ANALISIS HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA NEGERI 2 GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA NEGERI 2 GORONTALO"

Transkripsi

1 1 ANALISIS HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA NEGERI 2 GORONTALO REFLY RISDIANTO HUMONGGIO FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN PROGRAM STUDI PENJASKESREK UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 gorontalo. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Random samplingnya dengan menggunakan cara undian. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif. Teknik Analisa Data yang digunakan adalah analisis deskrptif. Dari hasil penelitian dapat diidentifikasi bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan siswa SMA Negeri 2 Gorontalo sudah termasuk kategori baik. berdasarakan hasil penelitian hasil belajar diperoleh dari Proses Kegiatan Belajar Mengajar (aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran), sarana dan prasarana dan evaluasi hasil belajar. Kata Kunci :, Proses Kegiatan Belajar Mengajar, sarana dan Prasarana, evaluasi hasil belajar siswa dan Hasil Belajar Siswa dan Penjasorkes. PENDAHULUAN Konteks penelitian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan apsek kesehatan, kebugaran jasmani,keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan.

2 2 Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Menurut Danang (2010:5) bahwa pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, maupun emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Sementara itu (Husdarta, 2009:3-4) mengungkapakan bahwa Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kulitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjaskes berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani dan kesehatan yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Berkaitan dengan hal ini, diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Aset bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alamnya yang melimpah akan tetapi terletak pada sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia indonesia sebagai kekayaan yang kekal dan moral untuk mencapai kemajuan bangsa, peningkatan mutu pendidikan menengah atas berlaku menyeluruh, termasuk di dalamnya adalah pendidikan jasmani. Pada jenjang sekolah menengah atas sistem pembelajaran dilaksanakan melalaui pendekatan mata pelajaran. Berdasarkan kurikulum KTSP yang ada pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan adalah materi pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dengan kata lain, mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu wahana untuk mencapai tujuan pendidikan dalam keseluruhan komponen sistem pendidikan nasional. Menurut ( Podungge, 2011:322 ) bahwa Penjasorkes merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, dimana bidang studi Penjasorkes di sekolah mempunyai peran

3 unik dibanding bidang studi lain, adapun peran unik itu diantaranya : 1) meletakkan dasar karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani, 2) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, toleransi dalam konteks kemajuan budaya, etnis dan agama, 3) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis, 4) mengebangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), pendidikan luar sekolah (outdoor education), 5) mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasiuntuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat. Hal diatas senada dengan pendapat Paturusi ( 2012:20) bahwa ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu: (1) Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa, (2) Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta (3) Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek. Pelajaran penjasorkes merupakan salah satu mata pelajaran dari sekolah yang mulai di ajarkan pada sekolah dasar sampai sekolah menengah atas bahkan sampai keperguruan tinggi.disekolah dasar pelajaran penjasorkes belum diajarkan secara khusus, tetapi secara tidak langsung mereka telah mengenal dan mempelajari ilmu penjas.bagi siswa sekolah menengah atas mungkin pelajaran penjas sudah tidak asing lagi karena mereka telah memperoleh pengetahuan dasar tentang pelajaran penjas dengan baik, maka tidak sedikit diantara mereka yang merasakan bahwa pelajaran penjasorkes sulit dipahami.sehingga dengan demikian siswa mau melakukan dan mempelajari pelajaran penjasorkes. Hasil belajar merupakan suatu proses akhir dalam kegiatan belajar mengajar disekolah baik SD, SMP dan SMA. Dimana hasil belajar sebagai alat untuk mengetahui berhasil tidaknya peserta didik pada setiap mata pelajaran. Di dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik yang perlu diperhatikan oleh setiap guru Penjasorkes adalah tingkat pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah jasmani, psikomotor, kognitif, dan apektif. Menurut Sudjana (2010:22,23) mengungkapkan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. 3

4 4 Hasil belajar dapat dicapai dengan baik apabila komponen-komponen dalam pengajaran meliputi : tujuan pengajaran, materi pelajaran, metode pembelajaran, siswa dan guru, memiliki keterkaitan yang baik. Sebagai contoh guru harus menguasai materi yang akan disampaikan kesiswa, ia menggunakan metode mengajar yang tepat dan tersedianya media pengajaran yang sesuai. Hal ini dapat menunjang kemudahan siswa dalam menerima pelajaran dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pembelajaran dari guru. Namun dalam pembelajaran penjasorkes tersebut masih ada siswa yang belum menunjukkan hasil yang di harapkan. Hal ini bisa dibuktikan pada kompetensi siswa SMA itu sendiri baik kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik. Dengan demikian hal ini berdampak pada hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang kurang memuaskan. Pembelajaran Penjasorkes di SMA Negeri 2 Gorontalo, masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvesional/tradisional. Artinya bahwa pembelajaran tersebut masih berpusat pada guru (teacher centered). Kurangnya kebebasan siswa dalam mengeksplorasikan kemampuannya serta pembelajaran yang dilakukan berulang-ulang dan sering kali siswa harus menunggu giliran untuk melakukan gerakan. Sehingga hal ini berdampak pada munculnya emosional siswa yaitu rasa bosan dan disertai dengan ketidakseriusan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Padahal untuk anak tingkat usia SMA merupakan masa peralihan dari remaja ke dewasa, dimana anak pada usia ini hampir sama masa peraliahannya dengan anak SMP. Khususnya Kelas X, masih didominasi oleh masa bermain (siswa tertarik pada permainan) sehingga guru harus menyesuaikan dengan usia perkembangan siswa. Perlu kejelian seorang guru penjas meningkatkan hasil belajar penjasorkes peserta didiknya (siswa). Oleh karena itu guru harus mampu menerapkan model, metode dan strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan, dan juga harus didukung oleh waktu, tempat dan sarana dan prasarananya. Maka berdasarkan uraian permasalahan tersebut, membuat penulis tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul Analisis Hasil Belajar Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo. Fokus Penelitian Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo? Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian konteks masalah dan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimanakah Hasil Belajar Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo Manfaat Penelitian

5 Secara Teoritis Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran serta dapat memberikan informasi secara ilmiah dan dapat memberikan masukan kepada semua pihak pengajar, khususnya bagi pengajar pendidikan jasmani dalam usaha meningkatkan hasil belajar agar tujuan yang diharapkan sesuai harapan Secara Praktis Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan mengenai hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Hal ini diharapkan dapat membantu guru pendidikan jasmani dalam mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran terutama bagi sekolah-sekolah yang belum menggunakan evaluasi hasil belajar secara maksimal. KAJIAN TEORITIS Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Menurut Yudanto (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanusiaan. Dalam hal ini Rosdiani ( 2012:41) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah sebuah bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Husdarta (2009:167) mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanusiaan. Sedangkan menurut Paturusi (2012:29) bahwa pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainanan dan olahraga. Didalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik.

6 6 Menurut (Paturusi, 2012:29) bahwa pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahragaagar mereka menguasai keterampilan olahraga. Selanjunya yang ditekankan disini adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode pembelajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup kedalam proses pembelajaran. Paturusi (2012: 29-30) mengungkapkan bahwa Pendidikan kesehatan adalah usaha yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan, yang meliputi seluruh aspek pribadi baik (fisik, mental, dan sosial) agar dapat berubah dan berkembang secara harmonis. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat terintegrasi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga. Menurut (paturusi, 2012:1) bahwa Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia indonesia seutuhnya. Sumbangan nyata pendidikan jasmani dan olahraga adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi pendidikan jasmani dan olahraga menjadi unik,sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan. Hal ini sekaligus mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dan olahraga dari pelajaran-pelajaran lainnya. Parenkuan (2010:40) mengungkapkan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian dari proses pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan manusia secara menyeluruh (fisik, mental, sosial, intelektual, emosional, spiritual) melalui media aktivitas fisik. Menurut Junaidi (2010:12) bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertemuan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikapmental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Hakikat Hasil Belajar Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan ini dilakukan secara sadar dan terencana yang mengarah pada pencapaian tujuan dari kegiatan belajar yang sudah dirumuskan dan diterapkan sebelumnya. Keberhasilan dalam belajar terlihat dari siswa yang berprestasi. Rusman (2012:1) berpendapat bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses melihat, mengamati, dan memahami. Kemudian Sutikno (2013:3-4) bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

7 7 perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas peran aktif guru yang aktif mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif, menyenangkan dan mampu memberi semangat kepada siswa. Rendahnya prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor baik internal maupun eksternal siswa itu sendiri. Faktor internal antara lain minat siswa, bakat, motivasi dan intelegensi sedangkan faktor eksternal antara lain metode belajar, fasilitas, media, proses belajar baik disekolah maupun luar sekolah. Menurut Ahmadi, Setyono dan Amri (2011: ) bahwa belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperhatikan. Jadi belajar terjadi hanya dapat diketahui bila ada sesuatu diingat dan apa yang dipelajari itu. Suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat dengan setelah diajarkan. Akan tetapi dalam waktu tertentu dapat terjadi perubahan, karena yang diingat itu dapat dilupakan sebagian atau seluruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain: 1) jumlah yang dipelajari dalam waktu tertentu, 2) adanya kegiatan-kegiatan yang lain sesudah belajar, yang merupakan interference yang mengganggu apa yang diingat itu, 3) waktu yang tersisa setelah berlangsungnya belajar juga dapat mengandung kegiatan yang mengganggu. Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajanmerupakan proses yang komplek dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi. Menurut Suprijono (2013:5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan Aunurrahman (2012:109) mengungkapkan bahwa hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh anak adalah terjadinya perubahan perilaku secara holistik. Pandangan yang menitikberatkan hasil belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan saja merupakan wujud dari pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran harus dapat menyentuh dimensi-dimensi individual anak secara menyeluruh, termasuk dimensi emosional yang dalam waktu cukup lama luput dari perhatian. Menurut Wena (2012:22) bahwa variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1) keefektifan (effectiveness), 2) efisiensi ( efficiency), dan 3) daya tarik (appeal). Menurut Wena (2012:22) Dalam pelaksanaan pembelajaran ada beberapa variable, baik teknis maupun non teknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran. Beberapa variable tersebut antara lain: 1) Kemampuan guru dalam membuka pelajaran, 2) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, 3) Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran, 4) Kemampuan guru dalam menutup pembelajaran, dan 5) Faktor penunjang lainnya. Menurut Sudjana (2010:3) Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Sudjana (2010:3) menambahkan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Sudjana (2010:22) Mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai

8 objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Mujiman, (2009: 76-77) menjelaskan bahwa evaluasi hasil belajar terbagi atas tiga jenis evaluasi, yaitu: 1) tes objektif dan esai; tujuan evaluasi adalah untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah mengikuti pelatihan, 2) portfolio; untuk mengukur secara lebih konprehensif capaian belajar partisipan, sekaligus untuk menumbuhkan motivasi belajar, dalam pelatihan dapat digunakan evaluasi diri dengan pelaporan portfolio, dan 3) evaluasi diri dan motivasi belajar; evaluasi jenis ini menempatkan partisipan dalam posisi sebagai hakim terhadap capaian belajarnya sendiri. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mujiono (2009: 200) bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Hasil kegiatan hasil belajar berfungsi untuk (i) diagnostic dan pengembangan, (ii) seleksi, (iii) kenaikan peringkat belajar, dan (iv) penempatan siswa. Adapun sasaran evaluasi hasil belajar berorientasi pada perbaikan dan peningkatan pada kemampuan ranah-ranah kognitif, afektif, danp sikomotor siswa. Sudjana (2010:22,23) mengungkapkan bahwa dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. Sementara itu menurut Sutikno (2013: 4) bahwa hasil dari belajar adalah ditandai dengan adanya perubahan, yaitu perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas tertentu. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu. Hasil belajar yaitu kemampuan yang diperoleh setelah mendapat kegiatan belajar yang mengakibatkan perubahan dalam ciri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Sementara itu menurut Hanafiah dan Suhana, (2010:9-10) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, antara lain: 1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya, yang mencakup: a. Tingkat kecerdasan (intelligent quetion); b. Bakat (aptitude); c. Sikap (attitude); 8

9 9 d. Minat (interest); e. Motivasi (motivation); f. Keyakinan (belief); g. Kesadaran (consciousness); h. Kedisiplinan (discipline); i. Tanggung jawab (responsibility). 2. Pengajar yang profesional yang memiliki: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi sosial; c. Kompetensi personal; d. Kompetensi profesional; e. Kualifikasi pendidikan yang memadai; f. Kesejahtreraan yang memadai. 3. Atmosfir pembelajaran partisipasif dan interaktif yang dimanifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah (multiplecommunication) secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan, yaitu : a. Komunikasi antara guru dengan peserta didik; b. Komunikasi antara peserta didik dngan peserta didik; c. Komunikasi kontekstual dengan integratif antara guru, peserta didik, dan lingkungannya. 4. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, sehingga peserta didik merasa betah dan bergairah (enthuse) untuk belajar, yang mencakup: a. Lahan tanah, antara lain kebun sekolah, halaman, dan lapangan olahraga; b. Bangunan, antara lain ruang kantor, kelas, laboratorium, perpustakaan, dan ruang aktivitas ektra kulikuler; c. Perlengkapan, antara lain alat tulis kantor, media pembelajaran, baik elektronik maupun manual. 5. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus mengenai perubahan perilaku (behavior change) peserta didik secara integral, baik yang berkaitan dengan kognitif, afektif, maupun psikomotor. 6. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu, dan teknologi, serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan. Lingkungan ini merupakan faktor peluang (opportunity) untuk terjadinya belajar konstektual (constextual learning). 7. Atmosfir kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisipasif, demokratis, dan situsional yang dapat membangun kebahagiaan intelektual (intelectual happiness), kebahagiaan emosional (emotional happiness), kebahagiaan dalam merekayasa ancaman menjadi peluang (adversity happiness), dan kebahagiaan spiritual (spiritual happiness). 8. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin (recurrent budget) maupun biaya pembangunan (capital budget) yang datangnya dari pihak pemerintah,

10 10 orang tua, maupun stakeholder lainnya sehingga sekolah mampu melangkah maju dari sebagai pengguna dana (cost) menjadi penggali dana (revenue). Aunurrahman (2012:37) menjelaskan bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang di tempuh untuk mencapai suatu tujuan, tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan dan meyimpulkan hasil penelitian melalui suatu cara yang sesuai dengan prosedur. Dalam menggunakan suatu metode tergantung pada penelitian yang hendak dicapai, atau dengan kata lain penggunaan suatu metode harus melihat sejauh mana efektif, efisien, dan relevansinya. Suatu metode dikatakan efektif apabila dalam prosesnya terlihat adanya perubahan positif menujuk kearah yang diharapkan. Efektif tidaknya suatu metode dilihat dari penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga kerja yang digunakan sehemat mungkin tetapi mencapai hasil yang maksimal. Relevan atau tidaknya suatu metode dapat kita lihat dari kecocokan, kegunaan dan tidak terjadi banyaknya penyimpangan pada saat proses penggunaan metode tersebut maka tersebut dikatakan relevan atau sesuai. Sesuai dengan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo, maka metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Maksum (2009:17) mengungkapkan bahwa Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena, atau peristiwa tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informansi terkait dengan fenomena, kondisi, atau variabel tertentu dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis. Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Adapun cara untuk memperoleh informasi adalah sebagai berikut: dengan melakukan wawancara dan observasi kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana dan guru penjasorkes. Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Adapun penelitian deskriptif yakni hasil belajar pendidikan jasmni, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo. Tempat, Waktu Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Tempat Penelitian

11 11 Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo yang berlokasi di Kec. Kota Barat Kota Gorontalo. Mata Pelajaran Penjasorkes di laksanakan 1 kali dalam satu minggu (2 jam pelajaran) dan setiap jam berdurasi 45 menit setiap per jam mata pelajaran. Berdasarkan kondisi kelas X, peneliti menentukan bahwa kelas tersebut perlu di teliti. Peneliti akan mencoba mendeskripsikan hasil belajar siswa tentang mata pelajaran penjasorkes Waktu Penelitian Waktu penelitian di laksanakan sesuai dengan SK Penelitian. Definisi Operasional Variabel 1. Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan seharihari. 2. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah proses pembelajaran melalui kegiatan fisik yang dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sportif, dan kecerdasan emosional. Populasi Dan Sampel Populasi Pada penelitian ini untuk memproses pemecahan masalah diperlukan data, dan data diperoleh dari obyek penelitian atau populasi yang diselidiki. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek yang mempunyai sifatsifat umum. Dari populasi dapat diambil sejumlah data yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang diteliti. Mengenai pengertian populasi menurut Satori dan Komariah (2012:46) bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Berkaitan dengan subjek dan objek berkeneean dengan siapa dan apa. Siapa yang akan diteliti berkaitan dengan orang yang berada pada unit penelitian atau unit analisis yang diteliti (individu, kelompok, atau organisasi). Sedang apa yang akan diteliti merujuk pada isi, yaitu data apa, cakupannya (scope) dan juga waktu. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Kota Gorontalo. Menyimak dari uraian sebelumnya, pada dasarnya populasi adalah keseluruhan jumlah sumber data yang hendak dipelajari atau dikenal dengan penelitian. Sampel Menurut Satori dan Komariah (2012: 48) bahwa sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya secara representatif, untuk itu dalam penelitian ini sampel yang diteliti adalah siswa kelas X 9 SMA Negeri 2 Kota Gorontalo yang berjumlah 35 siswa.

12 12 Menyimak dari uraian diatas, pada dasarnya sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Dengan demikian maka jelas keterkaitan antar populasi dan sampel dalam suatu penelitian. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, peneliti melakukan beberapa kegiatan. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi tentang bagaimana proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, bagaimana KBM Penjasorkes, bagaimana sarana dan prasarana olahraga dan bagaimana evaluasi hasil belajar kelas X 9 dan observasi tersebut di fokuskan pada hasil belajar siswa. Peneliti juga memberikan wawancara pada semua anggota tim peneliti baik kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, dan guru pedidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi sebagai data pendukung penelitian. Teknik Analisa Data Data yang terkumpul dari nilai hasil belajar belajar siswa yang kemudian di analisis oleh peneliti secara deskriptif (analisis deskriptif) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I, yaitu analisis hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatandi SMA Negeri 2 Gorontalo.Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang mendalam dengan informan, Sebagai bentuk pencarian data dan observasi langsung dilapangan yang kemudian peneliti analisis. Tabel 4.1 Jadwal Wawancara No Nama Informan Waktu Wawancara Tempat 1 H. Hasan T Aja, S.Ag. M.HI Sabtu, 18 mei 2013 Ruang Kepsek 2 Yolanda Pateda, M.Pd Senin, 20 mei 2013 Dewan Guru 3 Drs. Yance Hilimi Selasa, 21 mei 2013 Ruang Guru OR Sumber : Dokumen Peneliti, 2013 Wawancara dilakukan pada tanggal 18, 20, dan 21 mei 2013, yang bertempat di SMA Negeri 2 Gorontalo. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan siswa SMA Negeri 2 Gorontalo. Agar penelitian ini lebih akurat dan objektif, peneliti mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan observasi dilapangan untuk melihat secara langsung apa yang menjadi faktor penunjang hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif/non statistik, yang merupakan metode untuk menggambarkan dan menjelaskan hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan secara factual. Penelitian kualitatif/non statistik ini merupakan prosedur

13 13 penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang didasari oleh orang atau prilaku yang diamati. Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat daftar pertanyaan untuk wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan diri sendiri oleh peneliti. Untuk dapat mengetahui sejauh mana hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo.Pertama, menyusun daftar untuk pertanyaan wawancara berdasarkan indicator pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber. Kedua, melakukan wawancara mendalam dengan kepala SMA Negeri 2 Gorontalo, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana dan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan siwa. Ketiga, melakukan observasi langsung dilapangan untuk melihat secara langsung guru ketika mengajarkan siswanya materi-materi pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.keempat, memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajuakan ke narasumber. Kelima,mendeskripsikan data hasil penelitian. Keenam, menganalisis hasil data yang telah dilakukan. 1. Menyusun daftar pertanyaan wawancara Pada tahap ini peneliti membuat pedoman wawancara, digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Berdasarkan dari proses yang akan ditanyakan kepada informan penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan wawancara penelitian kepada informan. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah informan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Karena sebelum masuk kedalam tahap wawancara, informan akan membaca terlebih dahulu daftar pedoman wawancara yang diberikan oleh peneliti, tujuannya agar informan memahami isi pertanyaan penliti. 2. Melakukan wawancara Peneliti melakukan kesepakatan dengan informan mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara bedasarkan pedoman yang dibuat. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada informan tentang kesiapannya untuk diwawancarai. Setelah informan bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan informan tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru penjasorkes SMA Negeri 2 Gorontalo. Peneliti memilih guru untuk dijadikan informan karena guru yang mengetahui dan paling memahami, karena guru berinteraksi setiap hari dengan para siswanya.dalam penelitian wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. 3. Melakukan observasi Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil

14 14 observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi langsung dilapangan bagaimana hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan siswa SMA Negeri 2 Gorontalo. 4. Memindahkan data Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi, maka peneliti memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajukan kepada informan penelitian berdasarkan susunan pertanyaan yang sistematis. Peneliti mendapatkan data langsung dari informan melalui wawancara mendalam, dimana data tersebut direkam dan dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkip dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis. 5. Mendeskripsikan data hasil wawancara Deskripsi hasil penelitian ini akan menguraikan tentang berbagai temuan yang diperoleh dari lapangan, yaitu dari olahan data dan informasi yang terkait dengan wawancara dan observasi penelitian. Untuk tahap selanjutnya peneliti melakukan deskripsi analisis data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode. Peneliti mendeskripsikan hasil wawancara sebagai pembahasan. Ini dilakukan untuk memperjelas tentang bagaimana hasil wawancara dari peneliti terhadap informan yang telah memberikan jawabanjawaban yang bersifat real. 6. Menganalisis data hasil wawancara Berdasarkan data yang telah didapat, peneliti menganalisis data hasil wawancara. Peneliti menganalisis data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini analisis ditinjau dari kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada. Peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan analisa. Dengan hasil data ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan informan. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada penelitian. Pada bab IV ini juga akan di bahas mengenai : Deskripsi sekolah Hasil penelitian

15 15 Pembahasan hasil penelitian Deskripsi Sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo a. Jenis bangunan yaang mengelilingi sekolah Utara : rumah-rumah penduduk Timur : rumah-rumah penduduk Selatan : rumah-rumah penduduk Barat : rumah-rumah penduduk Pada intinya SMA Negeri 2 Gorontalo dikelilingi oleh rumahrumah penduduk yang dibatasi dengan pagar pembatas. b. Kondisi lingkungan sekolah Kondisi lingkungan sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo sangat baik, aman, dan tertata rapi serta nyaman. c. Penggunaan sekolah Penggunaan bangunan sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo yaitu bangunan paten. d. Guru, Siswa, dan Pegawai Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 65 orang, terdiri atas guru 51 orang, karyawan tata usaha 13 orang, dan pesuruh 1 orang.jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2012/2013 seluruhnya berjumlah 945 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Peserta didik dikelas X sebanyak 9 rombongan belajar, peserta didik pada program IPA dikelas XI sebanyak 3 rombongan belajar dikelas XII sebanyak 3 rombongan belajar.sedangkan pada program IPS dikelas XI sebanyak 5 rombongan belajar dan kelas XII sebanyak 5 rombongan belajar.program bahasa kelas XI sebanyak 1 rombongan delajar dan kelas XII sebanyak 1 rombongan belajar. e. Program Akademik Sekolah 1) Program Kurikuler : Mengajar dan sebagainya. 2) Program Ekstrakurikuler : Osis, Pramuka, PMR, Kesenian, Olahraga. 3) Sumber belajar selain buku yaitu praktikum di lab dan komputer. f. Kesan dan hubungan antara guru-guru, guru siswa, siswa-siswa dan hubungan antara semua personil di sekolah tersebut. a) Hubungan guru-guru disekolah SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. b) Hubungan guru-siswa di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. c) Hubungan siswa-siswa di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik, walaupun sudah sifat individual sedikit karena diakibatkan jumlah siswa terlalu banyak sehingga tidak saling mengenal satu dengan lainnya. d) Hubungan guru dengan pegawai tata usaha di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. g. Kehidupan Sosial Di Sekolah

16 16 1) Komite sekolah sangat mendukung pelaksanaan program Sekolah Berstandar Internasional. 2) Kerjasama dengan masyarakat terjalin dengan baik hal ini terbukti dengan semakin eratnya hubungan antara guru-guru dengan masyarakat di sekitar sekolah serta kepedulian masyarakat yang begitu tinggi apalagi SMA Negeri 2 Gorontalo sudah menjadi Sekolah Berstandar Internsional. 3) Hubungan sosial guru-siswa, guru-pegawai tata usaha dan hubungan secara keseluruhan terjalin dengan baik h. Administrasi Sekolah/Kelas 1) Jenis-jenis administrasi yang dikerjakan guru mata pelajaran antara lain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, analisis soal, analisis nilai, silabus dan sebagainya. 2) Mekanisme pelaksanaan jenis-jenis administrasi guru mata pelajaran yaitu dilaksanakan sesuai ketentuan pada pelaksanaan kurikulum yang berlaku. 3) Petugas khusus yang mengerjakan administrasi sekolah dilaksanakan oleh tugas kependidikan (Pegawai Tata Usaha). i. Tata Tertib Sekolah Untuk siswa, guru dan pegawai atara lain : 1) Datang tepat waktu yaitu sebelum pukul ) Berpakaian sesuai dengan ketentuan sekolah. 3) Wajib mengikuti upacara bendera dan lain sebagainya. j. Kesan Umum SMA Negeri 2 Gorontalo adalah sekolah menengah atas yang menghasilkan lulusan yang berkualitas. Selain itu sekolah ini memiliki guru-guru yang profesional dalam mengajar serta memiliki siswa yang berbakat dalam bidang keahliannya. Hasil Penelitian Setelah melakukan wawancara dengan informan, yaitu Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo, Wakil Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo dan juga Guru Penjasorkes di SMA Negeri 2 Gorontalo dan melakukanobservasi langsung dilapangan peneliti dapat menganalisa tentang hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Peneliti tidak pernah menilai benar atau salah jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Peneliti memberikan kebebasan kepada informan untuk memberikan pemahamannya atas pertanyaan peneliti. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa berdasarkan isi pembicaraan inilah akan dapat ditangkap makna komunikasi instruksional yang dipahami oleh para informan. Asumsi ini didasari pemikiran bahwa makna yang diberikan seorang individu atas suatu realitas, termasuk satu konsep atau kata, akan tergambarkan dari bagaimana mereka mengapresiasikan makna tersebut dalam hidup sehari-hari. Saat melakukan wawancara dengan semua informan, peneliti sengaja memilih lokasi wawancara yang terpisah dari calon informan lain. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika calon informan lain telah mendengar jawaban

17 17 rekannya ataspertanyaan yang peneliti ajukan, kemungkinan besar jawaban yang akan ia berikan akansama dengan jawaban rekannya yang telah ia dengar sebelumnya. Jarak yang terpisah ini juga memungkinkan bagi mereka untuk memberikan jawaban yang lebih bebas dan terbuka, karena jika rekannya dapat mendengar jawabannya, tidak tertutup kemungkinan informan akan merasa sungkan menjawab apabila ia tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Semua wawancara yang dilakukan peneliti dengan menulisjawaban pada pedoman wawancara tapi sebelumnya peneliti minta persetujuan terlebih dahulu dari para informan. Langkah pertama yang penulis lakukan sebelummewawancarai guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Gorontalo adalah meminta informasi/datakepada Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo dan Wakil Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo Bagian sarana dan prasarana mengenai faktor penunjang hasil belajar Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dari informasi yang penulis dapatkan dari para informan bahwa jumlah guru penjasorkes di SMA Negeri 2 gorontalo sebanyak 2 orang yang masing guru memiliki tugas di masing-masing tingkatan kelas. Dalam hal ini penulis menetapkan jumlah informan yang akan di wawancarai sebanyak 3 orang yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, guru penjasorkes yang mengajar dikelas observasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan, peneliti mendapatkan hasil penelitian bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo sudah baik bahkan pada semester sebelumnya meningkat. Peneliti mencoba menganalisa berdasarkan data-data yang didapat dari beberapa informan melalui wawancara. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo sudah masuk kategori baik, dapat dilihat dari hasil analisa yang menyatakan bahwa hasil belajar yang baik dapat diperoleh dari hasil aktivitas dalam belajaryaitu kegiatan belajar mengajar (KBM), dan sarana dan prasarana olahraga yang memadai dengan menggunakan tolak ukur melalui proses evaluasi hasil belajar. Berikut penjelasan dari hasil analisa yang telah dilakukan oleh peneliti berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas: Proses Kegiatan Belajar Mengajar Dalam proses belajar berlangsung guru memberi kebebasan ke siswa untuk berpikir. Ha ini dimaksudkan agar siswa aktif dalam pembelajaran berlangsung. Kondisi seperti ini tentu saja menguntungkan bagi pencapaian hasil belajar dimana guru mengharapkan agar siswa dapat mengerti apa yang disampaikan. Guru selalu berupaya agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan menyenangkan, dan yang paling penting adalah adanya kesamaan makna antara guru dengan siswa. Guru, dalam proses belajar mengajar selalu berusaha menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh bapak Yance Hilimi, yaitu: proses pembelajaran penjas di sma ini di sesuaikan dengan kurikulum dan selalu dikembangkan. (Wawancara dengan bapak Yance Hilimi, 20 mei 2013)

18 18 Berdasarakan observasi yang telah dilakukan oleh observer bahwa proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Gorontalo efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena jumlah siswa di kelas observasi yang tidak melebihi standar yang di tentukan. Hal ini senada dengan yang di sampaikan oleh bapak yance hilimi, bahwa: untuk pembelajaran yang efektif tergantung dengan jumlah siswa dan waktu yang ada bisa memenuhi pembelajaran yang efektif Untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengajar dapat dilihat dari tabel pengamatan aktivitas guru dalam mengajar yang dilakukan oleh seorang observer yakni peneliti pada saat kegiatan penelitian dan pada saat melaksanakan PPL 2. Berikut ini tabel aktivitas beguru dalam mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan SMA Negeri 2 Gorontalo: Tabel 4.2 aktivitas guru dalam mengajar penjasorkes NO INDIKATOR YANG DIAMATI YA TIDAK I. PENDAHULUAN 1. Memeriksa kesiapan siswa Ya - 2. Melakukan kegiatan apersepsi - Tidak 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran Ya - II. PEMANASAN 4. Memberikan pemanasan baik fisik maupun tehnik Ya - 5. Memberikan pemanasan dalam bentuk permainan atau - Tidak game 6. Memberikan stretching Ya - III. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN 7. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam proses Ya - pembelajaran 8. Memberikan contoh sebelum siswa melakukan Ya - 9. Memberikan umpan balik termasuk memberikan koreksi Ya pada siswa Memberikan kesempatan atau umpan sesuai dengan titik batas kemampuan siswa (technical breaking point). Memberikan kesempatan dalam bentuk latihan untuk mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan pada kegiatan berikutnya Memberikan kesempatan 2 kali, setiap bentuk latihan pada siswa Melakukan rotasi setiap siswa Memberikan kegiatan yang menyenangkan dan aman Memberikan model latihan dari yang mudah ke yang sulit Memberikan model latihan dari yang sederhana ke yang komplek 17. Melakukan gerakan yang diajarkan ke siswa Ya - Ya Ya Ya Ya Ya Ya

19 Memberikan evaluasi secara keseluruhan tentang materi pembelajaran: Secara perorangan siswa mempraktekan gerakan Guru mencatat dan merekam hasil yang dicapai siswa setelah melakukan gerakan materi yang diajarkan guru PENDINGINAN/ COOLING DOWN IV. 20. Memberikan pendinginan dalam bentuk permainan Ya Memberikan review secara umum, menyampaikan inti pembelajaran pada masing-masing siswa, menyampaikan materi berikutnya, memotivasi siswa untuk proses pembelajaran berikutnya. Ya - - Tidak Ya - Dalam tabel penelitian diatas terlihat jelas bahwa guru mengajar sudah sesuai dengan pedoman pembelajaran.hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh bapak kepala sekolah yaitu: Kegiatan belajar mengajar sudah baik, dimana guru mengajar sesuai dengan pedoman-pedoman pembelajarannya, kemudian siswanya juga terlihat aktif dalam spembelajaran. Namun dalam hal ini kami terus berusaha untuk menjadikan KBM berlangsung dengan lebih baik lagi. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa terlihat antusias dalam mengajar. Hal ini dikarenakan termotivasinya siswa untuk belajar penjasorkes yang di ajarkan oleh guru. Untuk memotivasi belajar siswa, guru penjasorkes berusaha memberi contoh yang baik kepada siswanya dengan selalu mendorong siswa untuk memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini senada dengan jawaban wawancara dari bapak yance hilimi, yaitu: untuk meningkatkan belajar siswa yaitu yang pertama tergantung pada guru itu sendiri, kalau guru memang tegas dan masuk tepat waktu saya kira untuk memotivasi dimulai dari guru karena kalau siswa melihat guru memiliki motivasi yang tinggi otomatis siswa akan termotivasi. Pernyataan diatas sudah sesuai dengan apa yang telah di amatai oleh observer ketika melakukan observasi tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran pendidikan, jasmani, dan olahraga. Berikut tabel aktivitas siswa dalam pembelajaran penjasorkes: Tabel 4.3 Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Penjasorkes No INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK I. PENDAHULUAN 1 5 menit sebelum jam pelajaran siswa sudah hadir di - Tidak lapangan 2 Siswa baris dilapangan dengan tertib Ya - 3 Siswa berdoa dengan seksama Ya - II. PEMANASAN 4 Siswa melakukan pemanasan dengan semangat Ya - 5 Suluruh siswa melakukan pemanasan dalam bentuk Ya pemainan

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah 1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks penelitian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan apsek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang di tempuh untuk mencapai suatu tujuan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang di tempuh untuk mencapai suatu tujuan, 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang di tempuh untuk mencapai suatu tujuan, tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan dan meyimpulkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diselenggarakan dalam rangka memenuhi amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang sangat kompleks sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I, yaitu analisis

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan kedudukannya, melalui pendidikan manusia memperoleh pengetahuan (wawasan) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai peran terhadap keberhasilan pendidikan. Disamping itu Pendidikan jasmani dapat pula mengembangkan aspek individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai peran terhadap keberhasilan pendidikan. Disamping itu Pendidikan jasmani dapat pula mengembangkan aspek individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam berbagai bidang kehidupan dewasa ini semakin ketat, yang menuntut manusia untuk bisa menjadi yang terbaik dalam persaingan ini supaya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan penataan kembali aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar sesuatu yang baru menjadi terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia harus disertai dengan revolusi mental yang sedang gencar dibicarakan saat ini. Karena dengan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

MOMON SYUEB DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MOMON SYUEB DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROPOSAL PTK PENJAS PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DENGAN MEMANFAATKAN PENDIDIKAN AKTIVITAS LINGKUNGAN LUAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI SDIT ALHIKMAH - BINTARA (Penelitian tindakan kelas pada siswa kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainnya. Pendidikan jasmani di sekolah dapat diupayakan peranannya untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan suatu Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang wajib diikuti dalam kehidupan setiap individu dan memiliki fungsi serta peranan penting bagi pembentukan karakter

Lebih terperinci

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.tujuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan di Negara kita, sehingga pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup bangsa dan negara. Pada

Lebih terperinci

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga di sekolah diarahkan pada potensi aspek-aspek pembangunan utuh peserta didik. Prosesnya lebih mengutamakan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan gerak fisik yang mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam skenario kegiatan pembelajran di kelas. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. macam skenario kegiatan pembelajran di kelas. Pembelajaran merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran sangat diupayakan, baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting di era globalisasi ini, yakni bagaimana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting di era globalisasi ini, yakni bagaimana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting di era globalisasi ini, yakni bagaimana suatu bangsa dapat bersaing di kancah internasional. Hal ini berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh terhadap kualitas fisik, mental, dan emosional peserta didik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Apabila pendidikan di suatu negara sudah berjalan dengan baik, maka negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang melengkapi dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani tidak dapat dipisahkan dari unsur permainan maupun bermain. Sesuai dengan keadaan Pendidikan Jasmani pada masa sekarang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkembang di Indonesia dilaksanakan oleh dua lembaga pendidikan yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Lembaga pendidikan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses untuk membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan usaha menuju kepada tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan memiliki sasaran pedadogis, oleh karena itu pendidikan kurang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh sebuah lembaga pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut biasa dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup dengan kata lain di mulai dari sejak dini hingga akhir hayat. Pendidikan adalah semua kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu rumusan tentang arti pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu berkembang dan menyesuaikan diri sebaik mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral bukanlah sebuah gagasan baru. Sebetulnya, pendidikan moral sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sejarah di negara-negara di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses untuk membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu mendidik siswa untuk dapat menjadi manusia yang mandiri seutuhnya, kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menerangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar belakang dan wawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan mengarah pada tujuan pendidikan nasional itu sendiri, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah bagian penting dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang kompleks, unik dan diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri. Substansi pertama disebut

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik dan dibina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam suatu proses pendidikan. Tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk terjadinya tingkah laku dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan UUD 1945. Pendidikan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani yang sehat, sehingga mampu melaksanakan tugas untuk. kepentingan sendiri maupun bagi kepentingan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani yang sehat, sehingga mampu melaksanakan tugas untuk. kepentingan sendiri maupun bagi kepentingan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan jasmani tidak kurang dari subjek lain dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan jasmani pada umumnya merupakan bagian dari kurikulum di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan siswa pada perubahan tingkah laku yang di inginkan. Pengertian ini cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) B. Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) B. Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) merupakan salah satu fakultas di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mempunyai visi dan misi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika BAB II KAJIAN TEORI A. Pendekatan Realistik 1. Pengertian Pendekatan Realistik Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan antar konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan memiliki sarana pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun. Dalam kedudukannya pada kerangka pembangunan nasional, pendidikan bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan. Karena sepanjang perjalanan manusia pendidikan merupakan barometer untuk mencapai

Lebih terperinci