BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi. BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan. Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 triliun. Kontribusi BUMN terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp triliun, baik dalam bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan, bina lingkungan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun public service obligation (PSO). Selain itu, masih terdapat kelompok usaha menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. 1 Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional, serta persaingan usaha yang semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif, efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal, serta lemahnya pengendalian internal. 1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1

2 Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN, beberapa upaya perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik 2. Semakin baik dan efektifnya sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian (checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha, serta antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas. Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur efektivitas dari prakarsa antikorupsi yang dilakukan oleh BUMN Dasar Hukum Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan; 1. Pasal 4 menyebutkan: Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. 2. Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik. 3. Pasal 14 menyebutkan Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk: 1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah; 2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi; 2 Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

3 3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) disebutkan: 1. Pasal 7 ayat (4): Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk mengadopsi, memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan transparansi, dan mencegah konflik-konflik kepentingan. 2. Pasal 8 ayat (1): Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggung jawab di antara para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya. 3. Pasal 10: Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk meningkatkan transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan termasuk termasuk mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan keputusannya. 4. Pasal 12: Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk mencegah korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar akutansi dan audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan sanksi perdata, administratf dan pidana yang efektif sebanding untuk kelalaian memenuhi tindakan-tindakan tersebut Tujuan Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektivitas prakarsa antikorupsi di BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah: 1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan pencegahan korupsi di BUMN; 2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya; 3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya pencegahan korupsi di lembaganya; Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3

4 4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah Ruang Lingkup Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK dibatasi dengan melakukan penilaian terhadap prakarsa antikorupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor energi, konstruksi, keuangan, dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut: Tabel I.1 Perserta SPAK 2011 No BUMN Sektor 1 PT PERTAMINA (Persero) Energi 2 PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Konstruksi 3 PT JAMSOSTEK (Persero) Keuangan 4 PT ANGKASA PURA II (Persero) Transportasi 1.5. Metodologi dan Tahapan Kegiatan Metode Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1. Indikator Utama Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh BUMN. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif. Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan dan pejabat struktural KPK. 2. Indikator Inovasi Indikator inovasi bersifat bebas. Peserta dapat mencantumkan prakarsa antikorupsi di luar prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan, yang nantinya akan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator utama. 4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

5 Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Berikut adalah indikator, subindikator, dan bobot SPAK Tabel I.2 Indikator, Subindikator dan Bobot SPAK 2011 Indikator Utama (0,942) Indikator Inovasi (0,058) Indikator 1. Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186) 2. Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic dan Code of Conduct) (0,139) 3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121) 4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139) 5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) (0,084) 6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103) 7. Penegakan (Rules Enforcement) (0,171) Prakarsa Lainnya (1,00) Subindikator Ketersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan a BOD) terkait anti korupsi (0,260) Peran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan b Antikorupsi (0,480) c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) Ketersediaan dan Kelengkapan Pedoman a tentang Etika dan Perilaku (0,390) Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku b (0,420) c Evaluasi (0,190) Ketersediaan dan Kelengkapan a Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390) Penerapan Penanganan Situasi Konflik b Kepentingan (0,410) c Evaluasi (0,200) Ketersediaan dan Kelengkapan a Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430) Penerapan Pengelolaan Sistem b Pengaduan (0,390) c Evaluasi (0,170) Ketersediaan dan Kelengkapan a Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360) Penerapan Pengelolaan Transparansi b Harta Kekayaan (0,430) c Evaluasi (0,210) Ketersediaan dan Kelengkapan a Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390) Penerapan Pengelolaan Penerimaan b dan Pemberian Hadiah (0,450) c Evaluasi (0,160) a Penegakan (1,00) Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk selanjutnya diturunkan dalam subindikator subindikator. Masing-masing subindikator Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5

6 mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban. Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini. Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK. Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama SPAK yang telah ditetapkan Tahapan Kegiatan Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penetapan indikator utama Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK. 2. Penyusunan dan penyebaran kuesioner Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang disusun berdasarkan rincian dari indikator utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data. 3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang validitas jawaban, BUMN diwajibkan memberikan bukti yang relevan. Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang menunjukkan tingkatan inisiatif antikorupsi yang dilakukan oleh BUMN. 4. Penilaian oleh KPK KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian sendiri oleh instansi dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK. 6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

7 5. Pelaporan Akhir dan Diseminasi Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK dalam sebuah rapat tertutup. Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah: Gambar 1.1 Tahapan Kegiatan SPAK 2011 Jan-Feb Feb-Mar Apr-Juli Agt-Sept Okt-Nov Penetapan Indikator Utama Penyusunan & Penyebaran Kuesioner Self- Assessment oleh BUMN Penilaian oleh Tim Ahli KPK Laporan Akhir dan Diseminasi Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7

8 BAB II PROFIL PT JASA MARGA (Persero) Tbk Sejarah Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 melalui Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian persero. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan jalan tol bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor, yang merupakan jalan tol pertama di Indonesia. Tujuan awal pendirian PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah untuk mengoperasikan dan memelihara ruas jalan tersebut secara mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah. Ir Sutami, Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, adalah inisiator awal didirikannya PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Pada tanggal 12 November 2007, status PT Jasa Marga (Persero) Tbk. berubah menjadi Perusahaan Terbuka dengan melepas 30% sahamnya kepada publik melalui Bursa Efek Indonesia Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, dimana peran PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang semula sebagai otorisator, pengembang, dan operator, berubah menjadi pengembang dan operator saja. Sebagai tindak lanjut dari perubahan peran tersebut, maka perusahaan sejak tahun 2006 mengubah visi dan misinya menjadi sebagai berikut: Visi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menjadi perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader) dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat nasional dan regional. Misi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menambah panjang jalan tol secara berkelanjutan, sehingga perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya, dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan perusahaan, serta meningkatkan mutu dan efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal 8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

9 dan penerapan kaidah-kaidah manajemen perusahaan modern dengan tata kelola yang baik Tata Nilai Perusahaan Tata Nilai merupakan nilai-nilai yang telah ada dalam setiap insan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tata nilai ini merupakan perwujudan dari sikap dan perilaku seluruh karyawan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara baik dan benar. Tata nilai tersebut adalah: a. Integritas 1. Bekerja hanya untuk kepentingan perusahaan. Tidak pernah menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan lain diluar kepentingan perusahaan; 2. Bertanggung jawab dan senantiasa dapat menjelaskan keputusan dan langkah-langkah yang diambil dalam pekerjaan; 3. Senantiasa menggunakan etika dalam bekerja; 4. Senantiasa menjadi panutan bagi lingkungannya. b. Mencintai Pekerjaan (Passion) 1. Semangat dan keinginan yang kuat untuk senantiasa berbuat yang terbaik di bidangnya; 2. Menyenangi tugasnya dan selalu berpikir positif dalam bekerja; 3. Bangga terhadap perusahaan sebagai wujud dari kebanggaan pada bangsa dan negara; 4. Senantiasa menghasilkan kualitas pekerjaan yang terbaik. c. Senang Belajar untuk Kemajuan (Learning) 1. Selalu ingin mengetahui dan belajar hal-hal baru untuk kemajuan perusahaan; 2. Melihat jauh ke depan dan senantiasa berusaha untuk membawa perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi; 3. Berani mencoba hal-hal baru dengan niat semata-mata untuk memperbaiki kualitas proses dan produk perusahaan. d. Membangun Kepercayaan (Trust) 1. Percaya pada niat baik; 2. Senantiasa membangun kepercayaan di antara seluruh jajaran perusahaan; 3. Tidak terkotak-kotak, selalu saling membantu untuk kepentingan perusahaan semata. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9

10 3.3. Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Berdasarkan surat keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Nomor 194/KPTS/2009 tanggal 08 Desember 2009 tentang Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. jo. Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 156/KPTS/2010 tanggal 22 September 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Nomor: 194/KPTS/2009 tentang Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk., maka struktur organisasi dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. tahun 2011 terlihat dalam gambar 2.1 Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tahun Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

11 3.4. Kinerja Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. berhasil membukukan laba bersih tahun 2010 untuk pertama kalinya menembus Rp 1 triliun yaitu sebesar Rp 1,193 triliun, atau naik sebesar 20,23% dibanding tahun 2009 yang mencapai Rp 992,69 milyar. Peningkatan laba bersih ini terjadi karena pendapatan usaha yang berhasil dibukukan Jasa Marga pada tahun 2010 mencapai Rp. 4,37 triliun atau meningkat 18,60% dibanding pendapatan usaha tahun 2009 yang mencapai Rp. 3,69 triliun. Pencapaian kinerja keuangan ini terutama diperoleh dari hasil peningkatan volume lalu lintas selama 2010 yang mencapai 957,89 juta kendaraan atau meningkat sebesar 4,41%, dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 916,48 juta kendaraan. Gambar 2.2 Grafik Kinerja PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan Anak Perusahaan 20,000 18,952 JUMLAH (Dalam Miliar Rupiah) 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,174 14,642 4,379 3,354 3, , Aset Pendapatan usaha Laba Bersih TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan sumber lainnya Pendapatan Usaha Perusahaan di tahun 2010 adalah Rp 4,3 triliun. Dengan mulai beroperasinya jalan tol baru secara bertahap di tahun 2011, maka pendapatan usaha di tahun 2011 diproyeksikan sebesar Rp 4,8 triliun. Posisi akhir tahun 2010, total aset perusahaan adalah Rp 18,8 triliun dengan equitas Rp 7,8 triliun. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11

12 BAB III NILAI SPAK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk Perhitungan Nilai SPAK PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Nilai SPAK 2011 yang diperoleh setiap BUMN, merupakan gabungan dari indikator utama dengan bobot 0,942 dan indikator inovasi dengan bobot 0,058. Nilai dengan bobot SPAK 2011 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah sebesar 6,19 dengan perincian nilai indikator dan subindikator seperti terlihat dalam Tabel III.1. Tabel III.1 Nilai SPAK PT Jasamarga (Persero) Tbk. Indikator Utama (0,942) 6,04 Indikator Inovasi (0,058) 8,61 Indikator Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186) Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic dan Code of Conduct) (0,139) Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121) Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139) Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) (0,084) Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103) Penegakan (Rules Enforcement) (0,171) Prakarsa Lainnya (1,00) 9,68 8,82 2,08 2,03 6,24 2,43 a b Subindikator Ketersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260) Peran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480) 10,00 9,33 c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) 10,00 a Ketersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390) 9,68 b Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420) 7,49 c Evaluasi (0,190) 10,00 a b Ketersediaan dan Kelengkapan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390) Penerapan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410) 0,00 5,07 c Evaluasi (0,200) 0,00 a b Ketersediaan dan Kelengkapan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430) Penerapan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390) 0,00 5,20 c Evaluasi (0,170) 0,00 a b Ketersediaan dan Kelengkapan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360) Penerapan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430) 9,00 6,98 c Evaluasi (0,210) 0,00 a b Ketersediaan dan Kelengkapan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390) Penerapan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450) 0,00 5,40 c Evaluasi (0,160) 0,00 10,00 Penegakan (1,00) 10,00 12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

13 Tabel III.1 menunjukkan bahwa secara umum pimpinan dan karyawan PT Jasa Marga, (Persero) Tbk. telah mempunyai komitmen antikorupsi di perusahaannya. Hal ini terlihat pada nilai indikator keteladanan pimpinan dan penegakan aturan yang memberikan nilai cukup tinggi. Komitmen tersebut ditunjukkan dalam bentuk keteladanan sikap dan perilaku pimpinan dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian dipertegas dengan diberlakukannya peraturan peraturan antikorupsi sekaligus penegakannya Indikator Utama SPAK Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top) Dalam suatu organisasi, faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan, suatu organisasi dapat memperoleh kepercayaan baik dari bawahan, rekanan, maupun dari pemegang saham. Keteladanan pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik. Oleh karena itu, dalam suatu organisasi mutlak diperlukan pemimpin yang dapat dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang dibutuhkan. Keteladanan pimpinan (tone of the top) dibutuhkan untuk membangun kultur/budaya yang kokoh bagi organisasinya. Pentingnya keteladanan pimpinan (tone of the top) menjadikan indikator ini sebagai indikator SPAK dengan bobot terbesar yakni (0,186) atau 18,6%. Tolak ukurnya adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (Direksi dan Komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung oleh Kementerian BUMN dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN. Indikator keteladanan pimpinan dibagi dalam 3 subindikator yaitu: (a) ketersediaan kebijakan pimpinan terkait antikorupsi ; (b) peran pimpinan dalam penerapan kebijakan antikorupsi ; serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan. Indikator keteladanan pimpinan dalam penilaian SPAK 2011 memiliki bobot tertinggi, sehingga nilai yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sebesar 9,68 untuk indikator ini memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai akhir SPAK. Dari ketiga subindikator tersebut, subindikator mengenai ketersediaan aturan Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13

14 dan subindikator pengawasan dan evaluasi telah mendapatkan nilai sempurna (10). Artinya instrumen aturan dan evaluasi yang ada dalam mendukung keteladanan pimpinan di PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sudah mencukupi. Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator keteladanan pimpinan: Tabel III.2 Nilai Keteladanan Pimpinan Keteladanan Pimpinan (0,186) Peringkat Instansi 1 PT Jasa Marga, Tbk. Nilai Total Ketersediaan (0,26) Subindikator Peran Pimpinan (0,48) Pengawasan & Evaluasi (0,26) 9,68 10,00 9,33 10,00 (Persero) Berdasarkan pengamatan di lapangan, informasi dari sejumlah staf dan dokumen yang disampaikan, komitmen Direksi terutama Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dalam melakukan program antikorupsi terlihat nyata. Buktinya adalah dengan telah diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Nomor 77/KPTS/2005 tentang Pedoman Penerapan Prinsip-Prinsip GCG di PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang kemudian diperbaharui dengan Surat Keputusan Direksi Nomor 96/KPTS/2011. Keputusan Direksi tersebut disosialisasikan langsung oleh Direksi dalam sejumlah kegiatan di PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Karyawan menganggap kegiatan yang langsung dipimpin oleh Direktur Utama ini membuat yang bersangkutan layak dijadikan figur teladan bagi bawahannya. Nilai keteladanan pimpinan yang baik tersebut pada hakikatnya masih bisa ditingkatkan kualitasnya. Dalam upaya pencegahan korupsi, kegiatan keteladanan dapat diterapkan melalui peningkatan peran pimpinan dalam melakukan pengawasan terhadap penerapan pencegahan korupsi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan yang baik. Supaya kegiatan pengawasan tersebut efektif, sebaiknya dilakukan evaluasi secara berkala. Keteladanan juga dapat ditunjukkan melalui konsistensi sikap pimpinan dalam menangani setiap permasalahan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik. 14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

15 Kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan karyawan kepada pimpinan serta menumbuhkan komitmen dari seluruh karyawan sehingga akan meningkatkan produktivitas perusahaan Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics and Code of Conduct) Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku (code of ethics and code of conduct). Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis, sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah 3 : 1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya ; 2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan ; 3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan. Oleh karena itulah, pedoman etika dan perilaku menjadi salah satu indikator penilaian SPAK Indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139. Penilaian indikator Pedoman Etika dan Perilaku, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yaitu: (a) ketersediaan aturan tentang pedoman etika dan perilaku ; (b) penerapan aturan etika dan perilaku ; serta (c) evaluasi aturan. Dari ketiga subindikator tersebut, penerapan aturan etika dan perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Berikut rincian hasil penilaian indikator pedoman etika dan perilaku pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 3 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15

16 Tabel III.3 Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku Pedoman Etika dan Perilaku (0,139) Peringkat Instansi Nilai Total Ketersediaan (0,39) Subindikator Penerapan (0,42) Evaluasi (0,19) 2 PT Jasa Marga 8,82 9,68 7,49 10,00 (Persero) Tbk. Secara keseluruhan, nilai indikator pedoman tentang etika dan perilaku SPAK 2011 PT Jasa Marga (Persero)Tbk. cukup tinggi, yaitu sebesar 8,82. Hal ini disebabkan karena PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah memiliki Pedoman Perilaku (Code of Conduct) yang diatur berdasarkan Keputusan Direksi Nomor: 200.1/KPTS/2010. Meskipun PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah menunjukkan komitmen yang tinggi dalam penerapan pedoman kode etik dan kode perilaku di perusahaannya, namun masih ada beberapa aspek yang dapat lebih ditingkatkan, antara lain: 1. Evaluasi secara reguler terhadap aturan pedoman etika dan perilaku guna mengakomodasi perkembangan usaha dan potensi terjadinya penyimpangan pada setiap bagian dan tingkat jabatan ; 2. Menambahan ketentuan tentang pemberian pada aturan pedoman etika dan perilaku; 3. Menyediakan media konsultasi etika dan perilaku antara lain: dengan menyediakan ruang khusus konsultasi atau menyediakan media lainnya (misalnya: khusus konsultasi pedoman etika dan perilaku, telepon, faksimili, atau lainnya) untuk mempermudah personil PT Jasa Marga (Persero) Tbk. melakukan konsultasi terkait pelanggaran aturan etika dan perilaku dalam kegiatan operasional perusahaan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) Benturan/konflik kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang Saham, Komisaris, Anggota Direksi beserta seluruh jajaran di bawahnya Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

17 Oleh karena itulah, diperlukan suatu pedoman yang mengatur mengenai penanganan situasi konflik kepentingan, yang bertujuan untuk: 1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal, mengatasi dan menangani konflik kepentingan; 2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja; 3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara. Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator penanganan konflik kepentingan adalah sebesar 0,139. Penilaian indikator penanganan konflik kepentingan, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yakni (a) ketersediaan aturan tentang penanganan konflik kepentingan ; (b) penerapan aturan penanganan konflik kepentingan ; serta (c) evaluasi aturan. Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator penanganan konflik kepentingan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.: Tabel III.4 Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan Peringkat Instansi Nilai Total Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,121) Subindikator Ketersediaan (0,39) Penerapan (0,41) Evaluasi (0,20) 4 PT Jasa Marga 2,08 0,00 5,07 0,00 (Persero) Tbk. Pada Tabel III.4 terlihat bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. memiliki skor rendah untuk penilaian penanganan konflik kepentingan (2,08). Rendahnya skor tersebut dikarenakan pada subindikator ketersediaan aturan dan evaluasi, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum mempunyai aturan khusus tentang penanganan situasi konflik kepentingan. Praktik penanganan konflik kepentingan yang dilakukan selama ini belum tersistemkan. Dengan skor ini PT Jasa Marga (Persero) Tbk. harus bekerja keras untuk membangun sistem penanganan konflik kepentingan. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. antara lain: 1. Menyusun aturan khusus tentang penanganan situasi konflik kepentingan; 2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan aturan; 3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifikasi potensi resiko pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran aturan; Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17

18 4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders PT Jasa Marga (Persero) Tbk.; 5. Menyediakan media konsultasi penanganan situasi konflik kepentingan antara lain: dengan menyediakan ruang khusus konsultasi atau menyediakan media lainnya (misalnya: khusus konsultasi penanganan situasi konflik kepentingan, telepon, faksimili, atau lainnya) guna mempermudah personil PT Jasa Marga (Persero) Tbk. melakukan konsultasi tentang penanganan situasi konflik kepentingan dalam kegiatan operasional perusahaan; 6. Menyusun mekanisme evaluasi penanganan konflik kepentingan Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) Pengelolaan sistem pengaduan merupakan suatu sistem yang mengelola penyampaian laporan dari pihak internal maupun eksternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan perilaku yang melanggar hukum, etika, dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga dapat mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan tersebut untuk mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya. Dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, KPK melalui SPAK 2011 mendorong seluruh BUMN agar membentuk sistem layanan pengaduan yang transparan dan akuntabel. Layanan pengaduan tersebut diharapkan mampu mengurangi terjadinya penyimpangan terutama yang terkait dengan korupsi. Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator pengelolaan sistem pengaduan adalah sebesar 0,139. Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari 3 subindikator: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Rincian hasil penilaian indikator pengelolaan sistem pengaduan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dapat dilihat dalam tabel III.5. Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel III.5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. masih memiliki nilai yang rendah dalam aspek pengelolaan sistem pengaduan yaitu sebesar 2,03. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memiliki aturan khusus tentang pengelolaan sistem pengaduan. Praktik pengaduan yang dilakukan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. selama ini belum tersistemkan. Oleh karena itu perlu upaya keras dari PT Jasa Marga 18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

19 (Persero) Tbk. untuk membangun sistem pengaduan yang efektif. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. antara lain: 1. Menyusun aturan khusus tentang pengelolaan sistem pengaduan; 2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan aturan; 3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifkasi potensi resiko pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran aturan; 4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders PT Jasa Marga; 5. Menyediakan fasilitas layanan pengaduan yang lengkap dan mudah untuk dijangkau (telepon, faksimili, khusus pengaduan), dengan tetap menjamin kerahasiaan/perlindungan terhadap pelapor. Fasilitas layanan pengaduan tersebut juga perlu dilengkapi dengan sistem pencatatan yang handal; 6. Menyusun mekanisme evaluasi pengelolaan sistem pengaduan. Tabel III.5 Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,139) Peringkat Instansi Nilai Total Ketersediaan (0,43) Subindikator Penerapan (0,39) Evaluasi (0,18) 4 PT Jasa Marga 2,03 0,00 5,20 0,00 (Persero) Tbk Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas pejabat publik sesuai dengan Undang-Undang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Tingkat kepatuhan pimpinan perusahaan BUMN untuk menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup baik, namun untuk lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan perusahaan, maka melalui studi ini KPK ingin mendorong agar penyampaian LHKPN juga dilakukan oleh seluruh pegawai di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak harta karyawan tersebut dapat diketahui secara transparan dan akuntabel, sehingga Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19

20 dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN tersebut. Pada SPAK 2011, indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari 3 subindikator: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan transparansi harta kekayaan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Rincian hasil penilaian indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. terlihat dalam tabel III.6 berikut: Tabel III.6 Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan Peringkat Instansi Nilai Total Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,084) Subindikator Ketersediaan (0,36) Penerapan (0,43) Evaluasi (0,21) 4 PT Jasa Marga, Tbk. 6,24 9,00 6,98 0,00 (Persero) Nilai sebesar 6,24 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. untuk indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan telah memenuhi standar minimal yang ditetapkan oleh KPK. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. saat ini telah memiliki Keputusan Direksi nomor 89/KPTS/2009 tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) bagi karyawan di lingkungan perusahaan. Namun demikian, masih ada beberapa aspek yang harus ditingkatkan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. agar indikator ini dapat menjadi aspek penting dalam pencegahan korupsi, diantaranya: 1. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifikasi resiko pelanggaran, pengendalian terhadap resiko pelanggaran, serta penanganan pelanggaran; 2. Melakukan sosialisasi tentang pengelolaan transparansi harta kekayaan secara intensif kepada seluruh pegawai/staf. 3. Membangun sistem pelaporan harta kekayaan di internal, yang dapat digunakan dalam melakukan rekam jejak karyawan/pejabat di PT Jasa Marga (Persero) Tbk., termasuk menyusun dan menetapkan formulir laporan harta kekayaan yang harus diisi, serta menyediakan media konsultasi pengelolaan transparansi harta kekayaan antara lain dengan menyediakan ruang khusus konsultasi atau menyediakan media lainnya (misalnya: khusus konsultasi pengelolaan transparansi harta kekayaan, telepon, faksimili, atau lainnya). 20 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

21 4. Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap aturan dan sistem pengelolaan transparansi harta kekayaan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadian (Managing Gift) Pemberian dan penerimaan hadiah dalam kegiatan bisnis perusahaan merupakan kegiatan yang lazim dilakukan, namun untuk menjaga agar pemberian dan atau penerimaan tersebut tidak menjadi pelanggaran hukum, maka perlu dibuat suatu aturan dan sistem pengelolaan hadiah di BUMN tersebut. Tujuan dari pembuatan aturan dan sistem tersebut adalah untuk memberikan arahan dan menjadi acuan bagi seluruh pimpinan dan karyawan BUMN dalam menjalin kerja sama dengan pihak eksternal. Hal ini juga untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di BUMN. Pada SPAK 2011 indikator pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah terdiri dari tiga subindikator: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah PT Jasa Marga (Persero) Tbk.: Tabel III.7 Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah Peringkat Instansi Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,103) Subindikator Nilai Total Ketersediaan (0,39) Penerapan (0,45) Evaluasi (0,16) 4 PT Jasa Marga 2,43 0,00 5,40 0,00 (Persero) Tbk. Berdasarkan hasil penilaian diketahui bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. masih memiliki nilai yang rendah dalam aspek pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah yaitu sebesar 2,43. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memiliki aturan khusus tentang pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah. Praktik pengelolaan yang dilakukan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. selama ini belum tersistemkan. Oleh karena itu, perlu upaya keras dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. untuk membangun sistem pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah yang efektif. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah: Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 21

22 1. Menyusun aturan khusus tentang pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah; 2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan aturan; 3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifkasi potensi resiko pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran aturan; 4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders; 5. Menyusun mekanisme evaluasi pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah Penegakan (Rules Enforcement) Penegakan aturan merupakan salah satu kunci dalam implementasi penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Adanya penegakan aturan secara adil dan konsisten akan menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi dari karyawan terhadap pimpinan perusahaan, serta juga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan. Melalui SPAK 2011, KPK berupaya mendorong BUMN untuk menaati peraturan perundangan dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan pimpinan dan karyawan BUMN sesuai dengan ketentuan secara adil dan konsisten. Pada SPAK 2011, penegakan aturan merupakan akumulasi dari kegiatan penegakan aturan dari seluruh indikator sebelumnya. Fokus penegakan aturan adalah pada implementasi dan pengadministrasian penegakan aturan. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah melakukan penegakan peraturan secara konsisten, sehingga memperoleh nilai maksimal (10) untuk indikator penegakan aturan, seperti yang terlihat dalam tabel III.8 Tabel III.8 Nilai Indikator Penegakan Peringkat Instansi Penegakan (0,171) Subindikator Penegakan (1) PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 10,00 Adanya beberapa laporan yang disampaikan kepada penegak hukum terutama Kepolisian, memperlihatkan bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mempunyai komitmen yang tinggi dalam upaya penegakan aturan. 22 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

23 3.3. Penilaian atas Inisiatif Anti Korupsi Lainnya Penilaian untuk indikator ini sebenarnya ditujukan untuk menilai laporan kualitatif terhadap upaya pencegahan korupsi yang dilakukan oleh BUMN. Penilaian atas inisiatif/prakarsa lainnya merupakan inisiatif dan inovasi aturan serta implementasi upaya antikorupsi yang telah dilakukan oleh BUMN selain media (tools) antikorupsi/ indikator yang terdapat dalam kuesioner. Tabel III.9 Nilai Indikator Prakarsa Lainnya Peringkat Instansi Nilai Indikator 1 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 8,61 Nilai 8,61 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sudah cukup baik, yang berarti bahwa secara umum PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah melakukan beberapa upaya antikorupsi dalam operasional perusahaannya, selain yang tercantum dalam indikator utama SPAK Adapun prakarsa atau inovasi yang dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah: 1) Telah melakukan beberapa upaya pencegahan korupsi dengan menyusun dan menetapkan sejumlah aturan terkait pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) ; 2) Pengadaan sumber daya manusia melalui elektronik (e-recruitment); 3) Pembayaran tol secara elektronik (e-toll Card) ; serta 4) Sistem Prosedur Transaksi keuangan (SPTK). Upaya-upaya inovasi tersebut secara umum berusaha mengurangi potensi terjadinya penyimpangan oleh pihak internal maupun eksternal. Dari penilaian SPAK 2011, KPK sangat mengapresiasi terhadap inovasi antikorupsi yang sudah dilaksanakan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Diharapkan di tahun mendatang upaya pencegahan korupsi bisa terus berkelanjutan. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23

24 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan Berdasarkan hasil survei dan analisis yang telah dilakukan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, dapat disimpulkan: 1. Secara umum PT Jasa Marga (Persero) Tbk. terutama jajaran pimpinan telah melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi sesuai dengan indikator yang ditetapkan dalam SPAK; 2. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memilik aturan khusus tentang penanganan konflik kepentingan, pengelolaan sistem pengaduan, serta pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah; 3. Secara umum belum terbangun sistem penerapan instrumen antikorupsi yang meliputi: identifikasi potensi resiko pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk; 4. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. melakukan penegakan aturan terhadap semua jenis pelanggaran serta berkoordinasi dengan aparat penegak hukum, khususnya pihak Kepolisian untuk menindak personilnya yang melakukan pelanggaran dengan indikasi tindak pidana Saran Perbaikan Berdasarkan simpulan tersebut, maka KPK menyampaikan intisari saran perbaikan agar Pimpinan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.: 1. Menetapkan peraturan tentang penanganan konflik kepentingan, pengelolaan sistem pengaduan, serta pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah; 2. Menetapkan mekanisme penerapan instrumen antikorupsi dalam rangka membangun sistem antikorupsi yang efektif; 3. Melakukan sosialisasi intensif terhadap peraturan antikorupsi yang ditetapkan oleh Direksi sampai pada tingkat anak perusahaan dan perusahaan patungan dalam rangka mendapatkan kesepahaman atas peraturan yang ditetapkan; 4. Memastikan diselenggarakannya Fraud Risk Assessment yang dilakukan secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali. Hasil dari Fraud Risk Assessment tersebut dijadikan dasar untuk menyusun Fraud Control Plan. Pimpinan tertinggi bertanggung jawab penuh memastikan bahwa Fraud Control Plan ini berjalan dengan baik; 24 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

25 5. Meningkatkan kerja sama/koordinasi dengan aparat penegak hukum, terutama KPK dan Kepolisian dalam upaya penegakan aturan yang berindikasi tindak pidana korupsi maupun tindak pidana lain. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup

Lebih terperinci

PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011

PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011 PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011 Jakarta, 1 November 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi AGENDA LATAR BELAKANG INDIKATOR SPAK-BUMN 2011 PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011

LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011 LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011 i PENGANTAR Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) BUMN 2011 merupakan kegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang State-owned Enterprises (SOE) di Indonesia disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh negara melalui penyertaan

Lebih terperinci

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK TAHUN 2017 tit a INDOFARMA PENGESAHAN CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Pada hari ini, Jakarta tanggal 15 Juni 2017, Charter Komite Audit PT

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik Kami memiliki komitmen untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) sebagai pedoman dalam pengelolaan Perseroan pada setiap aktivitas

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Halaman I. Pembukaan 1 II. Kedudukan 2 III. Keanggotaan 2 IV. Hak dan Kewenangan 4 V. Tugas dan Tanggungjawab 4 VI. Hubungan Dengan Pihak Yang

Lebih terperinci

WHISTLE BLOWING SYSTEM

WHISTLE BLOWING SYSTEM SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Sahabat Setia Petani PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PT. PERTANI (PERSERO) SEKRETARIS PERUSAHAAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PT Pertani (Persero) yang selanjutnya disebut Perusahaan senantiasa

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

Direktorat Penelitian dan Pengembangan. Kamis, 4 Oktober 2012

Direktorat Penelitian dan Pengembangan. Kamis, 4 Oktober 2012 Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kamis, 4 Oktober 2012 Agenda A Pendahuluan B Metode Pelaksanaan PIAK 2012 C Hasil Penilaian Inisiatif Antikorupsi (PIAK) 2012 D Kesimpulan A.Pendahuluan 1. Latar

Lebih terperinci

Pembangunan Integritas Bisnis

Pembangunan Integritas Bisnis AKSI KOLABORATIF Pembangunan Integritas Bisnis Panduan Bagi Pelaku Bisnis, Regulator, dan Penegak Hukum DEKLARASI DEKLARASI Kami; para pelaku bisnis, instansi pemerintah, aparat penegak hukum dan perwakilan

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Pendahuluan Piagam Audit Internal ( Internal Audit Charter ) adalah dokumen formal yang berisi pengakuan keberadaan

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK -1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014 TENTANG PENGESAHAN DOKUMEN UNTUK IMPLEMENTASI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN PERTAMA... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN KEDUA... 3 PEMBENTUKAN DAN KEANGGOTAAN KOMITE

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk 2 Januari 2013 Halaman DAFTAR ISI... 1 BAGIAN PERTAMA... 2 PENDAHULUAN... 2 1. LATAR BELAKANG... 2 2. VISI DAN MISI... 2 3.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX. PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX www.ptpnix.co.id Pedoman Penerimaan dan Pemberian Gratifikasi/Hadiah dan Hiburan (Entertainment) 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER Menimbang : a. bahwa PT Haleyora Power (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dana pensiun merupakan suatu hal yang sangat diinginkan oleh para pekerja dan keluarganya sebagai jaminan di masa pensiun nanti. Setiap dana pensiun secara

Lebih terperinci

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT Jakarta, April 2013 PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT DAFTAR ISI Halaman 1. PENDAHULUAN 1 a. Profil Perusahaan 1 b. Latar Belakang 1-2 2. PIAGAM KOMITE

Lebih terperinci

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014 PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014 PERINGKAT DEFINISI PERINGKAT INDIVIDUAL Peringkat Komposit 2 Penerapan good corporate governance di PT Bank Syariah Bukopin

Lebih terperinci

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Pernyataan Komitmen 2 BAGIAN 1 : PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang 3 B. Maksud, Tujuan dan Manfaat 4 C. Landasan

Lebih terperinci

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PIAGAM INTERNAL AUDIT PIAGAM INTERNAL AUDIT PT INTILAND DEVELOPMENT TBK. 1 dari 8 INTERNAL AUDIT 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piagam Audit Internal merupakan dokumen penegasan komitmen Direksi dan Komisaris serta

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN PT. INHUTANI I (PERSERO) PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN ARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM FUNGSI : SEKRETARIS PERUSAHAAN NOMOR : JUDUL : SISTEM PELAPORAN Revisi Ke : PELANGGARAN Berlaku TMT : PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pedoman Kerja Komite Audit

Pedoman Kerja Komite Audit Pedoman Kerja Komite Audit PT Erajaya Swasembada Tbk & Entitas Anak Berlaku Sejak Tahun 2015 Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN 27 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha

Lebih terperinci

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT (PERSERO) PENGERUKAN INDONESIA 1 Piagam SPI - PT (Persero) Pengerukan Indonesia

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM... 3 III. MAKSUD DAN TUJUAN... 4 IV. KLASIFIKASI INFORMASI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya era demokrasi dan birokrasi pada saat ini maka semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar kepercayaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3 DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT Halaman I Pendahuluan 1 II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1 III Kedudukan 2 IV Keanggotaan 2 V Hak dan Kewenangan 3 VI Tugas dan Tanggung Jawab 4 VII Hubungan Dengan Pihak

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS

Lebih terperinci

Pedoman Dan Standard Operational Procedure Laporan Harta Kekayaan Pejabat Perusahaan (LHKPP) PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

Pedoman Dan Standard Operational Procedure Laporan Harta Kekayaan Pejabat Perusahaan (LHKPP) PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Pedoman Dan Standard Operational Procedure Laporan Harta Kekayaan Pejabat Perusahaan (LHKPP) PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) PEDOMAN 1 LHKPP - PT Rajawali Nusantara Indonesia tahun 2013 DAFTAR

Lebih terperinci

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk.

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL TBK. (MDIA) A. PENDAHULUAN PT Intermedia Capital

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1105, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Good Public Governance. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan berbagai tindakan agar kegiatan bisnisnya tetap bertahan. Mereka diharuskan untuk

Lebih terperinci

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT ) 1 dari 9 1. LATAR BELAKANG Perseroan menyadari pentingnya penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) atau GCG sebagai salah satu acuan bagi Perseroan untuk meningkatkan nilai

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada perusahaaan baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan maupun manufaktur yang selalu berhadapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bendanya. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. bendanya. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan dalam Berita negara RI No. 95 tanggal 27 Nopember 1992, tambahan Nomor

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DAFTAR ISI Daftar Isi... i I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Komitmen Manajemen... 2 3. Maksud dan Tujuan... 2

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) DI PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk Halaman 1 dari 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PT Jasa Marga (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perusahaan

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 1 PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. Pedoman Kebijakan Code of Conduct sebagaimana dimaksud pada lampiran Peraturan Direksi ini terdiri dari 5 (lima) bagian, yaitu:

Lebih terperinci

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO 071116 PIAGAM UNIT MANAJEMEN RISIKO PT. PYRIDAM FARMA Tbk. PT. Pyridam Farma Tbk. tidak luput dari risiko usaha, baik dari sumber eksternal maupun internal sehubungan

Lebih terperinci

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN DASAR HUKUM KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; UU No. 28/1999 tentang Penyelenggara Negara

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabloid Opini Edisi 11, Juli 2005 tentang Korupsi BUMN menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. Tabloid Opini Edisi 11, Juli 2005 tentang Korupsi BUMN menuliskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabloid Opini Edisi 11, 21-27 Juli 2005 tentang Korupsi BUMN menuliskan bahwa satu persatu kasus korupsi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai diselidiki dan disidik

Lebih terperinci

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud ) P e d o m a n Anti Kecurangan (Fraud ) A. LATAR BELAKANG Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI i DAFTAR ISI Daftar Isi i BAGIAN A : PENDAHULUAN 1 I. LATAR BELAKANG 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN 1 III. LANDASAN HUKUM 2 IV. PENGERTIAN UMUM 3 BAGIAN B : PENGELOLAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. TUJUAN DAN MANFAAT... 3 III. ISTILAH PENTING... 4 IV. PENGERTIAN GRATIFIKASI...

Lebih terperinci

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) JULI 2016 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN I... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.04/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Lebih terperinci

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY DAFTAR ISI Hal BAB I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Maksud dan Tujuan... 1 3. Referensi... 2 4. Daftar Istilah... 3 BAB II. DEWAN KOMISARIS... 5

Lebih terperinci

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG Self Assessment GCG Sebagai bentuk komitmen dalam memenuhi Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 sebagaimana diubah dengan PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan SE

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN CONFLICT OF INTEREST 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN 2015 A. Latar Belakang PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus menerapkan prinsip-prinsip GCG secara konsisten

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) DAFTAR ISI DAFTAR ISI SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) i ii I. PENDAHULUAN 1 II. PEMEGANG SAHAM 3 II.1 HAK PEMEGANG SAHAM 3 II.2 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 3 II.3

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1. Komite Audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

Lebih terperinci

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS) P e d o m a n Whistle Blowing System (WBS) A. LATAR BELAKANG Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) secara konsisten dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci