BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebagian wilayah Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, sementara untuk analisis tanah dilakukan di laboraturium PT. Tolangohula Kabupaten Gorontalo dan pengolahan data dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai dari bulan April-Juni Alat dan Bahan Altimeter, klinometer, kompas, bor tanah, munsell soil color charts, parang, kalkulator, alat tulis menulis, GPS (Global Positioning System), komputer PC dan perangkat lunak SIG ( software Arc View 9.3). Sementara bahan yang digunakan berupa peta rupa bumi, peta geologi, peta jenis tanah, peta tutupan lahan, peta administrasi, peta lereng, peta topografi, peta penggunaan lahan, peta dasar rupa bumi berskala 1 : edisi I Tahun 1991 yang diterbitkan oleh Bakorsultanal yang dikompilasikan dengan Citra Alos Tahun 2008 dan Citra Spot Tahun Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei pada tingkat semi detail dengan skala peta 1 : Teknik penentuan kelas kesesuaian lahan menggunakan faktor pembatas (limiting factors analysis). Secara ringkas penentuan rekomendasi pengelolaan lahan dilakukan dengan mengkombinasikan dua aspek penilaian, yaitu: kesesuaian lahan dan keunggulan wilayah. Pada bagian akhir disajikan waktu tanam (crop calendars) kacang tanah. Secara rinci tahapan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: Persiapan Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan pengumpulan alat dan bahan yang dilakukan, serta pengurusan perizinan dan administrasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini, disamping itu dilakukan orientasi medan untuk mengetahui gambaran daerah penelitian secara umum serta interpretasi peta pendukung untuk mendapatkan informasi - informasi yang penting sebagai acuan untuk membuat peta kerja.

2 Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang terdiri dari: a. Data tanah; diperoleh dari hasil survei tanah langsung di lapangan/kecamatan se-kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan satuan lahan yang telah disusun dalam Peta Satuan Lahan Kabupaten Gorontalo Utara Skala 1 : b. Data Iklim; diperoleh dari Stasiun Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Djalaludin Isimu-Gorontalo dan stasiun stasiun iklim yang ada di sekitar daerah penelitian yaitu: Kecamatan Atinggola, Gentuma Raya, Kwandang, Anggrek, Sumalata dan Kecamatan Tolinggula. c. Data Sosial Ekonomi terdiri atas: 1) Data primer; diperoleh dari wawancara langsung kepada petani kacang tanah (1 atau 2 petani kunci) yang berada di daerah penelitian terdekat meliputi: data produksi, biaya dan pendapatan usahatani. 2) Data sekunder; diperoleh dari BPS Kabupaten Gorontalo Utara dan instansi terkait meliputi: data Kabupaten Gorontalo Utara Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka, dan data produktifitas pertanian. 3.4 Analisis Data Kegiatan pada tahap ini terdiri dari dua tahapan yang saling terkait, yaitu: Analisis data lapangan Kegiatan ini diawali dengan melakukan penyeragaman skala peta terhadap peta-peta yang belum sama skala petanya. Selanjutnya, peta-peta tersebut ditumpang tindihkan (overlay) untuk memperoleh peta satuan lahan. Data lapangan pada setiap satuan lahan tersebut dicocokan (matching) dengan persyaratan penggunaan lahan atau kriteria kesesuaian lahan untuk tipe pemanfaatan lahan kacang tanah, sehingga di peroleh kelas-kelas kesesuaian lahan, baik aktual maupun potensial. Hasil analisis ini sajikan dalam bentuk tabulasi dan peta kesesuain lahan.

3 Analisis Sistem Informasi Geografis Perangkat sistem informasi geografis (GIS) yang digunakan untuk membantu analisis kesuaian lahan adalah Arcview GIS 9.3. Hal ini ditujukan untuk menyempurnakan/merevisi data sesuai dengan data yang diperoleh saat survei di lapangan. Analisis spasial dengan perangkat GIS dilakukan terhadap data-data karakteristik dan kualitas lahan pada setiap satuan lahan yang merupakan data atribut lahan. Selanjutnya, data-data ini ditumpangtindihkan (overlay) dengan syarat tumbuh (crop requirement) atau kriteria kesesuaian lahan kacang tanah. Hasilnya adalah peta kesesuaial lahan aktual dan potensial Analisa data sosial ekonomi a. Analisis Keunggulan Komparatif secara Finansial Sebelum penentuan kelas kesesuain lahan setiap tipe pemanfaatan lahan diperoleh, diawali dengan pendeskripsian situasi yang ada (present situation) yang berkaitan dengan tipe pemanfaatan lahan kacang tanah, seperti: kondisi fisik, lingkungan, keadaan penduduk, sistem pertanian yang ada, ukuran pertanian dan pendapatan dari bidang pertanian. Selanjutnya, setelah diperoleh kelas kesesuaian lahan dilanjutkan dengan analisis usahatani yang dilakukan secara parsial. Komponen-komponen usaha tani menurut Soekartawi (1995) yaitu : 1) Biaya usaha tani merupakan total pengeluaran yang diperlukan dalam suatu usaha tani. Biaya itu sendiri terdiri atas biaya tetap ( fixed cost) yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya karena tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, contohnya: sewa tanah, pajak iuran irigasi, penyusutan dan karung. Sementara biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, meliputi: biaya sarana produksi. Biaya total (total cost) dapat dihitung dengan persamaan : TC =FC + VC, dimana TC adalah total cost dan FC adalah fixed cost dan VC adalah variable cost. 2) Penerimaan (revenue) usahatani merupakan perkalian antara produksi dengan harga jual. Total penerimaan (total revenue) dihitung dengan persamaan: TR = Yi. Py Dimana TR adalah total revenue, Y adalah produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani ke-i, Py adalah harga Y.

4 16 3) Laba kotor (gross margin) usahatani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan (total revenue) dengan biaya tidak tetap (variable cost). Laba kotor (gross margin) dihitung dengan persamaan: GM = TR-FC Dimana GM adalah gross margin, TR adalah total revenue, FC adalah fixed cost. 4) Pendapatan bersih petani ( net farm income) merupakan hasil pengurangan antara laba kotor (gross margin) dengan biaya tetap (fixed cost). Pendapatan bersih petani (net farm income) dihitung dengan persamaan: NFI = GM FC Dimana NFI adalah net farm income, GM adalah gross margin, FC adalah fixed cost. Untuk melihat apakah usaha ini menguntungkan atau merugikan, maka digunakan analias R/C ratio secara finasial. Persamaannya sebagai berikut: a = R/C Dimana: R = Py. Y, C = FC + VC, a) Jika nilai R/C>1.10; maka usaha tani itu menguntungkan. b) Jika nilai R/C = 1.10; maka usaha tani itu tidak untung dan juga tidak rugi. c) Jika nilai R/C<1.10; maka usaha tani itu merugi. b. Analisis Keunggulan Komparatif berdasarkan Sektor Basis 1) Location Quotient (LQ) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis (aktifitas) pertanian. Model matematiknya, yaitu : LQ X / IJ IJ / Dimana: Xij: derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i; Xi.: total aktifitas di wilayah ke-i; X.j: total aktifitas ke-j di semua wilayah; dan X..: derajat aktifitas total wilayah. 2) Localization Index (LI) merupakan salah satu index yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktifitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk X. J X X I...

5 17 mengembangkan aktifitas tertentu. Persamaan LI ini bisa dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu : n 1 IJ I. LI J 2 I 1 X. J X.. Aturan untuk menginterpretasikan hasil analisis LI tersebut adalah: a) Jika nilainya mendekati 0, maka perkembangan suatu aktifitas cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah dalam cakupan lebih luas. b) Jika nilainya mendekati 1, artinya aktifitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di suatu lokasi. Artinya aktifitas yang diamati akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasilokasi tertentu. 3) Specialization Index (SI) merupakan salah index yang menggambarkan pembagian wilayah berdasarkan aktifitas-aktifitas yang ada. Lokasi tertentu menjadi pusat bagi aktifitas yang dilakukan. Persamaan SI ini bisa pula dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu: Aturan untuk menginterpretasikan hasil analisis SI tersebut adalah: a) Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati tidak memiliki aktifitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan di sub wilayah lain. b) Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati memiliki aktifitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan di sub wilayah lain. SI I 1 2 P X X X IJ X X X. J J 1 I...

6 Keadaan Geografis Gorontalo Utara merupakan kabupaten mekaran dari Kabupaten Gorontalo sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara. Secara geografis Kabupaten ini terletak pada koordinat antara LU dan BT dengan luas wilayah 1.777,03 km 2 atau ha yang berada di peraian sebelah utara laut sulawesi dengan panjang pantai 198 km dan terdapat pulau-pulau kecil dengan luas antara 0,5 1,180 ha yang tersebar pada 11 kecamatan dengan 123 desa. Batas-batas wilayah Kabupaten ini adalah: Sebelah Utara dengan Laut Sulawesi Sebelah Timur dengan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara Sebelah selatan dengan Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo. Sebelah Barat dengan Kabuapten Pohuwato dan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan salah satu dari 6 Kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo yang secara topografi daerah datar antara m diatas permukaan laut, kemiringan lereng meliputi 46% dari luas wilayah daratan yang dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan kecil. Adapun luas wilayah Kabupaten Gorontalo Utara perkecamatan dapat diliat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara menurut Kecamatan Kecamatan Luas (km 2 ) Persentase Atinggola 2 64, 55 14,88 Gentuma Raya 100, 34 5,65 Kwandang 301,26 16,9 5 Anggrek 280,71 15,8 Sumalata 504, 59 28,4 Tolinggula 325,58 18,3 2 Gorontalo Utara 1.777, Sumber : Data BPS Gorontalo Utara (2012)

7 Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Gorontalo Utara 19

8 Kondisi Iklim dan Hidrologi Kondisi Iklim Data curah hujan, temperatur udara, lama penyinaran, kelembaban nisbi dan kecepatan angin, di daerah penelitian selama sepuluh tahun ( ) diambil dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo. Stasiun ini berada pada ketinggian 18 m di atas permukaan laut. Dan merupakan satu-satunya stasiun iklim yang lengkap sehingga semua data iklim berasal dari stasiun ini karena dianggap mewakili kondisi iklim daerah itu. a. Curah Hujan Curah hujan bulanan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utaraa dan sekitarnya menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi terjadi ada bulan Maret dan terendah pada bulan Agustuss dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 189,46 mm/bulan (Gambar 1). Sementar a curah hujan tahunan sebesar 2.273,53 mm. Berdasarkan distribusi bulan basah (>200 mm) yang terdiri dari 4 bulan dan 2 bulan kering (<100 mm), maka wilayah Kabupaten Gorontalo Utara tergolong dalam zona agroklimatologi E. 300,00 276,44 280,99 Rata-Rata CH (mm) 250,00 200,00 150,00 100,00 206,21 249,45 190,46 136,17 130,49 86,34 99,26 173,,70 237,96 206,06 50,00 0,00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Bulan Gambar 2. Rata-rataa curah hujan Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir ( ) b. Temperatur Temperatur bulanan (Gambar 2) berkisar antara 26,30 o C ( Februari) sampai 27,41 o C ( Oktober). Rata-rata kelembaban nisbi bulanan berkisarr antara 73,84% (September) sampai 84,21% (M aret) dengan nilai rata-rata tahunan sebesar

9 21 80,33%. Selanjutnya Rata-rata lama penyinaran bulanan berkisar antara 46,80% (Desember) sampai 71,11% (September). Temperatur 0c 27,60 27,40 27,20 27,00 26,80 26,60 26,40 26,20 26,00 25,80 25,60 26,77 Jan 26,30 Feb Gambar 3. Rata-rataa Temperatur Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir ( ) c. Kelembaban Nisbi Kelembaban nisbi bulanan (Gambar 3) berkisar antara 73,84 o C (September) dengan nilai tahunan sebesar 968,32%. Kelembaban Jan Feb Gambar 4. Rata-rata Kelembaban Nisbih Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir ( ) d. Lama Penyinarann Matahari Lama penyinarann mahatahari bulanan (Gambar 4) berkisarr antara 46,80% (Desember) sampai 26,88 27,03 27,39 26,56 26,56 26,85 27,13 27,41 Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Bulan sampai 84,21 o C (Maret ). Rata-rata kelembaban nisbi bulanan sebesar 80,93% , Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Bulan 71,11% (September). Rata-rata lama penyinaran matahari bulanan sebesar 61,23% dengan nilai tahunan sebesar 734,78%. 27,02 27,14 Nov Des 83.48

10 22 Lama Penyinaran Matahari (%) 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Gambar 5. Rata-rata Lama Penyinaran Matahari Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir ( ) e. Evapotranspirasi Hasil evapotranspirasi Kabupaten Gorontalo Utara seperti yang terlihat pada Tabel diatas, nilai evapotranspirasi berkisar antara 120,80-145,10 (Tabel 2). Evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 120,80. Sedangkan evapotranspirasi tertinggi pada bulan April, September dan Desember sebesar 145,10. 59,69 57,88 57,76 60,51 63,63 60,30 58,37 69,45 71,11 Tabel 2. Hubungan antara Curah Hujan Efektif, Curah Hujan Efektif Kacang Tanah dan Evapotranspirasi Bulan CH (mm) CHE (mm) CHE 75% (mm) Etp (mm) 0,5 Etp (mm) Jan 276,44 196,15 147,11 140,40 70,20 Feb 206,21 139,97 104,98 120,80 60,40 Mar 280,99 199,79 149,84 140,40 70,20 Apr 249,45 174,56 130,92 140,90 70,45 Mei 190,46 127,37 95,52 145,10 72,55 Jun 136,17 83,94 62,95 136,40 68,20 Jul 130,49 79,39 59,54 140,40 70,20 Agust 86,34 44,07 33,06 140,40 70,20 Sept 99,26 54,41 40,81 140,90 70,45 Okt 173,70 113,96 85,47 145,10 72,55 Nov 237,96 165,37 124,02 140,90 70,45 Des 206,06 139,85 104,89 145,10 72,55 Total 2273, , , ,80 838,40 Rataan 189,46 126,57 94,93 139,73 69,87 Keterangan; CH=curah hujan; CHE= curah hujan efektif; Etp=evapotranspirasi Nilai evapotranspirasi tahunan sebesar 1676,80 mm/tahun dengan rata-rata 139,73 mm/tahun. Selanjutnya curah hujan efektif berkisar antara 44,07 mm/bulan pada bulan Agustus sampai 199,79 mm/bulan pada bulan Maret. Tampaknya wilayah Gorontalo Utara terjadi surplus pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober, November dan Desember sedangkan defisit terjadi pada bulan bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Kondisi surplus dan defisit ini 69,03 60,25 46,80 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Bulan

11 23 digunakan untuk menentukan kalender tanam atau penentuann waktu tanam khususnya waktu tanam tanaman kacang tanah. 300,00 CH CHE CHE 75% Etp 0,5 Etp 250,00 200,00 Nilai 150,00 100,00 50,00 0,00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Bulan Gambar 6. Hubungann antara Curah Hujan Efektif, Curah Hujan Efektif Kacang Tanah dan Evapotranspirasi Hidrologi Hidrologi dalam hal ini kebutuhan air merupakan faktor terpenting dalam menunjang kegiatan usaha tani di suatu wilayah. Salah satu aspek yang mendukung ketersediaan air adlah sungai. Di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat 20 sungai yang melintas di seluruh wilayah Gorontalo Utara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel. 3 Tabel 3. Sungai yang melintasi di Kabupaten Gorontalo Utara No Sungai Lokasi 1 Sungai Kuluoka Sumalata Timur 2 Sungai Buladuu Sumalata Timur 3 Sungai Wubudu Sumalata Timur 4 Sungai Bulontio Timur Sumalata 5 Sungai Bulontio Barat Sumalata 6 Sungai Kasia Sumalata 7 Sungai Buloila Sumalata 8 Sungai Biau Biau 9 Sungai Tolinggula Tolinggula 10 Sungai Potangaa Biau 11 Sungai Bubode Tomilitoo 12 Sungai Posso Kwandang 13 Sungai Monanoo Monano 14 Sungai Ilangataa Anggrek 15 Sungai Popalo Anggrek

12 24 No Sungai Lokasi 16 Sungai Molingkapoto Kwandang 17 Sungai Leboto Kwandang 18 Sungai Batu Mela Kwandang 19 Sungai Sigaso Atinggola 20 Sungai Andegile Atinggola Sumber : Data Survey Lapangan (2013) 3.7 Geologi Menurut Peta Geologi Lembar Kotamobagu Sulawesi Utara, skala 1 : (Apandi dan Bachri 1997), Kabupaten Gorontalo Utara memiliki 8 formasi geologi (Gambar 7, 8, 9, 10 dan 11). Formasi geologi tersebut diantaranya: a. Aluvium dan endapan pantai (Qal): Pasir, lempung, lempur, kerikil dan kerakal b. Formasi Lokodidi (TQls): Konglomerat, batu pasir, batupasir konglomeratan,batu pasir tufan, tuf, batulempung, serpih hitam. c. Batuan gunung api Pinogu (TQpv): Tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi gunung api di peg. Bone, G. Mongadalia dan Pusian bersusun andesit piroksin dan dasit. Tuf yang tersingkap di G. Lemibut dan G. Lolombulan umumnya berbatu apung, Kuning muda, berbutir sedang sampai kasar, diselingi oleh lava bersusunan menengah sampai basa. Tuf dan tuf lapili disekitar S. Bone bersusun dasitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusun andesit piroksin. Satuan ini secara umum termampatkan lemah sampai sedang umumnya diduga pliosen-plistosen (John dan Bird, 1973). d. Formasi Tinombo Fasies Sedimen (Tets) (Ahlburg, 1 913): serpih dan batupasir dengan sisipan batugamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah, getas, sebagian gampingan, rijang mengandung radiolarian. Batupasir berupa grewake dan batupasir kuarsakelabu dan hijau, pejal, berbutir halus sampai sedang, sebagian mengandung pirit. Sisipan batugamping di S. Mayambak berwarna merah, pejal, berlapis baik. Satuan batuan ini diterobos oleh granit, diorite, dan trakit seperti yang terlihat di S. Bayau. Satuan ini mempunyai menjemari dengan formasi Tinombo fasies gunungapi. Umur formasi menurut Ratman (1973) adalah eosin sampai oligosen awal, sedang menurut Sukamto

13 25 (1973) dan Brower (1934) adalah kapur akhir samapi eosin awal. Tebal formasi diduga lebih dari 1000 meter, sedang lingkungan pengendapannya adalah laut dalam. e. Diorit Bone (Tmb): Diorit kuarsa, diorit, granodiorit, granit. Diorite kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa dengan keragaman diorite, granodiorit dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai di daerah S. Bone. Satuan ini menerobos batuan gunung api Bilungala maupun formasi Tinombo. Umur satuan ini sekitar miosen akhir. f. Diorit Bolihuto (Tmbo) : Diorit, granodiorit g. Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv): Breksi, tuf dan lava andesit sampai basal h. Diorit Bone (Tmd): Diorit, diorit kuarsa, granodiorit, adamelit i. Breksi wobudu (Tpwv): Breksi gunung api, aglomerat, tuf, tuf lapili dan lava. Breksi gunung api berwarna kelabu tersusun oleh kepingan andesit dan basal berukuran kerikil sampai bongkah. Tuf dan tuf lapili berwarna kuning kecoklatan, berbutir halus, sampai kerikil, umumnya lunak dan berlapis. Lava berwarna kelabu, bersusun andesit sampai basal.

14 Gambar 7. Peta Geologi Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara 26

15 Gambar 8. Peta Geologi Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara 27

16 Gambar 9. Peta geologi Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara 28

17 Gambar 10. Peta Geologi Kecamatan Kwandang dan Gentuma Raya kabupaten Gorontalo Utara 29

18 30 \ Gambar 11. Peta Geologi Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara

19 Jenis Tanah Hasil survei tanah di lapangan, wilayah Kabupaten Gorontalo Utara umumnya terdiri dari asosiasi delapan jenis tanah, antara lain: Entisol, Inceptisol, Mollisol, Spodosol, Histosol, Alfisol, Ultisol, dan Oxisol. Namun demikian, jenis tanah yang paling luas adalah Inceptisol. Hal ini mengingat wilayah ini umumnya berupa pegunungan volkan tua yang tertoreh, sehingga sampai saat ini masih terus mengalami proses pemindahan bahan permukaan, terutama karena agen air hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Selain itu, daerah penlitian memiliki temperature tanah dengan dengan kategori Isohyperthermic, moisture regim adalah udic serta tentative subdivision adalah typic udic. Rata-rata temperature tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober yaitu 27,4 o C serta curah hujan tertinggi terjadi pada bulan maret yaitu 241 mm/bulan. 3.9 Keadaan Sumber Daya Manusia Berdasarkan data BPS Kabupaten Gorontalo Utara (2012), maka keadaan sumberdaya manusia darah Kabupaten Gorontalo Utara masing-masing kecamatan diuraikan sebagai berikut: a. Jumlah dan kepadatan Penduduk Sampai tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Gorontalo Utara sudah sebanyak jiwa (Tabel 4). Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah jiwa, sementara penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Gentuma Raya sebanyak jiwa. Berdasarkan pertimbangan jumlah penduduk terhadap luas wilayah, maka kecamatan dengan penduduk paling padat adalah Anggrek sebanyak 131 jiwa/km 2. Sementara itu, kecamatan dengan penduduk terjarang adalah Sumalata yang hanya sebanyak 32 jiwa/km 2. Tampaknya, kecamatan Gentuma raya walaupun baru dimekarkan dari Kecamatan Atinggola, tetapi kepadatan penduduknya per km 2 cukup tinggi sebanyak 81 jiwa. Hal ini kontras jika dibandingkan dengan sebaran jumlah penduduk di Kecamatan Sumalata yang justru lebih jarang. Padahal kecamatan ini merupakan kecamatan tua.

20 32 Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Gorontalo Utara, 2011 Kecamatan Luas % Jumlah % Kepadatan Penduduk Atinggola 264,55 14, ,89 40 Gentuma Raya 100,34 5, ,66 81 Anggrek 280,71 15, ,5 131 Kwandang 301,26 16, ,4 69 Sumalata 504,59 28, ,4 32 Tolinggula 325,58 18, ,1 43 Gorontalo Utara 1.777, Sumber : Data BPS Gorobtalo Utara (2012) b. Tenaga Kerja Data presentase jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin di Kabupaten Gorontalo utara (Tabel 5). Dari tabel tersebut digambarkan bahwa paling besar pencari kerja di daerah Kabupaten Gorontalo Utara telah lulus SMA atau tamatan SMA. Tabel 5. Persentase Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gorontalo Utara, 2011 Tingkat Pendidikan yang ditamatkan Laki-laki Perempuan Jumlah SD ke Bawah SLTP SLTA ke Atas Jumlah Sumber : Data BPS Gorontalo Utara (2012) 3.10 Jumlah Kelembagaan Pertanian Tanaman Pangan Salah satu penunjang dalam meningkatkan kegiatan usaha tani demi tercapainya hasil pertanian yang maksimal, perlu adanya sarana dan prasarana pendukung dala hal ini kelembagaan peretanian. Kelembagaan pertanian tersebut dapat mendukung kegiatan petani baik itu dalam hal penyediaan modal sampai dengan pengawalan usaha tani tersebut. Kabupaten Gorontalo Utara terdapat 599 Kelompok tani, 72 Gabungan Kelompok tani, 1 KUD dan 9 Kios Sarana Produksi (Tabel 6).

21 33 Tabel 6. Jumlah Kelembagaan Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Kelompok Tani Gabungan Kelompok Tani Koperasi Unit Desa (KUD) Unit Tani Kios sarana Produksi Pertanian Atinggola Gentuma Raya Kwandang Anggrek Sumalata Tolinggula Gorontalo Utara Sumber : Data BPS Gorontalo Utara (2012)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 11 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 16 BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 0,88340 o LU- 122,8850 o BT, berada pada ketinggian 0-500 m dpl (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sebagian wilayah kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara untuk analisis tanah di laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kesesuain Lahan 4.1.1 Satuan Lahan Daerah penelitian memiliki 38 satuan lahan yang terseber di setiap kecamatan seluruh Kabupaten Gorontalo Utara. Satuan lahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Dinas Kehutahan Provinsi Gorontalo. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kelas Kesesuaian Lahan 5.1.1 Satuan Lahan Satuan lahan yang tersebar di wilayah Kecamatan Ponelo Kepulauan yaitu satuan lahan 1, 2, 3, 4 dan satuan lahan 5. Untuk lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Keunggulan Wilayah untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah ( Oriza Sativa

Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Keunggulan Wilayah untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah ( Oriza Sativa 1 Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Keunggulan Wilayah untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah (Oriza Sativa) di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Alfian Yunus, Nurdin, dan Wawan Pembengo ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 8 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat CV Jasa Andhika Raya CV Jasa Andhika Raya (CV JAR) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha pertambangan batubara dan berkedudukan di Desa Loa Ulung,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Keadaan Sumberdaya Alam 4.1.1 Letak dan Luas Daerah penelitian terletak di Kabupaten Bone Bolango. Secara geografis terletak pada koordinat di antara 0 0 41' sampai 1 0 15'

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN KEUNGGULAN WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN CABAI (Capsiccum annum L.) DI KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN KEUNGGULAN WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN CABAI (Capsiccum annum L.) DI KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA 1 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN KEUNGGULAN WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN CABAI (Capsiccum annum L.) DI KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA Risma Dj. Dangkua (1), Nurdin (2) dan Suyono Dude

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Paparan Sunda 2. Zona Dataran Rendah dan Berbukit 3. Zona Pegunungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur LAMPIRAN 63 64 Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur No. Kelas TWI Luas Area Ha % 1 1 1 0,007 2 2 20987 99,830 3 3 34 0,163 Luas Total 21022 100 Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (pedon AM1 s/d AM8), dan Kabupaten Serang Propinsi Banten (pedon AM9 dan AM10)

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Oleh : Akhmad Hariyono POLHUT Penyelia Balai Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar bertopogarafi kars dari Semenanjung

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Geologi Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, menurut van Bemmelen (1949) Jawa Timur dapat dibagi menjadi 7 satuan fisiografi (Gambar 2), satuan tersebut dari selatan ke utara adalah: Pegunungan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk 11 KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Nanan S. Kartasumantri dan Hadiyanto Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut SARI Daerah

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Oleh : A. Sanusi Halim, Iwan A. Harahap dan Sukmawan SubDit Mineral Non Logam S A R I Daerah penyelidikan yang

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Daerah penelitian ini telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti pendahulu, baik meneliti secara regional maupun skala lokal. Berikut ini adalah adalah ringkasan tinjauan literatur

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. FISIOGRAFI Geologi regional P.Obi ditunjukkan oleh adanya dua lajur sesar besar yang membatasi Kep.Obi yaitu sesar Sorong-Sula di sebelah utara dan sesar Sorong Sula mengarah

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA Salmani (1), Fakhrurrazi (1), dan M. Wahyudi (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN 4.1 Topografi dan Tata Sungai DAS Citarum Hulu merupakan suatu cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan Tangkuban Perahu di daerah utara dengan puncaknya antara lain Gunung

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibukota Jawa Barat berada disekitar gunung Tangkuban Perahu (Gambar 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibukota Jawa Barat berada disekitar gunung Tangkuban Perahu (Gambar 1). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Daerah Penelitian Lokasi daerah penelitain berada di pulau Jawa bagian barat terletak di sebelah Utara ibukota Jawa Barat berada disekitar gunung Tangkuban Perahu (Gambar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI 2.1 KESAMPAIAN DAERAH 2.1.1 Kesampaian Daerah Busui Secara geografis, daerah penelitian termasuk dalam daerah administrasi Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Pasir,

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak, kondisi geografis, dan topografi Kabupaten Bangli terletak di tengah-tengah pulau Bali, dan menjadi satusatunya kabupaten yang tidak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 12 III. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Lokasi Lokasi penelitian terletak di lahan sawah blok Kelompok Tani Babakti di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas, KabupatenBogor. Secara administrasi Desa Mekarjaya

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB 2 TATANAN GEOLOGI BAB 2 TATANAN GEOLOGI Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran. 25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh van Bemmelen, (1949) dibagi menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunungapi Kuarter,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana transportasi darat harus selalu dalam kondisi yang baik, hal ini adalah untuk kelancaran lalu lintas yang berada diatasnya, namun pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan (mm) Debit (m³/detik)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan (mm) Debit (m³/detik) 7 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DAS Bengawan Solo Pada peta geologi Indonesia (Sukamto et al. 1996) formasi geologi DAS Bengawan Solo didominasi batuan sedimen tersier, batuan sedimen kuarter, batuan vulkanik

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Propinsi Jawa Tengah secara geografis terletak diantara 108 30-111 30 BT dan 5 40-8 30 LS dengan batas batas sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 10 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.1.1 Lokasi Lokasi penelitian Tugas Akhir dilakukan pada tambang quarry andesit di PT Gunung Sampurna Makmur. Secara geografis, terletak pada koordinat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 17 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Bogor Bogor dengan luasan total 273.930,153 ha terdiri dari kabupaten dan kotamadya, yang masing masing memiliki beberapa kecamatan. Kotamadya Bogor terdiri dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Neraca Air Lahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan persamaan (Penman 1948). Tabel 1. Hubungan antara rata-rata curah hujan efektif dengan evapotranspirasi Bulan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Kerangka Tektonik dan Struktur Geologi Regional Pulau Kalimantan berada di bagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pulau Kalimantan berbatasan dengan Laut Cina Selatan di bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Keadaan Geografi Daerah Penelitian 2.1.1 Lokasi Penambangan Daerah penyelidikan berdasarkan Keputusan Bupati Tebo Nomor : 210/ESDM/2010, tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci