4 METODOLOGI B C. Keterangan: Gambar 4 Bahan penyusun small bottom setnet. A = jaring B = pelampung C = desain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 METODOLOGI B C. Keterangan: Gambar 4 Bahan penyusun small bottom setnet. A = jaring B = pelampung C = desain"

Transkripsi

1 45 4 METODOLOGI 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di Kawasan Konservasi Laut, tepatnya di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penelitian dilaksanakan selama 13 (tiga belas) bulan dimulai dari persiapan sampai analisis data. Waktu pelaksanaan penelitian di mulai dari pembuatan bagian-bagian small bottom setnet 7 (tujuh) bulan, pemasangan sampai pengamatan di dasar perairan 3 (tiga) bulan, tabulasi hingga analisis data 3 (tiga) bulan, terhitung sejak bulan Oktober 2007 sampai dengan bulan Oktober Bahan dan Alat Penelitian Small bottom setnet Bahan setnet yang digunakan adalah tipe small bottom setnet dengan konstruksi utama terdiri dari leadernet, wings, playground, bagnet, pemberat dan pelampung seperti terlihat pada Gambar 4. A B C Keterangan: A = jaring B = pelampung C = desain Gambar 4 Bahan penyusun small bottom setnet

2 46 Spesifikasi dan gambar bagian-bagian small bottom setnet yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2, dan Gambar 5. Tabel 2 Spesifikasi small bottom setnet No Bagian Material Ukuran Jumlah 2 1 Leadernet (penaju) PE (mesh size 2 inci) 20 x 2,5 m 2 set 2 2 Wings (sayap) PE (mesh size 2 inci) 2,5x 12 m 2 set 3 Playground (badan jaring) 3 PE (mesh size 1 ¼ inci) 3 x 3 x 2,5 m 1 set 3 4 Bagnet (kantong) PA knotless (mesh size ½ inci) 3 x 1 x 1 m 3 set 5 Pelampung kecil Sinthetic rubber 20 cm 200 buah 6 Pelampung besar Plastik 30 cm 10 buah 7 Pemberat Rantai timah 66 m 20 kg 8 Tali ris PA 6 mm 200 m

3 escaped Bagnet portable Bagnet permanent Keterangan: 1 = Tali ris 2 = Leadernet 3 = Pemberat 4 = Wings 5 = Bagnet 6 = Waring selubung 7 = Playground 8 = Pelampung besar 9 = Pelampung kecil Gambar 5 Bagian-bagian small bottom setnet

4 48 Secara lengkap ukuran dan desain masing-masing bagian dari small bottom setnet yang digunakan dalam penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Leadernet Leadernet yang dikenal sebagai penaju diharapkan dapat berfungsi sebagai penghadang dan pembimbing arah renang ikan yang sedang berenang atau beruaya menuju dan masuk ke badan trap dan kantong. Di dalam pekerjaan ini digunakan satu unit leadernet yang mempunyai bahan dan konstruksi sama dengan sayap. Leadernet yang digunakan mempunyai panjang 20 meter dan tinggi 2,5 meter. (2) Wings Small bottom setnet yang digunakan dalam penelitian ini memiliki wings (sepasang sayap), yaitu sayap kiri dan sayap kanan. Bentuk sayap merupakan bidang empat persegi panjang. Masing-masing sayap mempunyai panjang 12 meter dengan lebar 2,5 meter. Badan sayap terbuat dari bahan jaring PE, ukuran mata jaring 2 inci. Sayap dilengkapi dengan rantai timah sebagai pemberat pada bagian kaki dan pelampung pada bagian atasnya. Penggunaan bahan PE yang mempunyai sifat lebih kaku ini dimaksudkan agar bagian kaki sayap tidak mudah tersangkut pada karang. Selain sebagai penguat kaki jaring juga berfungsi untuk menggantungkan pemberat. Secara teknis pada saat di setting, kedua sayap ini merupakan perpanjangan dari badan trap. Bila dimisalkan sebagai sebuah bangunan segitiga, maka kedua sayap merupakan kaki-kaki segitiga. (3) Playground Playground dikenal sebagai ruang bermain ikan atau penampungan sementara sebelum kelompok ikan masuk ke bagian bagnet. Bahan dan konstruksi playground terdiri dari jaring, tali ris, pelampung dan pemberat serta tiang penyangga. Playground yang dipakai dalam penelitian ini berdiameter 3 m x 3 m x 2,5 m 3. (4) Bagnet Bagnet (kantong) merupakan bagian utama dari small bottom setnet. Kantong terdiri dari satu tipe yaitu kotak yang dibentuk oleh rangka besi dengan dinding jaring.

5 49 Dimensi kantong yang berbentuk kotak adalah sebagai berikut : lebar 1 meter, tinggi 1 meter, dan panjang 3 meter. Seluruh sisi samping diberi dinding jaring dengan bahan jaring Polyamide (PA) yang mempunyai ukuran mata jaring ½ inci knotless (tanpa simpul). Pada bagian kantong ini dibuatkan sisi kantong yang dapat dibuka untuk memudahkan menyeleksi hasil tangkapan. (5) Pemberat dan pelampung Small bottom setnet di dalam pengoperasiannya diletakkan di dasar, untuk itu diperlukan dan dilengkapi atau dibantu dengan pemberat. Pemberat yang digunakan berupa rantai timah dipasang di sepanjang tali ris bawah (ground rope) pada leadernet, sayap dan playground. Total pemberat rantai timah untuk sebuah small bottom setnet dapat mencapai seberat 20 kg. Kemudian, agar leadernet, sayap dan playground dapat terentang sempurna secara vertical ke atas, maka pada tali ris atas (head rope) di sepanjang leadernet, sayap dan playground dipasang pelampung berukuran kecil dan besar. Pelampung dengan ukuran besar terbuat dari plastik dengan diameter 30 cm sebanyak 10 buah dan pelampung kecil dari sinthetic rubber (4 x 3 cm) sebanyak 200 buah. Penelitian small bottom setnet dilakukan secara experimental fishing yaitu mengoperasikan langsung small bottom setnet di kawasan konservasi laut. Untuk menjadi sebuah small bottom setnet maka bagian-bagian jaring terlebih dahulu dilakukan perakitan di darat dan kemudian dilanjutkan di dasar perairan. Pemilihan lokasi penempatan small bottom setnet dilakukan dengan menggunakan metode manta tow. Perlakuan warna leadernet yang digunakan dalam penelitian tingkah laku ikan ini adalah warna hijau dan warna kuning. Proses pembuatan leadernet di darat dapat dilihat pada Gambar 6.

6 50 Gambar 6 Pembuatan leadernet di darat Perakitan bagian-bagian jaring (leadernet, sayap, playground, kantong, pelampung kecil, pelampung besar, pemberat, tali ris dan waring selubung) menjadi small bottom setnet dilakukan di dasar perairan dengan menggunakan peralatan selam scuba seperti terlihat pada Gambar 7. Gambar 7 Perakitan small bottom setnet di dasar perairan Kedalaman dasar perairan tempat pemasangan small bottom setnet di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu berkisar 4-10 meter. Jarak antara small bottom setnet dari pantai (fishing base) Pulau Pramuka sekitar 400 meter.

7 51 Pemasangan small bottom setnet di dasar perairan disesuaikan dengan kondisi terumbu karang dalam hal ini leadernet harus diletakkan pada jarak yang dekat dengan terumbu karang. Bagian leadernet diletakkan pada daerah dangkal dengan kedalaman sekitar 4 meter. Sebaliknya bagian bagnet diletakkan pada daerah yang lebih dalam dan masih dijumpai gugusan terumbu karang walaupun ukurannya kecil atau berupa gundukan-gundukan kecil. Jadi small bottom setnet diletakkan di sekitar terumbu karang tetapi tidak di atas terumbu karang. Hal ini dimaksudkan agar small bottom setnet ini tidak merusak terumbu karang tetapi masih bisa menangkap ikan-ikan karang Sampel mata ikan Sampel mata ikan karang yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari keterwakilan ikan dasar dan ikan permukaan. Selain itu sampel ini juga mewakili ikan yang hidup secara soliter dan ikan yang hidup secara berkelompok. Sampel pertama adalah ikan sersan mayor yang mewakili ikan permukaan dan ikan yang hidup secara berkelompok. Dalam penelitian ini contoh mata ikan yang diambil adalah ikan sersan mayor dan ikan kerapu masing-masing 10 ekor. Ikan sersan mayor mewakili ikan yang hidup di lapisan air permukaan, sekaligus mewakili ikan yang selalu hidup berkelompok (school). Sedangkan ikan kerapu mewakili ikan yang hidup di dasar perairan, sekaligus mewakili ikan yang selalu hidup secara soliter Peralatan pengambilan data Peralatan pengambilan data yang digunakan dalam penelitian small bottom setnet di kawasan konservasi laut adalah mistar plastik, kaliper, mikrotom, mistar fiber, gulungan pita pengukur panjang. seichi disc, dan beberapa alat pengukur kualitas air lainnya. Alat yang digunakan secara lengkap terlihat pada Tabel 3.

8 52 Tabel 3. Peralatan pengambilan data selama penelitian small bottom setnet No Nama Alat Kegunaan Satuan 1 mistar plastik mengukur panjang ikan karang centimeter 2 kaliper mengukur diameter lensa dan mata milimeter ikan 3 mikrotom memotong retina mata ikan secara mikrometer mikroteknik 4 mistar fiber mengukur luasan belt transect centimeter 5 roll meter gulungan pita pengukur panjang centimeter 6 seicchi disc mengukur penyinaran matahari pada small bottom setnet meter 7 refraktometer mengukur salinitas pada lokasi per seribu pemasangan small bottom setnet 8 current meter mengukur kecepatan arus di lokasi meter/ menit pemasangan small bottom setnet 9 termometer mengukur suhu di loaksi celcius pemasangan small bottom setnet 10 sediment trap mengukur sedimen di lokasi gram pemasangan small bottom setnet Peralatan pendukung Peralatan pendukung yang digunakan selama penelitian diantaranya adalah perahu motor, peralatan SCUBA diving (Selft Contained Underwater Breathing Apparatus), alat tulis bawah air, camera under water dan video bawah air serta buku identifikasi ikan karang. Perahu motor yang digunakan selama pengoperasian alat tangkap small bottom setnet adalah perahu motor milik nelayan dengan mesin tempel merk Yamaha berkekuatan 15 PK. Perahu yang digunakan memiliki ukuran panjang 5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 1 meter. Peralatan SCUBA diving yang digunakan selama pengoperasian small bottom setnet terdiri dari masker, snorkel, fins, tank, regulator, bouyancy

9 53 compensator device, boot, wet suit, weight belt, computer dive dan beberapa alat tambahan seperti kompas bawah air dan pisau selam. Peralatan selam scuba dan perahu motor yang digunakan selama penelitian small bottom setnet dapat dilihat pada Gambar 8 dan Tabel 4. A B Keterangan: A = Peralatan Selam B = Perahu Motor Gambar 8 Peralatan SCUBA diving dan perahu motor yang digunakan selama penelitian small bottom setnet di Kepulauan Seribu

10 54 Tabel 4 Peralatan scuba diving yang digunakan dalam penilitian No Nama Alat Kegunaan Jumlah 1 Masker Menghindari kontak mata dengan air 8 buah 2 Snorkel Menghubungkan udara dari 8 buah permukaan 3 Fins Mempercepat berenang 8 pasang 4 Boot Melindungi kaki penyelam 6 pasang 5 Bouyancy Membantu daya apung 6 buah compensator device 6 Weight belt Membantu daya tenggelam 6 buah 7 Scuba tank Tempat penyimpanan udara 12 buah 8 Regulator Menyimbang antara tekanan tabung dan tekanan di sekitar penyelam 6 buah 4.3 Pengambilan Data Penelitian Data tingkah laku ikan karang Metode pengambilan data tingkah laku ikan karang dilakukan dengan menggunakan metode belt transect. Panjang belt transect adalah 20 meter yang mengikuti panjang leadernet sebagai garis utama. Lebar belt transect adalah 4 meter yang terdiri dari 2 meter disebelah kiri leadernet, dan 2 meter di sebelah kanan leadernet. Pengambilan data tingkah laku ikan hanya dilakukan pada areal yang berada dalam belt transect. Metode pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 9.

11 55 A B Keterangan: A = panjang leadernet ( panjang belt transect) B = garis batas lebar belt transect (panjang 20 m) Gambar 9 Pengambilan data tingkah laku ikan pada leadernet dengan metode belt transect. Pencatatan data tingkah laku ikan karang dilakukan dengan melihat respon ikan karang pada leadernet yang berbeda. Perbedaan leadernet dilakukan dalam bentuk perbedaan warna sebagai perlakuan yang akan diamati. Perlakuan yang dicobakan pertama pemasangan small bottom setnet dengan leadernet berwarna hijau seperti terlihat pada Gambar 10.

12 56 A D B C Keterangan: A = pelampung kecil B = simpul jaring leadernet warna hijau C = benang jaring leadernet warna hijau D = tali ris leadernet Gambar 10 Leadernet warna hijau yang digunakan dalam penelitian Warna hijau mewakili warna mirip dengan lingkungan perairan dan warna kuning mewakili warna kontras dengan warna lingkungan perairan. Respons ikan terhadap leadernet berwarna hijau kemudian dicatat, difoto dan direkam secara langsung di dalam air. Selanjutnya perlakuan kedua yang dicobakan adalah pemasangan small bottom setnet dengan leadernet berwarna kuning yang dapat dilihat pada Gambar 11. Seperti halnya pada leadernet berwarna hijau, respon ikan terhadap leadernet berwarna kuning juga dilakukan pencatatan, pemotretan, dan perekaman secara langsung di dalam air.

13 57 A C D B Keterangan: A = pelampung kecil B = benang jaring leadernet warna kuning C = tali ris leadernet D = simpul jaring leadernet warna kuning Gambar 11 Leadernet warna kuning yang digunakan dalam penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada small bottom setnet dilakukan dengan melihat jenis ikan yang lolos menembus leadernet, tergiring mengikuti arah leadernet, dan kembali berbalik arah menjauhi leadernet. Uji coba ini dilakukan secara bergantian untuk leadernet berwarna hijau dan leadernet berwarna kuning setiap hari selama 14 hari masing-masing leadernet. Total lama pemasangan small bottom setnet di dasar perairan 28 hari. Data hasil pengamatan ditabulasikan dan dianalis secara deskriptif terhadap tingkah laku ikan terutama responsnya terhadap perbedaan warna leadernet.

14 Data sampel mata ikan karang Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk menganalisis penglihatan ikan yaitu metode histologi, metode tingkah laku ikan, dan metode elektro fisiologi (elektro retinogram/erg). Metode histologi digunakan untuk menentukan ketajaman penglihatan mata ikan, arah pandang ikan (sumbu penglihatan), jarak pandang maksimum, kemampuan membedakan warna dan adaptasi terang-gelap (Purbayanto et al. 2010). Metode histologi merupakan metode yang umum digunakan dalam menganalisis ketajaman penglihatan ikan. Hal ini dikarenakan metode ini memiliki kemudahan, waktu analisis yang lebih singkat, hasilnya pasti, biaya yang lebih rendah, dan akurasi yang cukup tinggi (Purbayanto et al. 2010). Pengambilan sampel retina mengacu pada optic cleft mata ikan sehingga memudahkan dalam penentuan bagian dorsal, ventral, nasal dan caudal dari spesimen mata tersebut. Spesimen retina selanjutnya dipotong dalam 25 bagian untuk keperluan pembuatan preparat histologi dapat dilihat pada Gambar 12. Sampel mata ikan diambil dari ikan segar yang masih dalam keadaan hidup dan baru saja tertangkap oleh alat small bottom setnet. Ikan segar tersebut kemudian dipotong bagian kepala untuk diambil matanya (Gambar 13), dan disimpan ke dalam suatu wadah yang berisi larutan fiksatif (larutan Bouin's) sekurang-kurangnya selama 24 jam. Analisis retina mata ikan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan prosedur histologi melalui pemotongan retina secara tangensial dengan ketebalan 4 pm sehingga dapat diamati di bawah mikroskop.

15 59 Gambar 12 Urutan pengambilan spesimen retina mata ikan Contoh mata ikan segar yang siap diambil retinanya Gambar 13 Gambar 13 Contoh mata ikan yang masih segar

16 60 Fiksasi preparat mata ikan kerapu dan ikan sersan mayor yang dilakukan di laboratorium FPIK IPB dapat dilihat pada Gambar 14 A B C E D Keterangan: A = sampelikan kerapu segar B = sampel ikan sersan mayor segar C = sampel preparat mata ikan D = meja pengamatan E = rak penyimpanan sampel Gambar 14 Fiksasi preparat mata ikan kerapu dan ikan sersan mayor di laboratorium FPIK IPB Prosedur fiksasi mata ikan sersan mayor dan mata ikan kerapu dapat dilihat pada Gambar 15.

17 61 MULAI Ikan sampel FIXATION Sampel mata ikan Larutan Bouins (24 jam) Alkohol 70% (2 jam) Alkohol 95% (2 jam) DEHIDRATION Alkohol 80% (2 jam) Alkohol absolut I (12 jam) Alkohol 90% (2 jam) Alkohol absolut II (1 jam) Xylol-Alkohol (30 menit) CLEARING Xylol I (30 menit) Xylol II (30 menit) Xylol III (30 menit) INFILTRATION Parafin I 70º (45 menit) Parafin II 70º (45 menit) Parafin III 70º (45 menit Isi cetakan dengan parafin setengah penuh EMBEDDING Masukkan jaringan dan ditata Tunggu hingga parafin agak mengeras, lalu isi cetakan sampai penuh SECTIONING A Letakkan blok parafin di mikrotom Sayat blok parafin dengan ketebalan 5µm hingga berbentuk pita Letakkan sayatan tersebut pada object glass Gambar 15 Prosedur fiksasi untuk analisa histologi sampai pengamatan mata ikan

18 62 A STAINING Xylol I (3 menit) Xylol II (3 menit) Alkohol absolut I (3 menit) Alkohol absolut II ( 3 menit) Alkohol 95 % (3 menit) Alkohol 90 % (3 menit) Alkohol 80 % (3 menit) Alkohol 70 % (3 menit) Alkohol 50 % (3 menit) Cuci dengan aquades ( 1 menit ) Hematoxylene (5 menit) Cuci dengan air mengalir (3 menit) Eosin (3 menit ) Alkohol 50 % (2 menit) Alkohol 70 % (2 menit) Alkohol 80 % (2 menit) Alkohol 90 % (2 menit) Alkohol 95 % (2 menit) Alkohol absolut I (2 menit) ) Alkohol absolut II (2 menit ) Xylol I (2 menit) Xylol II (2 menit) AFIXATION Rekatkan cover glass pada object glass dengan perekat Antellan Jaringan siap diamati PENGAMATAN Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 400x Jaringan sel kon yang baik kemudian difoto SELESAI

19 Data kerusakan terumbu karang Pengambilan data kerusakan terumbu karang akibat pengoperasian small bottom setnet di kawasan konservasi laut dilakukan dengan metode point intercept transect. Jarak antara point transect adalah 5 meter yang terletak di sekitar lokasi pemasangan small bottom setnet. Jumlah point transect adalah 20 titik mengikuti ukuran small bottom setnet. Pengambilan data dilakukan secara langsung di dalam air dengan menggunakan peralatan scuba diving. Daerah pengamatan kerusakan terumbu karang lebih difokuskan pada lokasi pemasangan small bottom setnet pada radius 10 meter. Pengambilan data kerusakan terumbu karang dengan metode point intercept transect dan posisi pengambilan data di sekitar pemasangan small bottom setnet dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. B A C D Keterangan: A = alat tulis bawah air B = pengambil data kerusakan karang C = point intercept transect D = karang Gambar 16 Metode pengambilan data kerusakan terumbu karang di lokasi pemasangan small bottom setnet.

20 Keterangan: 1-20 = Konstruksi small bottom setnet = Garis point intercept transect = Titik pengambilan sampel kerusakan karang Gambar 17 Sebaran posisi pengambilan data kerusakan terumbu karang di lokasi pemasangan small bottom setnet.

21 Analisis Data Analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah : (1) Analisis deskriptif (komposisi) terkait jenis warna leadernet yang tepat dalam menggiring ikan karang, (2) Analisis visual axis terkait dengan sumbu penglihatan mata ikan karang (3) Analisis maximum sighting distance terkait dengan jarak pandang maksimum pada leadernet, dan (4) Analisis chi-square terkait dengan dampak operasi small bottom setnet terhadap karang di Kawasan Konservasi Laut Analisis komposisi Analisis komposisi (deskriptif) ini digunakan untuk menjelaskan hasil ujicoba operasi small bottom setnet di Kawasan Konservasi Laut. Analisis ini diharapkan dapat menentukan jenis warna leadernet yang tepat dalam menggiring ikan karang. Untuk mendukung hal tersebut, maka dalam analisis data hasil uji coba akan dideskripsikan dalam bentuk tabel, grafik, dan gambar hasil/dampak uji coba. Sedangkan untuk mengetahui jenis warna leadernet yang paling tepat dihubungkan dengan tingkah laku ikan, maka data tingkah laku ikan akan dirinci lebih detail yang terdiri dari jumlah dan perbandingan ikan yang lolos menembus leadernet, jumlah dan perbandingan ikan yang tergiring mengikuti arah leadernet, serta jumlah dan perbandingan ikan yang kembali berbalik arah menjauhi leadernet (komposisi jumlah ekor ikan terhadap leadernet hijau dan kuning). Di samping itu, juga akan dilakukan analisis sebaran jarak ikan terhadap leadernet hijau dan kuning, proporsi lama waktu ikan terhadap leadernet hijau dan kuning dan proporsi lama waktu ikan berada dalam playground terhadap leadernet hijau dan kuning. Penentuan komposisi jumlah ekor ikan terhadap leadernet hijau dan kuning, sebaran jarak ikan terhadap leadernet hijau dan kuning, proporsi lama waktu ikan terhadap leadernet hijau dan kuning, serta proporsi lama waktu ikan berada dalam playground terhadap leadernet hijau dan kuning. Menggunakan perhitungan sebagai berikut :

22 66 Proporsi (P) ni = N Dimana : P = Proporsi setiap spesies ikan ni = Jumlah jenis ke-i N = Jumlah total seluruh spesies Analisis visual axis Sumbu penglihatan (visual axis) diidentifikasi untuk mengetahui kebiasaan ikan dalam melihat makanan atau objek yang lain (Blaxter, 1980 diacu oleh Geonita, 2004). Sumbu penglihatan diperoleh setelah nilai kepadatan cone cells tiap bagian dari retina mata diketahui yaitu dengan cara menarik garis lurus dari bagian retina yang memiliki nilai kepadatan cone cells tertinggi menuju titik pusat lensa mata (Tamura 1957). Cone cells diamati bentuk dan tipenya berkaitan dengan pola mosaik. Kepadatan cone cells per luasan 0,01 mm 2 akan menentukan sumbu penglihatan, artinya daerah terpadat (bagian caudal, temporal, dorsal dan ventral) merupakan titik point dalam penarikan arah sumbu penglihatan melalui titik pusat lensa mata. Sebelum menentukan sumbu penglihatan dicari densitas atau kepadatan cone cells. Preparat cone cells difoto dengan fototomicrograf dengan perbesaran 400 kali. Klise foto dicetak kemudian dihitung berapa kepadatan cone cells dalam per luasan 0,01 mm 2. Cara perhitungan dilakukan dengan menempel hasil foto preparat (bagian caudal, temporal, dorsal dan ventral) pada plastik transparan yang ukurannya seluas foto ukuran 2R kemudian ditandai dengan menggunakan spidol sehingga perhitungan lebih cermat dan akurat. Penandaan dilakukan untuk cone cells, baik tunggal maupun ganda. Sumbu penglihatan diperoleh dari penarikan garis densitas

23 67 terpadat dari cone cells mata ikan. Densitas terpadat merupakan titik point ditariknya garis lurus menuju titik pusat lensa mata (Tamura 1957). Penarikan sumbu penglihatan dari bagian retina terlihat pada Gambar 18. Dorsal (D) Caudal (C) Nasal (N) Ventral (V) Gambar 18 Penarikan sumbu penglihatan pada retina mata ikan Analisis maximum sighting distance Jarak pandang maksimum atau maximum sighting distance adalah kemampuan ikan untuk melihat objek pada jarak terjauh berdasarkan nilai ketajaman penglihatan yang dimilikinya (Zhang dan Arimoto, 1993). Skema perhitungan jarak pandang maksimum dapat dilihat pada Gambar 19. Untuk mengetahui kemampuan jarak pandang maksimum ikan, terlebih dahulu perlu diketahui nilai sudut pembeda terkecil minimum separable angle dalam satuan menit. Dalam perhitungan diasumsikan bahwa keadaan perairan adalah jernih (clear water) dan tingkat pencahayaan dalam keadaan terang (ideal light condition). Menurut Zhang et al. (1993) bahwa kemampuan jarak pandang maksimum ikan akan berbeda seiring dengan perbedaan ukuran panjang tubuhnya. Perhitungan jarak pandang maksimum ikan terhadap objek pada jaring dilakukan dengan asumsi sebagai berikut : (1) Kondisi perairan cerah (clear water condition);

24 68 (2) Sudut pembeda terkecil ( α ) yang digunakan adalah dalam satuan menit; (3) Objek penglihatan dalam bentuk noktah dan dinyatakan dalam ukuran diameter objek (point aquity). Mata ikan α d F D Gambar 19 Skema perhitungan jarak pandang maksimum dimana : D : jarak pandang maksimum (meter) ; d : diameter objek (mm) ; α : Sudut pembeda terkecil (menit) ; dan F : jarak titik fokus Adapun jarak pandang maksimum (maximum sighting distance, D) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : tan (0,5) α = D = (0,5)d D (0,5)d tan(0,5)α

25 69 dimana : D : diameter objek pandang (mm); dan α : sudut pembeda terkecil (menit) Analisis chi-square Analisis ini digunakan untuk menganalisis dampak operasi small bottom setnet terhadap kerusakan karang. chi-square (χ 2 ) digunakan untuk menguji signifikansi atau ada tidaknya hubungan/dampak antar variabel. Uji ini membandingkan antara data yang diperoleh setelah pemasangan small bottom setnet (observasi) dengan data yang diperoleh sebelum pemasangan small bottom setnet (harapan). Apakah frekuensi hasil observasi menyimpang dari frekuensi harapan. Jika nilai chi-square (χ 2 ) kecil, berarti kedua frekuensi tersebut sangat dekat, mengarah pada penerimaan hipotesa nol (H 0 ). Untuk mempertajam analisis, maka dampak pengoperasian small bottom setnet terhadap kerusakan karang di kawasan konservasi laut yang dilakukan dalam penelitian ini akan dianalisis dari beberapa parameter. Parameter pengukuran yang digunakan untuk maksud tersebut mencakup : (1) Karang hidup (karang tidak mengalami kematian). (2) Keutuhan karang (karang tidak mengalami patahan). (3) Kehadiran ikan karang (jumlah spesies tidak mengalami penurunan). (4) Penyinaran matahari (penetrasi cahaya). (5) Sirkulasi air laut (pola arus). (6) Kejernihan perairan (berbanding terbalik dengan sedimentasi) Adapun rumus pengujian chi-square (χ 2 ) adalah : 2 χ = Dimana : ( O E) 2 E χ 2 = chi-square hasil hitungan (χ 2 Hitung) O = data yang diperoleh setelah pemasangan alat (observed) E = data yang diperoleh sebelum pemasangan alat (expected)

26 70 Dalam rangka mengetahui ada tidaknya dampak operasi small bottom setnet terhadap kerusakan karang, maka chi-square hasil hitungan (χ 2 Hitung) harus dibandingkan Chi-Square Tabel (χ 2 Tabel). Adapun formula pendukung untuk maksud tersebut adalah : (1) Formulasi hipotesis H 0 = tidak ada dampak nyata operasi terhadap parameter H 1 = ada dampak nyata operasi terhadap parameter (2) Taraf nyata (α) dan nilai χ 2 (α)(db) - nilai taraf nyata biasanya dipilih 0.05 atau χ 2 (α)(db) = chi-square pada taraf nyata (α) dan db = (b-1)(k-1) (3) Kriteria pengujian H 0 diterima (H 1 ditolak) apabila χ 2 Hitung χ 2 Tabel H 0 ditolak (H 1 diterima) apabila χ 2 Hitung > χ 2 Tabel (4) Membuat kesimpulan dalam penerimaan dan penolakan H 0

6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet

6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet 114 6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet Berdasarkan hasil penelitian pada Bab 5, leadernet berwarna kuning lebih efektif daripada leadernet berwarna hijau dalam menggiring ikan.

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel spons Petrosia (petrosia) nigricans yang digunakan untuk penelitian di laboratorium di peroleh di bagian barat daya Pulau Pramuka Gugusan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah perairan Kepulauan Karimunjawa. Secara geografis lokasi penelitian terletak antara 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian dilaksanakan di wilayah perairan Pulau Bira Besar TNKpS. Pulau Bira Besar terbagi menjadi 2 Zona, yaitu Zona Inti III pada bagian utara dan Zona

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian mengambil tempat di pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta (Peta Lokasi Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat dan waktu pengambilan sampel Sampel diambil di Pantai Timur Surabaya, tepatnya di sebelah Timur Jembatan Suramadu (Gambar 3.1).

Lebih terperinci

3 ORGAN PENGLIHATAN KERAPU

3 ORGAN PENGLIHATAN KERAPU 3 ORGAN PENGLIHATAN KERAPU 3.1 Pendahuluan Mata ikan berkembang dengan sangat baik sesuai dengan kebutuhan lingkungannya. Beberapa diantaranya memiliki kemampuan melihat ke arah permukaan air ataupun ke

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

FISIOLOGI ORGAN PENGLIHATAN IKAN BERONANG DAN KAKAP BERDASARKAN JUMLAH DAN SUSUNAN SEL RESEPTOR CONE DAN ROD. Aristi Dian Purnama Fitri dan Asriyanto

FISIOLOGI ORGAN PENGLIHATAN IKAN BERONANG DAN KAKAP BERDASARKAN JUMLAH DAN SUSUNAN SEL RESEPTOR CONE DAN ROD. Aristi Dian Purnama Fitri dan Asriyanto FISIOLOGI ORGAN PENGLIHATAN IKAN BERONANG DAN KAKAP BERDASARKAN JUMLAH DAN SUSUNAN SEL RESEPTOR CONE DAN ROD Aristi Dian Purnama Fitri dan Asriyanto PS. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. * METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. * Survei kondisi terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung pada tujuan survei, waktu yang tersedia, tingkat keahlian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian 21 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan dan pengumpulan data di lapangan dilakukan pada Bulan Maret sampai dengan April 2009. Penelitian dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu,

Lebih terperinci

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 1. Ilustrasi Peta Lokasi Penelitian 42 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Alat yang Digunakan GPS (Global Positioning System) Refraktometer Timbangan Digital

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada proses penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya dilakukan di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar, Sulawesi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR Disusun Oleh: Nama : Juwita NIM : 127008003 Tanggal Praktikum: 22 September 2012 Tujuan praktikum: 1. Agar praktikan memahami dan mampu melaksanakan Tissue Processing.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Penelitian

Lebih terperinci

KETAJAMAN PENGLIHATAN KAKAP MERAH DALAM KAITANNYA DENGAN PROSES PENANGKAPAN MENGGUNAKAN PANCING ULUR

KETAJAMAN PENGLIHATAN KAKAP MERAH DALAM KAITANNYA DENGAN PROSES PENANGKAPAN MENGGUNAKAN PANCING ULUR KETAJAMAN PENGLIHATAN KAKAP MERAH DALAM KAITANNYA DENGAN PROSES PENANGKAPAN MENGGUNAKAN PANCING ULUR GENNY GEONITA SKRIPSI. ' PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): ISSN:

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): ISSN: 229 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): 229-238 ISSN: 0853-6384 Full Paper FISIOLOGI PENGLIHATAN IKAN SELAR (Selar crumenophthalmus) DAN APLIKASINYA DALAM PROSES PENANGKAPAN IKAN DENGAN MINI PURSE

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret-Mei 2013. Pengambilan sampel ikan mas berasal dari ikan hasil budidaya dalam keramba jaring apung

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi LAMPIRAN 38 Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa proses yaitu dehidrasi (penarikan air dalam jaringan) dengan alkohol konsentrasi bertingkat,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas Lampung dan pembuatan preparat histologi hati dilaksanakan di Balai Penyidikan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan tercantum dalam Lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media LAMPIRAN 27 Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media Keterangan : V 1 = Volume air media ke-1 V 2 = Volume air media ke-2 M 1 = Konsentrasi ph media ke-1 = Konsentrasi ph media ke-2 M 2 HCl yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

PROSES TERTANGKAPNYA IKAN KARANG DENGAN SMALL BOTTOM SETNET BARU SADARUN

PROSES TERTANGKAPNYA IKAN KARANG DENGAN SMALL BOTTOM SETNET BARU SADARUN PROSES TERTANGKAPNYA IKAN KARANG DENGAN SMALL BOTTOM SETNET BARU SADARUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan I. Tujuan: 1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan teknik teknik histoteknik yang digunakan dalam pembuatan preparat jaringan 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW PENDAHULUAN Metoda Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, yang secara geografis terletak di 106 36 48 BT dan 05 44

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon

Lampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon 58 Lampiran 1 Analisis probit uji LC5096 jam minyak sereh LC 50 96jam Konsentrasi Jumlah Terekspos Pengamatan Jumlah Respon Pengaturan Proporsi Respon Prediksi Proporsi Respon Proposi Respon 60 10 1 0,1000

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian Materi penelitian berupa benih ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) berumur 1, 2, 3, dan 4 bulan hasil kejut panas pada menit ke 25, 27 atau 29 setelah

Lebih terperinci

b. Hasil tangkapan berdasarkan komposisi Lokasi

b. Hasil tangkapan berdasarkan komposisi Lokasi LAMPIRAN 56 57 Lampiran 1. Sebaran hasil tangkap berdasarkan selang ukuran panjang cangkang Nilai maksimum = 46,60 Nilai minimum = 21,30 Kisaran = 25,30 Jumlah kelas = 1+3,32 log (N) = 1+ 3,32 log(246)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung. 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2014 di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung. B. Alat dan Bahan 1. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye 85 6 PROSES PELOLOSAN IKAN MELALUI BYCATCH REDUCTION DEVICE (BRD): PERCOBAAN LABORATORIUM 6. Pendahuluan Pemasangan bycatch reduction device pada trawl ditujukan untuk mengurangi ikan-ikan hasil tangkapan

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Persiapan Ikan Uji Ikan nila (Oreochromis niloticus) BEST didatangkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor yang berukuran rata-rata 5±0,2g, dipelihara selama ±

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan 20 III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013. Lokasi penelitian berada di Teluk Hurun dan Pulau Tegal, Lampung.

Lebih terperinci

3. METODE. Tabel 1 Posisi geografis stasiun penelitian.

3. METODE. Tabel 1 Posisi geografis stasiun penelitian. 31 3. METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan di kelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ulangan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG Oleh : Amrullah Saleh, S.Si I. PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada tanggal 16 Juni hingga 23 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan 22 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Lampung untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel. Menggunakan 20 ekor mencit (Mus musculus L.) jantan galur Balb/c yang dibagi menjadi 4 kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Karang Makassar, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, yang secara geografis terletak di koordinat 8

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan Cirebon yang merupakan wilayah penangkapan kerang darah. Lokasi pengambilan contoh dilakukan pada dua lokasi yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literature Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal yang mendukung untuk kebutuhan penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Karya, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Pulau Seribu Utara, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Stasiun

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2008 di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar 8). Kepulauan Seribu merupakan gugus pulau-pulau yang terletak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, di Laboratorium Kesehatan Ikan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dengan pengumpulan data di lapangan sejak tanggal 16 Agustus 2011 hingga 31 September 2011 di Desa Kertajaya, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Rancangan perlakuan yang diberikan pada larva ikan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 29-38

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 29-38 Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 29-38 ANALISIS INDRA PENGLIHATAN IKAN KERAPU MACAN (EPINEPHELUS FUSCOGUTTATUS) DAN HUBUNGANNYA DALAM MERESPONS UMPAN (Visual Analysis of grouper

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi dan Waktu Penelitan Percobaan dilaksanakan pada Tangki uji gelombang di Laboratorium Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin. Gambar 3.1 III.2 Jenis Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2011 hingga Desember 2011 bertempat di Gosong Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dengan koordinat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB Laporan Praktikum Histotehnik Oleh: Lucia Aktalina Jum at, 14 September 2012 14.00 17.00 WIB Tujuan Praktikum: Melihat demo tehnik-tehnik Histotehnik,mulai dari pemotongan jaringan organ tikus sampai bloking,

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan data primer. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung. Perameter

Lebih terperinci

Hubungan Ketajaman Penglihatan dan Jarak Pandang Maksimum Penglihatan Pada Ikan Kerapu Lumpur (Ephinephelus tauvina)

Hubungan Ketajaman Penglihatan dan Jarak Pandang Maksimum Penglihatan Pada Ikan Kerapu Lumpur (Ephinephelus tauvina) ISSN 0853-7291 Hubungan Ketajaman Penglihatan dan Jarak Pandang Maksimum Penglihatan Pada Ikan Kerapu Lumpur (Ephinephelus tauvina) Aristi Dian Purnama Fitri Laboratorium Teknologi Penangkapan Ikan, Program

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem laut dangkal yang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dihasilkan terutama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan pengadaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Alat dan Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel daun jambu semarang Buah Pink, Hijau Bulat, Unsoed, Merah Lebar', Kaget Merah, Camplong Putih, Irung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : a) Timbangan digital Digunakan untuk menimbang serat dan polyester.

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK NAMA PRAKTIKAN : Ramadhan Bestari GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) HARI/TGL. PRAKTIKUM : Rabu, 24 Oktober 2013 I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memahami dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat. 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau. Lokasi ini sengaja dipilih dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.5 Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental 2.6 Sampel 2.6.1 Jenis dan Kriteria Sampel Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat 4.2 Alat dan bahan 4.3 Metode pengambilan data

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat 4.2 Alat dan bahan 4.3 Metode pengambilan data 21 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan antara bulan Juli 2010 Juli 2011 bertempat di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan, PSP, IPB ; dan perairan Teluk Palabuhanratu,

Lebih terperinci

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur BESARAN DAN SATUAN 1. Pengertian Mengukur Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan anggota tubuhnya untuk mengukur besaran panjang. Misalnya, bangsa Mesir Kuno mendefinisikan standar besaran panjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 Juli 2011 yang meliputi tahapan persiapan, pengukuran data lapangan, pengolahan dan analisis

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase grower berumur 4 bulan dengan simpangan baku bobot badan

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit S. duplicatum, sampel air laut, kertas whatman no.1, HCL 1N, Phenolpthaelin,

Lebih terperinci

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI MIKROTEKNIK Definisi: cara pembuatan sediaan histologik yg dpt diamati di bawah mikroskop Macam sediaan histologik: sediaan segar & sediaan permanen Sediaan Segar Sediaan hidup

Lebih terperinci