Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Keunggulan Wilayah untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah ( Oriza Sativa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Keunggulan Wilayah untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah ( Oriza Sativa"

Transkripsi

1 1 Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Keunggulan Wilayah untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah (Oriza Sativa) di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Alfian Yunus, Nurdin, dan Wawan Pembengo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah (Oriza Sativa) di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, (2) mengetahui factor pembatas untuk pengembangan tanaman padiii sawah (Oriza Sativa) di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, (3) mengetahui luas lahan yang sesuai dengan pengembangan tanaman padi sawah (Oriza Sativa) di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, (4) mengetahui keunggulan komperatif komoditi padi sawah di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan bulan Juli Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode survei pada tingkat semi detail. Pengolahan data serta pembuatan peta dilakukan dengan menggunakan software Arc Gis 9.1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oriza Sativa) di kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara yaitu S1 (Sangat sesuai) dengan luas 57,87 ha atau 45,71% dari total luas daerah penelitian, kemudian S2 (cukup Sesuai) dengan luas lahan 59,36 ha atau 46,88% dari total luas daerah penelitian, sedangkan S3 (sesuai marginal) dengan luas 15 ha atau 7,41% dari total luas daerah penelitian. Desa Bulalo menjadi basis atau pusat pengembangan tanaman padi sawah. Kesesuaian lahan tersebut memiliki faktor pembatas yaitu kelas lereng, curah hujan, tekstur dan retensi hara. Kata Kunci : Kesesuaian lahan, aktual, potensial,, SIG, Padi Sawah PENDAHULUAN Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk penduduk Kabupaten Gorontalo Utara. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sebesar 1.777,03 km2 atau ha. Dari luas wilayah tersebut, luas lahan sawah di Kabupaten ini mencapai ha, jenis irigasi terbanyak yang mengairi sawah tersebut adalah irigasi setengah teknis. Luas areal sawah yang dialiri irigasi setengah teknis mencapai ha, dan yang dialiri irigasi teknis mencapai ha, sedangkan yang dialiri irigasi sederhana mencapai 133 ha, dengan demikian luas lahan potensial yang dapat dikembangkan untuk komoditas pertanian khususnya padi sawah masih cukup luas (Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo Utara 2011). Padi merupakan salah satu bahan makanan yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung di dalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan, selain itu padi memiliki nilai ekonomi tinggi untuk diusahatanikan, (BPS) Gorontalo Utara pada tahun 2011 memperlihatkan bahwa sekitar 22% pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Gorontalo Utara selama sebulan adalah mengkonsumsi makanan yang berbahan baku padi. Laju peningkatan penduduk rata-rata sebesar 2% per tahun membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup. Saat ini, pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara masih terus mengupayakan penambahan luas areal persawahan yang di tunjang dengan beberapa program pemerintah seperti, percetakan lahan sawah yang baru, Optimalisasi lahan sawah, dan menyediakan sarana dan prasarana pertanian yang memadai. Guna memenuhi kebutuhan penduduk tersebut perlu adanya peningkatan produksi pertanian dalam meningkatkan produksi padi sawah. Dengan mengoptimalkan sumberdaya lahan.

2 2 Produksi pertanian yang optimal, maka penggunaan lahan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kesesusaian lahannya (Sitorus, 1989). Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya dan tanpa adannya pengelolaan tanaman yang kurang tepat akan menyebabkan berkurangnya kemampuan lahan tersebut dalam produksi lahan pertanian dan mendorong timbulnya lahan kritis. Kesesuaian lahan merupakan gambaran tingkat kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan lahan tertentu (FAO, 1976). Melalui evaluasi kesesuaian lahan diperoleh informasi tentang wilayah-wilayah yang potensial untuk pengembangan komoditas ini serta faktor-faktor pembatasnya. Menyikapi hal di atas, tentang usaha pemerintah untuk melakukan perluasan areal sawah, maka perlu adanya penelitian tentang evaluasi kesesuaian lahan dan keunggulan wilayah untuk pengembangan padi sawah di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui kelas kesesuain lahan untuk pengembangan padi sawah, (2) mengetahui faktor pembatas untuk pengembangan padi sawah, (3) mengetahui luas lahan yang sesuai dengan pengembangan padi sawah, dan (4) mengetahui keunggulan komparatif komoditi padi sawah di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di sebagian wilayah kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara itu untuk pengelolaan data dilakukan di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UNG. Pelaksanaan penelitian ini kurang lebih 1 bulan yang dimulai bulan April sampai dengan bulan Mei tahun Alat penelitian meliputi: Altimeter, Alat Tulis Menulis, Clinometer, Compas, Parang, Kalkulator, GPS (Global Positioning Ststem) Komputer PC dan Perangkat Lunak SIG (Sofware Are View 9.1). sementara bahan penelitian terdiri dari: Peta Topografi Skala 1 : (JICA, 2000), Peta Geologi Skala 1 : , Peta Penggunaan Lahan Skala 1 : (JICA, 2000), Peta Iklim Skala 1 : , Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : , Data tanah, diperoleh dari survei tanah di lapangan, Data iklim, yang diperoleh dari stasiun klimatologi dan stasiun iklim yang ada di sekitar daerah penelitian, dan Data Kabupaten Gorontalo Utara dalam angka Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei pada tingkat semi detail dengan skala peta 1 : Teknik penentuan kelas kesesuaian lahan menggunakan faktor pembatas (limiting factors). Penentuan rekomendasi pengelolaan lahan dilakukan dengan mengkombinasikan dua aspek penilaian, yaitu: kesesuaian lahan dan keunggulan wilayah. Pada bagian akhir disajikan waktu tanam padi sawah. Secara rinci tahapan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1. Persiapan Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan pengumpulan alat maupun bahan yang diperlukan, serta pengurusan perijinan dan administrasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini, disamping itu juga dilakukan orientasi medan untuk mengetahui gambaran daerah penelitian secara umum. 2. Pengumpulan Data Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data yang terdiri atas : a. Data tanah, yang diperoleh dari hasil survei tanah di lapangan. b. Data iklim, yang diperoleh dari stasiun klimatologi dan stasiun iklim yang ada disekitar daerah penelitian. c. Data Sosial Ekonomi, terdiri atas : 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara langsung dari petani kunci (1 atau 2 petani ) yang tinggal didaerah penelitian berupa data produksi, biaya dan pendapatan.

3 3 2. Data Sekunder, yang diperoleh dari kantor camat/desa serta instansi terkait seperti BPS, berupa data kependudukan di daerah penelitian. Analisis Data Kegiatan pada tahap analisis data terdiri dari dua tahapan yaitu: analisis data lapangan dan analisis system informasi geografis. Tahap analisis data lapangan diawali dengan melakukan identifikasi data-data tanah dan data iklim di daerah penelitian, selanjutnya penyeragaman skala peta sebelum dibuat peta satuan lahan berdasarkan peta topografi, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan daerah kabupaten Gorontalo Utara yang telah disesuaikan dengan peta rupa bumi Indonesia, yang belum sama skala petanya, selanjutnya peta-peta tersebut ditumpang tindihkan (overlay) dan dilakukan digitasi peta, untuk memperoleh peta unit lahan. Kemudian data lapangan setiap unit lahan itu dicocokkan (matching) dengan persyaratan penggunaan lahan setiap tipe pemanfaatan lahan dalam hal ini padi sawah, sehingga di peroleh kelas-kelas kesesuain lahan untuk tipe pemanfaatan lahan dalam bentuk peta kesesuain lahan. Selanjutnya tahap analisis Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk evaluasi kesuaian lahan menggunakan software Arcview GIS 9.1. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menyempurnakan/merevisi data sesuai dengan data yang di peroleh saat pengamatan dilapangan. Pengumpulan data spasial dan data atribut serta persiapan pemasukan data menempati posisi kunci, dalam pekerjaan ini dipengaruhi kualitas data juga dan ditentukan oleh kombinasi serta analisis dalam perangkat lunak/keras dengan kemampuan menggunakan operator GIS. Untuk memulai penggunaan Software Are View, yang diawali dengan program dari star menu : 1. Klik star 2. Pilih program Pilih Esri pemilihan pembuatan proyek baru akan membuka Are View dengan isi proyek, isi proyek ini terdiri dari view, table, grafik, layout, dan script. Kemudian klik view yang berfungsi untuk mempersiapkan data spasial dari peta yang akan di buat atau di olah, dari view ini dapat dilakukan input data digitasi atau pengolahan (editing) data spasial. 3. Table (table) merupakan data atribut dari data spasial, data atribut ini digunakan sebagai dasar analisis dari data spasial tersebut. 4. Grafik (chart) merupakan alat penyaji data yang efektif, dengan menggunakan grafik ini, Are View dapat digunakan sebagai alat analisis yang baik terhadap penomena. 5. Layout (layout) merupakan tempat untuk mengatur tata letakan dan rancangan dari peta akhir penambahan berbagai simbol, label, dan atribut peta lainnya dapat dilakukan pada layout. 6. Script (script) adalah makro dalam Are View dengan makro ini kemampuan Are View dapat diperluas untuk membuat program aplikasi yang nantinya dapat di add pada Are View. Are View dapat menerima berbagai macam sumber data yang selanjutnya akan di olah sumber-sumber data lain adalah data yang berasal dari : - Citra satelit dengan format BSQ, BIL, BIP - Data raster dengan format BMP, JPG, TIIF - Data cerdas - Data tabular dari info acr, info dbase 7. Input data spasial sering disebut dengan digitasi, untuk memulai digitasi harus dibuat sebuah theme baru, hendaklah di isi dengan converage titik seperti kota, gunung, dan lain-lain dipilih tipe fiture point. 8. Overlay (Overlay) merupakan proses penggabungan peta-peta dalam are view, teknik overley dimulai dengan new view pada jendela are view kemudian dilanjutkan dengan add theme (peta) yang akan dioverley, misalnya dalam membuat peta suatu lahan

4 4 suatu wilayah, dibutuhkan peta landform, peta topografi, dan peta penggunaan lahan suatu wilayah dapat dimulai overley pada program are view dengan cara : Klik file Klik ekstantions Tandai geoprocessing wizard Klik view dan klik geoprocessing wizard Klik intersect two themes Klik next Pilih peta yang akan dioverley misalnya peta lereng dan bentuk lahan Klik finish Analisa data sosial ekonomi a. Analisis Keunggulan Komparatif secara Finansial Sebelum penentuan kelas kesesuain lahan setiap tipe pemanfaatan lahan diperoleh, diawali dengan pendeskripsian situasi yang ada (present situation) yang berkaitan dengan tipe pemanfaatan lahan seperti kondisi fisik, lingkungan, keadaan penduduk, sistem pertanian yang ada, ukuran pertanian dan pendapatan dari bidang pertanian. Kemudian setelah diperoleh kelas kesesuaian lahan dilanjutkan dengan pendeskripsian setiap tipe pemanfaatan lahan yang ada dan yang direkomendasikan. Selanjutnya setiap tipe pemanfaatan lahan dilakukan analisa usaha tani, dimana analisa usaha tani yang digunakan adalah analisa parsial. Komponenkomponen usaha tani menurut Soekartawi (1995) yaitu : 1) Biaya usaha tani merupakan total pengeluaran yang diperlukan dalam suatu usaha tani. Biaya itu sendiri terdiri atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya karena tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, contohnya sewa tanah, pajakiuran irigasi dan biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, contohnya biaya sarana produksi. Biaya total (total cost) dapat dihitung dengan persamaan : TC =FC + VC Dimana TC adalah total cost; FC adalah fixed cost; VC adalah variable cost. 2) Penerimaan usaha tani merupakan perkalihan antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Total penerimaan (total revenue) dapat dihitung dengan persamaan : TR = Yi. Py Dimana TR adalah Total revenue, Y adalah produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani ke-i, Py adalah harga Y. 3) Laba kotor usaha tani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan (total revenue) dengan biaya tidak tetap (variable cost). Laba kotor (gross margin) dapat dihitung dengan persamaan: GM = TR-VC Dimana GM adalah gross margin. 4) Pendapatan bersih merupakan hasil pengurangan antara laba kotor (gross margin) dengan biaya tetap (fised cost) pendapatan bersih petani (net farm income) dapat dihitung dengan persamaan: NFI = GM FC Dimana NFI adalah net farm income. Untuk melihat apakah usaha ini menguntungkan atau merugikan, maka digunakan analias R/C ratio secara finasial. Persamaannya sebagai berikut: a = R/C Dimana R = Py. Y, C = FC + VC, Jika nilai R/C>1.10 maka usaha tani itu menguntungkan nilai R/C = 1.10 maka usaha tani itu tidak untung dan juga tidak rugi, sedangkan R/C<1.10 maka usaha tani itu

5 5 merugi. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk peta kelas kesesuaian lahan bersama informasi sosial ekonomi untuk setiap tipe pemanfaatan lahan tanaman musiman. b. Analisis Keunggulan Komparatif berdasarkan Sektor Basis 1) LQ (location quotient analysis) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis (aktifitas) pertanian. Model matematiknya, yaitu : X / IJ LQ X I. IJ X /. J X.. Dimana: Xij : derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i; Xi. : total aktifitas di wilayah ke-i; X.j : total aktifitas ke-j di semua wilayah; dan X.. : derajat aktifitas total wilayah 2) LI (Localization Index) merupakan salah satu index yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktifitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktifitas tertentu. Persamaan LI ini bisa dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu : n 1 X IJ X I. LI J 2 I 1 X. J X.. Aturan untuk menginterpretasikan hasil analisis LI tersebut adalah: Jika nilainya mendekati 0 berarti perkembangan suatu aktifitas cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah dalam cakupan lebih luas. Tingkat perkembangan aktifitas akan relatif indifferent di seluruh lokasi. Artinya aktifitas tersebut mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif sama di seluruh lokasi. Jika nilainya mendekati 1 berarti aktifitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di suatu lokasi. Artinya aktifitas yang diamati akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi-lokasi tertentu. 3) SI (Specialization Index) merupakan salah index yang menggambarkan pembagian wilayah berdasarkan aktifitas-aktifitas yang ada. Lokasi tertentu menjadi pusat bagi aktifitas yang dilakukan. Persamaan SI ini bisa pula dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu : P X IJ X. J SI I 1 2 J 1 I. X.. Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati tidak memiliki aktifitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan di sub wilayah lain. Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati memiliki aktifitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan di sub wilayah lain. X

6 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kesesuain Lahan Tanaman Padi Sawah Satuan Lahan Daerah penelitian memiliki 5 satuan lahan yang tersebar di Kecamatan Kwandang. Satuan lahan masih termasuk kawasan hutan. Tekstur tanah yang dominan di daerah penelitian adalah liat (21 satuan lahan). Sisanya tekstur tanahnya adalah lempung berdebu, lempung liat berpasir, dan lempung berliat. Selanjutnya, derajat kemasaman tanah (ph) bervariasi mulai dari agak masam (5,60) sampai netral (ph 6,57). Namun, umumnya derajat kemasaman tanah adalah netral. Kadar C-organik, K2O, P2O5 dan Na relatif tinggi. Sisanya, meliputi N total, dan K dd relatif rendah. hal ini akan mempengaruhi nilai KTK tanah, sehingga kategorinya sedang. Gambar 8. Peta satuan Lahan Kecamatan Kwandang Kesesuain Lahan Aktual Padi Sawah a. b. - Kelas Tidak Sesuai (N) Sub Kelas Ns Sub kelas Ns ini tedapat pada satuan lahan 9 dengan faktor pembatas kelas lereng. Luas lahan pada sub kelas Kelas Sesuai (S) Sub Kelas S2sr Sub kelas ini terdapat pada satuan lahan 12 dan 15 dengan faktor pembatas curah hujan dan tekstur Sub Kelas S3f Sub kelas ini tedapat pada satuan lahan 1 dengan faktor pembatas retensi hara.

7 7 - Sub Kelas S3r Sub kelas ini terdapat pada satuan lahan no 1 dengan faktor pembatas tekstur Sub Kelas S3s Sub kelas S3s ini tedapat pada satuan lahan No 9 dengan faktor pembatas kelas lereng. Sub Kelas S3sf Sub kelas ini terdapat pada satuan lahan no 1 dengan faktor pembatas lereng dan retensi hara. Hasil Analisis Kesesuain Lahan Aktual Padi Sawah Kesesuaian lahan Sub Kelas Kelas S1 (sangat Sesuai) S1 S2 (Cukup Sesuai) S2sr S3f S3 N (Tidak Sesuai) S3r S3s S3sf Ns Faktor Pembatas Luas Satuan Lahan Ha % 25 8,28 6,54 12 dan 15 49,59 39, ,001 23,77 10,34 25,25 0, ,77 8,17 19, ,38 7,41 126, curah hujan dan tekstur retensi hara. tekstur Kelas Lereng Lereng dan Retensi Hara Lereng Total Gambar 9. Peta Kesesuain Lahan Aktual Padi Sawah di Kecamatan Kwandang

8 8 Kesesuain Lahan Potensial Kesesuain lahan potensial dinilai berdasarkan pengelolaan sedang, dengan kondisi finansial atau pendapatan petani. Artinya pengelolaan hanya dapat dilakukan oleh petani menengah dengan modal menengah serta teknik pertanian sedang. Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Potensial Padi Sawah Luas Sub Kelas Faktor Pembatas Satuan Lahan Potensial S1-25 Ha % S1 8,28 6,54 S2sr curah hujan dan tekstur 12 dan 15 S1 49,59 39,17 S3f retensi hara. 1 S2 0,001 0,0008 S3r tekstur 5 S2 23,77 18,77 9 S2 10,34 8,17 25,25 19,94 9,38 7,41 126, S3s S3sf Ns Kelas Lereng Lereng dan Retensi Hara Lereng Total 1 15 S2 S3 Kecamatan Kwandang sangat sesuai untuk dibudidayakan tanamn padi sawah. Ini dibuktikan dengan sebagian besar daerah di kecamatan Kwandang potensial atau sesuai untuk dibudidayakannya tanaman padi sawah. Dapat di jelaskan luas wilayah di kecamatan Kwandang yang S1 (Sangat sesuai) yaitu pada satuan lahan 12, 15 dan 25 dengan luas keseluruhan 57,87 ha atau 45,71 % dari total luas kecamatan Kwandang. Kemudian untuk S2 (cukup Sesuai) yaitu pada satuan lahan 1, 5, dan 9 dengan luas lahan 59,36 ha atau 46,88 % dari total sedangkan yang sesuai margina (S3) yaitu pada satuan lahan 15 dengan luas lahan 15 ha atau 7,41 % dari total luas lahan. Gambar 10. Kesesuai Lahan Potensial Tanaman Padi di Kecamatan Kwandang

9 9 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Padi Sawah di Kabupaten Gorontalo Utara Analisis Finansial Tanaman padi (Oriza sativa L) merupakan tanaman semusim (annual croppings) yang umum diusahatanikan oleh petani kecamatan kwandang. Oleh karena itu, perlu adannya analisis finansial unutk melihat keunggulan komperatif setiap desa di kecamatan Kwandang. Hasil analisis usahatani padi di Kecamatan Kwandang per tahun 2013 menunjukkan bahwa semua desa di Kecamatan Kwandang menguntungkan sebab (R/C rasio > 1). Hal ini sejalan dengan pernyataan Soekartawi (1995) bahwa usahatani suatu komoditi dianggap menguntungkan apabila nilai R/C rasio > 1 secara finansial. Hal ini ditunjukkan oleh pendapatan bersih petani (net farm income) yang paling tinggi mencapai Rp ,00 di Desa Cisadane. Sementara Kecamatan sisa tetap menguntungkan dengan angka cukup variatif. Performance Usahatani Padi Sawah setiap Desa Terpilih di Kecamatan Kwandang Tahun 2013 Pembiayaan Variable Cost/Biaya tidak tetap Fix Cost/Biaya Tetap Total Cost/Biaya Total Revenue/Total Penerimaan Gross Margine/Laba Kotor Net Farm Income/Pend Bersih R/C Ratio Bulalo , , , , , ,00 2,10 Titidu , , , , , ,00 2,23 Biaya (Rp) Molingkapoto , , , , , ,00 2,68 Cisadane , , , , , ,00 2,19 Posso , , , , , ,00 0,84 Analisis Basis Wilayah Komoditi Secara kewilayahan, maka Tanaman padi merupakan komoditi basis untuk Desa Bulalo dan Cisadane berdasarkan analisis location quoetiont (LQ >1). Namun, diantara ke dua tersebut tersebut, maka desa Bulalo merupakan basis utama komoditi kacang tanah di Kabupaten Gorontalo Utara. Jadi bisa di katakan bahwa tanama padi potensial dikembangkan di Bulalo (LI 1) dan menjadi komoditi yang khas (special) di Desa ini (SI 1). Performance Basis Wilayah Komoditi Padi Sawah setiap Desa Terpilih di Kecamatan Kwandang Tahun 2013 Location Index Specialization Location Desa (LI) Index (SI) Quotient (LQ) Molingkapoto 0, , , Bulalo 1, , , Posso 0, , , Titidu 0, , , Cisadane 1, , , Koefisien 0, , , Kalender Tanam Tanaman padi di Kecamatan Kwandang berdasarkan hasil analisis neraca air bulanbulan untuk penanaman yaitu pada bulan Januari sampai mei, kemudian november dan Desember. Ini di sebabkan karena rata-rata curah hujan efektif yang terjadi pada bulan-bulan tersebut memenuhi kebutuhan air khususnya tanaman padi sawah. Pada analisis neraca air pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei, November dan Desember mengalami surplus sehingga pada bulan-bulan tersebut air cukup tersedia untuk

10 10 tanaman khususnya tanaman padi sawah. Sebaliknya untuk bulan juni sampai bulan Oktober mrngalami defisit air sehingga air tdak cukup tersedia untuk tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN a. b. c. d. KESIMPULAN Kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah di kecamatan kwandang yaitu Ns yang tersebar pada satuan lahan 9, S2sr tersebar pada satuan lahan 12 dan 15, S3f yaitu pada satuan lahan 9, S3sr pada satuan lahan I. Faktor yang membatasi pengembangan padi sawah di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara adalah kelas lereng, curah hujan, tekstur dan retensi hara. Luas lahan yang sesuai untuk pengembangan padi sawah adalah (Sangat sesuai) dengan luas 57,87 ha atau 45,71% dari total luas Kecamatan Kwandang. Kemudian untuk S2 (cukup sesuai) dengan luas lahan 59,36 ha atau 7,41% dari total luas lahan. Desa Bulalo Menjadi basis atau pusat pengembangan tanaman padi sawah adalah di Kecamatan Kwandang. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Gorontalo Utara dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo Utara, Kwandang Djunaedi, 1997, WWW. GOOGLE.COM, Hari : Jum at Tanggal 18 Januari 2013, Pukul 23:20 Wita. FAO Framevorad Of Land Evalution. Food aad Agriculture Organization, Rome Sril Bultetin No.32:12-16 Kantor Pertanahan Kabupaten Gorontalo Utara 2011, spot.com/010_04_01_archive.html WWW. GOOGLE.COM, Hari : Jum at Tanggal 18 Januari 2013, Pukul 23:20 Wita. Nurdin, Teknologi dan Perkembangan Agribisnis Cabai Di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. J, Litbang pertanian. 30 (2) Purwowidodo Teknologi Mulsa. Dewa Ruci Press, Jakarta Rayes, M.L Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. CV. Ardi Offiet, Yogyakarta SEO dan Ho Seong, &p=lahan+ yang+b aik, WWW. GOOGLE.COM, Hari : Jum at Tanggal 18 Januari 2013, Pukul 23:05 Wita. Sitorus, SR, P Evaluasi Sumberdaya Lahan, Tarsito, Bandung Situmorang R, Sudadi U, Indriyati LT Sifat, Ciri, dan Pengelolaan Tanah Sawah. Diktat Kuliah. Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, 1995, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta Tim Pustlinak. 1994, Laporan Survei dan Pemetaan Sumberdaya Lahan untuk pengembangan rehabilitas Lahan dan Konservasi Tanah. Bagian Proyek Pengembangan Sumberdaya Tanah-Puslittanak-Bogor Warintek, Padi (Oriza sativa), 2006, padi.htm

11 UU No 41 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Tahun 2009, per&iemid=155,www. GOOGLE.COM, Hari : Kamis Tanggal 24 Januari 2013, Pukul 24:00 Wita. 11

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 11 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kesesuain Lahan 4.1.1 Satuan Lahan Daerah penelitian memiliki 38 satuan lahan yang terseber di setiap kecamatan seluruh Kabupaten Gorontalo Utara. Satuan lahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kelas Kesesuaian Lahan 5.1.1 Satuan Lahan Satuan lahan yang tersebar di wilayah Kecamatan Ponelo Kepulauan yaitu satuan lahan 1, 2, 3, 4 dan satuan lahan 5. Untuk lebih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Dinas Kehutahan Provinsi Gorontalo. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

Mahasiswa, 2) DosenPembimbing I, 3) Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

Mahasiswa, 2) DosenPembimbing I, 3) Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Rini Anggriani Akuba, Nurdin, S.P, M.Si 2), Fauzan Zakaria, S.P, M.Si 3) Rini Anggriani Akuba, Nurdin, S.P, M.Si 2), Fauzan Zakaria, S.P, M.Si 3) ABSTRAK Rini Anggriani Akuba / 6134 09 050. Evaluasi Kesesuaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September sampai Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sebagian wilayah kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara untuk analisis tanah di laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Type) Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci tipe penggunaan lahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 2, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2011. Secara geografis

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaan harus sesuai dengan kemampuan agar tidak menurunkan produktivitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tipe Pemanfaatan Lahan Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci Tipe Pemanfaatan Lahan (TPL). Secara rinci diuaraikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO INTISARI Kadarso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra, Yogyakarta Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada komoditas unggulan, keragaman (diversitas), tingkat konsentrasi, dan tingkat spesialisasi komoditas tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional berupa perencanaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 34 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu yang dilakukan di Jawa Barat. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari survei

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN 136 AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN 1979 5777 STUDI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN TEMBAKAU DI KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN Sucipto Program Studi Agroekoteknologi Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penetapan Komoditas Unggulan 5.1.1 Penentuan Komoditas Basis Analisis Location Quotient (LQ) menggambarkan pangsa aktivitas produksi tanaman pangan suatu kecamatan terhadap pangsa

Lebih terperinci

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Analisis biaya dan Pendapatan Pendekatan nominal (nominal approach) Pendekatan nilai yang akan datang (Future value approach)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Wilayah

TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Wilayah TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Lahan Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. 17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI Ansar ancha.soil@yahoo.com (Mahasiswa Program Studi Magister

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Fitriani et al.: Evaluasi Kuanlitatif dan Kuantitatif Pertanaman Jagung Vol. 4, No. 1: 93 98, Januari 2016 93 Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif dan Kuantitatif Pertanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Pertanian Berbasis Sistem Informasi Geografis Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Set (Studi Kasus : Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri) Bhekti Hapsari, Moehammad Awaluddin,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SPASIAL

BAB V ANALISIS SPASIAL BAB V ANALISIS SPASIAL Setelah data spasial parameter penentu lahan kritis disusun dengan cara ataupun prosedur seperti telah dijelaskan dalam bagian I, data tersebut selanjutnya dianalisis untuk memperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8).

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8). BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8). Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No 338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SAWAH BERIRIGASI DI DESA AIR HITAM KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA Frans Ferdinan 1*, Jamilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sistem Tumpang Sari Tumpang sari digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi risiko usahatani, serta menjamin kelangsungan pendapatan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Unggulan

HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Unggulan HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Unggulan Identifikasi komoditas pertanian hortikultura yang dibudidayakan merupakan pijakan untuk menentukan tanaman komoditas unggulan. Identifikasi tanaman yang dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian di Pulau Jawa dihadapkan pada masalah konversi lahan untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh karena itu, tantangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Budidaya Singkong Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Karawang merupakan wilayah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Ketiga lokasi tersebut dipilih karena

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN MANGGA GEDONG GINCU DI KECAMATAN PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN MANGGA GEDONG GINCU DI KECAMATAN PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA 1 Antologi Geografi, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN MANGGA GEDONG GINCU DI KECAMATAN PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA Prayoga Reksawibawa, Darsihardjo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah. Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR TATU RIZKIA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR TATU RIZKIA EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR TATU RIZKIA DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim relief/topografi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan viabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan

Lebih terperinci

C. Prosedur Pelaksanaan

C. Prosedur Pelaksanaan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN BERBASIS KESESUAIAN LAHAN DI KECAMATAN LABUHAN HAJI TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN

PENATAAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN BERBASIS KESESUAIAN LAHAN DI KECAMATAN LABUHAN HAJI TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN PENATAAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN BERBASIS KESESUAIAN LAHAN DI KECAMATAN LABUHAN HAJI TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN Land Suitability Based Area Planning of Food Crops and Plantations In Labuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Tabel Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Tabel Lokasi dan Waktu Penelitian 21 3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan diantaranya sampel tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sektor produksi primer seperti kegiatan sektor pertanian di negara negara yang sedang berkembang merupakan sektor yang masih cukup dominan. Secara logis

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada Januari 2013 sampai Juli 2014. Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di: 1) Wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer baik yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi,

Lebih terperinci

3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA

3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA 1. TAHAP PERSIAPAN 2. TAHAP SURVEI LAPANGAN a) PRA SURVEI b) SURVEI UTAMA 3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA 1 GARIS BESAR KEGIATAN SURVEI TANAH Peta Dasar Mosaik Foto Digitasi Peta Persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa data primer maupun

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR 996. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR Carlos Samuel

Lebih terperinci