KEMBANG RATNA SKRIP KARYA SENI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMBANG RATNA SKRIP KARYA SENI"

Transkripsi

1 KEMBANG RATNA SKRIP KARYA SENI OLEH : NI LUH LISA SUSANTI NIM : PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2010

2 KEMBANG RATNA SKRIP KARYA SENI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Seni (S1) MENYETUJUI : PEMBIMBING PEMBIMBING Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST., M.Sn Ni Wayan Iriani, SST., M.Si NIP : NIP : ii

3 Skrip karya seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Akhir Sarjana (S1) Institut Seni Indonesia Denpasar. Pada : Hari/Tanggal : Selasa, 1 Juni 2010 Ketua : I Ketut Garwa, SSn., M.Sn NIP ( ) Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum NIP ( ) Dosen Penguji : 1. I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum NIP I Ketut Partha, SSKar., M.Si NIP Drs. Rinto Widyarto., M.Si NIP ( ) ( ) ( ) Disahkan pada tanggal : Mengetahui : Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar Ketua Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn I Nyoman Cerita, SST., M.FA NIP : NIP : iii

4 KATA PENGANTAR Om Swastiastu, Puji syukur penata panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugraha-Nya sehingga penata dapat menyelesaikan Skrip Karya Seni Tari Kreasi Palegongan Kembang Ratna ini tepat pada waktunya. Skrip karya seni ini digunakan sebagai laporan pertanggungjawaban mengenai karya yang dibuat dalam penyelesaian Ujian Tugas Akhir (TA) di Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Penata menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia membantu baik moril maupun spirituil, sehingga skrip karya seni ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya diberikan kepada : 1. Prof. Dr. I Wayan Rai S.,MA, selaku Rektor di Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah bersedia memberikan motivasi yang sangat bermanfaat selama ini. 2. I Ketut Garwa, SSn., M.Sn, selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan di Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah membantu kelancaran persiapan terselenggaranya Ujian Tugas Akhir pada tahun 2010 ini. 3. I Nyoman Cerita, SST., M.FA, selaku Ketua Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan di Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah membantu iv

5 persiapan Ujian Tugas Akhir dan selalu memberikan semangat bagi peserta Ujian. 4. Drs. Rinto Widyarto., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan di Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah membantu persiapan Ujian Tugas Akhir dan memberikan segala dukungannya. 5. Gusti Ayu Ketut Suandewi, SST., M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang selalu memantau perkembangan akademik dan telah banyak memberikan bimbingan dan masukan terhadap proposal yang diajukan. 6. Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST., M.Sn, selaku Pembimbing I yang telah bersedia memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam proses penggarapan karya seni dan skrip karya seni. 7. Ni Wayan Iriani, SST., M.Si, selaku Pembimbing II karya tulis dan karya seni yang telah memberikan motivasi dan saran dalam proses terwujudnya skrip karya seni dan karya seni. 8. Dosen Pengajar Mata Kuliah Bimbingan Penulisan Skrip Karya, yaitu Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST, MA dan Dr. Ni Luh Sustiawati., M.Pd yang sebelumnya telah memberikan materi tentang cara penulisan skrip karya yang baik dan sesuai dengan ketentuan yang ada. 9. Tjok. Istri Putra Padmini, SST., M.Sn, yang telah memberikan pertimbangan-pertimbangan dan saran dari mata kuliah Koreografi VI sehingga penata dapat termotivasi untuk melanjutkan penggarapan karya seni ini dalam menempuh Ujian Tugas Akhir. v

6 10. Dewa Alit, selaku penata iringan yang telah bersedia membantu menata iringan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dengan segala kemampuan yang dimiliki. 11. Orang tua tercinta, Bapak I Wayan Madia dan Ibu Ni Ketut Bakti serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materiil. 12. Para pendukung tari, pendukung karawitan, dan segala pihak yang telah bersedia dengan tanggung jawab membantu proses penggarapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna sehingga garapan ini dapat terwujud. 13. Teman-teman angkatan 2006 yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan, semangat, serta masukan sehingga skrip karya seni ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. 14. Pacar tercinta, I Wayan Diana Putra yang selalu memberikan segenap dukungan, doa, dan semangat dalam menempuh Ujian Tugas Akhir ini. Penata menyadari tentunya dalam skrip karya seni ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam isi maupun bentuk tampilannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang penata miliki. Untuk itu, penata mengharapkan kritik dan saran yang positif dari pembaca guna lebih menyempurnakan skrip karya seni ini. Om Çantih, Çantih, Çantih Om Denpasar, Mei 2010 Penata vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA PENGUJI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii ix x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ide Garapan Tujuan Garapan Manfaat Garapan Ruang Lingkup... 8 BAB II KAJIAN SUMBER Sumber Tertulis Sumber Audio-Visual BAB III PROSES KREATIVITAS Tahap Eksplorasi (Penjajagan) Tahap Improvisasi (Percobaan) Tahap Forming (Pembentukan) vii

8 BAB IV WUJUD GARAPAN Deskripsi Garapan Analisa Pola Struktur Analisa Simbol Analisa Materi Desain Koreografi Analisa Estetis Wujud Bobot Penampilan Analisa Penyajian Tempat Pertunjukan Kostum/Tata Busana Tata Rias Wajah Properti Musik Iringan Tari BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran-Saran DAFTAR SUMBER/ REFRENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Pendukung Tari Lampiran 2 Staf Produksi Lampiran 3 Foto-Foto Pementasan viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Tahap Penjajagan (Eksplorasi) Tahap Percobaan (Improvisasi) Tahap Forming (Pembentukan) Kegiatan Proses Kreativitas Pola Lantai, Layar, Suasana, Tata Lampu (lighting), dan Rangkaian Gerak Tari Kreasi Palegongan Kembang Ratna. 52 ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Denah Stage Arah Hadap Penari Foto Busana Tampak Depan Foto Busana Tampak Belakang Foto Tata Rias Wajah Penari Foto Properti. 66 x

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk tari klasik Bali yang hingga kini tetap menjadi sebuah kreativitas seni tari yang adiluhung adalah tari Legong. Legong terdiri dari dua kata, yaitu leg, yang berarti gerak yang luwes dan elastis, serta gong, yang berarti gamelan. 1 Tari Legong mengutamakan keharmonisan gerak dengan musik pengiringnya yang ritmis dan kompleks. Tari Legong yang merupakan warisan tradisi budaya kraton, memberikan kontribusi dan sumber inspirasi bagi penciptaan tari Legong inovatif dewasa ini. Tari Legong sebagai kesenian yang sering dikatakan bermutu tinggi, telah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Terbukti dengan telah diciptakannya berbagai variasi tari Legong oleh seniman-seniman kreatif dalam upayanya menyesuaikan dan mengembangkan kesenian tradisi sesuai perkembangan jamannya. Perkembangan yang diketahui dewasa ini adalah Legong lebih mengandalkan popularitasnya dalam segi tari daripada elemen naratif, dan hasilnya sangat sesuai menuju suatu komposisi tari murni. 2 Keberadaan tari Legong dari dahulu hingga dewasa ini masih tetap cemerlang karena proses kreativitas oleh seniman kreatif terus berlangsung. Dalam hal ini, seniman kreatif didorong oleh 1 I Made Bandem, 1983, Ensiklopedi Tari Bali, Denpasar: Akademi Seni Tari (ASTI) Denpasar dan Perc. PT Bali Post Offset, p I Made Bandem dan Fredrik Eugene deboer, 2004, Kaja dan Kelod; Tarian Bali dalam Transisi, Jogjakarta: Institut Seni Indonesia Jogjakarta, p

12 2 keinginan yang kuat untuk menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki sesuai potensi dalam diri melalui proses pencarian yang panjang dengan menggunakan penginderaan, curahan hati, serta pikiran untuk mewujudkan hasil karya yang berkarakteristik pribadi. Perwujudan kreativitas ini sangat tergantung dari keinginan seniman kreatifnya untuk sepenuhnya melepaskan diri dari ikatan-ikatan tradisi atau masih menggunakan unsur tradisi. Berdasarkan uraian sebelumnya, muncul keinginan penata untuk menggarap tari kreasi Palegongan yang terinspirasi pada gerakan-gerakan luwes dalam tari Legong. Keinginan ini muncul dari kecintaan terhadap tari Legong sebagai salah satu varian tari klasik Bali yang sifatnya luwes, halus, dan gerak-geraknya bersemangat. 3 Berbekal modal postur tubuh, penguasaan teknik, dasar dan kemampuan menari Legong yang cukup, penata merasa cukup mantap untuk melangkah ke arah seni Palegongan dalam penyusunan Ujian Tugas Akhir (TA) ini. Pengalaman yang diperoleh selama menjadi penari Legong, baik menarikan tari Legong yang telah ada dan bersifat komersial maupun mendukung Ujian Tugas Akhir (TA) pada tahuntahun sebelumnya di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, telah mendorong penata untuk menemukan sesuatu yang baru melalui proses berpikir. Proses berpikir imajinatif dalam mengikuti perasaan batin membuat kita menyadari dimensi pengalaman yang dirasakan dan bayangan yang mendorong terjadinya sebuah karya 3 I Made Bandem, 1996, Evolusi Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius, p. 42.

13 3 baru. 4 Karya baru sebagai proses untuk pembentukan jati diri dengan menunjukkan pribadi penata yang sesungguhnya. Faktor lain yang memotivasi dan melatarbelakangi penata untuk menggarap tari kreasi Palegongan adalah rasa tanggung jawab sebagai masyarakat Bali yang tentunya harus dapat mempertahankan unsur tradisi budaya Bali, terlebih lagi kesenian klasik yang dimiliki, dan selalu berkreativitas untuk mencari alternatifalternatif baru. Hal tersebutlah yang dijadikan sebagai tolok ukur oleh penata untuk pemilihan tari kreasi Palegongan sebagai karya tari yang akan digarap. Selain itu, Legong merupakan warisan budaya yang sangat luhur, mencerminkan kreasi murni dari para seniman Bali. 5 Hal inilah yang membuat penata semakin tertantang untuk membuat tari kreasi Palegongan agar dapat menampilkan sesuatu yang berbeda, namun tetap mempertahankan identitas dan ciri karakterisitik Palegongan itu sendiri. Garapan ini dituangkan ke dalam bentuk tari kreasi Palegongan berjudul Kembang Ratna, yang berarti bunga ratna. Tema dari garapan tari Kembang Ratna ini adalah perputaran hidup. Tema ini diangkat karena bunga ratna tidak hanya selalu dalam keadaan segar namun juga dapat layu dan rapuh. Demikianlah bunga ratna yang melalui suatu proses yang terus-menerus berputar, tumbuh subur di antara tumbuhan lainnya, memiliki karakter agung karena digunakan sebagai sarana upacara, sederhana, dan indah. Bunga ratna dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu, namun setelah layu dan rapuhnya bunga ratna tersebut akibat dipetik setelah 4 I Wayan Dibia, 2003, Bergerak Menurut Kata Hati, Metoda Baru Dalam Menciptakan Tari (Terjemahan dari Moving From Within A New Method for Dance Making oleh Alma M. Hawkins). Bandung: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, p Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya, 1974/1975, Perkembangan Legong Kraton Sebagai Seni Pertunjukan. Bali: Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya, p. 19.

14 4 digunakan sebagai sarana upacara, bunga ratna dapat tumbuh kembali dari biji bunga ratna yang berserakan menjadi bunga ratna baru. 1.2 Ide Garapan Ide garapan harus memiliki dasar yang jelas, dan sangat penting adanya, karena merupakan sumber pemikiran untuk mempermudah menuangkannya ke dalam wujud karya. Dalam menentukan ide, kita sendiri menyadari bahwa hal tersebut memerlukan waktu cukup panjang dengan perenungan dan pemikiran yang matang. Ide yang benar-benar matang sangat berpengaruh pada proses terwujudnya karya. Bagi penata, mendapatkan sebuah ide baru sama halnya seperti menangkap ikan di air keruh karena tidaklah mudah untuk mendapatkan sebuah ide. Prinsipnya adalah penata ingin mewujudkan sebuah garapan tari kreasi Palegongan yang terinspirasi pada gerakan luwes dari Legong klasik yang ada. Sebagaimana kebanyakan tari Legong yang menggunakan cerita, dalam tari kreasi Palegongan yang digarap ini merupakan garapan Legong yang abstrak atau dapat dikatakan tidak memuat unsur cerita di dalamnya. Penggarapan tari kreasi Palegongan ini, muncul berdasarkan ide penata saat melihat salah satu aktivitas umat Hindu menjelang hari suci Agama Hindu, yaitu menjelang datangnya hari raya Galungan, tiap-tiap bangunan suci (pelinggih) baik di Pemerajan maupun di pura-pura dipasangkan bunga ratna. Setangkai bunga ratna yang dipasangkan di setiap bangunan suci tersebut bertujuan untuk menetralisir unsur-unsur negatif atau mengusir bhuta, kala, dan raksasa yang bersemayam pada

15 5 bangunan suci karena merupakan stana para Dewata, sebelum menghaturkan suatu upakara. 6 Akhirnya dengan melihat aktivitas tersebut, penata terinspirasi dan memilih wujud serta karakter bunga ratna untuk dicoba ditransformasikan ke dalam garapan tari kreasi Palegongan, karena sebelumnya menurut penata belum pernah ada yang merealisasikan karakter dan wujud bunga ratna ini ke dalam tari kreasi Palegongan. Tari kreasi Palegongan yang digarap ini, menampilkan karakter dan wujud bunga ratna. Karakter dari bunga ratna, yaitu agung, sederhana, dan indah. Sedangkan wujud bunga ratna, yaitu bunga ratna memiliki bentuk yang kecil, namun dapat tumbuh subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Garapan tari ini diberi judul Kembang Ratna, yang berarti bunga ratna. Judul ini dipilih karena menurut penata sesuai dengan ide dan tema yang dipilih. Tema dari garapan ini adalah perputaran hidup. Perputaran hidup yang dimaksud adalah perputaran hidup dari bunga ratna itu sendiri. Seperti halnya dengan mahluk hidup lainnya, bunga ratna melalui siklus kehidupan yang sama. Garapan Kembang Ratna berbentuk tari kelompok, yang ditarikan oleh 7 (tujuh) orang penari putri. Perbendaharaan gerak dalam garapan Kembang Ratna terdapat adanya pengembangan, seperti pengembangan ruang gerak, namun tidak berpijak pada pakem tari Legong itu sendiri karena garapan ini hanya terinspirasi pada gerakan luwes dalam tari Legong. Selain itu, ide penata adalah adanya 6 Ida Bagus Putu Sudarsana, 2000, Ajaran Agama Hindu; Kotaraning Panca Sembah, Bali: Anom dan Yayasan Dharma Acarya, p. 83.

16 6 pengembangan bentuk, serta warna dari segi kostum yang dibuat sesederhana mungkin, dengan menggunakan ciri kostum Legong yang telah ada, seperti penggunaan sesimping, lamak, bancangan, dan properti kipas, sebagai identitas tari Legong. Kostum dalam garapan Kembang Ratna menggunakan kombinasi warna putih susu, ungu, dan hijau. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna menggunakan gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu yang diharapkan mampu mendukung suasana sesuai ide yang diinginkan dari segi kemasan gending yang dibuat untuk iringannya agar hadir dengan nuansa baru. 1.3 Tujuan Garapan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah : Tujuan Umum 1. Untuk menambah repertoar dan varian tari Legong yang telah ada sebagai pelestarian jenis tari kreasi Palegongan dengan mempertahankan unsur tradisinya. 2. Menuangkan daya kreativitas berkesenian melalui penggarapan sebuah tari kreasi Palegongan serta dapat menghasilkan ide dan inovasi baru guna penciptaan karya kreatif yang bermutu serta berkualitas. 3. Untuk menunjukkan kemampuan dan potensi yang dimiliki dalam karya yang inovatif.

17 Tujuan Khusus 1. Untuk memenuhi syarat sebagai sebuah garapan tari yang layak disajikan untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) di Institut Seni Indonesia Denpasar. 2. Untuk melahirkan sebuah karya tari baru. 3. Terciptanya sebuah tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dengan nuansa yang berbeda, dan dapat menampilkan identitas penata sendiri. 4. Untuk menyampaikan pesan-pesan tentang nilai kehidupan yang terkandung dalam garapan ini agar dapat diaplikasikan oleh penikmatnya. 5. Untuk mewujudkan garapan tari kreasi Palegongan dengan menampilkan karakter dan wujud bunga ratna. 1.3 Manfaat Garapan Manfaat yang dapat diperoleh dari karya seni yang dihasilkan dalam tari kreasi Palegongan ini adalah : 1. Menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga karena mendapat kesempatan untuk menggarap tari kreasi Palegongan. 2. Memberikan inspirasi dan pertimbangan bagi penciptaan tari selanjutnya. 3. Agar mampu memberikan rangsangan bagi koreografer-koreografer lain untuk berkreativitas dalam menggali potensi dan kapasitas dalam diri.

18 8 1.4 Ruang Lingkup Menghindari kerancuan atau salah penafsiran mengenai garapan ini, diperlukan adanya batasan-batasan yang terfokus dalam pengungkapan untuk melangkah berikutnya. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna tidak menggunakan pakem-pakem tari Legong, tetapi terinspirasi pada gerakan luwes dari Legong klasik yang ada, dan telah dikembangkan sesuai kebutuhan garapan. Penggarapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna diharapkan mampu diterima oleh penikmatnya agar antara penari dengan penikmatnya terdapat adanya suatu komunikasi yang baik. Batasan yang diambil adalah wujud serta karakter bunga ratna yang agung, sederhana, dan indah. Bunga ratna dapat layu, dan rapuh seiring berjalannya waktu, namun setelah layu, dan rapuhnya bunga ratna tersebut akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara, bunga ratna dapat tumbuh kembali dari biji bunga ratna yang berserakan menjadi bunga ratna baru. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dituangkan dalam garapan Legong yang abstrak atau tidak menggunakan unsur cerita di dalamnya dengan menampilkan karakter serta wujud bunga ratna. Garapan ini berbentuk kelompok, yang ditarikan oleh tujuh orang penari putri, dengan alasan penempatan penari dapat memberi kesan dinamis, kontras, asimetris, dan pola lantai dapat lebih bervariasi. Selain itu, penggunaan tujuh orang penari putri didasarkan atas pertimbangan, yaitu postur tubuh penata yang agak kecil agar dapat disesuaikan dengan panggung yang cukup luas. Struktur garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna ini dibagi menjadi 6 bagian, yang terdiri dari bagian pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, pengetog,

19 9 dan pekaad. Walaupun garapan Legong ini abstrak, namun tetap memiliki struktur dramatik yang cukup menarik dan dinamis karena di dalamnya terdapat suasana agung, tenang, gembira, sedih (layu), dan gembira yang dituangkan melalui ekspresi gerak, penataan lampu, dan properti yang menjadi kebutuhan garapan. Penataan kostum dalam garapan ini menggunakan ciri kostum Palegongan yang telah ada. Tetapi berdasarkan hal tersebut, tentunya terdapat inovasi-inovasi baru dari segi bentuk dan warna yang disesuaikan dengan tema yang dibawakan dengan konsep minimalis atau didesain sesederhana mungkin. Durasi waktu garapan ini adalah kurang lebih 12 menit dan dipertunjukkan di panggung Prosenium, Natya Mandala, ISI Denpasar. Musik yang mengiringi garapan ini adalah seperangkat gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu, yang memiliki permainan tujuh nada yang khas atau permainan patutan dalam sistem tujuh nada dari gamelan Semar Pegulingan, lebih komplek dilihat dari banyaknya patutan dalam gamelan ini, sehingga lebih mudah untuk mencari mood dari kompleksitas patutan yang sesuai dengan suasana yang ingin disampaikan. Sebagaimana telah kita ketahui, gamelan Semar Pegulingan identik dengan tari Legong.

20 10 BAB II KAJIAN SUMBER Sebuah penulisan terlebih lagi karya tulis ilmiah, terasa kurang berbobot tanpa dilandasi dan didukung oleh sumber-sumber baik tertulis maupun tidak tertulis yang dapat dijadikan acuan dan dasar pijakan untuk melangkah dalam perwujudan garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. Sumber tersebut tentunya memberikan kontribusi yang cukup, sehingga garapan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Adapun sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan acuan, adalah sebagai berikut : 2.1 Sumber Tertulis Perkembangan Legong Kraton Sebagai Seni Pertunjukan diterbitkan oleh Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya, 1974/1975. Buku ini menjelaskan perubahan tari Legong dari dulu hingga sekarang. Buku ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui bentuk-bentuk Palegongan yang telah ada, serta pola-pola gerak Palegongan yang terkait dengan aturan gerak yang ada. Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari oleh Soedarsono (terjemahan dari Dances Composition, the Basic Elements oleh La Meri), Buku ini menjelaskan pengetahuan dasar tentang komposisi tari, seperti desain-desain koreografi dalam menggarap sebuah tarian. Buku ini digunakan sebagai acuan untuk memberikan wawasan dalam membuat gerak dengan berpedoman pada elemen-elemen dasar komposisi. 10

21 11 Mencipta Lewat Tari oleh Y. Sumandiyo Hadi (terjemahan dari Creating Through Dance oleh Alma M. Hawkins), Buku ini menjelaskan tentang proses kreativitas, yaitu proses eksplorasi (penjajagan), improvisasi (percobaan), dan forming (pembentukan). Buku ini digunakan sebagai acuan bahwa dalam menciptakan karya-karya baru tidaklah mudah karena semuanya melalui proses yang cukup panjang disertai pemikiran matang. Evolusi Tari Bali oleh I Made Bandem, Buku ini menjelaskan perubahan-perubahan yang dialami seni tari di Bali yang terjadi secara evolutif bergantung pada masyarakat pendukungnya. Buku ini digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan penata mengenai tari Legong karena di dalamnya terdapat uraian tari Legong dari kesenian istana hingga perubahannya yang pesat dewasa ini. Ajaran Agama Hindu; Kotaraning Panca Sembah oleh I. B. Putu Sudarsana, Buku ini menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan sembah bhakti kehadapan Sang Hyang Widhi. Buku ini digunakan sebagai sumber dalam penggarapan, karena di dalamnya terdapat uraian tentang makna dari bunga ratna itu sendiri. Bergerak Menurut Kata Hati, Metoda Baru Dalam Menciptakan Tari oleh I Wayan Dibia (terjemahan dari Moving From Within: A New Method for Dance Making oleh Alma M. Hawkins), Buku ini menjelaskan suatu pendekatan koreografi yang lebih menekankan kepada masalah isi daripada bentuk, dengan cara bergerak berimprovisasi mengikuti kata hati. Buku ini digunakan untuk menambah pengetahuan penata mengenai koreografer dalam mencipta sebuah karya didasarkan

22 12 pada pengalaman dan khayalannya, sehingga pada prinsipnya koreografer bekerja secara kreatif melalui berbagai cara dengan proses pemikiran imajinatif. 2.2 Sumber Audio-Visual Sumber audio-visual penting digunakan sebagai studi perbandingan selain sumber tertulis yang telah diuraikan di atas. Penata mencari perbandinganperbandingan dari beberapa pengamatan terhadap seni pertunjukan melalui rekaman kaset audio-visual, antara lain: Pengamatan terhadap tari kreasi Palegongan Swabhawaning Urip karya Ni Made Ayu Artini tahun 2007, melalui koleksi rekaman video di ISI Denpasar. Isinya mengangkat berbagai ungkapan rasa dari emosi yang pernah dialami dalam kehidupan meliputi marah, sedih, dan gembira. Garapan ini sangat bermanfaat bagi garapan Kembang Ratna karena dapat diketahui mengenai cara mengatur dinamika gerak dengan suasana gerak yang berubah-ubah. Pengamatan terhadap tari kreasi Palegongan Smara Wisaya karya Ni Luh Putu Wiwin Astari tahun Isinya mengangkat tentang cerita Sri Tanjung. Manfaat setelah mengamati garapan tersebut adalah bagaimana cara menonjolkan sebuah garapan agar terlihat menarik baik dari segi gerak, kostum, maupun suasana.

23 13 BAB III PROSES KREATIVITAS Proses kreativitas adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan sumbersumber yang ada dalam diri pencipta dan tidak dapat dilakukan dengan tergesa-gesa. 7 Dalam berkreativitas, penata memerlukan proses yang cukup panjang untuk mewujudkan hasil kreativitas. Saat proses ini dimulai, diperlukan adanya curahan waktu, tenaga, dan pikiran yang memang benar-benar diorientasikan serta difokuskan pada apa yang ingin dilakukan dan diwujudkan hingga akhirnya dapat memperoleh hasil yang maksimal. Ketika berproses, berimajinasi juga penting dilakukan karena dengan berimajinasi penata dapat mengolah apa yang ada dalam pikiran untuk dikembangkan bahkan menemukan ide-ide baru dan pikiran-pikiran kreatif lainnya yang sesuai untuk mencipta sebuah karya tari. Penata memiliki kebebasan sepenuhnya dalam berimajinasi hingga menetapkan ide berdasarkan kreativitas yang dimiliki. Dasar kreativitas adalah keberanian. 8 Tanpa adanya keberanian yang disertai dengan pengetahuan, karya yang dibuat tidak dapat terwujud, bahkan tidak diketahui serta dimengerti apa yang ada dibalik karya yang dibuat karena tidak adanya pengetahuan. Terkadang apa yang dilakukan tidak dapat berjalan sebagaimana yang diinginkan karena pasti ada tantangan dan halangan yang harus dialami, namun inilah 7 I Wayan Dibia, op.cit. p Soedarsono, 1986, Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari (terjemahan dari Dances Composition, the Basic Elements oleh La Meri), Yogyakarta: Lagaligo, p

24 14 sebuah proses yang dijalani karena tidaklah mudah untuk mewujudkan sebuah karya seni. Untuk mewujudkan hasil ciptaan, kita mempunyai ruang kebebasan sendiri dalam penciptaan dan proses tersebut tentunya sesuai dengan apa yang kita alami. Secara teori, proses penggarapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna mengacu pada proses penciptaan menurut Alma M. Hawkins, yang terdiri dari tiga langkah, meliputi eksplorasi (penjajagan), improvisasi (percobaan), dan forming (pembentukan) Tahap Eksplorasi (Penjajagan) Tahap eksplorasi merupakan tahap awal dalam proses penciptaan. Dalam tahap ini, koreografer melakukan segala kemungkinan melalui pencarian dan penjajagan secara terus-menerus hingga koreografer itu sendiri merasakan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan apa yang dicari dan diinginkan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, antara lain mencari dan menentukan ide, tema, judul, maupun konsep ciptaan melalui proses berpikir, berimajinasi, merenungkan, merasakan, menanggapi, serta menafsirkan. Dalam menunjang garapan ini, diperlukan juga adanya pencarian sumber-sumber melalui studi kepustakaan dengan mencari literatur-literatur yang terkait dengan garapan, informan, maupun studi dokumentasi dengan menonton seni pertunjukan melalui video, seperti video garapan Ujian Tugas Akhir yang telah dipertunjukkan pada tahun-tahun sebelumnya. 9 Y. Sumandiyo Hadi, 1990, Mencipta Lewat Tari (terjemahan buku Creating Through Dance oleh Alma M. Hawkins), Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta, p. 36.

25 15 Tahap ini sudah dilakukan sejak perkuliahan Koreografi VI pada semester VII, karena pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut untuk dapat menciptakan sebuah karya seni. Sebelumnya penata memang telah memiliki bayangan untuk menggarap tari kreasi Palegongan, namun tentunya dibutuhkan adanya keyakinan, dan pemikiran dalam memantapkan ide berdasarkan kemampuan serta kemauan yang penata miliki sebagai dasar pijakan dalam penggarapan. Tahapan selanjutnya setelah proses awal pencarian ide adalah dilakukan pencarian cerita yang akan digunakan sebagai ide pokok (subject mater) di dalam penggarapan. Penata melakukan wawancara dengan seorang seniman tari, yaitu I Wayan Juana Adi Saputra, SSn. Berdasarkan wawancara tersebut, penata diarahkan untuk mencari cerita yang tentunya belum pernah digunakan dalam seni tari dengan tujuan mengadakan pengembangan dari segi cerita yang sudah pernah ada sebelumnya. 10 Akhirnya penata memilih mengangkat wujud dan karakter bunga ratna dalam tari kreasi Palegongan yang digarap, tanpa menggunakan unsur cerita di dalamnya atau bersifat abstrak. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa, wujud dan karakter bunga ratna belum pernah direalisasikan ke dalam bentuk seni pertunjukan khususnya seni tari, sehingga besar keinginan penata untuk dapat mentransformasikan wujud dan karakter bunga ratna ke dalam bentuk tari kreasi Palegongan. Tentunya dalam hal ini, penata harus benar-benar mematangkan ide untuk menuju tahap selanjutnya. 10 Wawancara dengan I Wayan Juana Adi Saputra di rumah kediaman beliau, Jalan Kasuari Gg. IIIA No. 4, Br. Semaga, Penatih, Denpasar, pada tanggal 26 Oktober 2009 pukul WITA.

26 16 Tahap berikutnya adalah penata tentunya harus memiliki pemahaman dan wawasan mengenai aspek-aspek yang terdapat dalam tari Legong dan mulai memikirkan unsur koreografi yang menunjang karya seni tari yang akan digarap. Pemahaman dan wawasan ini penata dapatkan dari sumber berupa buku-buku atau literatur yang terkait dengan tari Legong dan karya tari yang digarap, dokumentasi mengenai tari kreasi Palegongan yang sebelumnya telah ditampilkan pada ujian Tugas Akhir di Institut Seni Indonesia Denpasar, dan juga melakukan wawancara baik dengan penata tari yang sudah pernah menggarap tari kreasi Palegongan, yaitu Ni Made Ayu Artini serta seniman tari yang telah memiliki pengalaman-pengalaman di bidang tari, seperti Bapak I Wayan Juana Adi Saputra dan Ibu Tjok Istri Putra Padmini. Penata melakukan pemilihan pendukung tari yang tepat dan berkualitas pada tahapan ini melalui pendekatan terhadap teman-teman yang bergelut dalam bidang tari. Penari yang dibutuhkan untuk mendukung garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah 7 orang penari putri. Pemilihannya tentu disesuaikan dengan postur tubuh, kemampuan berolah gerak dengan teknik tari cukup baik, serta memiliki tanggung jawab sehingga siap dan bersedia mendukung lancarnya proses penggarapan karya tari yang akan diwujudkan. Dalam tahap penjajagan dilakukan pula pemilihan penata iringan untuk menggarap dan membantu terwujudnya iringan garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. Penata kemudian menetapkan Dewa Alit sebagai penata iringan. Berdasarkan ide dan konsep yang penata sampaikan kepada penata iringan, maka dipilihlah gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu untuk mengiringi tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. Pemilihan gamelan didasarkan

27 17 atas pertimbangan bahwa gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu memiliki tujuh macam tangga nada (patet) yang tidak ada pada gamelan saih lima atau lima nada, sehingga suasana yang diinginkan dalam garapan dapat diwujudkan melalui iringan ini. Sebagai pendukung karawitan, dipilihlah penabuh dari Sekaa Gong Nataraja, Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud. Latihan tari dipusatkan di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, sedangkan latihan iringan tari dipusatkan di Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud. Hal-hal lain yang perlu dipersiapkan dalam tahap penjajagan, yaitu gerak, kostum, dan penentuan jadwal latihan. Di samping persiapan terkait dengan garapan dan persiapan mental, persiapan secara niskala juga perlu dilakukan yaitu upacara di Bali yang biasa disebut nuasen, dengan mencari hari baik menurut kepercayaan orang Bali agar mendapatkan keselamatan, taksu, dan kekuatan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Nuasen dilakukan pada hari Sabtu tanggal 20 Maret 2010 di Pura Padmasana Ardhanareswari ISI Denpasar dan di Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud.

28 18 Tabel 1 Tahap Penjajagan (Eksplorasi) Bulan November tahun 2009 sampai dengan Januari tahun 2010 Periode Waktu per Minggu Minggu II (November) Minggu III (November) Minggu IV (November) Minggu I (Desember) Minggu II (Desember) Kegiatan Memikirkan dan mencari ide untuk membuat sebuah karya tari dalam mata kuliah Koreografi VI serta sekaligus ditujukan sebagai karya Tugas Akhir (TA). Dalam usaha terus melakukan pencarian ide, penata kembali meyakinkan diri dengan melihat potensi dan kemampuan yang penata miliki dalam diri. Mencari cerita yang akan diangkat dalam garapan ini. Melakukan diskusi dengan I Wayan Juana Adi Saputra, SSn, seorang seniman tari sekaligus dosen di IKIP PGRI Denpasar mengenai cerita yang akan digarap. Melakukan bimbingan dan diskusi dengan dosen mata kuliah Koreografi VI mengenai ide garapan. Hasil yang dicapai Berdasarkan inspirasi yang penata dapatkan, penata menemukan ide sesuai keinginan, kapasitas diri dan pengalaman yang penata miliki selama menjadi penari Legong untuk menggarap tari kreasi Palegongan. Menemukan beberapa cerita yang harus dipertimbangkan, dan diseleksi. Diarahkan untuk mencari cerita berdasarkan inspirasi penata, namun agar dapat berbeda dari yang sudah ada. Penata akhirnya memilih menggarap tari kreasi Palegongan dengan mengangkat wujud dan karakter bunga ratna. Wujud dan karakter bunga ratna sebagai ide yang digarap dalam tari kreasi Palegongan, tanpa memuat unsur cerita di dalamnya atau abstrak.

29 19 Periode Waktu per Minggu Minggu III (Desember) Minggu IV (Desember) Kegiatan Memantapkan ide garapan dan mencari beberapa referensi yang mendukung ide garapan. Menentukan bagian wujud dan karakter yang diambil dalam bunga ratna agar garapan yang dibuat dapat terfokus. Menetapkan alur dan struktur garapan agar sesuai dengan ide garapan. Memikirkan dan mencari elemen pendukung terkait dengan garapan yang akan dibuat, seperti pendukung tari, pendukung karawitan, penata iringan, dan iringan yang akan digunakan. Melakukan diskusi dengan penata iringan mengenai ide dan konsep garapan, pendukung karawitan, serta iringan yang digunakan. Hasil yang dicapai Menemukan buku yang mendukung ide yang akan diwujudkan dalam garapan. Ditetapkan bagian wujud dan karakter bunga ratna, yaitu bentuk bunga ratna yang kecil dapat tumbuh subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu, serta memiliki karakter agung, sederhana, dan indah. Menetapkan struktur garapan yang akan digunakan yaitu pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, pengetog, dan pekaad. Menemukan pendukung tari yang sesuai dengan keinginan penata, dan penata iringan yang didapat setelah melakukan diskusi dengan beberapa teman jurusan karawitan, yaitu Dewa Alit. Menetapkan pendukung karawitan dari Sekaa Gong Nataraja, Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud, dan iringan yang digunakan adalah gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu sebagai gamelan yang mengiringi tari kreasi Palegongan ini.

30 20 Periode Waktu per Minggu Minggu I (Januari) Kegiatan Memberikan rancangan alur dan struktur garapan kepada penata iringan. Melakukan upacara nuasen di Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud. Mulai melakukan latihan iringan pada bagian pengawit yang dipusatkan di Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud. Hasil yang dicapai Terbentuk bagian pengawit. 3.2 Tahap Improvisasi (Percobaan) Tahap improvisasi merupakan tahap kedua dalam proses penciptaan. Pada tahap improvisasi, yang dilakukan adalah mencoba mencari gerak spontanitas dengan kebebasan untuk mendapatkan motif-motif gerak baru agar dapat ditemukan gerakangerakan yang sesuai serta dapat menjadi ciri khas gerak dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. Semakin banyak penata bergerak dengan bebas, maka semakin banyak motif gerakan yang didapatkan walaupun gerakan tersebut belum disusun sedemikian rupa. Penata juga selalu mencoba melihat, dan membayangkan setangkai bunga ratna untuk dapat dihayati serta dirasakan agar dapat mentransformasikannya dalam gerak tari. Gerakan-gerakan ini dirangkai menjadi jalinan gerak yang sebelumnya telah diseleksi dan dipertimbangkan terlebih dahulu. Dalam hal ini, penata menemukan integritas, dan kesatuan dalam berbagai percobaan, namun juga harus tetap mempertahankan identitas maupun karakter garapan itu sendiri. Rangkaian gerak

31 21 kemudian disesuaikan dengan musik iringan yang telah digarap, karena seperti yang diketahui tari Legong mengandung arti gerakan yang sangat diikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. 11 Pada proses ini, gerakan dicoba agar dapat menyatu dengan musik iringan walaupun terkadang ada gerakan yang tidak dapat disesuaikan dengan iringan. Bagi penata sendiri, iringan sering digunakan sebagai perangsang munculnya gerak, dan memberikan inspirasi terbentuknya jalinan kesatuan antara gerakan dengan musik pengiringnya. Penata sendiri menyempatkan untuk selalu hadir pada setiap kegiatan latihan karawitan, sehingga penata dapat lebih memahami dan merasakan musik iringan dengan baik, serta dapat berkonsultasi dengan penata iringan mengenai kesesuaian antara ide garapan, gerakan yang ingin dituangkan maupun musik pengiringnya. Hal ini dilakukan agar antara proses penggarapan tari maupun iringan tari dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Terkadang motif gerakan yang didapatkan dalam penggarapan terlalu mengikuti alunan dan tempo musik iringan, namun sesungguhnya setiap tempo tidak harus selalu diberi gerakan agar garapan tidak terkesan padat dengan gerak, sehingga ide garapan tidak terlihat rancu atau tidak jelas. Melalui masukan yang didapat, penata mencoba untuk mengurangi dan menyederhanakan gerakan yang sebelumnya telah didapatkan dengan menyeleksi gerakan sesuai dengan kebutuhan garapan. Kegagalan dalam menyesuaikan gerak pernah penata alami, seperti gerakan obah bahu pada bagian pengawak. Pada awalnya jalinan gerak baru yang penata 11 I Wayan Dibia, 1999, Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia dan arti.line, p. 37.

32 22 dapatkan sudah sesuai dengan tempo iringan, bahkan gerakan ini disukai dan mudah ditangkap oleh pendukung tari, namun setelah penata melihat gerakan obah bahu saat pendukung tari membawakan bagian pengawak, penata dapat merasakan bahwa gerakan obah bahu ini terlalu mengikuti tempo musik. Proses perubahan gerakan pengawak penata lakukan sedikit demi sedikit dengan selalu mendengarkan iringannya. Kemudian penata akhirnya menemukan gerakan yang lebih sesuai dan cocok pada bagian pengawak. Bimbingan-bimbingan juga perlu dilakukan dalam proses penggarapan agar mendapat saran-saran untuk kesempurnaan garapan tari yang diwujudkan, dan sudah dimulai sejak mendapatkan mata kuliah Koreografi VI di semester VII. Tabel 2 Tahap Percobaan (Improvisasi) Bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2010 Periode Waktu per Minggu Minggu II (Januari) Minggu III (Januari) Kegiatan Mencoba bergerak dengan bebas dan spontanitas sesuai keinginan. Mencari dan mencoba menyesuaikan gerak dengan tema, konsep serta ide garapan. Latihan iringan tari untuk dilanjutkan pada bagian pepeson dan pengawak. Mencoba menyesuaikan gerakan yang telah disusun dengan musik iringan pada bagian pengawit. Hasil yang dicapai Mendapatkan beberapa gerakan baru. Memperoleh gerakan yang sesuai untuk digunakan pada bagian pengawit. Terbentuknya bagian pengawit dari garapan tari kreasi Palegongan ini.

33 23 Periode Waktu per Minggu Minggu IV (Januari) Minggu I (Februari) Minggu II (Februari) Minggu III (Februari) Minggu IV (Februari) Minggu I (Maret) Kegiatan Kembali dilakukan latihan iringan tari untuk memantapkan bagian pepeson dan pengawak. Mencoba untuk selalu mendengarkan iringan pada bagian pepeson dan pengawak. Mencari dan menyesuaikan gerakan-gerakan yang akan digunakan pada bagian pepeson dan pengawak. Ujian Proposal Kembali mencari gerakan yang akan digunakan pada bagian pengawak. Mendengarkan kembali iringan tari yang sudah rampung agar dapat lebih menghayati dan merasakan nafas yang ada dalam gending tersebut. Melakukan latihan iringan tari untuk melanjutkan bagian pengecet, dan pengetog. Mendengarkan iringan tari pada bagian pengecet dan pengetog. Mencoba mencari gerakan yang akan digunakan pada bagian pengecet dan pengetog. Kembali melanjutkan latihan iringan untuk menambah bagian pekaad. Memantapkan kembali iringan tari dari pengawit hingga pekaad Hasil yang dicapai Terbentuknya iringan tari pada bagian pepeson dan bagian pengawak. Bagian pepeson terbentuk. Terbentuknya bagian pengawak dari garapan tari ini. Mendapatkan perbaikan pola gerak yang disesuaikan dengan angsel dan nafas gending. Terbentuk iringan tari pada bagian pengecet, dan pengetog. Terbentuk bagian pengecet dan pengetog dari garapan tari ini walaupun belum halus. Terbentuknya iringan tari pada bagian pekaad. Secara umum iringan tari kreasi Palegongan ini telah terbentuk.

34 24 Periode Waktu per Minggu Kegiatan Mendengarkan iringan tari dan mencari-cari gerak yang akan digunakan pada bagian pekaad Hasil yang dicapai Bagian pekaad dari garapan tari ini telah terbentuk. 3.3 Tahap Forming (Pembentukan) Tahap akhir dari proses kreativitas adalah forming. Pada tahap forming, dilakukan penentuan bentuk ciptaan dengan menggabungkan apa yang didapat pada tahap percobaan yang telah dilakukan sebelumnya. Penata juga harus memikirkan kesesuaian bentuk tari yang digarap dengan hal-hal mendasar yang ada dalam tarian, seperti gerak, ekspresi, irama, ruang, dan waktu. Tahap proses pembentukan dilakukan secara bertahap. Penata pada awalnya memberikan pemahaman mengenai ide, dan konsep dari garapan tari kreasi Palegongan kepada pendukung tari agar mereka mengetahui garapan tari yang didukung, sehingga mereka dapat merasakan setiap suasana dan penjiwaan dalam garapan. Pada tahap pembentukan, juga dilakukan percobaan terhadap kostum, dan penentuan kecocokan kostum dengan warnanya agar dapat diketahui terganggu atau tidaknya gerakan saat menari, serta mengetahui kesesuaian efek dari tata lampu terhadap warna kostum tersebut. Setelah garapan tari kreasi Palegongan ini terbentuk, latihan dilakukan secara lebih rutin dengan melakukan pemantapan pada setiap gerakan, penyatuan rasa gerak dan ekspresi dari dalam dengan musik pengiring pada setiap adegan, serta mencari kekompakan, sehingga dapat terwujud garapan yang

35 25 benar-benar utuh. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna sebelumnya telah sempat dipertunjukkan saat ngayah di Pura Dalem Agung Padang Tegal Ubud. Melalui rekaman yang diambil pada saat ngayah, penata secara terus-menerus mencoba mempelajari dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada garapan. Tahapan finishing juga dilakukan setelah tahap pembentukan untuk mengakhiri proses kreativitas dengan lebih menghaluskan, dan menghayati garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna sehingga dapat diperoleh kepuasan tersendiri bagi penatanya. Tabel 3 Tahap Forming (Pembentukan) Bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2010 Periode Waktu per Minggu Minggu II (Maret) Minggu III (Maret) Kegiatan Melakukan upacara nuasen di Pura Padmasana Ardhanareswari ISI Denpasar. Mengumpulkan pendukung tari serta memberikan pemahaman mengenai ide dan konsep garapan. Melakukan latihan awal dengan pendukung tari dan penuangan gerak pada bagian pengawit serta pepeson. Latihan ditiadakan karena terbentur hari raya Nyepi. Hasil yang dicapai Pendukung tari dapat mengetahui ide dan konsep garapan yang mereka bawakan. Terbentuk bagian pengawit dan pepeson dari garapan tari ini.

36 26 Periode Waktu per Minggu Minggu IV (Maret) Minggu I (April) Minggu II (April) Minggu III (April) Kegiatan Melakukan latihan untuk memantapkan bagian pengawit, pepeson dan penuangan gerak dan pola lantai pada bagian pengawak disertai dengan iringannya. Kembali melakukan penuangan gerak dan pola lantai pada bagian pengawak. Melakukan latihan untuk memantapkan bagian pengawit, pepeson, dan pengawak disertai pola lantai serta iringannya. Latihan dilanjutkan untuk penuangan gerak dan pola lantai pada bagian pengecet dengan iringannya. Melakukan latihan untuk memantapkan bagian pengawit sampai dengan pengecet. Latihan dilanjutkan untuk penuangan gerak dan pola lantai pada bagian pengetog, dan pekaad disertai dengan iringannya. Mengadakan latihan untuk memantapkan seluruh bagian garapan. Melakukan latihan untuk memantapkan dan mengingat perubahan gerak yang sebelumnya. Hasil yang dicapai Bagian pengawit dan pepeson telah dikuasai. Bagian pengawak telah dikuasai dengan baik. Pendukung tari sudah menguasai bagian pengawit sampai dengan pengawak. Bagian pengecet sudah dapat dikuasai. Bagian pengawit sampai dengan pengecet sudah dikuasai dengan baik oleh pendukung tari. Garapan tari kreasi Palegongan ini telah terbentuk. Beberapa gerakan ada yang dirubah dan ada yang disederhanakan (motif gerakannya dikurangi) agar lebih sesuai dengan angsel gending. Garapan tari kreasi Palegongan sudah terbentuk dan dikuasai dengan baik.

37 27 Periode Waktu per Minggu Minggu IV (April) Minggu I (Mei) Minggu II (Mei) Minggu III (Mei) Mei 2010 Minggu IV (Mei) Mei 2010 Kegiatan Mengadakan latihan untuk memantapkan gerakan, pola lantai, dan kesesuaian gerak dengan iringan tari. Mengadakan latihan lebih padat untuk lebih memantapkan yang disertai dengan penguasaan ekspresi pada setiap gerakan yang dibawakan. Mengadakan latihan gabungan antara penari dengan iringan tari. Latihan dengan percobaan kostum yang akan digunakan. Tahap finishing Latihan ditiadakan karena berbenturan dengan hari raya Galungan dan Kuningan, namun jika ada sela-sela waktu dilakukan latihan untuk pemantapan. Gladi bersih Ujian Tugas Akhir Hasil yang dicapai Pendukung tari telah menguasai seluruh bagian garapan. Kekompakan dan penjiwaan mulai terbentuk dan disesuaikan. Garapan sudah terwujud secara utuh dengan menyesuaikan rasa antara penari dan iringan tari. Diketahui terganggu atau tidaknya gerakan saat menggunakan kostum. Tabel-tabel yang digambarkan di atas merupakan kegiatan yang dilaksanakan selama proses kreativitas berlangsung dan dilakukan selama 7 bulan dari bulan November tahun 2009 hingga bulan Mei tahun Hal ini membuktikan

38 28 bahwa sebuah karya tidak dapat dihasilkan dengan mudah, karena diperlukan suatu proses yang cukup lama untuk mewujudkan apa yang diharapkan. Selama proses kreativitas berlangsung, ada hambatan dan halangan yang didapatkan karena terkadang apa yang diharapkan tidak selalu berjalan sebagaimana yang diinginkan. Hambatan tersebut antara lain pendukung tari yang sempat diganti, karena tiba-tiba berhalangan mendukung, namun penata akhirnya mendapat pengganti yang siap mendukung garapan ini, dan sulitnya mengatur waktu karena setiap pendukung memiliki jadwal kegiatan yang berbeda-beda. Penata selalu mencoba mengatur jadwal latihan sesuai kesepakatan. Perbaikan selalu didapatkan selama proses tersebut berlangsung melalui bimbingan-bimbingan yang terus dilakukan dengan dosen pembimbing. Hasil dari proses perbaikan dan bimbingan inilah yang digunakan untuk menyempurnakan dan sangat bermanfaat bagi penggarapan tari kreasi Palegongan ini agar keutuhan garapan dapat diwujudkan.

39 29

40 30 BAB IV WUJUD GARAPAN Wujud merupakan salah satu bagian dari tiga elemen karya seni (wujud, isi/bobot, dan penampilan), serta menjadi elemen dasar yang terkandung dalam karya seni. Wujud adalah sesuatu yang dapat secara nyata dipersepsikan melalui mata atau telinga atau secara abstrak yang dapat dibayangkan atau dikhayalkan Deskripsi Garapan Kembang Ratna merupakan sebuah garapan tari kreasi Palegongan yang tidak menggunakan pakem-pakem tari Legong, namun terinspirasi pada gerakangerakan luwes dari Legong klasik, dan dikembangkan sesuai kebutuhan garapan. Garapan Kembang Ratna tidak memuat dan mengangkat unsur cerita di dalamnya, tetapi menampilkan wujud serta karakter bunga ratna. Seperti yang diketahui, karakter dari bunga ratna, yaitu agung, sederhana, dan indah. Sedangkan wujud bunga ratna, yaitu bunga ratna memiliki bentuk yang kecil, namun dapat hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Ide garapan terinspirasi saat penata melihat setangkai bunga ratna yang dipasangkan di setiap bangunan suci (pelinggih) pada waktu diselenggarakannya upacara keagamaan. 12 A. A. M. Djelantik, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI), p

41 31 Adapun tema yang diangkat dalam garapan Kembang Ratna adalah perputaran hidup. Perputaran hidup yang dimaksud adalah perputaran hidup dari bunga ratna itu sendiri, karena bunga ratna tidak hanya selalu dalam keadaan segar namun juga dapat layu dan rapuh. Demikianlah bunga ratna yang melalui suatu proses yang terus berputar, tumbuh dari bibitnya, hidup subur di antara tumbuhan lainnya, memiliki karakter agung karena digunakan sebagai sarana upacara, sederhana karena memiliki bentuk kecil, dan indah. Bunga ratna dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu, namun setelah layu dan rapuhnya bunga ratna tersebut akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara, bunga ratna dapat tumbuh kembali dari bijinya yang berserakan menjadi bunga ratna baru. Tema inilah yang harus disesuaikan dengan struktur garapannya agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh. Struktur garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna terdiri dari pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, pengetog, dan pekaad. Gerakan-gerakan yang dipergunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah pengembangan dari gerak-gerak tari Legong, seperti agem, dan angsel gerak serta muncul berdasarkan inspirasi penata sendiri. Tentunya dalam hal ini, penata menginginkan motif gerakan yang dipergunakan dalam garapan dapat berbeda dari gerak-gerak Legong yang telah ada sebelumnya. Kembang Ratna ditarikan dalam bentuk tari kelompok oleh 7 (tujuh) orang penari putri dengan alasan penempatan penari dapat memberi kesan dinamis, kontras, asimetris, pola lantai dapat lebih bervariasi, postur tubuh penata dan pendukung yang agak kecil memungkinkan menggunakan 7 orang penari agar panggung tidak terlalu banyak kosong, serta dapat berbeda dari segi jumlah penari dengan penampilan tari

42 32 kreasi Palegongan lainnya yang dipertunjukkan dalam menempuh Ujian Tugas Akhir pada tahun ini. Pesan yang ingin disampaikan penata melalui garapan tari Kembang Ratna terkait dengan tema yang diangkat adalah dalam kehidupan, makhluk hidup semua sama di hadapan Tuhan karena semua diciptakan dan melalui proses yang sama yaitu lahir, hidup, dan mati. Begitulah seterusnya dan selalu berulang-ulang, demikian pula halnya dengan bunga ratna. Durasi waktu yang digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah kurang lebih 12 menit, yang disajikan di panggung prosenium Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Berdasarkan durasi waktu yang digunakan, diharapkan garapan ini dapat tampil secara utuh, adanya suatu komunikasi, dan dapat dinikmati penontonnya. Konsep kostum yang digunakan dalam garapan ini adalah konsep minimalis dengan tujuan agar kostum nantinya tidak mengganggu ruang gerak penari. Kostum garapan ini menggunakan ciri kostum Palegongan yang telah ada, seperti penggunaan lamak, bancangan, dan sesimping, namun ada beberapa bagian yang diberi inovasi, seperti motif serta warna gelungan, kain, sesimping, ampok-ampok, dan lamak, agar dapat menampilkan nuansa baru. Demikian halnya dengan tata rias dalam garapan Kembang Ratna yang menggunakan tata rias panggung putri halus. Warna kostum yang dominan digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah warna ungu, dan putih susu. Penggunaan warna ini didasarkan atas dua macam warna bunga ratna asli, yaitu bunga ratna berwarna ungu, dan bunga ratna berwarna

43 33 putih. Selain itu, properti yang digunakan yaitu kipas, yang telah menjadi ciri khas tari Palegongan dan nantinya akan mendukung ekspresi gerak yang dibawakan. Iringan yang digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu. Pemilihan gamelan berdasarkan pertimbangan bahwa gamelan Semar Pegulingan memiliki kekayaan patet dengan 7 nada yang dimiliki, mampu mendukung setiap suasana yang ingin disampaikan, dan gamelan ini identik dengan tari Legong. Penata iringan tari garapan Kembang Ratna adalah Dewa Alit, dengan pendukung karawitan adalah Sekaa Gong Nataraja, Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud. Pola iringannya disesuaikan dengan struktur tari kreasi Palegongan yang digarap, dan jenis gending yang digunakan juga inovatif, sehingga antara bentuk tari dan gending terdapat adanya jalinan kesatuan yang utuh. 4.2 Analisa Pola Struktur Struktur dari suatu karya seni menyangkut keseluruhan, meliputi peranan masing-masing bagian untuk dapat dicapainya sebuah bentuk garapan. Secara struktural, garapan tari Kembang Ratna dibagi menjadi 6 (enam) bagian, yang terdiri dari pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, pengetog, dan pekaad. Pembagian garapan ini dimaksudkan untuk mempermudah penggarapan, memperkuat alur, penghayatan garapan, sehingga penikmat mengerti pesan yang ingin disampaikan melalui garapan ini, serta diharapkan bagian-bagian garapan dapat menyatu dan saling berhubungan (koheren) antara satu dengan yang lain. Struktur garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dapat diuraikan sebagai berikut :

44 34 Pengawit : Menggambarkan bunga ratna tumbuh dari bibitnya dan hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya. Suasana yang ditampilkan pada bagian ini adalah suasana tenang. Gerakan yang dilakukan pada bagian pengawit adalah sebagai berikut : a. Gerakan kompak (2 orang) : ngelo, agem kanan mentang kiri, nyeregseg putar kiri (tukar posisi), staccato (gerakan patah-patah) pada badan, staccato (gerakan patah-patah) pada tangan, ngelo, agem seklo, ngoyod. b. Gerakan kompak (2 orang) : agem ratna kanan, ngambil lamak, ileg-ileg, nyeregseg putar kiri, nabdab pala, ileg-ileg. c. Gerakan kompak (3 orang) : mentang kedua tangan ke atas, agem, putar kiri, agem, nampes tangan ke atas. d. Gerakan kompak : agem kanan kipas ngekes mentang kiri, staccato (gerakan patah-patah) pada badan, kepala, dan tangan, mentang kedua tangan ke bawah, agem kiri ngelung atas, tangan kanan mentang kipas ngepel, nyeregseg kipas ngeliput, agem kanan ngepel mentang kiri, jalan ngegol, nyegut, mentang kedua tangan ke bawah, nyeregseg. Pepeson : Menggambarkan keagungan dari bunga ratna. Suasana yang ditampilkan pada bagian ini adalah suasana agung. Gerakan yang dilakukan pada bagian pepeson adalah sebagai berikut : a. Agem ratna kanan (posisi kaki seperti agem kanan pada umumnya, posisi tangan kiri ngelung ke atas sejajar dengan kepala, posisi tangan kanan mahpah biu dengan kipas menghadap atas), nyeledet kanan, ngeseh, mentang

45 35 pojok kanan atas, agem ngelung atas kipas ngekes, nyeledet kanan 2x, ngelo, hempas tangan mengalun ke atas, nabdab gelung kiri dengan kipas ngiluk, agem mentang bawah, ngeseh, maju kaki ngagem (bergantian), ngotag leher, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, agem kipas ngekes (bergantian menghadap depan), staccato (gerakan patah-patah) pada tangan, badan, kepala, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, nyeregseg putar kiri, ngembang tangan, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, ngumbang. b. Agem ngiluk, ngumbang, mentang kedua tangan ke bawah, nyeregseg putar ke kanan di tempat, agem kipas ngepel ngambil lamak, tanjek kiri, tanjek kanan, ileg-ileg. c. Agem kanan kipas ngepel mentang kiri, nyeregseg, mentang kedua tangan ke bawah, ngotag leher, agem kipas ngekes, ngelier, ngeseh, nyeledet, staccato (gerakan patah-patah) pada badan dan kepala, sogok kanan, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, nyegut, nyeregseg. Pengawak : Menggambarkan kesederhanaan bunga ratna. Suasana yang ditampilkan pada bagian ini adalah suasana tenang. Gerakan yang dilakukan pada bagian pengawak adalah sebagai berikut : a. Gerakan kompak : Agem ratna kanan, ngelier, nyeledet 2x, tutup kipas, ngelier, nyeledet, ngengsog, buka kipas (bergantian), agem kiri mentang kanan, ngelo, ambil lamak, agem ratna kiri (posisi kaki seperti agem kiri pada umumnya, posisi tangan kanan sejajar kepala dengan kipas ngepel, posisi

46 36 tangan kiri mahpah biu), nyeledet, nyegut, mentang kedua tangan ke bawah, nusuk kipas, agem mentang tangan pojok bawah. b. Ngotag leher, agem ngekes, putar kiri, ngembat kanan, ngotag leher, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, agem ngelung atas mentang kanan (motif 1). Ngotag leher sambil merendah, mentang kedua tangan ke bawah, staccato (gerakan patah-patah) pada badan dan pinggul, maju agem seklo (motif 2). c. Gerakan kompak : Nampes tangan ke atas, nyeregseg memegang lamak, agem ngelung atas mentang kanan. Pengecet : Menggambarkan keindahan bunga ratna. Suasana yang ditampilkan pada bagian ini adalah suasana gembira. Gerakan yang dilakukan pada bagian pengecet adalah sebagai berikut : a. Gerakan kompak : staccato (gerakan patah-patah) pada tangan, ngelier kiri, agem ngelung atas mentang kanan pojok, rentang tangan, agem ngelung atas mentang kanan, ngotag leher, agem kipas ngekes, nyegut, nyeledet, ngotag leher sambil putar kanan, agem, ngeseh. b. Angsel, agem ngelung atas mentang kanan, agem ngelung atas mentang kanan pojok, agem kiri, nyeledet kiri, agem ngelung atas mentang kanan pojok (bergantian), agem kipas ngepel, ngotag leher, ngumbang, angsel, agem ngelung atas mentang kanan, ambil lamak, ngengsog (bergantian), ngotag leher, angsel, tutup kipas, ngotag leher, agem, kipek kiri tengah kanan, buka kipas, agem ngelung atas mentang kanan, kipas ngeliput, hempas tangan mengalun ke atas, ngeseh, angsel, agem seklo, nyeregseg, agem ratna kanan,

47 37 ngelo, agem ngambil lamak, agem kipas ngepel, nyeregseg, agem kipas ngepel. c. Gerakan bergantian : matimpuh, silang tangan, mentang kedua tangan ke atas (motif 1), mentang kedua tangan ke atas, agem kipas ngepel, ngelayak (motif 2), agem kipas ngiluk, ngotag leher, angsel, ngelo (motif 3). d. Agem mentang kanan, staccato (gerakan patah-patah) pada badan, tangan, kepala, agem ngelung atas mentang kanan pojok. Pengetog : Menggambarkan kelayuan dan kerapuhan bunga ratna akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara. Suasana yang ditampilkan pada bagian ini adalah suasana sedih (sayu). Gerakan yang dilakukan pada bagian pengetog adalah sebagai berikut : a. Gerakan kompak (layu) : ngangget, agem seklo, agem kipas ngepel, kenser berputar ke kanan diikuti kipas naik turun, matimpuh, liukan badan, agem mentang tangan bawah. b. Gerakan rapuh : gerakan bergantian, bangun silih berganti (gerakan rapuh) dengan kipas ditutup. Pekaad : Menggambarkan bunga ratna tumbuh kembali dari biji bunga ratna yang berserakan menjadi bunga ratna baru. Suasana yang ditampilkan dalam garapan ini adalah suasana gembira. Gerakan yang dilakukan pada bagian pekaad adalah sebagai berikut :

48 38 a. Gerakan kompak : ngelo, kipas ngeliput sambil putar kiri di tempat, tangan bergantian naik turun, nyeregseg, angsel, ngangget, mentang kedua tangan lurus ke depan, hempas tangan mengalun ke atas, ngembang tangan (bergantian), tutup kipas, nyeledet 2x, ngegol ngembat tangan, nyeregseg, ngangget, hempas tangan mengalun ke atas, agem kipas ngiluk, nyeregseg, variasi kipas dan level. 4.3 Analisa Simbol Simbol merupakan media penting sebagai penghubung atau jalinan suatu komunikasi dalam sebuah garapan tari yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan maksud tertentu kepada penikmatnya. Simbol dapat menjadi tanda yang mampu mengungkapkan ide atau gagasan dalam tari. Melalui simbol gerak yang mampu menggambarkan varian dan karakter tari yang dibawakan maupun simbol warna kostum yang mampu memperlihatkan karakter tari dan isi garapan, masyarakat Bali khususnya penikmat seni maupun masyarakat yang masih awam dengan seni diharapkan mengerti, mampu memberikan gambaran, serta dapat menangkap apa yang ada dalam garapan tari yang ditampilkan. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna memiliki beberapa simbol dari segi gerak, warna kostum, warna lampu (lighting), dan warna layar pada stage prosenium gedung Natya Mandala. Adapun simbol gerak yang ada dalam garapan Kembang Ratna adalah gerakan bunga ratna tumbuh dari bibitnya, hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya ditandai dengan gerakan pelan yang dilakukan secara bergantian. Gerakan nabdab gelung yang memperlihatkan keagungan bunga

49 39 ratna dengan suasana agung ditandai dengan ekspresi wajah mata dibuka dan tersenyum. Gerakan agem ratna, ngembang tangan, hempas tangan mengalun ke atas, dan pose pada bagian pengecet yang memperlihatkan keindahan bunga ratna dengan suasana gembira ditandai dengan ekspresi gembira. Gerakan layu dan rapuhnya bunga ratna dengan suasana sedih (sayu) dapat dilihat dari gerakan ngeliput pelan sambil berputar, rebah badan dengan level rendah, dan ngiluk (pada ruang gerak agak tertutup) ditandai dengan ekspresi sedih, pandangan ke bawah atau mata diredupkan. Gerakan bunga ratna tumbuh kembali dapat dilihat dari gerakan ngeliput kipas dari bawah ke atas ditandai dengan ekspresi gembira. Simbol warna pada garapan tari Kembang Ratna, terdapat pada perpaduan warna kostum yang dipilih. Perpaduan warna yang digunakan adalah warna ungu, putih susu, dan hijau. Secara umum, warna ungu dan putih sebagai simbol dua macam warna asli dari bunga ratna, sedangkan hijau dapat dikatakan sebagai pemanis. Penggunaan warna-warna ini tentu disesuaikan dengan ide dalam garapan, disesuaikan dengan efek tata lampu dan agar kostum tari kreasi Palegongan Kembang Ratna terlihat sederhana. Garapan tari Kembang Ratna didukung juga dengan tata lampu (lighting) yang warna lampunya disesuaikan dengan suasana yang ingin ditampilkan. Warna netral (general light) memiliki simbol ketenangan dan kegembiraan. Warna biru redup digunakan sebagai simbol kesedihan. Penggunaan layar yang berbeda juga bertujuan memberikan simbol pada setiap suasana yang ditampilkan.

50 Analisa Materi Karya tari kreasi Palegongan Kembang Ratna memiliki elemen penting sebagai materi pokok yang patut dianalisa, yaitu gerak, karena dalam penampilannya gerak tersebut yang menjadi media ungkapnya sehingga mudah dicerna oleh penikmatnya. Perbendaharaan gerak pada tari kreasi Palegongan Kembang Ratna sudah terdapat pengembangan sesuai kebutuhan garapan sebagai hasil adanya rangsangan kreatif yang muncul dari dalam diri penata. Perbendaharaan gerak dalam garapan ini diharapkan dapat menjadi satu kesatuan yang utuh agar garapan dapat terlihat menarik. Adapun pengembangan gerak terdapat pada gerak murni, yaitu gerak tari yang mempunyai bentuk artistik dan tidak mengandung arti. Gerak murni dalam garapan ini dominan dapat dilihat pada bagian pengawit, pengawak, serta pekaad, seperti gerakan ngukel, ngotag, ngelo, dan miles. Sedangkan gerak maknawi, yang merupakan gerakan yang sudah diolah menjadi bentuk artistik dan mengandung arti, dominan dapat dilihat pada bagian pepeson, pengecet, dan pengetog. Beberapa motif gerak maknawi yang digunakan pada garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah sebagai berikut : Gerak yang menggambarkan keagungan bunga ratna a. Nabdab gelung : gerakan tangan seperti memperbaiki gelungan (posisi satu tangan menyentuh gelungan), yang didukung dengan ekspresi mata dibuka dan tersenyum (manis rengu) I Wayan Rai, et al, 1978/1979, Mengenal Beberapa Sikap atau Gerak dalam Tari Bali, Denpasar: Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus Jakarta Sub Proyek ASTI Denpasar, p. 10.

51 41 b. Agem ratna : sikap pokok yang digunakan pada garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna yaitu posisi kaki seperti agem kanan pada umumnya, posisi tangan kiri ngelung ke atas sejajar dengan kepala, posisi tangan kanan mahpah biu dengan kipas menghadap atas. Gerak yang menggambarkan keindahan bunga ratna a. Ngembang tangan : gerakan tangan yang diawali dengan posisi tangan ngiluk di depan dada, kemudian tangan diputar silih berganti diikuti dengan kaki melangkah ke depan. b. Hempas tangan mengalun ke atas : gerakan tangan yang diawali dengan posisi tangan di bahu kemudian dihempaskan ke atas. Gerak yang menggambarkan kelayuan dan kerapuhan bunga ratna a. Gerakan kenser sambil berputar ke kanan dengan posisi kipas ngiluk naik turun. b. Gerakan matimpuh, diikuti liukan badan dan agem mentang tangan bawah dengan ekspresi sedih. c. Gerakan bangun silih berganti dengan kipas ngeliput dan ngiluk (ruang gerak agak tertutup). Gerakan-gerakan di atas menunjukkan adanya pengembangan dari gerakgerak tari Legong yang telah ada, dan disesuaikan dengan kebutuhan garapan. Perbendaharaan gerak ini juga didukung dengan desain koreografi untuk dapat mewujudkan keutuhan dalam garapan.

52 Desain Koreografi Mewujudkan suatu garapan tari yang berkualitas, tidak hanya menggunakan dan memikirkan gerakan, namun juga perlu dipikirkan mengenai desain koreografi yang digunakan. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna termasuk dalam komposisi tari kelompok, dengan fondasi pokoknya yaitu desain lantai. 14 Adapun motif-motif desain yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah sebagai berikut : 1. Desain serempak (unison) Desain serempak atau unison merupakan desain yang mengutamakan kekompakan, kebersamaan atau keseragaman. Desain ini dipergunakan pada setiap bagian dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. 2. Desain bergantian (canon) Desain bergantian atau canon merupakan desain yang dilakukan secara bergantian antara penari satu dengan penari lain secara susul-menyusul. Desain ini ada pada setiap bagian dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. 3. Desain terpecah (broken) Desain terpecah atau broken merupakan desain yang memberikan kesan ketidakberaturan. Desain ini digunakan pada bagian pengecet. 14 Soedarsono, 1986, Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari (terjemahan dari Dances Composition, the Basic Elements oleh La Meri), Yogyakarta: Lagaligo, p. 113.

53 43 4. Desain berimbang (balanced) Desain yang membagi penari menjadi dua kelompok yang simetris, dengan motif dan daerah yang berimbang. Desain ini dilakukan pada bagian pengawak. 4.5 Analisa Estetis Keindahan merupakan sesuatu hal yang membuat seseorang menjadi senang, enak dipandang, dan menimbulkan rasa bahagia bagi penikmatnya. Penilaian terhadap keindahan tergantung bagaimana perkembangan pola pikir masyarakat yang menikmati karena masing-masing orang mempunyai cara pandang atau persepsi yang berbeda. Pada dasarnya, seseorang yang menikmati sebuah karya biasanya lebih mengutamakan nilai keindahan, sehingga penata harus dapat menampilkan unsurunsur keindahan. Adapun tiga unsur keindahan pada karya seni yang harus diperhatikan, yaitu wujud, bobot, dan penampilan. 15 Wujud dapat dilihat dari bentuk dan struktur, bobot dapat diamati melalui tiga aspek yaitu suasana, gagasan, dan pesan, sedangkan dalam penampilan ada tiga unsur yang berperan, yaitu bakat, keterampilan, dan sarana atau media Wujud Wujud adalah sesuatu hal yang dapat dilihat dan dapat didengar. Wujud dapat secara nyata dipersepsikan melalui mata dan telinga. Dalam hal ini wujud dapat dilihat dari bentuk dan struktur sebuah karya seni. 15 A. A. M. Djelantik, op.cit. p Ibid, p. 18.

54 44 Garapan Kembang Ratna berbentuk tari kreasi Palegongan, yang ditarikan secara berkelompok oleh 7 (tujuh) orang penari putri. Struktur garapannya terdiri dari 6 (enam) bagian, yaitu pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, pengetog, dan pekaad. Struktur garapan tentu disesuaikan dengan konsep garapannya sehingga antara bagian satu dengan lainnya saling berhubungan (koheren) Bobot Bobot dalam hal ini merupakan isi yang terkandung dalam karya seni. Bobot tidak hanya saja sekedar melihat, namun penikmat juga perlu mendapat sesuatu setelah menonton karya seni tersebut. Bobot terdiri dari tiga aspek, yaitu gagasan, suasana, dan pesan. Dalam karya seni, bobot sangat penting adanya agar karya seni yang dipertunjukkan memiliki nilai dan kualitas yang baik. Karya seni berbobot tentu harus memperhatikan bagaimana penyampaiannya kepada penikmat, sehingga antara karya seni dengan penikmat terdapat adanya jalinan komunikasi. Gagasan dalam hal ini sama halnya dengan ide. Gagasan menyangkut hasil pemikiran dan inspirasi yang didapat oleh penatanya. Gagasan atau ide garapan tari Kembang Ratna adalah membuat sebuah garapan tari kreasi Palegongan yang terinspirasi pada gerakan luwes dalam Legong klasik, dan tidak masih terikat pada pakem Legong yang ada. Penata berkeinginan untuk mengembangkan kemampuan yang penata miliki dengan adanya alternatif baru dalam tari kreasi Palegongan yang digarap. Suasana yang ingin disampaikan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna bervariasi. Hal ini bertujuan agar suasana pada setiap bagiannya tidak terkesan

55 45 monoton dan penikmat tidak merasakan jenuh jika suasana garapan tari Kembang Ratna dapat berbeda. Suasana ini tentunya disesuaikan dengan ide, konsep, dan kebutuhan garapan. Pada bagian pengawit, suasana yang ditampilkan adalah suasana tenang yang menggambarkan bunga ratna tumbuh dari bibitnya dan hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya. Pada bagian pepeson, suasana yang ingin ditampilkan adalah suasana agung, yang menggambarkan keagungan dari bunga ratna karena digunakan sebagai sarana upacara. Suasana tenang ditampilkan pada bagian pengawak, yang menggambarkan kesederhanaan bunga ratna karena bunga ratna memiliki bentuk yang kecil. Suasana gembira ditampilkan pada bagian pengecet, yang menggambarkan keindahan bunga ratna. Bagian pengetog yang menggambarkan kelayuan dan kerapuhan bunga ratna akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara divisualisasikan dengan gerakan pelan dan hempasan badan yang dominan dilakukan pada level bawah dengan suasana sedih (sayu). Pada bagian terakhir yaitu pekaad, suasana yang ditampilkan adalah suasana gembira, yang menggambarkan bunga ratna tumbuh kembali dari biji bunga ratna yang berserakan menjadi bunga ratna baru. Pesan yang ingin disampaikan kepada penikmat melalui garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah dalam kehidupan ini, makhluk hidup semua sama di hadapan Tuhan karena semua diciptakan dan melalui proses yang sama yaitu lahir, hidup, dan mati. Begitulah seterusnya dan selalu berulang-ulang, demikian pula halnya dengan bunga ratna. Maka dari itu, kita sebagai sesama makhluk hidup jangan melakukan tindakan semena-mena terhadap makhluk hidup lainnya, karena setiap

56 46 mahluk hidup saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, seperti halnya bunga ratna yang dibutuhkan sebagai sarana upacara Penampilan Penampilan dalam hal ini adalah cara penyajian, bagaimana karya seni tersebut disajikan kepada penikmatnya. Penampilan dalam karya seni menentukan bagaimana persepsi dan asumsi masing-masing orang dalam menikmati karya seni tersebut Penampilan dipengaruhi oleh tiga unsur yang berperan, yaitu bakat, keterampilan, dan sarana atau media. Bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dibawa sejak lahir. Hal ini diartikan bahwa setiap orang memiliki bakat atau kemampuan (talent) yang berbeda-beda dalam bidang tertentu. Dalam karya seni, bakat sangat mempengaruhi penampilan sebuah karya seni. Dengan adanya bakat seni yang dibawa sejak lahir, segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang mereka, dapat dikerjakan dan dikuasai dengan lebih mudah. Melalui bakat seni ini, mereka akan lebih mudah mengaplikasikan ilmu dan wawasan yang didapat mengenai seni, yang kemudian dapat dituangkan melalui penampilan karya seni mereka dengan berusaha menyuguhkan hasil karyanya dengan baik dan maksimal sesuai kemampuan. Keterampilan (skill) yang dimiliki seseorang dapat dicapai melalui adanya latihan-latihan. Keterampilan dapat diperoleh jika setiap orang selalu berkeinginan untuk mengasah kemampuan dan bakat yang dimiliki. Keterampilan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna sangat diperlukan agar garapan yang disajikan dapat berbeda dan tampil dengan baik sesuai yang diharapkan. Latihan-latihan perlu

57 47 dilakukan dengan bertahap dan intensif agar keterampilan masing-masing pendukung dapat terasah dan semua pendukung garapan ini dapat menyatukan rasa antara satu dengan lainnya sehingga penampilan yang baik dapat diwujudkan. Sarana atau media merupakan wahana ekstrinsik yang mendukung penampilan sebuah karya seni. Sebagai penunjang berhasilnya pertunjukan garapan tari Kembang Ratna, diperlukan adanya tempat pementasan, tata lampu, properti dan dekorasi panggung yang dapat mendukung sesuai kebutuhan garapan. Tempat pementasan adalah di gedung Natya Mandala, ISI Denpasar. Dekorasi panggung terdiri dari layar hitam dan layar putih, serta tata lampu yang mendukung penyajian garapan yang sebelumnya telah disusun sedemikian rupa. Properti kipas yang menjadi ciri khas tari Legong dan menjadi bagian dari tari, juga mendukung penyajian garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. 4.6 Analisa Penyajian Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna disajikan ke dalam bentuk tari kelompok yang ditarikan oleh tujuh orang penari putri, yang bertemakan perputaran hidup, karena bunga ratna juga melalui suatu proses dalam kehidupannya sebagai tumbuhan. Garapan tari Kembang Ratna menampilkan wujud dan karakter bunga ratna. Karakter dari bunga ratna yang agung, sederhana, dan indah. Sedangkan wujud bunga ratna, yaitu bunga ratna memiliki bentuk yang kecil, namun dapat tumbuh subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Durasi yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah kurang lebih 12 menit, dengan struktur garapan terdiri dari 6 bagian,

58 48 yang diharapkan mampu menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat terwujud karya seni yang berkualitas Tempat Pertunjukan Ujian Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar diadakan di stage prosenium, gedung Natya Mandala, ISI Denpasar. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dipentaskan pada tanggal 26 Mei Penataan pola lantai biasanya disesuaikan dengan keadaan stage yang berbentuk prosenium tersebut, dan penikmat karya seni hanya dapat menyaksikan pertunjukan dari arah depan saja. Suasana yang ditampilkan pada garapan Kembang Ratna didukung dengan tata lampu (lighting), serta penggunaan layar yang memang sesuai dengan kostum dan kebutuhan garapan. Berikut adalah gambar stage prosenium gedung Natya Mandala, ISI Denpasar, yang dilengkapi dengan pembagian ruang lantai dan arah hadap penari.

59 49 Gambar 1. Denah Stage Panggung bagian belakang Candi Bentar Panggung bagian Belakang Sisi panggung bagian kanan URS UCS ULS Sisi panggung bagian kiri RS C LS 13,7 m DRS DCS DLS 20,89 m Pit Tempat Orchestra Pit Tempat Orchestra Auditorium (Penonton) Keterangan : C = Centre Stage (pusat panggung) LS = Left Stage (kiri panggung) RS = Right Stage (kanan panggung) URS = Up Right Stage (pojok kanan belakang panggung) UCS = Up Centre Stage (bagian belakang pusat panggung) ULS = Up Left Stage (pojok kiri belakang panggung) DRS = Down Right Stage (pojok kanan depan panggung) DCS = Down Centre Stage (bagian depan pusat panggung) DLS = Down Left Stage (pojok kiri depan panggung)

60 50 Berdasarkan buku Notasi Laban, oleh Soedarsono, dijelaskan mengenai 8 arah hadap penari. 17 Dalam garapan tari ini, digunakan beberapa arah hadap yang disesuaikan dengan pola lantai penyajian, yaitu sebagai berikut : Gambar 2. Arah Hadap Penari Keterangan : 1 : Penari menghadap ke depan stage 2 : Penari menghadap ke diagonal kanan depan stage 3 : Penari menghadap ke kanan stage 4 : Penari menghadap ke diagonal kanan belakang stage 5 : Penari menghadap ke belakang stage 6 : Penari menghadap ke diagonal kiri belakang stage 7 : Penari menghadap ke kiri stage 8 : Penari menghadap ke diagonal kiri depan stage 17 Soedarsono, 1978, Notasi Laban, Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesenian Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, p. 10.

61 51 Lintas Perpindahan : = Lintasan penari ke segala arah = Arah putaran Setting Panggung : = Layar = Penari Adapun pola lantai, layar, suasana, lighting, dan rangkaian gerak yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna, adalah sebagai berikut :

62 52 Tabel 5 Pola Lantai, Layar, Suasana, Tata Lampu (Lighting), dan Rangkaian Gerak Tari Kreasi Palegongan Kembang Ratna No. Pola Lantai Layar, Suasana, dan Tata Lampu 1. Bagian Pengawit Layar : hitam Suasana: tenang 5 Lighting : 2 3 Khusus terang 50% 3 Rangkaian Gerak Penari bergerak secara bergantian (canon) dimulai dari penari T 5 dan T 7 dalam posisi matimpuh bergerak ngelo, nyeregseg, melakukan gerakan staccato (patah-patah) pada badan, leher, tangan, lalu ngelo, agem seklo, ngoyod. Dilanjutkan penari T 4 dan T 6 awalnya berhadapan dengan gerakan agem ratna, staccato sambil ngambil lamak, nyeregseg, nabdab pala, dan ileg-ileg. Dilanjutkan terakhir dengan penari T 1, T 2, dan T 3 bergerak dari posisi matimpuh dengan gerakan mengalun. 2. Bagian Pengawit Layar : hitam Suasana: tenang Lighting : 2 3 khusus terang 1 50 % Ketujuh penari melakukan gerakan kompak menghadap belakang dengan gerakan agem ngembat, ngengsod badan kanan kiri, gerakan staccato pada badan, kepala, mentang tangan bawah, agem kiri ngelung atas, buka kipas, nyeregseg kipas ngeliput.

63 53 No. Pola Lantai Layar, Suasana, dan Tata Lampu 3. Bagian Pengawit 7 Layar : hitam 6 Suasana: tenang 5 Lighting : 4 khusus terang 3 50 % 2 1 Rangkaian Gerak Agem kanan ngepel mentang kiri, jalan ngegol, nyegut. 4. Bagian Pengawit Layar : putih 7 Suasana: tenang 6 Lighting : 5 4 khusus terang 3 50 % 2 1 Ketujuh penari melakukan gerakan kompak dengan gerakan tangan mentang ke bawah, nyeregseg, dan pandangan ke pojok kanan bawah. 5. Bagian Pepeson 5 7 Layar : putih Suasana: agung Lighting : 6 general 100 % Agem ratna kanan (posisi kaki seperti agem kanan pada umumnya, posisi tangan kiri ngelung ke atas sejajar dengan kepala, posisi tangan kanan mahpah biu dengan kipas menghadap atas), nyeledet kanan, ngeseh, mentang pojok kanan atas, agem ngelung atas kipas ngekes, nyeledet kanan 2x, ngelo, hempas tangan mengalun ke atas, nabdab gelung kiri dengan kipas ngiluk, agem mentang bawah, ngeseh.

64 54 No. Pola Lantai Layar, Suasana, dan Tata Lampu 6. Bagian Pepeson 5 7 Layar : putih Suasana: agung 6 Lighting : general 100 % Rangkaian Gerak Maju kaki ngagem (bergantian), ngotag leher, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, agem kipas ngekes (bergantian menghadap depan), ileg-ileg menghadap belakang, menghadap depan secara bergantian dengan kipas ngekes. 7. Bagian Pepeson Layar : putih Suasana: agung Lighting : general 100 % Staccato (gerakan patah-patah) pada tangan, badan, kepala, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, nyeregseg putar kiri. 8. Bagian Pepeson 6 7 Layar : putih Suasana: agung 5 4 Lighting : 2 general 100 % 3 1 Ngembang tangan, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, ngumbang. 9. Bagian Pepeson 5 7 Layar : putih Suasana: agung 1 2 Lighting : 6 general 100 % 3 4 Agem ratna kiri, nyeledet kiri, ngeseh, mentang pojok kiri atas, ngelo, hempas tangan mengalun ke atas, agem dengan kipas ngiluk di atas kepala, melakukan gerakan canon (bergantian) dengan gerakan berputar ke kanan menghadap samping kiri stage sambil kipas ngeliput, nabdab gelung, ngangget.

65 55 No. Pola Lantai Layar, Suasana, dan Tata Lampu 10. Bagian Pepeson 5 7 Layar : putih Suasana: agung 1 2 Lighting : 6 general 100 % 3 4 Rangkaian Gerak Agem ngiluk, ngumbang, mentang kedua tangan ke bawah, nyeregseg putar ke kanan di tempat, agem kipas ngepel ngambil lamak, tanjek kiri, tanjek kanan, ileg-ileg. 11. Bagian Pepeson 5 7 Layar : putih Suasana: agung 1 2 Lighting : general 100 % Agem kanan kipas ngepel mentang kiri, nyeregseg, agem mentang kanan kipas ngepel, putar nyeregseg menuju pojok kiri depan stage. 12. Bagian Pepeson Layar : putih 5 Suasana: agung 7 Lighting : general 100 % 4 Semua penari menghadap pojok kiri depan stage dengan gerakan mentang kedua tangan ke pojok kiri bawah, ngotag leher. 13. Bagian Pepeson Layar : putih 5 Suasana: agung 7 Lighting : general 100 % 4 Agem kipas ngekes, ngelier, nyeledet, staccato (gerakan patah-patah) pada badan dan kepala, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, nyegut. 14. Bagian Pepeson Layar : putih 5 Suasana: agung 7 Lighting : general 100 % 4 Semua penari melakukan gerakan nyeregseg menuju posisi masing-masing, lalu berputar bersamaan ke kiri.

66 56 No. Pola Lantai Layar, Suasana, dan Tata Lampu 15. Bagian Pengawak 2 4 Layar : putih Suasana: tenang Lighting : general 100 % Bagian Pengawak Layar : putih 2 4 Suasana: tenang 3 Lighting : 1 7 general 100 % 6 5 Rangkaian Gerak Agem ratna kanan, ngelier, nyeledet 2x, tutup kipas, ngelier, nyeledet, ngengsog, buka kipas (bergantian), agem kiri mentang kanan, ngelo, ambil lamak, agem ratna kiri (posisi kaki seperti agem kiri pada umumnya, posisi tangan kanan sejajar kepala dengan kipas ngepel, posisi tangan kiri mahpah biu), nyeledet, nyegut, mentang kedua tangan ke bawah, nusuk kipas, agem mentang tangan pojok bawah. Ngotag leher, agem ngekes, putar kiri, ngembat kanan, ngotag leher, agem kanan kipas ngepel mentang kiri, agem ngelung atas mentang kanan (motif 1). Ngotag leher sambil merendah, mentang kedua tangan ke bawah, staccato (gerakan patah-patah) pada badan dan pinggul, maju agem seklo dengan kipas di atas (motif 2). Penari T 1, T 3, T 5 dan T 6 melakukan gerakan motif 1, dan penari T 2, T 4, dan T 7 melakukan gerakan motif 2. Ketujuh penari sama-sama melakukan gerakan nampes tangan ke atas. Nyeregseg memegang lamak, agem ngelung atas mentang kanan.

67 57 No. Pola Lantai Layar, Suasana, dan Tata Lampu 17. Bagian Pengecet 3 2 Layar : putih Suasana: gembira Lighting : general 100 % Bagian Pengecet Layar : putih Suasana: gembira Lighting : general 100 % Rangkaian Gerak Staccato (gerakan patah-patah) pada tangan, ngelier kiri, agem ngelung atas mentang kanan pojok, rentang tangan, agem ngelung atas mentang kanan, ngotag leher, agem kipas ngekes, nyegut, nyeledet, ngotag leher sambil putar kanan, agem, ngeseh. Angsel, agem ngelung atas mentang kanan, agem ngelung atas mentang kanan pojok, agem kiri, nyeledet kiri, agem ngelung atas mentang kanan pojok (bergantian), agem kipas ngepel, ngotag leher. 19. Bagian Pengecet Layar : putih 3 2 Suasana: gembira 1 5 Lighting : general 100 % Ngumbang, angsel, agem ngelung atas mentang kanan, ngambil lamak, ngengsog (bergantian), ngotag leher, angsel, tutup kipas, ngotag leher, agem, kipek kiri tengah kanan, buka kipas, agem ngelung atas mentang kanan, kipas ngeliput, nampes tangan ke atas, ngeseh, agem seklo. 20. Bagian Pengecet Layar : putih Suasana: gembira Lighting : general 100 % Nyeregseg, agem ratna kanan, ngelo, agem ngambil lamak, agem kipas ngepel, nyeregseg, agem kipas ngepel.

68 58 No. Pola Lantai Layar, Suasana, dan Tata Lampu 21. Bagian Pengecet Layar : putih Suasana: gembira Lighting : general 100 % 22. Bagian Pengecet (penyalit) Layar : hitam Suasana: gembira 4 Lighting : general 100 % 23. Bagian Pengetog 1 3 Layar : hitam Suasana: sedih (sayu) 2 7 Lighting : khusus (biru redup 50%) 24. Bagian Pengetog (penyalit) Layar : putih Suasana: sedih 4 6 (sayu) 5 Lighting : khusus terang 75 % Rangkaian Gerak Penari T 1, T 2, T 5 melakukan gerakan matimpuh, silang tangan, mentang kedua tangan ke atas, dilanjutkan penari T 3, T 6, T 7 dengan gerakan mentang kedua tangan ke atas, agem kipas ngepel, ngelayak dan penari T 4 melakukan gerakan agem kipas ngiluk, ngotag leher, angsel, ngelo. Semua penari lalu menghadap belakang dan melakukan gerakan agem mentang kanan, staccato (gerakan patah-patah) pada badan, tangan, kepala, agem ngelung atas mentang kanan pojok. Ngangget, agem seklo, agem kipas ngepel, kenser berputar ke kanan diikuti kipas naik turun, matimpuh, liukan badan, agem mentang tangan bawah, dilanjutkan dengan gerakan bergantian, bangun silih berganti (gerakan rapuh) dengan gerakan berputar dan liukan badan, serta kipas ditutup. Matimpuh, ngelo, nyeregseg ke kiri menghadap belakang dan kipas dibuka, kembali menghadap depan, kipas ngeliput dan tangan bergantian naik turun, nyeregseg,

69 59 No. Pola Lantai Layar, Suasana, dan Tata Lampu 25. Bagian Pekaad Layar : putih 7 2 Suasana: gembira 4 5 Lighting : 6 general 100 % 1 3 Rangkaian Gerak Angsel, ngangget, mentang kedua tangan lurus ke depan, hempas tangan mengalun ke atas, ngembang tangan (bergantian), menghadap belakang, tutup kipas. 26. Bagian Pekaad 7 2 Layar : putih Suasana: gembira 4 5 Lighting : 6 general 100 % 1 3 Agem dengan kipas ditutup di atas pundak, maju kaki, agem, nyeledet 2x, buka kipas, ngegol ngembat tangan, nyeregseg. 27. Bagian Pekaad Layar : putih Suasana: gembira Lighting : general 100 % Agem dengan kipas ngeliput dan kaki ngicig, ngangget, hempas tangan mengalun ke atas, agem kipas ngiluk, nyeregseg, 28. Bagian Pekaad 3 Layar : putih 1 Suasana: gembira 6 Lighting : 5 general 100 % Semua penari menghadap belakang melakukan gerakan agem dan tutup kipas. 29. Bagian Pekaad (ending) 3 Layar : putih Suasana: gembira 7 2 Lighting : 4 khusus terang 50 % Penari melakukan pose dengan variasi kipas dan level.

70 Kostum/Tata Busana Kostum atau tata busana merupakan salah satu bagian penting dalam penyajian sebuah garapan tari sebagai elemen pendukung tari, karena melalui kostum penikmat dapat menangkap kesan perwatakan dan karakter yang dibawakan sehingga penikmatnya dapat membedakan setiap garapan tari yang ditampilkan. Sebagai wahana intrinsik, penataan kostum atau tata busana dapat mempengaruhi nilai artistik suatu karya seni yang menunjang keberhasilan suatu pementasan. Maka dari itu, perlu dipikirkan mengenai pemilihan warna, dan desain kostum yang harus disesuaikan dengan tema, ide, konsep garapan, maupun efek tata lampu (lighting). Penataan kostum tari kreasi Palegongan Kembang Ratna menggunakan ciri kostum tari Legong yang telah ada. Pengembangan dalam kostum garapan disesuaikan dengan ide, konsep dan kebutuhan garapan dengan masih mempertahankan penggunaan gelungan, bancangan, sesimping, lamak, dan properti kipas. Kostum garapan tari Kembang Ratna menggunakan konsep minimalis dengan didesain sesederhana mungkin tanpa menggunakan banyak aksen prada dan menggunakan perpaduan warna putih susu, ungu, serta hijau yang disesuaikan dengan efek lampu agar tidak terkesan glamour. Penggunaan warna ini didasarkan atas dua macam warna bunga ratna asli, yaitu bunga ratna berwarna ungu, dan bunga ratna berwarna putih, sedangkan warna hijau dapat dikatakan sebagai pemanis. Adapun kostum yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah sebagai berikut :

71 61 Hiasan Kepala - Gelungan yang sudah jadi dan terbuat dari kulit, terdiri dari krun, petitis, dan prakapat. - Bancangan dua buah dengan kombinasi bunga kamboja imitasi dan tiruan bunga ratna - Subeng Hiasan Badan - Kain prada berwarna putih susu dengan tepi berwarna ungu - Baju lengan ¾ berwarna putih susu dengan tepi berwarna ungu - Angkin dengan kombinasi warna putih susu dengan ungu - Lamak kain berwarna hijau, dan ungu berisi hiasan tiruan bunga ratna - Sesimping kain berwarna ungu dengan tepi emas berisi glenter tiruan ratna - Ampok-ampok dari bahan kulit dengan kain berlapis pada bagian samping berwarna ungu dan hijau, yang berisi hiasan bunga ratna - Tutup dada berwarna ungu dengan hiasan emas - Gelang kana berwarna ungu dengan hiasan kulit.

72 62 Gambar 3 Foto Busana Tampak Depan Bancangan Gelungan Sesimping Baju Lamak Tutup dada Angkin Ampok-ampok Gelang kana Kain prada

73 63 Gambar 4 Foto Busana Tampak Belakang Gelungan Sesimping Tutup dada Baju Angkin Ampok-ampok Gelang kana Kain

74 Tata Rias Wajah Tata rias dalam sebuah garapan tari selalu disesuaikan dengan peran dan karakter tari yang dibawakan. Tata rias wajah bertujuan untuk mempertegas dan memperkuat ekspresi wajah dari para penari. Tata rias yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah tata rias panggung putri halus, seperti tari Legong pada umumnya karena tidak ada penonjolan karakter tokoh. Gambar 5 Foto Tata Rias Wajah Penari

75 65 Adapun perlengkapan yang digunakan dalam tata rias garapan Kembang Ratna adalah menggunakan make up modern sebagai berikut : - Milk cleansing Viva : untuk membersihkan wajah. - Face tonic Viva : untuk menyegarkan wajah. - Alas bedak padat berwarna coklat : untuk foundation wajah sehingga poripori wajah tertutupi dan bedak tabur dapat melekat dengan baik. - Bedak tabur Viva : digunakan setelah alas bedak untuk menutupi kekurangan-kekurangan pada wajah. - Pensil alis ranee : untuk menyempurnakan bentuk alis, mempertegas alis, dan digunakan untuk membuat caling kidang (hiasan di cambang) serta srinata (hiasan di dahi). - Eye shadow ranee dan rivera : digunakan pada hidung (berwarna coklat dan putih) untuk mempertegas garis hidung, digunakan pada kelopak mata (berwarna kuning, merah dan biru) untuk memberi aksen pada mata sehingga mata kelihatan lebih hidup. - Air linier cair rubotan : untuk mempertegas alis, dan digunakan pada garis mata atas dan bawah agar kelihatan lebih tajam.

76 66 - Merah pipi daisy : untuk menutupi ketidaksempurnaan bentuk wajah. - Lipstik ranee : untuk membuat bibir terlihat lebih cantik dan mencegah kekeringan pada bibir. - Bulu mata palsu : agar bulu mata terlihat lebih jelas Properti Properti yang digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah kipas, yang telah menjadi identitas dari tari Legong pada umumnya. Dalam mendukung garapan, kipas memiliki peranan yang penting sebagai properti dan bagian dari tari. Penggunaan kipas dapat mendukung suasana dan ekspresi gerak yang ingin ditampilkan. Kipas yang digunakan dalam garapan tari Kembang Ratna terbuat dari kain dengan kombinasi warna ungu, putih, dan hijau yang divariasikan bentuknya, dan dihiasi dengan prada. Gambar 6 Foto properti

77 Musik Iringan Tari Musik merupakan partner tari yang berperan sebagai penegas suasana, gerak, dan penggugah rangsangan estetis bagi penari. Demikian halnya dengan garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna. Musik iringan yang digunakan dalam garapan tari ini adalah gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu. Alasan pemilihan gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu adalah gamelan Semar Pegulingan ini memiliki 7 patutan atau patet yang berbeda, yaitu patet Selisir, patet Tembung, patet Sunaren, patet Lebeng, dan patet Baro. Kelima patet dimanfaatkan untuk pencapaian nuansa yang berbeda dari karakter oktafnya. Penentuan nada tergantung dari pengolahan nada-nadanya, yang memiliki karakter masing-masing secara konvensional. 18 Musik iringan tari ini pada bagian tertentu diisi alunan vokal yang bertujuan mempertegas suasana yang ingin disampaikan melalui garapan tari Kembang Ratna. Pendukung musik iringan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah Sekaa Gong Nataraja, Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud. Sedangkan penata iringannya adalah Dewa Alit. Adapun perangkat gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu yang digunakan, terdiri dari : - Satu pasang kendang krumpung (kendang lanang dan wadon), berfungsi sebagai penguasa irama, penghubung bagian-bagian gending, membuat angsel-angsel dan mengendalikan lampah gending. 18 I Ketut Garwa, 2005, Buku Ajar Mata Kuliah Komposisi Karawitan;Aransemen Karawitan Bali, Denpasar: Program Studi Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, p. 12.

78 68 - Empat tungguh gangsa pemade, berfungsi sebagai pembuat jalinan dan ubitubitan. - Empat tungguh gangsa kantilan, berfungsi sebagai pembuat jalinan dan ubitubitan. - Dua tungguh jegogan, berfungsi untuk memperjelas tekanan-tekanan gending. - Dua tungguh jublag, berfungsi untuk menjalankan patron-patron gending. - Satu buah kajar Palegongan, berfungsi untuk mengendalikan jalannya lagu dan sebagai mat yang tetap berulang ulang terutama pada bagian lagu yang cepat bersama dengan instrumen kendang. - Satu pangkon ceng-ceng ricik, berfungsi bersama kendang dalam mengendalikan dan membuat angsel-angsel dan variasi gending-gending. - Enam buah suling, berfungsi sebagai penghias, pemanis gending dan untuk transisi. - Satu buah kemong, berfungsi untuk mematok ruas-ruas lagu. - Satu buah klenang, berfungsi untuk mematok ruas-ruas lagu. - Satu tungguh gong, berfungsi sebagai finalis dan semi finalis gending. - Satu tungguh kempur, berfungsi untuk mematok ruas-ruas lagu seperti pada bagian pengawak gending pada gending-gending lelambatan. Notasi gending yang dipergunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dapat dilihat sebagai berikut :

79 69 NOTASI TARI KREASI PALEGONGAN KEMBANG RATNA I. KAWITAN Patet Sundaren ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ (7) II. PEPESON / PENGLEMBAR a. Kendang 3 k pt t. t. t t.k p t t t t. t t t t t t t. t. to^ o.. ^. ^. ^ o o... b. Bersama Patet sundaren

80 (1) c (6) III. PENGAWAK a b

81 (7) IV. PENGECET 1. Patet Slendro Agung a b

82 x V. NGETOG Patet Tembung a tembung (4) (7) VI. PEKAAD Patet Slendro Agung tembung

83 (1) 2 x Slendro Agung Keterangan :... = Pengulangan (. ) = Jatuhnya pukulan gong o = Jatuhnya pukulan jegogan = Pukulan kendang wadon - = Pukulan (pak) kendang lanang 3 = Ulu (Nding) 4 = Tedong (Ndong) 5 = Taleng (Ndeng) 6 = Suku ilut (Ndeung) 7 = Suku (Ndung) 1 = Carik (Ndang) 2 = Pepet (Ndaing)

84 74 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tari kreasi Palegongan Kembang Ratna merupakan garapan tari yang terinspirasi pada gerakan-gerakan luwes dari Legong klasik, dengan menampilkan karakter dan wujud dari bunga ratna, yaitu bunga ratna yang tumbuh dari bibitnya, hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, agung, sederhana, dan indah. Bunga ratna dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu, namun dapat tumbuh kembali dari biji bunga yang berserakan menjadi bunga ratna baru. Tari kreasi Palegongan Kembang Ratna yang bertemakan perputaran hidup, menampilkan karakter bunga yang halus sehingga disesuaikan juga dengan musik pengiringnya dengan tempo tidak terlalu keras. Garapan Kembang Ratna didukung oleh tujuh orang penari putri, dengan durasi waktu kurang lebih 12 menit. Garapan ini diwujudkan melalui proses penciptaan yang cukup panjang dan tidak mudah, yang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap penjajagan (eksplorasi), tahap improvisasi (percobaan), dan tahap forming (pembentukan). Struktur garapannya terdiri dari pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, pengetog, dan pekaad. Gerakan yang digunakan dalam garapan Kembang Ratna merupakan pengembangan dari gerak-gerak tari Legong dan muncul berdasarkan inspirasi penata sendiri.

85 75 Kostum tari kreasi Palegongan Kembang Ratna menggunakan bancangan, lamak dan sesimping yang menjadi ciri khas tari Palegongan, yang dikreasikan lagi sesuai kebutuhan garapan, dengan konsep kostum yang minimalis. Warna kostum 74 lebih dominan menggunakan warna ungu dan putih susu. Tata rias yang digunakan adalah tata rias panggung putri halus, yang sangat menentukan karakter tari yang dibawakan. Dalam mendukung garapan sebagai tari Legong, garapan Kembang Ratna menggunakan kipas sebagai properti, untuk mendukung ekspresi gerak dari garapan karena merupakan bagian dari tari, dan merupakan properti yang menjadi ciri khas tari Palegongan. Penyajian garapan diiringi dengan gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu untuk mendukung suasana yang diinginkan pada setiap bagian garapan dengan kekayaan patet yang dimiliki. Pesan yang ingin disampaikan melalui garapan tari Kembang Ratna adalah dalam kehidupan ini, makhluk hidup semua sama di hadapan Tuhan karena semua diciptakan dan melalui proses yang sama yaitu lahir, hidup, dan mati. Begitulah seterusnya dan selalu berulang-ulang, demikian pula sama halnya dengan bunga ratna. Semua elemen-elemen tari yang terdapat dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna telah dikembangkan karena garapan ini merupakan karya tari baru yang dibuat untuk mencari alternatif baru, dan penata ingin menuangkan pikiranpikiran kreatif sesuai kemampuan yang penata miliki dengan nuansa-nuansa inovatif di dalamnya, agar garapan ini nantinya dapat memiliki identitas tersendiri yang tentunya berbeda dengan garapan tari Palegongan yang telah ada serta berkualitas.

86 76 Selain itu, garapan Kembang Ratna diharapkan memiliki nilai estetis melalui persepsi masing-masing penikmatnya baik dari wujud atau rupa, bobot atau isi, dan penampilannya. 5.2 Saran-Saran Menciptakan karya seni merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, dan diperlukan adanya persiapan sedini mungkin agar nantinya konsep karya seni tersebut benar-benar matang serta layak untuk dipertunjukkan. Bagi calon penata karya seni, dalam proses sebuah penggarapan karya, memang banyak kejadian tidak terduga yang sering dialami, dan proses ini tidak selalu dapat berjalan sesuai dengan harapan. Terkadang kejadian ini sering menjadi beban di pikiran si penata. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi bagian dari ujian yang harus dihadapi dengan sabar dengan tetap mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan- Nya. Bagi Lembaga hendaknya memberikan penghargaan kepada mahasiswa, mengingat setiap tahunnya banyak karya seni yang diciptakan mahasiswa memiliki bobot dan kualitas yang baik agar karya-karya tersebut tidak hanya dianggap sebagai formalitas untuk mendapatkan gelar sarjana, namun dapat diakui dan dihargai sehingga dapat menjadi motivasi bagi penggarapan karya seni selanjutnya. Bagi setiap penata yang telah mampu menciptakan sebuah karya, hendaknya dapat mengembangkan karya seni yang diciptakan agar eksis di masyarakat sehingga karya tersebut tidak hanya dipertunjukkan satu kali saat Ujian Tugas Akhir. Di

87 77 samping itu, setiap penata jangan hanya puas sampai di sini, teruslah berkarya dan menambah pengalaman serta wawasan agar potensi diri dapat terus berkembang. DAFTAR PUSTAKA Bandem, I Made Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar Bali dan Perc. PT Bali Post Offset., Evolusi Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius. Bandem, I Made dan Frederik Eugene deboer Kaja dan Kelod: Tarian Bali dalam Transisi. Jogjakarta: Badan Penerbit Institut Seni Indonesia Jogjakarta. Dibia, I Wayan Sinopsis Tari Bali. Denpasar: Sanggar Tari Bali Waturenggong., Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia dan arti line., Bergerak Menurut Kata Hati, Metoda Baru Dalam Menciptakan Tari (Terjemahan dari Moving From Within A New Method for Dance Making oleh Alma M. Hawkins). Bandung: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Djelantik, A. A. M Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan. Garwa, I Ketut Buku Ajar Mata Kuliah Komposisi Karawitan;Aransemen Karawitan Bali. Denpasar: Program Studi Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar. Murgiyanto, Sal Koreografi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pramana Padmodarmaya Tata Dan Teknik Pentas. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan.

88 78 Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya. 1974/1975. Perkembangan Legong Kraton Sebagai Seni Pertunjukan. Bali: Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya. Rai, I Wayan, et al. 1978/1979. Mengenal Beberapa Sikap atau Gerak dalam Tari Bali. Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar. Soedarsono Djawa Dan Bali, Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisionil Di Indonesia. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press., Notasi Laban. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesenian Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari (terjemahan dari Dances Composition, the Basic Elements oleh La Meri). Yogyakarta: Lagaligo. Sudarsana, Ida Bagus Putu Ajaran Agama Hindu; Kotaraning Panca Sembah, Bali: Anom dan Yayasan Dharma Acarya. Sumandiyo Hadi, Y Mencipta Lewat Tari (terjemahan dari Creating Through Dance oleh Alma M. Hawkins). Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta., Sosiologi Tari, Sebuah Pengenalan Awal. Yogyakarta: Pustaka. Tim Penyusun Pedoman Tugas Akhir Pedoman Tugas Akhir. Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar. Tim Survey Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar Pengantar Dasar Beberapa Tari Bali. Denpasar: Proyek Akademi Kesenian Bali.

89 79 DAFTAR NARASUMBER Nama : I Wayan Juana Adi Saputra, SSn Umur : 41 tahun Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jalan Kasuari Gg. IIIA No. 4, Br. Semaga, Penatih, Denpasar Nama : Tjok Istri Putra Padmini, SST., M.Sn Umur : 51 tahun Pekerjaan : Dosen Jurusan Seni Tari di Institut Seni Indonesia Denpasar Alamat : Jalan Trijata Blok V No. 1A Nama : Ni Made Ayu Artini, SSn Umur : 25 tahun Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) Alamat : Jembrana

90 80

91 LAMPIRAN-LAMPIRAN

92 Lampiran 1 : Daftar Pendukung Tari Nama Pendukung Tari : 1. Ni Luh Gede Widyantari (mahasiswi IKIP PGRI Bali) 2. I Gusti Ayu Tyas Swistadewi (mahasiswi IKIP PGRI Bali) 3. I Dewa Ayu Ratna Agustiari (mahasiswi IKIP PGRI Bali) 4. Ni Luh Putu Agustini (mahasiswi IKIP PGRI Bali) 5. Gusti Ayu Indra Mahyurani (mahasiswi IKIP PGRI Bali) 6. Dewa Ayu Eka Rismayanti (siswi SMK Negeri 4 Denpasar) Pendukung Karawitan : Sekaa Gong Nataraja, Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud.

93 Lampiran 2 : SUSUNAN STAF PRODUKSI PELAKSANAAN UJIAN AKHIR FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN ISI DENPASAR TAHUN AKADEMIK 2009/2010 Penanggung Jawab : I Ketut Garwa, SSn., M.Sn (Dekan FSP ISI Denpasar) Ketua Pelaksana : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum (Pembantu Dekan I) Wakil Ketua : 1. Ni Ketut Suryatini, SSKar., M.Sn (Pembantu Dekan II) 2. I Wayan Beratha, SSKar., M.Sn (Pembantu Dekan III) Sekretaris : I Gusti Ayu Sri Yuntriati, BA Seksi-seksi 1. Sekretariat : 1. Dewa Ayu Yuni Marhaeni (Koordinator) 2. Putu Sri Wahyuni Emawatiningsih 3. Putu Anita Kristina, A.Md 4. I Gusti Putu Widia 5. I Gusti Ketut Gede 6. I Wayan Teddy Wahyudi Permana, SE 7. I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa, SE 2. Keuangan : 1. Ni Ketut Suprapti 2. I Ketut Ardana 3. Gusti Ayu Sri Handayani, SE 3. Tempat & Dekorasi : 1. I Wayan Budiarsa, SSn (Koordinator) 2. Ni Wayan Ardini, SSn., M.Si 4. Publikasi/Dokumentasi : 1. I Nyoman Lia Susanti, SS (Koordinator) 2. Ida Bagus Candrayana 3. I Made Rai Kariasa, S.Sos 4. Dwi Norwata 5. Ketut Hery Budiyana, A.Md

94 5. Konsumsi : 1. Ni Made Narmadi, SE (Koordinator) 2. Ni Made Astari, SE 3. Putu Gde Hendrawan 4. Ni Nyoman Nik Suasti, SSn 6. Keamanan : 1. H. Adi Sukirno 2. Staf Satpam 7. Pagelaran 7.1 Operator Ligting, Sound System dan Rekaman Audiovisual : 1. I Gede Sukraka, SST., M. Hum (Koordinator) 2. I Gst. Ngr. Sudibya, SST 3. I Made Lila Sardana, ST 4. I Nyoman Tri Sutanaya 5. I Ketut Agus Darmawan, A.Md 6. I Ketut Sadia Kariasa 7. I Made Agus Wigama, A.Md 7.2 Protokol : 1. Ni Putu Tisna Andayani, SS (Koordinator) 2. A.A.A. Ngurah Sri Mayun Putri, SST 3. Ni Ketut Dewi Yulianti, SS., M.Hum 7.3 Penanggungjawab Tari : 1. I Nyoman Cerita, SST., M.FA 2. Drs. Rinto Widyarto, M.Si 7.4 Penanggungjawab Karw. : 1. I Wayan Suharta, SSKar., M.Si 2. Wardizal, S.Sen., M.Si

95 7.5 Penanggungjawab Pedal : 1. Drs. I Wayan Mardana, M.Pd 2. I Nyoman Sukerta, SSP., M.Si 7.6 Stage Manager : Ni Ketut Yuliasih, SST., M.Hum a. Asst. Stage Manager : Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST., M.Sn b. Stage Crew : 1. Pande Gde Mustika, S.Skar.,M.Si (Koordinator) 2. Ida Bagus Nyoman Mas, SSKar 3. I Nyoman Sudiana, SSKar., M.Si 4. I Ketut Partha, SSKar., M.Si 5. I Nyoman Pasek, SSKar 6. A.A.A. Mayun Artati, SST., M.Sn 7. Ni Komang Sekar Marhaeni, SSP 8. I Gede Oka Surya Negara, SST., M.Sn 9. I Gede Mawan, SSn 10. I Nyoman Kariasa, SSn 11. I Ketut Sudiana, SSn., M.Sn 12. I Wayan Suena, SSn 13. I Ketut Budiana, SSn 14. I Ketut Mulyadi, SSn 15. I Nyoman Japayasa. SSn 8. Seksi Upakara/Banten : 1. A.A. Ketut Oka Adnyana, SST 2. Luh Kartini 3. Ketut Adi Kusuma, S.Sn Dekan I Ketut Garwa, SSn., M.Sn NIP

96 Lampiran 3: FOTO FOTO PEMENTASAN Foto 1 Foto 2 Foto 1 dan foto 2 : menggambarkan bunga ratna tumbuh dari bibitnya dan hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya (bagian pengawit)

97 Foto 3: menggambarkan keagungan dari bunga ratna (bagian pepeson) Foto 4: menggambarkan kesederhanaan bunga ratna (bagian pengawak)

98 Foto 5: menggambarkan kesederhanaan dari bunga ratna (bagian pengawak) Foto 6: menggambarkan keindahan bunga ratna (bagian pengecet)

99 Foto 7 Foto 8 Foto 7 dan Foto 8: menggambarkan kelayuan dan kerapuhan bunga ratna akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara (bagian pengetog)

100 Foto 9 Foto 10 Foto 9 dan Foto 10: menggambarkan kelayuan dan kerapuhan bunga ratna akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara (bagian pengetog)

101 Foto 11: menggambarkan kelayuan dan kerapuhan bunga ratna akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara (bagian pengetog) Foto 12: menggambarkan bunga ratna tumbuh kembali dari biji bunga ratna yang berserakan menjadi bunga ratna baru (bagian pekaad)

102 Foto 13: menggambarkan bunga ratna tumbuh kembali dari biji bunga ratna yang berserakan menjadi bunga ratna baru (bagian pekaad) Pose Ending (bagian pekaad)

(MSPI), p A. A. M. Djelantik, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

(MSPI), p A. A. M. Djelantik, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Wujud Garapan Kembang Ratna Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Wujud merupakan salah satu bagian dari tiga elemen karya seni (wujud, isi/bobot, dan penampilan), serta menjadi

Lebih terperinci

Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna

Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna disajikan ke dalam bentuk tari kelompok yang ditarikan

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

KAPALANANG SMARA SKRIP KARYA SENI

KAPALANANG SMARA SKRIP KARYA SENI KAPALANANG SMARA SKRIP KARYA SENI OLEH : NI WAYAN SIYENTARINI NIM. 2009. 01. 015 PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 KAPALANANG

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

Kritik Seni Tari Tarunajaya Kembar dalam Tayangan VCD Balinese Dance Tari Bali Produksi Bali Record Vol.1

Kritik Seni Tari Tarunajaya Kembar dalam Tayangan VCD Balinese Dance Tari Bali Produksi Bali Record Vol.1 Kritik Seni Tari Tarunajaya Kembar dalam Tayangan VCD Balinese Dance Tari Bali Produksi Bali Record Vol.1 Oleh I Gede Parwata Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: 201202010 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR DENPASAR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kemandirian dan kreatifitas penata tari dalam berkarya. Proses penciptaan yang

BAB V PENUTUP. kemandirian dan kreatifitas penata tari dalam berkarya. Proses penciptaan yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pementasan Karya tari Klantangmimis ini merupakan wujud dari buah kemandirian dan kreatifitas penata tari dalam berkarya. Proses penciptaan yang dilakukan diharapkan dapat memperluas

Lebih terperinci

Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar 1. Deskripsi Garapan Abimanyu Wigna merupakan tari kreasi baru yang ditarikan oleh 5 orang penari putra, bertemakan

Lebih terperinci

PAMIKET TRESNA SKRIP KARYA SENI

PAMIKET TRESNA SKRIP KARYA SENI PAMIKET TRESNA SKRIP KARYA SENI OLEH : NI PUTU NOVIA ANGGRENI NIM : 2006.01.024 PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2010 1 2 PAMIKET

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2007 KATA PENGANTAR Puji syukur penata panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : 201202011 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 Abstrak Tridatu

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXX di Depan Museum Bajra Sandhi Tahun 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara,

Lebih terperinci

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA Oleh Ni NyomanAndra Kristina Susanti Program StudiSeni (S2) ProgramPascasarjanaInstitutSeni Indonesia Denpasar Email: andra.kristina@yahoo.co.id Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

SELIMPAT SKRIP KARYA SENI

SELIMPAT SKRIP KARYA SENI SELIMPAT SKRIP KARYA SENI OLEH : I WAYAN ADI GUNARTA NIM : 2007 01 019 PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011 i SELIMPAT SKRIP KARYA

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI KELANGEN

SKRIP KARYA SENI KELANGEN SKRIP KARYA SENI KELANGEN OLEH : I NYOMAN ARY SANJAYA NIM : 201102014 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Karya musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni karawitan sebagai salah satu warisan seni budaya masa silam senantiasa mengalami proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

MATERI PENYUSUNAN KOMPOSISI

MATERI PENYUSUNAN KOMPOSISI MATERI PENYUSUNAN KOMPOSISI TARI BERPASANGAN Komposisi tari berpasangan Kusuma Yuda penari dan penata tari penulis UNTUK PEGANGAN GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Oleh: G.S. Darto PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDADAYAAN

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Motion of Legong PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn PAMERAN : Jalan Menuju Media Kreatif #4 Penguatan Budaya dan Karakter Bangsa Galeri Cipta III

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXIII di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar Tahun 2011 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan sebuah karya seni bersumber dari segala hal yang ada di alam makrokosmos (bumi) dan mikrokosmos (manusia), sifatnya tidak terbatas. Sumber yang disediakan

Lebih terperinci

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011. Musik Iringan dan Prosesi Penyajian Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Sebuah pertunjukan hubungan antara tari dan musik tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan sebuah ide atau gagasan baru. Kreativitas harus ditinjau dari segi pribadi yang kreatif, proses yang kreatif

Lebih terperinci

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

TARI SELOKA KUSUMAYUDA 1 TARI SELOKA KUSUMAYUDA DALAM RANGKA WISUDA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 23 FEBRUARI 2013 Disusun oleh: Herlinah JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) Sekolah : SMP Negeri 2 Gerokgak Mata Pelajaran : Seni Budaya / Seni Rupa Kelas/Semester : IX / I Pertemuan ke : 1-2 Alokasi Waktu : 4 x 40 menit Satandar

Lebih terperinci

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Oleh Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn ============================================================ Abstrak Tari Pendet merupakan salah

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan 1. Pendahuluan Gamelan Semara Pagulingan adalah perangkat gamelan yang berlaras

Lebih terperinci

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG OLEH: I NYOMAN ARI SETIAWAN NIM: 201202025 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 1 A. Judul

Lebih terperinci

SATYA PATI SKRIP KARYA SENI

SATYA PATI SKRIP KARYA SENI SATYA PATI SKRIP KARYA SENI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Seni (S1) OLEH : I KADEK SUMIARTA NIM : 200701018 PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG Oleh : NI KADEK YUNIARI DEWI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT

Lebih terperinci

Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja

Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha Kiriman I Ketut Sariada, SST., MSi., Dosen PS Seni Tari ISI Denpasar 1. Bentuk gerak tari Bentuk gerak tari kreasi baru

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI TARI KEMBANG PADMA OLEH: PUTU AYU RUSMININGSIH NIM:

SKRIP KARYA SENI TARI KEMBANG PADMA OLEH: PUTU AYU RUSMININGSIH NIM: SKRIP KARYA SENI TARI KEMBANG PADMA OLEH: PUTU AYU RUSMININGSIH NIM: 2009 01 004 PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 ii SKRIP KARYA

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI KONTEMPORER BIOTA LAUT

DESKRIPSI TARI KONTEMPORER BIOTA LAUT DESKRIPSI TARI KONTEMPORER BIOTA LAUT Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Pembukaan Festival Kesenian Indonesia (FKI) V Di Pantai Sanur Denpasar 21 Nopember2007 Oleh : I Gede Oka Surya Negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstual, tari dapat dipahami dari bentuk dan teknik

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP Universitas Negeri Padang Silabus (Kurikulum 2013) S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP. 19710330.200604.2.001 Reviewer : Prof. Dr. NURHIZRAH GISTITUATI,

Lebih terperinci

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI A. Pengertian Tari Batasan konsep tetang tari banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, tetapi perlu diingat bahwa batasan yang dikemukakan seseorang berkaitan dengan

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI CANDA KANDA

SKRIP KARYA SENI CANDA KANDA SKRIP KARYA SENI CANDA KANDA OLEH: IB GDE BAJRA SURADNYANA NIM : 201202026 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR Oleh : NI PUTU LETSU PHYARTINI PROGRAM STUDI S-1 TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI SATYENG GURU

SKRIP KARYA SENI SATYENG GURU SKRIP KARYA SENI SATYENG GURU Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Seni ( S1 ) OLEH : NI WAYAN LIA CANDRA DEWI NIM : 200901032 PROGRAM STUDI S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau Banjar memiliki barungan Gong Kebyar. Berdasarkan daftar imformasi seni dan organisasi

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN

SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN OLEH: I Wayan Balik Anto NIM: 201203015 PROGRAM STUDI S-1 SENI PEDALANGAN JURUSAN PEDALANGAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 1 2

Lebih terperinci

TAKDIR SKRIP KARYA SENI

TAKDIR SKRIP KARYA SENI TAKDIR SKRIP KARYA SENI OLEH : EKA LAKSANA S. NIM : 2007.01.021 PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011 TAKDIR SKRIP KARYA SENI Diajukan

Lebih terperinci

Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI

Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI ARTIKEL KARYA SENI PEMBELAJARAN TARI PUSPANJALI LEWAT RANGSANG TARI KINESTETIK BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) BANGLI Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI PROGRAM

Lebih terperinci

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI Oleh Fahmida Yuga Pangestika 12020134047 fahmidayuga@yahoo.com Dosen Pembimbing: Dra. Jajuk Dwi Sasanadjati, M.Hum ABSTRAK Salaman merupakan sebuah

Lebih terperinci

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR A.A. ISTRI AGUNG BINTANG SURYANINGSIH NIM 1490161024

Lebih terperinci

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat

Lebih terperinci

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi TARI SRIMPI GUITAR KARYA TIEN KUSUMAWATI (KAJIAN KOREOGRAFI) Rizky Putri Septi Handini Dra. Veronica Eny Iryanti, M.Pd. Mahasiswa Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup manusia ini memang unik adanya. Keunikan hidup manusia itu berbagai macam corak dan ragamnya, kadang manusia ingin hidup sendirian kadang pula ingin berkelompok,

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (061) 22716 Fax. (061) 26100 Denpasar 8025 Website :http//:www.lp2m.isi-dps.ac.id

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI BIANGLALA. Oleh : ANAK AGUNG GEDE AGUNG ARIS PRAYOGA

ARTIKEL KARYA SENI BIANGLALA. Oleh : ANAK AGUNG GEDE AGUNG ARIS PRAYOGA ARTIKEL KARYA SENI BIANGLALA Oleh : ANAK AGUNG GEDE AGUNG ARIS PRAYOGA PROGRAM STUDI S-1 KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 TABUH KREASI SEMARPEGULINGAN BIANGLALA

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBELIAN PADA HARRIS HOTEL & RESIDENCES SUNSET ROAD. Oleh : ANAK AGUNG GEDE PUTRA ADNYANA NIM :

PROSEDUR PEMBELIAN PADA HARRIS HOTEL & RESIDENCES SUNSET ROAD. Oleh : ANAK AGUNG GEDE PUTRA ADNYANA NIM : PROSEDUR PEMBELIAN PADA HARRIS HOTEL & RESIDENCES SUNSET ROAD Oleh : ANAK AGUNG GEDE PUTRA ADNYANA NIM : 140613002 Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Menyelesaikan studi

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG Oleh : I KADEK LAMAT PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (061) 22716 Fax. (061) 26100 Denpasar 8025 Website :http//:www.lp2m.isi-dps.ac.id

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berbagai busana tari Bali dalam hal ini dapat di kembangkan dengan berbagai

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berbagai busana tari Bali dalam hal ini dapat di kembangkan dengan berbagai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berbagai busana tari Bali dalam hal ini dapat di kembangkan dengan berbagai metode, salah satunya dengan pengenalan model busana dari tarian itu sendiri, motif serta kegunaannya.

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

PENILAIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS KOMPUTER PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KANTOR PUSAT KABUPATEN GIANYAR

PENILAIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS KOMPUTER PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KANTOR PUSAT KABUPATEN GIANYAR PENILAIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS KOMPUTER PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KANTOR PUSAT KABUPATEN GIANYAR OLEH: TJOK GEDE BAGUS DHARMAYANA NIM : 0415351152 PROGRAM

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji

HALAMAN PENGESAHAN. Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji pada tanggal : 2017 Tim Penguji: Tanda tangan 1. Ketua : Dr. I. G. N. Agung Suaryana, SE., M.Si.,

Lebih terperinci

PERAN INOVASI MEMEDIASI ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Konveksi di Kota Denpasar) SKRIPSI

PERAN INOVASI MEMEDIASI ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Konveksi di Kota Denpasar) SKRIPSI PERAN INOVASI MEMEDIASI ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Konveksi di Kota Denpasar) SKRIPSI Oleh : PUTU INTAN PARADICTHA PRADNYA PUTRI NIM : 1206205054 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring dengan perubahan budaya proses modernisasi tidak saja menuntut dunia kebudayaan untuk selalu menempatkan dirinya secara arif di tengah berbagai perubahan,

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI MREGAPATI DI SANGGAR APTI BANGLI

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI MREGAPATI DI SANGGAR APTI BANGLI ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI MREGAPATI DI SANGGAR APTI BANGLI Oleh : NI PUT ERAWATI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016

Lebih terperinci

PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE ABSTRAK

PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE ABSTRAK PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE Mulia Ernita 1*, Ahmad Syai 1, Tengku Hartati 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL Disusun oleh: Fu adi, S.Sn., M.A Disusun oleh: Fu adi, S.Sn., M.A NIP 19781202 200501

Lebih terperinci

: MADE RAI SUSANTI NIM

: MADE RAI SUSANTI NIM PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA DAN PERSEDIAAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN ANUGRAH DEWATA Oleh : MADE RAI SUSANTI NIM : 0615351133 PROGRAM

Lebih terperinci

MENORI SKRIP KARYA SENI

MENORI SKRIP KARYA SENI MENORI SKRIP KARYA SENI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk ` mencapai gelar Sarjana Seni (S1) OLEH: NI LUH SYLVIA ROSTINA SUDIRA NIM : 2007.01.005 PROGRAM STUDI S-1

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Karya ini memiliki rangsangan dari konsep tiga yang berada di sekitar

BAB III PENUTUP. Karya ini memiliki rangsangan dari konsep tiga yang berada di sekitar BAB III PENUTUP Kesimpulan Karya ini memiliki rangsangan dari konsep tiga yang berada di sekitar lingkungan penulis. Daerah Sunda menjadi lingkungan yang mendominasi dalam karya ini yang diwujudkan berupa

Lebih terperinci

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 DESKRIPSI FRAGMEN TARI DUKUH SILADRI Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. terpendam dalam diri masyarakat Baduy Dalam, mereka tetap selalu ingat

BAB V PENUTUP. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. terpendam dalam diri masyarakat Baduy Dalam, mereka tetap selalu ingat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penggarapan kerya tari ini merupakan suatu ide kreatif yang di latarbelakangi dari kehidupan Masyarakat Suku Baduy Dalam. karya tari ini berjudul tantu yang disajikan dalam

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Legong PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn SEBAGAI : Accepted Soft Copy Creative Salon Foto Indonesia 2012 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT

Lebih terperinci

Artikel Karya Seni Rare Ulangun

Artikel Karya Seni Rare Ulangun Artikel Karya Seni Rare Ulangun I GUSTI MADE ANGDIYUSA (Penata) Desak Made Suarti Laksmi, S.SKar., MA (Pembimbing I) Ketut Sumerjana. S.Sn., MSn (Pembimbing II) Institut Seni Indonesia Denpasar Jalan Nusa

Lebih terperinci

SŪRYARAŚMI SKRIP KARYA TARI OLEH : NAMA : NI NYOMAN SUMARIASIH NIM :

SŪRYARAŚMI SKRIP KARYA TARI OLEH : NAMA : NI NYOMAN SUMARIASIH NIM : SŪRYARAŚMI SKRIP KARYA TARI OLEH : NAMA : NI NYOMAN SUMARIASIH NIM : 2006.01.018 PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2010 SŪRYARAŚMI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Karya tari Kicak Shrogol merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari

BAB V PENUTUP. Karya tari Kicak Shrogol merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Karya tari Kicak Shrogol merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari motif gerak tari Angguk yaitu motif kirig, cakilan, megol, dan shrokal. Mata kuliah Koreografi dan

Lebih terperinci

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI Oleh: DESAK PUTU DIAH DHARMAPATNI 1001605003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hasil beberapa penelitian dan survei

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV. MITRA MANDIRI. Oleh: ANAK AGUNG AYU TRISNA DEWI NIM:

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV. MITRA MANDIRI. Oleh: ANAK AGUNG AYU TRISNA DEWI NIM: ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV. MITRA MANDIRI Oleh: ANAK AGUNG AYU TRISNA DEWI NIM: 0615351224 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN REMAJA DALAM KEPUTUSAN MEMBELI TELEPON GENGGAM MEREK NOKIA DI KOTA DENPASAR

BEBERAPA FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN REMAJA DALAM KEPUTUSAN MEMBELI TELEPON GENGGAM MEREK NOKIA DI KOTA DENPASAR BEBERAPA FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN REMAJA DALAM KEPUTUSAN MEMBELI TELEPON GENGGAM MEREK NOKIA DI KOTA DENPASAR Oleh : I MADE NUGRAHA SANTOSA NIM: 0515251011 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK OCBC NISP DI DENPASAR SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK OCBC NISP DI DENPASAR SKRIPSI PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK OCBC NISP DI DENPASAR SKRIPSI Diajukan oleh: LUH AYU MULYANINGSIH NIM: 1115251063 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MUTU KARYA SENI KARAWITAN

MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MUTU KARYA SENI KARAWITAN MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MUTU KARYA SENI KARAWITAN Dosen Pengampu : Nyoman Lia Susanthi, SS.,MA Mata Kuliah : Teknologi Informasi Seni OLEH : I MADE DWI ANDIKA PUTRA NIM. 201321030

Lebih terperinci

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi. PEMATANGAN GERAK DAN IRINGAN WAYANG TOPENG DESA SONEYAN SEBAGAI USAHA PELESTARIAN KESENIAN TRADISI Rustopo, Fajar Cahyadi, Ervina Eka Subekti, Riris Setyo Sundari PGSD FIP Universitas PGRI Semarang fajarcahyadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas/Semester : IX (sembilan) / I (satu) Mata Pelajaran : Seni Budaya SILABUS PEMBELAJARAN Standar : SENI RUPA 1. Mengapresiasi karya seni rupa 1.1 Mengidentifikasi seni rupa murni yang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA OLEH : ADE HENDRA YASA NIM : 0916051080 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI ING KALI CIMANUK

SKRIP KARYA SENI ING KALI CIMANUK SKRIP KARYA SENI ING KALI CIMANUK OLEH : IMAWATI NIM. 2011 01 045 PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2014 SKRIP KARYA SENI ING KALI

Lebih terperinci

PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI

PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI PENGARUH SUPERVISI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA PADA KINERJA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI Oleh : DIAN LAKSMI NIM: 0706305011 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI AIR SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN TABANAN

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI AIR SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN TABANAN ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI AIR SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN TABANAN Oleh : I GUSTI AGUNG NGURAH PRAMANA NIM: 0506305056 FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM)

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI LAGU ISLAMI TINGKAT SMP/MTs SE KABUPATEN BANTUL Oleh: Fu adi, S.Sn., M.A JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN

Lebih terperinci