STUDI SISTEM TELEKOMUNIKASI MELALUI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI SISTEM TELEKOMUNIKASI MELALUI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT)"

Transkripsi

1 STUDI SISTEM TELEKOMUNIKASI MELALUI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Elektro Disusun Oleh: INGOT BARTALA. HUTASOIT NIM: PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 STUDI SISTEM TELEKOMUNIKASI MELALUI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) TUGAS AKHIR Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Strata-1 Fakultas Teknik Depertemen Teknik Elektro OLEH: Ingot Bartala Hutasoit NIM: Disetujui Oleh : Pembimbing Ir. Eddy Warman NIP: Diketahui Oleh : Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Ir Nasrul Abdi, MT NIP : DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 ii

3 ABSTRAK Kebutuhan informasi yang akurat dan handal di lingkungan PLN membawa para ahli merancang suatu sistem komunikasi dan informasi, karena akan ditumpangkan ke sistem jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV maka dibutuhkan suatu teknik khusus agar gelombang carrier itu dapat di tumpangkan. Salah satu peralatan yang mendukung cara kerja tersebut adalah Capasitor Voltage Transformer (CVT) atau penggabungan beberapa kapasitor sebagai komponen kopling pada Power Line Carrier (PLC). Setelah dilakukan studi ini diperoleh besar kapasitansi dari coupling capasitor dan jenis jenis sistem kopling pada sistem PLC ini yaitu : Kopling satu phasa ke bumi, Kopling dua kawat phasa, kopling phasa ke phasa, Kopling antar sirkuit. Dari empat sistem diatas kopling antar circuit adalah yang paling layak dipakai, karena lebih ekonomis dan menjamin keselamatan kerja pada saat perbaikan jaringan. i

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini. Penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi pendidikan sarjana ekstension pada jurusan teknik elektro Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah: STUDI SISTEM TELEKOMUNIKASI MELALUI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT). Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan baik moril maupun materi dari para dosen serta dukungan dari berbagai pihak, tugas akhir ini akan sulit diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT sebagai Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Rahmat Fauzi, ST. MT sebagai Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Ir. Eddy Warman, sebagai Dosen Pembimbing. 4. Seluruh Staf Dosen Pengajar Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh Staf Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. ii

5 6. Lion Hard. Hutasoit dan Herlina Br. Sitorus selaku orang tua penulis yang tercinta dan tersayang, serta keluarga. 7. Rekan-rekan Stambuk 2003 PPSE Teknik Elektro Ekstension Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 8. Seluruh teman teman seperjuangan dalam penyusunan tugas akhir. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang memerlukannya. Medan, April 2008 Penulis, Ingot Bartala Hutasoit NIM: DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... i ii iii

6 DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... iv vii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Batasan Masalah... 2 I.3 Tujuan Penulisan... 2 I.4 Manfaat Penulisan... 2 I.5 Sistematika Penulisan... 3 BAB II TEORI DASAR POWER LINE CARRIER... 4 II.1. Sistem Telekomunikasi PLC... 4 II.2. Peralatan PLC Outdoor... 5 II.2.1. Saluran Udara Tegangan Tinggi... 5 II.2.2. Teknik Perambatan Sinyal Informasi... 6 II.2.3. Teknik Resonansi... 9 II.2.4. Wave Trap II.2.5. Kopling Kapasitor (Coupling Capacitor) II.2.6. Line Matching Unit II.2.7. Protective Device BAB III PEMBAHASAN III.1. Sistem Modulasi Komunikasi PLC III.2. Aplikasi Capacitor Voltage Transformer (CVT) Pada Sistem Power Line Carrier (PLC) iv

7 III.2.1. Terminal PLC III.2.2. Bidang Pembicaraan III.2.3. Bidang Penerimaan III.3. Modul Modul PLC III.3.1. TF (Transmitter Filter) III.3.2. TA (Transmitter Amplifer) III.3.3. DF (Directional Filter) III.4. Karakteristik Kopling Dari Capacitor Voltage Transformer (CVT) Pada Power Line Carrier (PLC) III.5. Metode Metode Kopling III.5.1. Kopling Satu Fasa Ke Bumi III.5.2. Kopling Dua Kawat Fasa III.5.3. Kopling Fasa Ke Fasa III.5.4. Kopling Antar Sirkuit III.6. Rugi Rugi Peralatan Kopling BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA IV.1. Data IV.2. Analisis Data IV.2.1. Menghitung Besar Kapasitansi C v

8 IV.2.2. Menghitung Besar Kapasitansi C BAB V KESIMPULAN V.1. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR 2.1. Hubungan Saluran Komunikasi Satu Arah Rangkaian Ekivalen Saluran a. Resonansi Seri... 9 vi

9 2.3b. Resonansi Paralel Rangkaian Wave Trap Kopling Capacitor Voltage Transformer Rangkaian Protective Device Modulasi SSBC Line Diagram Aplikasi CVT Pada Sistem PLC Blok Diagram Dari Jaringan PLC Antara Station A dan B Kopling Satu Fasa Ke Bumi Kopling Dua Kawat Fasa Kopling Fasa Ke Fasa Kopling Antar Sirkuit Rangkaian Dasar Kapasitor Pembagi Tegangan Rangkaian Pengganti untuk Menentukan Besar C Rangkaian pengganti Untuk Menentukan Besar C vii

10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penulisan Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteran masyarakat. Perkembangan permintaan energi listrik tersebut perlu di imbangi dengan peningkatan pembangkit energi listrik dan kemampuan infrastruktur yang ada, sehingga sangat diperlukan pengamanan sistem secara terus menerus agar diperoleh suatu kontinyuitas operasi sistem kelistrikan yang tinggi. Pada suatu sistem jaringan listrik yang luas, untuk mendapatkan hasil koordinasi yang optimal, maka sangat diperlukan untuk melakukan pengamanan pada pusat beban dan pusat pembangkit. Sarana telekomunikasi sangatlah diperlukan untuk menerima dan menyalurkan perintah dari dan kepusat pembangkit dan gardu induk. Salah satu jenis peralatan telekomunikasi yang dipergunakan PLN (persero) untuk keperluan tersebut adalah power line carrier (PLC). Salah satu alat yang dapat mendukung kerja PLC tersebut adalah Capasitor Voltage Transformer (CVT), yang mampu bekerja sebagai komponen kopling gelombang carrier, juga mampu sebagai transformator tegangan. Berdasarkan hal diatas maka pada kesempatan ini penulis berusaha untuk meneliti penggunaan Capasitor Voltage Transformer (CVT) sebagai kopling pada Power Line Carrier (PLC) melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT). 1

11 I.2. Batasan Masalah Pada penulisan ini batasan masalah yang akan diteliti adalah : 1. Peralatan Capasitor Voltage Transformer (CVT). 2. Metode kerja Capasitor Voltage Transformer (CVT) sebagai Coupling Capasitor. 3. Pengaruh aplikasi Capasitor Voltage Transformer (CVT) terhadap gelombang Power Line Carrier. I.3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan studi ini adalah : a. Untuk menunjukkan bagaimana Capacitor Voltage Transformer (CVT) difungsikan sebagai Coupling Capacitor terhadap gelombang Power Line Carrier. b. Untuk memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian pemakaian Capacitor Voltage Transformer (CVT). I.4. Manfaat Penulisan Studi ini bermanfaat untuk menarik minat yang lebih besar dari praktisi dibidang Power Communication System, khususnya dalam pengembangan teknik kopling pada sistem power line carrier ini. 2

12 I.5. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Berisikan latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan dan sistematika penulisan BAB II : Teori Dasar Power Line Carrier Berisikan dasar teori dari power line carrier BAB III : Pembahasan Berisikan teori capasitor voltage transformator (CVT) sebagai kopling pada sistem power line carrier (PLC). BAB IV : Data dan Analisis Data Berisikan data dan analisis data dari capasitor voltage transformator (CVT) yang dipakai pada sistem PLC. BAB V : Kesimpulan Berisikan kesimpulan dari bab - bab yang dibahas sebelumnya 3

13 BAB II TEORI DASAR POWER LINE CARRIER II.1. Sistem Telekomunikasi PLC Sistem telekomunikasi PLC digunakan sebagai media komunikasi suara, data, telemetering, indikasi peralatan pemutus beban dikendalikan dari gardu gardu induk ke pusat kendali Area Control Center (ACC). Sinyal yang diterima di ACC merupakan Voice Band Signal melalui transduser. Transduser disini adalah suatu alat pengubah sinyal dari suatu bentuk ke bentuk lain. Jika suatu sinyal elektronika disampaikan ke satu tujuan melalui suatu kawat penghantar dengan suatu kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka ditempat tujuan dibutuhkan suatu transduser lain untuk mengubah sinyal elektronika tersebut, untuk kembali ke sinyal aslinya. Sambungan penghantar Sumber Informasi Transduser Amplifier Amplifier Transduser Sinyal Elektronik +Gangguan Sinyal Elektronik +Gangguan Informasi yang diterima +gangguan Gambar 2.1. Hubungan Saluran Komunikasi Satu Arah Penggunaan fasilitas saluran PLC tergantung pada kebutuhan secara nyata dan hal ini dapat direncanakan untuk perluasan jalur beban Load Dispatching Centre untuk masa masa yang akan datang. Penggunaan PLC untuk kebutuhan komunikasi yang relatif kecil, memang sangat baik karena sistem ini hanya membutuhkan biaya yang 4

14 relatif lebih murah bila dibandingkan dengan sistem sistem yang lain, karena sistem PLC ini menggunakan fasilitas atau perkembangan dari sistem telekomunikasi. Hal ini disebabkan karena telah sesaknya frekuensi yang ada yang telah dipakai dari sistem tersebut. Selain hal tersebut diatas, karena sistem PLC menggunakaan fasilitas saluran transmisi maka akan timbul beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Adanya gangguan pada saluran transmisi yang dapat mengurangi keandalan dari sistem tersebut. 2. Karena pada saluran transmisi membutuhkan perawatan sehingga akan mengakibatkan berkurangnya keandalan dan daya guna sistem PLC tersebut. 3. Adanya perubahan susunan atau konfigurasi dari saluran penghantar serta adanya trapping (jebakan) pada saluran penghantar apabila diperlukan oleh kebutuhan kebutuhan sistem tenaga listrik, sehingga akan mengakibatkan adanya perubahan (modifikasi) dari sistem PLC tersebut yang akan mengurangi fleksibilitas dari sistem pengoperasiannya. II.2. Peralatan PLC Outdoor II.2.1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Selain digunakan membawa energi dari sumber ke beban, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ini digunakan juga sebagai media perambatan dalam menyalurkan sinyal informasi. Untuk dapat menyalurkan sinyal informasi melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) maka dilakukan dengan cara menggandengkan peralatan terminal ke kawat phasa dari SUTT tersebut. Adapun pengkoplingan tersebut dilaksanakan dengan bantuan peralatan kopling tuning, dimana selain digunakan untuk menguhubungkan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah dari sistem PLC, juga 5

15 berfungsi sebagai filter yaitu untuk melalukan sinyal pembawa yang mengandung informasi dan memblok sinyal berfrekwensi 50 Hz yang berasal dari peralatan terminal. Saluran Udara Tegangan Tinggi digunakan untuk menyalurkan energi pada power frekuensi (pf), dengan demikian bahwa rugi - rugi (I 2 R) harus sekecil mungkin antara 0,1 1,5%. Ada beberapa jenis saluran transmisi tergantung kepada aplikasi dan frekuensi yang digunakan. Panjang saluran dapat berupa bagian dari panjang gelombang. Misalnya untuk saluran distribusi daya 60 Hz dimana panjang gelombang kira kira 5 x 10 6 meter atau radar yang beroperasi pada MHz dimana panjang gelombangnya hanya 1 cm. II.2.2. Teknik Perambatan Sinyal Informasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dipakai untuk menyalurkan energi listrik dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan memperhitungkan rugi-rugi daya (I 2 R) sekecil mungkin. Begitu pula didalam teknik telekomunikasi yang memakai saluran kawat terbuka sebagai media komunikasi, akan diperlukan pemancar yang cukup tinggi diantara 10 db sampai 100 db. Suatu transmisi tidak hanya memiliki nilai resistif saja, akan tetapi juga mempunyai reaktansi (X) yang terdiri dari; induktansi (X L ) dan kapasitansi (X C ) antara kawat kawatnya, dimana: Reaktansi dari L adalah : X L 2 π f L (Ω)...(2.1) Reaktansi dari C adalah : X C 1 2 π f C Keterangan : X L X C : Reaktansi induktif (Ω) : Reaktansi Kapasitif (Ω) 6

16 L : Induktansi (Henry) C : Kapasitansi (Farad) F : Frekuensi (Hertz) Adanya nilai reaktansi ini akan mengakibatkan timbulnya rugi rugi daya. Nilai reaktansi ini merupakan besaran besaran yang terdistribusi sepanjang saluran yaitu besaran R (hambatan) dan L (induktansi) yang terhubung seri, serta G (admintansi) dan C (kapasitansi) yang terhubung paralel dengan saluran seperti gambar yang terlihat pada gambar 2.2 dibawah ini. R L R L R L ~ C G C G Z L Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Saluran Transmisi Jika sumber tenaga listrik diberikan pada terminal masukan dari saluran transmisi, maka arus dan tegangan yang akan mengalir disepanjang saluran akan terdiri dari dua macam yaitu tegangan yang mengalir dari sisi pengiriman menuju ke sisi penerima dan tegangan yang mengalir dari sisi penerima menuju ke sisi pengirim. Perbandingan antara masing masing tegangan dan arus tersebut sepanjang saluran disebut impedansi karakteristik (Zo) yang dinyatakan dalam satuan ohm dengan rumus sebagai berikut: Zo R + jωl...(2.2) G + jωc 7

17 Pada suatu telekomunikasi dimana gelombang pembawa menggunakan frekuensi tinggi maka dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa jωl >>> R dan jωc>>>g sehingga besarnya R dan G dapat diabaikan.dengan dimikian impedansi karakteristik saluran pada daerah frekuensi pembawa yang digunakan PLC dapat dinyatakan sebagai: Zo L / C...(2.3) Dimana: Zo L C Impedansi karakteristik (Ohm) Induktansi (Henry) Kapasitansi (Farad) Jadi dapat diasumsikan bahwa sinyal informasi merambat disepanjang saluran transmisi tanpa mengganggu frekuensi jala jala 50 Hz yang mengalir dipenampang kawat. Dengan kata lain bisa dianggap oleh PLC bahwa Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) berfungsi sebagai antena saja. 8

18 II.2.3. Teknik Resonansi Untuk menyalurkan sinyal pembawa dari terminal PLC ke SUTT, maka diperlukan sistem kopling yang memiliki fungsi memblok frekuensi dari terminal PLC agar tidak masuk ke peralatan gardu induk dan ada yang bertugas melewatkan frekuensi 150 KHz dari terminal. Untuk keperluan ini dipergunakan teori teori tentang rangkaian osilasi yang terdiri dari rangkaian resonansi seri dari resonansi paralel. i input L ~ X L j ω L j2 π ƒ.l C X C 1/ j ω C 1/ j2 π ƒ.c Gambar 2.3a. Resonansi Seri i input ~ C ic il L Jadi, X L X C 1 2 π ƒ L 2 π ƒ C ƒ 2 1/ 4 π 2 L C... (2.4) Dimana ƒ ƒo Gambar 2.3b. Resonansi Paralel 9

19 Untuk resonansi seri arus maksimum : i i L + i C Untuk resonansi paralel arus minimum: i L berlawan arah karena sifat coil sehingga menjadi, dimana: i (-i L ) + i C i i C - i L...(2.5) X L X C L C i L i C ƒo Impedansi induktansi Impedansi kapasitansi Induktansi Kapasitansi Arus induktansi Arus kapasitansi Frekuensi resonansi Dari persamaan rumus diatas dapat diasumsikan bahwa pada resonansi seri akan mempunyai sifat berimpedansi minimum dan arus maksimum sedangkan resonansi paralel akan mempunyai sifat berimpedansi maksimum dan arus minimum. II.2.4. Wave Trap Wave Trap sering juga disebut dengan Line Trap atau Blocking Coil. Wave Trap adalah suatu peralatan yang merupakan rangkaian resonansi yang dipasang secara seri pada saluran transmisi dan berfungsi menyaring arus frekuensi tinggi yang datang dari stasiun lawan maupun dari pancaran stasiun sendiri agar tidak masuk keperalatan Gardu Induk seperti transformator, alat alat pengukuran kepanel kendali yang di hubungkan 10

20 ke tanah, sehingga kedua fungsi peralatan listrik dan komunikasi tidak saling mempengaruhi (interferensi). Cara pemasanganya yaitu hubung seri dengan line media tegangan tinggi dan harus memperhatikan rating maksimum arus beban secara terus menerus. Demikian juga konstruksinya harus mampu menahan maksimum arus gangguan serta tekanan dan gerak pada instalasi jaringan listrik. Penempatan wave trap bisa diletakkan diatas CVT dan bisa juga digantung tersendiri. Wave trap dirangkai dari tiga komponen komponen utama seperti terlihat pada gambar 2.4 dibawah ini, yaitu: L Kumparan (Henry) LA Lightning Arrester C Kapasitor Penala (Farad) L GARDU LA TO LINE SUTT C Gambar 2.4 Rangkaian Wave Trap a. Kumparan (L) Kumparan ini berfungsi untuk menyalurkan arus listrik 50 Hz yang datang dari pembangkit menuju gardu induk. Dengan demikian kumparan ini harus dapat bertahan terhadap arus nominal dan arus hubung singkat yang mungkin dan bisa timbul pada jaringan tegangan tinggi. Biasanya kumparan terbuat dari aluminium atau tembaga dan mempunyai harga induktasi yang bermacam-macam: misalnya 0,2 mh; 0,32 mh; 0,4 mh; 1mH, yang akan menghasilkan suatu resonansi untuk keperluan komunikasi 11

21 b. Lightning Arrester (LA) Berfungsi untuk mengamankan wave trap dari tegangan yang lebih yang disebabkan oleh sambaran petir pada saluran transmisi. c. Kapasitor Penala (C) Kapasitor ini dipasang secara paralel bersama dengan kumparan yang membentuk suatu resonansi sampai diperoleh lebar bidang tertentu yang dapat memblokir frekuensi penala sehingga tidak masuk ke gardu induk. Untuk memperoleh nilai kapasitor yang sesuai dengan kebutuhan dapat dilakukan dengan kombinasi seri dan paralel. Frekuensi resonansi dapat dihitung dengan : X L X C ω L 1 ωc ω 2 1/ LC ω 1/LC 1 LC 2πf ƒ R 1 2π LC Frekuensi ƒ R adalah resonansi wave trap yang harus sama dengan frekuensi PLC. Dengan demikian sifat alat ini adalah menahan atau memblokir frekuensi carrier. Hal ini dapat terjadi karena besarnya frekuensi wave trap dicapai pada frekuensi resonansi dari wave trap itu sendiri. Impedansi rangkaian L dan C dapat dituliskan dalam bentuk: Z jx L (-jx C ) jx L (-jx C ) ω L / ω C j(ω L -1/ω C ) 12

22 Z Z ω L...(Ω) j(ω 2 LC 1) Jadi fungsi utama wave trap pada jaringan PLC adalah : 1. Menetapkan secara pasti impedansi line tegangan tinggi terhadap perubahan konfigurasi primer switchyard. 2. Mencegah perubahan atau penurunan level signal akibat propagasi line media dan switchyard. 3. Memblokir signal RF (frekuensi tinggi) ke bagian bagian lain peralatan power sistem. Adapun cara kerja wave trap dapat dijelaskan sebagai berikut: Reaktansi sebuah kumparan adalah: X L 2 π f L. Besar kecilnya nilai reaktansi tergantung dari nilai kumparan L (Henry) dan harga frekuensi yang melewatinya H Z (Hertz). Wave trap akan mempunyai nilai reaktansi yang tinggi terhadap frekuensi tinggi, sebaliknya reaktansi akan rendah pada frekuensi rendah. Dengan nilai kumparan di kombinasikan dengan tuning unit yang sesuai dengan band frekuensi kerja PLC akan menahan frekuensi kerja terminal PLC sedangkan untuk frekuensi power sistem 50 Hz akan tetap terlewatkan tanpa hambatan yang berarti. Contoh : Wave Trap 0,5 mh Frekuensi PLC 150 KHz Reaktansi X L untuk frekuensi 150 KHz: 2 x 3,14 x x (0,5 x 10-3 ) 471 Ohm Reaktansi X L untuk frekuensi 50 Hz: 13

23 2 x 3,14 x 50 x (0,5 x 10-3 ) 0,157 Ohm Terlihat bahwa reaktansi untuk arus listrik (50Hz) 1/3000 dari reaktansi untuk arus frekuensi tinggi, dengan demikian frekuensi tinggi akan di tahan dan arus listrik 50 Hz tetap dilewatkan. II.2.5. Kopling Kapasitor (Coupling Capacitor) Kopling Kapasitor (CC) adalah suatu peralatan yang menghubungkan dua buah sistem yang berbeda. Kedua sistem yang dimaksud adalah sistem tenaga listrik dan sistem telekomunikasi PLC, yang mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu karakteristik frekuensi, tegangan dan impedansi. Fungsi dari kopling kapasitor ini adalah untuk menyalurkan informasi antara peralatan pemancar dan penerima dengan saluran transmisi tegangan tinggi atau dengan kata lain meneruskan frekuensi tinggi yang dibangkitkan oleh transmiter ke saluran transmisi tegangan tinggi dan sebaliknya menerima frekuensi tinggi dari penghantar tegangan tinggi untuk diteruskan ke receiver. Kopling kapasitor (CC) akan mencegah tegangan tinggi dari (SUTT) untuk memasuki peralatan Single Side Band (SSB). Hal ini dapat disebabkan oleh berubahnya impedansi dari kapasitor yang berbanding terbalik dengan frekuensi, hubungan ini ditulis dengan: X C 1 1 (Ω)...(2.6) ωc 2πfC Dimana : 14

24 X C C ƒ Impedansi reaktif kapasitif (ohm) Kapasitansi kopling kapasitor (Farad) Frekuensi jala jala (Hertz) Nilai reaktansi besar atau kecil tergantung harga kapasitansi C (farad) dan nilai frekuensi f (Hertz) yang melalui kopling kapasitor. Kopling kapasitor akan mempunyai nilai reaktansi yang kecil terhadap frekuensi yang tinggi dan akan mempunyai reaktansi yang besar terhadap arus frekuensi rendah (50Hz). Contoh : CC pf Frekuensi PLC 150 KHz Harga Xc untuk frekuensi 150 KHz: 1 / (2 x 3,14 x x (60.000x 10-9 )) 0,0176 Ohm Harga Xc untuk Frekuensi 50 Hz: 1 / (2x 3,14 x 50 x ( x10-9 )) 53,08 Ohm Ternyata bahwa harga reaktansi untuk frekuensi 50 Hz adalah 3015 kali lebih besar dari pada reaktansi yang ditimbulkan oleh frekuensi tinggi 150 KHz. Kopling kapasitor biasanya terbuat dari beberapa elemen kapasitor kertas yang dihubungan seri dan dicelupkan dalam minyak. Badan kapasitor terbuat dari silinder porselin yang dibuat berlekuk lekuk seperti susunan piring yang dilengkapi dengan elektroda metal yang terpasang kuat pada ujung ujungnya. Konstruksi ini harus kuat menahan gaya tekan maupun gaya listrik yang ditimbulkan oleh kawat penghantar pada lokasi operasinya. Tegangan nominal kapasitor adalah tegangan phasa ke phasa saluran transmisi yang digunakan, walaupun tegangan kerjanya adalah phasa ke tanah. 15

25 Jenis kapasitor yang digunakan harus tahan pada tegangan kejut atau tengan surja petir, tegangan surja saat memutus dan menghubungkan saklar atau tegangan lebih yang berlangsung lama saat terjadi gangguan. Kemampuan tegangan untuk satu unit kapasitor adalah sekitar 34,5 sampai 161 KV. Untuk tegangan yang lebih besar digunakan kombinasi dari beberapa unit kapasitor. Konstruksi kopling kapasitor ini adalah menjadi satu dengan kopling Capacitor Voltage Transformer (CVT). Gambar 2.5 Kopling Capasitor Voltage Transformer I.2.6. Line Matching Unit Line Matching Unit (LMU) digunakan untuk menghubungkan kapasitor kopling dengan peralatan terminal PLC, dengan fungsi untuk: 1. Menyesuaikan karakteristik impedansi saluran udara tegangan tinggi dengan impedansi kabel coaxial yang menuju terminal PLC. 2. Menjaga peralatan terminal PLC terhadap tegangan dan arus lebih yang mungkin timbul pada saluran tegangan tingginya. 16

26 3. Mengatur supaya reaktansi kapasitif kopling kapasitor memberikan beban resistif bagi alat pemancar sinyal pembawa tersebut. Sebagai interface antara media tegangan tinggi dengan peralatan PLC, maka LMU harus dapat menyalurkan energi pancaran PLC ke media line dengan minimal loses. Selain itu juga harus bisa menerima dan kompatible peralatan satu dengan yang lain terutama dalam hal ini impedansi dan frekuensi. II.2.7. Protective Device Protective Device (PD) berfungsi untuk menyalurkan arus yang tembus keluar dari kopling kapasitor ke tanah. Arus yang dimaksud adalah arus dengan frekuensi rendah 50 Hz yang tidak diperoleh dari PLC. Perangkat ini juga berfungsi sebagai pelindung dan pengaman terhadap sisi tegangan rendah dari induksi yang berasal dari sisi tegangan tinggi, oleh sebab itu sistem dari peralatan ini harus dihubung singkat ke bumi. To CC S LA L Gambar 2.6 Rangkaian Protective Device Keterangan : L : Kumparan, berfungsi menyalurkan arus yang terdapat dibagian LA bawah kopling kapasitor (CC) ke tanah. : Lightning Arrester Protection, berfungsi mengamankan tegangan 17 lebih yang mengalir dari CC. S : Grounding Switch, berfungsi sebagai keamanan kerja.

27 Grounding Switch di gunakan pada saat akan memeriksa kumparan, untuk keamanan bekerja maka grounding switch tersebut dimasukkan, sedangkan saat keadaan normal operasi dibuka. BAB III PEMBAHASAN III.1. Sistem Modulasi Komunikasi PLC Untuk mewujudkan komunikasi PLC maka perlu dilihat sistem modulasinya yang disebut dengan sistem Single Side Band Suppressed carrier (SSBC) yang dibentuk dari dua tingkat modulasi yaitu Intermedia Frekuensi (IF) carrier dan High Frekuensi (HF) Carrier. IF Carrier, untuk membentuk kanal sedangkan HF carrier untuk carrier pembawa informasi ke stasiun lawan dan sebaliknya. IF TRANSLATION IF - CARRIER Speak VFT Sinyal telepon 0,3 2,0 2,61 3,4 3,6 KHz CH-1 CH KHz F1 HF TRANSLATION HF - CARRIER F2 CH-1 CH KHz CH-2 CH-1 16 KHz CH-2 CH-1 HF TRANSMITTING BAND 18 Gambar 3.1. Modulasi SSBC

28 Pertama informasi frekuensi (speak 0,3 2 KHz ), Voice frekuensi telegraph band (VFT band 2,61 3,4 KHz) dikonversi dengan menggunakan modulasi IF carrier sebesar 16 KHz band IF menjadi KHz. Apabila ada dua kanal, maka kanal kedua dimodulasikan juga dengan IF yang sama, sehingga sisi bawah merupakan konversi yang mengandung informasi kanal 1 dan band frekuensi KHz mengandung informasi kanal 2. Selanjutnya frekuensi carrier IF sebesar 16 KHz juga dikirim sebagai pilot guna keperluan rangkaian Automatic Gain Control (AGC) pada sistem PLC yang lain. AGC tidak menggunakan sinyal IF carrier sebagai sarana AGC melainkan dengan menggunakan pilot sinyal. Dengan demikian AGC bisa diterapkan per kanal. Lain halnya bila menggunakan IF carrier, rangkaian AGC untuk pengaturan penguatan otomatis dipakai bersama kanal 1 dan 2. Power Line Carrier telepone terminal yang bekerja secara single side band (SSB) pada frekuensi sampai 500 Kc perlu bekerja dengan dua tingkat modulasi. Apabila digunakan frekuensi pada range rendah maka dapat digunakan elemen elemen rangkaian biasa untuk memadamkan single side band bersama carrier secara langsung. Lain halnya apabila digunakan frekuensi tinggi. Alasannya adalah sebagai berikut : misalkan batas bawah bidang suara sebesar 300 Hz, jarak kedua SB frekuensi rendah adalah sebesar 600 c/s, untuk carrier sebesar 12 Kc/s maka jarak kedua SB ini, dinyatakan dalam persen adalah sama dengan 5. pada carrier sebesar 120 Kc/s, maka harga ini menjadi 0,5%. Jika SSB yang akan dipancarkan, maka baik carrier maupun satu SB nya harus dihilangkan. 19

29 Hal ini dapat dilakukan dengan band pass filter biasa apabila jarak / spasi antara kedua side band (SB) paling kecil 5% dari frekuensi carrier. Dalam hal spasi filter sebesar 0,5% maka komponen band pass filter harus dapat memenuhi persyaratan kestabilan frekuensi yang tinggi dan loss yang rendah. Persyaratan ini dapat dipenuhi dengan menggunakan filter crystal. Pada frekuensi yang berada antara 15 kc 500kc, pemisah SB berada antara 4% dan 0,12%. Untuk tidak menggunakan filter crystal, maka digunakan cara modulasi dua tahap. Pada tahap pertama, frekuensi antara intermediate frekuensi ditentukan sebesar 12 kc dimodulasi dengan bidang suara. Spasi antara kedua SB yang dihasilkan besarnya 5% daripada frekuensi antara sehingga meniadakan satu SB dan frekuensi antara dapat dilakukan dengan cara sederhana. Untuk mendapatkan hubungan fase yang harus ada, pada SB tunggal dengan carrier lebih sederhana daripada 2 SB dengan carrier. Pada SSBC maka pengaktifan kembali carrier harus sedekat mungkin dengan carrier asli. III.2. Aplikasi Capacitor Voltage Transformer (CVT) Pada Sistem Power Line Carrier (PLC) GI A V XN 150 KV GI B C1 C2 V YN LA DS LMU 100V SSB PAX 20

30 TELP Gambar 3.2. Line Diagram Aplikasi CVT pada Sistem PLC Aplikasi dari kopling CVT pada sistem PLC dapat dilihat pada gambar3.2 diatas, pada gambar tersebut dapat dilihat bagian bagian dari peralatan aplikasi CVT pada sistem PLC. Adapun peralatan peralatan aplikasi pada sistem PLC dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu : 1. Terminal PLC yang terdiri dari alat pemancar dan penerima seperti halnya peralatan radio, dengan menggunakan frekuensi kerja 50 KHz sampai dengan 500 KHz. 2. Peralatan kopling dan peralatan pengaman, yang menghubungkan terminal PLC dengan kawat phasa dari saluran udara tegangan tinggi dan peralatan ini biasanya dipasang pada switchyard. 3. Saluran Udara Tegangan Tinggi itu sendiri digunakan sebagai medium perambatan dalam menyalurkan sinyal informasi. III.2.1. Terminal PLC Peralatan utama komunikasi dengan memanfaatkan saluran media tegangan tinggi adalah terminal Power Line Carrier (PLC). Sepasang terminal PLC seperti halnya peralatan komunikasi yang lain yaitu terdapatnya perangkat pemancar dan penerima. Dengan menerapkan sistem modulasi / demodulasi (penumpangan signal informasi terhadap frekuensi pembawa ). Biasanya terminal PLC menggunakan sistem modulasi amplitudo (AM). Pada mulanya masih menggunakan double side band modulasi, tapi dengan kemajuan 21

31 teknologi saat ini menggunakan sistem pengiriman dan penerimaan PLC menggunakan teknik modulasi single band suppresed carrier dengan menerapkan rangkaian balanced modulator dan rangkaian filter atau sistem modulasi yang lebih baik. Bahkan saat ini sudah dibuat PLC dengan sistem digital yang bisa menghemat alokasi frekuensi yang tersedia untuk PLC dengan feature dan performansi yang lebih baik. Terminal PLC merupakan peralatan pemancar dan penerima yang bekerja pada bidang frekuensi pembawa KHz. Pada tiap kanal dengan lebar band 4 KHz dengan rincian 0,3 2,0 KHz untuk speech band 2,61 3,4 KHz voice frekuensi telegraph (VFT) band dan 3,6 KHZ ± 30 Hz untuk telephone signaling. Karena rendah frekuensi dan terbatasnya alokasi frekuensi carrier biasanya sistem pengiriman dan penerimaan terminal PLC mampu sampai 4 kanal. III.2.2. Bidang Pembicaraan Arus speak (pembicaraan) dikirim dari 4 kawat peralatan PAX atau lainnya masuk terminal TA pada standard level 8 dbm. Arus pembicaraan mengalir HPF (High Pass Filter) untuk menekan noise frekuensi lebih rendah dari 300Hz guna dimasukkan kerangkaian compressor yang terpasang pada modul command, rangkaian comandor dan expandor berguna untuk meningkatkn signal to noise rasio. Dipasangnya rangkaian noise limit didalam TEF guna membatasi tegangan puncak voice menjadi terlalu tinggi sehingga dapat mencegah Transmiting Amplifier (TA) dari over load dengan memperhatikan kanal VFT. Setelah dimodulasikan dengan 16 KHz. IF frekuensi carrier dari master osilator digunakan untuk memodulasi signal voice dengan membentuk band IF pada KHz dan selanjutnya dikirim ke group modulator module (G.Modem). Didalam modul G.Modem, frekuensi intermedia (IF Band) dikonversikan ke band frekuensi tinggi yang di injeksikan oleh carrier frekuensi HF dengan membuang 22

32 band atas yang tidak dikehendaki oleh sebuah band pass filter (G.MBF) didalam modul G.Modem. Band bawah HF yang berisi informasi kanal satu dan dua memerlukan penguatan dalam G.Modem untuk diumpankan ke High Power Amplifier (TA). Signal keluaran dari TA melewati Directional Filter (DF). Setelah salah satu sisi band yang tidak dikehendaki dibuang oleh Transmit Directional Filter (TDF) kemudian signal dikirim melalui protector (PTU) yang digunakan untuk proteksi peralatan dari induksi tegangan petir dari media dan selanjutnya melalui coaxial kabel dengan impedansi 75 ohm lewat LMU ke media Line. III.2.3. Bidang Penerimaan Melalui pilot amplifier Unit (PLU) dan Directional Filter (DF) arus signal penerimaan diatur level ditahan oleh sebuah attenuator didalam DF module dengan memperhitungkan kebutuhan level penerimaan yang dikehendaki dan kenyataan losses media line. Didalam receiving band pass filter (G.DBF) komponen frekuensi yang tidak dikehendaki dibuang. Arus penerima frekuensi tinggi kemudian dikonversi menjadi IF Band didalam HF demodulasi modul (G.Modem) oleh HF carrier frekuensi. Sisi atas band yang tidak dikehendaki dan frekwensi interferensi yang lain ditekan di dalam band pass filter (G.DBF) modul G.Modem. Didalam AGC modul band IF (12 20 KHz) yang diterima dari modul G.Modem dan signal pilot amplifier Unit (PLU). Pilot signal yang telah dikuatkan pada tingkat pilot stage dikonversi kedalam arus DC dan dikuatkan oleh field effect transistor (FET) untuk melakukan fungsi Automatic Gain Control (AGC). Lebih daripada itu AGC modul digunakan bersama dengan rangkaian deteksi pilot alarm. Pilot alarm mendeteksi dan mengeluarkan pilot alarm juga kontak (free contact) keperalatan lain. 23

33 Selain itu pilot signal 16 KHz yang diperoleh dari PLU stage out diberikan ke Automatic Frekwensi Control (AFC) stage dan modul M-OSC, signal juga digunakan untuk Sinkronisasi dengan membandingkan phase-nya dari IF carrier frekuensi lain. Sinkronisasi carrier IF carrier frekuensi diberikan ke IF DEM. Rangkaian automatic gain control menekan level keluar dari AGC panel dalam ± 1db bila variasi line loss pada media saluran adalah +20 db dan -20 db. Didalam IF Modem modul, sisi band frekuensi yang tidak dikehendaki selanjutnya ditekan oleh Reciving Band Pass Filter (RBF) dan IF band receving di konversi ke voice band. III. Modul Modul Power Line Carrier (PLC) III.3.1. TF (Transmitter Filter) Berfungsi untuk menekan band atas frekuensi pancaran beserta carriernya dengan level keluaran -10 db/ 75 ohm. Selanjutnya diumpankan ke transmitter amplifier (TA). III.3.2. TA (Transmitter Amplifier) Untuk mengirim frekuensi maka diperlukan level frekuensi pancaran tertentu dan cukup kuat. Modul TA dengan transistor power dengan gain yang besar melaksanakan tugas ini. Dengan masukan transmitter frekuensi -10dB/ 75 ohm yang diterima dari G.MBF oleh TA dikuatkan menjadi +30 db. III.3.3. DF (Directional Filter) Terdiri dari dua buah band pass filter yang berdaya besar untuk menghilangkan frekuensi frekuensi yang tidak diinginkan, dimana losses filter ini biasanya sebesar 2 db. 24

34 Secara keseluruhan dapat ditulis bahwa PLC adalah suatu sistem telekomunikasi yang hanya dipergunakan PLN dimana SUTT adalah sebagai sarana pembawa dari frekuensi tinggi dengan kata lain bahwa carrier frekuensi tinggi ditumpangkan pada penghantar yang bertegangan tinggi, seolah olah frekuensi tersebut sebagai antena. PLC ini bekerja pada daerah frekuensi 50 KHz 500 KHz. Saluran udara tegangan tinggi digunakan sebagai media perambatan dalam menyalurkan sinyal informasi dan hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkopling peralatan terminal ke kawat phasa dari SUTT tersebut. Adapun pengkoplingan tersebut dilaksanakan dengan bantuan peralatan kopling dan tuning, dimana selain digunakan untuk menghubungkan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah dari sistem PLC dan juga berfungsi sebagai filter yaitu melalukan sinyal pembawa yang mengandung informasi dan memblok sinyal yang berfrekuensi 50 Hz yang berasal dari peralatan terminal. III.4. Karakteristik Kopling Dari Capacitor Voltage Transformer (CVT) Pada Power Line Carrier (PLC) Suatu kapasitor mempunyai karakteristik berimpedansi rendah untuk frekuensi tinggi dan berimpedansi tinggi untuk frekuensi rendah oleh dari karakteristik tersebut, maka kapasitor kopling disini berfungsi untuk meneruskan frekuensi tinggi yang dihasilkan dari terminal PLC dan memblok frekuensi jala jala 50 Hz yang membawa energi listrik. Jika masih ada frekuensi 50 Hz yang melalui kapasitor kopling tersebut tergantung dari kelas saluran transmisi tenaga listrik yang digunakan. Ditinjau dari sistem PLC kapasitor kopling mempunyai tugas utama untuk meneruskan frekuensi tinggi dari terminal PLC ke SUTT sedangkan bila ditinjau dari sistem ketenaga listrikan, kapasitor kopling berfungsi sebagai alat konversi untuk pengukuran perbedaan potensial dimana akan menghasilkan besaran tegangan listrik 25

35 110 V untuk keperluan meter meter pengukuran tegangan dipanel kontrol. Besar kecilnya tegangan pada SUTT akan sebanding dengan besar kecilnya tegangan sekunder yang dihasilkan oleh transformator tegangan yang menuju ke terminal input pengukuran. Adapun cara kerja sebuah kapasitor kopling dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Xc 1 2 π f C Dari rumus diatas jelaslah bahwa besar kecilnya tahanan Xc tergantung dari besar kecilnya harga C itu sendiri, dan besar kecilnya frekuensi yang melalui kapasitor kopling tersebut. Kapasitor kopling akan mempunyai tahan yang besar terhadap frekuensi rendah 50 Hz yang membawa arus listrik untuk tenaga. III.5. Metode Metode Kopling Station A A CB WT SUTT WT CB B Station B TX PLC RX LMU CVT LA CVT LMU TX PLC RX Voice 26 Voice

36 Data PD PD Data Signal Signal Gambar 3.3. Blok Diagram dari jaringan PLC antara Station A dan B Untuk dapat menyalurkan sinyal informasi melalui penghantar, maka hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengkopling peralatan terminal PLC ke kawat phasa dari saluran tersebut dengan bantuan peralatan kopling dan tuning, peralatan peralatan pada sistem PLC dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu : 1. Terminal PLC yang terdiri dari alat pemancar seperti halnya peralatan radio, dengan menggunakan frekuensi kerja dalam bidang frekuensi antara 50 KHz sampai dengan 500 KHz. Karena perangkat ini terpasang dalam ruangan khusus telekomunikasi pada gardu induk / pembangkit maka dapat disebut sebagai peralatan PLC indoor. 2. Peralatan kopling tuning dan peralatan pengaman yang memberikan suatu cara dalam menghubungkan terminal PLC dengan kawat phasa dari saluran tegangan tinggi yang dapat disebut sebagai peralatan PLC outdoor karena terpasang di ruang terbuka. 3. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) itu sendiri yang digunakan sebagai medium perambatan dalam menyalurkan sinyal informasi. Saluran udara tegangan tinggi yang digunakan untuk PLC ini yaitu : SUTT 30 KV, 70 KV, 150 KV dan yang tertinggi saat ini adalah 500 KV. Dimana sinyal pembawanya selain digunakan untuk menghubungkan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah dari sistem PLC juga berfungsi sebagai filter 27

37 yaitu untuk melalukan sinyal pembawa yang berfrekuensi tinggi dan memblok frekuensi tenga listrik 50 Hz. Peralatan tuning harus ditala pada frekuensi untuk menyempurnakan sinyal pembawa di kedua kopling tersebut. Agar sinyal pembawa yang dipancarkan dari kedua terminal PLC tidak masuk kedalam peralatan gardu seperti transformator tenaga, alat pemisah untuk rel dan alat alat pengukuran listrik lainnya maka harus dipasang peralatan Wave Trap. Pada alat ini dilengkapi pula kondensator penala yang dihubungkan secara paralel dengan lilitan. Lighting Arrester adalkah peralatan harus selalu dipasang di depan menghadap penghantar sedangkan peralatan kopling untuk PLC berada dibelakangnya. Hal ini dimaksudkan jika terjadi gangguan akibat petir pada saluran transmisi maka peralatan kopling akan diamankan karena adanya alat penangkap petir tersebut. Sinyal frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh perangkat SSB yang terpasang di ruangan khusus telekomunikasi disalurkan ke LMU dengan kabel coaxial yang berimpedansi 75 atau 125 ohm. Biasanya panjang kabel coaxial yang digunakan sebagai penghubung antara switchyard dan gedung kendali gardu diantara 100 m sampai yang terpanjang sekitar 500 m. Adapun metode pengkopelan dari sistem PLC terdiri dari 4 macam yaitu: 1. Kopling Satu Phasa ke Bumi (phase ground coupling) 2. Kopling Dua Kawat Phasa (two phase coupling) 3. Kopling Phasa ke Phasa (phase to phase coupling) 4. Kopling Antar Sirkuit (inter circuit coupling) III.5.1. Kopling Satu Phasa ke Bumi T 28

38 WT S Ke Station PLC R CC PD LMU Ke PLC Gambar 3.4. Kopling Satu Phasa ke Bumi Metode kopling ini hanya membutuhkan setengah dari jumlah kapasitor kopling dan wave trap yang digunakan pada metode pengkopelan lainnya. Cara ini umumnya banyak dipakai pada sistem jaringan 70 KV atau yang lebih rendah lagi disamping banyak disukai karena lebih ekonomis. Pada kopling satu phasa ke bumi ini sinyal pembawa dipancarkan melalui phasa S yang dikopling, sedangkan tanah digunakan sebagai saluran kembali dari arus pembawa tersebut. Oleh karena metode pengkoplingan ini tidak bisa digunakan untuk menyalurkan sinyal informasi dengan jarak yang cukup jauh. Hal ini disebabkan karena adanya arus pusar dalam tanah. Selain itu pada saluran tenaga listrik tiga phasa kedua kawat phasa yang tidak dipergunakan mempunyai pengaruh terhadap kondisi penyaluran sinyal informasi. Kekurangan lain dari metode kopling satu phasa ke bumi ini adalah jika terjadi kerusakan atau gangguan pada kawat phasa yang dipergunakan PLC misalnya kawat putus atau terhubung singkat ketanah karena adanya pepohonan yang tumbang disekitar penghantar maka akan mengakibatkan gangguan komunikasi. Karena adanya hubung 29

39 tanah pada penghantar tersebut maka frekuensi tinggi yang dipancarkan oleh kedua sisi terminal PLC akan mengalir ke tanah. Pada saat gangguan tersebut muncul maka dengan sendirinya sistem penyaluran tenaga listrik pada kawat itu pun akan terputus. Terputusnya aliran daya dan tegangan tinggi akan diamankan oleh lepasnya pemutus dikedua sisi yang dikerjakan oleh relai relai proteksi berupa relai hubung tanah, relai arus lebih dan relai jarak. Kehandalan sistem ini juga kurang jika dibandingkan dengan penggunaan metode pengkopelan lainnya karena setiap ada pekerjaan pemeliharaan transmisi disepanjang saluran, dimana untuk keselamatan kerja selalu ketiga kawat phasanya dihubungkan ketanah pada tempat petugas bekerja maka jalur PLC-nya akan terjadi kopling satu phasa ke bumi. Metode ini dipergunakan untuk saluran transmisi yang lebih panjang dan untuk tegangan saluran yang lebih tinggi. III.5.2. Kopling Dua Kawat Phasa T WT S R WT Ke Station PLC CC LMU PD Ke PLC Gambar 3.5. Kopling Dua Kawat Phasa 30

40 Sistem kopling pada dua kawat phasa ini digunakan untuk memperbaiki keadaan penyaluran sinyal informasi, yaitu jika salah satu kawat phasa yang dikopling tersebut mengalami gangguan. Keandalan sistem ini setingkat lebih baik dari sistem kopling satu phasa ketanah. Sisi tegangan rendah dari kedua kopling kapasitor dihubungkan secara paralel dengan line matching unit dan protective device. Biasanya sistem ini sering digunakan pada saluran transmisi yang hanya mempunyai satu sirkuit saja, dimana didalam sirkuit terdapat tiga kawat phasa. Jika terjdi gangguan, kawat putus atau ada yang hubung singkat ke tanah pada salah satu kawat phasa, maka sinyal informasi masih tetap dapat tersalurkan melalui kawat phasa yang lainnya. Kelemahan dari sistem ini, yaitu jika akan melakukan pemeliharaan, maka sinyal komunikasi akan terganggu karena ketiga kawat phasanya selalu dibumikan, sehingga sistem ini tidak ekonomis. III.5.3. Kopling Phasa ke Phasa T WT S R WT Ke Station PLC CC LMU PD Ke PLC Gambar 3.6. Kopling Phasa ke 31

41 Sistem kopling ini menghasilkan keandalan setingkat lebih baik dari sistem dua kawat phasa didalam satu sirkuit transmisi. Dua buah perangkat Line Matching Unit dan Protective Device di hubungkan kemasing masing kopling kapasitor secara terpisah. Dalam sistem ini perbedaan tingkat kehandalan dengan dua kawat phasa yaitu terletak pada line matching unit phasa R, maka sinyal informasi tetap dapat disalurkan ke terminal PLC dengan melalui line matching unit phasa T. Namun cara ini tetap tidak menyelesaikan masalah gangguan, jika ada pemeliharaan pada saluran udara tegangan tinggi maka ketiga phasanya selalu diketanahkan. Pada kopling phasa phasa, sebagian besar energi sinyal pembawa disalurkan melalui kawat phasa yang dikopling. Sedangkan energi sinyal pembawa yang mengalir diantara kawat phasa dan bumi adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kedua kawat phasa tersebut, dengan demikian kerugian energi dari kopling phasa phasa sangat kecil jika dibandingkan dengan kerugian energi yang terdapat pada kopling phasa ke bumi. III.5.4. Kopling Antar Sirkuit T S WT Ke stasiun PLC R T S WT Ke stasiun PLC R 32

42 CC LMU PD Ke PLC Gambar 3.7. Kopling Antar Sirkuit Kopling antar dua sirkuit ini menggunakan dua kawat phasa, dimana masing masing kawat phasa tersebut diambil dari dua buah sirkuit tiga phasa yang dipasang pada menara SUTT yang sama. Dengan memperkirakan bahwa 90% gangguan saluran tersebut terjadi pada salah satu kawat phasa tersebut, maka diharapkan metode ini dapat memberikan kehandalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang lain. Dengan sistem kopling dua sirkuit ini maka masalah terganggunya sinyal informasi yang disebabkan oleh sedang berlangsungnya pemeliharaan menara, isolator atau kawat phasa akan dapat teratasi sehingga sinyal informasi akan dapat beroperasi secara terus menerus. Hal ini disebabkan karena dalam hal pelaksanaan pemeliharaan tersebut selalu bekerja pada salah satu sirkuit saja atau secara bergantian, yang artinya sirkuit lainnya tetap beroperasi sehingga sinyal informasi akan tetap tersalurkan dan komunikasi maupun sistem telekomunikasi data akan tetap beroperasi dengan baik. Pemilihan kawat phasa yang akan dipergunakan adalah phasa S pada kedua sirkuitnya, agar didapat keseimbangan impedansi LMU. Di Indonesia metoda ini adalah yang paling banyak 33

43 dipakai terutama pada jaringan listrik 150 KV yang PLC nya dipergunakan pula untuk keperluan relay proteksi jarak, karena merupakan sistem yang paling handal.. III.6. Rugi Rugi Peralatan Kopling Rugi rugi ini terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara impedansi terminal PLC, kabel coaxial dan impedansi karakteristik saluran. Pada saat sekarang ini lebih praktis menggunakan Broad Band Coupling Filter untuk mencapai keseimbangan peralatan PLC dengan impedansi karakteristik saluran yang setepat mungkin. Karena jika digunakan rangkaian peralatan kopling biasa maka penyesuaian impedansi dari dua frekuensi saja, sehingga rugi rugi yang terjadi karena adanya ketidak seimbangan impedansi yang diizinkan adalah tidak lebih dari 1,3 db. Disamping itu ditambahkan lagi rugi rugi yang berasal dari kapasitor kopling dan kumparan kumparan yang terdapat pada rangkaian penala, yang keseluruhannya lebih kurang 0,4 db sehingga total redaman dari rangkaian kopling tersebut adalah 1,7dB. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah redaman yang berasal dari saluran penghubung yang digunakan untuk membuat hubungan ke rangkaian kopling. Besarnya redaman ini diukur pada frekuensi 300 KHz adalah 33,2 db/mile 34

44 BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA IV.1. Data Adapun data kopling CVT yang diperoleh penulis hanya berdasarkan dari name plate peralatan yaitu : Tabel 4.1 Data Kopling CVT Merek Pabrik Buatan Balteau Enertec Schlumberg France 35

45 Tegangan Terminal X N Tegangan Terminal Y N Tegangan Pada Alat Ukur / 3 Volt / 3 Volt 100 / 3 Volt Kapasitansi Total 6200 pf - 10 % Kelas Frekwensi 1/3 P 50 Hz Tahun Pembuatan 1986 Berat Total Oil Standart 410 Kg 65 Kg IEC. 186 Ampere Tipe CCV 170 Tegangan Maksimum Burden 1.5 Vn 30 s 200 VA IV.2. Analisis Data Untuk menentukan besar dari kapasitansi kapasitor yang digunakan pada transformator tegangan kapasitip, maka rangkaian pada gambar 3.2 dapat diubah menjadi bentuk rangkaian di bawah ini : C1 V XN C2 36

46 LA V YN Gambar 4.1. Rangkaian Dasar Kapasitor Pembagi Tegangan Dimana : V XN Tegangan tinggi yang akan diukur (150 KV / 3) V YN Tegangan menengah (11 KV / 3) C 1 C 2 C T Kapasitor tegangan tinggi (farad) Kapasitor tegangan menengah (farad) Kapasitor total (6200 pf) Dari data data tersebut diatas, maka dapat ditentukan besar C1 dan C2 yang digunakan, dimana dari gambar 4.1 diatas dapat kita lihat bahwa : V XN I C. X C C T.(4.1) Sedangkan besar reaktansi kapasitip total adalah : X CT 1 ω C T.. (4.2) Dimana kapasitansi total adalah : C T C 1 C 2 C 1 +C 2 (4.3) Besar tegangan V YN adalah : V YN I C. X C C 2 (4.4) 37

47 Dimana : 1 Xc ωc...(4.5) 2 Dari persamaan persamaan (4.1) dan (4.4) dapat diperoleh perbandingan tegangan terminal yang akan diukur terhadap tegangan terminal PLC (tegangan menengah) yaitu : V V XN YN Ic. XCC IcXCC T 2 Atau : V V XN YN XCC X T CC 2...(4.6) Dengan mensubtitusikan persamaan (4.2) dan persamaan (4.5) ke persamaan (4.6) maka akan diperoleh : V V XN YN 1 T ωc 1 ωct Sehingga : VXN C 2 V YN C T V V XN YN C 2 C1. C 2 C1 + C 2 V V C C C1 XN 1 + YN 2...(4.7) Maka tegangan pada terminal adalah : 38

48 V XN V YN C1 + C C1 2...(4.8) Sedangkan rasio kapasitor pembagi tegangan adalah : C m C 2 T C1 + C C1 2...(4.9) Maka besarnya kapasitansi kapasitor yang digunakan pada transformator tegangan kapasitif adalah sbb : X CT 1 2πfCT 1 2x3,14x50x6200x ,4477 ohm Maka : I C V X XN CT ,4477 0,1686 ampere Karena C 1 dan C 2 terhubung seri maka arus yang mengalir pada C 1 dan C 2 adalah sama yakni 0,1686 ampere. IV Menghitung Besar Kapasitansi C 1 Maka dengan demikian dapat dibuat rangkaian untuk mencari C 1 : V XN - V YN C1 39

49 Gambar 4.2 Rangkaian Pengganti Untuk menentukan Besar C 1 Dari gambar 4.2 diatas diperoleh persamaan : V XC1 XN V IC YN...(4.10) Dengan memasukkan nilai nilai dari data maka akan diperoleh reaktansi kapasitip C 1 yaitu : X C1 ( / 3) ( / 3) 0, ,656 ohm Telah diketahui bahwa : XC1 1 ωc 1 1 2πfC 1 C 1 1 2πfXC 1 1 2x3,14x50x475988,656 6,691x 10 9 farad 6691x farad Maka C pf IV.2.2. Menghitung Besar Kapasitansi C 2 yaitu : Dari gambar 4.1 dapat dibuat rangkaian pengganti untuk menentukan besar C 2 V YN C2 40

50 Gambar 4.3 Rangkaian Pengganti Untuk Menentukan Besar C 2 Dari gambar 4.1 dapat diperoleh persamaan : X C 2 V I YN C...(4.11) Dengan memasukkan nilai dari data maka akan diperoleh harga reaktansi kapasitip dari C 2 yakni : X C / 3 0, ,167 ohm Telah diketahui bahwa : XC 2 1 ωc 2 1 2πfC 2 Sehingga : C 2 1 2π f X C 2 8,455x x 10 farad 12 farad Maka : C pf Sedang untuk menentukan rasio antara V XN dengan V YN yaitu : V m V C C C1 XN 1 + YN / m / m 13,636 41

51 Dengan telah diketahui besar kapasitansi C 1 dan C 2 dapat dihitung besar harga V YN dengan berbagai keadaan V XN yang diukur. Untuk : V XN 140 KV V V C C C1 XN 1 + YN 2 V YN VXNC1 C1 + C KV x 6691 pf 6691 pf pf 10,267 KV Untuk : V XN 145 KV V YN VXNC1 C1 + C KV x 6691 pf 6691 pf pf 10,633 KV Data yang lainnya dapat ditabelkan sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Perhitungan V XN (KV) C 1 (pf) C 2 (pf) V YN (KV) , ,633 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Sistem telekomunikasi PLC digunakan sebagai media komunikasi suara, data, telemetering, indikasi peralatan pemutus beban yang dikendalikan dari gardu gardu induk

Lebih terperinci

PERALATAN KOPLING POWER LINE CARRIER

PERALATAN KOPLING POWER LINE CARRIER PERALATAN KOPLING POWER LINE CARRIER Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro FT UNDIP Jl. Prof. Sudharto, SH Tembalang, Semarang Abstrak Pembangkit energi listrik pada umumnya dibangun di lokasi yang jauh

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENGATURAN FREKUENSI MENGGUNAKAN CAPACITOR VOLTAGE TRANSFORMER (CVT) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT)

STUDI SISTEM PENGATURAN FREKUENSI MENGGUNAKAN CAPACITOR VOLTAGE TRANSFORMER (CVT) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) STUDI SISTEM PENGATURAN FREKUENSI MENGGUNAKAN CAPACITOR VOLTAGE TRANSFORMER (CVT) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) LAPORAN AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa Disusun oleh: (Telkom Group) 1. Alwin Bahari 2. Aulya Rahman F 3. Firman Anggoro 4. Gunawan 5. Hafiz Maulana 6. Irfan

Lebih terperinci

PEMODELAN COUPLING CAPACITOR dan WAVE TRAP PADA SISTEM KOMUNIKASI JALA-JALA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

PEMODELAN COUPLING CAPACITOR dan WAVE TRAP PADA SISTEM KOMUNIKASI JALA-JALA LISTRIK TEGANGAN TINGGI Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.4 No. pengaturan beban ini fungsinya untuk mengamati dan mengendalikan setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada gardu induk dalam sistem kelistrikan, seperti lalu lintas arus

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rangkaian RLC merupakan suatu rangkaian elektronika yang terdiri dari Resistor, Kapasitor dan Induktor yang dapat disusun seri ataupun paralel. Rangkaian RLC ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL VII. PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO VII.1. BLOK DIAGRAM PEMANCAR AM / FM a. MOD Sinyal AM / FM / SSB Antena b. MOD AMP POWER Mikr s.akustik s. Listrik f LO LOCAL OSCIL Antena c. MOD FREK FREQ. MULTI PLIER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1.1 Tinjauan Teoritis Nama lain dari Rangkaian Resonansi adalah Rangkaian Penala. Dalam bahasa Inggris-nya adalah Tuning Circuit, yaitu satu rangkaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iv viii xii BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan Masalah... 3 I.3 Batasan Masalah... 3 I.4 Tujuan...

Lebih terperinci

Prosedur & konvensi standard untuk memanggil, menjawab dan berbicara. Memulai dan memutuskan hubungan / kontak. Teknik Pertukaran callsign.

Prosedur & konvensi standard untuk memanggil, menjawab dan berbicara. Memulai dan memutuskan hubungan / kontak. Teknik Pertukaran callsign. Sylabus Materi Penegak Peraturan radio Peraturan lingkungan regulasi, PP, UU, KEPMEN ijin amatir radio biaya / fee callsign batasan power / daya pancar batasan 3 rd party traffic operasi emergency chipher

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT 4.1 Komunikasi Radio Komunikasi radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG. Oleh karenanya dari waktu ke waktu kebutuhan energi listrik terus mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.

1.1. LATAR BELAKANG. Oleh karenanya dari waktu ke waktu kebutuhan energi listrik terus mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. SCADA 1 1.1. LATAR BELAKANG Tingkat kemajuan peradaban manusia menuntut tersedianya prasarana dan sarana yang memadai dalam menunjang berbagai aktifitas yang dilakukan oleh umat manusia. Prasarana dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ

PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ UMUM Radio communication transceiver adalah pesawat pemancar radio sekaligus berfungsi ganda sebagai pesawat penerima radio yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

Sheet1. Prosedur & konvensi standard untuk memanggil, menjawab dan berbicara. Memulai dan memutuskan hubungan / kontak. Teknik Pertukaran callsign.

Sheet1. Prosedur & konvensi standard untuk memanggil, menjawab dan berbicara. Memulai dan memutuskan hubungan / kontak. Teknik Pertukaran callsign. Sylabus Amatir Radio Peraturan radio Peraturan lingkungan regulasi, PP, UU, KEPMEN ijin amatir radio biaya / fee callsign batasan power / daya pancar Sheet1 YB YC YD/YH batasan 3 rd party traffic operasi

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER Eko Supriyatno, Siswanto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Email : anzo.siswanto@gmail.com

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK Rama Kurnia Pasifik, Bayu Al Fajri, Angga Setya Perdana Program Studi Teknik Elekomunikasi Politeknik Negeri Jakarta, Depok ABSTRAK Dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi

Lebih terperinci

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi

Lebih terperinci

BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani

BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani Ruang Lingkup Materi : Rangkaian resonator paralel (loss less components) Rangkaian resonator dengan L dan C mempunyai rugirugi/ losses Transformator impedansi (tujuan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Sistem pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan terhadap perangkat - perangkat yang mempergunakan listrik

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi VSAT VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal, awalnya merupakan suatu trademark untuk stasiun bumi kecil yang dipasarkan sekitar tahun 1980 oleh

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk PROGRAM BEASISWA D1 JURUSAN TRAGI PT PLN (PERSERO) SEKTOR ASAM ASAM WILAYAH

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI - S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI Dengan kemajuan teknologi, telekomunikasi menjadi lebih cepat, lebih andal dan lebih murah dibandingkan dengan metode komunikasi

Lebih terperinci

Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel

Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel Wahyu Pamungkas 1,, Eka Wahyudi 2, Andy Wijaya 3 Prodi D3 Teknik Telkom, STT Telematika Telkom Purwokerto wahyu@st3telkomacid, 1 ekawahyudi@st3telkomacid, 2

Lebih terperinci

1. Pengertian Penguat RF

1. Pengertian Penguat RF 1. Pengertian Penguat RF Secara umum penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar. Dalam peralatan elektronik dibutuhkan suatu penguat yang dapat

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01 Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01 Adib Budi Santoso 1), Prof. Ir. Gamantyo H., M.Eng, Ph.D 2), Eko Setijadi, ST., MT.,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC ESONANSI PADA ANGKAIAN LC A. Tujuan 1. Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolaik-balik.. Mengukur resonansi pada rangkaian seri LC 3. Menggambarkan lengkung resonansi pada rangkaian

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering

Lebih terperinci

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI Jaringan komunikasi secara berkala harus memilih satu band frekuensi dan mengabaikan (attenuasi) frekuensi yang tidak diinginkan. Teori filter modern menyediakan metode untuk

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Sinyal merambat dengan kecepatan terbatas. Hal ini menimbulkan waktu tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal sinusoidal, maka

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.

Lebih terperinci

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian

Lebih terperinci

Contoh Soal soal Ujian Amatir Radio, Tahun 2000

Contoh Soal soal Ujian Amatir Radio, Tahun 2000 Contoh Soal soal Ujian Amatir Radio, Tahun 2000 Mata Ujian: Teknik Radio Waktu 45 menit Petunjuk cara menjawab: a. Jawablah dengan memberi tanda silang (x) untuk jawaban yang Saudara anggap benar b. Apabila

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tegangan Rendah

Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tegangan Rendah Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tegangan Rendah Oleh : Pradika Sakti 2211106027 Pembimbing 1 Dimas Anton Asfani, ST, MT, Ph.D Pembimbing 2 Dr.Eng. I Made Yulistya Negara,

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

BAB III. Transformator

BAB III. Transformator BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Flow Chart Pengujian Deskripsi sistem rancang rangkaian untuk pengujian transformator ini digambarkan dalam flowchart sebagai berikut : Mulai Peralatan Uji Merakit Peralatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT 4. 1 Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya Transfer daya nirkabel adalah proyek yang sangat efisien. Namun perhatian utama dengan paparan teknologi baru ini adalah

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. Ir. Zulkarnaini, MT. TATAP MUKA XIV & XV. Oleh: Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro

BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. Ir. Zulkarnaini, MT. TATAP MUKA XIV & XV. Oleh: Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK TATAP MUKA XIV & XV. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT. 2011 1/25/2011 1 Relay Pilot 1 Rele pilot adalah adaptasi dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK Nama : Sandi Agusta Jiwantoro NRP : 2210105021 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Dedet Candra Riawan, ST.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM : TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI (STUDI KASUS TRANSMISI 150 KV TITI KUNING-BRASTAGI) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transformator Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya,

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK

09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 9.1 Pendahuluan Jembatan arus bolak balik bentuk dasarnya terdiri dari : - empat lengan jembatan - sumber eksitasi dan - sebuah detektor nol Pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT Nama : Andyka Bangun Wicaksono NRP : 22 2 111 050 23 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB 2 RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI Oleh : M. Ramdhani

BAB 2 RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI Oleh : M. Ramdhani BAB 2 RANGKAIAN PENYESUAI IMPEDANSI Oleh : M. Ramdhani Ruang Lingkup Materi : Impedance Matching Circuit (IMC) bentuk L Impedance Matching Circuit (IMC) bentuk T atau Π Impedance Matching Circuit (IMC)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bandpass Filter Filter merupakan blok yang sangat penting di dalam sistem komunikasi radio, karena filter menyaring dan melewatkan sinyal yang diinginkan dan meredam sinyal yang

Lebih terperinci

Elektronika Dasar Ponsel

Elektronika Dasar Ponsel Elektronika Dasar Ponsel Bagaimanapun sebuah ponsel adalah sebuah rangkaian elektronika. Akan tetapi ponsel tidak dapat berfungsi bila tidak diberikan daya atau tegangan (listrik). Sumber listrik Dengan

Lebih terperinci