BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi. BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan. Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 Triliun. Kontribusi BUMN terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp triliun, baik dalam bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan, bina lingkungan, kredit usaha rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun public service obligation (PSO). Selain itu masih terdapat kelompok usaha yang menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. 1 Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional serta persaingan usaha yang semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif, efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal serta lemahnya pengendalian internal. 1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1

2 Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN beberapa upaya perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik 2. Semakin baik dan efektifnya sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian (checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha serta antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas. Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur efektivitas dari prakarsa anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN Dasar Hukum Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada kewenangan yang dimilikinya. DalamUndang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan; 1) Pasal 4 menyebutkan: Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. 2) Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik. 3) Pasal 14 menyebutkan Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk: 1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah; 2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi; 2 Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

3 3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) menyebutkan: 1) Pasal 7 ayat (4): Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsipprinsip dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk mengadopsi, memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan transparansi dan mencegah konflik-konflik kepentingan. 2) Pasal 8 ayat (1): Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggungajwab di antara para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya. 3) Pasal 10: Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk meningkatkan transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan termasuk termasuk mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan keputusannya. 4) Pasal 12: Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk mencegah korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar akutansi dan audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan sanksi perdata, administratf dan pidana yang efektif sebanding untuk kelalaian memenuhi tindakan-tindakan tersebut Tujuan Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektifitas prakarsa anti korupsi di BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah: 1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan pencegahan korupsi di BUMN; 2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya; 3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya pencegahan korupsi di lembaganya; Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3

4 4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah Ruang Lingkup Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK ini dibatasi dengan melakukan penilaian terhadap prakarsa anti korupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor energi, konstruksi, keuangan, dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut: Tabel I.1 Perserta SPAK 2011 No BUMN Sektor 1 PT PERTAMINA (Persero) Energi 2 PT JASA MARGA Tbk (Persero) Konstruksi 3 PT JAMSOSTEK (Persero) Keuangan 4 PT ANGKASA PURA II (Persero) Transportasi 1.5. Metodologi dan Tahapan Kegiatan Metode Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN tahun 2011 adalah sebagai berikut : a. Indikator Utama. Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh BUMN. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif. Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan dan pejabat struktural KPK. 2. Indikator Inovasi. Indikator inovasi bersifat bebas, peserta dapat mencantumkan prakarsa anti korupsi di luar prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan, yang nantinya akan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator utama. Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Berikut adalah indikator, subindikator, dan bobot SPAK Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

5 Tabel I.2 Indikator, Subindikator dan Bobot SPAK 2011 Indikator Utama (0,942) Indikator Inovasi (0,058) Indikator 1. Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186) 2. Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic and Code of Conduct) (0,139) 3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121) 4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139) 5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) (0,084) 6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103) 7. Penegakan (Rules Enforcement) (0,171) Prakarsa Lainnya (1,00) Subindikator a Ketersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260) b Peran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480) c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) a Ketersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390) b Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420) c Evaluasi (0,190) Ketersediaan dan Kelengkapan a Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390) b Penerapan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410) c Evaluasi (0,200) a Ketersediaan dan Kelengkapan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430) b Penerapan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390) c Evaluasi (0,170) Ketersediaan dan Kelengkapan a Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360) b Penerapan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430) c Evaluasi (0,210) Ketersediaan dan Kelengkapan a Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390) b Penerapan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450) c Evaluasi (0,160) a Penegakan (1,00) Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk selanjutnya diturunkan dalam subindikator subindikator. Masing-masing subindikator mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5

6 terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban. Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini. Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK. Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama SPAK yang telah ditetapkan Tahapan Kegiatan Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penetapan indikator utama. Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK. 2. Penyusunan dan penyebaran kuesioner. Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang disusun berdasarkan rincian dari Indikator utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data. 3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang validitas jawaban, BUMN diwajibkan memberikan bukti yang relevan. Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang menunjukkan tingkatan inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN. 4. Penilaian oleh KPK KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian sendiri oleh instansi, dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK. 5. Pelaporan Akhir dan Diseminasi 6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

7 Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK dalam sebuah rapat tertutup. Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah: Gambar 1.1 Tahapan Kegiatan SPAK 2011 Jan-Feb Feb-Mar Apr-Juli Agt-Sept Okt-Nov Penetapan Indikator Utama Penyusunan & Penyebaran Kuesioner Self- Assessment oleh BUMN Penilaian oleh Tim Ahli KPK Laporan Akhir dan Diseminasi Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7

8 BAB II PROFIL PT PERTAMINA (PERSERO) 2.1. Sejarah PT Pertamina (Persero) PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C HT pada tanggal 09 Oktober Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tentang pengalihan bentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi negara (Pertamina) menjadi perusahaan perseroan (Persero). Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri MIGAS. Kegiatan usaha minyak dan gas bumi saat ini diserahkan kepada mekanisme pasar 2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) Penetapan visi dan misi sebagai bagian perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan PT Pertamina. Ditengah arus kuat persaingan usaha industri minyak dan gas, PT Pertamina (Persero) menetapkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut: Visi PT Pertamina (Persero) adalah menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. 8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

9 Misi PT Pertamina (Persero) adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat Tata Nilai Perusahaan PT Pertamina menetapkan enam Tata Nilai Perusahaan yang menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai tersebut adalah: 1. Bersih (Clean): Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. 2. Kompetitif (Competitive): Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3. Percaya Diri (Confident): Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa 4. Fokus Pada Pelanggan (Customer Focused): Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. 5. Komersial (Commercial): Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. 6. Berkemampuan (Capable): Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Dalam struktur organisasi yang tercantum dalam Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) tahun 2010, PT Pertamina (Persero) memiliki 8 orang Direktur (termasuk Direktur Utama) yang menangani mulai proses pengolahan minyak dari hulu hingga hilir serta membawahi sejumlah anak perusahaan. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9

10 Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Pertamina Tahun 2011 President Director/CEO Chief Audit Executive Corporate Secretary Senior Vice President (SVP), GAS Chief Legal Counsel SVP Integrated Supply Chain Director of Investment, Planning & Risk Management Director of Upstream Director of Refining Director of Marketing & Trading Director of Human Resources Director of General Affair Director of Finance SVP of Corporate Investmen & Bussines Development SVP of Upstream Strategic planning & Subsidiary Management SVP of Refining Operation SVP of Fuel Marketing & Distribution SVP of HR Development SVP of Corporate Shared Service SVP of Financing & Bussines Support SVP of Upstream Bussines Development SVP of Bussines Development SVP of Petroleum Product Marketing & Trading SVP of Controller SVP of Shipping Sumber : Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Pertamina (Persero) Tahun Kinerja Perusahaan Selama 2010 PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan Penjualan dan Pendapatan Usaha Lainnya sebesar Rp438 triliun, naik 18% dari Pendapatan ini berasal dari penjualan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, hasil minyak, penggantian subsidi jenis BBM tertentu dan LPG dari pemerintah, penjualan ekspor minyak mentah dan hasil minyak, imbalan jasa pemasaran, serta pendapatan usaha lainnya. 10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

11 Gambar 2.2 Kinerja PT Pertamina (Persero) dan Anak Perusahaan , , , ,012 JUMLAH (dalam Miliar Rupiah) 400, , , , , , , ,515 Aset Pendapatan Usaha Laba Bersih 0 19,606 16,203 16, TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Pertamina (Persero) Dari gambar II.2 terlihat bahwa terdapat fluktuasi dalam perolehan nilai aset, pendapatan usaha, dan laba bersih dalam 3 tahun terakhir, yang banyak dipengaruhi oleh harga minyak dunia dan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar. Pada tahun 2010 kinerja PT Pertamina (Persero) mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun 2009, namun kinerja terbaik diperoleh pada tahun Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11

12 BAB III HASIL DAN ANALISIS NILAI SPAK PT PERTAMINA (PERSER0) Penghitungan Nilai SPAK PT Pertamina (Persero) Nilai SPAK 2011 yang diperoleh setiap BUMN, merupakan gabungan dari indikator utama dengan bobot 0,942 dan indikator inovasi dengan bobot 0,058. Nilai dengan bobot SPAK 2011 yang diperoleh PT Pertamina adalah sebesar 8,95 dengan perincian nilai indikator dan subindikator seperti ditunjukkan dalam Tabel III.1. Tabel III.1 Nilai SPAK PT Pertamina Indikator Utama (0,942) 9,01 Indikator Inovasi (0,058) 7,98 Indikator Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186) Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic and Code of Conduct) (0,139) Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121) Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139) Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) (0,084) Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103) Penegakan (Rules Enforcement) (0,171) Prakarsa Lainnya (1,00) 9,56 9,87 9,72 9,85 7,47 9,62 a b Subindikator Ketersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260) Peran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480) 10,00 9,08 c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) 10,00 a Ketersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390) 10,00 b Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420) 9,68 c Evaluasi (0,190) 10,00 a b Ketersediaan dan Kelengkapan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390) Penerapan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410) 10,00 9,32 c Evaluasi (0,200) 10,00 a b Ketersediaan dan Kelengkapan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430) Penerapan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390) 10,00 9,61 c Evaluasi (0,170) 10,00 a b Ketersediaan dan Kelengkapan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360) Penerapan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430) 8,59 5,29 c Evaluasi (0,210) 10,00 a b Ketersediaan dan Kelengkapan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390) Penerapan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450) 10,00 9,15 c Evaluasi (0,160) 10,00 10,00 Penegakan (1,00) 10,00 12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

13 Proses Penilaian SPAK di PT Pertamina (Persero) selain dilakukan di kantor pusat (Jakarta) juga dilakukan di Kantor Cabang Surabaya dan Medan. Tabel III.1 menunjukkan secara umum pimpinan dan karyawan PT Pertamina (Persero) telah mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kegiatan antikorupsi di perusahaannya. Nilai indikator yang diperoleh semuanya berada di atas batas minimum 6 bahkan sebagian besar mendekati angka 10. Hal ini merupakan bukti bahwa sudah terdapat kesamaan sikap dan komitmen personil PT Pertamina (Persero) dalam melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik. Komitmen ini dipertegas dengan diberlakukannya peraturan peraturan anti korupsi sekaligus penegakannya Indikator Utama SPAK Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) Dalam suatu organisasi faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan suatu organisasi dapat memperoleh kepercayaan baik dari bawahan, rekanan maupun dari pemegang saham. Keteladanan pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik. Oleh karena itu dalam suatu organisasi mutlak diperlukan pemimpin yang dapat dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang dibutuhkan. Berbicara mengenai kepemimpinan juga berarti pemimpin harus memberikan teladan (Tone of The Top), membangun kultur/budaya yang kokoh, dan menunjukkan komitmen yang kuat untuk memimpin organisasinya menuju arah yang sudah disepakati. Indikator awal dari pengukuran SPAK adalah keteladanan pimpinan (Tone of The Top). Semua indikator lainnya tidak akan pernah terlaksana secara efektif dan efisien jika tidak ada komitmen untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi dari pimpinan Perusahaan. Untuk indikator keteladanan pimpinan, tolok ukurnya adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (direksi dan komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sehingga tercipta tata kelola perusahaan yang baik, bersamaan dengan meningkatnya kinerja perusahaan. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung oleh Kementerian BUMN dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP- 117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13

14 Indikator keteladanan pimpinan dibagi dalam 3 subindikator yaitu: (a) ketersediaan kebijakan Pimpinan terkait antikorupsi, (b) peran pimpinan dalam penerapan kebijakan antikorupsi, serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh Pimpinan. Indikator keteladanan pimpinan dalam penilaian SPAK 2011 memiliki bobot tertinggi (0,186) atau 18,6 % dari total nilai indikator utama lainnya, sehingga nilai yang diperoleh PT Pertamina (Persero) sebesar 9,56 untuk indikator ini memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai akhir SPAK PT Pertamina (Persero). Komitmen direksi PT Pertamina (Persero) terutama direktur utamanya dalam melakukan program anti korupsi ditunjukkan dengan telah diterbitkannya Pedoman Penerapan Prinsip-Prinsip GCG (CoCG) pada tahun 2006 di PT Pertamina (Persero). Pedoman tersebut disosialisasikan langsung oleh Direksi dalam sejumlah kegiatan di PT Pertamina (Persero). Karyawan menganggap kegiatan yang langsung dipimpin oleh direktur utama ini membuat yang bersangkutan layak dijadikan figur teladan bagi bawahannya. Peringkat Instansi Tabel III.2 Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan Nilai Total Keteladanan Pimpinan (0,186) Ketersediaan (0,26) Subindikator Peran Pimpinan (0,48) Pengawasan & Evaluasi (0,26) 2 PT Pertamina (Persero) 9,56 10,00 9,08 10,00 Nilai keteladanan pimpinan yang baik tersebut pada hakikatnya masih bisa ditingkatkan kualitasnya. Dalam upaya pencegahan korupsi, kegiatan keteladanan dapat diterapkan melalui peningkatan peran pimpinan dalam melakukan pengawasan terhadap penerapan pencegahan korupsi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan yang baik. Supaya kegiatan pengawasan tersebut efektif, sebaiknya dilakukan evaluasi secara berkala. Keteladanan juga dapat ditunjukkan melalui konsistensi sikap pimpinan dalam menangani setiap permasalahan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan karyawan kepada pimpinan serta menumbuhkan komitmen dari seluruh karyawan sehingga akan meningkatkan produktivitas perusahaan. 14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

15 3.2.2 Pedoman Etika dan Perilaku(Code of Ethics and Code of Conduct) Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku (code of ethics and code of conduct). Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah 3 : 1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya. 2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan. 3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan. Oleh karena itulah Pedoman etika dan perilaku menjadi salah satu indikator penilaian SPAK Indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139. Penilaian indikator Pedoman Etika dan Perilaku, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yaitu: (a) ketersediaan aturan tentang pedoman etika dan perilaku, (b) penerapan aturan etika dan perilaku, serta (c) evaluasi aturan. Dari ketiga subindikator tersebut, penerapan aturan etika dan perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator pedoman etika dan perilaku pada PT Pertamina (Persero). Tabel III.3 Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku Pedoman Etika dan Perilaku (0,139) Peringkat Instansi Nilai Total Ketersediaan (0,39) Subindikator Penerapan (0,42) Evaluasi (0,19) 1 PT Pertamina (Persero) 9,87 10,00 9,68 10, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15

16 Secara keseluruhan, nilai indikator pedoman tentang etika dan perilaku SPAK 2011 PT Pertamina cukup tinggi (9,87). PT Pertamina telah memiliki Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku (code of conduct) sejak tahun 2006 dan telah diperbaharui pada tahun Dalam rangka memudahkan Satuan Pengawas Internal (Auditor) dan Unit Kepatuhan (compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan penyimpangan, saat ini PT Pertamina telah memiliki sistem informasi yang diberi nama Compliance Online System yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh karyawan untuk menyampaikan pengaduan penyimpangan, serta melakukan konsultasi tentang pencegahan penyimpangan. Secara umum personil PT Pertamina telah memiliki komitmen yang cukup tinggi dalam penerapan Pedoman Etika dan Perilaku di perusahaannya. Namun demikian, peningkatan kualitas pedoman etika dan perilaku di PT Pertamina masih bisa dilakukan diantaranya dengan: 1. Penyusunan peraturan pedoman perilaku selalu disesuaikan dengan tingkat perkembangan usaha dan potensi terjadinya penyimpangan pada setiap bagian dan tingkat jabatan; 2. Penetapan dasar hukum yang kuat dan mengikat atas Pedoman Etika dan Perilaku yang telah dibuat; 3. Sosialisasi penerapan Pedoman Etika dan Perilaku secara lebih luas sampai ke anak perusahaan dalam rangka memberikan kesamaan sikap dan pandangan terhadap peraturan dan pedoman yang diberlakukan PT Pertamina Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) Benturan/konflik kepentingan adalah keadaan di mana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang Saham, Komisaris dan Anggota Direksi beserta seluruh jajaran dibawahnya. 4 Oleh karena itulah diperlukan suatu pedoman yang mengatur mengenai penanganan situasi konflik kepentingan, yang bertujuan untuk: 1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal, mengatasi dan menangani konflik kepentingan Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

17 2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja. 3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara. Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator penanganan konflik kepentingan adalah sebesar 0,121. Penilaian indikator penanganan konflik kepentingan, dilakukan terhadap tiga subindikator yaitu: (a) ketersediaan aturan tentang penanganan konflik kepentingan, (b) penerapan aturan penanganan konflik kepentingan, serta (c) evaluasi aturan. Tabel III.4 Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan Peringkat Instansi Nilai Total Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,121) Subindikator Ketersediaan (0,39) Penerapan (0,41) Evaluasi (0,20) 1 PT Pertamina (Persero) Tabel III.4 menjelaskan bahwa PT Pertamina (Persero) memperoleh penilaian yang cukup tinggi terkait penanganan konflik kepentingan, yaitu sebesar 9,72. Pimpinan dan Karyawan PT Pertamina (Persero) telah memiliki komitmen yang cukup tinggi dalam penerapan penanganan konflik kepentingan di perusahaannya. Komitmen ini diperkuat dengan telah diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Nomor: Kpts- 088/C00000/2009-S0 tentang konflik kepentingan yang berlaku sejak 16 Nopember Dalam rangka memudahkan Satuan Pengawas Internal (Auditor) dan Unit Kepatuhan (Compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan situasi konflik kepentingan yang dihadapi oleh seluruh personil PT Pertamina (Persero), saat ini PT Pertamina (Persero) telah menyediakan 2 formulir khusus terkait konflik kepentingan. Formulir pertama adalah pernyataan kesediaan untuk tidak terlibat dalam situasi konflik kepentingan. Sedangkan formulir kedua mengenai pernyataan keterlibatan dalam situasi konflik kepentingan yang dialami oleh staf/pegawai PT Pertamina (Persero). Formulir kedua ini diiisi apabila Personil menghadapi atau terbentur pada situasi konflik kepentingan yang terjadi tanpa diketahui atau direncanakan sebelumnya. Kedua formulir tersebut dapat diisi dan disampaikan melalui Sistem Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17

18 Informasi Terpadu (Compliance Online System) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh personil PT Pertamina (Persero). Dalam rangka pencegahan korupsi, peluang peningkatan kualitas penanganan situasi konflik kepentingan di PT Pertamina (Persero) masih dapat terus dilakukan, diantaranya melalui: 1. Peraturan tentang penanganan konflik kepentingan selalu disesuaikan dengan tingkat perkembangan usaha dan potensi terjadinya penyimpangan pada setiap bagian dan tingkat jabatan; 2. Sosialisasi yang lebih intensif kepada seluruh personil PT Pertamina (Persero) dan anak perusahaan serta perusahaan patungan dalam rangka memberikan keseragaman pemahaman terkait situasi konflik kepentingan dan mekanisme penanganannya; 3. Penerapan pedoman penanganan situasi konflik kepentingan harus diberlakukan dan merupakan bagian dari peraturan perusahaan yang harus dipatuhi oleh seluruh personil perusahaan sampai pada anak perusahaan atau perusahaan patungan Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) Pengelolaan sistem pengaduan adalah sistem yang mengelola penyampaian laporan dari pihak internal maupun ekternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan perilaku yang melanggar hukum, etika dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga dapat mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan tersebut untuk mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya. KPK melalui SPAK 2011 mendorong seluruh BUMN agar membentuk sistem layanan pengaduan yang transparan dan akuntabel. Layanan pengaduan tersebut diharapkan mampu mengurangi terjadinya penyimpangan terutama yang terkait dengan korupsi. Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator pengelolaan sistem pengaduan adalah sebesar 0,139. Penilaian Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari 3 sub indikator yaitu: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Hasil penilaian SPAK 2011 untuk Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan pada PT Pertamina (Persero) menunjukkan nilai yang cukup baik (9,85), dan meraih peringkat 18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

19 satu dibanding BUMN peserta SPAK 2011 lainnya. Untuk hasil yang lebih rinci dapat dilihat dalam tabel III.5. Pimpinan PT Pertamina (Persero) telah memiliki komitmen yang cukup tinggi dalam pengelolaan sistem pengaduan di instansinya. Komitmen ini diperkuat dengan telah diterbitkannya Surat Keputusan Direksi: Kpts-082/C00000/2009-S0 pada tanggal 5 Oktober 2009 tentang Penerimaan dan Pemberian Hadiah/Cinderamata dan Hiburan serta Whistle Blowing System (WBS). Sebelumnya pihak Sekretaris Perseroan berinisiatif untuk menerbitkan Surat Keputusan Sekretaris Perseroan: B- 001/N00300/2009-S0 tanggal 16 September 2009 tentang Tata Kerja Organisasi Pengelolaan Whistle Blowing System (WBS). Tabel III.5 Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,139) Peringkat Instansi Nilai Total Ketersediaa n (0,43) Subindikator Penerapan (0,39) Evaluasi (0,18) 1 PT Pertamina (Persero) 9,85 10,00 9,61 10,00 PT Pertamina juga memiliki media WBS yang cukup komprehensif yaitu: a) telepon: +62 (21) ; b)website: pertaminaclean.pertamina.com; c) pertaminaclean@tipoffs.com.sg; d)faksimili: +62 (21) ; e) SMS: ; serta f) Kotak Surat: Pertamina Clean, PO Box-7077/JkpSA, Jakarta Pengelolaan WBS PT Pertamina dilakukan oleh lembaga profesional yang dikontrak setiap 2 tahun sekali. Tingginya komitmen pimpinan PT Pertamina dalam pengelolaan sistem pengaduan (WBS) ini masih tetap bisa ditingkatkan kualitasnya, terutama dalam hal kegiatan sosialisasi yang lebih intensif kepada seluruh personil PT Pertamina dan anak perusahaan serta perusahaan patungan dalam rangka memberikan pemahaman yang lebih luas terkait Whistle Blowing System (Sistem Pengelolaan Pengaduan). Dengan adanya pemahaman tersebut, diharapkan seluruh pihak yang terkait dengan bisnis PT Pertamina dapat memanfaatkan sistem WBS yang dikelola oleh PT Pertamina melalui Lembaga Profesional ini. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19

20 Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas pejabat publik sesuai dengan UU Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Tingkat Kepatuhan Pimpinan perusahaan BUMN untuk menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup baik, namun untuk lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan perusahaan, maka melalui studi ini KPK ingin mendorong agar penyampaian LHKPN juga dilakukan oleh seluruh personil di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak harta personil dapat diketahui secara transparan dan akuntabel sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN tersebut. Pada SPAK 2011 indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan transparansi harta kekayaan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Tabel III.6 Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan Peringkat Instansi Nilai Total Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,084) Subindikator Ketersediaan (0,36) Penerapa n (0,43) Evaluasi (0,21) 1 PT Pertamina (Persero) Secara keseluruhan, nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan PT Pertamina cukup, yaitu 7,47. Walaupun nilai tersebut tidak terlalu tinggi, namun bila dibandingkan dengan peserta SPAK lain, nilai PT Pertamina paling baik. Nilai tersebut menunjukkan bahwa PT Pertamina memiliki komitmen yang cukup dalam transparansi harta kekayaan personilnya. Komitmen tersebut dibuktikan melalui Surat Keputusan Direksi Nomor: Kpts-024/C00000/2009-S0 tentang Kewajiban Melaporkan Harta Kekayaan bagi Pejabat di Lingkungan PT. Pertamina. Surat tersebut diterbitkan untuk menindaklanjuti instruksi Menteri BUMN nomor: INS-02/MBU/2007 tanggal 21 September 2007 tentang Penyelenggara Negara Wajib menyampaikan LHKPN di Lingkungan BUMN. Dalam Surat Keputusan tersebut, Direksi PT Pertamina menetapkan pejabat di bawah Direksi yang wajib menyampaikan LHKPN yaitu: 1) Senior Vice President dan setingkatnya; 2) Vice President/General Manager dan setingkat; 3) Direksi anak perusahaan; 4) Manajer dan setingkat yang mengurusi masalah pengadaan/logistik/procurement/perijinan dengan pihak luar PT Pertamina (Persero). Total wajib lapor PT Pertamina ditetapkan sekitar 200 orang. 20 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

21 Dalam rangka pengelolaan transparansi pelaporan harta kekayaan personil PT Pertamina, masih terbuka peluang peningkatan efektifitas LHKPN sebagai alat untuk menjaga integritas bagi personil PT Pertamina (Persero). Upaya yang dapat dilakukan diantaranya dengan membangun sistem pelaporan harta kekayaan di internal, yang lebih luas dan sesuai kebutuhan PT Pertamina (Persero), termasuk kebutuhan dalam melakukan rekam jejak karyawan/pejabat di PT Pertamina (Persero). Tahapan untuk membangun sistem pelaporan harta kekayaan internal dapat dimulai dengan memperluas personil yang wajib LHPN, menetapkan sendiri formulir laporan harta kekayaan yang harus diisi dan menyediakan media konsultasi pengelolaan transparansi harta kekayaan antara lain dengan menyediakan ruang khusus konsultasi atau menyediakan media lainnya (misalnya : khusus konsultasi pengelolaan transparansi harta kekayaan, telepon, faksimili, atau lainnya). Selanjutnya upaya penegakan dapat dilakukan melalui pemberian sanksi kepada Personil PT Pertamina (Persero) yang tidak melaporkan harta kekayaannya Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian hadiah (Managing Gift) Pemberian dan penerimaan hadiah dalam kegiatan bisnis perusahaan merupakan kegiatan yang lazim dilakukan. Namun untuk menjaga agar pemberian dan atau penerimaan tersebut tidak menjadi pelanggaran hukum, maka perlu dibuat suatu aturan dan sistem pengelolaan hadiah di BUMN. Tujuan dari pembuatan aturan dan sistem tersebut untuk memberikan arahan dan menjadi acuan bagi seluruh pimpinan dan karyawan BUMN dalam menjalin kerjasama dengan pihak eksternal. Hal ini juga untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di BUMN. Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan menyoroti tiga hal, yakni (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Tabel III.7 menjelaskan bahwa PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu BUMN yang memiliki komitmen tinggi dalam upaya pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah, yang ditunjukkan oleh nilai 9,62. Komitmen ini ditunjukkan dengan telah diterbitkannya Surat Keputusan Direksi nomor: Kpts-065/C00000/2007-S0 tentang Ketentuan Pemberian dan Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan Hiburan (Entertainment). Saat ini sudah lebih dari 400 laporan gratifikasi yang disampaikan oleh PT Pertamina (Persero) ke KPK. PT Pertamina (Persero) mulai tahun 2011 melakukan kerjasama dengan KPK dalam rangka penyusunan Program Pengendalian Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 21

22 Gratifikasi (PPG). Program tersebut telah memproses ratusan laporan penerimaan gratifikasi dari Pimpinan dan Karyawan PT Pertamina (Persero). Tabel III.7 Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah Peringkat Instansi Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,103) Subindikator Nilai Total Ketersediaan (0,39) Penerapan (0,45) Evaluasi (0,16) 1 PT Pertamina (Persero) 9,62 10,00 9,15 10,00 Secara umum PT Pertamina (Persero) telah melakukan upaya yang cukup dalam pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah. Peningkatan kualitas bisa dilakukan melalui peningkatan penegakan peraturan, antara lain dengan cara pemberian sanksi kepada personil PT Pertamina (Persero) yang terlambat menyampaikan laporan penerimaan dan pemberian hadiah Penegakan (Rules Enforcement) Penegakan aturan merupakan salah satu kunci dalam implementasi penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Adanya penegakan aturan akan menumbuhkan rasa kepercayaan karyawan terhadap pimpinan perusahaan. Kepercayaan karyawan yang tinggi terhadap pimpinan perusahaan dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan. Melalui SPAK 2011, KPK berupaya mendorong BUMN untuk menaati peraturan perundangan dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan personil BUMN sesuai dengan ketentuan. Pada SPAK 2011, penegakan aturan merupakan akumulasi dari kegiatan penegakan aturan dari seluruh indikator sebelumnya. Berdasarkan hasil penilaian SPAK 2011, PT Pertamina (Persero)a telah menunjukkan komitmen dalam penegakan aturan. Daftar rekapitulasi pelanggaran dari tahun 2009 sampai dengan bulan Juli 2011 telah ditindaklanjuti dalam bentuk pemberian sanksi ringan maupun berat kepada 156 personil PT Pertamina (Persero). Bukti lain konsistensi tersebut adalah adanya pelaporan yang disampaikan oleh PT Pertamina (Persero) terkait pelanggaran pidana yang dilakukan personilnya ke pihak kepolisian. 22 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

23 Tabel III.8 Nilai Indikator Penegakan Peringkat Instansi Penegakan (0,171) Subindikator Penegakan (1) PT Pertamina (Persero) 10,00 Dalam rangka mempertahankan kualitas penegakan aturan di PT Pertamina (Persero), sebaiknya dilakukan evaluasi berkelanjutan atas jenis-jenis pelanggaran dan mekanisme penegakan aturan yang telah ada dengan menyesuaikan tingkat pertumbuhan perusahaan dan potensi penyimpangan yang mungkin terjadi. Koordinasi dengan aparat penegak hukum seperti KPK maupun Kepolisian perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi adanya pelanggaran aturan yang berindikasi tindak pidana korupsi ataupun tindak pidana lain. 3.3.Penilaian atas Inisitaif Anti Korupsi Lainnya Penilaian terhadap inisiatif/prakarsa anti korupsi lainnya dilakukan dalam rangka memberi penghargaan kepada BUMN atas inovasi serta implementasi anti korupsi yang telah dilakukan BUMN selain 7 indikator yang telah ditetapkan. Berikut hasil penilaian untuk indikator prakarsa (inovasi) lainnya. Tabel III.9 Nilai Indikator Prakarsa Lainnya Peringkat Instansi Nilai Indikator 3 PT Pertamina (Persero) 7,98 PT Pertamina (Persero) melakukan beberapa upaya anti korupsi di luar yang telah dilakukan dalam 8 indikator utama SPAK Prakarsa atau inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) adalah: 1) Menetapkan program Compliance Online System yang dapat dipergunakan untuk berkonsultasi dan atau melaporkan segala jenis permasalahan terkait tata kelola perusahaan yang baik dan anti korupsi. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2010; 2) Menetapkan program Computer Based Training System for COC yang merupakan program pelatihan kode etika dan perilaku bagi seluruh personil PT Pertamina (Persero) yang dilaksanakan secara elektronik sehingga dapat lebih efisien, efektif dan menghemat biaya. Program ini telah dilaksanakan secara berkelanjutan sejak tahun 2010; 3) Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23

24 Menetapkan program Fraud Risk Assessment yang merupakan program pendeteksian kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam operasional kegiatan perusahaan. Program ini juga telah dilaksanakan secara berkelanjutan sejak tahun Inovasi anti korupsi yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) dilakukan dalam rangka mengurangi potensi terjadinya penyimpangan oleh pihak internal maupun eksternal. Hasil Penilaian dari Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) adalah instrumen yang digunakan untuk menilai dan memberikan penghargaan bagi BUMN yang telah menciptakan inisiatif-inisiatif dalam mengupayakan integritas serta budaya anti korupsi di perusahaannya. SPAK 2011 merupakan kegiatan penilaian prakarsa anti korupsi yang pertama kali dilakukan dengan 4 peserta yang berbasis voluntary. PT Pertamina (Persero) sebaiknya terus menjaga konsistensi atas nilai yang didapat dalam SPAK 2011 dan tetap berusaha mengupayakan peningkatan dalam upaya pencegahan anti korupsi. 24 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

25 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan Berdasarkan hasil survei dan analisis yang telah dilakukan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, dapat disimpulkan: 1. Secara umum PT Pertamina (Persero) terutama jajaran Pimpinan telah melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi sesuai dengan indikator yang ditetapkan dalam SPAK. 2. Penerapan aturan tentang penyampaian LHKPN baru dilakukan terbatas pada pejabat tertentu. PT Pertamina (Persero) belum bisa melakukan identifikasi adanya pola penyimpangan penghasilan yang diterima oleh pegawainya secara menyeluruh. 3. PT Pertamina (Persero) telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum, khususnya pihak kepolisian untuk menindak personilnya yang melakukan pelanggaran dengan indikasi tindak pidana. 4. PT Pertamina (Persero) telah memberlakukan upaya anti korupsi atas 7 indikator utama SPAK secara resmi melalui Peraturan yang dikeluarkan oleh Jajaran Direksi sampai pada anak perusahaan. Namun tidak bisa dipastikan apakah personil pada anak perusahaan memiliki pemahaman yang seragam dengan personil dari induk perusahaan terhadap peraturan yang ditetapkan tersebut Saran Perbaikan Berdasarkan simpulan tersebut, maka KPK menyampaikan intisari saran perbaikan agar Pimpinan PT Pertamina (Persero): 1. Melakukan sosialisasi intensif terhadap peraturan antikorupsi yang ditetapkan oleh Direksi sampai pada tingkat anak perusahaan dan perusahaan patungan dalam rangka mendapatkan kesepahaman atas peraturan yang ditetapkan. 2. Meningkatkan kerjasama/koordinasi dengan aparat penegak hukum, terutama KPK dan Kepolisian dalam upaya penegakan aturan yang berindikasi tindak pidana korupsi maupun tindak pidana lain. 3. Menetapkan peraturan bagi personil PT Pertamina (Persero) dengan ruang lingkup yang lebih luas terkait pelaporan harta kekayaannya (LHKPN) dalam rangka transparansi. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 25

26 4. PT Pertamina (Persero) memastikan diselenggarakannya Fraud Risk Assessment yang dilakukan secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali. Hasil dari Fraud Risk Assessment tersebut dijadikan dasar untuk menyusun Fraud Control Plan. Pimpinan tertinggi bertanggung jawab penuh memastikan bahwa Fraud Control Plan ini berjalan dengan baik 5. Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap aturan dan sistem pencegahan korupsi yang telah ada dan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan dan potensi penyimpangan yang terjadi. 26 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup

Lebih terperinci

PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011

PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011 PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011 Jakarta, 1 November 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi AGENDA LATAR BELAKANG INDIKATOR SPAK-BUMN 2011 PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011

LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011 LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011 i PENGANTAR Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) BUMN 2011 merupakan kegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2.1 Profil Perusahaan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang State-owned Enterprises (SOE) di Indonesia disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh negara melalui penyertaan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK TAHUN 2017 tit a INDOFARMA PENGESAHAN CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Pada hari ini, Jakarta tanggal 15 Juni 2017, Charter Komite Audit PT

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX. PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX www.ptpnix.co.id Pedoman Penerimaan dan Pemberian Gratifikasi/Hadiah dan Hiburan (Entertainment) 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Komisaris Utama/ Komisaris Independen : Tanri Abeng... Wakil Komisaris Utama : Arcandra Tahar... Komisaris : Sahala Lumban Gaol...

LEMBAR PENGESAHAN. Komisaris Utama/ Komisaris Independen : Tanri Abeng... Wakil Komisaris Utama : Arcandra Tahar... Komisaris : Sahala Lumban Gaol... DAFTAR ISI i Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis ii iii Lembar Pengesahan Pesan Direktur Utama 1 Visi & Misi 1 Tata Nilai Perusahaan 2 Pihak yang Wajib Mematuhi Code Of Conduct Pertamina 2 Tanggungjawab

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER Menimbang : a. bahwa PT Haleyora Power (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki peran yang penting dan strategis. Peran penting ini

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Halaman I. Pembukaan 1 II. Kedudukan 2 III. Keanggotaan 2 IV. Hak dan Kewenangan 4 V. Tugas dan Tanggungjawab 4 VI. Hubungan Dengan Pihak Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

Pembangunan Integritas Bisnis

Pembangunan Integritas Bisnis AKSI KOLABORATIF Pembangunan Integritas Bisnis Panduan Bagi Pelaku Bisnis, Regulator, dan Penegak Hukum DEKLARASI DEKLARASI Kami; para pelaku bisnis, instansi pemerintah, aparat penegak hukum dan perwakilan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN 2015 A. Latar Belakang PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus menerapkan prinsip-prinsip GCG secara konsisten

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan dalam Berita negara RI No. 95 tanggal 27 Nopember 1992, tambahan Nomor

Lebih terperinci

Direktorat Penelitian dan Pengembangan. Kamis, 4 Oktober 2012

Direktorat Penelitian dan Pengembangan. Kamis, 4 Oktober 2012 Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kamis, 4 Oktober 2012 Agenda A Pendahuluan B Metode Pelaksanaan PIAK 2012 C Hasil Penilaian Inisiatif Antikorupsi (PIAK) 2012 D Kesimpulan A.Pendahuluan 1. Latar

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis saat ini berlangsung sangat begitu cepat. Sekedar mengikuti dan menyesuaikan diri hanya akan membuat kewalahan para pelaku bisnis. Berdasarkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN

KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN E8 KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING POLICY) Versi : November 2016 Nama Sub Kebijakan : E8.00 Daftar isi Hal 1. Kebijakan Umum 1.1 Pendahuluan 1 1.2 Tujuan Kebijakan 2 1.3 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Pernyataan Komitmen 2 BAGIAN 1 : PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang 3 B. Maksud, Tujuan dan Manfaat 4 C. Landasan

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM... 3 III. MAKSUD DAN TUJUAN... 4 IV. KLASIFIKASI INFORMASI...

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI i DAFTAR ISI Daftar Isi i BAGIAN A : PENDAHULUAN 1 I. LATAR BELAKANG 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN 1 III. LANDASAN HUKUM 2 IV. PENGERTIAN UMUM 3 BAGIAN B : PENGELOLAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, FINAL DRAFT 15092011 LEMBARAN DAERAH PROVINSI JA R.AN WA BARAT TAHUN 2013 NOMO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BIDANG MINYAK DAN GAS

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk Lampiran SK Direksi No : /SK/DIR/XI/2012 Tanggal : November 2012 Hlm. 1/7 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk 1. PENDAHULUAN PT Indofarma (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut

Lebih terperinci

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik Kami memiliki komitmen untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) sebagai pedoman dalam pengelolaan Perseroan pada setiap aktivitas

Lebih terperinci

LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) Hery Nurudin Group Head Pendaftaran & Pemeriksaan LHKPN

LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) Hery Nurudin Group Head Pendaftaran & Pemeriksaan LHKPN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) Hery Nurudin Group Head Pendaftaran & Pemeriksaan LHKPN RAPAT KOORDINASI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI Solo, 4 Februari 2016 1 Pendahuluan Video

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3 DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT Halaman I Pendahuluan 1 II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1 III Kedudukan 2 IV Keanggotaan 2 V Hak dan Kewenangan 3 VI Tugas dan Tanggung Jawab 4 VII Hubungan Dengan Pihak

Lebih terperinci

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud ) P e d o m a n Anti Kecurangan (Fraud ) A. LATAR BELAKANG Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Lebih terperinci

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN CONFLICT OF INTEREST 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014 TENTANG PENGESAHAN DOKUMEN UNTUK IMPLEMENTASI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 2 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Kelola. Perusahaan Perasuransian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) Jakarta, 17 Januari 2017 DAFTAR ISI Halaman A. PENDAHULUAN... 1 I. Latar Belakang... 1 II. Maksud dan Tujuan Charter Satuan Pengawasan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DAFTAR ISI Daftar Isi... i I. Pendahuluan... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Komitmen

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. TUJUAN DAN MANFAAT... 3 III. ISTILAH PENTING... 4 IV. PENGERTIAN GRATIFIKASI...

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN PT. INHUTANI I (PERSERO) PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN ARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM FUNGSI : SEKRETARIS PERUSAHAAN NOMOR : JUDUL : SISTEM PELAPORAN Revisi Ke : PELANGGARAN Berlaku TMT : PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Lampiran 4 SK No. 00228/HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM...

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

PEDOMAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN KORPORAT JUDUL : : PENYAMPAIAN LAPORAN LAPORAN ATAS PROGRAM KEPATUHAN MELALUI COS NOMOR : 0876/A00000/2013-S0 REVISI KE : 0 BERLAKU TMT : 2 September 2013 HALAMAN : Halaman 1 dari 23 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau

Lebih terperinci

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS) P e d o m a n Whistle Blowing System (WBS) A. LATAR BELAKANG Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) secara konsisten dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Sahabat Setia Petani PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PT. PERTANI (PERSERO) SEKRETARIS PERUSAHAAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PT Pertani (Persero) yang selanjutnya disebut Perusahaan senantiasa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116 KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I No. COM/002/00/0116 Tanggal Efektif 4 Januari 2016 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan merupakan

Lebih terperinci

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh No.8, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Penjamin. Tata Kelola Perusahaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6015) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM I. UMUM Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin

Lebih terperinci

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PIAGAM INTERNAL AUDIT PIAGAM INTERNAL AUDIT PT INTILAND DEVELOPMENT TBK. 1 dari 8 INTERNAL AUDIT 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piagam Audit Internal merupakan dokumen penegasan komitmen Direksi dan Komisaris serta

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DAFTAR ISI Daftar Isi... i I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Komitmen Manajemen... 2 3. Maksud dan Tujuan... 2

Lebih terperinci

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

WHISTLE BLOWING SYSTEM

WHISTLE BLOWING SYSTEM SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk 2 Januari 2013 Halaman DAFTAR ISI... 1 BAGIAN PERTAMA... 2 PENDAHULUAN... 2 1. LATAR BELAKANG... 2 2. VISI DAN MISI... 2 3.

Lebih terperinci

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengantisipasi perkembangan ekonomi global

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JAKARTA, 11 OKTOBER 2016 DIREKTORAT PENDAFTARAN DAN PEMERIKSAAN LHKPN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO . PETIKAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK 2014 Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Landasan Penyusunan. 1 Maksud, Tujuan dan Manfaat.. 2 Daftar Istilah... 2 BAB II GRATIFIKASI...

Lebih terperinci

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK -1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT ) 1 dari 9 1. LATAR BELAKANG Perseroan menyadari pentingnya penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) atau GCG sebagai salah satu acuan bagi Perseroan untuk meningkatkan nilai

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan secara umum didirikan tentunya memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh berasal dari pemanfaatan sumber daya yang ada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT Jakarta, April 2013 PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT DAFTAR ISI Halaman 1. PENDAHULUAN 1 a. Profil Perusahaan 1 b. Latar Belakang 1-2 2. PIAGAM KOMITE

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1. Komite Audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 1 PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. Pedoman Kebijakan Code of Conduct sebagaimana dimaksud pada lampiran Peraturan Direksi ini terdiri dari 5 (lima) bagian, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci