LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011"

Transkripsi

1 LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011 i

2 PENGANTAR Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) BUMN 2011 merupakan kegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mendorong Pimpinan BUMN membangun sistem antikorupsi di instansinya. SPAK merupakan pengembangan dari Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) yang telah dilakukan oleh KPK pada Kementerian/Non Kementerian dan Pemerintah Daerah sejak tahun Keikutsertaan BUMN dalam SPAK bersifat voluntary basis. Peserta SPAK melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pertanyaanpertanyaan terkait prakarsa antikorupsi yang telah dilakukannya berikut bukti-bukti pendukungnya. SPAK tahun 2011 ini merupakan pelaksanaan yang pertama kali dan masih bersifat baseline study, yang melibatkan 4 BUMN sebagai peserta yaitu: PT Pertamina (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT Jasa Marga, Tbk. (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero). Keempat BUMN tersebut masing-masing mewakili sektor energi, keuangan, konstruksi, dan transportasi. Atas partisipasi aktif keempat BUMN tersebut, Pimpinan KPK mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan PT Pertamina (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT Jasa Marga, Tbk. (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero). Pimpinan KPK juga mengucapkan terima kasih kepada Tenaga Ahli yang membantu KPK dalam menentukan bobot pada indikator penilaian SPAK. Semoga hasil penilaian SPAK ini bisa memberikan kontribusi nyata bagi pengambil kebijakan untuk meningkatkan inisiatif antikorupsi di sektor BUMN. Salam Antikorupsi, Pimpinan KPK ii

3 DAFTAR ISI PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dasar Hukum Tujuan Ruang Lingkup... 4 BAB II METODOLOGI DAN TAHAPAN KEGIATAN Metode Tahapan Kegiatan... 7 BAB III PROFIL BADAN USAHA MILIK NEGARA PT. PERTAMINA (Persero) Sejarah Perusahaan Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Kinerja Perusahaan PT. JASA MARGA (Persero)Tbk Sejarah Perusahaan Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Kinerja Perusahaan PT. JAMSOSTEK (Persero) Sejarah Perusahaan Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Kinerja Perusahaan PT. ANGKASA PURA II (Persero) Sejarah Perusahaan Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Kinerja Perusahaan iii

4 BAB IV HASIL DAN ANALISIS STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) Penghitungan Nilai SPAK Tahun Indikator Utama SPAK Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top) Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics) Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Intererst) Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) Pengelolaan Tranparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) Penegakan Aturan (Rule Inforcement) Penilaian Prakarsa Antikorupsi Lainnya BAB V SIMPULAN DAN SARAN LAMPIRAN iv

5 DAFTAR TABEL Tabel I.1 Peserta SPAK Tabel II.1 Indikator, Sub Indikator, dan Bobot SPAK BUMN Tabel IV.1 Nilai SPAK BUMN Tabel IV.2 Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan Tabel IV.3 Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku Tabel IV.4 Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan Tabel IV.5 Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan Tabel IV.6 Nilai Indikator Pengelolaan Tranparansi Harta Kekayaan Tabel IV.7 Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah Tabel IV.8 Nilai Indikator Penegakan Aturan Tabel IV.9 Nilai Indkator Prakarsa Lainnya v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Tahapan Kegiatan SPAK Gambar 3.1 Grafik Kinerja PT Pertamina dan Anak Perusahaan Tahun Gambar 3.2 Grafik Kinerja PT Jasa Marga dan Anak Perusahaan Tahun Gambar 3.3 Grafik Kinerja PT Jamsostek dan Anak Perusahaan Tahun Gambar 3.4 Grafik Kinerja PT Angkasa Pura II dan Anak Perusahaan Tahun vi

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi. BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan. Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 triliun. Kontribusi BUMN terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp triliun, baik dalam bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan, bina lingkungan, kredit usaha rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun public service obligation (PSO). Selain itu masih terdapat kelompok usaha yang menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia 1 Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional serta persaingan usaha yang semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif, efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal serta lemahnya pengendalian internal. 1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1

8 Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN beberapa upaya perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik 2. Semakin baik dan efektifnya sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian (checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha serta antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas. Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur efektivitas dari prakarsa anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN Dasar Hukum Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan; 1. Pasal 4 menyebutkan: Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. 2. Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik. 3. Pasal 14 menyebutkan Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk: 1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah; 2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi; 2 Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

9 3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) menyebutkan: a. Pasal 7 ayat (4): Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsipprinsip dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk mengadopsi, memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan transparansi dan mencegah konflik-konflik kepentingan. b. Pasal 8 ayat (1): Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggungajwab di antara para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya. c. Pasal 10: Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk meningkatkan transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan termasuk termasuk mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan keputusannya. d. Pasal 12: Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk mencegah korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar akutansi dan audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan sanksi perdata, administratif dan pidana yang efektif sebanding untuk kelalaian memenuhi tindakan-tindakan tersebut Tujuan Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektifitas prakarsa anti korupsi di BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah: 1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan pencegahan korupsi di BUMN. 2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3

10 3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya pencegahan korupsi di lembaganya. 4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah Ruang Lingkup Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK ini dibatasi dengan melakukan penilaian terhadap prakarsa anti korupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor energi, kontruksi, keuangan dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut : Tabel I.1 Perserta SPAK 2011 No BUMN Sektor 1 PT PERTAMINA (Persero) Energi 2 PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Konstruksi 3 PT JAMSOSTEK (Persero) Keuangan 4 PT ANGKASA PURA II (Persero) Transportasi 4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

11 BAB II METODOLOGI 2.1. Metode Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1. Indikator Utama. Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh BUMN. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif. Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan dan pejabat struktural KPK. 2. Indikator Inovasi. Indikator inovasi bersifat bebas, peserta dapat mencantumkan prakarsa anti korupsi selain prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan, yang nantinya akan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator utama. Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk selanjutnya diturunkan dalam subindikator subindikator. Masing-masing subindikator mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban. Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini. Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK. Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5

12 SPAK yang telah ditetapkan. Secara rinci indikator, subindikator, dan bobot SPAK BUMN 2011 dijelaskan dalam Tabel II.1. Tabel II.1 Indikator, Sub-Indikator dan Bobot SPAK BUMN 2011 Indikator Utama (0,942) Indikator Inovasi (0,058) Indikator 1. Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186) 2. Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic and Code of Conduct) (0,139) 3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121) 4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139) 5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) (0,084) 6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103) 7. Penegakan Aturan (Rules Enforcement) (0,171) Prakarsa Lainnya (1,00) Subindikator a Ketersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260) b Peran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480) c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) a Ketersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390) b Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420) c Evaluasi (0,190) Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan a Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390) b Penerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410) c Evaluasi (0,200) a Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430) b Penerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390) c Evaluasi (0,170) Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan a Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360) b Penerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430) c Evaluasi (0,210) Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan a Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390) b Penerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450) c Evaluasi (0,160) a Penegakan Aturan (1,00) 6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

13 2.2. Tahapan Kegiatan Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penetapan indikator utama. Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK. 2. Penyusunan dan penyebaran kuesioner. Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang disusun berdasarkan rincian dari Indikator utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data. 3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang validitas jawaban, BUMN diwajibkan memberikan bukti yang relevan. Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang menunjukkan tingkatan inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN. 4. Penilaian oleh KPK KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian sendiri oleh instansi, dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK. 5. Pelaporan Akhir dan Diseminasi Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK dalam sebuah rapat tertutup. Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah: Gambar II.1 Tahapan Kegiatan SPAK 2011 Jan-Feb Feb-Mar Apr-Juli Agt-Sept Okt-Nov Penetapan Indikator Utama Penyusunan & Penyebaran Kuesioner Self- Assessment oleh BUMN Penilaian oleh Tim Ahli KPK Laporan Akhir dan Diseminasi Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7

14 BAB III PROFIL BADAN USAHA MILIK NEGARA Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011 merupakan penilaian prakarsa antikorupsi dari entitas bisnis. Pada tahun 2011 ini sebagai pilot project SPAK diikuti oleh 4 BUMN yaitu: PT Pertamina (Persero), PT Jasa Marga, Tbk. (Persero), PT Jamsostek (Persero), dan PT Angkasa Pura II (Persero). Profil masing-masing BUMN tersebut akan diuraikan pada bagian berikut PT PERTAMINA (Persero) Sejarah Perusahaan PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C HT pada tanggal 09 Oktober Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tentang pengalihan bentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi negara (Pertamina) menjadi perusahaan perseroan (Persero). Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri MIGAS. Kegiatan usaha minyak dan gas bumi saat ini diserahkan kepada mekanisme pasar 8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

15 VIsi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Penetapan visi dan misi sebagai bagian perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan PT Pertamina (Persero). Ditengah arus kuat persaingan usaha industri minyak dan gas, PT Pertamina (Persero) menetapkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut: Visi PT Pertamina (Persero) adalah menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. Misi PT Pertamina (Persero) adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat Tata Nilai Perusahaan PT Pertamina (Persero) menetapkan enam Tata Nilai Perusahaan yang menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai tersebut adalah: 1. Bersih (Clean): Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. 2. Kompetitif (Competitive): Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3. Percaya Diri (Confident): Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa 4. Fokus Pada Pelanggan (Customer Focused): Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. 5. Komersial (Commercial): Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. 6. Berkemampuan (Capable): Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan Kinerja Perusahaan Selama 2010 PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan Penjualan dan Pendapatan Usaha Lainnya sebesar Rp438 triliun, naik 18% dari Pendapatan ini berasal dari Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9

16 penjualan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, hasil minyak, penggantian subsidi jenis BBM tertentu dan LPG dari pemerintah, penjualan ekspor minyak mentah dan hasil minyak, imbalan jasa pemasaran, serta pendapatan usaha lainnya. Gambar 3.1 Grafik Kinerja PT Pertamina (Persero) dan Anak Perusahaan Tahun , , , ,012 JUMLAH (dalam Miliar Rupiah) 400, , , , , , , ,515 Aset Pendapatan Usaha Laba Bersih 19,606 16,203 16, TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Pertamina (Persero) Dari gambar II.2 terlihat bahwa terdapat fluktuasi dalam perolehan nilai aset, pendapatan usaha, dan laba bersih dalam 3 tahun terakhir, yang banyak dipengaruhi oleh harga minyak dunia dan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar. Pada tahun 2010 kinerja PT Pertamina (Persero) mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun 2009, namun kinerja terbaik diperoleh pada tahun PT JASA MARGA (Persero) Tbk Sejarah Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 melalui Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian persero. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan jalan tol bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor, yang merupakan jalan tol pertama di Indonesia. Tujuan awal pendirian PT Jasa Marga (Persero) Tbk adalah untuk mengoperasikan dan memelihara ruas jalan tersebut secara mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah. Ir Sutami, Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, adalah inisiator awal didirikannya PT Jasa Marga (Persero)Tbk. 10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

17 Pada tanggal 12 November 2007, status PT Jasa Marg (Persero) Tbk. berubah menjadi perusahaan terbuka dengan melepas 30% sahamnya kepada publik melalui Bursa Efek Indonesia Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, dimana peran Jasa Marga yang semula sebagai otorisator, pengembang dan operator, berubah menjadi pengembang dan operator saja. Sebagai tindak lanjut dari perubahan peran tersebut maka perusahaan sejak tahun 2006 mengubah visi dan misinya menjadi sebagai berikut: Visi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menjadi Perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader) dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat Nasional dan Regional. Misi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menambah panjang jalan tol secara berkelanjutan, sehingga Perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya, dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan Perusahaan serta meningkatkan mutu dan efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal dan penerapan kaidah-kaidah manajemen Perusahaan modern dengan tata kelola yang baik Tata Nilai Perusahaan Tata Nilai merupakan nilai-nilai yang telah ada dalam setiap Insan Jasa Marga. Tata nilai ini merupakan perwujudan dari sikap dan perilaku seluruh karyawan Jasa Marga yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara baik dan benar. Tata nilai tersebut adalah: 1. Integritas a. Bekerja hanya untuk kepentingan Perusahaan Tidak pernah menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan lain diluar kepentingan perusahaan; b. Bertanggungjawab dan senantiasa dapat menjelaskan keputusan dan langkah-langkah yang diambil dalam pekerjaan; c. Senantiasa menggunakan etika dalam bekerja; Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11

18 d. Senantiasa menjadi panutan bagi lingkungannya. 2. Mencintai Pekerjaan (Passion) a. Semangat dan keinginan yang kuat untuk senantiasa berbuat yang terbaik di bidangnya; b. Menyenangi tugasnya dan selalu berpikir positif dalam bekerja; c. Bangga terhadap Perusahaan sebagai wujud dari kebanggan pada Bangsa dan Negara; d. Senantiasa menghasilkan kualitas pekerjaan yang terbaik. 3. Senang Belajar untuk Kemajuan (Learning) a. Selalu ingin mengetahui dan belajar hal-hal baru untuk kemajuan perusahaan; b. Melihat jauh kedepan dan senantiasa berusaha untuk membawa Perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi; c. Berani mencoba hal-hal baru dengan niat semata-mata untuk memperbaiki kualitas proses dan produk Perusahaan. 4. Membangun Kepercayaan (Trust) a. Percaya pada niat baik; b. Senantiasa membangun kepercayaan diantara seluruh jajaran Perusahaan; c. Tidak terkotak-kotak, selalu saling membantu untuk kepentingan perusahaan semata Kinerja Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk berhasil membukukan laba bersih tahun 2010 untuk pertama kalinya menembus Rp 1 Triliun yaitu sebesar Rp 1,193 Triliun, atau naik sebesar 20,23% dibanding tahun 2009 yang mencapai Rp 992,69 Milyar. Peningkatan laba bersih ini terjadi karena pendapatan usaha yang berhasil dibukukan Jasa Marga pada tahun 2010 mencapai 4,37 Triliun atau meningkat 18,60% dibanding pendapatan usaha tahun 2009 yang mencapai 3,69 Triliun. Pencapaian kinerja keuangan ini terutama diperoleh dari hasil peningkatan volume lalu lintas selama 2010 yang mencapai 957,89 juta kendaraan atau meningkat sebesar 4,41%, dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 916,48 juta kendaraan. 12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

19 Gambar 3.2 Grafik Kinerja PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan Anak Perusahaan Tahun ,000 18,952 JUMLAH (Dalam Miliar Rupiah) 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,174 14,642 4,379 3,354 3, , Aset Pendapatan usaha Laba Bersih TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jasa Marga Tbk dan sumber lainnya Pendapatan Usaha Perusahaan di tahun 2010 adalah Rp 4,3 Triliun. Dengan mulai beroperasinya jalan tol baru secara bertahap di tahun 2011, maka pendapatan usaha di tahun 2011 diproyeksikan sebesar Rp 4,8 Triliun. Posisi akhir tahun 2010, total asset perusahaan adalah Rp 18,8 Triliun dengan equitas Rp 7,8 Triliun PT JAMSOSTEK (Persero) Sejarah Perusahaan Pembentukan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) melalui proses yang panjang. Sejarah pendirian PT Jamsostek (Persero) melalui peraturan perundangan terkait dengan rincian sebagai berikut: 1) UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja; 2) Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh; 3) PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh; 4) PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS); 5) UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK). PP Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13

20 tersebut mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Selanjutnya terbit PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Sebagai penyelenggara jaminan sosial untuk tenaga kerja, PT Jamsostek bekerja keras untuk menjadi penyelenggara jaminan sosial yang dapat dipercaya oleh stakeholders dan publik. Guna mewujudkan hal tersebut PT Jamsostek menetapkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut: Visi PT Jamsostek adalah menjadi lembaga jaminan sosial tenaga kerja terpercaya yang unggul dalam pelayanan dan memberikan manfaat optimal bagi seluruh peserta dan keluarganya. Misi PT Jamsostek adalah sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi: a. Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga; b. Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas; c. Negara: Berperan serta dalam pembangunan Tata Nilai Perusahaan PT Jamsostek menetapkan tata nilai perusahaan yang menjadi pedoman bagi insan PT Jamsostek dalam menjalankan perusahaan. Tata nilai tersebut adalah: 1. Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas. 2. Profesional: Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif terhadap perubahan dan pembaharuan. 3. Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan (reward & encouragement), pemberdayaan. 4. Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan. 5. Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain. 14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

21 Kinerja Perusahaan PT Jamsostek (Persero) membukukan laba bersih sepanjang 2010 sebesar Rp1,532 triliun. Nilai ini meningkat 10,92 persen bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya Rp1,382 triliun. Peningkatan laba bersih BUMN pengelola dana pekerja ini disokong oleh pendapatan investasi sekitar Rp10,785 triliun dan pendapatan bersih operasional yang meningkat menjadi Rp579,101 miliar. Gambar 3.3 Grafik Kinerja PT Jamsostek (Persero) dan Anak Perusahaan Tahun , , ,000 JUMLAH (Dalam Miliar Rupiah) 80,000 60,000 40,000 20, ,507 6,488 84,248 9,041 11,364 1,091 1,382 1,532 Aset Pendapatan Usaha Laba Bersih TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jamsostek dan sumber lainnya Pada tahun 2010, dana investasi Jamsostek meningkat hingga 22,66 persen menjadi Rp 98,980 triliun. Bahkan total aset kian membengkak dari Rp 84,248 triliun, menjadi Rp102,648 triliun atau meningkat 21,48 persen. Hasil investasi yang dikembalikan ke peserta pun meningkat 32,09 persen menjadi Rp 8,368 triliun PT ANGKASA PURA II (Persero) Sejarah Perusahaan Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa penerbangan dan jasa penunjang bandara di Kawasan Barat Indonesia sejak tahun Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15

22 Pada awal berdirinya, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno- Hatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma. Tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya tanggal 2 Januari 1993, resmi menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 3 tahun 1993 dengan nama PT Angkasa Pura II (Persero). Saat ini Angkasa Pura II mengelola dua belas bandara utama di Kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang), serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/ FIR) Jakarta Visi, Misi dan Tata Kelola Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan PT Angkasa Pura II sebagai pengelola bandar udara bertaraf internasional terus mengembangkan kemampuan dalam menyikapi perubahan dan tantangan di industrinya. Visi dan misi PT Angkasa Pura II adalah: Visi PT Angkasa Pura II adalah menjadi pengelola bandar udara bertaraf internasional yang mampu bersaing di kawasan regional Misi PT Angkasa Pura II adalah mengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dengan memegang teguh etika bisnis Tata Kelola Perusahaan Tatanan birokrasi, sistem administrasi, dan struktur organisasi yang berlaku di Angkasa Pura II menyediakan ruang bagi fleksibilitas, agar orang dapat bekerja secara adaptif dan inovatif, dan disertai dengan akuntabilitas. Setiap tindakan yang diambil manajemen disertai dengan alasan yang lengkap dan rasional, yang dilaporkan secara lengkap, cepat, dan tepat waktu kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 16 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

23 Penekanan pada akuntabilitas dan adopsi dari suatu pola pelaporan tertentu yang dijalankan secara konsisten, menjadi ciri dari tata kelola perusahaan di Angkasa Pura II. Manajemen melengkapi diri dengan unit dan perangkat audit yang bertanggung jawab untuk melaporkan hasil kerjanya secara langsung kepada Direksi dan atau Dewan Komisaris secara teratur. Penyelenggaraan bandara bukan hanya ditujukan untuk menciptakan nilai yang maksimal bagi para pemegang saham, tetapi juga untuk membangun kepercayaan publik pada Angkasa Pura II. Pedoman Good Corporate Governance yang disahkan melalui Keputusan Bersama Dewan Komisaris Angkasa Pura II Nomor : KEP.258.1/GCG/X/APII-2004 dan Direksi Angkasa Pura II Nomor : KEP.484.1/KS.005/APII-2004 telah diterapkan Kinerja Perusahaan Pengelola bandar udara PT Angkasa Pura II (Persero) tahun 2010 memperoleh laba usaha Rp 1,264 triliun. Badan usaha milik negara ini menjanjikan terus mengembangkan 12 bandara di bawah pengelolaannya, terutama Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Tahun 2010, pendapatan usaha Angkasa Pura II juga naik menjadi Rp 3,022 triliun, meningkat 9,3 % dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,745 triliun. Realisasi laba PT AP II lebih tinggi 20 persen dari target yang ditetapkan oleh pemegang saham, yakni Rp 1,049 triliun. Gambar 3.4 Grafik Kinerja PT Angkasa Pura II (Persero) dan Anak Perusahaan Tahun JUMLAH (dalam Miliar Rupiah) 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 7,307 2,277 8,234 8,234 3,002 2, ,049 Aset Pendapatan Usaha Laba Bersih TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Angkasa Pura II dan sumber lainnya Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17

24 BAB IV HASIL DAN ANALISIS STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI Penghitungan SPAK Tahun 2011 Kegiatan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) tahun 2011 adalah melakukan penilaian terhadap inisiatif dan inovasi serta ketersediaan kelengkapan instrumen anti korupsi dan penerapannya pada 4 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berstatus sebagai Persero. Penilaian juga dilakukan terhadap cabang 4 BUMN yang ada di Kota Surabaya dan Medan. SPAK 2011 terdiri dari indikator utama dengan bobot 0,942 indikator inovasi dengan bobot 0,058. Nilai SPAK setiap BUMN merupakan gabungan antara variabel indikator utama dan variabel indikator inovasi. Bagi BUMN yang tidak menyerahkan laporan kualitatif, maka tidak mempunyai nilai untuk inovasi, sehingga nilai SPAK maksimal yang diperoleh hanya mencapai 9,42. Berikut Nilai kumulatif SPAK tahun 2011 dari 4 BUMN Peserta. Tabel IV.1 Nilai SPAK BUMN Peringkat Instansi Nilai Total dengan Bobot Indikator Utama (0,942) Nilai Per Indikator Indikator Inovasi (0,058) 1 PT PERTAMINA 8,95 9,01 7,98 2 PT JAMSOSTEK 7,8 7,78 8,17 3 PT JASA MARGA Tbk 6,19 6,04 8,61 4 PT ANGKASA PURA II 6,02 5,91 7, Indikator Utama SPAK Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top) Dalam suatu organisasi faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan suatu organisasi dapat memperoleh kepercayaan baik dari bawahan, rekanan maupun dari pemegang saham. Keteladanan pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik. Oleh karena itu dalam suatu organisasi mutlak diperlukan Pemimpin yang dapat dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi 18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

25 dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang dibutuhkan. Seorang Pemimpin juga harus memberikan teladan (tone of the top), membangun kultur/budaya yang kokoh, dan menunjukkan komitmen yang kuat untuk memimpin organisasinya menuju arah yang sudah disepakati. Indikator awal dari pengukuran SPAK adalah keteladanan pimpinan (Tone of The Top). Semua indikator lainnya tidak akan pernah terlaksana secara efektif dan efisien jika tidak ada komitmen untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi dari pimpinan Perusahaan. Untuk indikator keteladanan pimpinan, tolok ukurnya adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (Direksi dan Komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Aktivitas ini ditujukan untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik, bersamaan dengan meningkatnya kinerja perusahaan. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung oleh Kementerian BUMN dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN. Dalam SPAK 2011, indikator keteladanan Pimpinan memiliki bobot tertinggi yaitu sebesar 0,186, sehingga pengaruhnya terhadap penilaian secara total cukup signifikan. Indikator ini juga dibagi dalam 3 sub indikator yaitu: (a) ketersediaan kebijakan Pimpinan terkait anti korupsi, (b) peran pimpinan dalam penerapan kebijakan anti korupsi, serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh Pimpinan. Peringkat Instansi Tabel IV.2 Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan Nilai Total Keteladanan Pimpinan (0,186) Ketersediaan Aturan (0,26) Sub Indikator Peran Pimpinan (0,48) Pengawasan & Evaluasi (0,26) 1 PT JASA MARGA, Tbk. 9,68 10,00 9,33 10,00 2 PT PERTAMINA 9,56 10,00 9,08 10,00 3 PT JAMSOSTEK 9,56 10,00 9,08 10,00 4 PT ANGKASA PURA II 9,02 10,00 7,96 10,00 Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan di lapangan, PT Jasa Marga memperoleh nilai tertinggi untuk indikator keteladanan pimpinan (Tone of The Top). PT Jasa Marga Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19

26 (Persero) Tbk telah memiliki sejumlah pimpinan perusahaan yang berkomitmen untuk menyusun aturan, mengimplementasikannya serta melakukan aktivitas langsung yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi. Komitmen dari direksi terutama direktur utamanya terlihat dengan telah diterbitkannya Keputusan Direksi No. 77/KPTS/2005 tanggal 28 April 2005 tentang Pedoman Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance PT Jasa Marga (Persero) yang telah diperbaharui dengan Keputusan Direksi No /KPTS/2010 tanggal 16 Desember 2010 tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) di PT Jasa Marga, Tbk (Persero). Pedoman tersebut kemudian disosialisasikan langsung oleh Direksi dalam sejumlah kegiatan di PT Jasa Marga. Menurut informasi dari sejumlah staf, bahwa Direksi PT Jasa Marga layak menjadi figur teladan bagi bawahannya Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics and Code of Conduct) Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku. Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah 3 : 1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya; 2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan; 3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan. Oleh karena itulah Pedoman etika dan perilaku menjadi salah satu indikator penilaian SPAK Pada SPAK 2011, indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139 Penilaian indikator kode etik, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

27 dilakukan dengan menilai tiga sub indikator yakni (a) ketersediaan aturan tentang pedoman etika dan perilaku, (b) penerapan aturan etika dan perilaku, serta (c) evaluasi aturan. Dari ketiga sub indikator tersebut, penerapan aturan etika dan perilaku merupakan sub indikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Secara keseluruhan, nilai rata-rata untuk indikator pedoman tentang etika dan perilaku pada SPAK 2011, cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena 4 BUMN tersebut masing-masing telah memiliki pedoman perilaku (Code of Conduct). Tabel IV.3 Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku Pedoman Etika dan Perilaku (0,139) Peringkat Instansi Nilai Total Ketersediaan Aturan (0,39) Sub Indikator Penerapan Aturan (0,42) Evaluasi Aturan (0,19) 1 PT PERTAMINA 9,87 10,00 9,68 10,00 2 PT JASA MARGA Tbk 8,82 9,68 7,49 10,00 3 PT JAMSOSTEK 8,16 9,68 5,9 10,00 4 PT ANGKASA PURA II 6,36 9,68 6,14 0,00 Pada Tabel IV.3 terlihat bahwa PT Pertamina memiliki skor paling tinggi untuk penilaian kode etiknya, yaitu sebesar 9,87. PT Pertamina memiliki nilai tinggi untuk indikator kode etik karena: 1. PT Pertamina telah memiliki pedoman etika dan perilaku sejak tahun 2006 dan telah diperbaharui pada tahun 2009 serta juga sering dikomunikasikan secara langsung pada sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan GCG; 2. Untuk memudahkan Satuan Pengawas Internal (auditor) dan unit kepatuhan (Compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan penyimpangan, maka saat ini PT Pertamina telah memiliki sistem informasi yang diberi nama Compliance Online System yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh karyawan untuk menyampaikan pengaduan penyimpangan, serta melakukan konsultasi tentang pencegahan penyimpangan; Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) Benturan (konflik) kepentingan adalah keadaan di mana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis Perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang Saham, Komisaris dan anggota Direksi beserta seluruh jajaran dibawahnya. Pedoman Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 21

28 yang mengatur mengenai penanganan situasi konflik kepentingan menjadi penting karena bertujuan 4 : 1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal, mengatasi dan menangani konflik kepentingan; 2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja; 3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara. Penjelasan tersebut mendasari penanganan situasi konflik kepentingan menjadi salah satu indikator penilaian SPAK Hal ini bertujuan untuk mendorong BUMN agar menerapkan prinsip transparansi di GCG sehingga seluruh pimpinan dan karyawan di BUMN memiliki tingkat kesadaran dan pemahaman yang sama tentang konflik kepentingan. Indikator penanganan konflik kepentingan merupakan indikator SPAK dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,121 terdiri dari tiga sub indikator yakni: (a) ketersediaan aturan tentang penanganan konflik kepentingan; (b) penerapan aturan penanganan konflik kepentingan; serta (c) evaluasi aturan. Dari ketiga sub indikator tersebut, penerapan aturan etika dan perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,410. Pada Tabel IV.4 terlihat bahwa PT Pertamina memiliki skor paling tinggi untuk penilaian penanganan konflik kepentingan, yaitu sebesar 9,72. Tingginya nilai tersebut di dukung oleh : 1. PT Pertamina telah memiliki pedoman konflik kepentingan sejak tahun 2009 (SK Direksi Nomor Kpts-088/C00000/2009-S0) serta juga sering dikomunikasikan secara langsung pada sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan GCG; 2. Untuk memudahkan Satuan Pengawas Internal (auditor) dan Unit Kepatuhan (compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan situasi konflik kepentingan yang dihadapi oleh seluruh Pimpinan dan Karyawan PT Pertamina, maka saat ini PT. Pertamina telah menyediakan 2 formulir khusus terkait konflik kepentingan yaitu sebagai berikut : a) Formulir khusus pernyataan kesediaan untuk tidak terlibat dalam situasi konflik kepentingan, dan Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

29 b) Formulir khusus lainnya yaitu pernyataan terlibat dalam situasi konflik kepentingan yang dialami oleh pimpinan atau karyawan PT Pertamina (situasi konflik kepentingan terjadi tanpa diketahui atau direncanakan pelapor sebelumnya). Kedua formulir tersebut dapat diisi dan disampaikan melalui sistem informasi terpadu (Compliance Online System) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pimpinan dan karyawan PT Pertamina. Tabel IV.4 Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan Peringkat Instansi Nilai Total Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,121) Sub Indikator Ketersediaan Aturan (0,39) Penerapan Aturan (0,41) Evaluasi Aturan (0,20) 1 PT PERTAMINA ,00 9,32 10,00 2 PT JAMSOSTEK ,98 5,40 10,00 3 PT ANGKASA PURA II ,00 7,52 0,00 4 PT JASA MARGA Tbk ,00 5,07 0, Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) Pengelolaan sistem pengaduan adalah sistem yang mengelola penyampaian laporan dari pihak internal maupun ekternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan perilaku yang melanggar hukum, etika dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga dapat mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan tersebut untuk mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya. KPK melalui SPAK 2011 mendorong seluruh BUMN agar membentuk sistem layanan pengaduan yang transparan dan akuntabel. Layanan pengaduan tersebut diharapkan mampu mengurangi terjadinya penyimpangan terutama yang terkait dengan korupsi. Pada SPAK 2011, Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23

30 Tabel IV.5 Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,139) Peringkat Instansi Nilai Total Ketersediaan Aturan (0,43) Sub Indikator Penerapan Aturan (0,39) Evaluasi Aturan (0,18) 1 PT PERTAMINA 9,85 10,00 9,61 10,00 2 PT JAMSOSTEK 9,02 10,00 7,5 10,00 3 PT ANGKASA PURA II 2,75 0,00 7,05 0,00 4 PT JASA MARGA Tbk 2,03 0,00 5,20 0,00 Berdasarkan hasil SPAK pada tabel IV.5 diketahui bahwa PT Pertamina dengan nilai 9,85 merupakan salah satu BUMN yang memiliki komitmen tinggi dalam upaya pembentukan Whistle Blowing System (WBS). PT Pertamina menjadi BUMN yang paling berkomitmen dalam pembentukan WBS ditunjukkan oleh : 1. Sejak tahun 2009, PT PERTAMINA telah memiliki Surat Keputusan (SK) Direksi Kpts-082/C00000/2009-S0, pada tanggal 5 Oktober 2009 tentang Penerimaan dan Pemberian hadiah/ cinderamata dan hiburan serta WBS. Namun sebelum SK Direksi tersebut terbit pihak Sekretaris Perseroan telah terlebih dahulu berinisiatif untuk menerbitkan Surat Keputusan Sekretaris Perseroan nomor : B-001/N00300/2009-S0, tanggal 16 September 2009 tentang Tata kerja organisasi Pengelolaan WBS; 2. PT Pertamina memiliki media penyampaian khusus WBS yang cukup komprehensif mulai dari telepon, hingga kotak surat. Selain itu juga pengelolaan WBS di PT Pertamina dilakukan lembaga profesional yang dikontrak setiap 2 tahun sekali, berikut rincian media WBS yang dimiliki PT Pertamina: Telepon : +62 (21) Website pertaminaclean.pertamina.com : pertaminaclean@tipoffs.com.sg Faks : +62 (21) SMS : Kotak Surat : Pertamina Clean, PO-Box-7077/ JkpSA, Jakarta Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

31 Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas pejabat publik sesuai dengan UU Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Tingkat Kepatuhan Pimpinan BUMN untuk menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup baik. Namun untuk lebih meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas di lingkungan perusahaan, melalui Studi ini KPK ingin mendorong agar penyampaian laporan harta kekayaan juga dilakukan oleh seluruh karyawan di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak harta karyawan dapat diketahui secara transparan dan akuntabel sehingga dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN tersebut. Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Tabel IV.6 Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan Peringkat Instansi Nilai Total Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,084) Sub Indikator Ketersediaan Aturan (0,36) Penerapan Aturan (0,43) Evaluasi Aturan (0,21) 1 PT PERTAMINA 7,47 8,59 5,29 10,00 2 PT ANGKASA PURA II 7,41 7,78 5,83 10,00 3 PT JAMSOSTEK 6,64 8,19 3,69 10,00 4 PT JASA MARGA Tbk 6,24 9,00 6,98 0,00 Tabel IV.6 menunjukkan bahwa PT Pertamina merupakan BUMN yang memiliki komitmen paling baik diantara BUMN peserta SPAK dalam upaya transparansi harta kekayaan. Hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh mencapai angka 7,47. Nilai tinggi PT Pertamina untuk indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan, dibuktikan melalui diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Nomor:Kpts-024/ C00000/ 2009-S0 tentang kewajiban melaporkan harta kekayaan bagi pejabat di lingkungan Pertamina. Surat tersebut diterbitkan untuk menindaklanjuti instruksi Menteri BUMN nomor: INS- 02/MBU/2007 tanggal 21 September 2007 tentang Penyelenggara Negara wajib menyampaikan LHKPN di lingkungan BUMN. Di dalam Surat keputusan tersebut Direksi PT Pertamina menetapkan pejabat di bawah Direksi yang wajib menyampaikan LHKPN yaitu: 1) Senior Vice President dan setingkatnya; 2) Vice President / General Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup

Lebih terperinci

PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011

PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011 PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011 Jakarta, 1 November 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi AGENDA LATAR BELAKANG INDIKATOR SPAK-BUMN 2011 PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup

Lebih terperinci

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan.

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan. a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, b. Mengikuti perkembangan tehnologi, sehingga dapat menyediakan kepada pimpinan informasi yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sekilas Tentang Angkasa Pura II Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan. penyelenggaraan diklat serta Pengelolaan pusat pelatihan.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan. penyelenggaraan diklat serta Pengelolaan pusat pelatihan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis memperhatikan bahwa industripenerbangan khususnya pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa lain yang terkait dengan fasilitas bandar udara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Departemen Perhubungan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. Kemayoran bertugas mengelola Pelabuhan Udara Kemayoran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. Kemayoran bertugas mengelola Pelabuhan Udara Kemayoran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. 1.1.1 Bentuk Usaha Nama Angkasa Pura pertama kali muncul pada tahun 1962, yaitu dengan didirikannya Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran.PN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Pengembangan Usaha. di kawasan barat indonesia sejak tahun 1984.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Pengembangan Usaha. di kawasan barat indonesia sejak tahun 1984. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Pengembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) yang bergerak dibidang jasa, pengelolaan kebendaraan dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN 27 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau

Lebih terperinci

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK TAHUN 2017 tit a INDOFARMA PENGESAHAN CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Pada hari ini, Jakarta tanggal 15 Juni 2017, Charter Komite Audit PT

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang State-owned Enterprises (SOE) di Indonesia disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh negara melalui penyertaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, FINAL DRAFT 15092011 LEMBARAN DAERAH PROVINSI JA R.AN WA BARAT TAHUN 2013 NOMO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BIDANG MINYAK DAN GAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Halaman I. Pembukaan 1 II. Kedudukan 2 III. Keanggotaan 2 IV. Hak dan Kewenangan 4 V. Tugas dan Tanggungjawab 4 VI. Hubungan Dengan Pihak Yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM... 3 III. MAKSUD DAN TUJUAN... 4 IV. KLASIFIKASI INFORMASI...

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Didalam bab tiga penulis membahas tentang Hasil Penelitian dan Analisis. Di dalam pada bagian Hasil Penelitian pembahasan yang berdasarkan pada rumusan masalah yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER Menimbang : a. bahwa PT Haleyora Power (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

WHISTLE BLOWING SYSTEM

WHISTLE BLOWING SYSTEM SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEDALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) ANGKASA PURA II PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Lampiran 4 SK No. 00228/HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM...

Lebih terperinci

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Pernyataan Komitmen 2 BAGIAN 1 : PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang 3 B. Maksud, Tujuan dan Manfaat 4 C. Landasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pada awalnya lapangan terbang Husein Sastranegara, merupakan lapangan terbang peninggalan Pemerintah Hindia Belanda ( sebelum PD II ) dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) DAFTAR ISI DAFTAR ISI SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) i ii I. PENDAHULUAN 1 II. PEMEGANG SAHAM 3 II.1 HAK PEMEGANG SAHAM 3 II.2 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 3 II.3

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014 TENTANG PENGESAHAN DOKUMEN UNTUK IMPLEMENTASI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE

Lebih terperinci

Perkara Penting yang Sedang Dihadapi

Perkara Penting yang Sedang Dihadapi Ikhtisar Data Keuangan Penting Laporan Dewan Pengawas dan Pengurus Profil Dana Pensiun BTN Analisa & Pembahasan Manajemen Penilaian Efektivitas Pengendalian Intern Evaluasi efektivitas sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 2 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 tahun 1984. Perubahan nama dari Perum

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2001 TENTANG Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2001 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ANGKASA PURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II. Sumber: Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II. Sumber: Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II Sumber: www.angkasapura2.co.id 1.1.1 Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero) PT Angkasa Pura II (Persero) merupakan

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan dalam Berita negara RI No. 95 tanggal 27 Nopember 1992, tambahan Nomor

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT Jakarta, April 2013 PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT DAFTAR ISI Halaman 1. PENDAHULUAN 1 a. Profil Perusahaan 1 b. Latar Belakang 1-2 2. PIAGAM KOMITE

Lebih terperinci

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Kelola. Perusahaan Perasuransian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM I. UMUM Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116 KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I No. COM/002/00/0116 Tanggal Efektif 4 Januari 2016 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI i DAFTAR ISI Daftar Isi i BAGIAN A : PENDAHULUAN 1 I. LATAR BELAKANG 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN 1 III. LANDASAN HUKUM 2 IV. PENGERTIAN UMUM 3 BAGIAN B : PENGELOLAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya era demokrasi dan birokrasi pada saat ini maka semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki peran yang penting dan strategis. Peran penting ini

Lebih terperinci

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3 DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT Halaman I Pendahuluan 1 II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1 III Kedudukan 2 IV Keanggotaan 2 V Hak dan Kewenangan 3 VI Tugas dan Tanggung Jawab 4 VII Hubungan Dengan Pihak

Lebih terperinci

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK -1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Sahabat Setia Petani PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PT. PERTANI (PERSERO) SEKRETARIS PERUSAHAAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PT Pertani (Persero) yang selanjutnya disebut Perusahaan senantiasa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN DASAR HUKUM KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; UU No. 28/1999 tentang Penyelenggara Negara

Lebih terperinci

PEMBERIAN GRATIFIKASI KEPADA PIHAK KETIGA

PEMBERIAN GRATIFIKASI KEPADA PIHAK KETIGA KATA PENGANTAR Good Corporate Governance (GCG) merupakan prinsipprinsip yang mengarahkan dan mengendalikan Perusahaan dalam memberikan pertanggung-jawabannya kepada stakeholders. Prinsip-prinsip tersebut

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 1 PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. Pedoman Kebijakan Code of Conduct sebagaimana dimaksud pada lampiran Peraturan Direksi ini terdiri dari 5 (lima) bagian, yaitu:

Lebih terperinci

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik Kami memiliki komitmen untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) sebagai pedoman dalam pengelolaan Perseroan pada setiap aktivitas

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.365 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola Perusahaan. Pembiyaan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5639) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN CONFLICT OF INTEREST 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh No.8, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Penjamin. Tata Kelola Perusahaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6015) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2007 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. TUJUAN DAN MANFAAT... 3 III. ISTILAH PENTING... 4 IV. PENGERTIAN GRATIFIKASI...

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Keberadaan badan usaha milik negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk itu, BUMN diharapkan

Lebih terperinci

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN DASAR HUKUM KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; UU No. 28/1999 tentang Penyelenggara Negara

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Komisaris Utama/ Komisaris Independen : Tanri Abeng... Wakil Komisaris Utama : Arcandra Tahar... Komisaris : Sahala Lumban Gaol...

LEMBAR PENGESAHAN. Komisaris Utama/ Komisaris Independen : Tanri Abeng... Wakil Komisaris Utama : Arcandra Tahar... Komisaris : Sahala Lumban Gaol... DAFTAR ISI i Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis ii iii Lembar Pengesahan Pesan Direktur Utama 1 Visi & Misi 1 Tata Nilai Perusahaan 2 Pihak yang Wajib Mematuhi Code Of Conduct Pertamina 2 Tanggungjawab

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Sebelum PT (Persero) Angkasa Pura II berdiri terlebih dahulu dibangun landasan pacu Bandara Polonia Medan sehingga dengan adanya landasan inilah PT

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN & KESETATARAAN Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PT Nusa Raya Cipta Tbk (yang selanjutnya

Lebih terperinci

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DAFTAR ISI Daftar Isi... i I. Pendahuluan... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Komitmen

Lebih terperinci