengembangan pupuk organik dimana sampah yang dihasilkan di kawasan perdesaan diolah menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan lahan pertanian setempat. 33

34 2.4.4 Rencana Pola Ruang 1. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan lindung adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan cagar budaya dan kawasan rawan bencana. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari sempadan sungai dan kawasan sekitar mata air. Kawasan lindung di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawah Kawasan sekitar rawa merupakan sumber daya air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah di atas lahan yang pada umumnya mempunyai kondisi topografi relatif datar dan/atau cekung, tanahnya berupa mineral mentah dan/atau tanah organik/gambut, mempunyai derajat keasaman air yang tinggi, dan terdapat flora dan fauna yang spesifik. Konservasi rawa adalah upaya memelihara keberadaan serta keberkelanjutan keadaan, sifat, fungsi rawa agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas air yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun generasi yang akan datang. Sempadan rawa adalah adalah areal yang dibutuhkan untuk keperluan pengamanan dalam pengelolaan rawa minimal 100 (seratus) meter dari muka air rawa tertinggi, tersebar di Kecamatan Pagar Dewa, Gunung Terang dan Tulang Bawang Udik. b. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan tersebut dibatasi oleh garis berjarak tertentu ke arah daratan dari garis permukaan air sungai pada saat debit normal. Pengelolaan sempadan sungai perlu dilakukan se-dini mungkin secara tegas, sebelum permasalahannya menjadi lebih kompleks, terutama yang berada di wilayah permukiman. Kriteria kawasan sempadan sungai : 34

35 Sungai besar (sungai yang mempunyai daerah pengaliran 500 km²) mempunyai garis sempadan sungai sebesar 100 m di kiri dan kanan sungai. Sungai kecil (sungai yang mempunyai daerah pengaliran dari 500 km²) mempunyai garis sempadan sungai sebesar 50 m di kiri dan kanan sungai. Untuk kawasan permukiman yang sudah ada di sepanjang sungai dibatasi dengan jalan inspeksi sebesar m dari bibir sungai. c. Kawasan Cagar Budaya Merupakan kawasan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang dimaksudkan untuk pengembangan budaya dan ilmu pengetahuan, serta dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai fungsi rekreasi (wisata) Kawasan cagar budaya di Kabupaten Tulang Bawang Barat meliputi areal permukiman asli (kampung adat Lampung), kompleks makam leluhur Tulang Bawang Barat, dan tempat bersejarah lain yang berada di Kecamatan Pagar Dewa. d. Kawasan Rawan Bencana Pada beberapa lokasi sering terjadi banjir terutama di sungai Way Tulang Bawang, Way Kanan dan Way Kiri. Muara atau pertemuan Sungai Way Kanan dan Way Kiri yang kemudian mengalir ke Sungai Way Tulang Bawang berada di Kecamatan Pagar Dewa. Kawasan yang sering mengalami banjir merupakan kawasan lahan kering akibat dari meningkatnya volume debit air. Pada musim musim kemarau seiring dengan rendahnya debit air sungai, banyak bermunculan lahan lahan yang membentuk pulau dan pada lahan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian tanaman pangan, palawija dan holtikultura. Oleh karena itu untuk kawasan ini arah pemanfaatan ruang antara lain ditujukan untuk menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan rawan banjir. Upaya selanjutnya adalah mencegah terjadinya perkembangan permukiman yang intensif di sekitar kawasan ini. Kalaupun ada permukiman yang akan dikembangkan, maka konstruksinya harus sesuai untuk 35

36 mengantisipasi bahaya banjir, misalnya dengan membangun rumah-rumah panggung. Dengan demikian arah pemanfaatan ruang antara lain ditujukan untuk menetapkan deliniasi permukiman yang termasuk dalam kawasan cagar budaya, baik sebagai kawasan inti (sanctuary zone), maupun kawasan penyangga (buffer zone) sesuai dengan maksud dan kaidah pelestarian budaya. Upaya selanjutnya adalah membatasi kawasan cagar budaya ini dari kegiatan budidaya yang mengganggu atau memberi dampak negatif terhadap fungsi pelindungnya. Selain itu juga perlu dikembangkan kegiatan sosialekonomi-budaya yang dapat mengangkat kembali kehidupan masyarakat setempat Kriteria penetapan bagi setiap jenis kawasan lindung, berdasarkan klasifikasi sebagaimana diatas, disajikan pada Tabel Kriteria Kawasan Lindung Kabupaten Tulang Bawang Barat Klasifikasi Dan No. Jenis Kawasan Lindung A Kawasan Lindung (L) 1. Kawasan Sempadan Sungai (L1) Tujuan Pengelolaan Kriteria Keterangan Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta untuk mengamankan aliran sungai. Kriteria Menurut Peraturan Perundangan (Kepres No32/1990) : Sekurang-kurangnya 100 m di kiri-kanan sungai besar dan 50 m di kiri-kanan anak sungai yang berada di luar permukiman; dan Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara m. Kriteria yang diterapkan di Kabupaten Tulang Bawang Barat : Idem (Sesuai Peraturan Perundangan) Untuk anak-anak sungai yang jumlahnya cukup banyak dan kompleks, dimensi lebar 100 m tidak bisa tergambarkan dengan baik pada peta skala 1 : , oleh karena itu tidak ditampilkan dalam Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah; dan Direkomendasikan untuk dideliniasi dalam penyusunan/revisi RTRW setiap Kabupaten/Kota. 36

37 Klasifikasi Dan No. Jenis Kawasan Lindung 2. Kawasan Sekitar rawa (L2) 3. Kawasan Cagar Budaya 4. Kawasan Rawan Bencana Banjir Tujuan Pengelolaan Kriteria Keterangan Melindungi rawa dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi rawa. Melindungi hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan bersejarah Melindungi kawasan permukiman dan kawasan budidaya Sumber : RTRW Kab. Tulang Bawang Barat Tahun Kriteria Menurut Peraturan Perundangan (Kepres No. 32/1990) : Daratan sepanjang tepian rawa yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik rawa antara m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Daerah atau kawasan yang menjadi lokasi penyebaran dan pemusatan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan bersejarah berupa : Bangunan atau Situs Makam tokoh tokoh adat dan budayawan leluhur Kabupaten Tulang Bawang Barat. Daerah atau kawasan yang berada disekitar bantaran sungai dan rawa yang mengalami genangan akibat : Naiknya permukaan air sungai, Tingginya curah hujan Rendahnya tingkat resapan air pada permukaan tanah Rendahnya kemampuan pengaliran pada sistem drainase buatan Dimensi lebar 50 m tidak bisa tergambar dengan jelas pada peta skala 1 : , oleh karena itu dalam Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah diambil lebar 100 m. Lokasi bencana banjir berada disekitar bantaran sungai sungai besar antara lain Way Tulang Bawang, Way Kanan dan Way Kiri serta kawasan rawa.. Membatasi lahan permukiman pada lokasi genangan kecuali permukiman dengan bangunan berbentuk rumah panggung. Membangun saluran drainase buatan untuk melindungi sarana dan prasarana serta infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah. e. Kawasan Permukiman. Suatu perumahan atau kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan dan 37

38 merupakan bagian lingkungan hidup diluar kawasan lindung baik di kota maupun di desa yang berfungsi sebagai tempat kegiatan yang mendukung kehidupan. Dinamikan pemukiman perdesaan sangat erat kaitannya dengan kawasan pertanian, banyak terdapat vegetasi di halaman rumah serta menjadikan tempat tinggal sekailigus tempat produksi. Sedangkan dinamika permukiman perkotaan merupakan lingkungan permukiman yang padat, kualitas lingkungan maupun infrastruktur cenderung kurang mencukupi. Klasifikasi tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun rencana 2031 dibagi menjadi 3 (tiga) kelas yaitu a. Tingkat kepadatan 4 jiwa/ha berada di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tumijajar dan Way Kenanga b. Tingkat kepadatan 1-3 jiwa/ha berada di Kecamatan Lambu Kibang, Gunung Terang dan Gunung Agung. c. Tingkat kepadatan < 3 jiwa/ha berlokasi di Kecamatan Tulang Bawang Udik dan Pagar Dewa Kawasan pemukiman perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Tulang Bawang Barat diarahkan pengembangannya sebagai berikut : a. Kawasan permukiman perkotaan diarahkan ke Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tumijajar dan Lambu Kibang. b. Kawasan permukiman perdesaan diarahkan ke Kecamatan Way Kenanga, Gunung Agung, Gunung Terang, Pagar Dewa dan Tulang Bawang Udik. 38

39 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 2.3 : Rencana struktur ruang Kabupaten Tulang Bawang Barat Peta 2.3 : Rencana struktur ruang Kabupaten (Ukuran A3) 39 Sumber Peta : RTRW Kab. Tulang Bawang Barat Tahun

40 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 2.4 : Rencana pola ruang Kabupaten Tulang Bawang Barat Peta 2.4 : Rencana pola ruang Kabupaten (Ukuran A3) 40 Sumber Peta : RTRW Kab. Tulang Bawang Barat Tahun

41 2.5 Sosial dan Budaya Untuk kondisi pendidikan di Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan data dari Tulang Bawang Barat Dalam Angka tahun 2014 jumlah Sekolah Dasar (SD) terdapat 162 buah yang tersebar di seluruh kecamatan. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 24 buah, Sekolah Manengah Atas (SMA) berjumlah 11 buah. Sedangkan untuk sekolah keagamaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah 14 buah dan Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 8 buah. Kondisi Pendidikan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut ini : Tabel 2.11 : Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Tulang Bawang Barat Jumlah Sarana Pendidikan Nama Kecamatan Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA Tulang Bawang Udik Tumijajar Tulang Bawang Tengah Pagar Dewa Lambu Kibang Gunung Terang Gunung Agung Way Kenanga Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang Barat 2014 Kondisi penduduk miskin dilihat dari Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Instansi/Dinas terkait belum melakukan pendataan untuk beberapa tahun terakhir. Untuk sebaran bangunan rumah di Kabupaten Tulang Bawang Barat bedasarkan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun Kecamatan yang memiliki rumah paling banyak adalah kecamatan Tulang Bawang Tengah sebanyak rumah dan yang paling sedikit adalah kecamatan rumah. Kondisi jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada table 2.12 berikut ini : 41

42 Tabel 2.12 : Jumlah penduduk miskin per kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin Tulang Bawang Udik Tumijajar Tulang Bawang Tengah Pagar Dewa Lambu Kibang Gunung Terang Gunung Agung Way Kenanga Sumber : Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan Untuk sebaran bangunan rumah di Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2013 kecamatan yang memiliki jumlah rumah paling banyak adalah Kecamatan Tulang Bawang Tengah sebanyak rumah dan yang paling sedikit adalah kecamatan rumah. Kondisi jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut ini : Tabel 2.13 : Jumlah rumah per Kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Rumah Tulang Bawang Udik Tumijajar Tulang Bawang Tengah Pagar Dewa Lambu Kibang Gunung Terang Gunung Agung Way Kenanga Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Barat 42

43 2.6 Kelembagaan Pemerintahan Daerah Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat KETUA Sekretaris Daerah SEKRETARIS Asisten Bid. Perekonomian & Pembangunan SEKRETARIAT (Pejabat/staf setdakab dan SKPD lain) BIDANG PERENCANAAN BIDANG PENDANAAN BIDANG TEKNIS Ketua Kepala SKPD yang menangani perencanaan Ketua Kepala SKPD yang menangani pendanaan Ketua Kepala SKPD yang menangani bidang teknis BIDANG PENYEHATAN, KOMUNIKASI DAN PEMBERDAYAAN Ketua Kepala SKPD yang membidangi Kesehatan BIDANG MONITORING DAN EVALUASI Ketua Kepala SKPD yang membidangi lingkungan hidup Wakil Ketua Kabid Fispra Bappeda atau sebutan lainnya Anggota Pejabat/staf bappeda dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan perencanaan layanan persampahan, air limbah domestik dan drainase lingkungan Wakil Ketua Kabid yang membidangi penganggaran Anggota Pejabat/staf BPKAD dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan fungsi penganggaran, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan dan aset Wakil Ketua Kabid urusan cipta karya dan lainnya Anggota Pejabat/staf cipta karya dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan perencanaan layanan persampahan, air limbah domestik dan drainase lingkungan Wakil Ketua Kabid penyehatan lingkungan Anggota Pejabat/staf Dinas kesehatan dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan penyehatan lingkungan, pendidikan,komunikasi, dan pemberdayaan masyarakat Wakil Ketua Kabid pengembangan lingkungan hidup Anggota Pejabat/staf BPLHD dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan monitoring dan evaluasi sanitasi Pada awalnya penataan perangkat daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat menggunakan pola minimal yang pada prinsipnya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741). Organisasi perangkat daerah kabupaten dibentuk berdasarkan pertimbangan antara lain; kewenangan pemerintah yang dimiliki wilayah kabupaten, kemampuan keuangan daerah, ketersedian sumberdaya aparatur, serta pembangunan pola kerjasama antara daerah dan/atau pihak ketiga. 43

44 Berdasarkan hal tersebut, saat ini penyusunan organisasi tata kerja di lingkungan Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tatakerja Perangkat Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Sekretariat Daerah Kabupaten Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati. Untuk menyelenggarakan kewajiban, Sekretaris Daerah Kabupaten Mempunyai tugas serta fungsi: 1. Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah, lembaga teknis daerah dan lembaga lain sebagai bagian dari perangkat daerah; 2. Untuk menyelenggarakan tugas dan kewajiban Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud diatas, menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan kebijakan pemerintah daerah; b. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah, lembaga teknis daerah dan lembaga lain sebagai bagian dari perangkat daerah; c. Pemantuan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah; d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah; e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; f. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Susunan Organisasi sekretaris Daerah Kabupaten terdiri dari: a. Sekretaris daerah kabupaten. b. Asisten bidang pemerintahan dan kesejahteraan rakyat, terdiri dari : c. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan terdiri dari : d. Asisten bidang administrasi umum, terdiri dari : 44

45 2.6.2 Organisasi Dinas-Dinas Daerah Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. (1) Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. (2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud. Dinas Daerah menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d. Plaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 1. Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan mempunyai tugas melakukan urusan pemerintahan dibidang pelayanan kesehatan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan dan tugas pembantu yang diberikan perintah kepada Bupati serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas Dinas Kesehatan mempunyai fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; b. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; c. Pembinaan dan pelaksaan tugas di bidang kesehatan; d. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kesehatan. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari: a. Kepala Dinas b. Bidang pengendalian masalah kesehatan, membawahi : i. Seksi pemberantasan dan penanggulangan penyakit; 45

46 ii. Seksi pencegahan dan pengamatan penyakit; iii. Seksi penyehatan lingkungan dan pemukiman. 2. Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum adalah merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah bidang pekerjaan umum. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pekerjaan Umum, menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pekerjaan umum; b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, terdiri dari: a. Kepala Dinas b. Bidang cipta karya, membawahi; i. Seksi perumahan dan pemukiman; ii. Seksi bangunan dan gedung; iii. Seksi air minum dan penyehatan lingkungan Lembaga Teknis Daerah Lembaga teknis daerah merupakan unsure pendukung tugas Kepala Daerah. Lembaga teknis daerah berbentuk Inspektorat dipimpin oleh inspektur, berbentuk badan dipimpin oleh Kepala Badan, berbentuk kantor dipimpin oleh Kepala Kantor, berbentuk satuan dipimpin oleh Kepala Satuan yang bertangggungjawab langsung kepada Bupati dan melalui Sekretaris Daerah. Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melakukan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh bupati berdasarkan perundang-undangan. 46

47 Untuk melaksanakan tugas Lembaga Tuknis Daerah Kabupaten mempunyai fungsi: a. Perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Pemberian dukunngan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d. Pelsanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; e. Pengelolaan administratif 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Pembagunan Daerah adalah merupakan unsur perencanaan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Badan Perencanaan Pembagunan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembagunan daerah. Untuk menyelengarakan tugas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan; b. Pengkoordinasian penyusunana perencanaan pembagunaan; c. Penyusunan dokumen perencanaan pembagunaan; d. Pembinaan, pengendalian dan pelaksanaan tugas perencanaan pembagunan; e. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Bidang fisik dan prasarana, membawahi; i. Sub bidang prasarana; ii. Sub bidang pengembangan wilayah. 2. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah adalah merupakan unsur-unsur pendukung tugas Kepala Daerah di bidang Lingkungan Hidup. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan 47

48 pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengelolaan lingkungan hidup daerah; b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah derah dibidang pengelolaan lingkungan hidup daerah; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pengelolaan lingkungan hidup daerah; d. Pelayanan Administratif di bidang pengelolaan lingkungan hidup; dan e. Pelaksanaan tugas lain diberikan oleh Bupati sesuai dan fungsinya. Susunan organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terdiri dari; a. Kepala Badan; b. Bidang pengendalian lingkungan, membawahi; i. Sub bidang perencanaan dampak lingkungan; ii. Sub bidang penanggulangan dan pemulihan lingkungan Komunikasi dan Media Ada berbagai macam media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi khususnya sanitasi, baik media elektronik maupun media cetak. Selain melalui media, informasi juga dapat disampaikan secara langsung misal melalui penyuluhan, sosialisasi dan lain-lain. Berikut ini adalah hasil survei yang dilakukan untuk mengetahui media yang efektif dan efisien untuk kampanye/promosi sanitasi Dalam penyampaian informasi tentang sanitasi, dapat di berikan dengan melalui beberapa cara baik dalam media cetak, maupun media elektonik. Masyarakat Kabupaten tulang Bawang Barat belum mendapatkan informasi mengenai hal- hal yang berkaitan tentang Sanitasi. Belum ada surat kabar, Radio lokal maupun media lainnya yang berperan memberikan informasi. Selain melalui media elektronik, tokoh-tokoh agama maupun pemuka adat setempat belum memberikan sosialisasi tentang pengenalan dan informasi ke masyarakat. Saat ini di Kabupaten Tulang Bawang Barat belum ada kegiatan yang terkait komunikasi dan media. 48

49 No Kegiatan Tahun Tabel 2.14 : Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi* Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran * data: belum ada data(tidak ada kegiatan) Tabel 2.15 : Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi* No Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang Diangkat Pesan Kunci * data: belum ada data(tidak ada kegiatan) Efektifitas 49

50 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 1.1. Wilayah Kajian Sanitasi Dalam usahanya untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup di Kabupaten Tulang Bawang Barat pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan tetap berupaya untuk menjaga kelestarian alam dan kualitas lingkungan serta permukiman. Salah satu aspek yang penting dalam menjaga kualitas lingkungan adalah denganmenjaga kondisi lingkungan yang meliputi sektor sanitasi dan air bersih di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ada 5 (lima) Profil Sanitasi yang akan dibahas pada Buku Putih sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat yaitu; Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan terkait sanitasi, Pengelolaan air limbah domesti, Pengelolaan persampahan, Pengelolaan drainase lingkungan dan Pengelolaan komponen terkait sanitasi. Dalam penyusunan perencanan pembangunan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial, baik dilihat dari wilayah kerja maupun subsector yang akan dilakukan. Oleh karena itu pelaksanaan wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) maupun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah di seluruh wilayah administrasi Kabupaten Tulang Bawang Barat yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 82 kampung. Penentuan wilayah kajian ini diambil berdasarkan penilaian dan kesepakatan SKPD. Dengan dilakukannya kajian disemua desa/kelurahan diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai kondisi risiko sanitasi di masing-masing wilayah, sehingga data yang diperoleh nantinya akan dapat digunakan untk menyusun kebijakan pembangunan dibidang sanitasi atau kebijakan pembangunan lainnya. 50

51 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi Peta 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi Sumber Peta : Asumsi disepakati Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat,

52 3.2 Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Santasi Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat (pengunjung puskesmas) adalah penyakit pernafasan dimana hal itu berkaitan dengan adanya asap kebakaran hutan dan ladang yang selalu terjadi setiap tahunnya. dimana hal itu sangat berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungannya, yang juga terkait erat dengan kebiasaan PHBS masyarakatnya. Cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih, rumah sehat, jamban sehat, dan cakupan SPAL di Kabupaten Tulang Bawang Barat masih dibawah target Tatanan Rumah Tangga Kondisi PHBS dan Promosi Higiene di dalam tatanan rumah tangga diperoleh dari studi EHRA di beberapa desa dengan 400 (empat ratus) responden. Pengambilan sampel responden ini diawali dengan pengklusteran desa yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP Aspek PHBS dan Promosi Higiene yang dibahas adalah perilaku buang air sembarangan, cuci tangan pake sabun di lima waktu pentng, pengelolaan sampah, penggunaan air bersih. Sesuai dengan warisan budaya masa lalu, orientasi hidup masyarakat Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagian masih berada di daerah aliran sungai. Segala aktivitas dilakukan disana. Mereka mendirikan rumah di bantaran sungai sehingga hampir semua aktivitas masyarakat dilakukan di sungai tersebut, mulai dari mandi dan mencuci hingga buang air besar disana. Selain itu, karena badan rumah ada yang berada di atas air maka apabila mereka membuat kakus/ jamban di dalam rumah, tinjanya juga secara langsung maupun tidak langsung dibuang ke badan air tersebut. Berdasarkan studi EHRA, Prosentase orang dewasa yang buang air besar dijamban sebesar 87,6% di Jamban pribadi dan 1,5% di MCK, akan tetapi permasalahan disini adalah masih adanya orang dewasa yang Buang Air Besar Sembarangan di Sungai (1,5%), di kebun (4,7%) dan kelubang galian (3,5%), hal ini terkait dengan profesi masyarakat dewasa di 52

53 kabupaten Tulang Bawang Barat yang mana sebagian besar Masyarakat adalah petani buruh, misalnya penyadap karet yang beralasan tidak sempat bila harus puang kerumah untuk BAB di Jamban pribadi. hal ini tidak diikuti kesadaran ibu membuang tinja bayi ke jamban juga, hanya 26% saja tinja bayi yang dibuang ke jamban sisanya masih sembarangan seperti di kebun, sungai dan lain-lain. Hal ini didukung oleh kepemilikan jamban Kabupaten sebesar 67% dan perilaku rumah tangga yang masih BABS di kabupaten sebesar 89,8%. 1. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Salah satu perilaku higiene atau perilaku hidup bersih dan sehat adalah cuci tangan pakai sabun (CTPS). CTPSmerupakan pilar ke 2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang prinsipnya mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Berdasarkan Hasil Studi EHRA yang dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat terhadap 400 responden dapat diketahui bahwa kebiasaan masyarakat untuk mencuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting baru dilakukan oleh 8,85% masyarakat. Selebihnya yaitu 91,15% masyarakat belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun di 5 waktu penting. 5 waktu penting cuci tangan pakai sabun antara lain : setelah ke jamban, setelah membersihkan anak buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan dan setelah memegang hewan. Gambar 3.1 : Grafik CTPS di lima waktu penting CTPS di lima waktu penting 8.85% 91.15% Tidak Ya Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat

54 2. Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Berdasarkan hasil studi EHRA yang dilakukan terhadap 400 responden dapat diketahui bahwa di Kabupaten Tulang Bawang Barat perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) masih dilakukan oleh sekitar 54,20% masyarakat. Sedangkan yang sudah tidak melakukan praktik BABS sebesar 45,80% masyarakat.hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan BAB di jamban masih rendah sehingga perlu dilakukan pemicuan dan penyuluhan lagi. Gambar 3.2 : Grafik Persentase penduduk yang melakukan BABS Perilaku BABS 46% 54% Ya, BABS Tidak Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga Berdsarkan hasil studi EHRA yang dilakukan dapat diketahui bahwa di Kabupaten Tulang Bawang Barat masih ada sekitar 12.79% masyarakat yang memiliki pengeloolaan air minumnya memiliki potensi tercemar pada saat penanganan air maupun pada wadah penyimpanan air minum. Sementara 87.21% masyarakat sudah aman dalam pengelolaan air minum. 54

55 Gambar 3.3 : Grafik pengelolaan air minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air) Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air 12.79% 87.21% Ya,Tercemar Tidak tercemar Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berdasarkan hasil studi EHRA yang dilakukan terhadap 400 responden di Kabupaten Tulang Bawang Barat diketahui bahwa hanya 10,39% saja masyarakat yang sudah melakukan pengolahan sampah, sedangkan 89,60% masyarakat belum melakukan pengolahan sampah. Gambar 3.4 : Grafik Pengelolaan Sampah Setempat Pengelolaan Sampah Setempat 10.40% 89.60% Tidak diolah diolah Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat

56 5. Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) Berdasarkan hasil Studi EHRA diketahui bahwa sebagian masyarakat atau sebesar 61,89% telah mengelola air limbah dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci degan benar sedangkan 38,10% masyarakat belum mengelola air limbah tersebut dengan benar. Gambar 3.5 : Grafik karena Pencemaran SPAL Pencemaran karena SPAL 38,10% 61.89% Ya Tidak Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat Tatanan Sekolah Untuk PHBS tatanan sekolah di Kabupaten Tulang Bawang Barat masih sebatas mengkampayekan Cuci Tangan Pakai Sabun ditingkat sekolah dasar. Permasalahan spesifik dan paling prioritas yang dihadapi adalah kemauan dan kesadaran siswa/siswi untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebelum jajan maupun makan yang masih rendah dan anggaran pemerintah daerah yang terbatas untuk membangun sarana dan prasarana CTPS Rencana Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk mengatasi masalah tersebut antara lain selalu mengkampayekan pentingnya CPTS. Sekolah yang disurvey untuk buku putih ini hanya terdiri dari masing-masing 2 (dua) Sekolah Dasar, dan Madrasah Ibtidayah. Pemilihan sekolah ini berdasarkan keterbatasan sumber daya manusia, waktu dan biaya. Namun diasumsikan ke dua sekolah ini cukup dapat menggambarkan kondisi sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Berdasarkan hasil survey layanan sanitasi sekolah, hampir semua sekolah di Kabupaten Tulang Bawang Barat belum memiliki sarana sanitasi yang proporsional antara jumlah siswa dengan sarana sanitasi yang ada. Sebagian besar sekolah sudah memiliki fasilitas cuci tangan yaitu sebanyak 98.8 % 56

57 Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/ pesantren terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan dan kebersihan toilet serta ketersediaan tempat cuci tangan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Untuk toilet ada beberapa sekolah yang tidak memisahkan antara siswa laki-laki dan perempuan. Pendanaan untuk sarana sanitasi kebanyakan didanai oleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sementara itu petugas yang melakukan pembersihan terhadap sarana sanitasi untuk tingkat sekolah dasar belum ada petugas sendiri, kebanyakan yang melakukan pembersihan fasilitas tersebut adalah siswa itu sendiri baik laki-laki maupun perempuan. Untuk kondisi sarana sanitasi sekolah yang disurvey adalah yang terkait dengan pengetahuan sanitasi, pengelolaan sampah, fasilitas cuci tangan dan lain-lain dapat dilihat pada Tabel 3.1. Untuk pengetahuan tentang hegiene dan sanitasi di sekolah diperoleh siswa dari mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Agama dan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hampir 98 % sekolah belum melakukan proses pengolahan sampah, sampah disekolah kebanyakan di kumpulkan dan dibakar. No 1 2 Status Sekolah Dasar Sekolah Dasar Negeri Sekolah Dasar Swasta Tabel 3.1 : Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Sekolah Tingkat Dasar/MI Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru L P L P P D A M Sumber Air Bersih*) SPT/ PL SGL T L/P Toilet Guru**) L & P Toilet Siswa***) Fas Cuci Tangan Fas Pengolaha n Sampah T L/P L & P T Y T Y T Y Saluran Drainas e MI T Total Keterangan: Sumber : Survey Sekolah Dasar/MI hanya di desa/kelurahan yang menjadi target studi EHRA *) Sumber air bersih diisi jumlah sekolah yang menggunakan sumber air dari PDAM, Sumur Pompa Tangan/Pompa Listrik (SPT/ PL), sumur Gali (SGL) dan berfungsi. Pada kolom T diisi jumlah sekolah yang tidak mempunyai sumber air bersih ataupun sumber airnya tidak berfungsi. **) Toilet guru : Kolom L/P diisi dengan jumlah sekolah yang sudah menyediakan toilet untuk guru bersatu antara laki-laki dan perempuan Kolom L dan P diisi dengan jumlah sekolah yang menyediakan toilet guru terpisah untuk laki-laki dan perempuan Kolom T diisi dengan jumlah sekolah tidak mempunyai toilet untuk guru ***) Toilet siswa : Kolom L/P diisi dengan jumlah sekolah yang sudah menyediakan toilet untuk siswa bersatu antara laki-laki dan perempuan Kolom L dan P diisi dengan jumlah sekolah yang menyediakan toilet siswa terpisah untuk laki-laki dan perempuan Kolom T diisi dengan jumlah sekolah tidak mempunyai toilet untuk siswa 57

58 Dari hasil survey sanitasi sekolah yang telah dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang Barat terlihat bahwa kondisi toilet guru dalam kondisi sngat baik sebesar 16,3%, kondisi baik sebesar 76,5% dan yang dalam keadaan kurang baik sebesar 7,2%. Keadaan ini berbeda dengan kondisi toilet siswa yang kondisi sangat baik sebesar 8.4%, kondisi baik sebesar 26% dan kondisi kurang baik sebesar 65,6%.Untuk fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) di sekolah dasar/mi sebesar 42% dalam kondisi kurang baik (tidak memiliki fasilitas CTPS), 30.5% kondisi baik dan sisanya sebesar 27,5% dalam kondisi sangat baik. Sarana air bersih di sekolah di Kabupaten Tulang Bawang Barat pada umumnya sangat baik terlihat dari hasil survey yang dilakukan sebesar 67% kondisi sangat baik (tersedia Sumber air PDAM/SPT/PL/SGL), 30% dalam kondisi baik dan 3% kondisi kurang baik (tidak tersedia Sumber Air). No Tabel 3.2 : Kondisi Sarana Sanitaasi Sekolah Dasar (MI) Kondisi Sarana Sanitasi % Sangat Baik % Baik % Kurang Baik 1 Toilet Guru Toilet Siswa Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Saran Air Bersih Pengelolaan Sampah Saluran Drainase Ketersediaan dana untuk kegiatan Higiene dan sanitasi Pendidikan Higien dan Sanitasi Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Tabel 3.3 : PHBS terkait sanitasi di Sekolah Dasar/MI No Perilaku Higiene dan Sanitasi % Baik % Kurang Baik 1 Cuci tangan pakai sabun Penggunaan toilet/jamban Perilaku buang sampah Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat Pengelolaan Air Limbah Domestik Limbah adalah sisa atau buangan dari suatu usaha dan/ atau kegiatan manusia. Limbah dapat juga diartikan sebagai bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Dalam Buku Putih ini yang dibahas adalah air limbah 58

59 domestik yaitu air limbah yang dihasilkan dari rumah tangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Contoh dari air limbah domestik ini dapat berupa air cucian, air sabun, tinja, dan lain-lain Kelembagaan Landasan Hukum dalam pengelolaan Air Limbah Domestik antara antara lain: 1. Undang-Undang Republik Indonesia a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 3. Keputusan Menteri Republik Indonesia a. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. b. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 4. Petunjuk Teknis a. Petunjuk Teknis Nomor KDT Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan. b. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik. c. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Penoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus. d. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P judul Manual Teknis MCK 5. Peraturan Daerah Hingga saat ini Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak memiliki instansi khusus yang menangani pengelolaan air limbah domestik. Akan tetapi, secara tidak langsung 59

60 pengelolaan air limbah ditangani oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD). sedangkan Dinas Pekerjaan Umum membangun MCK umum. Sejauh ini pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik adalah Pemerintah Kabupaten. Saat ini memang tidak ada keterlibatan pihak swasta maupun masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik (Tabel 3.4.). Namun, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat melalui oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum akan berusaha untuk melibatkan pihak swasta dan masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik. Masyarakat yang tidak tergolong masyarakat berpenghasilan rendah masih mampu untuk membuat tangki septik di rumahnya masing-masing. Akan tetapi, pembangunan tangki septik yang sesuai standar seperti jarak dan desainnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya. 60

61 Tabel 3.4 : Daftar Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah domestik PERENCANAAN FUNGSI Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestic Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota BPLHD PU BPLHD Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja - Swasta Masyarakat Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja - Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestic Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestic Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestic MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestic Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestic Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestic Sumber : Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat 2014 BPLHD 61

62 Tabel 3.5 : Daftar peraturan terkait air limbah domestik Kabupaten Tulang Bawang Barat Peraturan AIR LIMBAH DOMESTIK Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestic Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestic Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Sumber : Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan Perbup No.2 Thn 2014 Perbup No.2 Thn

63 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Kondisi sanitasi lingkungan dan sistem pengolahan limbah masyarakat menjadi salah satu indikator kualitas lingkungan permukiman. Dalam penanganan masalah Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), di Kabupaten Tulang Bawang Barat masih bersifat setempat/onsite dan belum memiliki sistem jaringan air limbah terpusat. Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa masyarakat sudah memiliki jamban tetapi sebagian besar menyalurkan tinjanya tidak ke tangki saptik, hanya 41.3% saja yang menyalurkan tinjanya ke tangki septik selebihnya ke cubluk 45.8%, sungai/danau/pantai 0.7%, langsung ke drainase 1%, pipa sewer 0.7%, dan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui kemana penyaluran akhir tinja sebesar 10.4%. Ini menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan air limbah domestik. Untuk itu perlu diadakanya penyuluhan atau pemicuan terhadap pengelolaan air limbah domestik. Gambar 3.6 : Grafik Tempat Penyaluran Tinja Kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja? Sungai/danau/panta i Langsung ke 1% drainase 1% Tidak tahu 10% Tangki septik 41% Cubluk/lobang tanah 46% Pipa sewer 1% Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa tidak semua tangki septik yang dimiliki masyarakat aman. Ini terlihat dengan masih ada sebesar 21,33% tangki saptik suspek tidak aman dan 78,66% tangki septik suspek aman. Hal ini dikarenakan tangki septik sudah dibangun lebih dari 5 tahun atau lebih tetapi belum pernah dikuras. 63

64 Gambar 3.7 : Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Tangki septik suspek aman 21.33% 78.66% Tidak Ya Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Air limbah rumah tangga dapat dibedakan menjadi black water (limbah dari WC/ tinja) dan grey water (limbah mandi dan cuci). Sistem pembuangan air limbah di rumah tangga ada yang memisahkan antara grey water dan black water, dan ada juga yang tercampur. Untuk pembuangan yang terpisah biasanya grey water langsung dibuang melalui saluran menuju selokan, sungai atau laut yang melewati atau dekat dengan rumah. Selain itu juga ada rumah tangga hanya mengalirkannya begitu saja ke lahan kosong yang berada di sekitar rumah mereka. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap sanitasi atau ketidak tahuan masyarakt itu sendiri mengenai sanitasi. Oleh karena itu, sangat diperlukan peran pemerintah kabupaten dalam melakukan pembinaan dan peran aktif masyarakat untuk meningkatkan sanitasi di lingkungan rumah mereka. Penyaluran grey water ke saluran tertutup yang ada di sekitar rumah mungkin tidak akan menimbulkan dampak secara langsung pada penghuni sekitarnya, misalnya timbul bau yang tidak sedap. Namun, rumah tangga perlu mengetahui apakah saluran tersebut di desain untuk menyalurkan air limbah atau hanya untuk menampung limpasan air hujan (drainase). Jika saluran tersebut merupakan saluran drainase maka saluran tersebut tidak memiliki sistem penggelontor sehingga dapat terjadi pengendapan dan pendangkalan saluran. Di Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak ada saluran untuk penyaluran air limbah karena sistem pengelolaan air limbah belum bersifat offsite. Untuk penyaluran grey water selain ke tangki septik akan menimbulkan masalah sanitasi lainnya. Jika disalurkan ke lahan terbuka akan menimbulkan bau, sarang vector (binantang penyebar penyakit seperti lalat), bau dan kotor. Sedangkan untuk pembuangan 64

65 black water dan grey water yang langsung di buang ke sungai atau laut akan menimbulkan pencemaran. Untuk mengetahui kondisi pengelolaan air limbah rumah tangga di Kabupaten Tulang Bawang Barat, digunakan metode dengan menggunakan alat bantu Diagram Sistem Sanitasi (DSS). Adapun hasil dari pemetaan kondisi sanitasi terkait dengan pengelolaan air limbah rumah tangga, baik black water maupun grey water di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada tabel berikut : Gambar 3.8 : Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan Air Limbah Domestik Dari tabel di atas terlihat bahwa kondisi sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Tulang Bawang Barat masih menggunakan system setempat (on-site). Air limbah berupa grey water (air cuci dan mandi) yang berasal dari kamar mandi dan/atau tempat pencucian rumah tangga ada sebagian masyarakat membuangnya ke lubang galian/kolam rembesan dan langsung meresap ke dalam air tanah. Sedangkan sebagian masyarakat lagi ada yang membuang air limbah grey water langsung ke system saluran drainase. Kondisi ini berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan terutama pencemaran air tanah. 65

66 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 3.2 : Peta Cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik Peta 3.2 : Peta Cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik 4792 KK 85,54 % dari penduduk B B 3785 KK 80,28 % dari penduduk 3785 KK 80,28 % dari penduduk B B 3785 KK 80,28 % dari penduduk B 3785 KK 80,28 % dari penduduk 3785 KK 80,28 % dari penduduk B B 3785 KK 80,28 % dari penduduk 3785 KK 80,28 % dari penduduk B 66 Sumber : Data diolah Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat

67 Tabel 3.6 : Cakupan Layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat BABS* Sarana Tidak Layak Onsite System Sarana Layak Offsite System No Nama Kecamatan/Puskesmas Individual Berbasis Komunal Kawasan/ Terpusat (KK) Cubluk, Tengki Septik tidak aman** (KK) Jamban Keluarga dgn Tengki Septik aman (KK) MCK Umum /Jamban Bersama (KK) MCK++ (Unit) Tengki Septik Komunal (Unit) IPAL Komunal (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) Sambungan Rumah (KK) 1 Tulang Bawang Udik 7, , Tumijajar , Tulang Bawang Tengah , Pagar Dewa Lambu Kimbang , Gunung Terang 7, , Gunung Agung ,589 3, Way Kenanga ,233 2, Keterangan : Dinas Pekerjaan Umum Kab.Tulang Bawang Barat, 2014 * Data tidak tersedia Keterangan : (200 KK/Unit) * Yang termasuk BABS: (i) mempunyai jamban keluarga (individual) tanpa tangki septik (black water disalurkan ke badan air atau lingkungan; (ii) BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb. ** Aman: sesuai kriteria SNI (x) Kondisi sarana dan prasarana air limbah di Kabupaten Tulang Barat masih sangat minim. Saat ini Kabupaten Tulang Bawang Barat belum memiliki sarana dan prasarana air limbah domestik setempat (onsite) komunal maupun system terpusat (offsite). Kabupaten Tulang Bawang Barat juga belum memiliki sarana Truk tinja dan IPLT. 67

68 Tabel 3.7 : Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik* No Jenis Satuan Kondisi Jumlah/ Tdk Kapasitas Berfungsi Berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Sistem Onsite Berbasis Komunal IPAL Komunal Unit MCK++ Unit Tengki Septik Komunal Unit Truk Tinja Unit IPLT : kapasitas M3/hari Sistem Offsite IPAL Kawasan/Terpusat Kapasitas M3/hari Sistem Keterangan :sarana belum tersedia (Dinas Pekerjaan Umum Kab.Tulang Bawang Barat, 2014) IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah Peran Serta Masyarakat Kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik dirasa masih kurang karena sampai saat ini masih ada masyarakat yang belum atau tidak mengetahui pentingnya pengelolaan air limbah domestik dan dampaknya terhadap kesehatan serta kesejahteraan masyarakat. Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah menjadi salah satu alasan minimmnya pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Tulang Bawang Barat. Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan perlu dikembangkan adanya sikap dan perilaku yang arif terhadap lingkungan, yang intinya adalah kesadaran bahwa alam mempunyai daya dukung yang terbatas. Untukmenanamkan sikap pembangunan yang arif terhadap lingkungan, harus dipertimbangkan empat faktor yaitu : 1. Kesadaran terhadap lingkungan hidup harus dikembangkan sampai setiap individu mengetahui peranyang dimilikinya sebagai anggota masyarakat di dunia, 2. Dikembangkannya etika baru dalam penggunaan sumber daya alam, 3. Sikap terhadap alam lingkungan dikembangkan berdasarkan keharmonisan, 4. Manusia mengembangkan pemikiran bahwa untuk generasi yang akan datang perlu diwariskankeuntungan bukan malapetaka. Perilaku berwawasan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan dipengaruhi oleh banyak faktor sepertitingkat pendidikan, status sosial, keinovatifan, pengetahuan tentang lingkungan, sikap terhadap kebersihan lingkungan dan sebagainya. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan kesadaran melalui program pemberdayaan masyarakat. Dalam 68

69 pelaksanaan pemberdayaan hendaknya masyarakat dilibatkan sejak awal, sehingga mereka merasa menjadi bagian penting dalam sistem lingkungan. Tabel 3.8 : Daftar program/kegiatan layanan air limbah domestik berbasis Masyarakat No Nama Program/ Kegiatan 1 On Site individual : Pelaksana / PJ Tahun Program/ kegiatan **) Penerima Manfaat** *) Kondisi Sarana Saat Ini ****) Jumlah Lokasi Sarana Tidak L P Berfungsi Berfungsi On Site komunal : MCK Dinas PU 1. Kp Karta Raharja 2. Daya sakti 3. Kibang Budi Jaya 4. Setia Bumi 5. Marga Jaya 6. Mulya Sari 7. Pagar Jaya 8. Candra Kencana 9. Mulya Jaya 10. Agung Jaya 11. Gunung Menanti 12. Kartasari 13. Kagungan Ratu 14. Mekar Jaya 15. Marga Jaya Indah 16. Gunung Sari 17. Margo Mulyo 18. Mercu buana 19. Marga Sari 20. Mekar Sari Jaya Berfungsi - Total 20 Sumber: Data Dinas Pekerjaan Umum Tulang Bawang Barat 2014 Keterangan : * Program/Kegiatan Air Limbah Domestik berbasis masyarakat: seluruh program/kegiatan air limbah domestik yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat mulai dari tahap persiapan masyarakat, perencanaan, pembangunan, sampai operasi dan pemeliharaan. Contohnya: bila ada kegiatan STBM juga dimasukkan ke dalam tabel karena STBM menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat. ** Tahun program/kegiatan diisi program/kegiatan 3-5 tahun sebelumnya *** Penerima Manfaat diisi jumlah laki-laki dan perempuan yang menerima manfaat di setiap lokasi **** Kondisi berdasarkan keterangan SKPD dan kunjungan lapangan terhadap beberapa lokasi yang telah ditentukan 69

70 Tabel 3.9 : Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh masyarakat Biaya Operasi Pengosongan No Jenis Sarana Tahun Sarana Pengelola dan tangki Lokasi Dibangun Pemeliharaan septik/ipal Lembaga Kondisi Waktu Layanan Karta raharja Masyarakat Baik Swadaya Daya sakti Masyarakat Baik Swadaya - - Kibang Budi Jaya Masyarakat Baik Swadaya - - Setia Bumi Masyarakat Baik Swadaya - - Marga Jaya Masyarakat Baik Swadaya - - Mulya Sari Masyarakat Baik Swadaya - - Pagar Jaya Masyarakat Baik Swadaya Candra Kencana Masyarakat Baik Swadaya - - Mulya Jaya Masyarakat Baik Swadaya MCK Agung Jaya Masyarakat Baik Swadaya - - Gunung Menanti Masyarakat Baik Swadaya - - Karta Sari Masyarakat Baik Swadaya - - Kagungan Ratu Masyarakat Baik Swadaya Mekar Jaya Masyarakat Baik Swadaya - - Marga Jaya Indah Masyarakat Baik Swadaya - - Gunung Sari Masyarakat Baik Swadaya - - Margo Mulyo Masyarakat Baik Swadaya Mercu buana Masyarakat Baik Swadaya - - Marga Sari Masyarakat Baik Swadaya - - Mekar Sari Jaya Masyarakat Baik Swadaya MCK IPAL Komunal Septik tank Komunal Sumber : Dinas PU Tulang Bawang Barat Komunikasi dan Media Peran media dalam pengelolaan air limbah adalah sangat penting, karena sebagai salah satu bentukkampanye kegiatan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Berdasarkan kajian komunikasi media sampai dengan saat ini, Kabupaten Tulang Bawang Barat belum pernah melakukan penyuluhan atau sosialisasi tekait sanitasi. Gambar 3.9 : Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak tersedia (BPLHD Kab. Tulang Bawang Barat 2014) Peran Swasta Berdasarkan kajian dalam studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA) sampai dengan saat ini, Kabupaten Tulang Bawang Barat belum mempunyai penyedia layanan air limbah domestik. 70

71 Tabel 3.10 : Peran swasta dalam penyediaan layanan air limbah domestik* No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama *Belum ada (BPLHD Kab. Tulang Bawang Barat 2014) Pendanaan dan Pembiayaan Untuk mengetahui profil pendanaan dan pembiayaan APBD bidang sanitasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat telah melakukan study keuangan dan perekonomian. Study ini diperlukan untuk mengetahui profil keuangan dan perekonomian di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam mendukung pembangunan khususnya di sektor sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan mendukung pembiayaan / pendanaan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat di masa depan. Pemetaan keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan / pembiayaan sanitasi dan kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan.pendanaan dan pembiayaan dari sub sektor pengelolaan air limbah selama ini sesuai dengan hasil studi keuangan, berasal dari pemerintah yaitu APBD sebagaimana yang tertera pada tabel 3.11 berikut ini. No 1 1.a 1.b 1.c Tabel 3.11 : Rekapitulasi realisasi pendanaan sanitasi Komponen air limbah domestik Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun Komponen Belanja (Rp) Pertu Rata-rata mbuha 2010** 2011** 2012** n (%) Air Limbah (1a+1b) ,57 Pendanaan Investasi air limbah Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun** *) Sumber : BPLHD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2014 **) data tidak tersedia 71

72 Tabel 3.12 : Realisasi dan potensi retribusi sanitasi komponen air limbah domestik tahun * Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan No SKPD 2010** 2011** 2012** (%) 1 Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi *) Sumber : BPLHD Kab. Tulang Bawang Barat 2014 **) data tidak tersedia Permasalahan Mendesak Kabupaten Tulang Bawang Barat saat ini kondisi pengelolaan air limbah masih sangat minim. Untuk itu memerlukan perhatian serius untuk peningkatan sarana dan prasarana yang layak. Dalam mencapai sasaran dari pengelolaan air limbah di Kabupaten Tulang Bawang Barat terdapat kendala dan permasalahan-permasalahan baik teknis maupun non teknis. Masalah teknis berkaitan dengan sistem pengelolaan dan cakupan layanan air limbah serta peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah. Sedangkan masalah nonteknis diantaranya adalah masalah sosial ekonomi masyarakat, sumber daya manusia (SDM) serta operasional yang muncul kemudian ketika pelaksanan di lapangan. Kabupaten Tulang Bawang Barat diperkirakan dalam jangka waktu 1-3 tahun mendatang memerlukan penyediaan IPAL Komunal dan IPLT berdasarkan perkembangan perkotaan dan industri. No Tabel 3.13 : Permasalahan mendesak Permasalahan Mendesak 1 Belum adanya instalasi pengolahan air limbah baik IPAL Komunal maupun IPLT 2 Kurangnya sarana dan prasarana MCK, MCK ++ dan truk tinja. 3 Kurangnya kesadaran masyarakat tentang PHBS. 4 Pembiayaan daerah yang belum mampu mengakomodir seluruh kebutuhan 5 Kesulitan dalam pemenuhan Readyness criteria (lahan, pembangunan, OM) Keterangan : Asumsi disepakati Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat Pengelolaan Persampahan Permasalahan di sektor persampahan merupakan salah satu masalah yang kruisial. Dibeberapa kota di Indonesia penanganan sampah masih sangat memprihatinkan dan perlu mendapatkan perhatian serius. Persampahan merupakan salah satu permasalahan yang cukup penting dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman. Masalah 72

73 persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan permasalahan lingkungan yang perlu mendapat perhatian. Kabupaten Tulang Bawang Barat saat ini telah memiliki TPA di desa Panumangan kecamatan Tulang Bawang Tengah. TPA dibangun tahun 2012 memiliki luas 2 Ha dengan system operasi controlled landfill. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota Kabupaten Tulang Bawang Barat. Secara umum sistem penggelolaan persampahan terpadu di Kabupaten Tulang Bawang Barat baru dilaksanakan pada wilayah perkotaan dan lingkungan pasar. Sedangkan sistem pengelolaan persampahan pada kawasan permukiman penduduk masih secara tradisional, yaitu dengan cara dibakar, dibuang ke lubang, dibuang ke kebun/lahan kosong ataupun dibuang ke saluran drainase/sungai Kelembagaan Saat ini Kabupaten Tulang Bawang Barat belum memiliki Peraturan atau regulasi tentang pengelolaan persampahan. Secara struktural, instansi yang menangani pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah Dinas Tata Kota. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat, terutama untuk mengidentifikasi stakeholder yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan persampahan, maka Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat melakukan study kelembagaan dan kebijakan dengan tujuan : a. Mendeskripsikan peran dan tanggungjawab pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat. b. Mendeskripsikan kelengkapan dan kondisi pelaksanaan kebijakan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 73

74 Tabel 3.14 : Daftar pemangku kepentingan yaang terlibat dalam pengelolaan persampahan PERENCANAAN FUNGSI Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana composting PENGELOLAAN Pemerintah Kabupaten/Kota Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota, BPLHD Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota BPLHD PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Dinas Tata Kota Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Belum ada Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Belum ada Dinas Tata Kota Belum ada Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Belum ada Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian Dinas Tata Kota target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas Dinas Tata Kota infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta Dinas Tata Kota mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber: Dinas Tata Kota Kabupaten Tulang Bawang Barat,

75 Tabel 3.15 : Daftar peraturan terkait sanitasi PERSAMPAHAN Peraturan Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Sumber: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat, 2014 Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan SK Kepala Dinas Tata Kota Perda Kab. Tulang Bawang Barat 75

76 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan Timbulan sampah yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagian besar merupakan sampah dari kegiatan rumahtangga, pertokoan, perkantoran, industri, fasilitas pendidikan, pasar, jalan, taman serta area area publik lainnya. Pengelolaan persampahan di sebagian wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat belum semua terlayani. Secara umum sistem penggelolaan persampahan terpadu di Kabupaten Tulang Bawang Barat baru dilaksanakan pada lingkungan pasar. Sedangkan sistem pengelolaan persampahan pada kawasan permukiman penduduk masih secara tradisional, yaitu dengan cara dibakar, dibuang ke lubang, dibuang ke kebun/lahan kosong ataupun dibuang ke saluran drainase/sungai. Gambar 3.10 : Grafik pengelolaan sampah Bagaimana Sampah Rumah Tangga Dikelola? 0.43% 8.7% 0.31% Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Dibakar 2.16% 8.36% 11.6% 68.42% Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dimulai dari sumber timbulan sampah sampai dengan pemprosesan akhir di TPA adalah sebagai berikut: A. Pewadahan Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individu maupun komunal. Pewadahan merupakan bagian dari sistem 76

77 pengelolaan setelah mengadakan kegiatan identifikasi dan inventarisasi sumber sampah. Kabupaten Tulang Bawang Barat terdapat 159 unit pewadahan berupa tong sampah yang tersebar di beberapa titik lokasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat antara lain : pasar, perkantoran, sarana pendidikan, tempat wisata dan lain sebagainya. Foto : Fasilitas pewadahan berupa tong sampah B. Pengumpulan Setempat Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah dari sumber timbulan sampah ke TPS terdekat. Dari TPS petugas kebersihan mengangkut sampah ke TPA. Saat ini Kabupaten Tulang Bawang Barat hanya memiliki 1 unit dump truk dan 1 unit truk sampah. Berdasarkan hasil studi EHRA untuk layanan persampahan kawasan permukiman di Kabupaten Tulang Bawang Barat layanan pengangkutan sampah tidak ada. Gambar 3.11 : Grafik pengangkutan sampah tidak tersedia C. Pengumpulan Sementara Pengumpulan sementara di Kabupaten Tulang Bawang Barat berupa bak beton yang tersebar di beberapa kecamatan. Tempat Pengumpulan sementara (TPS) ini berfungsi mengumpulkan sampah dari sumber timbulan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). a. Pengangkutan Pengangkutan sampah ke TPA menggunakan kendaraan pengangkut sampah. Sarana pengangkutan yang dimiliki oleh Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 1 unit dump truk dan 1 truk sampah dengan masing-masing memiliki kapasitas 4 m³. Perhitungan sampah yang terangkut ke TPA Kabupaten Tulang Bawang Barat per hari : 2 dump truk x 4 m³/hari = 8 m³/hari. 77

78 Foto : Armada pengangkutan sampah berupa dump truk/truk sampah 2 unit Sumber : Dinas Tata Kota Kab. Tulang Bawang Barat 2014 b. Pemrosesan Akhir Pemrosesan akhir sampah belum dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kabupaten Tulang Bawang Barat saat ini memiliki 1 unit TPA. Di TPA Penumangan sudah memiliki sarana pendukung operasional yaitu excapator 1 unit. Berikut disajikan data eksisting TPA Penumangan : No TPA Penumangan 1 Controlled landfill 2 Tahun Pembangunan : Luas TPA : 2 Ha 4 Luas terpakai : 1 Ha 5 Kapasitas TPA : 8-10 m³/hari Sumber : Dinas Tata Kota Tulang Bawang Barat tahun 2014 Untuk mengetahui kondisi saat ini mengenai pengelolaan persampahan dan teknologi yang digunakan maka perlu dilakukan identifikasi dengan menggunakan alat diagram sistem sanitasi. Diharapkan dengan mengunakan metode ini, dapat diketahui berbagai sistem saat ini yang masih digunakan oleh pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Sehingga nantinya dapat dijadikan rekomendasi perbaikan sistem pengelolaan persampahan dimasa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya tentang cakupan layanan eksisting pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada sistem 3.16, sistem 3.17 berikut ini : 78

79 Gambar 3.12 : Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan No 1 Tabel 3.16 Cakupan layanan persampahan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat Nama Kecamatan/ Kelurahan Tulang Bawang Udik Volume terlayani Tidak Jumlah Timbulan Institusi 3R TPA Terlayani Penduduk Sampah Pengelola (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) Tumijajar , ,5 - - Tulang Bawang Tengah 4 Pagar Dewa , ,5 5 Lambu Kibang Gunung Terang , ,5 7 Gunung Agung Way Kenanga , ,5 Sumber: Dinas Tata Kota Kab. Tulang Bawang Barat,

80 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 3.3 : Peta cakupan layanan persampahan (Uk.A3) Peta 3.3 : Peta cakupan layanan persampahan (Uk.A3) B A Sumber : Data diolah Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat

81 Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana Sampah yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat Kondisi Jenis Prasarana / Jumlah No Satuan Ritasi/hari Tdk Keterangan Sarana Kapasitas Berfungsi Berfungsi (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) 1 2 Pengumpulan Setempat Gerobak unit Becak/becak motor unit Penampungan Sementara Bak Biasa Container unit Transfer Depo unit Pengangkutan 4 - Dump Truck unit Arm Roll Truck unit Compaction Truck unit (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat - TPS 3R unit SPA (Stasiun Peralihan Antara) unit TPA/TPA Regional Ssanitary landfill Ha Controlled landfill Ha Open Dumping Ha Alat Berat - Buldozer Unit Whell/truck loader Unit Excavator / Bantuan Unit 1 backhoe pusat 7 IPL Sistem Sumber: Dinas Tata Kota Kabupaten Tulang Bawang Barat,

82 3.4.3 Peran Serta Masyarakat Saat ini di Kabupaten Tulang Bawang Barat ada beberapa program/kegiatan layanan persampahan berbasis masyarkat seperti terlihat dalam table 3.18: No 1 Tabel 3.18 : Daftar Program/Kegiatan Layanan Persampahan Berbasis Masyarakat Nama Program/kegiatan Pembangunan rumah atap pengelola sampah (composting sekolah adiwiyata) Total Pelaksana/PJ BPLHD Lokasi SMK Tulang Bawang Tengah Tahun Program/ kegiatan**) 2014 Penerima manfaat ***) Jumlah sarana L P Berfungsi Sumber : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Tulang Bawang Barat, 2014 Kondisi sarana saat ini **) Tdk Berfungsi Tabel 3.19 : Pengelolaan sarana persampahan oleh masyarakat* Pengelola Kerjasama No Jenis Kegiatan Lokasi dengan keterangan Lembaga Kondisi pihak lain * Data tidak tersedia (Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat, 2014) Belum ada kegiatan persampahan yang diselenggarakan bersama masyarakat dalam pengelolaan persampahan Komunikasi dan Media Berdasarkan kajian komunikasi media sampai dengan saat ini, Kabupaten Tulang Bawang Barat belum pernah melakukan penyuluhan atau sosialisasi tekait sanitasi. Gambar 3.13 : Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak tersedia (Dinas Tata Kota Kab. Tulang Bawang Barat, 2014) 82

83 3.4.5 Peran Swasta Untuk memetakan tingkat partisipasi dunia usaha dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat, dilakukan Survei Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment / SSA). Survey ini dibutuhkan untuk mengetahui dengan jelas peta dan potensi penyedia layanan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penyedia layana sanitasi mencakup beberapa stakeholder, di antaranya : (i) Dunia Usaha terkait sanitasi, (ii) LSM/KSM terkait sanitasi, dan (iii) Dunia usaha pada umumnya. Hasil dari sistem SSA diharapkan dapat menggambarkan peta penyedia layanan sanitasi serta potensinya dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hal lain yang lebih penting adalah pada saat pelaksanaan survey akan terjadi proses advokasi kepada para responden. Selanjutnya dari hasil advokasi tersebut diharapkan ada tindak lanjut berupa usaha penggalangan sinergi atau partsipasi antara para penyedia layanan sanitasi tersebut dengan pihak pemerintah. Hingga saat ini, masyarakat dan dunia usaha masih belum banyak yang menggeluti bisnis dibidang persampahan. Padahal apabila dilihat secara lebih detail, sampah dapat menjadi potensi ekonomi yang cukup besar dimasa yang akan system. Kondisi saat ini, dunia usaha yang menggeluti bidang persampahan adalah usaha pengumpul dan pengepul barang bekas yang berasal dari sampah. Karena belum adanya regulasi yang mengatur mengenai badan syste usaha ini. Hal inilah yang membuat kekuatan syste usaha dibidang ini masih lemah dan keberadaannya masih dipandang sebelah mata. Padahal dengan adanya usaha pengumpul dan pengepul sampah ini akan sangat mengurangi beban TPA sebagai tempat pemprosesan akhir sampah. Untuk dimasa yang akan sistem, perlu dibuat regulasi yang mengatur tentang usaha dibidang persampahan, dikarenakan pelaku nantinya akan menangani sampah yang kemungkinan mengandung bahan bahan yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan, sehingga hal tersebut perlu diatur dan diberikan pengetahuan yang cukup bagi pelakunya. Adapun study SSA yang dilakukan pada pengepul sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sbb : 83

84 Tabel 3.20 : Peran swasta dalam penyediaan layanan pengelolaan persampahan No Nama Provider/ Mitra Potensial 1 Rasmono Samsidar 2011 Tahun Mulai operasi/ Berkontribusi Sumber : Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat, 2014 Jenis Kegiatan/ Kontribusi terhadap Sanitasi Pengepul Barang Bekas Pengepul Barang Bekas Volume 7 m3/bln 6 m3/bln Potensi Kerja sama Pengurangan timbunan sampah di TPS Pengurangan timbunan sampah di TPS Pendanaan dan Pembiayaan Untuk mengetahui profil pendanaan dan pembiayaan APBD bidang sanitasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat telah melakukan studi keuangan dan perekonomian. Study ini diperlukan untuk mengetahui profil keuangan dan perekonomian di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam mendukung pembangunan khususnya di sektor sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan mendukung pembiayaan/pendanaan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat di masa depan. Pemetaan keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan/pembiayaan sanitasi dan kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan. Pendanaan dan pembiayaan dari sub system pengelolaan air limbah selama ini sesuai dengan hasil study keuangan, berasal dari pemerintah yaitu APBD sebagaimana yang tertera pada sistem 3.11 berikut ini. Tabel 3.21 : Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun No Komponen Belanja (Rp) Pertu Rata-rata mbuh an (%) Air Limbah (1a+1b) ,57 2 Sampah (2a+2b) a 2. b 2.c Pendanaan Investasi Sampah Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Tulang Bawang Barat

85 No Tabel 3.22 : Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Persampahan Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertum SKPD buhan (%) 1 Retribusi Sampah 409,330,000 1.a Realisasi retribusi ,330,000 1.b Potensi retribusi * Data Belum ada (Dinas Tata Kota Kab. Tulang Bawang Barat, 2014) Permasalahan Mendesak Pelayanan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat masih sangat minim karena produksi timbunan sampah masyarakat belum semua dapat terangkut ke TPA. Keterbatasan pelayanan ini tidak lepas dari dukungan sarana angkutan sampah dan tenaga operasionalnya. Kendaraan sampah yang operasional saat ini sebanyak 2 unit kendaraan dump truck dan 6 unit gerobak sampah. Kebutuhan angkutan sampah sangat mendesak sehingga perlu dukungan penambahan armada sampah. Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan persampahan menjadi maslah yang sangat krusial. Ini berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Berikut disampaikan beberapa permasalahan mendesak pengelolaan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat : Tabel 3.23 : Permasalahan Mendesak No Permasalahan Mendesak 1 Belum tersedianya pengolahan sampah 3R 2 Seiring dengan penambahan jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat maka timbulan sampah pun semakin tinggi. Saat ini masih berjalan sistem kumpul - angkut - buang dalam pengelolaan persampahan. Masih kurang keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah di masyarakat dan dunia usaha. (pengurangan/pembatasan sampah, penggunaan ulang dan pendaur ulangan sampah). Pengurangan sampah organik (sisa makanan) dan rumput dijadikan makanan ternak. Untuk sampah an-organik (kertas, dus, besi, dll) dimanfaatkan oleh pemulung yang ditampung oleh bandar rongsok. 3 Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah 4 Terbatasnya anggaran APBD. 5 Alat angkut dan alat berat dilokasi TPA masih minim. Keterangan : Disepakati oleh Pokja PPSP Kabupaten Tulang Bawang Barat 85

86 3.5 Pengelolaan Drainase Perkotaan Secara garis besar, saluran drainase yang terdapat di Kabupaten Tulang Bawang Barat meliputi saluran drainase primer, saluran drainase sekunder dan saluran drainase tersier. Saluran drainase primer adalah meliputi sejumlah sungai, anak sungai dan daerah aliran sungai. Sedangkan saluran drainase perkotaan yang merupakan saluran sekunder terdapat pada ruas ruas jalan provinsi. Saluran drainase tersier berupa saluran drainase lingkungan berada disekitar lokasi kawasan permukiman yang relatif telah berkembang. Pengelolaan sistem drainase di Kabupaten Tulang Bawang Barat, menyangkut pengadaan pembangunan, pengawasan serta pemeliharaan terhadap sarana drainase perkotaan dilakukan/diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Untuk menciptakan suatu kondisi sistem drainase yang terpelihara dengan baik, pemerintah dan ditunjang peran serta masyarakat melakukan kegiatan perawatan berupa pembersihan sampah yang sering mengganggu aliran air. Konstruksi saluran drainase yang ada sebagian kecil sudah berupa saluran buatan yaitu saluran dari pasangan batu kali, namun selebihnya masih berupa saluran alami yaitu saluran tanah. Bahkan pada jalan jalan tanpa perkerasan berupa jalan tanah, pada umumnya belum terdapat saluran drainase yang baik. Saluran drainase yang ada biasanya terbentuk sendiri akibat adanya penggerusan tanah oleh air hujan. Untuk rencana pengembangan sistem drainase kota, pemerintah telah mengupayakan membuat perencanaan dengan melakukan peningkatan terhadap jenis maupun sistem drainase perkotaan. Untuk kawasan kawasan yang memiliki kepadatan dan intesitas kegiatan yang tinggi serta potensial menimbulkan volume sampah, maka dapat dikembangkan sistem drainase tertutup untuk mengantisipasi tersumbatnya saluran oleh timbunan sampah tersebut Kelembagaan Untuk mendapatkan informasi yang baik mengenai kondisi pengelolaan drainase di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Pokja Sanitasi melakukan kajian kelembagaan dan kebijakan terhadap pengelolaan sub sektor sanitasi. Kajian ini perlu untuk dilakukan karena sangat dibutuhkan untuk mengetahui dengan jelas gambaran ataupeta kondisi kelembagaan sub sektor drainase yang saat ini telah ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dengan adanya peta kelembagaan ini, maka upaya penyusunan kerangka layanan drainase skala kotayang berkelanjutan dapat dikembangkan secara lebih realistis karena 86

87 didasarkan pada kondisi dan potensi kelembagaan yang benar-benar nyata. Tujuan dilakukannya kajian kelembagaan dan kebijakan adalah : a. Mendeskripsikan peran dan tanggungjawab pemangku kepentingan dalam pembangunan danpengelolaan drainase di Kabupaten Tulang Bawang Barat. b. Mendeskripsikan kelengkapan dan kondisi pelaksanaan kebijakan drainase di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pengelolaan sistem drainase di Kabupaten Tulang Bawang Barat, menyangkut pengadaan pembangunan, pengawasan serta pemeliharaan terhadap sarana drainase perkotaan dilakukan/diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Untuk menciptakan suatu kondisi sistem drainase yang terpelihara dengan baik, pemerintah dan ditunjang peran serta masyarakat melakukan kegiatan perawatan berupa pembersihan sampah yang sering mengganggu aliran air. 87

88 Tabel 3.24 : Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan drainase perkotaan PERENCANAAN FUNGSI Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten/Kota Dinas PU Dinas PU Dinas PU Dinas PU Dinas Tata Kota Dinas PU Dinas PU Dinas PU Dinas PU Dinas PU Belum ada Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target Dinas PU pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas Dinas PU infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas Dinas PU layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Keterangan: disepakati Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Swasta Masyarakat 88

89 Tabel 3.25 : Daftar peraturan terkait drainase perkotaan Peraturan DRAINASE LINGKUNGAN Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Di laksanakan Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Sumber: Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Tidak Efektif Di laksanakan Keterangan Sistem dan Cakupan Pelayanan Perencanaan pembangunan drainase Kabupaten Tulang Bawang Barat di prioritaskan di kawasan padat penduduk, kumuh dan miskin serta wilayah yang dianggap rawan banjir. Guna memetakan kondisi riil mengenai sistem pengelolaan drainase dan teknologi yang digunakan, maka Pokja Sanitasi melakukan identifikasi dengan menggunakan metode diagram sistem sanitasi. Diharapkan dengan menggunakan metode ini, dapat diketahui berbagai sistem yang saat ini masih digunakan oleh Pemda maupun masyarakat dalam pengelolaan drainase, sehingga nantinya dapat dijadikan rekomendasi perbaikan sistem pengelolaan drainase dimasa yang akan datang. 89

90 Gambar 3.14 : Grafik persentase rumah tangga yang mengalami banjir Apakah Banjir Biasa Terjadi Secara Rutin? 61.30% 38.70% Ya Tidak Sumber : Data diolah Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat, 2014 Gambar 3.15 : Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase perkotaan Berdasarkan data dari kecamatan tahun 2014, potensi genangan air hujan di Kabupaten Tulang Bawang Barat terjadi pada beberapa lokasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya tidak adanya saluran drainase, penyempitan saluran drainase dan di beberapa daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang. Jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi pada lokasilokasi tersebut sebagian besar air akan menjadi aliran permukaan yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir. 90

91 Hal lain yang mungkin terjadi sehingga mengakibatkan banjir adalah karena pada lokasi lokasi tersebut saluran drainase yang ada tidak terpelihara dengan baik bahkan kondisi saluran saluran drainase sudah tertutup oleh lapisan tanah dan sampah, sehingga fungsi saluran drainase untuk menyalurkan limpasan air hujan dan air yang terdapat di permukaan tanah tidak dapat berfungsi dengan baik. Tabel 3.26 : Cakupan layanan pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat (luas wilayah genangan)* Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi No NamaKecamatan/Kelurahan (jam/ Penyebab (Ha) (M) (kali/tahun) hari) 1 Tulang Bawang Udik hr - Hujan 2 Tumijajar hr - Hujan 3 Tulang Bawang Tengah hr - Hujan 4 Pagar Dewa hr - Hujan 5 Lambu Kibang Gunung Terang hr - Hujan 7 Gunung Agung Way Kenanga Sumber data : Dinas PU Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Tabel 3.27 : Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten Tulang Bawang Barat No JenisPrasarana / sarana Satu an Jumlah / Kapasitas Kondisi Frekuensi Pemeliharaan Berfungsi Tdk berfungsi (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) 1 Saluran Primer - S. Primer A m 121 Rutin - S. Primer B m 2 Saluran Skunder - S. Sekunder A1 m - S. Sekunder A2 m - S. Sekunder B1 m 3 Bangunan Pelengkap - Rumah Pompa Unit - Pintu Air Unit Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat,

92 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 3.4 : Peta Jaringan drainase dan wilayah genangan Kabupaten Tulang Bawang Barat Peta 3.4 : Peta Jaringan drainase dan wilayah genangan* Kabupaten Tulang Bawang Barat (Uk. A3) Sumber : Bappeda Kab. Tulang Bawang Barat

93 3.5.3 Peran Serta Masyarakat Perilaku berwawasan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan dipengaruhi oleh banyak sistem seperti tingkat pendidikan, status sistem, keinovatifan, pengetahuan tentang lingkungan, sikap terhadap kebersihan lingkungan dan sebagainya. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan kesadaran melalui program pemberdayaan masyarakat. Dalam pelaksanaan pemberdayaan hendaknya masyarakat dilibatkan seja kawal, sehingga mereka merasa menjadi bagian penting dalam sistem lingkungan. Usaha-usaha untuk mengikut sertakan masyarakat dalam menanggulangi masalah air genangan telah dilakukan, namun usaha ini masih terbatas yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang bersifat insidentil. Peningkatan kerja bakti yang lebih terarah dan adanya usaha-usaha lain seperti gerakan kebersihan lingkungan dalam menanggulangi sampah serta menjaga agar saluran air tetap bersih, akan sangat membantu peran serta masyarakat dalam mengatasi bajir di kawasan masing - masing. No Tabel 3.28 : Daftar Program/Kegiatan Layanan Drainase Perkotaan yang Berbasis Masyarakat* Nama Program / Kegiatan Pelaksana /PJ PNPM Mandiri Masyarakat Perdesaan PNPM Mandiri Masyarakat Perdesaan PNPM Mandiri Masyarakat Perdesaan PNPM Mandiri Masyarakat Perdesaan PNPM Mandiri Masyarakat Perdesaan PNPM Mandiri Masyarakat Perdesaan PNPM Mandiri Masyarakat Perdesaan Lokasi Margo Mulyo Bujung Sari Marga Bandar Dewa Mulya Kencana Penuman gan Baru Daya Sakti Margo Dadi Tahun Program/ Kegiatan**) Penerima Kondisi Sarana Saat ini manfaat ***) Jumlah Sarana Tdk L P berfungsi berfungsi m berfungsi m Berfungsi m Berfungsi m Berfungsi m berfungsi m Berfungsi m berfungsi - Total Sumber : BPMPK Kab. Tulang Bawang Barat, 2014 Keterangan : Tuliskan semua daftar program/kegiatan drainase perkotaan yang ada di wilayah kajian Buku Putih Kabupaten/Kota * Program/Kegiatan drainase perkotaan berbasis masyarakat: seluruh program/kegiatan drainase perkotaan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat mulai dari tahap persiapan masyarakat, perencanaan, pembangunan, sampai operasi dan pemeliharaan. ** Tahun program/kegiatan diisi program/kegiatan 3-5 tahun sebelumnya *** Penerima Manfaat diisi jumlah laki-laki dan perempuan yang menerima manfaat di setiap lokasi ****Kondisi berdasarkan keterangan SKPD dan kunjungan lapangan terhadap beberapa lokasi yang telah ditentukan 93

94 Semua program drainase merupakan program fisik/pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga, kegiatan yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam pengelolaan drainase belum ada. Tabel 3.29 : Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan oleh masyarakat Pengelolaan No Jenis Sarana Lokasi Iuran Lembaga kondisi 1 Jaringan Drainase Kab. Tuba Tidak Ada Tidak Aktif Tidak Ada lingkungan 4.2 km barat Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Keterangan Sarana drainase tidak dikelola oleh masyarakat, pengelolaan dilakukan oleh OPD tekait Komunikasi dan Media Komunikasi antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat, antara Pemerintah Daerah dengan dunia usaha dan antara Pemerintah daerah dengan LSM maupun media massa telah terjalin dengan baik namun masih minim yang terkait bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah rumah tangga. Isu sanitasi dapat terakses ke desa-desa saat ini melalui penyuluhan - penyuluhan yang dilakukan oleh bidan desa atau ibu PKK. Saat ini masyarakat masih membuang limbah rumah tangga secara konvensional belum ada pengolahan secara teknis, dikarenakan kalangan masyarakat yang berpendidikan menengah ke bawah belum mampu mengakses media cetak secara mudah dan masyarakat tersebut kurang tertarik pada isu sanitasi apalagi isu limbah rumah tangga yang menurut mereka tidak akan menimbulkan suatu masalah meskipun belum ada pengelolaannya. Oleh karena itu, dibutuhkan peran media untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan air limbah rumah tangga. (Tabel 3.16). Gambar 3.16 : kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak tersedia Peran Swasta Berdasarkan kajian dalam study Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA) sampai dengan saat ini, Kabupaten Tulang Bawang Barat belum mempunyai penyedia layanan air limbah sistem 94c. 94

95 Tabel 3.30 : Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat* Nama Tahun mulai Jenis Kegiatan/ Potensi No Provider/Mitra operasi/ Kontribusi terhadap Volume Kerjasama Potensial berkontribusi sanitasi *Data tidak tersedia (Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tulang Bawang Barat, 2014) Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan dan pembiayaan dari sub sektor pengelolaan air limbah selama ini sesuai dengan hasil study keuangan, berasal dari pemerintah yaitu APBD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini. No Subsektor Tabel 3.31 : Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Belanja (Rp) Rata-rata 3 Drainase (3a+3b) 3.a Pendanaan Investasi Drainase Pendanaan OM 3.b yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM 3.c berdasarkan infrastruktur terbangun Sumber : Dinas PU Kab. Tulang bawang Barat 2014 Pertumb uhan (%) Tabel 3.32 : Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan* Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Retribusi Drainase 1.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi *Data tidak tersedia (Dinas PU Kab. Tulang bawang Barat, 2014) Pertumbuhan (%) Permasalahan Mendesak Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan drainase permukiman di kabupaten Tulang Bawang Barat antara lain sebagai berikut : 95

96 Tabel 3.33 : Permasalahan Mendesak No Permasalahan Mendesak 1 Belum terpenuhinya > 70% kebutuhan drainase perkotaan. 2 Pada umumnya saluran drainase jalan dan lingkungan dialirkan ke anak sungai atau sungai utama yang ada. Saluran tertutup umumnya digunakan pada saluran drainase jalan yang berada di daerah perkotaan dan berada di bawah trotoar jalan utama, sedangkan saluran terbuka umumnya terbuat dari pasangan batu. Masih terdapat perbedaan dimensi saluran, berupa penyempitan di beberapa titik yang mengakibatkan terjadinya genangan. 4 Anggaran untuk pembuatan saluran drainase melalui DAU tidak dapat Mengakomodir kebutuhan minimal infrastruktur drainase kabupaten serta untuk pemeliharaan dan rehabilitasi. Keterangan : Data disepakati Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat, 2014 Peta 3.5 Peta cakupan layanan air bersih/peta PDAM (Tidak tersedia jaringan dan petanya : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tulang Bawang Barat, 2014) 3.6 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Pengelolaan Air Bersih Sumber air bersih merupakan salah satu faktor yang sangat penting, sehingga ketersediaan air bersih sebagai sumber air minum sangat dibutuhkan oleh rumah tangga. Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagai Kabupaten baru belum memiliki PDAM. Gambar 3.17 : Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Persentase Sumber Air Untuk Kebutuhan Sehari-hari N. Lainnya (Minum) M. Air dari waduk/danau (Minum) L. Air dari sungai (Minum) K. Air hujan (Minum) J. Mata air tdk terlindungi (Minum) I. Mata air terlindungi (Minum) H. Air sumur gali tdk terlindungi (Minum) G. Air sumur gali terlindungi (Minum) F. Air sumur pompa tangan (Minum) E. Air kran umum -PDAM/PROYEK D. Air hidran umum - PDAM (Minum) C. Air Ledeng dari PDAM (Minum) B. Air isi ulang (Minum) A. Air botol kemasan (Minum),5%,0%,5%,2% 1,0% 1,2% 19,3% 1,7%,7%,7%,5% 3,0% 3,2% 75,7% Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tulang Bawang Barat

97 Berdasarkan hasil EHRA di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang mengacu kepada standar WHO dan Unicef diketahui bahwa masih ada masyarakat yang menggunakan sumber air untuk minum : Air botol kemasan 3,2%, air isi ulang 3%, sumur gali tidak terlindungi 75.7%, mata air tidak terlindungi 1%, air sungai 5%, air hujan 2%, air waduk/danau 0% dan lainnya 5%. Selebihnya menggunakan sumber air untuk minum yang dinilai terlidungi/aman antara lain air sumur gali terlindungi 19,3%, Sumur pompa tangan 1.7%, PDAM 7% dan mata air terlindungi 1.2%. Tabel 3.34 : Sistem Penyedian dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan Kabupaten Tulang Bawang Barat No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan 1 Pengelola - Dinas PU Program SPAM 2 Tingkat Pelayanan % Kapasitas Produksi Lt/detik 35-4 Kapasitas Terpasang Lt/detik Jumlah Sambungan Rumah Unit (Total) 6 Jumlah Kran Air Unit Tidak ada data Data tidak tersedia 7 Kehilangan Air (UFW) % Tidak ada data Data tidak tersedia 8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 Data tidak tersedia 9 Jumlah pelanggan per kecamatan - Kecamatan Tulang Bawang Tengah Pelanggan Sambungan Rumah - Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tulang Bawang Barat, Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Limbah industri rumah tangga adalah buangan yng dihasilkan oleh hasil produksi usaha kecil/rumah tangga, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah industri ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah industri adalah: 1. Volume limbah 2. Kandungan bahan pencemar 3. Frekuensi pembuangan limbah 97

98 Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 yaitu : 1. Limbah cair 2. Limbah padat 3. Limbah gas dan partikel 4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Tabel 3.35 : Pengelolaan limbah industri rumah tangga Kabupaten Tulang Bawang Barat Jenis Industri Rumah Tangga Lokasi Jumlah industri RT Jenis Pengolahan Kapasitas (m3/hari) Tahu tempe Desa Pulung Kencana 1 IPAL 1,5 Tahu tempe Desa Daya Murni 1 IPAL 2 Sumber : BPLHD Tulang Bawang Barat Pengelolaan Limbah Medis Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan diantaranya kegiatan dalam kategori diagnosa dan pengobatan, perawatan, bahkan tindakan rehabilitasi. Rumah sakit dari aspek kesehatan lingkungan dapat berpotensi, antara lain : 1. Dapat menjadi media pemaparan atau penularan beberapa penyakit bagi para pasien, petugas maupun pengunjung yang berada di lingkungan rumah sakit. 2. Sebagai penghasil sampah dan limbah yang berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar. Menurut Permenkes RI nomor :1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ruang lingkup kesehatan lingkungan rumah sakit antara lain : 1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit 2. Hygiene sanitasi makanan dan minuman 3. Penyehatan air 4. Pengolahan limbah 5. Penyehatan tempat pencucian linen (laundry) 6. Pengendalian serangga, tikus dan hewan pengganggu lainya 7. Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi 8. Pengamanan dampak radiasi Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mewujdkan lingkungan rumah sakit yang aman, nyaman dan sehat bagi para pengguna dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari limbah medis berdampak buruk 98

99 bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu langkah yang harus dilakukan adalah menekan sekecil mungkin atau bila mungkin dihilangkan timbulan limbah medis. Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktifitas medis. Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002, limbah medis dikategorikan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya serta volume dan sifat persistensinya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Yang termasuk dalam kategori limbah medis adalah : Limbah benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet Pasteur, pecahan gelas, dan lain-lain. Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium. Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini memerlukan wadah atau kontainer khusus dalam pengolahannya. Limbah patologi merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah atau autopsi. Limbah sitotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi selama peracikan, pengangkutan, atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah farmasi, yang merupakan limbah yang berasal dari obat-obatan yang kadaluarsa, obat-obat yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang pasien atau oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak diperlukan lagi oleh institusi bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan. Limbah kimia yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah radioaktif, yaitu limbah yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionukleotida. Limbah medis bukan hanya bersumber dari rumah sakit melainkan dari semua fasilitas kesehatan yang ada, antara lain : puskesmas, balai pengobatan/klinik, rumah sakit bersalin dan tempat praktik dokter. Pengelolaan limbah medis ada 2 macam yaitu menggunakan pengelolaan system IPAL dan Septic Tank, tergantung dari fasilitas kesehatannya. Untuk fasilitas kesehatan dengan skala Rumah Sakit pengelolaan limbah medisnya dengan system IPAL sedangkan skala puskesmas dan/atau Pustu dengan menggunakan Sistem Septic Tank. Saat ini untuk pelayanan kesehatan masyarakat hanya dilayani oleh Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 99

100 (Pustu) yang tersebar di setiap kecamatan. Untuk lebih jelas mengena pengelolaan limbah medis di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada tabel berikut : Nama Fasilitas Kesehatan PONED Tabel 3.36 : Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan Jumlah 1 Unit Lokasi Kelurahan Panaragan Jaya Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari) Limbah cair 1,5 Puskesmas 4 Unit Kelurahan Daya Murni, Panaragan Jaya, Desa Lambu Kibang, Toto Mulyo Incenator 1,5 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat

101 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pembangunan sanitasi sekarang ini masih berjalan lambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Sanitasi merupakan kebutuhan yang mempunyai prioritas rendah baik di tingkat rumahtangga maupun pemerintah. Hal ini menyebabkan dana yang dialokasikan untuk sanitasi tidak cukup untuk memenuhi kekurangan layanan sanitasi. Sanitasi masih dilihat sebagai program yang bertujuan untuk menyediakan infrastruktur saja, sedangkan dampak kesehatannya kurang diperhatikan. Lebih jauh, koordinasi dan integrasi dalam perencanaan pembangunan sanitasi di semua level juga masih kurang. Tidak bisa dipungkiri, pemerintah daerah pada umumnya lemah dalam penyediaan layanan sanitasi juga merupakan penyebab lambatnya pembangunan di bidang sanitasi. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat telah melaksanakan pembangunan layanan sanitasi walaupun masih sangat terbatas. Kegiatan-kegiatan penyediaan layanan sanitasi menjadi tugas dari beberapa dinas maupun instansi seperti dinas kesehatan, Kantor lingkungan hidup dinas Pasar Kebersihan dan Keindahan serta dinas pekerjaan umum. Program-program pengembangan sanitasi yang telah dilakukan pada tahun 2013 dan rencana untuk tahun 2014 dari masing-masing dinas atau instansi dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini. 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi Perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat merupakan defenisi dari PHBS. PHBS di bagi menurut tempat dilaksanakannya program ini, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi kesehatan, tatatan tempat kerja, sekolah dan tatanan tempat-tempat umum Rencana Program dan Kegiatan Saat ini PHBS ini merupakan sekumpulan perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran pada diri individu dalam kelaurga maupun juga dalam lingkungan masyarakat, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di lingkungannya. Aneka aspek yang tercakup dalam PHBS adalah meliputi masalah gizi dan juga sampah, seperti 101

102 mengkonsumsi multi vitamin, istirahat yang cukup, membuang sampah pada tempatnya, hingga mampu mengendalikan emosi diri. Kampanye dan sosialisasi tentang hidup mengacu pada prinsi PHBS d ap at dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Tulang Bawang Barat. Adapun beberapa program atau kegiatannya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Promosi/kampanye Kesehatan tentang PHBS pada lembaga pendidikan/sekolah, tempat kerja, tempat umum, rumah tangga dan istitusi kesehatan 2. Peningkatan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan aspek kesehatan lainnya kepada masyarakat 3. Pembuatan jamban sehat, terutama di fasilitas umum seperti pasar dan juga terminal-terminal kecil yang ada di kabupaten 4. Pelatihan kader kesehatan lingkungan di masyarakat 5. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan 6. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan Puskesmas, terutama untuk orang sakit, persalinan dan juga fasilitas bersih untuk ibu menyusui 7. Pemberantasan jentik nyamuk di wilayah kecamatan, sehingga tidak berkembang jentik nyamuk dan juga pengembangan wilayah sehat 8. Kegiatan pendataan dan sarana sanitasi di rumah tangga dari tingkat puskesmas/kecamatan Peningkatan advokasi kepada para pengambil kebijakan agar sesegera mungkin mengeluarkan kebijakan tentang sanitasi dan meningkatkan dukungan dana untuk peningkatan kualitas sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dengan menerapkan program-program PHBS di atas, maka diharapkan kehidupan yang bersih, sehat dan sejuk di kabupaten Tulang Bawang barat dapat tercipta. Memang PHBS, terutama dalam sebuah keluarga sebagai sebuah teori yang mudah dapat diterapkan, namun dalam pelaksanaannya memang butuh dukungan, milai kesadaran diri sendiri, keluarga, lingkungan dan juga yang penting dukungan pemerntah daerah agar tetap konsisten mendukung hidup sehat tersebut. 102

103 Berkaitan dengan rencana program PHBS dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.1 : Rencana program dan kegiatan PHBS terkait sanitasi saat ini (tahun n+1) Rencana Program dan Kegiatan Promosi Higienedan Sanitasi Tahun 2015 No 1 Nama progam/ kegiatan Evaluasi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Satuan Volume Indikasi biaya (Rp) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Org APBD Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat Sumber dokumen perencanaan Dinas Kesehatan 2 Promosi BABS Kab APBD Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat Dinas Kesehatan Sumber : Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat Kegiatan yang sedang berjalan Pendanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014, masih mengandalkan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan masih sedikit sekali peran dari APBD Provinsi maupun dari APBN, apalagi pendanaan yang berasal dari pihak luar. Kegiatan yang sedang berjalan saat ini adalah Tabel 4.2 : Kegiatan PHBS terkait sanitasi yang sedang berjalan Kegiatan Promos Higiene dan Sanitasi Tahun 2014 No Nama program/kegiatan Satuan Volume 1 STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Biaya (Rp. x1000) Sumber dana Lokasi kegiatan Desa APBD Kabupaten Tulang Bawang Barat Pelaksana kegiatan Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat Sumber : Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Untuk merencanakan pengelolaan limbah cair ini, tim mencoba melakukan kajian lapangan terhadap lingkungan masyarakat yang ada di Tulang Bawang Barat. Dari hasil peninjauan di lapangan dapat disimpulkan bahwa kendala pengembangan sistem penyaluran air limbah Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah masalah lahan. Kebutuhan lahan tidak dapat 103

104 dihindari, baik untuk kebutuhan jalur pipa maupun untuk pembangunan instalasi pengolahan limbah. Perubahan tatanan kabupaten secara menyeluruh akan terjadi, untuk itu dukungan aspek hukum dan kelembagaan mutlak adanya, terutama kelembagaan adat yang cenderung masih mempunyai milik tanah atas nama adat. Di samping masalah lahan yang masih banyak bersinggungan dengan adat tersebut, maka masalah lain yang perlu mendapatkan perhatian yang prioritas adalah minimnya sarana prasarana untuk menunjang kehidupan yang bersih. Sebagai contoh untuk wilayah kabupaten yang cukup luas ini, sampai saat ini belum ada truck tangki untuk penyedotan limbah terutama limbah kotoran manusia. Hal ini berakibat seringnya masyarakat berpindah-pindah menggali untuk penampungan kotoran yang baru serta juga menyebabkan masyarakat masih menggunakan aliran sungai untuk membuang hajat mereka. Dengan konisi yang demikian, jika dibiarkan berlangsung terus menerus akan berakibat juga pada lingkungan yang tidak bersih dan tidak nyaman dalam lingkungan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan yang demikian dalam rangka pelayanan penyedotan tangki septik, dinas terkait harus memikirkan sesegera mungkin untuk mengadakan pengadaan akan sarana tersebut. Untuk mendukung sarana pembuangan kotoran juga harus dipikirkan lokasi yang tepat untuk tempat pembuangan tersebut, yang tidak akan mengganggu kehidupan lingkungan masyarakat setempat. Masalah yang terungkap di atas, menunjukkan bahwa masyarakat memang belum dikenalkan dengan kehidupan yang sehat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi masyarakat Tulang Bawang Barat yang jauh dari daerah perkotaan, maka diperlukan suatu perencanaan yang matang, agar masyarakat dapat merubah pola hidup yang cenderung masih alami dan tidak bersih menjadi masyarakat yang menghargai kebersihan baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Diperlukan suatu rencana untuk mengadakan kampanye dan sosialisasi akan pentingnya kebersihan lingkungan dari limbah cair domestik yang dimulai dari sekolah-sekolah dan masyarakat umum, dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli dengan kesehatan lingkungan. Untuk itu, maka sedini mungkin perlu diadakan kampanye dan sosialisasi pembuatan septik tank di rumah-rumah, dengan memberikan contoh gambar (profil) septik tank yang benar. Perlu diterbitkan suatu Peraturan Daerah atau minimal Keputusan Bupati sebagai suatu kekuatan hukum agar masyarakat membangun septik tank dirumah-rumah yang masih memungkinkan, terutama masyarakat yang berada di sepanjang sungai-sungai dan juga masyrakat di sekitar daerah aliran air irigasi. Di samping itu perlu juga pembuatan Sistim Penyaluran Air Limbah (SPAL), Pembangunan Sanimas, Pembuatan MCK dan Septik tank, Pengadaan lahan untuk Septik tank Komunal DED dan supervisi SPAL dan Tangki septik Komunal. 104

105 Berkaitan dengan rencana peningkatan pengelolaan limbah domestik dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.3 : Rencana program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik saat ini (tahun n+1)* Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air LimbahDomestik Tahun 2015 No Nama progam / kegiatan Satuan Volume Indikasi biaya (Rp.) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan 1 Pertemuan Triwulan Petugas Klinik Sanitasi Org APBD Dinkes Dinkes 2 Pelatihan Kader STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Desa APBD Dinkes Dinkes 3 Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Air Bersih Kec APBD Dinkes Dinkes Kabupaten 4 Wirausaha Sanitasi Org APBD Dinkes Dinkes 6 Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Pengendalian Lingkungan Hidup Kab APBD BPLHD BPLHD Sumber data : Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat 2014 Tabel 4.4 : Kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang sedang berjalan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2014 No 1 Nama program / kegiatan Pembangunan IPAL UKM Sumber : BPLHD 2014 Satuan Volume Biaya (Rp.) Sumber dana Unit APBD Lokasi kegiatan Tulang Bawang Tengah Pelaksana kegiatan BPLHD 4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan Ada dua kantor yang kemungkinan besar akan menjajdi penanggung jawab kegiatan ini yakni kantor Dinas Pekerjaan Umum dan juga Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang Barat yang dapat dijadikan sebagai pengelola persampahan tingkat kabupaten, mulai pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampai dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sementara pengangkutan sampah dari perumahan atau fasilitas ke TPS dilakukan dengan gerobak sampah dan biasanya ditangani oleh masyarakat sendiri, yang 105

106 dikelola pada umumnya oleh perangkat RT/RW. Oleh sebab itu tahapan pengelolaan sampah dari rumah tangga hingga ke TPA sebaiknya melalui tahapan Pewadahan, Pengumpulan, Pemindahan, Pengangkutan sampai dengan Pemrosesan Akhir. Melihat perkembangan masyarakat, terutama di daerah perkantoran dan pasar-pasar di kabupaten ini, maka volume sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat cenderung akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas perekonomian tersebut. Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang sekarang belum terpusat, sebaiknya dibuat terpusat dengan memilih lokasi yang tepat dengan mempertimbangkan lingkungan masyarakat dan juga mencari lahan yang tidak membuat konflik dengan masyarakat itu sendiri. Dengan luas area yang cukup besar dan jumlahnya banyak tersebut, persoalan TPA ini tidak kan menjadi masalah di kabupaten Tulang Bawang Barat. Yang penting adalah bagaimana sosialisasi kepada masyarakat terutama tokoh-tokoh adat, untuk menjelaskan fungsi TPA tersebut. Jika tidak dilakukan sosialisasi yang bernar ke masyarakat, dikhawatirkan beberapa tahun kedepan lambat laun akan menjadi permasalahan yang serius dibidang persampahan, apalagi dengan cara penanganan yang kurang optimal dikarenakan sarana pendukung yang tidak mencukupi, misalnya kekurangan peralatan kerja terutama alat berat dan juga truk angkut sampah yang kurang memadai. Untuk meningkatkan pelayanan pengeloaan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan juga Kantor Pengelolalan Lingkungan hidup dapat ditunjuk sebagai pengelola persampahan. Jika lembaga pemerintah sudah jelas siapa yang mengelaola dan bertanggung jawab terhadap masalah sampah dan juga sanitasi ini, maka perlu dilakukan upaya-upaya dalam bentuk program kerja yang disosialisasikan kepada masyarakat antara lain : 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan dan menjaga kebersihan rumah dan sekitar lingkungan mereka, dengan mengelola limbah air dan sampah secara benar. 2. Pembuatan tempat penampungan sampah sementara di lokasi yang telah ditentukanm sebelum dibawa ke TPA 3. Pengadaan dan penambahan dan perbaikan armada pengangkutan roda sampah, Motor sampah, d a n j u g a truk sampah; 4. Pembuatan Sarana dan Prasarana di TPA di beberapa kecamatan terdekat, sehingga ada simpul-simpul TPA. 5. Pembuatan fasilitas umum seperti saluran drainase, pagar, fasilitas perlindungan lingkungan (Lapisan kedap air, pengumpul air lindi, daerah penyangga air)serta fasilitas Penunjang (Pusat Air bersih) 106

107 6. Membangun bangunan untuk daur ulang sampah plastic kerja sama dengan pihak pengusaha 7. Meningkatkan upaya reduksi sampah organik dengan memanfaatkan sapi pemakan sampah organic 8. Menerapkan pemusnahan sampah residu dengan incenetator 9. Peningkatan dan pemanfaatan biogas dari kotoran sapi untuk energi panas 10. Peningkatan teknologi pemrosesan akhir Tabel 4.5 Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan saat ini (tahun n+1)* Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan PersampahanTahun 2015 No Nama progam / kegiatan Pengelolaan Persampahan Permukiman Penyediaan sarana dan Prasarana Peralatan Kebersihan Penyediaan sarana dan Prasarana TPA Sampah Pembangunan Gerbang dan Sumur Bor TPA Penumangan Satuan Volume Indikasi biaya (Rp.) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan Kab APBD PU PU Kab APBD Kab APBD Kab APBD Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota *Data (masih dalam perencanaan)dinas Tata Kota dan BPLHD Kab. Tulang Bawang Barat 2014 Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Dinas Tata Kota Tabel 4.6 Kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang berjalan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014 No Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp.) Sumber dana 1 Pengadaan Bak Sampah (TPS) 9 Unit 179,750,000 DAK LH TA Pengadaan Tong Sampah 109 Unit 149,734,000 DAK LH TA Pengadaan Bak Sampah 4 Unit 79,846,00 DAK LH TA Pengadan Tong Sampah 37 Unit 59,200,000 DAK LH TA 2014 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Tulang Bawang Barat 2014 Lokasi kegiatan Kab. Tulang Bawang Barat Kab. Tulang Bawang Barat Kab. Tulang Bawang Barat Kab. Tulang Bawang Barat Institusi pelaksana BPLHD BPLHD BPLHD BPLHD 107

108 4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Sampai saat ini di Kabupaten Tulang Bawang Barat belum memiliki sistem penyaluran drainase, kecuali untuk lingkungan masyarakat yang berdekatan dengan jalan raya yang telah dibuat saluran airnya. Pada umumnya masyarakat membuat saluran secara individu ke saluran yang dekat dengan lingkungannya yang akhirnya membawa air limbah tersebut ke sungai yang ada atau saluran-saluran irigasi yang ada di daerah ini. Jika melihat kondisi saluran air kotor dan air hujan yang ada di berbagai kecamatan, kondisi masih belum memadai dalam menampung limpahan air yang berasal dari permukiman dan kegiatan-kegiatan di dekata pasar-pasar, sehingga masih banyak limpahan air kotor yang mengenai kawasan-kawasan tertentu. Selain itu juga masih banyak salurah air kotor yang sudah tidak berfungsi lagi dikarenakan telah rusak ataupun tersumbat oleh lumpur dan sampah hasil buangan penduduk, hal ini berpotensi terjadinya genangan di beberapa kawasan. Pembuangan air kotor (mandi dan cuci), saat ini relatif tergabung dengan sistem drainase, hal ini akan menurunkan kualitas air permukaan di sungai-sungai yang menjadi saluran primer drainase tersebut. Untuk itu selayaknya dibatasi pembuangan air kotor secara langsung ke badan air (saluran drainase. Oleh sebab itu, prioritas penanganan air limbah ini sebaiknya dilakukan pada daerahdaerah permukiman dan daerah-daerah industri yang ada di kabupaten ini, baik industri kecil maupun besar, terutama pabrik tapioka, dengan pola drainase perkerasan terbuka maupun tertutup yang mencakup : 1. Pembuatan saluran baru, rehabilitasi saluran yang sudah rusak dan pemeliharaan saluran 2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman. 3. Pengembangan perangkat peraturan dalam bentuk perda-perda atau keputusan bupati. Tabel 4.7 Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase perkotaan saat ini (tahun n+1)* Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Tahun 2015 No Nama progam / kegiatan Satuan Volume Indikasi biaya (Rp.) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan 1 Pembangunan Drainase Kab APBD PU PU 2 Penyediaan sarana air bersihdan sanitasi dasarberbasis masyarakat Kab APBD PU PU Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tulang Bawang Barat

109 Rencana kegiatan pengelolaan drainase perkotaan masih dalam perencanaan. Tabel 4.8 Kegiatan pengelolaan drainase perkotaan yang sedang berjalan Kegiatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Tahun 2014 No Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp.) Sumber dana Lokasi kegiatan 1 Pembangunan Drainase Paket 1 1,526,600,000 APBD 2014 Marga Kencana Pulung Kencana 2 Pembangunan Drainase Paket 1 1,224,062,000 APBD 2014 Sp. Panaragan Jaya-Kagungan Ratu 3 Pembangunan Drainase Paket 1 995,271,000 APBD 2014 Panaragan Jaya- Ponorogo Sumber data : Dinas PU Tulang Bawang Barat 2014 Pelaksana kegiatan Dinas PU Dinas PU Dinas PU 4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Subsektor dan urusan yang tidak kalah pentingnya kontribusinya bagi peningkatan pengelolaan sanitasi adalah subsektor air minum, urusan perencanaan dan lingkungan hidup. SKPD yang terkait dengan penanganan komponen terkait sanitasi adalah, Dinas PU Cipta Karya khususnya bidang air minum, BPLHD, Bappeda, Dinas Tata Kota dan Kesehatan. Tabel 4.9 Rencana program dan kegiatan Komponen terkait Sanitasi saat ini (n+1) Rencana Program dan Kegiatan Komponen Terkait Sanitasi Tahun 2015 No Nama progam/kegiatan Satuan Volume Indikasi biaya (Rp. x1000.-) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab 1 Pertemuan Triwulan Petugas Klinik Sanitasi Org 2 Rp APBD DInas Kesehatan 2 Pelatihan Kader STBM Desa 5 Rp APBD DInas (Sanitasi Total Berbasis Kesehatan Masyarakat) 3 Pengawasan dan Kec 16 Rp APBD DInas Pemeriksaan Kualitas Kesehatan Air Bersih Kabupaten 4 Wirausaha Sanitasi Org 2 Rp APBD DInas Kesehatan Sumber data : Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat 2014 Sumber dokumen perencanaan DInas Kesehatan DInas Kesehatan DInas Kesehatan DInas Kesehatan 109

110 Tabel 4.10 Kegiatan Komponen terkait Sanitasi yang sedang berjalan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2014 No Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp. x1000) Sumber dana Lokasi kegiatan Pelaksana kegiatan 1 Pertemuan Triwulan Org 2 Rp APBD Dinkes Dinkes Petugas Klinik Sanitasi 2 Pelatihan Kader STBM Desa 5 Rp APBD Dinkes Dinkes (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) 3 Pengawasan dan Kec 16 Rp APBD Dinkes Dinkes Pemeriksaan Kualitas Air Bersih Kabupaten 4 Wirausaha Sanitasi Org 2 Rp APBD Dinkes Dinkes Sumber data : Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat

111 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersihdan sehat. Maksud dilakukannya penilaian area beresiko sanitasi adalah bahwa hasil dari penilaian diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu kriteria dalam menentukan prioritas pelaksanaan program dan kegiatan pada sektor sanitasi. Sedangkan tujuan dilakukannya penilaian area beresiko sanitasi adalah ditetapkannya area dan subsektor prioritas pengembangan sanitasi berdasarkan tingkat risiko sanitasi, fungsi dan peruntukan ruang dan lahan, kondisi alam, dan kawasan pengembangan khusus. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan untuk dapat mencapai tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : Memetakan area-area yang memiliki risiko sanitasi melalui serangkaian proses pengumpulan data Mengklasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan melalui analisa data Menentukan area beresiko Unit area penentuan resiko sanitasi meliputi 10 desa pada 8 (delapan) Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dalam melakukan penilaian area beresiko sanitasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat melakukan penilaian berdasarkan data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari Survey EHRA dan persepsi SKPD, sedangkan data sekunder diperoleh dengan melakukan pengolahan data yang bersumber dari SKPD. Hasil akhir dari area beresiko sanitasi merupakan kompilasi dari skoring persepsi SKPD, Studi EHRA dan data sekunder lainnya sesuai dengan indikator - indikator yang telah disepakati oleh Pokja PPSP Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penentuan area beresiko di Kabupaten Tulang Bawang Barat dilakukan melalui penilaian dengan metode pemberian skor berdasarkan data sekunder 30%, persepsi SKPD terkait sanitasi 20% dan studi EHRA 50% kemudian divalidasi dengan kunjungan lapangan. 111

112 Studi EHRA Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan data primer yang diambil dari 400 responden yang tersebar di 10 (sepuluh) Desa/Kelurahan. Beberapa variabel sebagai indikator penentu area risiko sanitasi, yaitu: a. Sumber air minum b. Air Limbah Domestik c. Persampahan d. Banjir/Genangan e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dari hasil studi EHRA yang telah dilaksanakan, tingkat resiko sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat terdapat 4 (empat) klasifikasi strata area beresiko sanitasi komponen air limbah domestik. Pada kategori strata 1, tingkat resiko dipengaruhi oleh persampahan dan air limbah domestic. Pada strata 2 tingkat resiko dipengaruhi adalah persampahan dan air limbah. Untuk strata 3 tingkat resiko dipengaruhi oleh genangan air dan air limbah, dan untuk pada strata 4 tingkat resiko dipengaruhi oleh PHBS dan persampahan. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia di instansi terkait di Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagai indikator untuk menentukan kondisi area risiko sanitasi, antara lain : a. Informasi tentang Kabupaten Tulang Bawang Barat terdiri dari : luas administrasi, jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, jumlah penduduk miskin dan klasifikasi perkotaan urban/rural. b. Data air limbah terdiri dari : jumlah KK yang melakukan BABS, sistem setempat (layak/tidak layak), sistem komunal (MCK umum, IPAL/IPLT). c. Data persampahan terdiri dari : jumlah sampah terangkut, jumlah TPS, Jumlah TPS-3R dan jumlah Pasar. d. Data drainase terdiri dari : area yang terpengaruh oleh pasang surut, estimasi area pemukiman rawan genangan. Persepsi SKPD merupakan penilaian secara subyektif dari masing-masing institusi yang menjadi anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat terhadap kondisi sanitasi di setiap desa/kelurahan, antara lain : a. Dinas Kesehatan menilai berdasarkan tidak tersedianya sarana CTPS, masih ada warga yang BABS, tidak tersedia tempat sampah di sekitar rumah, terdapat genangan air di sekitar lingkungan permukiman, kesulitan akses air bersih, kepemilikan jamban sehat, dan kepemilikan SPAL 112

113 b. Bappeda menilai berdasarkan kepadatan penduduk, angka kemiskinan, peran serta dan kesadaran masyarakat, serta wilayah-wilayah pusat kegiatan. c. Dinas PU menilai berdasarkan kepadatan penduduk, ada tidaknya jaringan drainase yang terbangun di permukiman, kondisi drainase yang ada, kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya limbah, belum terakses air bersih PDAM, topografi lingkungan yang datar bahkan cekung menjadi penyebab timbulnya genangan serta wilayah yang terpengaruh pasang surut air laut. d. Kantor Lingkungan Hidup menilai berdasarkan kepadatan penduduk, keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam mengelola sampah, kondisi sarana dan prasarana persampahan. Penentuan area berisiko Kabupaten Tulang Bawang Barat diklasifikasikan berdasarkan nilai skoring grade 1 4 yang disesuaikan dengan instrument sanitasi dengan rincian sebagai berikut : a. Skor 4 : Risiko Sangat Tinggi berwarna Merah b. Skor 3 : Risiko Tinggi berwarna Kuning c. Skor 2 : Risiko Rendah berwarna Biru d. Skor 1 : Risiko Sangat Rendah berwarna Hijau Area beresiko sanitasi diharapkan dapat menjadi sumber data yang valid dalam pengambilan kebijakan terkait pembangunan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dengan adanya data area beresiko sanitasi nantinya akan menjadi pedoman dalam rangka perencanaan pambangunan dibidang sanitasi oleh stakeholder yang menanganinya, sehingga pembangunan sanitasi akan lebih tepat sasaran Area Berisiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Sebagai prioritas permasalahan sanitasi komponen air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat, pada area beresiko untuk tingkat resiko 3 (tinggi) dan resiko 4 (sangat tinggi) tentulah yang akan menjadi prioritas utama untuk segera ditangani. Hal ini bukan berarti untuk wilayah yang masuk dalam tingkat risiko 1 dan 2 tidak terdapat permasalahan dan tidak akan ditangani, namun untuk langkah awal yang mendesak untuk segera ditangani adalah wilayah yang mempunyai tingkat risiko sangat besar terlebih dahulu. Di Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk area berisiko sanitasi komponen air limbah domestik yang termasuk dalam tingkat resiko sangat tinggi (resiko 4) terdiri dari 3 desa/kampung di 3 kecamatan. Sedangkan yang termasuk dalam tingkat risiko tinggi (risiko 3) terdiri dari 2 113

114 desa/kampung di 1 kecamatan. Untuk mengetahui area berisiko sanitasi komponen air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat diliat pada tabel 5.1 dan peta 5.1 berikut ini : Tabel 5.1 Area berisiko sanitasi komponen air limbah domestik AIR LIMBAH DOMESTIK Wilayah Prioritas No Area Beresiko*) Kecamatan Desa/Kelurahan 1 Risiko 4 Tumijajar Sumber Rejo Tulang Bawang Tengah Penumangan Baru Gunung Agung Tri Tunggal Jaya 2 Risiko 3 Gunung Agung Wono Rejo Mulya Sari Sumber : Data diolah di Instrumen Profil Sanitasi (ditampilkan hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3) 114

115 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 5.1 : Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Peta 5.1 : Peta area berisiko sanitasi komponen air limbah domestik 115 Sumber : Disepakati Pokja PPSP Kabupaten Tulang Bawang Barat

116 5.1.2 Area Berisiko Sanitasi Komponen Persampahan Hasil penentuan area beresiko sanitasi yang telah dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk komponen persampahan dapat diketahui bahwa yang termasuk dalam tingkat resiko sangat tinggi (risiko 4) terdiri dari 2 desa/kampung di 1 kecamatan. Sedangkan yang termasuk dalam tingkat risiko tinggi (risiko 3) terdiri dari 31 desa/kampung di 6 kecamatan. Untuk mengetahui area berisiko sanitasi komponen persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat diliat pada tabel 5.2 dan peta 5.2dibawah ini: Sebagai prioritas permasalahan sanitasi komponen Persampahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat, pada area beresiko untuk tingkat risiko 3 dan 4 tentulah yang akan menjadi prioritas utama untuk segera ditangani. Hal ini bukan berarti untuk wilayah yang masuk dalam tingkat risiko 1 dan 2 tidak terdapat permasalahan dan tidak akan ditangani, namun untuk langkah awal yang perlu untuk segera ditangani adalah wilayah yang mempunyai tingkat risiko sangat besar terlebih dahulu. 116

117 Tabel 5.2 Area berisiko sanitasi komponen persampahan PERSAMPAHAN Wilayah Prioritas No Area Beresiko*) Kecamatan Desa/Kampung 1 Risiko 4 Gunung Agung Wono Rejo Mulya Sari Tulang Bawang Udik Karta Raharja Tumijajar Margodadi Murni Jaya Margo Mulyo Daya Asri Gunung Timbul 2 Risiko 3 Tulang Bawang Tengah Mulya asri Candra Kencana Mulya Kencana Pulung Kencana Tirta Kencana Panaragan Jaya Wonokerto Panaragan Jaya Utama Panaragan Jaya Indah Mulya Jaya Gunung Terang Toto Mulyo Sakti Jaya Keagungan Jaya Sido Makmur Gunung Agung Marga Jaya Mekar Jaya Suka Jaya Mulya Jaya Sumber Jaya Bangun Jaya Tunas Jaya Jaya Murni Way Kenanga Balam Jaya Pagar Buana Indraloka I Sumber : Data diolah di Instrumen Profil Sanitasi (ditampilkan hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3) 117

118 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 5.2 : Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Persampahan Peta 5.2 : Peta area berisiko sanitasi komponen persampahan 118 Sumber : Disepakati Pokja PPSP Kabupaten Tulang Bawang Barat

119 5.1.3 Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase Hasil penentuan area beresiko sanitasi yang telah dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk komponen drainase dapat diketahui bahwa yang termasuk dalam tingkat resiko sangat tinggi (risiko 4) terdiri dari 3 desa/kelurahan di 3 kecamatan. Sedangkan yang termasuk dalam tingkat risiko tinggi (risiko 3) untuk komponen drainase tidak ada. Untuk mengetahui area berisiko sanitasi komponen drainase di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat diliat pada tabel 5.3 dan peta 5.3 dibawah ini: Sebagai prioritas permasalahan sanitasi komponen Drainase di Kabupaten Tulang Bawang Barat, pada area beresiko untuk tingkat risiko 4 tentulah yang akan menjadi prioritas utama untuk segera ditangani. Hal ini bukan berarti untuk wilayah yang masuk dalam tingkat risiko 1 dan 2 tidak terdapat permasalahan dan tidak akan ditangani, namun untuk langkah awal yang perlu untuk segera ditangani adalah wilayah yang mempunyai tingkat risiko sangat besar terlebih dahulu. Tabel 5.3 Area berisiko sanitasi komponen drainase DRAINASE LINGKUNGAN Wilayah Prioritas No Area Beresiko*) Kecamatan Desa/Kampung 1 Risiko 4 Tumijajar Sumber Rejo Tulang Bawang Tengah Panumangan Baru Gunung Agung Tri Tunggal Jaya 2 Risiko Sumber : Data diolah di Instrumen Profil Sanitasi (ditampilkan hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3) 119

120 BUKU PUTIH SANITASI BUKU KABUPATEN PUTIH TULANG SANITASI BAWANG BARAT KABUPATEN TULANG 2014 BAWANG BARAT 2014 Peta 5.3 : Peta area berisiko sanitasi komponen drainase Peta 5.3 : Peta area berisiko sanitasi komponen drainase 120 Sumber : Disepakati Pokja PPSP Kabupaten Tulang Bawang Barat

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada koordinat 04o10 04o42

wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada koordinat 04o10 04o42 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2.1. Geografi, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Letak Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geogrfis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013 Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kurangnya sikap kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

PPSP BAB I PENDAHULUAN

PPSP BAB I PENDAHULUAN PPSP BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Organisasi Kesehatan Dunia dibawah PBB (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1

1.1. Latar Belakang I - 1 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

DFAFF BUKU PUTIH SANITASI

DFAFF BUKU PUTIH SANITASI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Peta Daftar Gambar Daftar Isitilah Bab 1 Bab 2 Bab 3 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupannnya sehari-hari. Kondisi sanitasi suatu masyarakat dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi 2013

Buku Putih Sanitasi 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang seringkali kurang mendapat perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di beberapa daerah. Buruknya kondisi sanitasi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Peta Daftar Gambar Daftar Isitilah Bab 1 Bab 2 Bab 3 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR I - 1

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR I - 1 1.1. Latar Belakang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah roadmap pembangunan sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 dengan luas wilayah 6.874 Ha. Kota Metro terdiri dari 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan, yang pembentukannya berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang S. Bab I. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo 1

PENDAHULUAN Latar Belakang S. Bab I. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sukoharjo Tahun Pokja AMPL Kabupaten Sukoharjo 1 PENDAHULUAN Bab I 1.1. Latar Belakang S Sektor sanitasi sudah selayaknya merupakan prioritas peningkatan pelayanan publik mengingat sebagian besar penduduk Indonesia belum dapat menikmati sarana sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 dengan luas wilayah 6.874 Ha. Kota Metro terdiri dari 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan, yang pembentukannya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dalam kehidupan masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, budaya dan faktor lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Untuk mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten/Kota memang tidak mudah mengingat permasalahan yang terjadi sangat komplek, dibutuhkan waktu yang lama, belum lagi persoalan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Strategi pengembangan sanitasi yang dituangkan di dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini merupakan suatu dokumen perencanaan jangka menengah (5 Tahun)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan berdampak buruk terhadap

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) POKJA SANITASI KABUPATEN BERAU Tahun 2011 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang    Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MUSI BANYUASIN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya tujuan dan hakikat pembangunan nasional itu sama yaitu untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, Tujuan negara kita sebenarnya sudah teracantum

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci