Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o."

Transkripsi

1 ISSN Fauna Indonesia Volume 8, No. 1 Juni 2008 Museum Zoologicum Bogoriense M a s y a r a k a t Z o o l o g MZI i I n d o n e s i a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor

2 Fauna Indonesia Fauna Indonesia merupakan Majalah llmiah Populer yang diterbitkan oleh Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia, diterbitkan secara berkala dua kali setahun ISSN Redaksi Haryono Awit Suwito Mohammad Irham Kartika Dewi R. Taufiq Purna Nugraha Mitra Bestari Mulyadi Tata Letak Kartika Dewi R. Taufiq Purna Nugraha Alamat Redaksi Bidang Zoologi Puslit Biologi - LIPI Gd. Widyasatwaloka, Cibinong Science Center JI. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong TeIp. (021) Fax. (021) fauna_indonesia@yahoo.com Foto sampul depan : Museum Zoologicum Bogoriense - Foto : Koleksi Museum Zoologi Bogor

3 PEDOMAN PENULISAN Redaksi FAUNA INDONESIA menerima sumbangan naskah yang belum pemah diterbitkan, dapat berupa hasil pengamatan di lapangan/laboratorium suatu jenis binatang yang didukung data pustaka, berita tentang catatan baru suatu jenis binatang atau studi pustaka yang terkait dengan fauna asli Indonesia yang bersifat ilmiah populer. Penulis tunggal atau utama yang karangannya dimuat akan mendapatkan 2 eksemplar secara cuma-cuma. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Makalah disusun dengan urutan: Judul, nama pengarang, ringkasan/summary, pendahuluan, isi (dibagi menjadi beberapa sub judul, misalnya: ciriciri morfologi, habitat, perilaku, distribusi, manfaat dan konservasinya, tergantung topiknya), kesimpulan dan saran (jika ada) dan daftar pustaka. Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 menggunakan program MS Word, maksimal 10 halaman termasuk gambar dan tabel. Selain dalam badan dokumen, gambar juga turut disertakan dalam file terpisah dengan format jpg. Gambar dan tabel disusun dalam bentuk yang mudah dimengerti dibuat pada lembar terpisah dan disertai keterangan secara berurutan. Naskah dikirimkan ke redaksi sebanyak 2 eksemplar beserta disketnya. Acuan dan daftar pustaka, untuk acuan menggunakan sistem nama-tahun, misalnya Kottelat (1995), Weber & Beaufort (1916), Kottelat et al., (1993), (Odum, 1971). Daftar pustaka disusun secara abjad berdasarkan nama penulis pertama. Hanya pustaka yang diacu yang dicantumkan pada daftar tersebut, dengan urutan: nama pengarang, tahun penerbitan, judul makalah/buku, volume dan halaman. Khusus untuk buku harus dicantumkan nama penerbit, kota, negara dan jumlah halaman. Untuk pustaka yang diacu dari internet harus mencantumkan tanggal akses.

4 Nomor Penerbitan ini dibiayai oleh : Proyek Diseminasi Informasi Biota Indonesia Pusat Penelitian Biologi - LIPI

5 PENGANTAR REDAKSI Keanekeragaman hayati Indonesia sangat beragam dan salah satunya disimpan pada pameran Museum Zoologi Bogor (MZB). Pameran tersebut terletak di kawasan Kebun Raya Bogor yang sudah berdiri lebih dari seabad yang lalu. Namun keberadaannya belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Selain itu kualitasnya juga perlu ditingkatkan agar bisa menjadi pusat informasi keanekargaman fauna Indonesia. Pada edisi Vol.8(1) kami menyajikan beragam informasi yang cukup menarik untuk disimak, antara lain: Upaya peningkataan kualitas MZB sebagai pusat informasi fauna Nusantara, Kodok konsumsi berukuran besar yang beradaptasi dengan habitat persawahan di Sumatera, Keanekaragaman jenis ikan di kawasan Cariu Jonggol, Kepiting biola dari kawasan mangrove, Mengenal sekilas Sepia recurvirostra, Ubur-ubur di Indonesia, serta Potensi dan aspek budidaya dari ikan sidat. Fauna Indonesia edisi ini bisa hadir di hadapan para pembaca atas bantuan pendanaan dari Proyek Diseminasi Informasi Biota Indonesia Tahun Oleh sebab itu, Redaksi Fauna Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan KSK Proyek Diseminasi Informasi Biota Indonesia. Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada Kepala Bidang Zoologi-Pusat Penelitian Biologi yang telah memfasilitasi, serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan ini. Akhirnya kami ucapkan selamat membaca. Redaksi i

6 M a s y a r a k a t Z o o l o g MZI Pendahuluan i I n d o n e s i a Uca merupakan salah satu jenis kepiting yang memiliki habitat di daerah intertidal, terutama di sekitar hutan mangrove dan pantai berpasir. Beberapa jenis Uca ditemukan dalam jumlah yang melimpah dalam habitat mangrove, salah satunya adalah Uca lactea. U. lactea atau yang sering disebut dengan kepiting biola merupakan satu dari empat jenis Uca lainnya yang memiliki sebaran paling luas di permukaan bumi. Diperkirakan jenis ini adalah yang paling melimpah jumlahnya dan memiliki variasi warna yang sangat beragam dan paling cerah (Crane, 1975). Nama kepiting biola berasal dari cara makan Uca jantan. Gerakan capit kecil yang terus menerus dari substrat ke mulut dan kembali lagi ke substrat mirip dengan gerakan pemain biola saat menggerakkan busur ke biola (capit besar) (Rosenberg, 2000). Fauna Indonesia Vol 8(1) Juni 2008 : Sistematika Fauna Indonesia Uca lactea (DE HAAN, 1835) (DECAPODA; CRUSTACEA): KEPITING BIOLA DARI MANGROVE Dewi Citra Murniati Bidang Zoologi Puslit Biologi-LIPI Summary Uca lactea (Fiddler Crab) is one of the crab species of family Ocypodidae. This species is commonly found at intertidal area espescially around mangrove area with sandy mud to muddy sand substrat. It tends to move from offshore to land as it grows. This group has sexually dimorphism. The male has major chela that used for display and combat wile minor chela is used for feeding. The female has a pair of small claws that resemble the male s minor claw. This crab has very important role on its habitat as a sediment fider. Sistematika dari U. lactea secara lengkap menurut Poore (2004) adalah sebagai berikut: Phylum : Arthropoda Induk kelas : Crustacea Kelas : Malacostraca Anak kelas : Eumalacostraca Induk bangsa : Eucarida Bangsa : Decapoda Anak bangsa : Pleocyemata Infra bangsa : Brachyura Bagian : Eubrachyura Anak bagian : Thoracotremata Suku : Ocypodidae Anak suku : Ocypodinae Marga : Uca Jenis : U. lactea (De Haan, 1835) U. lactea terbagi menjadi 4 anak jenis, berdasarkan pada bentuk gonopod, bintik-bintik pada gonopore dan bentuk capit besar pada jantan. U. l. mjobergi diketahui tersebar di daerah tenggara Australia. U. l. lactea tersebar di wilayah Hongkong hingga Jepang. U. l. annulipes dan U.l. perplexa terdapat di Indo-pasifik, timur Afrika dan Samoa (Crane, 1975). Morfologi Spesies ini memiliki dimorfisme sexual yang sangat jelas. Karakter yang unik terdapat pada jantan dewasa yaitu ukuran salah satu capitnya yang sangat besar dan bisa mencapai 2x lebar karapasnya. Namun capit yang besar ini hanya berfungsi untuk menarik perhatian betinanya dan menakuti musuhnya. Sedangkan capit yang kecil hanya berfungsi untuk makan (Rosenberg, 2001). Untuk setiap jenis Uca memiliki bentuk capit yang berbeda. Variasi bentuk capit ini dijadikan karakter utama sebagai kunci identifikasi oleh Crane (1975) untuk menentukan nama spesies hingga subspesies. Sebaliknya Uca betina memiliki capit yang simetris dan morfologinya digunakan sebagai karakter pendukung dalam identifikasi. Bagian frontal melebar; suborbital berlekuk, terdapat deretan bintik-bintik kecil di dasar orbital. U. lactea jantan memiliki capit besar (Gambar 1) yang terdiri bintik-bintik menonjol yang berbaris di bagian permukaan dalam, daktilus tidak memiliki galur pada permukaan luar dan gigi predistal berbentuk kait; bagian posterior capit kecil tidak memiliki barisan bintik-bintik menonjol. Betina memiliki sepasang capit kecil yang mirip dengan capit kecil pada jantan. Merus kaki jalan ke-4 langsing dengan batas dorsal lurus. Gonopod memiliki struktur berbentuk sayap besar, dengan saluran yang tidak menonjol. Gonopor tanpa bintik-bintik menonjol (Crane, 1975). A B MURNIATI, Uca lactea (DE HAAN, 1835) (DECAPODA; CRUSTACEA) Gambar 1. Uca lactea jantan: (A) dorsal karapas, (B) capit besar. (skala: mm) (Foto: Heryanto, 2008) Habitat Kepiting biola merupakan salah satu jenis kepiting yang habitatnya di daerah intertidal, terutama di sekitar hutan mangrove dan pantai berpasir. Kepiting ini ditemukan di pantai terlindung dekat teluk yang besar atau laut terbuka, kadangkadang hanya terlindung oleh karang atau lumpur laut. Sebagian besar ditemukan pada substrat pasir dengan endapan lumpur, terutama di daerah dekat mangrove (Crane, 1975). Kepiting biola ini gemar membuat liang dan hidup di dalamnya (Gambar 2). U. lactea membuat liangnya di antara rizophora. Liang yang dibuat antara lain berbentuk lurus, huruf J dan lebarnya dapat mencapai 40-60cm. Seekor U. lactea membutuhkan waktu beberapa hari untuk membuat liang yang dapat bertahan lama. Setiap liang akan dihuni oleh satu ekor kepiting, kecuali saat musim kawin. Ketika pasang tinggi menutupi habitat kepiting, maka kepiting akan segera masuk ke dalam liang dan menutupi mulut liang dengan lumpur. Pada musim berkembang biak sekitar Juni-Agustus, jantan akan menggali lubang lebih dalam dan membangun struktur seperti setengah kubah pada jalan masuknya (Kim et al., 2004). Gambar 2. Uca lactea jantan dan betina dekat liang (Foto: Murniati, 2008) Perilaku kawin U. lactea memiliki aktifitas kawin dengan ritme semilunar dan terjadi secara serentak. Aktivitas tersebut mencapai puncaknya pada saat menjelang pasang surut musim semi, sebuah pola yang konsisten pada jenis dari marga Uca. Namun kondisi siklus perkawinan dapat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan (Kim et al., 2004). Betina akan memilih pasangannya berdasarkan perilaku, perlakuan jantan terhadapnya atau kondisi liang yang dibuat jantan. Pada sub anak jenis U. l. 15

7 FAUNA INDONESIA Vol 8(1) Juni 2008 : MURNIATI, Uca lactea (DE HAAN, 1835) (DECAPODA; CRUSTACEA) Searching in the Fiddler Crab, Uca beebei. Behav Ecol Sociobiol. 53: Kim, T.W., Kil W.K., Robert B.S., Jae C.C Semilunar Courtship Rhytm of the Fiddler Crab Uca lactea in a Habitat with Great Tidal Variation. J. Ehol. 22: Lim, S.S.L., Ahmad S Influence of Pneumatophores on the Burrow Morphology of Uca annulipes (H. Milne Edwards, 1837) (Brachyura, Ocypodidae) in the Field and in Simulated Mangrove Micro-habitats. Crustaceana. 80(11): annulipes, betina lebih mudah untuk menilai dan memilih jantan yang berkelompok daripada jantan yang menyebar jauh. Kepiting jantan menarik pasangannya dengan cara menggerakan capit besar nya ke arah betina yang diinginkan dan menggunakan capit yang kecil untuk menarik betina masuk ke dalam liang. satu jantan dengan cara masuk ke dalam liang beberapa jantan secara bergantian Kim et al., (2004). Setelah kopulasi betina akan tinggal di dalam liang untuk mengerami telur (DeRivera et al., 2003). U. lactea akan melakukan perkawinan di dalam liang yang dibuat oleh jantan atau di permukaan dekat liang betina. Siklus hidup Larva U. lactea tidak hidup bersama dalam populasi dewasa, tetapi hidup di perairan laut dan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhannya hingga dewasa akan bergerak ke habitat asalnya. Setiap betina dapat membawa hingga telur, tergantung pada ukuran tubuhnya. Sekitar 2 minggu setelah telur keluar, telur akan menetas sebagai larva planktonik yang disebut zoea. Larva zoea terbawa terbawa oleh angin dan gelombang ke teluk. Di sini mereka akan mengalami molting 5 kali. Sekitar 3-4 minggu sebelum berkembang menjadi megalop, tahap akhir larva. Megalop akan bergerak mengikuti angin dan arus gelombang kembali ke muara. Megalop ini mengalami molting menjadi juvenile, kemudian pindah ke area mangrove dan Gambar 3. Siklus hidup U. lactea (Sumber: bersembunyi di dalam liang. Juvenil jantan dan betina tidak dapat dibedakan karena morfologinya yang serupa. Selama meliang juvenile mengalami molting hingga akhirnya menjadi dewasa (Gambar 3). Peran Ekologi U. lactea merupakan salah satu kepiting kecil, semi-terrestrial yang memiliki peran penting dalam ekologi air payau dan mangrove tropi. Kepiting ini mencerna sediment yang mengandung makanan, menyimpan dan membuangnya kembali dengan cara kimia ataupun fisik. Interaksi antara kebiasaan meliang pada Uca dengan substrat yang menjadi habitatnya dapat dilihat dari 2 perspektif: (1) pengaruh Uca terhadap substrat dan (2) pengaruh substrat dan keberadaan vegetasi terhadap Uca. Aktifitas meliang dapat meningkatkan aliran air, potensi reaksi reduksi dan oksidasi tanah, dekomposisi sisa-sisa tanaman dalam substrat secara in situ dan meningkatkan aerasi substrat dengan cara menambah area payau (Lim & Ahmad, 2004). Daftar Pustaka Crane, J Fiddler Crabs of the World. Ocypodidae: Genus Uca. Princeton, NJ. Princeton University Press. DeRivera, C.E., Patricia R.Y.B., John H.C., Sandra L.V Density Affects Female and Male Mate Poore, Gary C. B, Marine Decapod Crustacea of Southern Australia; A Guide to Identification, CSHIRO Publishing, Victoria, Australia: 21-22, Rosenberg, M. S.,2000. The Comparative Claw Morphology, Phylogeny, and Behavior of Fiddler Crabs (Genus Uca). Ph.D. Thesis. Department of Ecology and Evolution, State University of New York at Stony Brook, Stony Brook, NY. Rosenberg, M.S., The Systematic and Taxonomy of Fiddler Crabs: A Phylogeny of the Genus Uca. Crustacean Biology, 21(3):

Pola Dominansi Capit pada Uca spp. (Dekapoda:Ocypodidae)

Pola Dominansi Capit pada Uca spp. (Dekapoda:Ocypodidae) Biosfera 27 (2) Mei 2010 68 Pola Dominansi Capit pada Uca spp. (Dekapoda:Ocypodidae) Dewi Citra Murniati Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Gd Widyasatwaloka Jl. Raya Jakarta Bogor KM 46, Cibinong

Lebih terperinci

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o.

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o. ISSN 0216-9169 Fauna Indonesia Volume 8, No. 1 Juni 2008 Museum Zoologicum Bogoriense M a s y a r a k a t Z o o l o g MZI i I n d o n e s i a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor Fauna Indonesia Fauna

Lebih terperinci

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o.

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o. ISSN 0216-9169 Fauna Indonesia Volume 8, No. 1 Juni 2008 Museum Zoologicum Bogoriense M a s y a r a k a t Z o o l o g MZI i I n d o n e s i a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor Fauna Indonesia Fauna

Lebih terperinci

Populasi dan Mikrohabitat Kepiting Genus Uca di Kawasan Konservasi Mangrove Pantai Panjang, Bengkulu

Populasi dan Mikrohabitat Kepiting Genus Uca di Kawasan Konservasi Mangrove Pantai Panjang, Bengkulu SP-15-1 Hasan, R. Populasi dan Mikrohabitat Kepiting Biola di Bengkulu Populasi dan Mikrohabitat Kepiting Genus Uca di Kawasan Konservasi Mangrove Pantai Panjang, Bengkulu Population and Microhabitat of

Lebih terperinci

POLA DOMINANSI CAPIT PADA Uca spp. (DECAPODA: OCYPODIDAE)

POLA DOMINANSI CAPIT PADA Uca spp. (DECAPODA: OCYPODIDAE) POLA DOMINANSI CAPIT PADA Uca spp. (DECAPODA: OCYPODIDAE) Dewi Citra Murniati Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Gedung Widyasatwaloka Jl. Raya Jakarta Bogor KM 46, Cibinong E-mail: citra_bio@yahoo.com

Lebih terperinci

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o.

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o. ISSN 0216-9169 Fauna Indonesia Volume 8, No. 1 Juni 2008 Museum Zoologicum Bogoriense M a s y a r a k a t Z o o l o g MZI i I n d o n e s i a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor Fauna Indonesia Fauna

Lebih terperinci

TUNGKAL I TANJUNG JABUNG BARAT

TUNGKAL I TANJUNG JABUNG BARAT Volume 16, Nomor 2, Hal. 43-50 Juli Desember 2014 ISSN:0852-8349 KEPADATAN KEPITING BIOLA (Uca spp.) JANTAN DAN BETINA DI DESA TUNGKAL I TANJUNG JABUNG BARAT Afreni Hamidah, Melki Fratiwi, dan Jodion Siburian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: ), Juni 2018

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: ), Juni 2018 KEPADATAN POPULASI Uca lactea DAN Uca coarcata PADA BIOTOP YANG BERBEDA DI BENGKULU Rusdi Hasan 1), Desi Puspita Sari 2), Irwandi 3) 1,2,3) Univesitas Muhammadiyah Bengkulu, Bengkulu E-mail: rusdihasan@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Fauna Tropika

Jurnal Fauna Tropika Volume 18, Nomor 1, Juni 2009 ISSN 0215-191X ZOO INDONESIA Jurnal Fauna Tropika Akreditasi : 119/AKRED/LIPI/P2MBI/06/2008 (Predikat B) PERBANDINGAN LUAS TUTUPAN SPOON TIPED SETAE MAKSILIPED KEDUA PADA

Lebih terperinci

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor ISSN Volume 9, No. 1 Juni Uca dussumieri. o o. l o g i I n d o n e s

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor ISSN Volume 9, No. 1 Juni Uca dussumieri. o o. l o g i I n d o n e s ISSN 0216-9169 Fauna Indonesia Volume 9, No. 1 Juni 2010 Uca dussumieri M a s y a r a k a t Z o o l o g M Z I i I n d o n e s i a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor Fauna Indonesia Fauna Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indramayu merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang cukup tinggi. Wilayah pesisir Indramayu mempunyai panjang

Lebih terperinci

JENIS DAN SEBARAN Uca spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE BENOA, BADUNG, BALI

JENIS DAN SEBARAN Uca spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE BENOA, BADUNG, BALI JENIS DAN SEBARAN Uca spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE BENOA, BADUNG, BALI SPECIES AND DISTRIBUTION OF Uca spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) IN MANGROVE AREA BENOA,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepiting bakau (Scylla spp.) tergolong dalam famili Portunidae dari suku Brachyura. Kepiting bakau hidup di hampir seluruh perairan pantai terutama pada pantai yang ditumbuhi

Lebih terperinci

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor ISSN Volume 9, No. 1 Juni Uca dussumieri. o o. l o g i I n d o n e s

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor ISSN Volume 9, No. 1 Juni Uca dussumieri. o o. l o g i I n d o n e s ISSN 0216-9169 Fauna Indonesia Volume 9, No. 1 Juni 2010 Uca dussumieri M a s y a r a k a t Z o o l o g M Z I i I n d o n e s i a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor Fauna Indonesia Fauna Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI ANTAR POPULASI Uca vocans (BRACHYURA: OCYPODIDAE) PADA BEBERAPA KAWASAN MANGROVE DI PULAU LOMBOK

ANALISIS MORFOLOGI ANTAR POPULASI Uca vocans (BRACHYURA: OCYPODIDAE) PADA BEBERAPA KAWASAN MANGROVE DI PULAU LOMBOK Analisis Morfologi Antar Populasi Uca vocans (Brachyura: Ocypodidae) pada Beberapa Kawasan Mangrove di Pulau ANALISIS MORFOLOGI ANTAR POPULASI Uca vocans (BRACHYURA: OCYPODIDAE) PADA BEBERAPA KAWASAN MANGROVE

Lebih terperinci

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan) ORDO DECAPODA Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan) LOBSTER LAUT Salah satu jenis komoditas yang biasa ditemukan di kawasan terumbu karang adalah udang barong atau udang karang (lobster).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau S. oceanica Kepiting bakau S. oceanica dapat digolongkan ke dalam kelas Krustase, ordo Decapoda, famili Portunidae dan genus Scylla

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

BIOLOGI DAN EKOLOGI UCA spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) DI DAERAH MANGROVE DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR

BIOLOGI DAN EKOLOGI UCA spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) DI DAERAH MANGROVE DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR BIOLOGI DAN EKOLOGI UCA spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) DI DAERAH MANGROVE DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR Rianta Pratiwi Pusat Riset Oseanograpi LIPI Jl. Pasir Putih 1. Ancol Timur, Jakarta 14430

Lebih terperinci

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o.

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o. ISSN 0216-9169 Fauna Indonesia Volume 8, No. 1 Juni 2008 Museum Zoologicum Bogoriense M a s y a r a k a t Z o o l o g MZI i I n d o n e s i a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor Fauna Indonesia Fauna

Lebih terperinci

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster ORDO DECAPODA Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster Kelompok Macrura Bangsa Udang dan Lobster Bentuk tubuh memanjang Terdiri kepala-dada (cephalothorax) dan abdomen (yang disebut ekor) Kaki beruas

Lebih terperinci

Morfologi Kepiting Biola (Uca spp.) di Desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat Jambi

Morfologi Kepiting Biola (Uca spp.) di Desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat Jambi Morfologi Kepiting Biola (Uca spp.) di Desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat Jambi Morphology of Fiddler Crabs (Uca spp.) in Tungkal I st Village, West Tanjung Jabung, Jambi Tia WULANDARI 1), Afreni HAMIDAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman makhluk hidup begitu banyak dalam kehidupan di muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya tumbuhan, hewan pun memiliki

Lebih terperinci

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG. TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh: Fetro Dola Samsu 1, Ramadhan Sumarmin 2, Armein Lusi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting hidup di daerah muara sungai dan rawa pasang surut yang banyak ditumbuhi vegetasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR @ 2004 Untung Bijaksana Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor September 2004 Dosen : Prof. Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng IKAN HARUAN DI PERAIRAN KALIMANTAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sulistiono et al. (1992) dalam Mulya (2002) mengklasifikasikan kepiting. Sub Filum: Mandibulata. Sub Ordo: Pleocyemata

TINJAUAN PUSTAKA. Sulistiono et al. (1992) dalam Mulya (2002) mengklasifikasikan kepiting. Sub Filum: Mandibulata. Sub Ordo: Pleocyemata TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kepiting bakau (Scylla spp.) Sulistiono et al. (1992) dalam Mulya (2002) mengklasifikasikan kepiting bakau sebagai berikut; Filum: Arthropoda Sub Filum: Mandibulata Kelas:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor ISSN Volume 9, No. 1 Juni Uca dussumieri. o o. l o g i I n d o n e s

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor ISSN Volume 9, No. 1 Juni Uca dussumieri. o o. l o g i I n d o n e s ISSN 0216-9169 Fauna Indonesia Volume 9, No. 1 Juni 2010 Uca dussumieri M a s y a r a k a t Z o o l o g M Z I i I n d o n e s i a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor Fauna Indonesia Fauna Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia, dengan 17.504 buah pulau dan garis pantai mencapai 104.000 km. Total luas laut Indonesia adalah

Lebih terperinci

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *) Swamp Eels (Synbranchus sp.) Jenis... di Danau Matano Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Lebih terperinci

UJI VARIABEL POTENSI DAN PERTUMBUHAN DARI KOMUNITAS KEPITING WARNA WARNI GENUS FIDDLER (Uca Spp) DI KKMB KOTA TARAKAN

UJI VARIABEL POTENSI DAN PERTUMBUHAN DARI KOMUNITAS KEPITING WARNA WARNI GENUS FIDDLER (Uca Spp) DI KKMB KOTA TARAKAN UJI VARIABEL POTENSI DAN PERTUMBUHAN DARI KOMUNITAS KEPITING WARNA WARNI GENUS FIDDLER (Uca Spp) DI KKMB KOTA TARAKAN 1) Jamiludin, 1) Rizal, 1) Alfrida, 2) Ratno Achyani 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di perairan Indonesia diperkirakan lebih dari 100 spesies jenis kepiting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di perairan Indonesia diperkirakan lebih dari 100 spesies jenis kepiting BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifiksi Kepiting Bakau (Scylla serrata) Di perairan Indonesia diperkirakan lebih dari 100 spesies jenis kepiting yang tergolong dalam keluarga Portunidae. Portunidae merupakan

Lebih terperinci

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kepiting BakauScylla tranquebarica Kepiting Bakau S. tranquebaricamerupakan salah satu spesies dari genus Scylla yang mendiami kawasan ekosistem

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS KEPITING BIOLA (Uca spp.) DI EKOSISTEM MANGROVE DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO

STRUKTUR KOMUNITAS KEPITING BIOLA (Uca spp.) DI EKOSISTEM MANGROVE DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO STRUKTUR KOMUNITAS KEPITING BIOLA (Uca spp.) DI EKOSISTEM MANGROVE DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO Oleh Trya Natania, N. Ervina Herliany, Aradea Bujana Kusuma Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kepiting Pasir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kepiting Pasir 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kepiting Pasir Klasifikasi Emerita emeritus menurut Zipcodezoo (2012) dan Hippa ovalis menurut crust.biota.biodiv.tw (2012) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada dan Rusia. Panjang garis pantai

Lebih terperinci

Keanekaragaman Kepiting Biola di Kawasan Mangrove Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Keanekaragaman Kepiting Biola di Kawasan Mangrove Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Slamet Mardiyanto Rahayu, Wiryanto, dan Sunarto. (2018). Keanekaragaman Kepiting Biola di Kawasan Mangrove Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Vol. 4 (1) Pp. 53-63. Doi: https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v4i1.3136

Lebih terperinci

VARIASI KARAKTER KUANTITATIF KEPITING Uca annulipes (BRACHYURA: OCYPODIDAE) di KEPULAUAN INDONESIA

VARIASI KARAKTER KUANTITATIF KEPITING Uca annulipes (BRACHYURA: OCYPODIDAE) di KEPULAUAN INDONESIA Bio-site. Vol. 01 No. 1, November 2015 : 41-56 ISSN : 2502-6178 VARIASI KARAKTER KUANTITATIF KEPITING Uca annulipes (BRACHYURA: OCYPODIDAE) di KEPULAUAN INDONESIA VARIATION OF THE UCA ANNULIPES (BRACHYURA:

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI KEPITING DI PERAIRAN TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

STUDI BIOLOGI KEPITING DI PERAIRAN TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU STUDI BIOLOGI KEPITING DI PERAIRAN TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Rusmadi 1, Henky Irawan 2, Falmi Yandri 2 Mahasiswa 1, Dosen Pembimbing 2 Jurusan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. STUDI POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla spp.) PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI ITIK KECAMATAN SADU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

ARTIKEL ILMIAH. STUDI POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla spp.) PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI ITIK KECAMATAN SADU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla spp.) PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI ITIK KECAMATAN SADU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR OLEH ASMARIYA NIM A1C412039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup yang berada di suatu lingkungan akan saling berinteraksi, interaksi terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup itu sendiri maupun makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

Struktur Komunitas Uca Spp. Di Kawasan Hutan Mangrove, Bedul Utara, Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur

Struktur Komunitas Uca Spp. Di Kawasan Hutan Mangrove, Bedul Utara, Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur Struktur Komunitas Spp. Di Kawasan Hutan Mangrove, Bedul Utara, Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur 1) Muhamad Rizal 2), Dewi Febriyanti 3), Husna Sabila 3), Wahyu Damarwati 4), Hanum Isfaeni 5) Prodi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/KEPMEN-KP/2018 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN TERBATAS IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove tergolong ekosistem yang unik. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di daerah tropis. Selain itu, mangrove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

JURNAL JENIS LOBSTER DI PANTAI BARON GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA. Disusun oleh : Mesi Verianta

JURNAL JENIS LOBSTER DI PANTAI BARON GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA. Disusun oleh : Mesi Verianta JURNAL JENIS LOBSTER DI PANTAI BARON GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA Disusun oleh : Mesi Verianta 090801117 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI YOGYAKARTA 2016 JENIS LOBSTER

Lebih terperinci

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas Siklus hidup Artemia (gambar 3) dimulai pada saat menetasnya kista atau telur, dimana setelah 15-20 jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas manjadi embrio. Selanjutnya dalam waktu beberapa jam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Burung Pantai Menurut Mackinnon et al. (2000) dan Sukmantoro et al. (2007) klasifikasi burung pantai adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Fillum : Chordata

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2016 TENTANG TATA CARA REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau berbintil yang termasuk dalam filum echinodermata. Holothuroidea biasa disebut timun laut (sea cucumber),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KEPITING BIOLA DI KAWASAN MANGROVE KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH

KEANEKARAGAMAN KEPITING BIOLA DI KAWASAN MANGROVE KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 Halaman 69-78 p-issn 1978-8096 e-issn 2302-3708 KEANEKARAGAMAN KEPITING BIOLA DI KAWASAN MANGROVE KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH Biodiversity of Fiddler Crab

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan jumalah Individu 1 BAB V PEMBAHASAN A. Familia Bivalvia yang didapatkan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus, di mana penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas garis pantai yang panjang + 81.000 km (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007), ada beberapa yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 POTENSI KEPITING BAKAU DI WILAYAH PERAIRAN SEKITAR TAMBAK DESA MOJO KAB PEMALANG pms-12 Arthur Muhammad Farhaby 1 * Johannes Hutabarat 2 Djoko Suprapto 2 dan Jusup Suprijanto 2 1 Mahasiswa Program Double

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan menggunakan metode penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan gambaran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Tjardhana dan Purwanto,

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR REPLANTASI MANGROVE (Rhizophora sp.) SEBAGAI HABITAT Uca sp.

PENGARUH UMUR REPLANTASI MANGROVE (Rhizophora sp.) SEBAGAI HABITAT Uca sp. PENGARUH UMUR REPLANTASI MANGROVE (Rhizophora sp.) SEBAGAI HABITAT Uca sp. Effect of Mangrove (Rhizophora sp.) Replantation Age as Habitat Quality of Uca sp. Novia Firza Wijayanti Rizal, Djoko Suprapto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir

Lebih terperinci

Oleh. Firmansyah Gusasi

Oleh. Firmansyah Gusasi ANALISIS FUNGSI EKOLOGI HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Biologi Pada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya hayati perairan laut merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

KEHIDUPAN UDANG REGANG, MACROBRACHIUM SINTANGENSE (DE MAN)

KEHIDUPAN UDANG REGANG, MACROBRACHIUM SINTANGENSE (DE MAN) BERITA BIOLOGI 2 (3) Januari 1979 45 KEHIDUPAN UDANG REGANG, MACROBRACHIUM SINTANGENSE (DE MAN) FEIZAL SABAR Museum Zoologicum Bogoriense - LBN, Bogor PENDAHUL UAN Pengetahuan mengenai perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Menurut (Sukmadinata, 2013) penelitian deskriptif diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki

Lebih terperinci

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan EDARAN KE DUA Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II Tema: Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan BUKITTINGGI, 9-11 SEPTEMBER 2014

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

JENIS DAN SEBARAN Uca spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) DI DAERAH MANGROVE DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR

JENIS DAN SEBARAN Uca spp. (CRUSTACEA: DECAPODA: OCYPODIDAE) DI DAERAH MANGROVE DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR 322 Short Paper JENIS DN SERN Uca spp. (CRUSTCE: DECPOD: OCYPODIDE) DI DERH MNGROVE DELT MHKM, KLIMNTN TIMUR SPECIES ND DISTRIUTION OF Uca spp. (CRUSTCE: DECPOD: OCYPODIDE) IN MNGROVE RE, MHKM DELT, EST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang memiliki ciri khusus yaitu lantai hutannya selalu digenangi air, dimana air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau (Scylla spp.) Indonesia dan merupakan hewan Arthropoda yang terbagi kedalam empat family,

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau (Scylla spp.) Indonesia dan merupakan hewan Arthropoda yang terbagi kedalam empat family, TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau (Scylla spp.) Kepiting merupakan salah satu hewan air yang banyak di jumpai di Indonesia dan merupakan hewan Arthropoda yang terbagi kedalam empat

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung

Lebih terperinci

Keanekaragaman Kepiting Biola (Uca spp) di Ekosistem Mangrove Kampung Laut Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Keanekaragaman Kepiting Biola (Uca spp) di Ekosistem Mangrove Kampung Laut Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Keanekaragaman Kepiting Biola (Uca spp) di Ekosistem Mangrove Kampung Laut Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Try Susanti 1, Kasful Anwar 2, Sahrudin Samsudin 3 1,2,3) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki tidak kurang dari 17.500 pulau dengan luasan 4.500 km 2 yang terletak antara daratan Asia

Lebih terperinci

VARIASI MORFOMETRI UDANG KETAK DARAT Thalassina anomala (Herbst) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

VARIASI MORFOMETRI UDANG KETAK DARAT Thalassina anomala (Herbst) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI VARIASI MORFOMETRI UDANG KETAK DARAT Thalassina anomala (Herbst) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI MORPHOMETRIC VARIATIONS OF MUD LOBSTER Thalassina anomala (Herbst) IN TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

Lebih terperinci

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kurau Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus eleutheronema dan Species Eleutheronema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 78 % wilayah Indonesia merupakan perairan sehingga laut dan wilayah pesisir merupakan lingkungan fisik yang mendominasi. Di kawasan pesisir terdapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis PENDAHULUAN Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis kondisi dan keberadaannya. Beberapa

Lebih terperinci

Keanekaragaman Kepiting Biola (Uca spp.) di Desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat

Keanekaragaman Kepiting Biola (Uca spp.) di Desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat Keanekaragaman Kepiting Biola (Uca spp.) di Desa Tungkal I Tanjung Jabung Barat Diversity Violin crab (Uca spp.) in the village of Tungkal I Tanjung Jabung Barat Dawam SUPRAYGOGI 1), Jodion SIBURIAN, 2)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa, sebagian diantaranya dikategorikan langka, tetapi masih mempunyai potensi untuk ditangkarkan, baik

Lebih terperinci

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan EDARAN KE DUA Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II Tema: Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan BUKITTINGGI, 16-18 SEPTEMBER 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan 1 2 Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Menurut Mastaller (1997) kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi untuk menerangkan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA. Genus Scylla mempunyai tiga spesies lain yaitu Scylla serata, S. oseanica dan S.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA. Genus Scylla mempunyai tiga spesies lain yaitu Scylla serata, S. oseanica dan S. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kepiting Bakau Klasifikasi Scylla paramamosain menurut King (1995) dan Keenan (1999) dalam Pavasovic (2004) adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Subfilum: Crustacea

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekologi Udang Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang tempat hidupnya adalah di perairan air tawar, air payau dan air asin. Jenis udang sendiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN JURNAL TAHUN 2017

PANDUAN PENULISAN JURNAL TAHUN 2017 PANDUAN PENULISAN JURNAL TAHUN 2017 LEMBAGA PENELITIAN, PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS SAMUDRA 2017 KATA PENGANTAR Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Penjaminan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 2TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci