BAB II SEJARAH BERDIRINYA RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING PTP NUSANTARA II TANJUNG MORAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SEJARAH BERDIRINYA RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING PTP NUSANTARA II TANJUNG MORAWA"

Transkripsi

1 BAB II SEJARAH BERDIRINYA RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING PTP NUSANTARA II TANJUNG MORAWA 2.1 Gambaran Umum Sumatera Timur Daerah Sumatera Timur merupakan daerah dataran rendah yang sangat luas. Luas seluruh daerah Sumatera Timur adalah km persegi. 10 Banyak sungaisungai yang bermuara ke Selat Malaka. Di sepanjang sungai itu, terutama di muara sungai ditumbuhi pohon nipah dan bakau yang lebat. Sungai yang berhulu di Dataran Tinggi Karo dan Simalungun tersebut membawa sisa-sisa debu halus, pasir, serta tanah gembur. Endapan Lumpur yang dibawa sungai-sungai tersebut luasnya rata-rata sekitar 30 Km. 11 Hal ini menyebabkan daerah Pantai Timur bertambah luas masuk ke Selat Malaka. Tanah-tanah di sepanjang Pantai Timur Sumatera ini menjadi lahan subur untuk pertanian Hingga pertengahan abad ke-19 Sumatera Timur dihuni oleh kelompok etnis Melayu, Batak Karo, dan Simalungun. Mereka inilah yang disebut penduduk asli Sumatera Timur. 12 Etnis Melayu sendiri menempati sepanjang pesisir pantai Timur Sumatera mulai dari perbatasan Aceh (Tamiang) sampai ke Siak. Sesuatu yang khas dari raja-raja Melayu adalah kemampuannya menjalin hubungan dengan suku-suku lain yang saling menguntungkan tanpa harus mengorbankan identitas mereka. Hal 10 Karl J. Pelzer, Toen Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan, Jakarta: Sinar Harapan, hal Ibid., hal Anthony Reid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera Timur, Jakarta: Sinar Harapan, hal

2 inilah yang membuat etnis Melayu mampu berkuasa di bandar-bandar Pantai Timur Sumatera. Orang Batak Karo menempati dataran tinggi Karo yang tidak mengenal sistem pemerintahan kerajaan. Sedangkan orang Simalungun tinggal di dataran tinggi Simalungun. Orang Simalungun telah memiliki lembaga pemerintahan kerajaan. Orang Simalungun ada yang menetap di daerah-daerah kerajaan Melayu, bahkan ada yang sudah memelayukan 13 diri. 14 Kerajaan-kerajaan yang terdapat di Sumatera Timur adalah Kerajaan Melayu, Deli, Serdang, Asahan, Langkat, Kualoh, Bilah, Panai, Kota Pinang, Indrapura, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, Suku Dua, Pelalawan, Bedagai, Padang dan Kerajaan Rokan, Tambusai, Kepenuhan, Rambah, Kuntur Dar Es Salam dan Senggigi, Lima Urung Deli, Sinembah, Sunggal, Percut, dan Hamparan Perak. Di kawasan Dataran Tinggi Simalungun terdapat kerajaan Dolok Silau, Silimakuta, Purba, Raya, Pane, Siantar, dan Tanah Jawa. Di daerah Tanah Karo terdapat Sibayak yang kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kerajaan. Sibayak itu adalah Sibayak Kutabuluh, Sarinembah, Lingga, Suka, dan Barus Jahe Memelayukan diri adalah meninggalkan identitas kesukuan asli dan masuk menjadi etnis melayu. Untuk dapat menjadi etnis Melayu, seseorang cukup beragama Islam dan mengikuti adat resam budaya Melayu. 14 Suprayitno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia, Yogyakarta: Terawang Press, hal Ibid., hal

3 2.3 Sejarah Perkebunan Tembakau di Sumatera Timur Tanaman tembakau pertama kali ditanam di Deli oleh seorang pegawai Belanda bernama Jacobus Nienhuys pada tahun Hal ini tidak terlepas dari peran Said Abdullah bin Umar Bilsagih 16 yang mengajak pedagang Belanda di Jawa untuk membeli dan menanam tembakau di Deli. 17 Pada bulan Juli tahun 1963 datanglah pedagang tembakau dari Jawa termasuk Jacobus Nienhuys dengan kapal Josephine dari Firma Van Leeuwen en Mainz & Co ke Kuala Deli. 18 Mereka mendapat kontrak selama 20 tahun dari Sultan Deli untuk menanam tembakau. Pada awal berdirinya perusahaan perkebunan, usaha Jacobus Nienhuys mengalami kegagalan karena masalah gaji buruh yang sangat tinggi. Pada akhirnya Jacobus Nienhuys memutuskan untuk memulai usahanya sendiri dengan bantuan modal dari Tuan Van Den Arend. 19 Jacobus Nienhuys memulai usaha barunya di Martubung dengan jumlah pekerja 120 orang buruh Tionghoa dari Penang dan 23 orang Melayu. 20 Tembakau yang ditanam di Deli ini ternyata memiliki prospek yang baik. 16 Said Abdullah adalah putera seorang pedagang kaya dari Arab yang tinggal di Surabaya. Hidupnya boros dan senang akan petualangan. Tahun 1863, Abdullah berlayar dengan tujuan Singapura-Siak-Kalkuta, namun dalam pelayaran kapalnya diterjang badai dan terdampar di dekat pantai Deli. Akhirnya dia dinikahkan dengan saudara perempuan Sultan Deli dan menjadi salah seorang keluarga Sultan. Lihat: Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di Sumatera Timur (Tahun ), (Bandung: Alumni, 1978), hal. 36, Lihat juga: T. Luckman Sinar Basarshah II, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, (Medan: tanpa penerbit, tanpa tahun terbit), hal T. Luckman Sinar Basarshah II, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan: tanpa penerbit, tanpa tahun terbit. hal Ibid., hal Ibid. 20 Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di Sumatera Timur (Tahun ), Bandung: Alumni, hal

4 Pada bulan Maret 1864, contoh daun tembakau Deli yang pertama tiba di Rotterdam, Belanda. Sambutan para pedagang tembakau terhadap daun tembakau Deli sangat memuaskan karena kualitas daun yang baik dan daya bakar yang juga baik. Keuntungan besar yang diperoleh menyebabkan banyak maskapai-naskapai asing datang untuk menanam tembakau di Deli. Tahun 1866, dibentuklah perkongsian antara C.W. Janssen, P.W. Clemen dan Jacobus Nienhuys, bernama Deli Maatschappij yang semakin diperkuat oleh kehadiran J.T. Cremer dengan kuli-kuli Cina dan India yang didatangkan dari Penang. 21 Pada tahun 1872, di Deli telah terdapat 13 perkebunan tembakau, satu di Langkat dan satu di Serdang. Tahun terjadi penambahan perkebunan yang pesat di Deli menjadi 44 perkebunan, 20 di Langkat, sembilan di Serdang, dua di Bedagai dan satu di Padang. 22 Galang Tobacco Cy Ltd membuka perkebunan di Serdang, Tuan De Floris dan Hordijk membuka perkebunan di Ramunia, Tuan J. Van Der Sluis membuka perkebunan di Perbaungan dan Tuan Naeher dan Grob membuka kebun di Tanjong Morawa Kiri, Petumbak, Sei Bahasa dan Tadukan Raga. 23 Dalam waktu yang relatif singkat, pohon-pohon di hutan ditebang untuk persiapan lahan dan banyak kebun tembakau didirikan. Setelah berdirinya Deli Maatschappij, pada tahun 1875 berdiri pula perusahaan Deli Batavia Maatschappij, Tabak Maatschappij Arendburg tahun 1877 dan Senembah Maatschappij pada tahun 1889, serta banyak perusahaan tembakau lainnya. Sampai tahun 1889, tercatat telah 21 T. Luckman Sinar Basarshah II, Op.Cit, hal Mahadi, Op.Cit, hal T. Luckman Sinar Basarshah II, Op.Cit, hal

5 ada 170 perkebunan besar maupun kecil. Perkebunan-perkebunan tersebut tersebar di wilayah Siak, Asahan, Serdang, Deli dan Langkat. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah perkebunan semakin berkurang. Beberapa perkebunan tidak dapat bertahan dalam persaingan dengan perkebunanperkebunan yang berada pada tanah-tanah yang baik, yaitu tanah-tanah yang terletak di antara dua sungai besar, yaitu Sungai Ular (Serdang) dan Sungai Wampu (Langkat). Di luar kawasan itu, satu persatu perusahaan gulung tikar dan mengalihkan usahanya pada budidaya lainnya, seperti karet karena tanahnya tidak cocok untuk tanaman tembakau. 2.4 Maskapai Perkebunan Senembah Maskapai Perkebunan Senembah (Senembah Maatschappij) merupakan maskapai perkebunan yang didirikan tahun 1889 untuk meneruskan usaha perkebunan yang dimiliki oleh Firma Naeher & Grob. Maskapai ini memiliki kebun yang ada di Tanjung Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Sei Bahasa, Batang Kuis, Gunung Rinteh dan Petumbak. 24 Pada tahun-tahun awal berdirinya Senembah Maatschappij masih dibantu oleh Deli Maatschappij dalam hal pembiayaan dan untuk menjual tembakau mereka ke pasaran. Firma Naeher & Grob merupakan usaha bersama dua orang asing, yaitu Hermann Naeher, seorang pedagang di Sicilie yang berkebangsaan Beier dan Karl 24 Ibid., hal

6 Furchtegott Grob, pendiri onderneming Helvetia yang berkebangsaan Swiss. 25 Pada tahun 1871 mereka mendapat kontrak tanah dari Serdang seluas 7588 bahu 26. Tahun 1876 lahan mereka ditambah dengan sebidang tanah yang terletak di Deli, kemudian pada tahun 1886 semakin meluas ke gunung-gunung dan ke pantai, sehingga luas wilayah mereka menjadi bahu pada tahun Letak kebun-kebun Naeher & Grob yang kebanyakan berada di tepi sungai Belumai mendatangkan keuntungan tersendiri bagi maskapai ini, mereka tidak memerlukan pembukaan jalan menuju ke Medan untuk pemasukan barang maupun pengeluaran hasil-hasil perkebunan. Pada waktu itu, sungai Belumai merupakan sungai yang baik untuk dilayari. Di muara sungai Belumai terdapat kebun-kebun nipah yang juga mereka manfaatkan untuk keperluan atap bagi gudang-gudang tembakau mereka. Kemajuan Firma Naeher & Grob ini disebabkan karena tanah-tanah yang mereka miliki menghasilakan daun-daun tembakau yang besar, berat dan berwarna gelap yang pada waktu itu lebih disukai oleh orang-orang Eropa. Kondisi inilah yang menyebabkan Firma Naeher & Grob mengalami kemajuan yang pesat. Namun hal ini tidak berlangsung lama, sebab sekitar tahun 1887 terjadi perubahan selera pada orang-orang Eropa. Selera mereka berubah menjadi lebih menyukai tembakau yang berwarna cerah C.W. Janssen, Senembah Maatschappij , Amsterdam:Drukkerij v/h Roeloffzen- Hübner en Van Santen, hal Istilah aslinya adalah bouws yaitu satuan seluas 7096,50 M² 27 Ibid. 28 Ibid., hal

7 Menjelang tahun 1888, suhu udara yang panas dan kering menghasilkan produksi tembakau yang berat dan besar, sehingga pada tahun itu terjadi penurunan harga tembakau. Harga yang buruk ini cukup membuat Firma Naeher & Grob mengalami kerugian yang besar. Kesehatan Karl Furchtegott Grob yang pada waktu itu yang juga sedang tidak baik mengakibatkan Naeher & Grob berniat untuk menjual Firma yang telah mereka dirikan. Mereka memberitahukan rencana penjualan Firma mereka kepada Deli Maatschappij. Pimpinan Deli Maatschappij menyarankan agar mereka menjual milik mereka pada Perseroan Terbatas yang mereka bentuk sendiri dengan harga yang telah mereka sepakati. Naeher & Grob menerima saran tersebut, maka berdasarkan izin kerajaan tanggal 30 September 1889 resmilah seluruh kebun milik Naeher & Grob menjadi milik Senembah Maatschappij dengan Jacobus Nienhuys dan C.W. Janssen sebagai direksi, sedangkan yang menjadi komisaris yaitu J. T. Cremer, H. Naeher, G. E. Haarsma, A. L. Wurfbain dan R. Von Seutter. 29 Pada awal terbentuknya Senembah Maatschappij, Naeher & Grob sempat ragu akan perkembangan maskapai ini. Hal ini disebabkan karena perubahan selera orang-orang Eropa terhadap tembakau dan kondisi cuaca yang buruk pada tahuntahun tersebut. Selama beberapa tahun sejak berdirinya, Senembah Maatschappij masih mendapat bantuan dana dari Deli Maatschappij. Namun, setelah beberapa tahun berlalu, hasil yang diperoleh dari Senembah Maatschappij jauh melebihi apa yang diharapkan oleh para pendirinya. Sebab, walaupun tanah-tanah yang dimiliki oleh Senembah Maatschappij tidak sama dan bahkan ada yang berada di bawah mutu 29 Ibid., hal

8 tanah-tanah Deli Maatschappij, tetapi tembakau hasil perkebunan Senembah masih tergolong yang paling baik dari tembakau-tembakau Pantai Timur. 30 Pada tahun awal berdirinya Senembah Maatschappij yaitu tahun 1889 luas tanah yang dimiliki oleh maskapai ini seluas bahu. Tahun 1897 luas tanah yang dimiliki Senembah Maatschappij bertambah menjadi bahu, dimana terletak di Serdang dan sisanya bahu berada di Deli. 31 Penambahan luas wilayah perkebunan ini menunjukkan bahwa Senembah Maatschappij telah mengalami kemajuan dalam hal keuangan. Selain penambahan wilayah perkebunan, maskapai ini juga menambah gudang-gudang pengeringan tembakau serta memperbaiki gudang-gudang yang lama. Hasil panen tahun tahun berikutnya yang tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, tidak lagi menjadi ancaman berarti bagi maskapai ini. Cadangan dana yang mereka miliki membuat Senembah Maatschappij mampu mengatasi masa-masa sulit tanpa bantuan dari Deli Maatschappij Kondisi Buruh Perkebunan Maskapai Senembah Faktor yang sangat penting dalam suatu proses produksi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja untuk proses produksi tanaman perkebunan dikenal dengan istilah kuli atau buruh perkebunan. Pada umumnya buruh perkebunan dipekerjakan untuk pembukaan lahan, menanam, merawat, mengangkut hasil produksi dan mengeringkannya. Penanaman tembakau menggunakan sistem ladang berpindah, dimana setelah satu kali proses produksi tembakau, maka lahan tersebut ditinggalkan 30 Ibid. 31 Ibid. 35

9 dan dibiarkan sekitar delapan tahun lamanya baru kemudian dapat ditanami kembali. Hal ini disebabkan karena apabila setelah selesai satu kali masa produksi tembakau, lahan tersebut langsung ditanami kembali, maka hasil produksinya tidak akan baik. Sistem ladang berpindah tersebut menyebabkan pembukaan lahan baru dilakukan setiap tahun. Pembukaan lahan baru ini tidaklah mudah, sebab areal yang mereka akan kerjakan adalah hutan dan rawa-rawa, sementara alat berupa mesin tidak ada, sehingga pekerjaan itu hanya dilakukan oleh tangan dan alat seadanya. Dengan alat yang seadanya, sementara medan yang dikerjakan cukup sulit dan berbahaya menjadikan pekerjaan membuka lahan merupakan pekerjaan yang paling berat yang dilakukan oleh para buruh. Dalam sekali proses produksi, satu tahun dibagi menjadi dua periode kerja yaitu masa ladang yang berlangsung selama delapan bulan lebih dan sisanya adalah masa lumbung. 32 Pekerjaan untuk membuka dan menyiapkan ladang dilakukan oleh orang-orang Jawa, India dan para pekerja di sekitar perkebunan. Pekerjaan mereka adalah membabat hutan, mencangkul dan meratakan tanah, membuat guludan tanaman dan menggali parit pembuangan air, membangun lumbung untuk pengeringan tembakau dan membangun barak untuk tempat tinggal para kuli. 33 Tempat tinggal para kuli yang berupa barak di bangun berjajar atau membentuk bujur sangkar mengelilingi lapangan. Di lapangan tersebut didirikan dapur umum untuk tempat memasak makanan para kuli perkebunan. Sisa-sisa sampah dan air yang tergenang menambah kotor dan baunya lingkungan tempat 32 Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke 20. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, hal Ibid. 36

10 tinggal serta menjadi sumber penyakit yang berbahaya, belum lagi sanitasi seadanya berupa lubang-lubang terbuka yang dibuat tak jauh dari perumahan membuat penyakit gampang sekali muncul dan berkembang. 34 Sesuai peraturan yang ditetapkan ordonansi kuli, waktu kerja para kuli adalah sepuluh jam sehari. Namun, dalam kenyataanya mereka bekerja lebih dari sepuluh jam sehari. Ladang yang biasanya cukup jauh dari barak tempat mereka tinggal, membuat mereka harus datang lebih awal karena mereka harus tiba tepat waktu sesuai dengan yang telah disepakati. Kerja harian dengan sistem borong mengakibatkan mereka tidak boleh pulang sebelum pekerjaan mereka selesai. Mereka baru diperbolehkan pulang apabila pekerjaan yang ditetapkan oleh pemimpin perkebunan telah selesai mereka kerjakan. Kondisi ini kadang menyebabkan mereka bekerja satu atau dua jam lebih lama dari aturan yang telah ditetapkan oleh ordonansi kuli yaitu sepuluh jam sehari. Kerja para buruh yang seperti ini tidak dibarengi dengan upah yang memadai, sehingga kehidupan para buruh semakin sulit. Kondisi ini semakin diperparah dengan tidak mencukupinya asupan gizi yang mereka terima. Jan Bremen mengungkapkan bahwa tuan kebun cenderung memperdaya para kuli dengan tidak memberikan kebebasan kepada kuli untuk membelanjakan upah mereka yang memang sudah rendah tersebut. Banyak perkebunan yang menggaji kulinya sebagian dengan uang buatan sendiri berupa kertas bon atau keping logam yang hanya dapat dibelanjakan di toko (kedai) perkebunan sementara staf Eropa dibayar dengan gulden. 34 Ibid., hal

11 Lebih lanjut Jan Bremen menjelaskan bahwa para pekerja harus menyediakan makanan mereka sendiri. Gaji yang diterima dua kali sebulan dihabiskan para kuli untuk kebutuhan yang paling pokok saja yaitu makan pagi dan malam yang hanya terdiri dari nasi saja. Karena panjangnya waktu mereka bekerja, mereka tidak lagi memiliki waktu untuk menanam sendiri sayur-sayuran atau padi. Pada masa-masa awal berdirinya perkebunan, para kuli masih memiliki waktu senggang untuk bercocok tanam ala kadarnya. Kalaupun para kuli masih ingin bercocok tanam, mereka akan kehilangan tenaga untuk bekerja di perkebunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa sistem kerja di perkebunan semakin kapitalis Pengembangan Pelayanan Kesehatan di Maskapai Perkebunan Senembah Setiap maskapai perkebunan besar pastinya memiliki tenaga kesehatan sendiri, tidak terkecuali maskapai perkebunan Senembah (Senembah Maatschappij), bahkan ketika perkebunan ini masih dikelola langsung oleh Naeher & Grob. 35 Pada awal berkembangnya perusahaan perkebunan, tenaga kesehatan yang ada adalah juru rawat dan peracik obat yang berasal dari India-Inggris yang didatangkan dari Penang. 36 Perlahan-lahan mereka digantikan oleh dokter-dokter Eropa. Tahun 1889 jumlah dokter-dokter Eropa di Deli sudah mencapai dua belas orang, mereka bertugas melayani 700 orang Eropa dan puluhan ribu kuli perkebunan. 37 Senembah Maatschappij memiliki sarana pelayanan kesehatan yang berpusat di Tanjung Morawa bernama Hospitaal Te Tandjong Morawa dan dikepalai oleh seorang dokter 35 C.W. Janssen, Op.Cit, hal Jan Bremen, Op.Cit. 37 Ibid. 38

12 Jerman bernama Dr. Hauser. 38 Rumah sakit ini dibangun tahun 1882, yaitu ketika perkebunan masih dimiliki oleh Naeher & Grob. Keadaan tempat tinggal para kuli perkebunan yang kotor serta kondisi pekerjaan berat yang mereka terima, sementara asupan gizi tidak mencukupi tentunya membuat mereka mudah terserang berbagai penyakit. Dalam bukunya yang berjudul Senembah Maatschappij , C.W. Janssen menjelaskan bahwa banyak para pekerja di perkebunan yang mati karena penyakit yang mewabah. Musim panas dan musim hujan yang berkepanjangan silih berganti tak menentu ditambah buruknya makanan menyebabkan munculnya penyakit beri- beri, kolera dan disentri. Selain tiga penyakit ini, penyakit anemia dan malaria juga banyak memakan korban. Walaupun sudah ada tempat pelayanan kesehatan di sana, namun pelayanannya masih buruk dan cenderung tidak maksimal. Kondisi yang tidak maksimal ini tampak dari masih adanya petinggi perkebunan orang Eropa yang mati ketika dalam masa perawatan, padahal rumah sakit ini memprioritaskan petinggi perkebunan yakni orang Eropa untuk dilayani. Buruknya perawatan di rumah sakit juga nampak dari tidak adanya fasilitas bahkan yang paling sederhana sekalipun yang seharusnya ada di setiap rumah sakit. Tidak ada tempat mencuci, tempat buang air besar dan kecil, pispot untuk malam hari, lampu untuk penerangan malam hari dan juga air minum. 39 Kondisi ini menyebabkan banyak kuli yang sakit akhirnya mati di rumah sakit. 38 C.W. Janssen, Op.Cit, hal Jan Bremen, Op.Cit. hal

13 Menurut C.W. Janssen, maskapai perkebunan sebenarnya masih memiliki saham di Nederlandsche Sanatorium The Crag di Penang sehingga staf Eropa yang sakit dapat dirawat di sana. Namun ketika dalam perjalanan ke sana, ada orang Eropa yang meninggal. Kejadian ini mendorong maskapai untuk memaksimalkan perawatan kesehatan yang ada di perkebunan. Usaha untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan ini dibuktikan dengan didatangkannya Dr. W.A.P. Schuffner untuk melakukan penelitian di Deli. Dr. Schuffner ditugaskan untuk meneliti penyakit-penyakit yang mewabah di perkebunan. Dr. Schuffner memulai penelitiannya dengan mencari tahu apa hubungan kesehatan yang buruk dengan keadaan wilayah setempat. Dengan dibantu Dr. Maurer, seorang dokter dari Deli Maatschappij, dia melakukan penelitian di laboratorium di Medan. Penelitiannya membuahkan hasil yang menarik di bidang kesehatan tropis. Dia telah dapat menemukan apa penyebab penyakit anemia, beriberi, dan malaria dan bagaimana cara mengatasinya. 40 Hasil peneliatiannya diterapkan dalam lingkungan kerja di perkebunan. Kondisi kesehatan para buruh mulai diperhatikan dan pelayanan kesehatan di rumah sakit juga semakin ditingkatkan. Tahun , jumlah kematian kuli menurun dari 60,2 menjadi 45,1 per 1000 orang. 41 Menurut Jan Bremen, angka ini masih cukup tinggi, namun dapat pula dikatakan menurun dibandingkan masa-masa sebelum kedatangan Dr. Schuffner. C.W. Janssen juga mengatakan dalam bukunya 40 C.W. Janssen, Op.Cit, hal Jan Bremen, Op.Cit. hal

14 bahwa keberhasilan Senembah Maatschappij dalam mengatasi penyakit perkebunan yang mewabah adalah karena pertolongan Dr. Schuffner dengan penelitiannya. Setelah Dr. A. Kuenen bekerja di Senembah Maatschappij, mereka mendirikan sebuah yayasan ilmu pengetahuan, yaitu Laboratorium Pathology di Tanjung Morawa yang bergabung dengan rumah sakit Deli Maatschappij. Yayasan ini dibiayai oleh Deli Maatschappij, Senembah Maatschappij dan Medan Tabak yang bersedia untuk melayani seluruh koloni dalam hal memberi petunjuk di bidang kesehatan. Penelitian mengenai penyakit-penyakit tropis tetap diteruskan dengan harapan bahwa di masa depan semakin banyak ilmuwan muda yang ambil bagian dalam kegiatan penelitian mereka. Di Laboratorium ini mereka dapat mempersiapakan diri untuk menjadi dokter yang menangani penyakit-penyakit tropis Nasionalisasi Maskapai Perkebunan Senembah Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, maka pihak kolonial meyerahkan kekuasaanya kepada Indonesia. Namun pihak kolonial tidak menyerah sampai di situ. Mereka masih berusaha untuk masuk kembali ke Indonesia dan menanamkan kekuasaannya, termasuk menguasai kembali aset perkebunan yang telah mereka bangun sebelumnya di Indonesia. Puncak pergolakan politik di perkebunan adalah terjadinya revolusi sosial tahun 1946, dimana banyak bangsawan kerajaan yang menjadi korban akibat dianggap pro kepada kolonial. Pada tanggal 27 Desember 1958, Presiden Soekarno menandatangani Undang-Undang No. 86 mengenai Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda di Indonesia. Tujuannya, selain sebagai alat politik untuk merebut kembali 41

15 Irian Barat yang pada waktu itu memang masih menjadi perdebatan, juga untuk menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia, memperkuat kemampuan nasional dan menghapus diskriminasi ekonomi serta penaklukan ekonomi kolonial. 42 Undang- Undang tersebut juga mengatur ganti rugi bagi pemilik lama untuk mencari penyelesaian hukum di pengadilan Indonesia jika ganti rugi yang ditawarkan tidak memuaskan. 43 Pada saat perkebunan tembakau dinasionalisasi tahun 1957, tinggal dua perusahaan perkebunan tembakau yang masih bertahan, yakni Deli Maatschappij dengan 17 kebun tembakau dan Senembah Maatschappij dengan 5 kebun tembakau. 44 Dari sekitar 76 perkebunan tanaman umur panjang yang ada di Sumatera Utara termasuk Aceh, 54 adalah perkebunan karet, 13 perkebunan kelapa sawit, lima perkebunan teh dan empat perkebunan sisal serta tanaman berserat lainnya. 45 Nasionalisasi ini mengakibatkan terjadinya perubahan nama pada perusahaan perkebunan Belanda yaitu Deli Maatschaapij dan Senembah Maatschaapij. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1960, kedua perusahaan tersebut berubah status menjadi Perusahaan Perkebunan Nasional (PPN). Deli Maatschaapij inilah yang kemudian menjadi PPN Tembakau Deli berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1963, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1968 berganti nama menjadi PNP IX. Sementara Senembah Maatschaapij berganti nama menjadi PNP II. Berdasarkan Peraturan Pemerintah 42 Karl Pelzer, Sengketa Agraria Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal Ibid. 44 Ibid. 45 Ibid. 42

16 Nomor 44 tahun 1973, PNP IX berganti nama lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan IX. Sementara PNP II berganti nama menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan II berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun PT Perkebunan II (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha Pertanian dan Perkebunan yang didirikan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing, SH No. 12 tanggal 5 April Kemudian diperbaiki dengan Akte Notaris No. 54 tanggal 21 Desember 1976 dan pengesahan Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. Y.A. 5/43/8 tanggal 28 Januari 1977 dan telah diumumkan dalam Lembaran Negara No. 52 tahun 1978 yang telah didaftarkan kepada Pengadilan Negeri Tingkat I Medan tanggal 19 Pebruari 1977 No. 10/1977/PT. Perseroan Terbatas ini bernama Perusahaan Perseroan (Perseroan) PT Perkebunan II yang merupakan perubahan bentuk dan gabungan dari PN Perkebunan II Tanjung Morawa dengan PN Perkebunan IX Sawit Seberang. Pendirian perusahaan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1969, Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan dan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun Tanggal 11 Maret 1996 kembali diadakan perubahan organisasi perkebunan berdasarkan nilai kerja. PT Perkebunan II yang diresmikan dengan Akte Notaris GHS. Loemban Tobing, SH Nomor 6 tanggal 1 April 1974 dan PT Perkebunan IX 46 Arsip PTPN II Tanjung Morawa; PP No 7 Tahun 1996, Tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PTP II dan PTP IX menjadi PTPN II. 47 Website PTPN II, (diakses tanggal 9 Oktober). 43

17 yang diresmikan dengan Akte Notaris Ahmad Bajumi, SH Nomor 100 tanggal 18 September 1983 dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama PT Perkebunan Nusantara II yang dibentuk dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH Nomor 35 tertanggal 11 Maret Akte pendirian ini kemudian disyahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No. C HT TH.96 dan diumumkan dalam Berita Negera RI Nomor 81. Pendirian Perusahaan yang merupakan hasil peleburan PTP-II dan PTP-IX berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 tahun Nasionalisasi bukan hanya terjadi pada perkebunannya saja, namun institusi yang termasuk di dalamnya juga ikut dinasionalisasi, termasuk institusi pelayanan kesehatan yang dimiliki Senembah Maatschaapij. Rumah Sakit Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit milik perkebunan. Ketika perkebunan dinasionalisasi, rumah sakit ini juga termasuk di dalamnya. Maka berdasarkan SK No. : II.0/KPTS/3/1969 tahun 1969 yang dikeluarkan Direktur Utama MD. Nasution, rumah sakit PNP-II Tanjung Morawa disahkan menjadi Rumah Sakit Dr. Gerhard Lumban Tobing PT Perkebunan II Tanjung Morawa. 48 Website PTPN II, (diakses tanggal 9 Oktober). 44

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera timur sudah menanam tembakau sebelum kedatangan orang Barat ke

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera timur sudah menanam tembakau sebelum kedatangan orang Barat ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Timur (Sumatera Ooskust) memiliki sejarah panjang tentang perkebunan khususnya tembakau. Menurut Anderson, masyarakat Melayu di Sumatera timur sudah menanam

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT 2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris yang berarti bahwa penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan pendapatan nasional sebagian besar bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 Ini berarti bahwa tembakau sudah menjadi tanaman yang diproduksi disamping tanaman-tanaman

Lebih terperinci

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) 2.1 Kondisi Geografis Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX (Persero) terbentang di dataran rendah Pantai Timur Sumatera. 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deli adalah sebuah kesultanan yang wilayahnya merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah yang sangat kaya

Lebih terperinci

LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera

LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Umum Kabupaten Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Eksistensi VOC yang telah berlangsung sejak 1609, harus berakhir karena jatuh pailit (1799) dengan utang 134,7 juta gulden. Keruntuhan tersebut, menyebabkan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang sangat sepi penduduknya, sejak berdirinya perkebunan tembakau pada tahun 1863 oleh Jacob

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulu Cina merupakan sebuah desa yang berdomisili di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman kolonial Belanda, Bulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Tembakau Deli, yang ditanam di wilayah Sumatera Timur.

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Tembakau Deli, yang ditanam di wilayah Sumatera Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil dari perkebunan Tembakau di Indonesia sangat terkenal dengan kualitas dan aromanya yang khas. Salah satu Tembakau yang diproduksi dikenal dengan sebutan Tembakau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedagang, buruh, karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pedagang, buruh, karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Desa Kolam atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kampung Kolam merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Sumatera Utara. Diawali dengan kedatangan Jacobus Nienhuys ke pesisir timur Sumatera Utara pada 6 Juli 1863 dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949 Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sejarah lahan tanah jaluran di Sumatera Timur bermula dari kedatangan onderneming swasta yang dimulai oleh J. Nienhuys yang mampu menghasilkan 50 bal tembakau dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama yang berkuasa di Langkat bernama Dewa Shahdan. Dewa Shahdan lahir pada tahun 1500, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tetapi berasal dari Afrika Barat. Invasi kelapa sawit pertama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tetapi berasal dari Afrika Barat. Invasi kelapa sawit pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buah kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati yang paling banyak, sehingga tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan Provinsi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu. Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah daerah Agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang masalah Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar dan kecil, serta masyarakatnya mempunyai beraneka ragam agama, suku bangsa, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan mesin-mesin yang digerakkan dengan tenaga uap. Orang-orang tidak dapat membantah dan menyangkal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN 17 BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN A. Sejarah Singkat Kepenghuluan Tanjung Medan Kepenghuluan Tanjung Medan lahir sekitar 173 tahun silam. kata tanjung medan di ambil dari dua kata, yaitu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pada awal abad ke 20 ada keinginan dari golongan orang Belanda untuk mengubah cara penjajahannya di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Etnis Tionghoa merupakan bahan kajian yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Etnis Tionghoa merupakan bahan kajian yang menarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Etnis Tionghoa merupakan bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkandengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan etnis Tionghoa adalah sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa yang tersebar dari sabang sampai merauke. Keunikan tersebut menjadi nilai tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur

BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR 2.1. Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur Sumatera Timur dibatasi oleh Aceh di barat laut, Tapanuli di barat daya Bengkalis di tenggara dan Selat Malaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya dinamai suku Karo sekarang ini (P. Sinuraya,2000: 1). Setelah hancurnya Kerajaan Haru Wampu, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III Medan Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah PT. Perkebunan Nusantara III Medan. PT Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama

BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kekuasaan kolonial di Sumatera Timur dimulai setelah ditandatanganinya perjanjian antara Siak dengan Belanda pada 1 Pebruari 1858 yang kemudian dikenal sebagai traktaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, Jawa, Batak Karo, India dan Cina. Di antara etnik tersebut terdapat dua kelompok etnik yang berasal

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 PT. Perkebunan Nusantara IV 4.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1996 tentang penggabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan tanah perkebunan besar pada masa Hindia Belanda selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan tanah perkebunan besar pada masa Hindia Belanda selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan tanah perkebunan besar pada masa Hindia Belanda selalu menimbulkan sengketa antara pengusaha dengan rakyat. Hal ini disebabkan karena tanah perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong perekonomian Sumatera Utara. Menurut data yang diperoleh dari Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi, kota terbesar,

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur kerajaan negeri-negeri Melayu di Semenanjung

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI A. Sejarah Singkat Kecamatan. Kecamatan Bandar Khalifah sebelum merdeka adalah merupakan bagian dari Kerajaan Padang. Pada masa kekuasaan Raja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan Langkat. Sultan Musa membangun masjid ini karena pada masa itu kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : Edisi Khusus.Semnas Tembakau. Vol.3. No.3. Desember (21) : ABSTARAK

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : Edisi Khusus.Semnas Tembakau. Vol.3. No.3. Desember (21) : ABSTARAK PELESTARIAN DAN PERLINDUNGAN TEMBAKAU DELI Sebuah Perspektif Historis Edi Sumarno Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, 20155 Corresponding author : semnastembakau@gmail.com ABSTARAK Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan buruh anak makin banyak diperhatikan berbagai pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena buruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka jumlah buruh pun semakin meningkat. Begitu pula dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. maka jumlah buruh pun semakin meningkat. Begitu pula dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki buruh dengan jumlah yang besar. Semakin berkembangnnya industri dalam suatu negara maka jumlah buruh pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk mengunjungi hingga menjajah Indonesia adalah potensi sumber sumber daya alam Indonesia yang melimpah.indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BINJAI, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LANGKAT DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II DELI SERDANG Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1986 Tanggal 6 Pebruari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Sejarah PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) penataan kembali (Restrukturisasi / Konsolidasi) BUMN Sub Sektor

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Sejarah PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) penataan kembali (Restrukturisasi / Konsolidasi) BUMN Sub Sektor 46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan salah satu BUMN hasil penataan kembali (Restrukturisasi / Konsolidasi)

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERPINDAHAN PUSAT KESULTANAN DELI DARI PEKAN LABUHAN KE KOTA MEDAN

LATAR BELAKANG PERPINDAHAN PUSAT KESULTANAN DELI DARI PEKAN LABUHAN KE KOTA MEDAN LATAR BELAKANG PERPINDAHAN PUSAT KESULTANAN DELI DARI PEKAN LABUHAN KE KOTA MEDAN Jufrida Balai Arkeologi Medan Abstract At the end of 19th century, the center of government of Sultanate Deli moved from

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang merupakan ibukota Kecamatan Barusjahe yang menaungi 19 desa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. buminya yang melimpah ruah serta luasnya wilayah negara ini. Kekayaan

I. PENDAHULUAN. buminya yang melimpah ruah serta luasnya wilayah negara ini. Kekayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, hasil buminya yang melimpah ruah serta luasnya wilayah negara ini. Kekayaan alam yang dimiliki

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. SH No. 12 tanggal 5 April 1976 yang diperbaiki dengan Akte Notaris No. 54

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. SH No. 12 tanggal 5 April 1976 yang diperbaiki dengan Akte Notaris No. 54 BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan Perseroan PT Perkebunan II bergerak dibidang usaha Pertanian dan Perkebunan didirikan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing, SH No. 12 tanggal 5

Lebih terperinci

Pohon dan Kemiskinan Ringkasan dari buku: EKOLOGI PEDESAAN:

Pohon dan Kemiskinan Ringkasan dari buku: EKOLOGI PEDESAAN: Pohon dan Kemiskinan Ringkasan dari buku: EKOLOGI PEDESAAN: Sebuah Bunga Rampai (Edisi Pertama, 1982, Yayasan Obor, xix, 342hal) oleh: Sajogjo (penyunting) Diringkas oleh: Heru Sunoto PENULIS: Karl J.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deli Tua adalah sebuah kota kecil yang terletak di kecamatan Deli Tua kabupaten Deli Serdang, kota ini adalah kota yang bisa dipastikan sebagai sendisendi kehidupan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Segitiga Oldeman Untuk Menentukan Kelas Agroklimat

Lampiran 1. Segitiga Oldeman Untuk Menentukan Kelas Agroklimat 45 Lampiran 1. Segitiga Oldeman Untuk Menentukan Kelas Agroklimat Sumber : Handoko (1995) 46 Lampiran 2. Segitiga Tekstur Tanah Usda Sumber : Foth (1998) 47 Lampiran 3. Zona Agroklimat dan Kesesuaian untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk sebagian besar tinggal di daerah pedesaan. Rakyat kita menggantungkan nasibnya bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kota Medan 2.1.1 Letak Geografis Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Rapi Arjasa berdiri pada tahun 1969 dengan akte notaris No. 51 tanggal 14 Oktober 1969 dimana ketika perusahaan ini didirikan masih berbentuk

Lebih terperinci