BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengetahuan Dasar Tentang Elevator Elevator Sering disebut lift adalah kereta alat angkutan transportasi vertical yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang dalam bangunan yang tinggi. Lift Umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi, biasanya lebih dari lima atau sepuluh lantai karena kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tugas atau keperluannya dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai dengan lima lantai. Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menentukan jumlah lift yang mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek komersil. Universitas Mercu Buana Page 6

2 Instalasi lift yang ideal adalah yang menghasilkan waktu menunggu disetiap lantai yang minimal, percepatan yang komportabel, angkutan vertical yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat disetiap lantai. Lift dapat dibagi menurut fungsinya yaitu : 1. Lift Penumpang (Passenger Elevator) digunakan untuk mengangkut manusia. 2. Lift Barang (Fright Elevator) digunakan untuk mengangkut barang. 3. Lift Uang/Makanan (Dumb Waiters) 4. Lift Pemadam Kebakaran, biasanya lift ini berfungsi sebagai lift barang. Untuk menentukan kriteria perancangan lift penumpang, perlu diperhatikan tipe dan fungsi dari bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai, dan intervalnya. Selain itu perlu dibedakan dari kapasitas (car/kg), jumlah muatan, dan kecepatan. Seperti contoh yaitu kapasitas (Car/kg) 1150, jumlah muatan 17 orang dengan kecepatan 120 m/menit, kapasitas 1000 jumlah muatan 15 orang dengan kecepatan 90m/menit. Makin tinggi bangunannya maka makin tinggi pula kecepatannya. Perlu diperhatikan bahwa kapasitas, jumlah muatan, dan kecepatan untuk masing-masing lift tidak sama tergantung dari pabriuk pembuatannya Sistem Penggerak Elevator Dari masa ke masa jenis penggerak pesawat lift telah berkembang dan perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi yang mendampinginnya atau dipergunakannya. Namun demikian pada umumnya jenis penggerak lift dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu : Universitas Mercu Buana Page 7

3 1. 1.Lift dengan sistem penggerak hidrolik (Hydrolic elevator) 2. lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (Traction elevator) Meskipun kedua sistem tersebut masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan pemasangan dilapangan yang dihadapinya. Akan tetapi ada perbedaan pokok dari kedua jenis lift tersebut yang perlu diperhatikan yaitu : No Hal yang perlu diperhatikan Lift Hidrolik Lift Motor Traksi 1. Jarak Pelayanan Terbatas 20 Meter Tidak Terbatas 2. Frekuensi Pemakaian Terbatas 80 start/stop perjam Lebih dari 80 start/stop perjam. Pada umumnya 180 start/stop Per-jam 3. Kecepatan Terbatas (maksimal) 90m/menit) Tidak terbatas (1000m/menit) 2.3. Bagian Utama Penyusun Elevator Ruang Mesin (Machine Room) a. Panel-panel Control : 1. Panel Distribusi (Distribution Panel) adalah panel penerima daya listrik dari panel sumber listrik utama dalam bangunan dan diteruskan panel lift. 2. Panel Kontrol adalah terdiri dari satu atau beberapa panel yang berisi PCB dan computer berfungsi untuk mengatur jalannya lift. Universitas Mercu Buana Page 8

4 3. Interphone biasanya terletak pada panel kontrol lift atau pada lokasi yang mudah dicapai, yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan tertentu) antara Machine Room, lift dan ruang kontrol. b. Motor Traksi (Traction Motor) : 1. Motor Traksi merupakan motor yang menggerakan lift kearah naik maupun turun. Ada yang dihubungkan langsung dengan roda gigi ataupun tanpa roda gigi. Untuk lift dengan roda gigi biasanya disatukan dengan as yang dapat dipergunakan untuk penyelamatan penumpang dalam keadaan darurat. Gambar 2.1. Motor Traksi (foto) 2. Rem merupakan tabung rem (Break Drum) biasanya terletak antara motor traksi dan kotak roda gigi (gear box) berfungsi untuk mengerem lift secara mekanikal, pada keadaan normal pengereman pertama biasanya dilakukan secara elektris pada motor. Universitas Mercu Buana Page 9

5 Gambar 2.2. drum brake ( 3. Pulli Tarik (Draving Sheave) terletak pada kotak roda gigi atau pada motor langsung, melalui gesekan tali baja (wire rope) merupakan penggerak langsung kereta lift. Gambar 2.3. Pulli Tarik ( Universitas Mercu Buana Page 10

6 c. Govemor dan Selector : 1. Governor merupakan alat pengamana kecepatan lebih (over speed) yang berhubungan langsung dengan alat pengaman pada kereta dengan kawat baja (wire rope) yang berfungsi pada arah gerak sangkar kebawah. Gambar 2.4. Governor (elevator-china.en.made-in-china.com) 2. Pita pemilih lantai (Floor Selector) biasanya untuk lift lama peralatan ini biasanya berdiri sendiri akan tetapi untuk lift jenis baru biasanya digunakan encoder yang disatukan dengan governor atau langsung ke as motor traksi. Fungsinya untuk mendeteksi posisi kereta dalam ruang luncur (shaft). d. Perlengkapan lainnya : 1. Lampu penerangan. 2. Ventilasi terdiri dari satu atau lebih exhaust fan dan grill. 3. Peralatan pengaman ditempat perkakas khusus untuk pembukaan rem pada motor traksi. Biasanya diletakkan didinding yang mudah dicapai. Universitas Mercu Buana Page 11

7 Untuk lift dengan sistem control computer biasanya disarankan dilengkapi dengan alat pengatur udara (air conditioning) Ruang Luncur (Hoistway) Ruang luncur adalah lubang lintasan dimana kereta tersebut bergerak naik dan turun. Lubang harus merupakan lubang tertutup dan tidak ada hubungan langsung ke ruang diluarnya (kecuali untuk lubang 2 (dua) buah lift yang berdampingan). a. Ruang luncur (Shaft, Hoistway) merupakan lubang lintasan kereta lift yang bebas hambatan antara pit sampai pada bagian lantai bawah ruang mesin lift. Gambar 2.5. hoistway dan rel (foto) b. Rel (Guide Rail) adalah profil baja khusus pemandu jalannya kereta (car) dan bobot pengimbang (counter weight), ukuran rel untuk kereta biasanya Universitas Mercu Buana Page 12

8 lebih besar dari pada rel untuk bandul pengimbang. Terpasang tegal lurus dari bawah sampai keatas. Adapun fungsi rel ada empat yaitu : 1. Sebagai pemandu jalannya kereta dan bobot imbang (counter weight) lurus vertical. 2. Sebagai penahan agar kereta tidak miring saat pemuatan dan akibat beban tidak merata. 3. Sebagai sarana tempat memasang saklar, pengungkit (cam) dan puli penegang. 4. Sebagai penahan saat kereta dihentikan oleh pesawat pengaman (safety device/gear). c. Sakelar batas lintas (Limit Switch), ada dua jenis sakelar batas lintas untuk pembalik arah (direction switch) dan final switch, biasanya terpasang pada rel kereta, dipasang dibagian atas dan bagian bawah rel berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai kamar mesin. d. Pelat Bendera (Floor vane) dipasang pada rel kereta yang fungsinya untuk mengatur pemberhentian kereta pada lantai yang yang dikehendaki dan mengatur pembukaan pintu pendaratan (landing door). Untuk jenis tertentu landing vane ini ditiadakan dan diganti dengan pulsa detector (encoder) di kamar mesin. e. Pintu pendaratan (Hall Door) terdiri dari beberapa bagian, antara lain : door hanger, door sill dan door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari Universitas Mercu Buana Page 13

9 luar. Pada hall ini dipasang alat pengaman secara sehingga apabila salah satu pintu terbuka lift tidak dapat dijalankan Kereta (Car) Kereta adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik atau turun. Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot imbang (Counter Weight) dengan tali baja lewat puli penggerak diruang mesin. Gambar 2.6. Sangkar Lift (elevatorescalator.wordpress.com) a. Rangka kereta terdiri dari : Universitas Mercu Buana Page 14

10 1. Cross head channel atau disebut car sling, yaitu rangka sebagai tempat tali baja tarik diikat dengan pegas dan baul soket dan didudukan sepatu luncur (sliding guides) atau roda pemandu (roller guides). 2. Bottom channel, rangka bawah tempat benturan buffer (safety plank). 3. Dua buah tiang tegak kiri dan kanan (up-right channels atau stiels). Keempat bagian tersebut membentuk segi empat kokoh dengan plat baja penguat pada sudut-sudutnya. b. Pintu Kereta (Car Door) terdiri dari beberapa bagian, antara lain : door hanger, door sill, door panel dan mechanism yang mengatur buka tutup pintu. Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (Car door) ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila pintu terbuka lift tidak dapat dijalankan. c. COP (Car Operating Panel Operating Panel Board), ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan kereta (pada front return panel) pada panel tersebut terdapat tombol-tombol lantai dan tombol pengatur buka tutup pintu. d. Interphone biasanya terletak pada COP (atau pada lokasi yang mudah dicapai)yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan tertentu) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan ruang kontrol gedung. e. Alarm Buzzer terletak pada COP (OPB). Berfungi untuk member tanda bila lift berbeban penuh atau tanda-tanda lain. Universitas Mercu Buana Page 15

11 f. Switching Box (biasanya menjadi satu dengan COP) biasanya terletak dibawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci khusus) didalamnya terletak tombol-tombol pengatur. g. Floor Indicator adalah nomor petunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya terletak di sisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP. h. Lampu Darurat (Emergency lighting) biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya untuk menerangi kereta dalam keadaan darurat (listrik mati) dengan sumber dari baterai. i. Sakelar pintu darurat (Emergency exit switch) terletak pada pintu darurat diatas kereta. Fungsinya untuk memastikan agar kereta tidak berjalan apabila pintu darurat dibuka untuk proses penyelamatan. j. Sakelar tali baja (Rope switch) terletak diatas kereta pada bagian pengikat tali baja. Fungsinya untuk mematikan lift apabila ada salah satu rope yang kendor atau putus. k. Safety Link adalah mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta yang dihubungkan dengan governor dikamar mesin. Berfungi untuk menahan kereta over speed kebawah (dalam keadaan darurat). l. Selektor switch (untuk lift jenis lama) adalah mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta yang dihubungkan dengan selector lift. Berfungsi untuk memberhentikan kereta apabila selector tape mengalami kerusakan (dalam keadaan darurat). Universitas Mercu Buana Page 16

12 Lekuk Dasar (Pit) Ruangan dibagian bawah dari ruang luncur yang fungsinya memberikan kesempatan kereta untuk menghabiskan tenaga kinetic yang direndam oleh buffer pada saat lift mengalami jatuh ke pit. Gambar 2.7. Pit (thailiftparts.com) a. Peredam (Buffer) terletak di dua tempat, satu set untuk kereta dan satu set untuk beban penimbang. Berfungsi untuk meredam tenaga kinetik kereta dan bobot imbang pada saat jatuh. b. Governor Tensioner merupakan puli berbandul sebagai penegang rope governor, terletak di pit. Universitas Mercu Buana Page 17

13 c. Stop kontak terletak didinding pit bagian depan sebagai sumber daya listrik sebagai penerangan pit pada saat mereka melakukan perawatan atau perbaikan. d. Sakelar Lekuk (Pit Switch) terletak didinding pit bagian depan sebagai merupakan sakelar pengaman bagi pekerja yang berada di pit Lobi Lift (Lift Hall) a. Lobi lift (Lift Hall) adalah ruangan bebas yang terletak didepan pintu hall lift. b. Tombol Lantai (Hall button) adalah Tombol pemanggil kereta di hall. c. Sakelar Parkir (Parking switch) biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button), berfungsi mematikan dan menjalankan lift. d. Sakelar Kebakaran (Fireman Switch) biasa nya terletak dilobby utama disisi atas hall button, berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman control atau fireman operation. e. Petunjuk Posisi Kereta (Hall Indikator) biasanya terletak di transom masing-masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta. Universitas Mercu Buana Page 18

14 2.4. Sistem Kerja Lift Konstruksi lift atau elevator yang berupa sangkar atau kereta yang di naik turunkan oleh mesin traksi dengan menggunakan tali baja atau wire rupe, melalui ruang luncur didalam bangunan yang dibuat khusus untuk lift (hoistway). Agar kereta tidak bergoyang digunakan rel pemandu setinggi ruang luncur yang di ikat dengan tembok ruang luncur lift. Untuk mengimbangi berat kereta maka digunakan bandul penyeimbang (counterweight),beratnya sama dengan berat kereta ditambah dengan setengah berat beban maksimum yang diizinkan. Hal ini untuk meringankan kerja mesin, karena paada saat kereta di penuhi dengan beban maksimum, mesin hanya berupaya mengangkat setengah dari beban maksimum. Sebaliknya pada saat kereta kosong,mesin hanya perlu mengangkat setengah dari beban maksimum yang berlebih dari counterweight. Kereta lift tergantung pada ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya menggunakan dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang. Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli catrol dan hoist ropes ssehingga puli katrol dapat menggenggam hoist ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip yang berlebihan, kereta dan counterweight bergerak sepanjang rel yang vertical agar tidak berayun-ayun yang berlebihan. Universitas Mercu Buana Page 19

15 2.5 Jenis Mesin Yang Akan Di Pakai Ada beberapa hal penting yang harus di ketahui sebelum melakukan perencanaan lift penumpang ini. Hal-hal tersebut adalah tinggi total dari lantai satu ke lantai berikutnya, kapasitas beban yang akan di angkat, frekuensi kerja yang terjadi pada lift setiap harinya, ukuran lubang (hoist way) yang tersedia. Ada dua pilihan jenis mesin penggerak yang dapat di pilih sebagai pengangkat kereta/bok lift. Pertama dapat di gunakan jenis mesin pengangkat lift yang menggunakan motor traksi, biasanya mesin jenis ini di gunakan pada lift penumpang dan dapat juga di gunakan pada lift barang. Pemilihan mesin tersebut tentunya terkait dengan lingkup kerja yang akan di lakukan oleh lift penumpang ini. Hal tersebut meliputi kapasitas beban yang akan di angkat, tinggi angkat maksimum dan frekuensi kerja lift naik turun setiap harinya dalam hitungan jam maka dalam tugas akhir ini penulis melilih mesin penggerak menggunakan motor traksi (Traction machine). Gambar 2.8 Motor Traksi Universitas Mercu Buana Page 20

16 2.6 Bobot Pengeimbang (Counter Weight) Pengertian keseimbangan ada 2 macam yaitu : Static balance dan dynamic balance. a. Static balance adalah keseimbangan badan kereta duduk pada rangka dan landas, yang ditumpu oleh karet isolasi peredam getaran. Bagian ujung atas badabn kereta ditumpu dengan rol-rol karet pada sisi kiri-kanan dan bersandar pada rangka kereta (stiles). b. Dynamic balance adalah keseimbangan antara berat kereta kosong plus sejumlah beban muatan tertentu (overbalance) terhadap berat bobot imbang (counterweight). Dengan demikian bobot imbang lebih berat dari pada kereta kosong. Kelebihan bobot imbang tersebut terhadap kereta disebut overbalance. Besaran faktor keseimbangan (overbalance atau OB) biasanya sebagai berikut : Lift berkapasitas Q = 1200 kg keatas, OB = 0,40 Q sampai 0,425 Q Lift berkapasitas Q = 600 kg s/d 1150 kg, OB = 0,45 Q Lift berkapasitas Q = 300 kg s/d 580 kg, OB = 0,50 sampai 0,55 Q Ada kalanya OB dinyatakan dalam % dari kapasitas, yaitu yang paling popular 42,5%, 45%, 50%. Universitas Mercu Buana Page 21

17 Gambar 2.9 Counter weight (Bobot pengimbang) Manfaat Bobot Imbang Angka-angka keseimbangan tersebut diatas diperoleh dari rata-rata beban didalam kereta yang diangkat naik maupun turun sepanjang hari, dengan demikian lift diharapkan lebih banyak bekerja dalam keadaan seimbang dengan pengehematan tenaga listrik yang terpakai. Pada saat lift bekerja naik maupun turun dalam keadaan sempurna seimbang, maka besaran arus (Ampere) listrik yang terpakai paling rendah dan nilainya sama saat naik maupun turun. Tenaga listrik yang minim tersebut hanya dipaaki untuk mengatasi hambatan dan gesekan (friction) yang mungkin timbul antara sepatu luncur dengan rel pemandu dan hambatan pada bantalan-bantalan roda puli, roda kereta, roda pemandu, juga akibat tekukan-tekukan tali dan heat loss dalam motor. Kinerja mesin lift tergantung dari perbedaan antara berat pada sisi kereta dan berat pada sisi bobot imbang. Jika pada pagi hari digedung apartement, lift mengangkut dari lift bawah dengan muatan penuh, maka beban yang diangkat hanya (1-0,45) x kapasitas, yaitu jika besaran overbalance dipilih 45%. Selanjutnya kereta akan turun langsung kelantai bawah dalam keadaan kosong dengan menarik beban sebesar 0,45 x kapasitas yaitu selisih berat bobot imbang terhadap berat karet kosong. Jika kereta lift dengan muatan penuh dalam keadaan arah turun, maka sebenarnya motor diputar oleh gerakan kereta lift yang turun, dengan gaya sebesar (1-0,45) x kapasitas. Motor berubah menjadi generator, yang Universitas Mercu Buana Page 22

18 menghasilkan tenaga listrik untuk lift sebelahnya atau peralatan laindalam bangunan (regenerating system dalam close loop circuit). Konsumsi tenaga listrik yang di serap oleh seluruh unit lift dalam bangunan hanya kurang lebih 5%, dibandingkan dengan tata udara (AC) yang sebesar 60% dari kebutuhan seluruh bangunan Tarikan dan gesekan (traction and slip) Gaya gesek Kemampuan traksi (traction ability) dari mesin hanya mengandalkan gaya gesek antara wire rope dengan puli (traction sheave). Biasanya gaya gesek adalah selisih antara tegangan pada tali tegang dikurangi oleh tegangan pada tali kendur atau G = T, -T, (dalam keadaan statis). Faktor yang menentukan kekuatan gaya gesek ialah : a. Dua jenis bahan yang bergesek. Dalam hal ini adalah antara baja dengan besi tuang. Koefisien gesek f = 0,11 jika kering, dan 0.9 jika berminyak, tarikan akan lebih baik jika tali baja tidak berlebih minyaknya. b. Sudut kontak (arc of contact) tali melekuk kepuli, tarikan akan lebih baik jika sudut kontak a = 180º (3,14 radian) dibanding sudut kontak 165º (2.88 radian), yaitu jika mesin menggunakan roda penyimpang (deflector sheave), lihat gambar c. Bentuk alur (groove) dudukan tali pada permukaan keliling roda puli, yaitu ada 3 macam : Universitas Mercu Buana Page 23

19 1. Alur bentuk V atau disebut flat seating. 2. Alur bentuk U atau disebut round seating. 3. Alur bentuk U dengan undercut dibagian dasar alur. Lihat gambar Gambar Tali baja cenderung akan tergelincir (slip) dari permukaan keliling roda puli tarik, jika gaya gesek Glebih kecil dari selisih T 1 -T 2, atau cenderung akan terjadi geser (creep) oleh karena gaya gesek G dengan T 1 -T 2. Pergeseran tersebut akan berulang-ulang terjadi tiap tiap saat lift mau berhenti dan mau start, menyebabkan perubahan bentuk alur. Gambar 2.10 deflector sheave Gambar 2.11 Alur bentuk U dengan undercut dibagian dasar alur Universitas Mercu Buana Page 24

20 Hubungan Traksi Rumus hubungan traksi (traction relation) batas mulai slip (creep) dalam keadaan statis ialah sebagai berikut : T R = T 1 / T 2 = µα Sumber, Kusasi, Kaidah teknik perancangan pesawat lift jilid 1 dan 2,PU,Jakarta, 2000 Dan rumusan besaran gaya gesek adalah ; Dimana : G = T 1 T 2 = T 2 ( µα -1) Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 T R = T 1 /T 2 disebut hubungan traksi (traction relation) dalam keadaan statis T 1 = adalah gaya pada sisi tali tegang T 2 = Adalah gaya pada sisi tali kendor e = adalah angka dasar logaritma, yaitu f = adalah koefisien gesekan antara dua macam bahan, besi tuang dengan baja 09 sampai dengan 1,10 tergantung kering atau berminyak. α = adalah sudut kontak (are of contact) dalam radian, yaitu 180 o = 31,4 radian Universitas Mercu Buana Page 25

21 k = adalah koefisien bentuk alur atau keadaan permukaan benda yang bergesek µ = adalah koefisien friksi antara dua benda yang bergesek, µ = fk lihat data dibawah ini besaran k sesuai rumus matematik. Besaran k secara empiris adalah sebagai berikut : untuk round seating (U-groove) untuk bentuk alur U dengan undercut 30 o untuk bentuk alur U dengan undercut 45 o untuk bentuk alur U dengan undercut 90 o dan untuk bentuk alur U dengan undercut 105 o Agar tidak terjadi slip T R = T 1 / T 2 harus lebih kecil dari fkα, dimana fkα disebut traction availability dari (Ta) roda puli Ta = fkα Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Catatan : statis adalah benda berhenti (diam) atau bergerak konstan tanpa aselerasi ataupun deselerasi. Rumus matematik untuk menetapkan besaran faktor k dari alur adalah sebagai berikut : a. Bentuk alur U dengan undercut β o k = 4 x (1 sin B/2) / ( β sin β) contoh sudut undercut 90(3,14/2rad) Universitas Mercu Buana Page 26

22 k = 4 x (1 sin 45º) / (π - π/2 sin 90º) = 4 x ( ) / = 4 x 0.29 / 0.57 = 2.04 Besaran k tersebut akan menurun sampai 1.3 setelah terjadi abrasi. b. Bentuk alur V dengan sudut γº k = 1 / (sinγ/2) jika sudut alur V = 60º, maka k = 1 / sin 30 = 1 / 0,5 = 2, Batas Slip dinamis a. Jika T 1 / T 2 lebih besar dari fkα, maka akan terjadi geser (slip) antara roda tarik yang berputar dengan tali baja, berarti kareta dengan beban nominal penuh muatan tidak dapat diangkat atau bobot imbang tidak mau turun walaupun roda puli tetap berputar. Usahakan T 1 / T 2 lebih kecil 20% dari batas slip statis ( fkα ). b. Dalam perencanaan T 1 / T 2 harus paling sedikit sama dengan 0,8 kali fkα (atau 80%) karena adanya gaya dinamis saat perlambatan dan percepatan. Dengan demikain, maka saat terjadi percepataan (lift berangkat) dan perlambatan (lift mau berhenti) tidak terjadi slip. Jika besaran percepatan/perlambatan a = 1,10 m/s2, maka besaran hubungan traksi (traction relation) T R berubah menjadi sebagai berikut : T RD = C d x T R Dimana : Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Universitas Mercu Buana Page 27

23 T RD adalah hubungan traksi dinamis C d adalah faktor dinamis (dynamic constant) lihat table III-3 = (1 + a/g) / (1 a/g) = 1,225 untuk a = 1,10 m/s 2 a adalah percepataan g adalah percepatan gaya tarik bumi = 9,80 m/s 2 Sehingga (1 + a/g) = 1,113 dan (1 a/g) = 0,887, dan C d = 1,2113 / 0,887 = 1,225, maka hubungan traksi statis berubah menjadi traksi dinamis T RD = 1,225 T R Agar tidak terjadi slip (geser) saat lift dengan beban nominal mengalami percepataan dan perlambatan makan Cd x (T1/ T2) harus lebih kecil dari atau sama dengan fk T Rd = C d. T R T Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Dimana Ta = fkα disebut sebagai batas maksimal traksi yang dapat diperoleh dari roda puli. No. Percepatan, a(m/s2) Cd = (1+a/g)/(1-a/g) 1/C d 1 0,8 1,180 0,85 2 0,9 1,203 0,83 3 1,0 1,228 0,82 Universitas Mercu Buana Page 28

24 4 1,1 1,225 0,80 5 1,15 1,268 0,79 6 1,2 1,281 0,78 7 1,25 1,290 0,77 Tabel Faktor Dinamis, Cd (berdasarkan g = 9,80 m/s 2 ) Perbandingan Berat Kereta Terhadap Kapasitas Berat kereta kosong harus memenuhi syarat tertentu agar tali tetap tegang, sehingga tidak terjadi slip. Dalam praktek biasanya berat kereta kosong P = 1,8 kali atau bahkan sampai 2,2 kali kapasitas angkat untuk lift berkapasitas diatas 1300 kg. Lift kecil dengan kapasitas dibawah 600 kg berat kereta kosong 1,0 sampai 1,5 kali kapasitas. Berat kereta terhadap kapasitasnya sangat mempengaruhi tegangan tali, hubungan traksi, dan mencegah terjadinya slip saat aselerasi dan deselerasi. Lift lift kecil untuk perumahan, mempunyai kekhususan dimana berat kereta kosong kira-kira sama dengan kapasitas angkat. Maka untuk menghindari slip, pada roda tarik puli di buatkan alur tali bentuk V-groove atau flat seating, dengan sudut 32º sampai dengan 60º dimana nilai fkα = dapat mencapai 1, Penentuan Jumlah Lembar Tali Baja Tarik Lift Keselamatan penumpang lift sangat tergantung dari tali baja tarik. Oleh karena itu faktor keamanan untuk tali baja tarik cukup besar, yaitu 12 untuk lift Universitas Mercu Buana Page 29

25 berkecepatan 420 m/m, dan menurun sampai 8 untuk lift berkecepatan 45 m/m. dalam perhitungan menentukan jumlah lembar tali gaya-gaya dinamis diabaikan. Hanya gaya statis yang dipertimbangkan, dengan faktor keamanan yang mencakup kemungkinan timbulnya tambahan tegangan saat aselerasi dan deselerasi, tekukan tali dan juga efisiensi cara pengikatan ujung tali dengan soket tirus pada sling rangka kereta dan bobot imbang. Perhitungan dengan asumsi kereta berada dilantai dasar dengan beban penuh, sehingga berat sendiri tali baja ikut diperhitungkan. Gambar 2.12 Kontruksi Tali Baja Perhitungan jumlah lebar tali juga harus didasarkan pada batas patah tali yang tercantum dalam sertifikat uji yang dikeluarkan oleh pabrikan atau badan penguji resmi. Jumlah lembara tali dihitung dengan rumus : Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Universitas Mercu Buana Page 30

26 Dimana : n f k P Q Tb : jumlah lembar tali (dibulatkan keatas) adalah faktor keamanan : faktor keamanan, lihat daftar di lampiran : berat kereta kosong (kg) : kapasitas nominal atau muatan penuh : berat sendiri dari tali baja (kg) Bp : batas patah tali baja (kgf atau N) i : faktor sistem penelitian atau roping 2.9. Kemuluran Tali Tali baja akan mengalami kemuluran yang nyata selama tahun pertama operasi lift, kemudian tali akan tetap stabil atau mungkin mengalami kemuluran yang sangat kecil, sampai suatu ketika diatas 5 tahun terjadi kembali kemuluran nyata oleh sebab beberapa elemen kawat telah patah dan diikuti susutnya diameter tali. Kemuluran awal adalah akibat konstruksi tali. Pintalan dari beberapa kawat, dan lilitan yang dipuntir mengelilingi inti serat berusaha akan duduk secara alami setelah dikenali beban tarik. Biasanya maksimal kemuluran tahap awal ialah 0,6% dari panjang tali. Umpan lift dengan lintas 50 m, mengalami kemuluran sepanjang 0,006 x mm = 300 mm. kemuluran elastisitas dapat dihitung dengan rumus Hooke, sebagai berikut : τ = E.ε atau ε = τ / E Universitas Mercu Buana Page 31

27 Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Dimana : τ A t : tegangan tarik dalam N/mm 2 = (P + Q ) g/a τ dan : luas metalik tali baja E : Modulus elastisitas dari tali baja bernilai dari (0,7 1,0) x 10 5 ε : kemuluran relative tali atau regangan = δ / I o dimana I o δ : adalah panjang tali awal : adalah kemuluran tali absolute (elastic rope elongation), dalam mm Umur Tali Tali baja mempunyai umur kegunaan (useful life). Panjang umur menghasilkan kerja yang memuaskan tergantung hal-hal berikut ini : a. Cara penelitian (roping) atau jumlah tekukan selama dioperasikan, sistem penatalian (roping) 1 : 1 lebih awet disbanding 2 : 1, lebih-lebih jika mesin dipasang dibawah, umur lebih pendek oleh sebab arah tekukan yang berawalan. b. Tekanan / tegangan (dalam kgf per tali) pada keliling roda puli dan hubungannya dengan kecepatan, lihat tabel Universitas Mercu Buana Page 32

28 Tali dengan diameter 12,7 13 mm Konstruksi 8 x 19 FC CAR SPEED (m/m) 2:1 roping ROPE SPEED (m/m) Batas wajar T t kgf / tali U-Groove 90 o U/C U-Groove 105 o U/C MAXIMUM SERVICE AVERAGE SERVICE MAXIMUM SERVICE AVERAGE SERVICE Tabel tekanan tali baja batas wajar mesin geared gearless c. Diameter roda puli (traction sheave) dan diameter roda lain yang dilalui tali, (umpama car sheave dan cwt sheave pada 2 : 1 roping) dan bentuk alur. d. Diameter roda puli minimal 40 kali diameter tali walaupun dalam praktek kali. e. Keseragaman ketegangan tali, (penyetelan tegangan dilakukan dua kali setelah selesai pemasangan, selang waktu kira-kira satu minggu). Universitas Mercu Buana Page 33

29 f. Jenis konstruksi tali dianjurkan dengan jumlah minimal lilitan (strands) ialah 8 agar cukup lemas. Material elemen kawat luar yang langsungkontak dengan alur roda dari baja lunak, dimana luas kontak 8 pilinan lebih baik. g. Jumlah star stop / hour (SPH), dan perjalanan lift naik turun mempengaruhi jumlah frekuensi tekukan tali, untuk bangunan kantor batas yang dapat di terima ialah 180 SPH, untuk perumahan atau ruko ialah 80 SPH. h. Besaran hubungan traksi terhadap batas slipdan besaran ascierasi. i. Lingkungan (corrosive environment) dan pemeliharaan. j. Cara penanganan (handling), cara penyimpanan dan pelumasan anti karat. Dalam perencanaan, maka tali minimal harus dapat berguna selama 5 tahun, sedangkan roda puli dapat berumur lebih dari 10 tahun. Dalam kenyataan banyak roda puli berumur sampai 20 tahun, dan banyak tali baja berumur kurang dari 5 tahun. Umur kegunaan tali (useful life) sangat bergantung pada jam operasionalnya Tekanan dan Tegangan Salah satu penentu umur tali adalah besarnya tekanan atau tegangan per lembar tali pada roda puli, maka perlu adanya pembatasan besarnya tekanan tersebut, agar puli menjadi awet. Rumus tekanan tali adalah sebagai berikut : T t T l / n Universitas Mercu Buana Page 34

30 Satuan dalam N/m pertali. Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 T t adalah batas wajar tekanan, yang disediakan oleh produsen (tabel 3.2) T l n adalah tegangan total tali pada sisi kereta dengan kereta bermuatan nominal. adalah jkumlah lembar tali. Tekanan atau tegangan tali dalam BS 5655 (EN 81,1) disebut specific pressure, p, satuan dalam N/mm 2. Besaran specific pressure dari tali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 1. Untuk alur bentu U dengan undercut β radian, adalah : Dimana : Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 T i n d D β Tb : P + Q + Tb adalah gaya statis pada tali tegang dalam (N) : jumlah lembar tali : diameter tali (mm) : roda puli (mm) : sudut undercut (radian) : berat tali baja Menurut BS5655 besaran p atau tekanan spesifik dati tali dibatasi tidak lebih dari Universitas Mercu Buana Page 35

31 N/mm 2 Smber, Kusasi, Kaidah Teknik Perencanaan Pesawat Lift Jilid 1 dan2, PU, Jakarta, 2000 Dimana : V adalah kecepatan tali balam m/s Catatan : dalam hal pentalian 2 : 1, kecepatan tali 2 kali kecepatan kereta Efisiensi Dan Daya Pengertian efisiensi (hasil guna) adalah angka perbandingan antara kerja yang dihasilkan dengan energy yang diumpan. Selisih dari keduanya adalah energy yang hilang menjadi panas akibaat gesekan (friction) dibantalan, sepatu atau roda luncur pada rel pemandu, tekukan tali gesekan roda gigi dan heat loss motor listrik. Hasil kerja nyata (usaha mekanis) berupa energy potensial yaitu beban yang diangkat, kali jarak (lintas). Daya P (power) adalah kelanjutan energy berkaitan dengan satuan waktu. Jika energy meningkat dengan waktu (lift naik beban penuh), maka daya maksimal adalah hasil pembagian energi persatuan waktu (satuannya adalah Newton meter permenit (N m/m) atau horse power (hp) atau kilo Watt (kw) Efisiensi sangat bergantung dari sistem pesawat lift yang dipilih. Biasanya sistem yang baik atau efisien, menuntut harga jual barang yang lebih mahal pada awal investasi, tetapi setelah sekian tahun akan menjadi lebih hemat (ekonomis) Universitas Mercu Buana Page 36

32 Efisiesi sistem lift terdiri beberapa unsure efisiensi subsistem : Efisiensi tarikan η 1 = ± 0.90 Efisiensi mesin η 2 = ± 0,95 mesin tanpa gigi reduksi (gearless machine) η 2 = ± 0,55 s/d 0.80 menggunakan transmisi gigi reduksi (geared machine, yaitu worn gear atau helical gear). Efisiensi motor η 3 = ± 0,97 (3% hilang sebagai heat loss) Efisiensi tranmisi gigi reduksi (reduction-gear) adalah sebagai beriku : a. Roda gigi ulir / cacing (worn gear) efisiensinya tergantung jumlah gigi ulir 1. Dengan satu gigi ulir η 2 = ± 0,55 2. Dengan dua gigi ulir η 2 = ± 0,60 3. Dengan tiga gigi ulir η 2 = ± 0,75 b. Roda gigi helical (helical gear) η 2 = 0,8 Cara menghitung efisiensi total system lift : ητ = η 1. η 2. η 3 dimana ητ = efisiensi total system Daya atau power output dari system instalasi dapat dirumuskan sebagai berikut: = Smber, Kusasi, Kaidah Teknik Perencanaan Pesawat Lift Jilid 1 dan 2, PU, Jakarta, 2000 Universitas Mercu Buana Page 37

33 Dimana : P output (kw) Q OB = Kapasitas nominal lift (kg) = Kecepatan nominal lift (m/menit) ητ = efisiensi total system = ητ = η 1. η 2. η = angka konversi kg m/menit ke kw kw = 6120 kg m/men 1 hp = 4562 kg m/menit, atau = kw Rel Pemandu Dalam BS5655 (EN 81.1) dan juga SN revisi 1999, ada 3 macam rumus praktis menentukan ukuran rel, masing-masing untuk 3 macam jenis pesawat pengaman yang bekerja oleh sebab over speed, yaitu : 1. Pesawat pengaman mendadak (instantaneous), saat mana terjadi perlambatan kurang lebih 40 m/s 2, terjadi tegangan tekuk Γ Γ max = 25 (P + Q) ω / A r Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, Pesawat pengaman agak luwes (captive roller), saat mana terjadi perlambatan kurang lebih 20 m/s 2 terjadi tegangan tekukan Γ Universitas Mercu Buana Page 38

34 Γ max = 15 (P + Q) ω / A r Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, Pesawat pengaman berangsur (gradual clamp), saat mana terjadi perlambatan 10 m/s2 (kira-kira sama dengan gravitasi), maka terjadi tegangan tekukan Γ Γ max = 10 (P + Q) ω / A r Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Γ izin : Tegangan tekuk diizinkan maksimal 140 N/mm 2 untuk rel baja liat (ductile), mutu Fe370 atau Γizin = 170 N/m 2 untuk baja mutu Fe430. P + Q ω : Bobot berat kereta ditambah beban kapasitas nominal, dalam kg : Faktor tekuk (buckling factor), korelasinya dengan λ (L/r), yaitu koefisien kelangsingan (ratio of slenderness) dimana : L r Ar : Jarak rentang braket : Radius girasi penumpang rel : Luas penampang atau irisan rel, dalam mm2 Universitas Mercu Buana Page 39

35 Gambar 2.13 rel kereta luncur Penggunaan rel kereta untuk beban-beban muatan tertentu. Sedangkan besaran dan ukuran rel untuk bobot imbang lebih kecil daripada rel untuk kereta dan jarak rentang braketnya sebaiknya sama untuk rel kereta maupun untuk rel bobot imbang. Jika di maksudkan untuk ketahanan akibat getaran gempa bumi, maka jarak braket maksimal 2,5 m. jika bobot imbang dilengkapi juga dengan pesawat pengaman, maka ukuran relnya dan jarak rentang braketnya sama dan sesuai dengan rel pemandu kereta. Salah satu ujung rel dimatikan (diikat) dengan struktur bangunan. Biasanya unjung rel paling bawah yang dimatikan di dasar pit (supported rails). Sebaliknya untuk lift kecil dan kecepatan rendah, ujung atas rel yang dimatikan, atau ikut di cor beton lantai kamar mesin (suspended rails) dan ujung bawah berjarak kira-kira 10 cm dari dasar pit. Keduanya ujung jalur rel tidak boleh dimatikan sekaligus pada struktur Universitas Mercu Buana Page 40

36 bangunan, agar rel tidak bengkok atau berubah bentuk jika trejadi pergeseran relative posisi bangunan (building compression) terhadap rel. Cara mematikan ujung rel pada struktur dapat dengan fixed clip pada rel dengan braket. Ujung lain dari jalur rel bebas tidak menyentuh bagian bawah lantai kamar mesin, yaitu pada sistem supported rails. Atau tidak menyentuh dasar (pit) pada sistem suspended rail. Biasanya berjarak kira-kira 10 cm dari dasar pit. Catatan : a. Jarak rentang braket boleh lebih pendek (lebih dekat) dari pada ketentuan dalam layout drawing dari pabrikan. Tetapi tidak boleh lebih renggang. b. Ujung-ujung pada masing-masing rel sebelah kiri dan kanan harus beda, jika kiri berbentuk male maka kanan berbentuk female menghadap ke atas (lihat gambar3.5) c. Rel-rel yang tidak lurus dan atau terpuntir jangan sekali-kali digunakan. Haus dikirim dulu ke bengkel untuk diperbaiki jika tidak mungkin diperbaiki dan diluruskan, maka rel sebaiknya diapkir saja Penentuan Ukuran Rel Penetuan ukuran rel dan jarak rentang braket menggunakan rumus besaran tegangan tekuk (EN80.1), sebagai berikut: a. Rumus = 15 (P + Q) ω /A r. Ar Dalam satuan N/mm² dengan pesawat pengaman type lebih luwes (captive roller) b. Rumus = 15 (P + Q) ω /A r jika pesawat pengaman type berangsur dimana, harus lebih kecil atau sama dengan Γ izin yang diizinkan (Γ η x Γ izin ). Universitas Mercu Buana Page 41

37 Dimana : P Q Ar ω λ : berat kereta plus peralatan (kg) : beban nominal atau contract capacity (kg) : Luas penampang atau irisan rel (mm2) : Faktor tekuk (buckling factor), korelasi ω dan λ (lamda) : Koefisien kelangsingan (ratio of slenderness) λ = Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Dimana : L r : Jarak rentang antara dua braket yang berjejer (mm) : Radius putaran (radii of gyration) dari penumpang profil rel Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 I x : momen inersia terkecil dari rel, (mm 4 ) Penyangga Atau Peredam Lift Pimbang yang terjatuh menimpa dan membentur penyangga, jika peawat pengaman terlamabat bekerja, atau bekerja pada saat kereta telah menjelang lantai terbawah. Universitas Mercu Buana Page 42

38 Panjang langkah penyangga, jika penyangga tertekan penuh oleh kereta bermuatan penuh atau oleh bobot imbang, dihitung minimal atas dasar gaya tarik bumi. a. Untuk kecepatan lift s/d 60 m/menit, ditetapkan langkah minimal sama dengan jarak perhentian akibat gaya tarik bumi, yaitu ½ V0² /g dan digunakan penyangga pegas (pengumpul energy tumbukan). Jika Vo = 1.15 V, maka panjang langkah, L = 2 x ½ (1,15 x V)² /g dimana g = 9,81 m/s² L = 0,0675. V² b. Untuk kecepatan diatas 60 m/menit, ditetapkan minimal sama dengan jarak perhentian gaya berat bumi = ½ V0²/g, dan digunakan penyangga hidrolis atau disebut peredam karena bersifat penyerap energy tambukan, jika Vo = 1.15 V, maka panjang langkah, L = ½ (1,15. V)², atau Dimana : L V : Panjang langkah penyangga (m) : Kcepatan lift (m/menit atau m/s) Gaya Reaksi Penyangga Universitas Mercu Buana Page 43

39 Gaya reaksi Ro atas gaya tumbuk (impact force) pada penyangga oleh kereta atau bobot imbang yang jatuh bebas dan membentur penyangga besarnya ditetapkan oleh BSI5655 (EN 81.1) tidak boleh lebih dari 40 (P + Q) Newton. Rumus gaya reaksi : R o 40 (P + Q) N Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Inilah jumlah gaya reaksi yang harus dapat ditahan oleh lantai beton dasar pit. Gaya reaksi awal penyangga R o, besarnya hanya bergantung dengan kecepatan lift saat membentur torak atau piston yaitu V o sebesar 115% kecepatan nominal (V), Atau V o = 1,15. V Secara sederhana gaya reaksi tersebut mengikuti turunan rumus dari Newton. = m (g + ao) N Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Dimana m P Q : P + Q (kg) : berat kosong kereta (kg)\ : muatan maksimal (kg) g : gravitasi bumi (9,8 m/s 2 ) Universitas Mercu Buana Page 44

40 a o : percepatan awal (m/s 2 ) saat terjadi benturan Sehingga R o = (P+Q) (g+a o ) Menurut ANSI A17.1 demi kenyamanan penumpang lift, kejutan yang terjadi saat kereta menimpa atau membentur peredam, benturan harus dibatasi aselerasinya a 0 = 2,5. g = 2,4 m/s 2.Besarnya a 0 = 24,5 m/s 2 boleh terjadi asalkan dalam selang waktu tidak boleh lebih singkat dari 0.04 detik oleh karena itu peredam hidrolik harus direncanakan khusus untuk berbagi besaran kecepatan jatuh (sebesar 1.15 V). peredam hidrolik untuk lift berkecepatan 300 m/menit atau lebih tinggi, dilengkapi dengan pegas dibawah torak sehingga torak akan menekan pegas sebelum menekan minyak hodrolis. Atau ada pula psiton yang dilengkapi dengan tabung gas nitrogen, sehingga piston akan menekan gas nitrogen sebelum akhirnya menekan minyak hidrolis. Ataupun piston dilengkapi dengan kombinasi pegas dan tabung gas nitrogen tersebut. Setelah selesai peristiwa benturan piston akan terus ditekan turun menekan minyak dengan perlambatan tidak lebih dari g. Gambar 2.14 Buffer Universitas Mercu Buana Page 45

41 Jumlah dan besarnya lubang pelarian minyak (porting) harus direncanakan untuk itu. Jarak awal piston turun dapat dihitung dengan rumus. (g + a0) = (1.15 V)2 / 2s, atau = (m) Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Kemudian setelah terjadi benturan, langkah piston selanjutnya mengalami perlambatan sebesar 9.8 m/s2, sampai terhenti. Jika kecepatan lift tersebut telah diredam menjadi V maka langkah piston selanjutnya ialah piston selanjutnya ialah : (m) Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Sehingga jumlah langkah peredam (Lt) = L + S Catatan : a. Langkah peredam tercantum dalam daftar untuk lift berkecepatan 3.0 m/s ialah minimal 0.63 m (SNI ). Peredam harus diuji dipabrik Negara asal pembuatan atau dilaboratorium resmi pengujian teknis atas beberapa jenis model untuk kecepatan nominal tertentu. Pengujian dilakukan tiga kali dan jika lulus, maka dikleuarkan sertifikat tanda lulus uji atas gambar rancangan teknis peredam hidrolis tersebut. Kontraktor, perusahaan jasa instalasi lift harus memegang salinan sertifikat tanda lulus uji peredam hidrolis, sehingga dilapangan tidak Universitas Mercu Buana Page 46

42 perlu dilakukan pengujian peredam saat selesai pemasangan, untuk memperoleh izin penggunaan lift. b. Panjang langkah peredam (buffer stroke) kereta dan bobot imbang sama, tidak dibeda-bedakan, walaupun massa kereta yang jatuh menimpa peredam sebesar (P+Q) kg dan yang menimpa peredam bobot imbang lebih kecil, yaitu Z = (P Q) kg. langkah peredam hanya bergantung dari kecepatan saat kereta atau bobot imbang menimpanya. c. Kedalaman pit sangat tergantung dari langkah peredam dan tinggi silinder serta tinggi penguat atau pendukung silinder (buffer stand). Kadang-kadang buffer stand sengaja dibuat tinggi untuk memperoleh ruang aman minimal 0,6 m yang dipersyaratkan oleh peraturan dan SNI. d. Ruang aman (refuge space) ada dua, yaitu didasar pit dan dibagian teratas ruang luncur, dibawah lantai kamar mesin. Jika bobot imbang jatuh bebas membentur peredam, maka kereta akan melonjak keatas tetapi masih tersisa 0.6 m bagi teknisi jongkok dengan aman diatas atap kereta. Tinggi overhead bagian teratas ruang luncur dihitung dari permukaan lantai teratas ialah jumlah tinggi rangka kereta dengan peralatan diatasnya, ditambah runby, ditambah langkah peredam, ditambah lonjakan kereta (1/2 langkah) dan terakhir ditambah ruang aman (refuge space) Cara-Cara Pengamanan Pada Lift Universitas Mercu Buana Page 47

43 Toleransi Lari Toleransi lari atau luang lari atau runby ialah jarak antara permukaan atas penyangga dengan plat bentur kereta atau bobot imbang. Luang lari diperlukan saat terjadi overtravel, kereta diberi kesempatan merosot dalam batas toleransi sebelum membentur penyangga, atau mungkin kereta meluncur keatas melampaui batas lintas, bersamaan dengan itu bobot imbang merosot kebawah dalam batas toleransi, sebelum membentur penyangga. Jarak toleransi lari yang dianjurkan sebagai pedoman adalah sebagai berikut : a. Pada peerdam hidrolis toleransi lari bobot imbang 23 cm. toleransi minimal 5 cm dengan syarat peredam dapat ditekan oleh bobot imbang sampai sedalam 25% dari langkah. Panjang tali baja yang mulur menyebabkan toleransi lari berkurang secara berangsur menjadi 5 cm. Hal ini terjadi biasanya setelah lift beroperasi satu tahun. Tali harus diperpendek agar toleransi lari bobot imbang kembali menjadi 23 cm. jika suatu saat toleransi lari kedapatan telah berkurang mencapai 5 cm, maka kondisi ini kemungkinan besar akan menjadi sumber kerusakan dan kecelakaan. Keterangan : Jika terjadi overtravel dimana bobot imbang telah lebih dulu membentur penyangga, padahal kereta belum sampai menyentuh saklar henti batas lintas atas (directional limit switch), maka motor akan bekerja terus menerus, oleh sebab saklar tersebut belum terputus oleh tuas kereta. Roda puli Universitas Mercu Buana Page 48

44 tarik akan berputar terus, sementara kereta dan tali tetap diam, sehingga terjadi slip dan keduannya menjadi rusak. Pada penyangga pegas toleransi lari (runby) adalah sebagai berikut : Kecepatan lift 75 m/menit = 11 cm Kecepatan lift 15 m/menit = 15 cm Kecepatan lift 30 m/menit = 22 cm Kecepatan lift 60 m/menit = 30 cm, maksimal 60 cm. Jika tinggi overhead memungkinkan. Toleransi lari minimal ialah 7 cm akibat kemuluran tali, dengan catatan overtravel kereta maksimal 5 cm diatas lantai terminal atas, dimana pada saat itu directional limit switch terputus (lepas) oleh sentuhan tuas Saklar Batas Lintas Setiap lift harus dilengkapi dengan saklar-saklar mekanis pengaman batas lintas (travel limit switches) yang dilengkapi dengan roller karet dan akan memutuskan arus listrik jika kereta bergerak melewati lantai-lantai terakhir (terminal landing floors) diujung paling atas dan paling bawah, serta tuas kereta menyentuh roler tersebut. Masing-masing pada ujung atas bawah terdapat atau terpasang dua saklar. Saklar yang mula-mula tersentuh oleh tuas kereta ialah normal atau directional limit switch pada saat kereta secara tidak normal melewati permukaan lantai sejauh 5 cm. kemudian saklar berikutnya yaitu final limit Universitas Mercu Buana Page 49

45 switch tersentuh tuas yang sama jika kereta masih berlanjut melewati lantai sejauh tambahan 15 atau sampai dengan 20 cm dari permukaan lantai dan memutus arus dan motor berhenti bekerja. Jika bobot imbang merosot dan membentur penyangga maka luas kereta pada lantai teratas telah lebih dulu menutus arus dengan cara menyentuh saklar batas (limit switch), karena posisi saklar tersebut maksimal hanya 5 cm, yaitu jarak lebih pendek dari pada toleransi lari minimal bobot imbang sepanjang 7 cm. Oleh karena itu jika toleransi lari bandul atai bobot imbang telah mencapai 5 cm akibat dari kemuluran tali baja tarik, maka tali tersebut harus diperpendek. Disamping dua saklar yang berjejer diatas, suatau cara pengamanan tambahan perlu dipasang, yaitu saklar pelamban laju kereta (slow down switch) pada kedua ujung terminal atas dan bawah. Saat kereta memperlambat lajunya, tuas membentur saklar tersebut dan terjadi perlambatan sesuai dengan percepatannya Kemerosotan Kereta Keselamatan penampung selama pesawat pengaman bekerja harus terhindar dari kejutan atau benturan. Oleh karena itu kereta akan berhenti akibat dari pesawat pengaman harus secara berangsur-angsur, terutama untuk lift-lift berkecepatan 90 m/menit keatas. Universitas Mercu Buana Page 50

46 Saklar Henti Pengaman Seluruh saklar henti pengaman yaitu pemutus arus tenaga arus tenaga ke motor, harus dipasang secara seri, sehingga satu saja dari saklar-saklar tersebut yang putus atau terbuka akan menyebabkan motor berhenti bekerja. Saklar tersebut dari jenis mekanis ataupun tombol dan secara normal menutup atau menyambung satu sama lain secara seri. Pada umumnya urutan-urutan saklar dimulai dan terminal dipusat kendali ialah sebagai berikut : Saklar batas lintas normal (atas dan bawah) Saklar batas lintas akhir (atas dan bawah) Saklar darurat di pit bagi teknis (tombola tau tungkai) Saklar kecepatan lebih governor (OS) Saklar alat pengaman (SOS) Saklar thermal pada motor, bekerja jika motor menjadi panas Saklar darurat dikereta (berbentuk tombola tau tungkai) Saklar pintu-pintu akses darurat, bekerja jika pintu akses dibuka Saklar kontak pintu-pintu lantai (door contact) Saklar kontak pintu kereta (gate contact) Saklar pita putus (broken tape switch) Saklar pemutus akibat tali baja mulur Saklar puli penegang tali kompensasi di pit Universitas Mercu Buana Page 51

47 Saklar peredam hidrolik di pit Saklar darurat berupa tombol tungkit atau tungkai (toggle), bekerja secara normal dan berwarna merah. Ruang luncur ekspress harus dilengkapi dengan pintu-pintu akses darurat pada jarak-jarak maksimal 11 m dan pintu tersebut harus pula dilengkapi dengan saklar henti pengaman. Contoh jarak tempuh perhentian atau kemerosotan kereta (d) saat pesawat pengaman bekerja atau saat governor terhentak atau jatuh (tripped) atas dasar rumus dimana perlambatan kira-kira berkisar mulai dari 0,2g sampai maksimal 1,0g dengan nilai g = 9,81 m/s 2, maka nilai perlambatan dibatasi mulai dari 1,95 m/s 2 sampai dengan 9,81 m/s 2. Jarak kemerosotan kereta dihitung dengan rumus : (m) Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 dimana V : besaran kecepatan lebih (overspeed) saat governor jatuh (tripped) dan pesawat pengaman bekerja Kecepatan dan Frekuensi Pada Lift Pada Instalansi lift yang menggunakan kendali kecepatan VVVF (variable Voltage Variable Frequency) dapat bebas direncanakan diameter puli dari minimal 40 sampai 60 kali diameter tali baja, akan tetapi hal ini cenderumg memperpendek umur tali. Oleh karena itu perencanaan diameter puli diarahkan 55 sampai 60 diameter tali Universitas Mercu Buana Page 52

48 dengan cara memilih besaran frekuensi dan jumlah pole. Jika diameter tali baja (d) 13 mm, maka diameter puli tarik minimal sama dengan 40 x 13 = 520 mm. Lihat daftar hubungan kecepatan dengan frequency dalam lampiran 5. Perhitungan Frekuensi pada gearless dan Geered machine dengan rumus sebagai berikut : (rpm) Atau ƒ = (Hz) Smber, Kusasi, Tranportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknik Pesawat Lift, PU, Jakarta, 2000 Dimana : ω D : kecepatan putar (radial speed) dari puli atau as motor (dalam rpm) : diameter puli (m) π : 3,14 ƒ : Frekuensi (Hz) dari motor AC s : slip (3%) P : Jumlah pasangan pole Universitas Mercu Buana Page 53

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear LIFT (ELEVATOR) Lift atau elevator merupakan alat transfortasi vertikal suatu gedung. Lift sekarang ini telah menjadi kebutuhan yang mendasar di gedung gedung pemerintahan, perkantoran, hotel, apartemen,

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ELEVATOR DENGAN. KAPASITAS 1150 kg

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ELEVATOR DENGAN. KAPASITAS 1150 kg BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ELEVATOR DENGAN KAPASITAS 1150 kg 4.1. Perencanaan Elevator Dalam merencanakan unit lift yang akan digunakan pada sebuah gedung pertama-tama yang harus di hitung adalah

Lebih terperinci

BAB III DATAA PERENCANAAN ELEVATOR BARANG. ini.hal-hal tersebut adalah tinggi total dari lantai satu ke

BAB III DATAA PERENCANAAN ELEVATOR BARANG. ini.hal-hal tersebut adalah tinggi total dari lantai satu ke BAB III DATAA PERENCANAAN ELEVATOR BARANG 3.1 Jenis Mesin Yang Akan Di Pakai Ada beberapa hal yang penting yang harus di ketahui sebelum melakukan perancangan lift barang ini.hal-hal tersebut adalah tinggi

Lebih terperinci

BAB II TEORI ELEVATOR

BAB II TEORI ELEVATOR BAB II TEORI ELEVATOR 2.1 Definisi Elevator. Elevator atau sering disebut dengan lift merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat

Lebih terperinci

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung

Lebih terperinci

BAB II LANDASANTEORI

BAB II LANDASANTEORI BAB II LANDASANTEORI 2.1. Sejarah Perkembangan Elevator Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift, lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERHITUNGAN ELEVATOR BARANG. gedung.pertama-tama yang harus di hitung adalah spesifikasi teknik.

BAB IV PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERHITUNGAN ELEVATOR BARANG. gedung.pertama-tama yang harus di hitung adalah spesifikasi teknik. BAB IV PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERHITUNGAN ELEVATOR BARANG 41Perencanaan elevator barang Dalam merencanakan unit lift yang akan digunakan pada sebuah gedungpertama-tama yang harus di hitung adalah

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT 3.1. Sejarah Perkembangan Lift Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift. Lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

Jenis transportasi vertikal. 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters

Jenis transportasi vertikal. 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters Jenis transportasi vertikal 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters Tranportasi vertikal Elevator Kriteria kualitas pelayanan elevator adalah : 1. Waktu menunggu (Interval, Waiting time) 2. Daya angkut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERENCANAAN LIFT PENUMPANG BERKAPASITAS MAKSIMUM 1150 KG MODEL P-17-CO-105 SANYO

TUGAS AKHIR ANALISA PERENCANAAN LIFT PENUMPANG BERKAPASITAS MAKSIMUM 1150 KG MODEL P-17-CO-105 SANYO TUGAS AKHIR ANALISA PERENCANAAN LIFT PENUMPANG BERKAPASITAS MAKSIMUM 1150 KG MODEL P-17-CO-105 SANYO Diajukan Untuk Memenuhi salah satu syarat untuk meraih Gelar Sarjana (Strata 1) Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF

PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF TUGAS SARJANA PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF Diajukan Sebagai salah satu tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Strata

Lebih terperinci

TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK

TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK SURVEY DAN ANALISIS LIFT GEDUNG C FEB UNDIP Disusun oleh: Ricky Petra F S- 1 TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016 Lift Gedung C FEB Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Lift Penumpang Lift Penumpang adalah pesawat pengangkat atau pengangkut manusia yang digerakkan dengan tenaga listrik baik melalui tarikan langsung (tanpa atau dengan

Lebih terperinci

Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala

Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala Standar Nasional Indonesia Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala ICS 91.140.90 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. KONE MiniSpace TM KONE Minispace TM adalah lift dengan pengimbang menggunakan EcoDisc, motor sinkronisasi tanpa perseneling yang digerakkan oleh suatu penggerak frekuensi variable.

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

Program pemeliharaan. Proses pemeliharaan. Staf pemeliharaan. Catatan hasil pemeliharaan

Program pemeliharaan. Proses pemeliharaan. Staf pemeliharaan. Catatan hasil pemeliharaan 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Berikut diagram alir proses perawatan dan pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Program pemeliharaan Pemeliharaan mingguan Staf pemeliharaan Proses pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG IV PERHITUNGN KOMPONEN UTM ELEVTOR RNG 4.1 Perhitungan obot Pengimbang. obot pengimbang berfungsi meringkankan kerja mesin hoist pada saat mengangkat box. obot pengimbang yang akan kita buat disini adalah

Lebih terperinci

UTILITAS 02 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA

UTILITAS 02 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA UTILITAS 02 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA Veronika Widi Prabawasari adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH Oleh : R O I M A N T A S. NIM : 030421007 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR Heri Susanto ABSTRAK Keinginan untuk membuat sesuatu hal yang baru serta memperbaiki atau mengoptimalkan yang sudah ada adalah latar belakang

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan dengan menggunakan Sling (tali baja) merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT

TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT Di susun oleh: 1. Kevin Adelin (L2F009059) 2. Rohmat Hidayat (L2F009064) 3. Alga Bagas S (L2F009065) 4. Adhi Warsito (L2F009077) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesinyang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

MODUL SSLE 08 : TEKNIK PEMERIKSAAN & UJI

MODUL SSLE 08 : TEKNIK PEMERIKSAAN & UJI PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) MODUL SSLE 08 : TEKNIK PEMERIKSAAN & UJI COBA LIFT DAN ESKALATOR 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin.

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin. BAB II DASAR TEORI 2.1 REM 2.1.1 Fungsi Rem Pada saat kendaraan mulai meluncur di jalanan, maka kelajuan akan tetap ada pada kendaraan itu walaupun mesin sudah dimatikan atau permindahan tenaga yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

OL E H : ICHA AN DOSEN : E

OL E H : ICHA AN DOSEN : E Utilitas II LIFT ATAU ELEVATOR OL E H : ICHA AN GGRIANI ( 2010 11 029) DOSEN : E KO WAHYU DI, S.T. Elevator atau lift Sistem transportasi vertikal didalam bangunan gedung adalah suatu sistem peralatan

Lebih terperinci

Liftt traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 1: Pemeriksaan dan pengujian serah terima

Liftt traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 1: Pemeriksaan dan pengujian serah terima Standar Nasional Indonesia Liftt traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 1: Pemeriksaan dan pengujian serah terima ICS 91.140.90 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. USAHA DAN ENERGI Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. SOAL - SOAL : 1. Pada gambar, kita anggap bahwa benda ditarik sepanjang jalan oleh sebuah gaya 75

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG

PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG Oleh : Ir, Iwan Sugiarmawan 1 Lokasi -Lokasi dengan Potensi Bahaya 82 83 2 1 Sumber Bahaya 1. Pintu lift yang terbuka disengaja atau tidak tanpa ada kereta/car nya. 2. Bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

MAKALAH PERAWATAN DAN PERBAIKAN ELEVATOR/LIFT

MAKALAH PERAWATAN DAN PERBAIKAN ELEVATOR/LIFT MAKALAH PERAWATAN DAN PERBAIKAN ELEVATOR/LIFT Disusun Oleh: Achmadi NIM 3.31.11.1.01 LT 3B PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Jumlah Populasi penghuni dalam Gedung Apartemen 17 Lantai Gambar 4.1 Data asumsi perhitungan jumlah populasi (Dokumen Pribadi) Pada gambar 4.1 diatas merupakan perkiraan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. objek yang nanti berisi penumpang dan counterweight sebagai pemberatnya. Serta

BAB IV PEMBAHASAN. objek yang nanti berisi penumpang dan counterweight sebagai pemberatnya. Serta BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Pada dasarnya prinsip kerja lift menyerupai seperti konsep timbangan konvensional hanya saja dengan bentuk, ruang dan kondisi yang berbeda. Jika pada timbangan terdapat

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Indikator : 1. Konsep usaha sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT.

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT. MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT. SKRIPSI Skripsi yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ini akan menjelaskan metodologi yang dilakukan dalam pengujian, peralatan dan rangkaian yang digunakan dalam penelitian. 3.1. Peralatan dan Rangkaian Penelitian Dalam

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini banyak bangunan atau gedung (perkantoran, apartemen, instansi, hotel berbintang, trade center, dan lainnya) yang dibangun dengan konsep luas dan ketinggian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Perancangan Rem Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut Hukum Newton II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : F = m. a Frem- F x = m.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas. meningkatkan efisiensi dari aktivitas tersebut.

BAB II PEMBAHASAN MATERI. lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas. meningkatkan efisiensi dari aktivitas tersebut. BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 MESIN PEMINDAH BAHAN Mesin pemindah Bahan merupakan suatu system peralatan yang digunakan untk mengangkat/memindahkan muatan dari suatu tempat ke tempat lain, dimana jumlah,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang...

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... DAFTAR ISI halaman LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Pertanyaan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan dari lokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, pembongkaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Elevator merupakan alat untuk menaikkan dan menurunkan. pada tahun Elevator ini hanya dapat melayani dua tingkat, namun tali

BAB II TEORI DASAR. Elevator merupakan alat untuk menaikkan dan menurunkan. pada tahun Elevator ini hanya dapat melayani dua tingkat, namun tali BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian dan Sejarah Elevator Elevator merupakan alat untuk menaikkan dan menurunkan muatan di antara tingkat-tingkat pada sebuah bangunan bertingkat banyak atau lebih dari satu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

6. Berapakah energi kinetik seekor nyamuk bermassa 0,75 mg yang sedang terbang dengan kelajuan 40 cm/s? Jawab:

6. Berapakah energi kinetik seekor nyamuk bermassa 0,75 mg yang sedang terbang dengan kelajuan 40 cm/s? Jawab: 1. Sebuah benda dengan massa 5kg meluncur pada bidang miring licin yang membentuk sudut 60 0 terhadap horizontal. Jika benda bergeser sejauh 5 m, berapakh usaha yang dilakukan oleh gaya berat jawab: 2.

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN

TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN Disusun oleh : ARIS MUNANDAR 210004028 JURUSAN TEKNIK MESIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2010

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: RK13AR11FIS01UTS Version: 2016-09 halaman 1 01. Empat gaya masing-masing F 1 = 10 N, F 2 = 20 N, F 3 = 10 N dan F 4 = 40 N

Lebih terperinci

g ) 102.( 6 10 ) 2 10

g ) 102.( 6 10 ) 2 10 6. Sebuah bola ditembakkan dari tanah ke udara. Pada ketinggian 9, m komponen kecepatan bola dalam arah x adalah 7,6 m/s dan dalam arah y adalah 6, m/s. Jika percepatan gravitasi g = 9,8 m/s, maka ketinggian

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2017 Fisika

UN SMA IPA 2017 Fisika UN SMA IPA 2017 Fisika Soal UN SMA 2017 - Fisika Halaman 1 01. Dua buah pelat besi diukur dengan menggunakan jangka sorong, hasilnya digambarkan sebagai berikut: Selisih tebal kedua pelat besi tersebut

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift

Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift Disusun Oleh: Kelas D3-2D Danies Haningtyas Saraswati 1131120057 / 06 Widamuri Anistia 1131120095 / 22 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci