RINGKASAN. Kata kunci: Liquid Leachate, geolistrik, polutan, bencana, konduktivitas.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN. Kata kunci: Liquid Leachate, geolistrik, polutan, bencana, konduktivitas."

Transkripsi

1

2

3 RINGKASAN Kawasan Gampong Jawa, Kota Banda Aceh merupakan kawasan padat penduduk dan dalam perencanaan tata ruang Kota Banda Aceh, daerah ini merupakan kawasan pengembangan pemukiman kepadatan tinggi. Salah satu kebutuhan yang paling penting adalah air. Air yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia, bila tercemar polutan akan meningkatkan kandungan zat padat, dan merupakan indikator pencemaran air. Liquid Leachate merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah melarutkan berbagai senyawa, memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik yang sangat tinggi. Hal ini menjadi potensi penyebab pencemaran air tanah, sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi dan proteksi. Sehingga perlu dilakukan analisis Dispall (Distribution Pattern of Liquid Leachate) untuk melihat sebaran polutan tersebut. Teknik yang digunakan adalah dengan menganalisa sifat konduktivitas lapisan bawah permukaan (subsurface). Dengan metode Geolistrik, ditentukan variasi konduktivitas (resistivitas) yang dapat mendeteksi akumulasi polutan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai fluida konduktif. Lokasi studi adalah pada kawasan sanitary landfill yaitu di Gampong Jawa Banda Aceh. Di kawasan ini penduduk menggunakan air sumur sebagai keperluan sehari-hari. Hal ini menjadi target khusus dan menjadikan penelitian sangat signifikan untuk dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan liquid leachate. Sehingga perlu dikembangkan suatu metoda pemetaan dan analisis potensi dan risiko bencana, pengembangan sistem informasi bencana, dan pengembangan green technology untuk mitigasi bencana secara struktural dan nonstruktural. Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa sesuai peta jalan penelitian, menunjukkan bahwa untuk tahap awal telah didapatkan model geofisika. Dari 7 (tujuh) lintasan pengukuran yang dilakukan di sekeliling kawasan studi menghasilkan profil 2D citra bawah permukaan. Pada lapisan bagian permukaan (kedalaman sekitar 0-5 m) dengan nilai resistivitas 6,0 Ωm yang merupakan material lempung, dan diinterpretasikan sebagai reclaim material, yaitu batuan/tanah atau sedimen yang terdeposit akibat proses gravitasi, terpecah-pecah dan menumpuk oleh berbagai proses dan membentuk lapisan tanah baru. Pada bagian bawah dari setiap perlapisan, terdapat material dengan resistivitas 3-30 Ωm yang diinterpretasikan sebagai material marine alluvium, yang merupakan tanah yang telah mengalami degradasi oleh pencampuran air asin dan air payau, material ini terlihat jelas terutama pada lintasan bagian dalam lokasi dan diluar lokasi yang disebabkan karena keberadaan didekat pantai. Profil resistivitas lain dengan nilai resistivitas Ωm, diinterpretasi sebagai lokasi utama tempat merembesnya dan terakumulasinya lindi (leachate) dan merupakan kawasan tempat aliran kontaminan, dan berada pada kedalaman m. Dengan pengaruh elevasi dan gravitasi maka infiltasi aliran lindi ini akan sangat berpotensi untuk mempengaruhi keadaan air tanah atau akifer. Karakteristik ini diperlihatkan pada model geofisika citra 2D bawah permukaan (subsurface) yaitu pola distribusi dan akumulasi lindi cair (DISPALL atau Distribution Pattern Of Liquid Leachate) di lokasi studi.dengan data geokimia (water quality) yang dilaukan secara detail pada lokasi yang sama didapatkan informasi yang lebih akurat berkaitan dengan lokasi yang berpotensi terhadap bencana. Kata kunci: Liquid Leachate, geolistrik, polutan, bencana, konduktivitas. iv

4 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan meningkatnya populasi manusia beserta semua aktivitasnya yang berkaitan dengan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap tidak berguna lagi yaitu sampah dan limbah. Sampah merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menimbulkan polusi, pencemaran air permukaan, air tanah dan berbagai akibat negatif lainnya. Biasanya untuk menjaga kebersihan sering kali menyingkirkan sampah ke tempat yang jauh dari pemukiman yang disebut sanitary landfill atau tempat pembuangan akhir. Produksi sampah terus terjadi setiap hari, akan mengalami pembusukan terutama pada sampah basah. Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim panas dan kelembaban tinggi, merupakan faktor pemercepat terjadinya reaksi kimia, sehingga sampah lebih cepat membusuk jika dibandingkan dengan negara lain. Air yang ada pada sampah hasil pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya yang dapat merembes ke dalam tanah. Jika ada air hujan melewati sampah ini maka akan tercemar oleh polutan tersebut, sehingga hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah baik yang berasal dari rembesan air sampah maupun oleh sampah itu sendiri. Air tanah merupakan sumber utama bagi manusia. Dengan semakin sempitnya lahan pemukiman, semakin banyak penduduk di kota-kota besar yang tinggal di daerah sekitar sanitary landfill, yang juga memanfaatkan air sumur sebagai sumber air minum. Hal ini dikarenakan kebutuhan air bersih yang biasanya belum terjangkau atau belum tersedia. Jika terjadi pencemaran air tanah akibat meresapnya air lindi yang berasal dari pembusukan sampah, maka dapat menggangu kelangsungan hidup penduduk sekitar sanitary landfill tersebut. Kawasan sanitary landfill di daerah Gampong Jawa Kota Banda Aceh, melayani pembuangan sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Dalam Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun , yang tercantum dalam Bagian Ketiga tentang Rencana Pengembangan Kawasan Budi Daya Kota Pasal 54, Paragraf 1 tentang Kawasan Perumahan, Pasal 55, daerah ini ditetapkan sebagai pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi dan pengembangan perumahan nelayan di kawasan pesisir. Sampah yang dibuang kebanyakan adalah sampah organik. Hal ini menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah berupa rembesan air lindi, yang merupakan polutan 1

5 sampah yang dapat mencemari air tanah di daerah sekitar sanitary landfill tersebut. Kondisi sanitary landfill di Banda Aceh sudah mengkawatirkan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Banda Aceh pada April 2010, yang mengatakan bahwa lokasi ini mengandung zat berbahaya. Hasil analisa menyimpulkan terdapat kandungan amonika (NH3-N) diatas 1,5 mg/l, phosphate (PO4) diatas 2,0, BODS 494 mg/l, dan COD 812 mg/l ( -berbahaya). Selain itu, informasi terakhir menyebutkan bahwa produksi sampah di Kota ini sudah mencapai 150 ton lebih perhari, ( open=view&newsid=30591&tit=banda_aceh_daya_ Tampung_TPA_Gampong_Jawa_Penuh), hal ini tentu menambah kekhawatiran akan dampak yang dapat ditimbulkan tersebut. Beberapa hal yang menjadi permasalah langsung dan terjadi secara berterusan ini manjadi pemicu utama dan pendukung yang sangat penting untuk dilakukannya penelitian sebagai tindak lanjut dan mencoba mencari solusi bagi berkelanjutannya masalah-masalah tersebut. Hal ini yang menjadi faktor penting dan mendorong untuk dilakukannya penelitian ini. 1.2 Kegunaan Diharapkan dari penelitian akan memberikan kegunaan bagi penelitian sendiri untuk pengembangan ilmu pengetahuan, selain juga harapannya dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan dan kemajuan Universitas Syiah Kuala. Selain itu juga di harapkan dapat memberikan kegunaan bagi: a. Pemerintah daerah Kota Banda Aceh dan Instansi terkait sebagai referensi dalam pengambilan keputusan dan penanggulangan dampak bencana yang lebih besar. b. Masyarakat, terutama masyarakat di sekitra lokasi studi agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi air, baik sebagai air minum maupun keperluan lainnya. 2

6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Daerah Studi Daerah studi terletak di Kecamatan Kuta Raja merupakan wilayah pesisir di bagian utara Kota Banda Aceh (Gambar 1). Ruang lingkup wilayah Kecamatan Kuta Raja meliputi seluruh wilayah administrasi seluas 537,7 hektar meliputi : 1. Kelurahan Lampaseh Kota (25 hektar) 2. Kelurahan Merduati (27,8 hektar) 3. Kelurahan Keudah (32 hektar) 4. Kelurahan Peulanggahan (52,25 hektar) 5. Gampong Jawa (150,60 hektar) 6. Gampong Pande (250,05 hektar) Gambar 2.1. Peta lokasi penelitian yang terletak di sebelah utara Kota Banda Aceh (sumber: BRR, 2007). 3

7 Gambar 2.2 (a). Peta geologi daerah permukaan dan (b) daerah 2 meter dibawah permukaan (Sumber: ManGeoNAD, BGR, 2006). 2.3 Sistem Pengelolaan Limbah Sistem pengelolaan limbah di Kecamatan Kuta Raja pasca gempabumi dan tsunami 2004 sampai saat ini dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Banda Aceh yang terintegrasi dengan sistem pengelolaan persampahan Kota Banda Aceh, dan dibuang ke sanitary landfill yang berlokasi di Gampong Jawa. Sistem pengelolaannya menggunakan sistem sanitary landfill dan sistem pembakaran manual. Untuk dapat menangani persampahan dengan baik, maka perlu diperoleh gambaran tentang proyeksi volume sampah di masa mendatang, sehingga dengan demikian dapat diperkirakan bentuk dan keperluan penanganannya. Hasil proyeksi memperlihatkan bahwa volume limbah di daerah ini tahun 2016 adalah sebesar 46 m 3 /hari. Untuk volume sampah sebesar ini dapat ditangani dengan mengangkatnya dari rumah-rumah penduduk dengan memakai gerobak sampah biasa dan kemudian mengumpulkannya di beberapa lokasi sementara, untuk selanjutnya diangkut ke sanitary landfill Gampong Jawa. Air tanah umumnya mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang secara alamiah terjadi pada siklus hidrologi. Bila air ini ini terkontaminasi oleh polutan yang berasal sanitary landfill maka kandungan zat padat tersebut akan 5

8 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT 3.1 Tujuan Tujuan khusus penelitian ini untuk mengembangkan suatu metode pemetaan analisis potensi dan resiko bencana serta metode perbaikan dengan menentukan Dispall (Distribution Pattern of Liquid Leachate) yang dihasilkan dari limbah di sekitar sanitary landfill Gampong Jawa Banda Aceh dengan menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas. Liquid Leachate sampah diketahui mempunyai konduktivitas yang berbeda dengan konduktivitas batuan atau air tanah yang ada disekitarnya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya, menunjukkan bahwa Liquid Leachate mempunyai konduktivitas yang lebih tinggi daripada air tanah. Menurut Loke (1999) resistivitas air bersih (freshwater) adalah antara m. Berdasarkan sifat inilah bisa dilakukan penelitian untuk mengetahui letak akumulasi Liquid Leachate di sekitar sanitary landfill dengan memanfaatkan perbedaan resistivitas tersebut. Oleh karena itu, metode geolistrik resistivitas ini sangat signifikan dan merupakan metode yang unggul dalam melakukan pemetaan sebaran dan akumulasi Dispall yang merupakan salah penyebab bencana. Pada tahap kedua ini akan dilakukan pemantauan kembali mengenai pola dan karakteristik konduktivitas bawah permukaan dengan metode geolistrik, serta pengukuran data sekunder, pengukuran kualitas fisis air di sekitar lokasi penelitian, juga melakukan komparasi hasil dengan yang telah didapatkan pada tahun pertama. Selanjutnya akan didapatkan model Dispall dan pola sebaran polutan, dengan demikian akan dapat dilakukan antisipasi dan pencegahan terhadap kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan dan bencana yang akan terjadi. 3.2 Manfaat Akibat lemahnya sistem informasi dan perlunya proses pengolahan dan pengaturan limbah yang berjalan lamban dan kurang efektif, perlu diungkapkan pencemaran lingkungan dan akumulasi polutan di kawasan pemukiman pendudukan dan sekitar sanitary landfill Banda Aceh. Dengan luas area sekitar 21 Hektar dan kapasitas pembuangan 160 ton/hari, serta padatnya jumlah penduduk di kawasan ini sudah sangat meresahkan masyarakat ( Untuk itu, sudah sangat mendesak untuk dilakukan penelitian untuk mendapatkan solusi yang terbaik pada masyarakat, terutama terhadap penyebaran rembesan polutan tersebut pada daerah ini yang terkontaminasi. Pendugaan sebaran kontaminasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung dilakukan 8

9 BAB IV. METODE PENELITIAN Konsep dasar dari metode geolistrik resistivitas adalah pengukuran harga resistivitas batuan. Prinsip kerja metode ini adalah dengan menginjeksikan arus ke bawah permukaan bumi sehingga diperoleh beda potensial, yang akan memberikan informasi mengenai resistivitas batuan. Perbedaan nilai resistivitas berbagai jenis batuan akan mewakili perbedaan karakteristik tiap lapisan batuan tersebut. Nilai resistivitas diukur sebagai akibat penginjeksian arus listrik, sehingga lapisan batuan merupakan penghantar arus. Hal ini dilakukan dengan menggunakan empat elektroda yang disusun sebaris, salah satu dari dua buah elektroda yang berbeda muatan digunakan untuk mengalirkan arus ke dalam tanah, dan dua elektroda lainnya digunakan untuk mengukur tegangan yang ditimbulkan oleh aliran arus tadi, sehingga resistivitas bawah permukaan dapat diketahui (Gambar 4.1). Gambar 4.1. Prinsip dasar pengukuran metode geolistrik resistivitas. Resistivitas batuan adalah fungsi dari konfigurasi elektroda dan parameter-parameter listrik batuan. Arus yang dialirkan di dalam tanah dapat berupa arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) berfrekuensi rendah. Untuk menghindari potensial spontan, efek polarisasi dan menghindarkan pengaruh kapasitansi tanah yaitu kecenderungan tanah untuk menyimpan muatan maka biasanya digunakan arus bolak balik yang berfrekuensi rendah (Bhattacharya & Patra, 1968). Metode ini juga bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan air tanah dan juga untuk eksplorasi mineral. Dalam pengukuran metode geolistrik resistivitas peralatan yang 10

10 harus dimiliki antara lain sumber arus dan alat pengukur untuk potensial arus serta elektroda yang digunakan untuk memasukkan arus kedalam bumi (Hendrajaya dan Arif, 1990). Hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, menunjukkan karaktersitik variasi nilai resistivitas untuk setiap lapisan tanah. Pada penelitian akan digunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger yang mendasarkan pengukuran pada kontinuitas pengukuran dalam satu penampang dan hasilnya suatu penampang semu (pseudosection). Konfigurasi ini merupakan perpaduan dari konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger (Gambar 4.2). Pada pengukuran dengan faktor spasi (n) = 1, konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan pengukuran pada konfigurasi Wenner (jarak antar elektrode = a), namun pada pengukuran dengan n = 2 dan seterusnya, konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan konfigurasi Schlumberger (jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial lebih besar daripada jarak antar elektrode potensial). Gambar 4.2 Konfigurasi elektroda Wenner Schlumberger. Perhitungan resistivitas semu pada tahanan jenis menggunakan persamaan: dengan K adalah faktor geometri dari konfigurasi elektroda yang digunakan di lapangan. Rumusan faktor geometri dapat dituliskan: Sehingga berlaku hubungan 11

11 Diagram alir penelitian adalah seperti dibawah (Gambar 4.3), demikian juga dengan proses pengukuran dilapangan dan hasil sementara dan pemrosesan data yang telah dilakukan. Mulai Survey awal o Penentuan koordinat/lokasi o Studi geologi dan pustaka o Desain survey geolistrik resistivitas Survey Lapangan o Pengukuran geolistrik resistivitas dengan metode Data Pengukuran o Beda potensial (V) o Arus listrik (I) o Spasi elektroda (a) Pengolahan Data o Data awal, datum point, spasi elektroda, dan resistivitas semu o Dengan software Res2Dinv, didapat model variasi resistivitas semu o Model di interpretasi berdasarkan perubahan nilai resistivitas Interpretasi Data o Litologi dan struktur geologi bawah permukaan (subsurcae) o Model pola aliran limbah Selesai Gambar 4.1. Diagram alir prosedur dan rencana penelitian. 12

12 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian dilakukan menggunakan metode geolistrik resistivity dengan melanjutkan di sekitar kawasan sanitary landlfill TPA Gampong Jawa Banda Aceh. Dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran batuan (tanah) yang bersifat konduktif, semi dan non konduktif. Sehingga dapat untuk memperkirakan keberadaan tubuh batuan dasar (bedrocks) yang mempunyai nilai resistivitas tinggi (non konduktif), batuan ubahan (alterasi) yang mempunyai resistivitas rendah (konduktif). Metoda ini menggunakan arus listrik searah atau bolak-balik yang dialirkan kedalam bumi melalui dua elektroda arus. Perbedaan tegangan yang timbul diukur dengan menggunakan dua elektroda potensial. Parameter yang diperoleh adalah nilai resistivitas semu 2D yang diharapkan dapat memberikan gambaran lapisan bawah permukaan. Pengukuran geolistrik resistivitas dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger. Berdasarkan citra geolistrik bawah permukaan secara 2D yang didapatkan, dapat menganalisa perbedaan nilai resisitivitas batuan maka dapat diinterpretasikan kedalaman, struktur geometri, pola dan bentuk perubahan jenis batuan, serta karakteristik perlapisannya. Hasil dari penelitian ini berupa data dari lima lintasan pengukuran, masing-masing lintasan memiliki panjang yang bevariasi antara m dengan jarak spasi elektroda 2 m. Kawasan ini merupakan pemukiman penduduka yang lokasinya sangat berdekatan dengan TPA.Pada lokasi ini diduga akan terdapat bentuk-bentuk dan ciri-ciri khusus pada bawah pemukaan dangkal, baik berupa lapisan keras (hard layer), lapisan intrusi air laut, maupun lapisan terkontaminasi dibeberapa tempat. Data hasil pengukuran lapangan dan diproses dengan menggunakan software Res2Dinv, dimana hasil pengolahan yang diperoleh adalah berupa gambaran penampang bawah permukaan. Secara umum, hasil dari semua pengolahan data menunjukkan gambaran penampang bawah permukaan dengan jenis batuan yang cukup variatif, dengan nilai resistivitas yang diperoleh dari hasil inversi juga bervariasi. Salah satu hasil pengolahan data berupa data pengukuran, data perhitungan dan model inversi untuk semua lintasan. Jumlah lintasan yang di ukur adalah pada lokasi TPA sebanyak 7 lintasan yang melingkupi semua area mengelilingi kawasan TPA tersebut. Sedangkan di bagian luar (lingkungan) TPA sebanyak 4 lintasan pengukuran. 16

13 L1 Gambar 5.2 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 1. L2 Gambar 5.3 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 2. L3 Gambar 5.4 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 3. 18

14 L4 Gambar 5.5 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 4. L5 Gambar 5.6 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 5. L6 Gambar 5.7 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 6. 19

15 Depth (m) Depth (m) L7 L8 Gambar 5.8 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 7. 0 Salt water intrusion/ Distance (m) brackish water RECLAIM MARINE ALLUVIUM Underground sream resistivity (Ohm.m) Gambar 5.9 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 8. L9 0 Distance (m) RECLAIM 0-20 MARINE ALLUVIUM resistivity (Ohm.m) Gambar 5.10 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 9. 20

16 Depth (m) Detph (m) L10 0 Salt water intrusion/ brackish water Distance (m) MARINE ALLUVIUM resistivity (Ohm.m) Gambar 5.11 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 10. L11 0 Salt water intrusion/ Distance (m) brackish water MARINE ALLUVIUM Gambar 5.12 Hasil pengukuran resistivitas pada lintasan 11. resistivity (Ohm.m) Catatan: Leachate resistivity values = <1 ohm.m Salt water intrusion/ brackish water = <2 ohm.m Marine alluvium resistivity values = 3-30 ohm.m Reclaim materials resistivity values = >6 ohm.m 21

17 5.1.2 Data Geokimia. Selain pengambailan data geofisika, juga dilakukan pengambilan data geokimia yaitu dengan mengambil sampel air pada sumur-sumur pendudukan maupun sumur kontrol yang ada di lokasi TPA. Adapun lokasi pengambilan sampel air ada pada Tabel 5.1. dan hasil pengukuran beberapa parameter geokimia seperti pada Tabel 5.2. Adapun standart atau baku mutu untuk sampel air yang digunakan adalah: Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010 dan PPRI No. 82 tahun 2001 Kelas I. Table 5.1 Lokasi pengambila sampel air dikawasan penelitian. Sample ID Latitude Longitude Air (1) N E Air (2) N E Air (3) N E Air (4) N E Air (5) N E Air (6) N E Air (7) N E Air (8) N E Table 5.2. Hasil pengukuran geokimia (kualitas air) di lokasi dan sekitar lingkungan TPA). No Parameter Hasil Metode Air(1) Air(2) Air(3) Air(4) Air(5) Air(6) Air(7) Air(8) analsis 1 ph ph meter 2 TDS (mg/l) Potensiometri 3 Nitrates, NO 3 (mg/l) ND ND ND Spektrometri 4 NH 3 -N (mg/l) Nessler 5 PO 4 (mg/l) Spektrometri 6 BOD (mg/l) Winkler 7 COD (mg/l) COD Mn 8 Iron, Fe AAS (mg/l) Note: ND = Not Detected Selanjutnya dari sample air yang diambil di lapangan tersebut, dilakukan pengujian di Laboratorium Kimia, Bagian Analisis dan Kajian Kimia, dan data-data yang dihasilkan untuk masing-masing parameter di tunjukkan pada Gambar dan lokasi pengambilan data pada Gambar 5.21 di bawah. 22

18 jarak elekroda potensial 2 dan elektroda arus 2. Secara umum dapat dilihat seperti Gambar Gambar 5.22 Gambaran lay out konfigurasi atau susunan elektroda arus dan potensial. Dengan model sintetik ini, kemudian dilakukan proses inversi dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv, yang mengasilkan penampang 2D dari nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity). Hasil inversi ini secara vertikal dapat menunjukkan kedalaman dan sebaran resistivitas sebenarnya. Keluaran hasil inversi ini juga merupakan akumulasi jarak elektroda, kedalaman penetrasi dan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity). Hasil pengukuran dan hasil inversi untuk lokasi di dalam TPA sebanyak 7 lintasan menunjukkan citra bawah permukaan 2D (Gambar ) dan pada lokasi di lingkungan sekitar TPA sebanyak 4 linatsan (Gambar ). Terlihat bahwa kedalaman yang diperoleh untuk semua lintasan pengukuran adalah sekitar m dengan panjang lintasan m. Lintasan L1 dan L2 terletak pada bagian Barat, L3 terletak pada bagian Barat Laut, L4 terletak pada bagian Selatan, L5 di bagian Tenggara, L6 di bagian Selatan dan L7 di bagian Timur. Dengan nilai penampang resistivitas yang relatif rendah yaitu 0-30 Ωm. Pada penampang tersebut, nilai resistivitas pada bagian permukaan (kedalaman sekitar 0-5 m) dengan nilai resistivitas 6,0 Ωm. Linatsan L8 L11 diluar lokasi TPA dengan nilia resistivitas yang relatif mirip, namun dengan interpretasi yang sedikit berbeda. Berdasarkan citra struktur bawah permukaan tersebut dan berdasarkan literatur (Reynold, 1997) dapat diketahui bahwa yang lapisan bawah pemukaan tersebut berupa material lempung, yang diinterpretasikan merupakan reclaim material. Material ini merupakan batuan/tanah atau sedimen yang terdeposit akibat proses gravitasi, terpecah-pecah dan menumpuk oleh berbagai proses dan membentuk lapisan tanah baru. Lapisan ini terletak secara tidak teratur di beberapa tempat di bagian permukaan pada setiap lintasan. Sedangkan bagian lain, menunjukkan 28

19 adanya intrusi air laut, karena lokasi penelitian juga sangat berdekatan dengan laut dan muara sungai, dimana pengaruh pasang surut air laut sangat besar. Selanjutnya pada bagian bawah dari setiap perlapisan, terdapat suatu material dengan penampang resisvitas sekitar 3-30 Ωm yang diinterpretasikan sebagai material marine alluvium, yang merupakan tanah yang telah mengalami degradasi oleh pencampuran air asin dan air payau. Hal ini sesuai dengan keberadan lokasi studi yang terletak berdekatan dengan kawasan pantai. Penampang lapisan dengan material ini terlihat jelas terutama pada lintasan L1, L2, L3 dan L7. Keberadaan ini juga disebabkan karena keberadaan lokasi lintasan ini yang secara langsung merupakan kawasan yang diduga dipengaruhi oleh intrusi air laut. Sedangkan untuk lokasi disekitar TPA (lintasan L8, L9, L10, dan L11) menunjukkan pola yang hampir sama. Bahkan, untuk lokasi ini (di lingkungan TPA) menunjukkan pada jarak (radius) sekitar 1 km bahkan setelah melewati sungai yang membatasi lokasi TPA dan lingkungan penduduk menunjukkan nilai di duga masih terpengaruh. Namun demikian untuk lokasi yang lebih jauh 1 km menunjukkan lokasi yang aman dari kontaminasi. Penampang resistivitas lain yang sangat penting adalah beberapa bagian yang merupakan titik-titik lokasi yang sangat konduktif. Lapisan ini mempunyai nilai resistivitas sekitar Ωm, yang di interpretasikan sebagai lokasi utama tempat merembesnya lindi (leachate) dan merupakan kawasan tempat aliran kontaminan. Titik-titik aliran lindi ini didapati di semua lintasan pada kedalaman sekitar m. Dengan pengaruh elevasi dan gravitasi maka infiltasi aliran lindi ini akan sangat berpotensi untuk mempengaruhi keadaan air tanah atau akifer. Secara umum karakteristik dan model perambatan atau perembesan air limbah polutan (leachate) dapat pada Gambar 5.23 dibawah. Dimana pada model ini berdasarkan data yang ada menunjukkan teridentifikasinya pola aliran lindi (leachate) dengan model 2D berupa garis kuning, dan pola aliran yang bergaris biru dideteksi dari lokasi utama TPA ke arah lingkungan sekitar, baik sungai dan lingkungan pemukiman. 29

20 Gambar 5.23 Karakteristik dan Model aliran air polutan (leachate) dari lokasi pembuangan akhir Gampong Jawa Banda Aceh. Dari penelitian ini didapatkan model geofisika yang menunjukkan karakteristik secara detail bawah permukaan (subsurface) terutama distribusi dan pola akumulasi lindi cair (DISPALL atau Distribution Pattern Of Liquid Leachate). Model ini menunjukan citra penampang 2-D pada kawasan tersebut yang terdiri dari 2 lapisan utama yaitu: 1. Lapisan bagian atas (top layer) yang terdiri dari material reclaim yang terdiri dari clayey sand (lempung pasiran) dan lateritic clay (lempung latritik) dengan nilai resistivitas < 20 Ωm dan berada pada kedalaman < 20 m. 2. Lapisan bagian bawah (bottom layer) yang terdiri dari marine alluvium atau material lempung yang telah mengalami degradasi akibat intrusi air laut dan air payau. Nilai resistivitasnya > 20 Ωm 3. Pada bagian luar TPA, menunjukkan lapisan yang terintrusi air laut pada kedalaman sekitar m terutama pada jarak >1 km dari lokasi pembuangan. 30

21 Dan pada lapisan atas tersebut dengan nilai resistivitas yang fluktuatif dan bervariasi dan diinterpretasi sebagai area yang mengalami kontaminasi disebabkan oleh infiltasi oleh lindi (leachate) dan bervariasi dengan intrusi air laut (seawater). Secara geokimia, secara dapat terlihat dari masing-masing parameter seperti berikut: PH air yang merupakan ukuran keseimbangan asam-basa, dimana pada kondisi perairan alami, nilai ini sangat dipengaruhi oleh adanya sistem keseimbangan karbon dioksida-bikarbonat karbonat. Meningkatnya konsentrasi karbon dioksida akan menyebabkan nilai ph yang lebih rendah, demikian juga sebaliknya. Faktor lain yang menentukan adalah suhu. Dalam air murni, penurunan ph sekitar 0,45 maka biasanya akibat kenaikan suhu 25 C. Dalam air dengan kapasitas buffer (penyangga) yang ditentukan oleh bikarbonat, karbonat, dan ion hidroksil, ternyata pengaruh suhu ini dimodifikasi. ph air baku terletak dalam kisaran 6,5-8,5. Secara umum nilai ph yang didapatkan masih dalam batas yang diizinkan, dimana nilai tertinggi pada stasiun 7 dengan nilai 8,02. Untuk paramaeter TDS merupakan terdiri dari garam anorganik dan sejumlah kecil bahan organik terlarut lainnya dalam air. Konstituen utama biasanya terdiri dari kation kalsium, magnesium, natrium dan kalium dan anion karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat dan, khususnya di tanah,.tds nitrat dinyatakan dalam satuan mg per satuan volume air (mg / L) atau juga disebut sebagai bagian per juta (ppm). Hasil pengukuran dilapangan menunjukkan nilai TDS pada lokasi utama TPA mempunyai nilai yang sangat tinggi dan melebihi ambang yang diizinkan yaitu pada stasiun 1 dan stasiun 2 dengan nilai masing-masing 2760 dan 1398 mg/l. Sedangkan di luar lokasi mempunyai nilai yang relatif rendah dan masih dalam batasan yang diizinkan. Nitrat (NO3) merupakan bahan kimia alami yang terbuat dari nitrogen dan oksigen. Nitrat juga ditemukan di udara, tanah, air, dan tanaman. Sebagian besar nitrat di lingkungan kita berasal dari dekomposisi tanaman dan kotoran hewan. Nitrat biasa digunakan sebagai pupuk.untuk hasil pengukuran di luar lokasi pembuangan umumnya mempunyai nilai yang relatif rendah, sedangkan pada bagian dalam TPA tidak terdapat parameter ini. Parameter amonia nitrogen (NH3-N), adalah ukuran untuk jumlah amonia, yang merupakan polutan beracun sering ditemukan pada cairan kontamina (lindi) di TPA dan produk limbah lainnya seperti limbah, pupuk cair dan produk-produk limbah organik cair lainnya. Paramater ini sangat mengganggu kesehatan manusia, yang juga diukur pada sungai atau danau, atau penampungan air buatan lainnya. Parameter ini juga sangat perlu diperhatikan pada pengolahan limbah dan pemurnian sistem air. Untuk parameter ini juga 31

22 sebagian besar mempunyai nilai yang melebihi ambang batas, dengan nilai tertinggi pada stasiun 2 dengan nilai mencapai 19,6068 mg/l Sedangkan fosfor adalah salah satu elemen kunci yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan hewan. Fosfat PO4 terbentuk dari elemen ini. Fosfat ada dalam tiga bentuk: ortofosfat, metaphosphate (atau polifosfat) dan organik terikat fosfat. Masing-masing senyawa mengandung fosfor dalam rumus kimia yang berbeda. Biasanya unsur ini diproduksi oleh proses alam dan ditemukan dalam limbah, dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan organisme air. Parameter terukur pada semua stasiun juga menunjukkan nilai yang relatif tinggi, dimana nilai maksimum pada stasiun 5 hingga mencapai 87 mg/l. Sedangkan untuk paramater BOD secara umum mempunyai nilai yang relatif rendah, hal ini didapat pada semua stasiun pengukuran. Hingga saat ini, oksigen kimia (COD), yang dapat menunjukkan tingkat pencemaran air yang terkontaminasi oleh polutan reduktif, adalah penentu utama yang digunakan untuk menilai pencemaran organik dalam sistem berair dan merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam pemantauan air (APHA, 1989). Hasil pengukuran didapati nilai yang relatif rendah untuk semua stasiun, kecuali pada stasiun 2 dengan nilai hingga 44 mg/l. Selanjutnya, air laut mengandung sekitar 1-3 ppb besi. Jumlah tersebut sangat bervariasi pada setiap lautan. Di sungai, biasa mengandung sekitar ppm zat besi, dan air tanah mengandung 100 ppm. Air minum tidak boleh melebihi 200 ppb besi. Kebanyakan alga mengandung antara ppm zat besi, dan beberapa ganggang coklat biasa terakumulasi hingga 4000 ppm. Besi adalah bagian penting dari sifat organik dan anorganik yang umumnya larut dalam air. Hasil pengukuran nilai Fe di lokasi penelitian, walaupun masih dalam batasan yang diizinkan, tetapi perlu kehati-hatian karena sebagian tempat nilainya hampir melebihi batas. Secara keseluruhan dari semua parameter yang diukur, dapat disimpulkan bahwa air di sekitar lokasi TPA perlu menjadi perhatian dan kehati-hatian bila digunakan untuk air minum. Karena dampak yang ditimbulkan akan menyebabkan sumber penyakit dan sumber bencana, apalagi bila digunakan dalam jangkan panjang. Untuk itu direkomendasikan pada masyakarat sekitar lokasi penelitian untuk menghindari penggunaan air sumur sebagai konsumsi air minum. 32

23 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian mengenai Penguatan Mitigasi Bencana Di Aceh: Studi Karakteristik Dispall (Distribution Pattern Of Liquid Leachate ) Berdasarkan Sifat Konduktivitas Listrik Bawah Permukaan (Subsurface) dapat diambil kesimpulan: 1. Model geofisika menunjukan citra penampang 2-D pada kawasan tersebut yang terdiri dari 2 lapisan utama yaitu: a. Lapisan bagian atas (top layer) yang terdiri dari material reclaim yang terdiri dari clayey sand (lempung pasiran) dan lateritic clay (lempung latritik) dengan nilai resistivitas < 20 Ωm dan berada pada kedalaman < 20 m. b. Lapisan bagian bawah (bottom layer) yang terdiri dari marine alluvium atau material lempung yang telah mengalami degradasi akibat intrusi air laut dan air payau. Nilai resistivitasnya > 20 Ωm. 2. Didapatkan perlapisan dengan nilai resistivitas relative rendah berfluktuatif dan bervariasi, diinterpretasi sebagai area terakumulasinya kontaminasi akibat infiltasi lindi (leachate). 3. Secara umum model geofisika tersebut menunjukkan hasil dengan sangat signifikan dan sesuai dengan kondisi riil terkait dengan keadaan geologi, topografi, dan posis geografis lokasi studi. 4. Karakteristik pada model geofisika citra 2D bawah permukaan (subsurface) tersebut menunjukkan pola distribusi dan akumulasi lindi cair (DISPALL atau Distribution Pattern Of Liquid Leachate) di lokasi studi. 5. Pada bagian luar (dilingkungan) TPA, menunjukkan lapisan yang terintrusi air laut dan pada beberpa lokasi sebagai aliran lindi, pada kedalaman sekitar m terutama pada jarak >1 km dari lokasi pembuangan. Setelah dilakukan penelitian ini maka penulis merasa perlu untuk memberikan saran pengembangan selanjutnya yaitu: 1. Sangat diperlu penelitian lanjutan untuk tahap kedua, untuk pengembangan lebih luas metode geofisika dan geokimia dengan penambahan beberapa parameter penting sesuai dengan rencana penelitian tahap selanjutnya. 2. Perlu dukungan data-data sekunder untuk melengkapi analisis yang lebih dalam pada tahapan selanjutnya. 33

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR Dievy Prastika Putri 1 Sri Cahyo Wahyono 1 Tetti Novalina Manik 1 Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai akibat dari perkembangan penduduk, wilayah pemukiman, dan fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang berhubungan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN HIBAH BERSAING

LAPORAN TAHUNAN HIBAH BERSAING LAPORAN TAHUNAN HIBAH BERSAING Judul Penelitian : PENGUATAN MITIGASI BENCANA DI ACEH: STUDI KARAKTERISTIK DISPALL (DISTRIBUTION PATTERN OF LIQUID LEACHATE ) BERDASARKAN SIFAT KONDUKTIVITAS LISTRIK BAWAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN : IDENTIFIKASI STRUKTUR LAPISAN TANAH GAMBUT SEBAGAI INFORMASI AWAL RANCANG BANGUNAN DENGAN METODE GEOLISTRIK 3D Firmansyah Sirait 1), Andi Ihwan 1)* 1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 1-5 PENDUGAAN POLA SEBARAN LIMBAH TPA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 1-5 PENDUGAAN POLA SEBARAN LIMBAH TPA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK ISSN: 1693-1246 Januari 2011 J P F I http://journal.unnes.ac.id PENDUGAAN POLA SEBARAN LIMBAH TPA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK P. R. Nilasari*, Khumaedi, Supriyadi Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU

NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU Hardiono, Imam Santoso, Arifin Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jl.H.M.Cokrokusumo

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango Ahmad Zainuri 1) dan Ibrahim Sota 2) Abstrak: Masalah sampah adalah masalah klasik yang sudah lama

Lebih terperinci

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik Sri Cahyo Wahyono 1), Rifkiati 2), Muhammad Ery Zulfian 2), Akhmat Faisal 2) dan Desi Monalisa

Lebih terperinci

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium D89 Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium Ahmad Qomaruddin Arsyadi 1, Dwa Desa Warnana 1, Nila Sutra 2, dan Ria Asih Aryani

Lebih terperinci

Kabupaten Banjar. Meirani Agustina, Sri Cahyo Wahyono, Tetti Novalina Manik Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Kabupaten Banjar. Meirani Agustina, Sri Cahyo Wahyono, Tetti Novalina Manik Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Jurnal Fisika FLUX Volume 14, Nomor 1, Februari 2017 ISSN : 1829-796X (print); 2514-1713(online) http://ppjp.unlam.ac.id/journal/ /index.php/f/ Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan yang Terkontaminasi

Lebih terperinci

ANALISIS GEOKIMIA DAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2D UNTUK MENGETAHUI ALIRAN LINDI DI TPA BABAKAN CIPARAY

ANALISIS GEOKIMIA DAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2D UNTUK MENGETAHUI ALIRAN LINDI DI TPA BABAKAN CIPARAY ANALISIS GEOKIMIA DAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2D UNTUK MENGETAHUI ALIRAN LINDI DI TPA BABAKAN CIPARAY Mia Uswatun Hasanah 1 *, Nanang Dwi Ardhi 2, Mimin Iriyanti 2, & Selly Ferani 2 1 Laboratorium

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Interpretasi Lapisan Akuifer Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Di Kampung Horna Baru Dan Kampung Muturi Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat Karmila Laitupa, Putri Nova H.D,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar di wilayah pesisir teluk Ambon terdapat dua satuan morfologi, yaitu satuan morfologi perbukitan tinggi dan satuan morfologi dataran pantai. Daerah

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi

Lebih terperinci

KAJIAN PENYEBARAN LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKAN BATUAN DI LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) BENOWO SURABAYA

KAJIAN PENYEBARAN LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKAN BATUAN DI LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) BENOWO SURABAYA PKMP--- KAJIAN PENYEBARAN LIMBAH CAIR BAWAH PERMKAAN BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKAN BATAN DI LOKASI PEMBANGAN AKHIR (LPA) BENOWO SRABAYA Suparmanto, Agus M.., Rahmadana A. Laboratorium Geofisika, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Heni Dewi Saidah, Eko Andi Suryo, Suroso Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa

Lebih terperinci

POLA SEBARAN LIMBAH TPA STUDI KASUS DI JATIBARANG SEMARANG (Waste Distribution Pattern Cese Study in TPA Jatibarang Semarang)

POLA SEBARAN LIMBAH TPA STUDI KASUS DI JATIBARANG SEMARANG (Waste Distribution Pattern Cese Study in TPA Jatibarang Semarang) Maret 2013 SUPRIYADI, J. MANUSIA DKK.: DAN POLA LINGKUNGAN, SEBARAN LIMBAH Vol. 20, No.1, Maret. 2013: 49-56 POLA SEBARAN LIMBAH TPA STUDI KASUS DI JATIBARANG SEMARANG (Waste Distribution Pattern Cese

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Identifikasi Intrusi Air Laut Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas 2D Konfigurasi Wenner-Schlumberger di Pantai Tanjung Gondol Kabupaten Bengkayang Victor Hutabarat a, Yudha Arman a*, Andi Ihwan

Lebih terperinci

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium 1 2 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-89 Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI REMBESAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER STUDI KASUS TPA SUMOMPO, MANADO

IDENTIFIKASI REMBESAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER STUDI KASUS TPA SUMOMPO, MANADO IDENTIFIKASI REMBESAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER STUDI KASUS TPA SUMOMPO, MANADO Friska Datunsolang 1), Gerald Tamuntuan 1), As ari 1)

Lebih terperinci

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN Syamsuddin1, Lantu1, Sabrianto Aswad1, dan Sulfian1 1 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah senyawa H2O yang merupakan bagian paling penting dalam kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN POLA SEBARAN LIMBAH KARET BAWAH PERMUKAAN TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

PENYELIDIKAN POLA SEBARAN LIMBAH KARET BAWAH PERMUKAAN TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK dengan ISSN Metode 1978-5283 Geolistrik M, Juandi 2010:1 (4) PENYELIDIKAN POLA SEBARAN LIMBAH KARET BAWAH PERMUKAAN TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK Juandi M Dosen Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Riau

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole Sari Dewi Tarigan 1,a), Alamta Singarimbum 2,b) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data geolistrik resistivitas dengan menggunakan perangkat lunak AGI EARTH IMAGER 3D sehingga diperoleh penampang resistivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA IV.1 TINJAUAN UMUM Pengambilan sampel air dan gas adalah metode survei eksplorasi yang paling banyak dilakukan di lapangan geotermal.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Sambengwetan Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dan Laboratorium Fisika Eksperimen MIPA Unsoed pada bulan

Lebih terperinci

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2 dengan jumlah penduduk yang mencapai 3.890.757 jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak negatif dari pembangunan

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN AIR TANAH BERDASARKAN METODE GEOLISTRIK STUDI KASUS TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH MUARA FAJAR KECAMATAN RUMBAI

ANALISA PENCEMARAN AIR TANAH BERDASARKAN METODE GEOLISTRIK STUDI KASUS TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH MUARA FAJAR KECAMATAN RUMBAI Akhir Sampah Muara Fajar ISSN Kecamatan 1978-5283 Rumbai M, Juandi 2009:2 (3) ANALISA PENCEMARAN AIR TANAH BERDASARKAN METODE GEOLISTRIK STUDI KASUS TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH MUARA FAJAR KECAMATAN

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Novi Wulandari N, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika

Lebih terperinci

ZONA MIGRASI PENCEMARAN AIR DI SEKITAR TPA BABAKAN CIPARAY KABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAN ANALISIS GEOKIMIA

ZONA MIGRASI PENCEMARAN AIR DI SEKITAR TPA BABAKAN CIPARAY KABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAN ANALISIS GEOKIMIA ZONA MIGRASI PENCEMARAN AIR DI SEKITAR TPA BABAKAN CIPARAY KABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DAN ANALISIS GEOKIMIA Selly Feranie, Mimin Iryanti, Setya Utari, Nanang Dwi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR Edu Dwiadi Nugraha *, Supriyadi, Eva Nurjanah, Retno Wulandari, Trian Slamet Julianti Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751) PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERGER (Jorong Tampus Kanagarian Ujung Gading Kecamatan Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat) Arif

Lebih terperinci

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR Rahma Hi. Manrulu 1, Aryadi Nurfalaq 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 rahma_manrulu@yahoo.com 1 Telah dilakukan penelitian untuk

Lebih terperinci

Meidanta Madwiratna Universitas Negeri Malang

Meidanta Madwiratna Universitas Negeri Malang PENERAPAN METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI REMBESAN POLUTAN SAMPAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SUPIT URANG DESA MULYOREJO KOTA MALANG TAHUN 2012 Meidanta Madwiratna Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37 ISSN: 1693-1246 Januari 2011 J F P F I http://journal.unnes.ac.id MONITORING DAERAH RESAPAN AIR DENGAN METODE GEOLISTRIK STUDI KASUS KELURAHAN SEKARAN, KECAMATAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG N. Millah*, Khumaedi,

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH REISI, 1801017 PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH anata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit

Lebih terperinci

Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data

Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data IV.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di daerah Kampung Kondang dan Cirikip, Desa Cinyasag, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis,

Lebih terperinci

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER DI DESA TAKUTI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER DI DESA TAKUTI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER DI DESA TAKUTI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Putri Ika Wardani 1, Sri Cahyo Wahyono 1, Ibrahim Sota 1 ABSTRAK. Air tanah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

Penjalaran Arus Listrik di Dalam Bumi

Penjalaran Arus Listrik di Dalam Bumi Penjalaran Arus Listrik di Dalam Bumi Advisor: Irwan M.Sc Author: Lucky Kriski Muhtar (125090700111002) Lutfi Aditya Rahman (125090702111001) Program Studi Geofisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume

Lebih terperinci

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin) INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin) Muh. Arizal Syam, Lantu, Syamsuddin Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan Definisi Water Treatment (Pengolahan Air) Suatu proses/bentuk pengolahan

Lebih terperinci

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG HENNY JOHAN, S.Si Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNIB ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,

Lebih terperinci

METODE EKSPERIMEN Tujuan

METODE EKSPERIMEN Tujuan METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER NURFAIZAH AMATILLAH IMTISAL (1127030055) FISIKA SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2014 Email : nurfaizah.ifa@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah yang cukup tinggi karena memiliki batu lempung mengembang formasi jatiluhur,

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG) ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2009 PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Pembahasan

Bab IV Pemodelan dan Pembahasan Bab IV Pemodelan dan Pembahasan 4.1. Pemodelan Self-potential Aliran fluida tunak, panas, listrik, dan kimia disimbolkan oleh J dapat dideskripsikan sebagai potensial gradient sebagai berikut : (3) Di

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA 3.1 Data Geokimia Seperti yang telah dibahas pada bab 1, bahwa data kimia air panas, dan kimia tanah menjadi bahan pengolahan data geokimia untuk menginterpretasikan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab. PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab. Pohuwato) SUMARRY Ningsih Lasalutu Nim : 811409098 Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Estimasi Sumber Daya Bijih Besi Eksplorasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencari sumberdaya bahan galian atau endapan mineral berharga dengan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan pembangunan. Meningkatnya

Lebih terperinci

Kajian Sebaran Limbah Cair Menggunakan Metode Resistivitas

Kajian Sebaran Limbah Cair Menggunakan Metode Resistivitas Kajian Sebaran Limbah Cair Menggunakan Metode Resistivitas Matheus Souisa dan Sisca M. Sapulete Jurusan Fisika FMIPA Universitas Pattimura Ambon, Maluku txsenwitzne@yahoo.co.id Abstrak - Telah dilakukan

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN INVESTIGASI BIDANG GELINCIR PADA LERENG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DUA DIMENSI (Studi Kasus: Kelurahan Lumbung Bukit Kecamatan Pauh Padang) Muhammad Iqbal Sy, Arif Budiman Jurusan Fisika

Lebih terperinci

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 206. ISSN.42-2960 POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

Lebih terperinci

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH anata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit No. 62 Mataram

Lebih terperinci

SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 STUDI INTRUSI AIR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS LISTRIK KONFIGURASI WENNER SCLUMBERGER DI KAWASAN DESA PANTAI CERMIN KIRI KECAMATAN PANTAI CERMIN SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : 080801042

Lebih terperinci

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia IDENTIFIKASI AKUIFER AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI DESA OU KECAMATAN SOJOL IDENTIFICATION GROUNDWATER AQUIFERS METHOD USING GEOELECTRIC DISTRICT IN THE VILLAGE OU SOJOL Rustan Efendi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1 Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Mojosongo Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah salah satu elemen atau unsur yang berdiri sebagai pemegang tonggak kehidupan makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, oleh karena itu air berperan

Lebih terperinci

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand) Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis) Metode Geolistrik (Tahanan Jenis) Kata kunci : Pemodelan Inversi, Resistivitas, Tahanan Jenis. Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang mempelajari sifat kelistrikan di bawah permukaan Bumi untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandungan sumber daya alam yang terdapat di bumi salah satunya adalah batuan. Menurut Pusat Bahasa Kemdiknas (2008), batuan merupakan mineral atau paduan mineral yang

Lebih terperinci

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO Rosmiati S, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan Prodi Fisika Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 15, No. 1, Januari 2012, hal 7-14 APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG Khoirun Nisa 1, Tony Yulianto

Lebih terperinci

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat daya hantar listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus mendapat penanganan dan pengolahan sehingga tidak menimbulkan dampak yang membahayakan. Berdasarkan

Lebih terperinci