BAB II TEORI DASAR. Elevator merupakan alat untuk menaikkan dan menurunkan. pada tahun Elevator ini hanya dapat melayani dua tingkat, namun tali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR. Elevator merupakan alat untuk menaikkan dan menurunkan. pada tahun Elevator ini hanya dapat melayani dua tingkat, namun tali"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian dan Sejarah Elevator Elevator merupakan alat untuk menaikkan dan menurunkan muatan di antara tingkat-tingkat pada sebuah bangunan bertingkat banyak atau lebih dari satu tingkat. Di Indonesia alat ini lebih dikenal dengan menggunakan bahasa Inggris yaitu Lift. Elevator komersial pertama dibuat pada tahun Elevator ini hanya dapat melayani dua tingkat, namun tali penarik sangkar elevator ini sering mengalami putus. Kemudian pada tahun 1852, Elisha Graves Otis mengembangkan sistem pengereman yang akan bekerja bila tali penarik sangkar elevator putus. Sebenarnya praktik menaikkan suatu beban dengan cara mekanik selama pembangunan sebuah gedung sudah berkembang pada jaman Romawi. Arsitek Romawi, Vi truvius, pada abad ke 1 SM membuat sebuah panggung yang dapat naik turun dengan menggunakan katrol dan poros, yang digerakkan menggunakan tenaga manusia, binatang, atau air. Ahli matematika bangsa Yunani, Archimedes, juga telah menggambarkan suatu model elevator sekitar tahun 230 SM. Ciptaan nya menggunakan katrol, tali, dan dapat mengangkat satu orang. 5

2 Gambar 2.1 Elevator Pertama Penemuan elevator sangat mempengaruhi perkembangan pembangunan gedung-gedung pencakar langit. Para arsitek dapat bebas mendesain gedung pencakar langit karena pemakainya tidak perlu berjalan mendaki tangga untuk mencapai tingkat atas. Elevator tersedia dalam beragam model, kapasitas, dan kecepatan bergerak Jenis-Jenis Elevator Dalam memilih sebuah elevator sangat tergantung pada ukuran bangunan, yang bertujuan mampu melayani pemakai dan memberikan transportasi yang nyaman selama periode waktu yang sibuk. Berdasarkan fungsinya, ada tiga jenis elevator, yaitu : 6

3 1. Elevator Penumpang (Passenger Lift), Elevator penumpang adalah elevator yang berfungsi khusus untuk mengangkut manusia saja, elevator ini sangat dijaga kehandalan sistem keamanannya. Hal ini karena menyangkut keselamatan manusia penumpang lift tersebut. Elevator penumpang berkapasitas 450 sampai kilogram 2. Elevator Barang (Dumbwaiter), Elevator ini fungsinya hanya untuk mengangkat barang saja, elevator ini juga tak kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada sedikit perbedaan dalam hal system keamanannya. 3. Elevator Servis ( Service Lift ), Elevator servis ini biasanya dipasang diperhotelan atau diperkantoran, fungsinya untuk mengantarkan barang ke kamar-kamar penghuni hotel. Elevator ini hampir sama dengan elevator penumpang, perbedaan dari elevator service dengan elevator penumpang ini sangat jelas dari sistem pengangkutannya, yaitu elevator penumpang hanya khusus untuk manusia saja tapi elevator servis ini berfungsi untuk mengangkut manusia dan barang. Elevator khusus barang biasanya digunakan untuk membawa koper, piring, sampah, dan barang lainnya. Umumnya jenis ini mampu membawa beban sampai kilogram Komponen-komponen Elevator Disini penulis akan menjelaskan secara singkat fungsi dari masing-masing komponen-komponen pada elevator. Pada dasarnya komponen elevator terbagi menjadi empat bagian utama yaitu: 7

4 1.Komponen di ruang mesin (Machine Room) 2.Komponen di ruang luncur ( Hoistway). 3. Komponen di Kereta/ Car Lift 4. Komponen di luar ruang luncur pada tiap-tiap lantai. Gambar 2.2 Komponen Elevator 8

5 1. Komponen di ruang Mesin (Machine Room) a. Control System atau Control Panel (Lemari Konttrol) Lemari kontrol ini menyimpan komponen yang paling penting dari sistem elektrikal elevator, yaitu berupa Drive dan Kontroller dimana komponen ini sebagai otak dari sistem kerja elevator Berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan kerja pada elevator tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari dalam elevator akan dicatat dan diolah, kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift bergerak, dan berhenti sesuai dengan permintaan. b. Geared Machine atau Mesin Penggerak Di dalam ruang mesin terdapat satu mesin penggerak jenis geared. Pada mesin ini, perputaran dari motor penggerak ditransformasikan oleh roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi dapat berubah ke putaran rendah. Kecepatan maximum dari kereta lift dengan sistem geared adalah 150mpm. Pada mesin penggerak ini terdapat brake (rem) dimana rem ini akan bekerja jika motor penggerak tidak dialiri listrik. c. Primary Velocity Tranducer/ Encoder Terdapat satu alat dengan mesin lift pada mesin penggerak gunanya untuk mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari lift. d. Goovernor Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift melebihi batas-batas yang telah ditentukan, maka governor ini akan bekerja 9

6 dan kereta akan berhenti baik oleh elektrik maupun maupun mekanik. e. ARD (Automatic Rescue Drive) Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak mati dan lift akan berhenti disembarang tempat setelah lebih dari 15 detik maka ARD akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai terdekat. Setelah lift sampai pada lantai otomatis lift akan mati. Lift akan normal kembali setelah listrik PLN hidup kembali. 2. Komponen di ruang luncur (Hoistway) Ruang luncur adalah lorong atau lintasan dimana kereta tersebut bergerak naik dan turun. Lubang ini harus merupakan lubang tertutup dan tidak ada hubungan langsung ke ruang di luarnya kecuali untuk lubang dua buah lift berdampingan. a. Guide Rail atau Rel Pemandu Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot pengimbang (Counter weight). Ukuran rel untuk kereta/ car biasanya lebih besar dari pada rel bandul pengimbang/counterweight. Guide rail ini terpasang tegak lurus dari dasar pit sampai di bawah slap ruang mesin. b. Limit Switch/ Saklar Batas Lintas Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk membalik arah (direction switch) dan final switch. Biasanya komponen ini terpasang di rel kereta, dipasang dibagian bawah dan dibagian atas rel. Yang 10

7 berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai kamar mesin. c. Vane Plate/ Pelat Bendera Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki dan mengatur pembukaan pintu pendaratan (landing door). d. Landing Door/ Pintu Pendaratan Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door hanger, door sill, dan door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari luar. Pada hall door ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila salah satu pintu terbuka maka lift tidak akan bisa dijalankan. e. Buffer Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set untuk beban pengimbang/ counterweight. Berfungsi untuk meredam tenaga kinetik kereta dan bobot pengimbang pada saat jatuh. f. Governor Tensioner Merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor yang terletak di pit. 3. Komponen di Car/ Kereta a. Car/ Kereta adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik turun. Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot pengimbang (Counterweight) dengan tali baja lewat pully penggerak di ruang mesin, 11

8 b. Car Door/ Pintu Kereta Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door sill, door panel dan door mekanisme yang mengatur buka tutup pintu. Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door) ini dipasang alat pengaman secara seri dengan pintu pendaratan/ landing door sehingga apabila pintu terbuka maka lift tidak dapat dijalankan. c. COP (Car Operating Panel) Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan kereta (front return panel). Pada panel tersebut terdapat tombol-tombol lantai dan tombol pengatur buka tutup pintu. d. Interphone Biasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah dicapai) yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan tertentu) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan ruang kontrol gedung. e. Alarm Buzzer Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh atau tanda-tanda lain. f. Switcing Box Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian bawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci khusus) didalamnya terdapat tombol-tombol pengatur. 12

9 g. Floor Indicator Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya terletak disisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP. h. Lampu Darurat atau Emergency Light Biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya untuk menerangi kereta dalam keadaan darurat (listrik mati) dengan sumber battery. i. Saklar Pintu Darurat (Emergency Exit Switch) Terletak pada pintu darurat diatas kereta, fungsinya untuk memastikan agar kereta tidak berjalan apabila pintu darurat dibuka untuk proses penyelamatan. j. Safety Link Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta yang dihubungkan dengan governor di kamar mesin. Berfungsi untuk menahan kereta over speed ke bawah (dalam keadaan darurat). 4. Komponen di luar ruang luncur atau di Hall a. Tombol Lantai Tombol pemanggil kereta di lantai/ hall. b. Saklar Parkir Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button) berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift. c. Saklar kebakaran/ Fireman Switch Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall button, berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fireman control/ fireman operation. 13

10 d. Hall indicator atau Penunjuk Lantai Biasanya terletak di transom atau hall button pada masing-masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta Cara kerja Elevator Sistem Kontruksi Lift/Elevator berupa sangkar atau kereta yang dapat beroperasi naik atau turun dilakukan oleh mesin traksi (Motor gearless), dengan mengunakan tali baja tarik, melalui ruang luncur didalam bangunan yang dibuat khusus untuk lift (hoistway). Agar kereta lift tidak bergoyang digunakan rel pemandu setinggi ruang luncur (hoistway) yang diikat dengan tembok ruang luncur lift. Untuk mengimbangi berat kereta dan bebannya digunakan bandul pengimbang (counterweight), yang harus memiliki berat yang sama dengan beban berat kereta ditambah dengan setengah berat beban maksimum yang diizinkan. Hal ini untuk memperingan kerja mesin traksi, karena pada saat kereta dipenuhi dengan beban maksimum, mesin traksi hanya berupaya mengangkat atau menaikkan setengah dari beban maksimumnya. Sebaliknya pada saat kereta kosong, mesin traksi hanya perlu mengangkat atau menaikan setengah dari beban maksimum yang berlebih pada counterweight Kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya menggunakan dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes 14

11 dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun. Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga disebut sebagai kabel bergerak (traveling cable). Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor. 2.2 Mekanisme pada Load Cell Load cell adalah alat yang mengeluarkan signal listrik proporsional dengan gaya atau beban yang diterimanya. Load cell banyak digunakan pada timbangan elektronik. Teori dasar dari load cell adalah penggabungan dari metode Strain Gauge dan Jembatan Wheatstone. Starin Gauge tersusun dari kawat yang sangat halus, yang dianyam secara berulang menyerupai kotak dan ditempelkan pada plastic atau kertas sebagai medianya. Kawat yang dipakai dari jenis tembaga lapis 15

12 nikel berdiameter sekitar seper seribu (0.001) inchi. Kawat itu disusun bolak-balik untuk meng-efektifkan panjang kawat sebagai raksi terhadap tekanan/gaya yang mengenainya. Pada ujungnya dipasang terminal. Strain Gauge bisa dibuat sangat kecil, sampai ukuran 1/64 inchi. Penghantar atau kawat memiliki hambatan bergantung pada diameternya. Semakin besar diameternya, semakin kecil hambatannya. Jika kita menarik kawat, diameter atau cross media nya berkurang sehingga hambatannya meningkat. Demikian juga sebaliknya. Jika di press atau ditekan, diameternya membesar sehingga hambatannya berkurang. Upaya menarik dan menekan ini memerlukan gaya, sehingga kawat bisa digunakan untuk pengukuran gaya tersebut. Konfigurasi tarik ulur kawat ini dikenal sebagai strain gauge. Untuk membuat Load Cell, Strain Gauge dilekatkan pada logam yang kuat sebagai bagian dari penerima beban (load receptor). Strain Gauge ini disusun sedemikian rupa membentuk Jembatan Wheatstone. Gambar 2.3 Strain Gauge 16

13 2.3 Teori Kelistrikan Load Cell Seorang fisikawan Jerman bernama GS Ohm mengembangkan hubungan Definisi antara tegangan, arus dan resistansi dalam sirkuit tertutup. Sirkuit terdiri dari sebuah sumber tegangan dan rangkaian lengkap untuk aliran arus. Rangkaian harus mulai dari satu sisi sumber tegangan dan berakhir pada sisi lain. Rangkaian ini menghasilkan beda potensial antara sisisatu dan sisi lain karena salah satu sisi sumber memiliki potensial positif dan yang lainnya memiliki potensial negatif. Mr Ohm menyatakan, "Keadaan ini berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan resistensi ". Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Ohm. Arus (dalam ampere) = Tegangan (dalam volt) Hambatan(dalam ohm) Jika menggunakan simbol untuk arus, tegangan dan hambatan, hubungan ini bisa dinyatakan I = E/R bisa juga dinyatakan dalam E = IR atau tegangan adalah arus dikali hambatan Rangkaian Seri-Paralel Rangkaian seri-paralel merupakan dasar dari terbentuknya rangkaian jembatan Wheatstone yang merupakan rangkaian inti dalam sensor load cell. Rangkaian Seri-paralel setidaknya memiliki dua cabang paralel sebagai tambahan dari minimum satu resistor yang dilewati arus total. Resistor yang dilalui arus total dinamakan resistor seri. Berikut adalah contoh rangkaian seri paralel. 17

14 Gambar 2.4 Rangkaian Seri Paralel Untuk mencari resistan total, pertama yang dilakukan adalah mencari resistan equivalen terhadap R 2 dan R 3 yang di parallel R eq = 1 : ( 1 : R 2 ) + ( 1 : R 3 ) Untuk mengetahui R T, tambahkan resistan seri. R T = R 1 + Req Untuk menghitung arus total dalam rangkaian, gunakan Hukum Ohm I T = E T : R T Karena arus total pada rangkaian melewati R1, bisa dikatakan I T = IR 1. Dengan Hukum Ohm kita bisa hitung tegangan drop pada R 1. ER 1` = I R 1 x R 1 Dengan Hukum Ohm bisa diketahui arus yang mengalir melalui R 2 dan R 3 Arus total pada rangkaian akan terbagi dengan proporsional melalui R 2 dan R 3. Dengan kata lain total arus adalah jumlah dari tiap cabang arus IR 2 and I R 3. 18

15 2.3.2 Teori Jembatan Wheatstone Rangkaian resistif yang dipakai untuk membuat Load Cell adalah Jembatan Wheatstone. Gambar 2.5 Jembatan Wheatstone Catatan: Nilai semua resistor adalah sama. A adalah symbol untuk Ampere Meter Ketika tegangan sumber tersambung ke rangkaian, arus yang mengalir pada cabang R 1 /R 3 sama dengan arus yang mengalir pada R 2 /R 4. Hal ini terjadi karena nilai semua resistor sama. Arus yang terukur pada Ampermeter adalah 0 karena tidak ada beda potensial pada titik 1 dan 2. 19

16 Gambar 2.6 Rangkaian Load Cell Jembatan Wheatstone yang tersusun seperti gambar diatas merupakan diagram load cell. Resistor yang bertanda T1 dan T2 merupakan Strain Gauge yang menerima gaya tarik (Tension) saat load cell menerima beban. Sedangkan resistor yang bertanda C1 dan C2 adalah Strain Gauge yang menerima gaya tekan (Compression) ketika load cell dibebani. Titik +In dan In mengacu pada +Excitation (+Exc) dan Excitation (-Exc). Melalui titik/terminal inilah tegangan sumber diberikan oleh Indikator timbangan digital. Pada umumnya, tegangan excitation bernilai 10 VDC dan 15 VDC bergantung pada indikator dan Load Cell yang dipakai. Titik +Out dan Out mengacu pada +Signal (+Sig) dan Signal (-Sig). Sinyal yang diperoleh Load Cell dikirim ke Indikator melalui signal input untuk selanjutnya diproses sebagai nilai berat dan ditampilkan di layar digital indikator. Ketika Load Cell menerima beban, Strain Gauge C1 dan C2 mengalami gaya tekan. Kawatnya memendek dan diameternya membesar, 20

17 sehingga nilai resistan C1 dan C2 membesar. Sebaliknya, Strain Gauge T1 dan T2 mengalami gaya tarik, kawatnya memanjang dan diameternya mengecil sehingga nilai resistan nya membesar. Perubahan nilai resistan ini menyebabkan arus yang melewati C1 dan C2 lebih besar dibanding arus yang lewat pada t1 dan T2. Dan terjadilah beda potensial pada titik output atau signal Load Cell. Arus listrik di supply indikator melalui titik In dan mengalir melalui C1, -Out dan kembali lagi ke Indikator. Dari indicator, arus mengalir melalui +Out, melewati C2 dan kembali ke Indikator dititik +In. Untuk mengetahui total arus yang mengalir, kita perlu mengukur arus internal pada rangkaian pembaca signal di Indikator. Tetapi karena Impedansi internal indicator sangatlah tinggi, arus yang menglir menjadi sangat kecil dan kita bisa mengabaikannya. Terdapat beda potensial antara In dan +In, sehingga ada juga arus yang mengalir melewati In, melalui T2 dan C2 kembali ke +In. Arus yang mengalir pada rangkaian sebagian besar berada pada sisi parallel ini. Resistor yang terpasang seri berfungsi sebagai kompensasi Load Cell terhadap temperatur, Zero dan linearitas. 2.4 Perancangan Load Cell Dari teori diatas, peneliti dapat menyusun load cell dengan metode Strain Gauge dan Jembatan Wheatstone. Dengan menggunakan sebuah kolom baja persegi, lekatkan Strain Gauge pada keempat sisinya. Panjang kolom akan berkurang ketika di sisi atas kolom diberikan beban. Kolom baja juga menjadi gembung. Dua Strain Gauge yang terpasang berbalikan 21

18 akan memberikan respon pada perubahan panjang kolom secara proporsional. Dua Strain Gauge yang terletak di sisi yang lain merespon perubahan kolom saat mengalami keadaangembung. Panjang pada sepasang Strain Gauge memendek, diameter kawatnya membesar dan hambatannya berkurang. Sementara sepasang yang lain jadi memanjang, diameter kawatnya mengecil dan hambatannya bertambah. Jika posisi beban digantung pada bagian bawah kolom, kolom akan mengalami gaya tarik. Kolom dan Strain gauge akan merespon kebalikan dari respon diatas tetapi Strain Gauge tetap memanjang dan memendek dengan respon yang sama seperti respon diatas. Load cell adalah alat yang mengeluarkan signal listrik proporsional dengan gaya / beban yang diterimanya. Load cell banyak digunakan pada timbangan elektronik. Dan penimbangan beban pada Elevator menggunakan sensor load cell, dimana sensor load cell menjadi bagian yang vital dalam elevator yang berfungsi : 1. Sebagai Indikator kapasitas muatan yang diperbolehkan dalam menghitung beban maksimal elevator. 2. Sebagai acuan penyeimbang antara sangkar dan bobot pengimbang (Counter weight). 22

19 Gambar 2.7 Sensor Load Cell Elevator 2.5 Karakteristik Sensor Load Cell Pada umumnya, kabel pada Load Cell berjumlah empat atau enam kabel. Untuk enam kabel Load Cell, disamping mempunyai dan + Signal maupun dan + Excitation juga memiliki jalur - dan + sense. Jalur sense ini tersambung pada jalur sense Indikator yang berfungsi memonitor tegangan actual pada Load Cell, dan mengirim balik ke Indikator untuk dianalisa apakah perlu menambah atau menguatkan signal yang dikirim balik sebagai kompensasi daya pada load cell. Untuk membantu agar pemasangannya tepat, kabel Load Cell memiliki kode warna tertentu. Data sheet kalibrasi setiap Load Cell akan menyertakan juga kode warna untuk penyambungan Load Cell. Setiap Load Cell dilengkapi dengan data kalibrasi atau sertifikat kalibrasi sebagai informasi tentang Load Cell yang bersangkutan. Setiap 23

20 data sheet harus cocok dengan nomor seri, nomor model dan kapasitas. Informasi yang lain berupa karakteristik dalam mv/v, tegangan Excitasi, non-linearity, hysteresis, zero balance, input resistance, output resistance, efek temperature pada output dan zero balance, insulation resistance dan cable length. Kode warna untuk penyambungan juga disertakan. Hasil pengukuran load Cell selain ditentukan oleh besarnya beban, juga ditentukan oleh besarnya tegangan Eksitasi, dan karakteristik (mv/v) Load Cell itu sendiri. Salahsatu karakteristik load Cell yaitu 3mV/V. Yang berarti setiap satu volt tegangan Excitasi, pada saat Load Cell dibebani maksimal akan mengeluarkan signal sebesar 3mV. Jika beban 100Kg diberikan pada Load Cell kapasitas 100Kg dengan tegangan Excitasi 10V, maka signal yang terkirim dari Load Cell tersebut adalah sebesar 30mV. Demikian juga apabila dibebani 50Kg dengan tegangan Excitasi tetap 10V, karena 50 Kg adalah setengah dari 100Kg maka keluaran Load Cell menjadi 15mV. 2.6 Terminologi pada Load Cell Berikut beberapa Terminologi / daftar istilah tentang Load Cell 1. CALIBRATION Membandingkan output/signal Load Cell dengan beban standar 2. Combined Error Penyimpangan maksimum jika ditarik garis lurus- diukur pada saat tanpa beban sampai ketika diberikan beban maksimal dan sebaliknya 24

21 saat beban maksimal sampai pada keadaan tanpa beban. pengukuran dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimal. Biasa disebut juga Nonlinearity dan hysteresis. 3. CREEP Perubahan signal keluaran Load cell selama pembebanan tidak berubah, dan tidak ada perubahan lingkungan sekitar. 4. CREEP RECOVERY Perubahan pengukuran kondisi tanpa beban, setelah beberapa waktu diberikan beban dan kemudian beban dihilangkan. 5. DRIFT Perubahan nilai pengukuran saat diberikan beban konstan. 6. ECCENTRIC LOAD Pembebanan pada area timbangan tapi tidak tepat di titik antar load cell 7. ERROR Perbedaan pengukuran dengan beban yang sesungguhnya. 8. EXCITATION Tegangan input yang diberikan agar Load Cell bekerja. Pada umumnya Load cell membutuhkan tegangan excitation 10VDC, tetapi ada juga yang memerlukan 15, 20 dan 25VDC dan ada yang bisa bekerja pada arus AC dan DC. 9. HYSTERESIS Penyimpangan maksimum hasil pengukuran dengan beban yang sama. Satu pengukuran dari nol sampai maksimum, pengukuran yang lain 25

22 dari maksimum sampai nol. Pengukuran Histerisis dinyatakan dalam persen terhadap kapasitas maksimum (%FS). Biasanya Histeresis selalu bernilai 0.02%, 0.03%FS dan 0.05%FS 10. INPUT BRIDGE RESISTANCE Resistansi Input daripada Load Cell. Diukur dengan Ohmmeter antara dua titik Input atau Excitasi. Biasanya selalu lebih besar dari resistansi Output/Signal karena adanya resistor kompensasi pada jalur Excitasi. 11. INSULATION RESISTANCE Pengukuran resistan antara sirkuit load cell dengan strukturnya. Pengukuran dilakukan dengan tegangan DC. 12. NON-LINEARITY Penyimpangan maksimum pada grafik hasil kalibrasi terhadap garis lurus (ideal) antara tanpa beban dan beban penuh. Dinyatakan dengan persentase terhadap pengukuran pada kapasitas maksimum, hanya diukur dari nol sampai maksimum. Umumnya Non-linearity sebesar 0.02%FS dan 0.03%FS. 13. OUTPUT Signal hasil pengukuran Load cell yang secara langsung proporsional terhadap tegangan exsitasi dan beban yang diterima. Signal ini harus sesuai terminology/ketentuan umum misalnya dalam milivolt per volt(mv/v) atau volt ampere (V/A). 14. OUTPUT BRIDGE RESISTANCE Resistansi output Load cell, diukur pada titik output atau signal, umumnya sebesar 350Ω, 480 Ω, 700 Ω, 750 Ω dan 1000 Ω. 26

23 15. RATED OUTPUT interval pengukuran dari nol sampai kapasitas maksimum. 16. REPEATABILITY Selisih pengukuran maksimum saat load Cell dibebani dengan beban yang sama secara berulang-ulang dengan kondisi lingkungan tetap. 17. RESOLUTION Perubahan pengukuran terkecil yang terdeteksi karena perubahan secara mekanik akibat pembebanan. 18. SAFE OVERLOAD RATING Pembebanan maksimum dalam persen terhadap kapasitas maksimal yang bisa diterapkan tanpa merubah performa dan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya. Biasanya sebesar 150%FS. 19. SENSITIFITY perbandingan perubahan pengukuran terhadap perubahan mekanik karena pembebanan. 20. SCHOCK LOAD Pembebanan yang diterima secara tiba-tiba yang bisa merusak Load Cell. 21. SIDE LOAD Pembebanan dari sisi samping yang seharusnya dari ata atau dari bawah load cell. 27

24 22. TEMPERATURE EFFECT ON RATED OUTPUT Perubahan output maksimum karena perubahan temperatur sekitar. Umumya dinyatakan sebagai persentase output maksimum karena perubahan suhu setiap 100ºF. 23. TEMPERATURE EFFECT ON ZERO BALANCE perubahan nilai nol/zero karena perubahan suhu sekitar setiap 100 ºF. Dinyatakan sebagai persentase Zero balance terhadap output maksimum. 24. COMPENSATED TEMPERATURE RANGE Temperatur maksimum yang diperbolehkan dimana Load Cell masih bisa meng-kompensasi terhadap zero dan output maksimal dalam batas tertentu. 25. TOLERANCE Kesalahan maksimum yang masih diperbolehkan pada pengukuran Load cell. 26. ULTIMATE OVERLOAD RATING pembebanan maksimum yang diperbolehkan, dalam persen terhadap kapasitas maksimal tanpa menyebabkan kerusakan struktur Load Cell. 27. ZERO BALANCE Signal output Load cell pada exitasi maksimal dengan kondisi tanpa beban, dinyatakan dalam persentase terhadap output maksimum. 28

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear LIFT (ELEVATOR) Lift atau elevator merupakan alat transfortasi vertikal suatu gedung. Lift sekarang ini telah menjadi kebutuhan yang mendasar di gedung gedung pemerintahan, perkantoran, hotel, apartemen,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT 3.1. Sejarah Perkembangan Lift Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift. Lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT

TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT Di susun oleh: 1. Kevin Adelin (L2F009059) 2. Rohmat Hidayat (L2F009064) 3. Alga Bagas S (L2F009065) 4. Adhi Warsito (L2F009077) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASANTEORI

BAB II LANDASANTEORI BAB II LANDASANTEORI 2.1. Sejarah Perkembangan Elevator Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift, lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan dengan menggunakan Sling (tali baja) merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah

Lebih terperinci

BAB II TEORI ELEVATOR

BAB II TEORI ELEVATOR BAB II TEORI ELEVATOR 2.1 Definisi Elevator. Elevator atau sering disebut dengan lift merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat

Lebih terperinci

TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK

TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK SURVEY DAN ANALISIS LIFT GEDUNG C FEB UNDIP Disusun oleh: Ricky Petra F S- 1 TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016 Lift Gedung C FEB Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

Jenis transportasi vertikal. 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters

Jenis transportasi vertikal. 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters Jenis transportasi vertikal 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters Tranportasi vertikal Elevator Kriteria kualitas pelayanan elevator adalah : 1. Waktu menunggu (Interval, Waiting time) 2. Daya angkut

Lebih terperinci

UTILITAS 02 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA

UTILITAS 02 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA UTILITAS 02 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA Veronika Widi Prabawasari adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. KONE MiniSpace TM KONE Minispace TM adalah lift dengan pengimbang menggunakan EcoDisc, motor sinkronisasi tanpa perseneling yang digerakkan oleh suatu penggerak frekuensi variable.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ini akan menjelaskan metodologi yang dilakukan dalam pengujian, peralatan dan rangkaian yang digunakan dalam penelitian. 3.1. Peralatan dan Rangkaian Penelitian Dalam

Lebih terperinci

SIRKULASI (VERTIKAL & HORIZONTAL) PADA BANGUNAN BERTINGKAT.

SIRKULASI (VERTIKAL & HORIZONTAL) PADA BANGUNAN BERTINGKAT. Pertemuan ke-2 dan ke-3 Materi Perkuliahan : Sirkulasi ( vertikal dan horizontal) pada bangunan bertingkat yang berkaitan dengan pergerakan manusia, barang dan kendaraan. Sistem aksesibilitas dari moda

Lebih terperinci

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

OL E H : ICHA AN DOSEN : E

OL E H : ICHA AN DOSEN : E Utilitas II LIFT ATAU ELEVATOR OL E H : ICHA AN GGRIANI ( 2010 11 029) DOSEN : E KO WAHYU DI, S.T. Elevator atau lift Sistem transportasi vertikal didalam bangunan gedung adalah suatu sistem peralatan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI BUKA TUTUP PINTU YANG DIBANGUN. Fungsi lift merupakan alat transportasi pada gedung atau bangunan bertingkat

BAB II DISKRIPSI BUKA TUTUP PINTU YANG DIBANGUN. Fungsi lift merupakan alat transportasi pada gedung atau bangunan bertingkat BAB II DISKRIPSI BUKA TUTUP PINTU YANG DIBANGUN A.2.1 KLASIFIKASI LIFT SECARA UMUM Fungsi lift merupakan alat transportasi pada gedung atau bangunan bertingkat yang dapat digunakan untuk mengangkat orang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. objek yang nanti berisi penumpang dan counterweight sebagai pemberatnya. Serta

BAB IV PEMBAHASAN. objek yang nanti berisi penumpang dan counterweight sebagai pemberatnya. Serta BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Pada dasarnya prinsip kerja lift menyerupai seperti konsep timbangan konvensional hanya saja dengan bentuk, ruang dan kondisi yang berbeda. Jika pada timbangan terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Lift Penumpang Lift Penumpang adalah pesawat pengangkat atau pengangkut manusia yang digerakkan dengan tenaga listrik baik melalui tarikan langsung (tanpa atau dengan

Lebih terperinci

Program pemeliharaan. Proses pemeliharaan. Staf pemeliharaan. Catatan hasil pemeliharaan

Program pemeliharaan. Proses pemeliharaan. Staf pemeliharaan. Catatan hasil pemeliharaan 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Berikut diagram alir proses perawatan dan pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Program pemeliharaan Pemeliharaan mingguan Staf pemeliharaan Proses pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dan perkembangan itu meliputi para pelaku usaha didunia industri untuk membuat produk yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

SISTEM TRANSPORTASI PADA BANGUNAN

SISTEM TRANSPORTASI PADA BANGUNAN SISTEM TRANSPORTASI PADA BANGUNAN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH UTILITAS BANGUNAN DOSEN : Ir. Edi Hari Purnomo, MT OLEH : MARDIAN SANJAYA (08106100 ) WAHYU RESTRIONO (0810610022) ARIF LUKITO (0810610033) AYU

Lebih terperinci

PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF

PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF TUGAS SARJANA PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF Diajukan Sebagai salah satu tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Strata

Lebih terperinci

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION MK. Transportasi Elektrik Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION Motor DC adalah andalan penggerak traksi listrik pada motor listrik dan motor

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini banyak bangunan atau gedung (perkantoran, apartemen, instansi, hotel berbintang, trade center, dan lainnya) yang dibangun dengan konsep luas dan ketinggian

Lebih terperinci

Resistor. Gambar Resistor

Resistor. Gambar Resistor Resistor Resistor merupakan komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

MAKALAH ELEVATOR (LIFT) Disusun oleh: Jhon Fetra Sitepu Miftahudin TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

MAKALAH ELEVATOR (LIFT) Disusun oleh: Jhon Fetra Sitepu Miftahudin TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI MAKALAH ELEVATOR (LIFT) Disusun oleh: Jhon Fetra Sitepu 413111100 Miftahudin 41311110058 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2014/2015 PENGENALAN ELEVATOR I. SEJARAH

Lebih terperinci

Realisasi Plant Elevator Miniatur

Realisasi Plant Elevator Miniatur 32 ISSN 1979-2867 (print) Electrical Engineering Journal Vol. 5 (2014) No. 1, pp. 32-44 Realisasi Plant Elevator Miniatur E. Merry Sartika dan Jeffry Augustinus Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG

PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG Oleh : Ir, Iwan Sugiarmawan 1 Lokasi -Lokasi dengan Potensi Bahaya 82 83 2 1 Sumber Bahaya 1. Pintu lift yang terbuka disengaja atau tidak tanpa ada kereta/car nya. 2. Bagian-bagian

Lebih terperinci

PERBAIKAN KERUSAKAN LIFT BARANG KAPASITAS 1,6 TON DI IRM

PERBAIKAN KERUSAKAN LIFT BARANG KAPASITAS 1,6 TON DI IRM PERBAIKAN KERUSAKAN LIFT BARANG KAPASITAS 1,6 TON DI IRM Supriyono, Eric Johneri Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Email: pri17025@yahoo.co.id ABSTRAK PERBAIKAN KERUSAKAN LIFT BARANG KAPASITAS 1,6

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam merancang bangun, yaitu : 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam perancangan Variable

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERENCANAAN LIFT PENUMPANG BERKAPASITAS MAKSIMUM 1150 KG MODEL P-17-CO-105 SANYO

TUGAS AKHIR ANALISA PERENCANAAN LIFT PENUMPANG BERKAPASITAS MAKSIMUM 1150 KG MODEL P-17-CO-105 SANYO TUGAS AKHIR ANALISA PERENCANAAN LIFT PENUMPANG BERKAPASITAS MAKSIMUM 1150 KG MODEL P-17-CO-105 SANYO Diajukan Untuk Memenuhi salah satu syarat untuk meraih Gelar Sarjana (Strata 1) Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

Lembar Kerja Peserta Didik 1 Alat Ukur Listrik dan Rangkaian Sederhana

Lembar Kerja Peserta Didik 1 Alat Ukur Listrik dan Rangkaian Sederhana Lembar Kerja Peserta Didik 1 Alat Ukur Listrik dan Rangkaian Sederhana 1. Tujuan Untuk mengetahui cara mengukur arus dan tegangan listrik 2. Alat dan bahan a. Amperemeter b. Voltmeter c. Hambatan d. Sumber

Lebih terperinci

KELOMPOK 4 JEMBATAN DC

KELOMPOK 4 JEMBATAN DC KELOMPOK 4 JEMBATAN DC Latar Belakang Masalah Dalam umumnya Jembatan Wheatstone dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT Setelah proses perancangan selesai, maka dalam bab ini akan diungkapkan dan diuraikan mengenai persiapan komponen, peralatan yang dipergunakan, serta langkah-langkah praktek.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Toolset 2. Solder 3. Amplas 4. Bor Listrik 5. Cutter 6. Multimeter 3.1.2 Bahan 1. Trafo tipe CT 220VAC Step down 2. Dioda bridge 3. Dioda bridge

Lebih terperinci

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN INDRA IRAWAN - 075524046 ALAT PENGANGKAT CRANE Crane adalah alat pengangkat yang pada umumnya dilengkapi dengan drum tali baja, tali baja dan rantai yang dapat digunakan untuk mengangkat dan menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem alat angkat Elevator Barang sangat dibutuhkan pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Sistem alat angkat Elevator Barang sangat dibutuhkan pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sistem alat angkat Elevator Barang sangat dibutuhkan pada industri gedung bertingkat, dimana akan lebih efektif dan efisien, dibandingkan memindahkan barang

Lebih terperinci

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor

3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Pemasangan Sistem Telemetri dan Rangkaian Sensor 3.3.3 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian Mekanis Rangkaian mekanik berfungsi untuk menunjang mekanisme gerak vertikal. Pada platform yang akan dibuat pembuatan rangkaian ini menggunakan komponen mekanik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM Oleh Nama NPM Semester : Yestri Hidayati : A1E011062 : II. B Tanggal Praktikum : Jum at, 06 April 2012 UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mempelajari tentang muatan listrik bergerak (arus listrik) arus listrik aliran muatan positif yang mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah besar arus listrik dinyatakan dengan kuat arus listrik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat Penelitian Susunan peralatan yang akan digunakan pada penelitian alat konversi energi listrik mekanik dari laju kendaraan sebagai berikut: 1 2 8 9 3 4 7 5 6 Gambar 3.1.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 47 BAB IV PENGUJIAN ALAT Dalam bab ini akan menguraikan persiapan komponen-komponen dan peralatan yang digunakan serta langkah-langkah praktek, kemudian menyiapkan data hasil pengukuran dari pengujian

Lebih terperinci

LISTRIK DINAMIS FIS 1 A. PENDAHULUAN B. HUKUM OHM. ρ = ρ o (1 + αδt) C. NILAI TAHANAN RESISTOR

LISTRIK DINAMIS FIS 1 A. PENDAHULUAN B. HUKUM OHM. ρ = ρ o (1 + αδt) C. NILAI TAHANAN RESISTOR A. PENDAHULUAN Listrik bergerak dalam bentuk arus listrik. Arus listrik adalah gerakan muatan-muatan listrik berupa gerakan elektron dalam suatu rangkaian listrik dalam waktu tertentu karena adanya tegangan

Lebih terperinci

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT merupakan sebuah transformator yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder. Ketiga buah kumparan tadi, diletakkan simetris pada sebuah

Lebih terperinci

Listrik Dinamis FIS 1 A. PENDAHULUAN. ρ = ρ o (1 + αδt) B. HUKUM OHM C. NILAI TAHANAN RESISTOR LISTRIK DINAMIS. materi78.co.nr. c.

Listrik Dinamis FIS 1 A. PENDAHULUAN. ρ = ρ o (1 + αδt) B. HUKUM OHM C. NILAI TAHANAN RESISTOR LISTRIK DINAMIS. materi78.co.nr. c. Listrik Dinamis A. PENDAHULUAN Listrik bergerak dalam bentuk arus listrik. Arus listrik adalah gerakan muatan-muatan listrik berupa gerakan elektron dalam suatu rangkaian listrik dalam waktu tertentu karena

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN MESIN UJI TARIK PROTOTIP-3

BAB V PENGUJIAN MESIN UJI TARIK PROTOTIP-3 31 BAB V PENGUJIAN MESIN UJI TARIK PROTOTIP-3 5.1. Data dan kalibrasi loadcell Loadcell digunakan untuk mengukur gaya pada saat pengujian tarik. Loadcell dikalibrasi untuk mengetahui pola keluaran voltase

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. makanan kaleng yaitu ikan kaleng. Water Decaunting adalah proses dimana

BAB III DASAR TEORI. makanan kaleng yaitu ikan kaleng. Water Decaunting adalah proses dimana BAB III DASAR TEORI 3.1 Water Decaunting Water Decaunting merupakan satu siklus dari rantai siklus pembuatan makanan kaleng yaitu ikan kaleng. Water Decaunting adalah proses dimana kaleng sarden yang telah

Lebih terperinci

Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala

Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala Standar Nasional Indonesia Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala ICS 91.140.90 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prototipe pengendali otomatis elevator ini terfokus atau dibuat untuk menggambarkan kondisi cara kerja elevator yang sebenarnya. Namun demikian prototipe pengendali

Lebih terperinci

Gambar Rangkaian seri dengan 2 buah resistor

Gambar Rangkaian seri dengan 2 buah resistor 9.3. angkaian Dasar istrik.3. angkaian Seri Apabila dua buah tahanan kita hubungkan berturut-turut seperti didalam Gambar.3, maka rangkaian ini disebut rangkaian deret / seri. Gambar.3. angkaian seri dengan

Lebih terperinci

Hitachi Hoists.

Hitachi Hoists. Hitachi Hoists http://www.hitachi-ies.co.jp/english/products/hst/ Hitachi Hoist Dari 0,5 hingga 30 ton, Hoist Hitachi V-Series Dapat Menangani Segala Bentuk Beban. Pada tahun 127, Hitachi mengembangkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEVATOR DAN PEMBUATAN PROTOTIPE PENGENDALI OTOMATIS ELEVATOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega 8535

PERANCANGAN ELEVATOR DAN PEMBUATAN PROTOTIPE PENGENDALI OTOMATIS ELEVATOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega 8535 PERANCANGAN ELEVATOR DAN PEMBUATAN PROTOTIPE PENGENDALI OTOMATIS ELEVATOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega 8535 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DEDY

Lebih terperinci

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN Bab 1 PENGANTAR ALAT UKUR 1-1 PENDAHULUAN Dalam Pengukuran pada umumnya dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran atau variabel. Instrumen tersebut membantu kita untuk

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas. meningkatkan efisiensi dari aktivitas tersebut.

BAB II PEMBAHASAN MATERI. lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas. meningkatkan efisiensi dari aktivitas tersebut. BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 MESIN PEMINDAH BAHAN Mesin pemindah Bahan merupakan suatu system peralatan yang digunakan untk mengangkat/memindahkan muatan dari suatu tempat ke tempat lain, dimana jumlah,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/EKO221/04 Revisi : 01 31 Oktober 2011 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi : Setelah melakukan melakukan pengamatan/observasi, diharapkan mahasiswa dapat memilih, menggunakan alat-alat/instrumen,yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Deskripsi Proyek Penelitian dilakukan pada Tender proyek Pengadaan Rehabilitasi dan Modernisasi Lift Gedung Tower Kementerian Luar Negeri untuk Tahun Anggaran

Lebih terperinci

EFEK PEMBEBANAN Cara membuat Voltmeter

EFEK PEMBEBANAN Cara membuat Voltmeter EFEK PEMBEBANAN Efek pembebanan itu adalah akibat dari proses pengukuran oleh alat ukur Ammeter dan Voltmeter yang menyebabkan berkurangnya nilai arus yang mengalir pada sebuah rangkaian tersebut. Karena

Lebih terperinci

BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN 4.1 Uraian Sistem Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan titik lokasinya (letak detector) untuk detektor analog, sedangkan detektor jenis

Lebih terperinci

Rangkaian Listrik. 4. Ebtanas Kuat arus yang ditunjukkan amperemeter mendekati.. a. 3,5 ma b. 35 ma c. 3,5 A d. 35 A e. 45 A

Rangkaian Listrik. 4. Ebtanas Kuat arus yang ditunjukkan amperemeter mendekati.. a. 3,5 ma b. 35 ma c. 3,5 A d. 35 A e. 45 A Rangkaian Listrik Kerjakan Sesuai Petunjuk A 1. UMPTN 1990. Sebuah keluarga menyewa listrik PLN sebesar 500 W dengan tegangan 110 V. Jika untuk penerangan, keluarga itu menggunakan lampu 100 W, 220 V,

Lebih terperinci

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

LISTRIK DINAMIS B A B B A B Listrik Dinamis 161 B A B B A B 8 LISTRIK DINAMIS Sumber : penerbit cv adi perkasa Kalian tentu tidak asing dengan bab ini, yaitu tentang listrik. Listrik sudah menjadi sumber energi banyak bidang. Di

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Tahapan Perancangan Miniatur Lift

Gambar 3.1 Tahapan Perancangan Miniatur Lift BAB III CARA PEMBUATAN ALAT Miniatur lift yang akan dibuat adalah lift pada gedung tiga lantai. Miniatur lift adalah lift yang tanpa pintu (pintu manual). Setiap lantai memiliki tiga tombol yaitu dua tombol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 18. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 18. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 18 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam Petunjuk umum

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

TUGAS RANGKAIAN LISTRIK

TUGAS RANGKAIAN LISTRIK TUGAS RANGKAIAN LISTRIK Rangkaian Seri Paralel dan Metode Thevenin Disusun Oleh : M. Zaqi Alfharazy 17020 POLTEKES SITEBA PADANG JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK 2017/2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Judul Percobaan : NAMA : YONATHAN ANDRIANTO SUROSO NIM : 12300041 Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Geothermal A. TUJUAN PERCOBAAN Laporan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TIM PENYUSUN DIANA RAHMAWATI, S.T., M. T HARYANTO, S.T., M.T KOKO JONI, S.T., M.Eng ACHMAD UBAIDILLAH, S.T., M.T RIZA ALFITA, S.T., MT MIFTACHUL ULUM, S.T., M.T

Lebih terperinci

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS)

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) 13.1. Pendahuluan Sistem kelistrikan tambahan merupakan sistem di luar sistem utama namun memiliki fungsi yang tidak kalah penting. Faktor keamanan dan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan perealisasian keseluruhan sistem yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Pada perancangan

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 13. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 13. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 13 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam Petunjuk umum 1. Hanya ada satu soal eksperimen, namun terdiri atas tiga

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG IV PERHITUNGN KOMPONEN UTM ELEVTOR RNG 4.1 Perhitungan obot Pengimbang. obot pengimbang berfungsi meringkankan kerja mesin hoist pada saat mengangkat box. obot pengimbang yang akan kita buat disini adalah

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

Konversi Nilai Pada Dial ke Sistem Digital Menggunakan Mikrokontroler Arduino Nano untuk Uji Kekerasan Metode Rockwell

Konversi Nilai Pada Dial ke Sistem Digital Menggunakan Mikrokontroler Arduino Nano untuk Uji Kekerasan Metode Rockwell Konversi Nilai Pada Dial ke Sistem Digital Menggunakan Mikrokontroler Arduino Nano untuk Uji Kekerasan Metode Rockwell Deden Komaludin 1 1 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Texmaco,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan. 33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift

Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift Disusun Oleh: Kelas D3-2D Danies Haningtyas Saraswati 1131120057 / 06 Widamuri Anistia 1131120095 / 22 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

MAKALAH PERAWATAN DAN PERBAIKAN ELEVATOR/LIFT

MAKALAH PERAWATAN DAN PERBAIKAN ELEVATOR/LIFT MAKALAH PERAWATAN DAN PERBAIKAN ELEVATOR/LIFT Disusun Oleh: Achmadi NIM 3.31.11.1.01 LT 3B PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN

TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SHOP DRAWING PADA PEMBANGUNAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 20 ORANG/1350 KG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTOCAD 2007 DI GEDUNG CAMBRIDGE MALL Skripsi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan dari pembuatan alat ini telah telaksana dengan baik atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian dan analisa terhadap alat yang dibuat.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

Deskrpsi ROBOT LENGAN LENTUR DUA-LINK DENGAN VARIASI BEBAN BAWAAN

Deskrpsi ROBOT LENGAN LENTUR DUA-LINK DENGAN VARIASI BEBAN BAWAAN 1 2 3 Deskrpsi ROBOT LENGAN LENTUR DUA-LINK DENGAN VARIASI BEBAN BAWAAN Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu lengan lentur sehingga memperingan gerakan robot lengan, khususnya lengan

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

LIFT ELEVATOR & ESCALATOR

LIFT ELEVATOR & ESCALATOR I. JENIS ELEVATOR / LIFT LIFT ELEVATOR & ESCALATOR Secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : 1. Lift Penumpang ( Passenger Elevator) 2. Lift

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa dari setiap modul yang mendukung sistem secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS

RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS KUAT ARUS LISTRIK (I) Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan

Lebih terperinci