FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE KABUPATEN CIANJUR, TAHUN 2010 SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE KABUPATEN CIANJUR, TAHUN 2010 SKRIPSI"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE KABUPATEN CIANJUR, TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : RENI AGUSTIANI NIM PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DA ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2011 M

2 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 6 Desember 2010 Reni Agustiani i

3 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, November 2010 Reni Agustiani, NIM Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 xxi halaman, 19 tabel, 5 bagan, 3 lampiran ABSTRAK Pada masa remaja dibutuhkan asupan gizi terutama kalsium lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan massa tulang. Perempuan usia mengalami percepatan pertumbuhan lebih awal daripada laki-laki, karena tubuh perempuan memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi. Namun umumnya perempuan kurang dalam asupan kalsiumnya daripada laki-laki. Padahal perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, karena itu perempuan lebih besar resikonya untuk terkena osteoporosis. Hasil studi pendahuluan terhadap siswi SMPN 1 Mande Cianjur didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsiumnya hanya sebesar 353 mg/hari atau hanya 35,3% AKG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 122 orang siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium siswi masih kurang dari AKG yaitu sebesar 769,61 mg/hari atau hanya 76,96% AKG. Dan 77% siswi konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa keterpaparan informasi mengenai kalsium dan ketersediaan pangan sumber kaslium memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan adalah menyampaikan informasi kepada siswi melalui poster dan menambahkan materi tentang gizi khususnya kalsium ke dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes). Penyampaian informasi juga dapat diberikan kepada orang tua siswi atau ibu sebagai penyelenggara makanan di rumah dalam bentuk penyuluhan atau membagikan leaflet dan pamflet pada saat pembagian raport. Daftar bacaan: 53 ( ) ii

4 FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduated Thesis, November 2010 Reni Agustiani, NIM FACTORS THAT ARE RELATED WITH CALCIUM CONSUMPTION ON FEMALE STUDENTS AT STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 OF MANDE CIANJUR, IN xxi pages, 19 tables, 5 charts, 3 attachments ABSTRACT In adolescence needed nutrients especially calcium intake is higher than any other phase of life because it occurs during peak bone mass growth. Women ages experience the acceleration of growth earlier than men, because women's bodies require preparation ahead of reproductive age. But generally women are less calcium intake than men. Though women have peak bone mass is lower than men, because women had greater risk for osteoporosis. Preliminary study results on female students at State Junior High School 1 of Mande Cianjur found that average calcium intake only 353 mg / day or only 35.3% RDA. This research is to identify factors relating with calcium consumption on female students at State Junior High school 1 of Mande Cianjur in This research is quantitative research using cross-sectional study design. The sample totaled 122 students. Results of analys showed that the average calcium intake of female students is still less than the RDA that is equal to mg/day or only 76.96% RDA. And 77% of girls consume less calcium. Results of bivariate analysis found that exposure to information about calcium and calcium food availability have a meaningful relating with calcium consumption on female students at State Junior High School 1 of Mande Cianjur in Based on the research, suggestions that can be given is to deliver information for students via posters and adding material about nutrition especially about calcium into learning such as biology and penjaskes. Information about Nutritions, especially about calcium can also be given to mother as a organizer of food at home in the form of counseling or distributing leaflets and pamphlet that distribution at the time of the divisions report cards. Reading list: 53 ( ) iii

5 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE CIANJUR TAHUN 2010 Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan penguji skripsi program studi kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 22 Desember 2010 Mengetahui iv

6 PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 22 Desember 2010 Mengetahui, Penguji I Raihana Nadra Al Kaff, MMA Penguji II Catur Rosidati, MKM Penguji III Meilani Anwar, M. Epid v

7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama : Reni Agustiani Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Cianjur, 1 Agustus 1988 Status : Belum Menikah Agama : Islam Alamat : Jalan Arif Rahman Hakim No 20 C RT 02/17 Cianjur, Jawa Barat Nomor Telepon/HP : raguzty@yahoo.co.id RIWAYAT PENDIDIKAN : SDN IPPOR Selakopi 1 Cianjur : SMPN 1 Cianjur : Diniyah Wustho Pesantren Persatuan Islam 67 Benda Tasikmalaya : SMA Islamic Centre Muhammadiyah Cipanas : Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI : Sekertaris Departemen Kajian Strategis Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Anggota Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung Wilayah Jawa Bagian Barat vi

8 : Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta vii

9 LEMBAR PERSEMBAHAN Dan Bahwasanya setiap manusia itu tidak akan memperoleh hasil selain apa yang telah diusahakannya. (QS An-Najm: 39) Kepuasan terletak pada usaha, bukan padahasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. MahatmaGandhi- Skripsi ini saya persembahkan untuk: Ibunda tersayang dan Almarhum Ayahanda tercinta.. Terimakasih telah sabar mendidik dan membesarkan ananda.. viii

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangannya. Namun berkat bimbingan Ibu Raihana Nadra Al Kaff,MMA dan Ibu Catur Rosidati, MKM serta dorongan dari berbagai pihak maka hambatan itu sedikit banyak dapat diatasi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya. Akhir kata pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat. ix

11 3. Ayahanda (Alm) dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis bisa tegak berdiri sampai sekarang dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk Kakakku tersayang Iwan Gustiawan Fadwi,S.H, Teti Rahmayanti, Ahmad Komarudin, Neni Suryati, Eka Shantika, dan Isni Winarsih yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. 4. Bapak Kepala Sekolah SMPN 1 Mande Cianjur, Bapak Havid, staff pengajar, karyawan dan pengurus OSIS SMPN 1 Mande Cianjur yang telah memberikan kesempatan dan membantu saya dalam penelitiaan ini. Tak Lupa untuk adik Ayu Martiani yang telah membantu pengambilan data. 5. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Zulkifli dan Bapak Zulkifli, serta anak-anak kosan Bu Zul yang telah memberikan motivasi dan sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi. Alhamdulillah akhirnya kita bisa bersama-sama wisuda. 7. Sahabatku Yanti Kartika Larasati, D Blz (Nadya, Afni, Indah, Winda, Nur, Iyum, Iik, Syaukat Aly, Lutfi, Yunus), 3G, dan teman-teman CSS MoRA UIN atas persahabatan dan persaudaraan kalian. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ciputat, 22 Desember 2010 Penulis x

12 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK.. ABSTRACT LEMBAR PERSETUJUAN.. LEMBAR PENGESAHAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP.. LEMBAR PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR BAGAN. DAFTAR LAMPIRAN. i ii iii iv v vi vii viii xi xvii xx xxi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum.. 8 xi

13 Halaman Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bagi SMPN 1 Mande Cianjur Bagi Siswa SMPN 1 Mande Cianjur Bagi Peneliti Ruang Lingkup Penelitian.. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Kalsium Remaja Angka Kecukupan Kalsium Remaja Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Kalsium Remaja Fungsi Kalsium Pangan Sumber KalsiumTinggi Akibat dari Kekurangan Kalsium Akibat Kelebihan Kalsium Metode Food Frequency Questionare Kerangka Teori.. 45 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS. 48 xii

14 Halaman 3.1 Kerangka Konsep Definisi Operasional Hipotesis.. 52 BAB IV METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Sampel penelitian Instrumen Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan Data Penelitian Teknik dan Analisa Data Penelitian Analisa Data Univariat Analisa Data Bivariat 61 BAB V HASIL Gambaran Umum SMPN 1 Mande Cianjur Gambaran Hasil Analisis Univariat.. 64 xiii

15 Halaman Gambaran Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran Kesukaan Siswi SMPN 1 Mande Cianjur terhadap Makanan Sumber Kalsium Tahun Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber KalsiumPada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran Hasil Analisis Bivariat Gambaran antara Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun xiv

16 Halaman Gambaran antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran antara Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran antara Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1Mande Cianjur Tahun Gambaran antara Kesukaan terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Gambaran antara Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun BAB VI PEMBAHASAN Keterbatasan Penelitian Gambaran Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun xv

17 Halaman 6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium di SMPN 1Mande Cianjur Tahun Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Preferensi/ Kesukaan Siswi terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 103 DAFTAR PUSTAKA. 107 LAMPIRAN xvi

18 DAFTAR TABEL Nama Tabel Halaman Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang dianjurkan untuk pria dan wanita (per orang per hari) Tahun Tabel 2.2 Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase 19 Tabel 2.3 Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan (mg/100 g).. 42 Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin. 63 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kecukupan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi PadaSiswi SMPN 1Mande Cianjur Tahun Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun xvii

19 Nama Tabel Halaman Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kesukaan Terhadap Pangan Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.10 Gambaran Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.11 Gambaran antara Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.12 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel5.13 Gambaran Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun xviii

20 Nama Tabel Halaman Tabel 5.14 Gambaran Kesukaan Terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Tabel 5.15 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun xix

21 DAFTAR BAGAN Nama Bagan Halaman Bagan 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja. 15 Bagan 2.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Menentukan Status Gizi Seseorang. 16 Bagan 2.3 Proses Pembentukan Fibrin. 39 Bagan 2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Konsumsi Kalsium Remaja. 46 Bagan 3.1 Kerangka Konsep 49 xx

22 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat izin penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat dan Bivariat xxi

23 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang sangat penting bagi manusia, antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan pergerakan otot. Kecukupan asupan kalsium sangat penting untuk mencapai massa tulang puncak optimal (Optimal Peak Bone Mass) dan mengurangi laju kehilangan tulang karena bertambahnya usia (National Institute of Health, 1994 dan Kwalkarf, et.al, 2003). Puncak massa tulang optimal terjadi sekitar umur 8-15 tahun, oleh karena itu kebutuhan gizi pada fase ini lebih tinggi dari fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2004). Septrisya (2006) menyebutkan bahwa Peak Bone Mass dapat diibaratkan sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu dekade ketiga. Asupan kalsium biasanya diperoleh dari susu, keju, ikan, daging, telur, kacang-kacangan, dan sayuran. National Institute of Health dalam Worthington et.al (2000) menyebutkan bahwa di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia angka kecukupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja adalah sebesar sampai mg/hari. Sedangkan standar Indonesia berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WKNPG VIII) tahun

24 2 menetapkan kebutuhan kalsium bagi remaja Indonesia usia 13 sampai 19 tahun adalah sebesar mg per hari. Menurut data dari beberapa penelitian asupan kalsium remaja saat ini masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan, yaitu baru mencapai 254 mg per hari. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syafiq dan Fikawati dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2010), remaja putri di beberapa negara dan di Indonesia mempunyai resiko paling besar terhadap asupan kalsium yang tidak adekuat, dan asupan tersebut semakin menurun pada usia 10 sampai 17 tahun. Penelitian Montomoli et.al dalam Puspasari (2004), menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium pada remaja di Itali hanya 829 mg/hari dan di Inggris sekitar mg/hari dari mg/hari yang dianjurkan. Survey NHANES di Amerika Serikat ( ) menyebutkan bahwa jumlah asupan kalsium remaja putra usia 9-13 tahun sebesar 1139 mg/hari dan usia tahun sebesar 1142 mg/hari. Jumlah asupan remaja putri lebih rendah dari pada jumlah asupan remaja putra. Jumlah asupan remaja putri usia 9-13 tahun sebesar 865 mg/hari dan usia tahun sebesar 804 mg/hari. Greenfield et al., dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2010) menyebutkan studi yang dilakukan pada 649 remaja putri usia tahun di Cina menunjukkan bahwa asupan kalsium rata-rata hanya sebesar 356 mg/hari dan hanya 21% didapat dari susu dan produknya.

25 3 Berdasarkan hasil survey SEAMIC dalam Aprianda (2007), asupan kalsium masyarakat Indonesia hanya 254 mg/hari. Penelitian yang dilakukan oleh Syafiq dan Fikawati (2004) terhadap murid Sekolah Menengah Umum (SMUN) di Bogor menunjukkan bahwa asupan kalsium yang berasal dari susu dan hasil olahannya ditambah suplemen kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan, yaitu hanya sebesar 526,9 mg/hari atau 52,7% dari Angka Kecukupan Gizi. Sementara itu studi konsumsi kalsium lainnya yang dilakukan oleh Puspasari tahun 2004 di Kota Bandung menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, yaitu rata-rata asupan kalsium remaja (dengan telah memperhitungkan asupan suplemen kalsium) masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu hanya 55,9% AKG (pada laki-laki sebesar 593,52 mg/hari dan perempuan sebesar 524,58 mg/hari). Bila tidak memperhitungkan suplemen kalsium rata-rata asupannya lebih rendah lagi, yaitu hanya 51,7% atau 517,23 mg/hari (pada laki-laki sebesar 545,81 mg/hari dan pada perempuan 488,65 mg/hari). Almatsier (2004) menyebutkan beberapa dampak dari kekurangan kalsium, antara lain menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok, mudah rapuh, osteomalasia atau riketsia, dan kejang otot. Witjaksono (2003) menyebutkan dampak lain dari kekurangan kalsium yaitu dapat menyebabkan sulit tidur, mudah tegang, emosi dan hiperaktif sebagai akibat dari terhambatnya pelepasan neurotransmiter dan rusaknya mekanisme pengaktifan dan pengistirahatan saraf

26 4 pesan ke otak. Selain itu bila tubuh kekurangan kalsium sistem imunitas pun akan menurun karena ion kalsium berperan sebagai sirene ketika tubuh diserang bakteri, virus atau racun. Kurangnya kalsium juga akan mengurangi daya kontraksi otot jantung dan menimbulkan asam lambung yang berlebihan. Sedangkan dampak jangka panjang dari kekurangan kalsium adalah menyebabkan terjadinya osteoporosis atau pengeroposan tulang di usia lanjut. Mengacu pada pendapat Worthington (2000) dan Apriadji (1986) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi remaja, terdapat beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja diantaranya yaitu karakteristik fisiologis yang terdiri dari umur dan jenis kelamin, tingkat pengetahuan gizi remaja, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan pola makan orang tua. Sedangkan menurut beberapa penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium diantaranya adalah pengetahuan gizi dan kalsium, pengaruh teman, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, dan pengetahuan gizi orang tua (Mulyani, 2009; Puspasari, 2004; Miller et al, 2001). Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten penghasil sayur-sayuran yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Letak geografisnya pun sangat strategis, yaitu berada diantara kota Jakarta dan Bandung sehingga akses terhadap berbagai bahan makanan serta ketersediaan bahan makanan khususnya sumber kalsium sangat mudah didapat. Kecamatan Mande terletak di Cianjur bagian utara yang kaya dengan hasil ikan, sayur-sayuran dan akses terhadap pangan sumber kalsiumnya pun sangat

27 5 mudah didapat. Sampai saat ini belum ada survei yang dilakukan di Kabupaten Cianjur mengenai konsumsi kalsium masyarakatnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti konsumsi kalsium di Kabupaten Cianjur khusunya pada remaja/siswi SMP di kecamatan Mande. Selanjutnya dilakukan studi pendahuluan pada bulan Mei 2010 terhadap siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsium 14 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk remaja Indonesia yaitu sebesar mg/hari. Berdasarkan fakta tersebut maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande, Kabupaten Cianjur tahun Rumusan Masalah Pada periode remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone Mass yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya. Apabila pada masa ini kalsium yang dikonsumsi kurang maka puncak pertumbuhan massa tulang tidak akan terbentuk secara optimal. Tulang mudah patah dan rapuh, terjadi penurunan kekebalan tubuh, peningkatan asam lambung, terjadinya penurunan daya kontraksi otot jantung, riketsia, kejang otot dan dampak jangka panjangnya adalah osteoporosis/ pengeroposan tulang.

28 6 Di Indonesia hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19 tahun sebesar mg/hari. Namun pada kenyataanya baik di negara-negara maju maupun di Indonesia asupan kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2010 terhadap 14 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsium siswi hanya sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk remaja Indonesia yaitu sebesar mg/hari. Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja. Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih jauh lagi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande, Kabupaten Cianjur tahun Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010? 2. Bagaimana gambaran kebiasaan jajan siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010? 3. Bagaimana gambaran pengetahuan gizi siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

29 7 4. Bagaimana gambaran keterpaparan informasi mengenai kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 5. Bagaimana gambaran pengaruh teman pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 6. Bagaimana gambaran kesukaan terhadap makanan sumber kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 7. Bagaimana gambaran ketersediaan pangan sumber kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 8. Apakah ada hubungan antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 9. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 10. Apakah ada hubungan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 11. Apakah ada hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 12. Apakah ada hubungan antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 13. Apakah ada hubungan antara ketersediaan pangan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?

30 8 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun Diketahuinya gambaran kebiasaan jajan siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun Diketahuinya gambaran pengetahuan gizi siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 4. Diketahuinya gambaran keterpaparan informasi mengenai kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Diketahuinya gambaran pengaruh teman pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Diketahuinya gambaran kesukaan terhadap makanan sumber kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Diketahuinya gambaran ketersediaan pangan sumber kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Diketahuinya hubungan antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.

31 9 9. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Diketahuinya hubungan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Diketahuinya hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Diketahuinya hubungan antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Diketahuinya hubungan antara ketersediaan pangan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun Manfaat Penelitian Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang lingkupnya.

32 Bagi SMPN 1 Mande Cianjur Diperolehnya informasi mengenai gambaran konsumsi kalsium siswi serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar guru-guru memberikan informasi mengenai zat gizi secara umum serta kalsium dan manfaatnya kepada seluruh siswa SMPN 1 Mande setiap kali masuk kelas khususnya pada mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani kesehatan Bagi siswa SMPN 1 Mande Cianjur Diperolehnya informasi mengenai gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium mereka pada tahun Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian sesuai anjuran sebagai salah satu pencegahan terhadap terjadinya osteoporosis di masa mendatang Bagi Puskesmas Mande Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat program-program di lingkungan wilayah kerja. Sehingga tidak hanya individu atau lingkungan rumah, tetapi juga melibatkan lingkungan sekolah dan tidak hanya tingkat SD saja yang diintervensi tetapi juga tingkat SLTP.

33 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur. Mahasiswi peminatan gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat merupakan peneliti. Alasan dilakukan penelitian ini karena berdasarkan studi pendahuluan asupan kalsium rata-rata siswi SMPN 1 Mande Cianjur sebesar 353 mg/hari, padahal asupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) orang Indonesia yaitu sebesar mg/hari. Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli tahun 2010 di SMPN 1 Mande Cianjur dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan desain studi cross sectional.

34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Kalsium Remaja Brown (2005) mengatakan konsumsi kalsium pada remaja sangatlah penting untuk menambah kepadatan massa tulang dan mengurangi resiko patah tulang/ fraktur dan pengeroposan tulang/osteoporosis. Kurang lebih 45% massa tulang dewasa dibentuk dan 20% tinggi badan dewasa dicapai pada saat remaja. Brown (2005) juga mengatakan bahwa remaja mampu menyimpan kalsium empat kali lebih banyak daripada orang dewasa. Penambahan kalsium pada tulang hampir tidak ada pada usia 26 tahun pada laki-laki dan 24 tahun pada perempuan. Sehingga jelas asupan kalsium terpenting yaitu pada masa remaja. Selain itu Almatsier (2004) menyatakan bahwa pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone Mass (PBM) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya. Septrisya (2006) menyatakan bahwa PBM dapat diibaratkan sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga, karenanya orang berusia dibawah 30 tahun harus memperhatikan asupan kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas atau massa tulang akan semakin berkurang. 12

35 Angka Kecukupan Kalsium Remaja Asupan kalsium yang memadai adalah penting untuk mencapai massa tulang yang optimal (optimal peak bone mass). Kartono dan Soekatri (2004) menyebutkan bahwa Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19 tahun adalah sebesar mg/hari. Pada teori lain yaitu teori Piliang, dkk (2006) menyebutkan bahwa kebutuhan kalsium sebesar 800 mg/hari. Berikut ini disajikan tabel angka kecukupan gizi kalsium rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari) dalam Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB (2009): Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang Dianjurkan Untuk Pria dan Wanita (per orang per hari) Tahun 2004 Umur Kalsium (mg) tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 800 Sumber : Departemen Gizi Masyarakat FEMA Institut Pertanian Bogor, Ilmu Gizi Dasar (2009).

36 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Kalsium Remaja Worthington-Robert (2000) menyebutkan banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan remaja meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial, dan aktivitas remaja dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja. Remaja mulai dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar rumah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi remaja digambarkan dalam bagan dibawah ini:

37 15 Bagan 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja Sosial- ekonomi-politik, ketersediaan makanan, produksi, sistem distribusi Faktor eksternal : - Jumlah dan karakteristik keluarga - Peran orang tua - Teman sebaya - Sosial budaya - Nilai dan norma - Media massa - Fast food - Pengetahuan gizi - Pengalaman individu Faktor internal : - Kebutuhan fisiologis tubuh - Body image - Self concept - Keyakinan dan individu - Pemilihan dan arti makanan - Perkembangan psikososial - kesehatan Gaya hidup Perilaku makan individu Sumber : Worthington,2000. Apriadji (1986) juga menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi makan seseorang dikaitkan dengan status gizi diantaranya adalah pendapatan keluarga, harga bahan makanan, tingkat pengelolaan sumberdaya lahan dan pekarangan, daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, dan jumlah anggota keluarga. Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam bagan berikut:

38 16 Bagan 2.2 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Menentukan Status Gizi Seseorang Pendapatan Keluarga Harga Bahan Makanan Tingkat Pengelolaan Sumberdaya Daya Beli Keluarga Latar Belakang Sosial Budaya Tingkat Pendidikan Gizi dan Pengetahuan Gizi Jumlah Anggota Keluarga Konsumsi Makanan Kebersihan Lingkungan Jumlah Makanan Mutu Makanan STATUS GIZI SESEORANG Infeksi Internal: - Cacingan - Diare Sumber: Apriadji (1986), Gizi Keluarga Berdasarkan teori Apriadji (1986) dan Worthington (2000) faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium remaja, diantaranya adalah: 1. Umur Worthington (2000) mengatakan bahwa umur mempunyai peranan penting dalam menentukan pemilihan makanan. Saat bayi tidak mempunyai

39 17 pilihan terhadap yang akan dimakan, akan tetapi setelah dewasa orang mempunyai kontrol terhadap yang akan dimakan. Proses ini sudah mulai pada masa anak-anak, karena pada masa ini mereka mulai memiliki kesukaan terhadap makanan tertentu. Saat seseorang tumbuh menjadi remaja dan dewasa, pengaruh kebiasaan makan mereka sangat kompleks. Dalam penelitian Rita (2002) ditemukan bahwa umur berpengaruh terhadap kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang diterima dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan preferensi/kesukaan terhadap konsumsi pangan. Berdasarkan Penelitian Novianty (2007) ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kecukupan kalsium pada anak sekolah dasar di Depok. 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin menentukkan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan (Worthington, 2000). Whiting et al (2004) menyatakan anak laki-laki dan perempuan berbeda dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini terletak dalam hal keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam tubuh. Pada rentang usia yang sama, laki-laki lebih banyak asupan kalsiumnya dibandingkan dengan perempuan.

40 18 Hasil penelitian Puspasari (2004) terhadap siswa-siswi SMUN di kota Bandung menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara asupan kalsium pada anak perempuan dan anak laki-laki. Asupan kalsium yang kurang lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (79,4%) dibandingkan pada anak laki-laki (72,9%) dengan nilai odds rasio sebesar 1,44. Artinya remaja putri mempunyai peluang memiliki asupan kalsium yang kurang sebesar 1,44 kali dibanding remaja laki-laki. 3. Kebutuhan Fisiologis Tubuh Setiap individu memiliki kebutuhan fisiologis tubuh yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan tingkat kebutuhan gizi setiap individu berbeda. Sebagai contoh, kebutuhan fisiologis ibu hamil, dan ibu menyusui akan berbeda dengan kebutuhan fisiologis anak balita, atau kebutuhan gizi orang yang sedang sakit akan berbeda dengan kebutuhan gizi orang yang sehat. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis tubuh berperan dalam menentukan perilaku konsumsi individu dan pemilihan makanan apa saja yang dikonsumsi (Suhardjo, 2006). Kebutuhan kalsium setiap individu pun berbeda. Kebutuhan kalsium pada masa remaja lebih tinggi daripada kebutuhan kalsium pada masa lainnya, karena pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang (Almatsier, 2004). Berikut ini disajikan tabel kebutuhan kalsium pada setiap fase:

41 19 Tabel 2.2 Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase Fase Kebutuhan Kalsium (mg/hari) Anak-Anak 0-6 bulan bulan tahun tahun tahun 600 Remaja (Usia tahun) Laki-laki 1000 Perempuan 1000 Dewasa (Usia tahun) Laki-laki 800 Perempuan 800 Lansia ( 50 tahun) Laki-laki 800 Perempuan 800 Ibu Hamil +150 Ibu Menyusui +150 Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) 4. Body Image/Citra Tubuh Rice (2001) dalam Meliana (2006) mendefinisikan citra tubuh sebagai pandangan seseorang tentang tubuhnya, suatu gambaran mental seseorang mencakup pikiran, persepsi, perasaan, emosi, imajinasi, penilaian, sensasi fisik, keadaan dan perilaku mengenai bentuk tubuhnya yang dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di masyarakat dan interaksi sosial seseorang dalam lingkungannyandaan dapat mengalami perubahan.

42 20 Purwaningrum (2008), remaja yang mempunyai perilaku makan negatif dikaitkan dengan citra raga yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri. Remaja cenderung menginginkan penampilan yang ideal seperti bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai body image pada remaja putri menunjukkan bahwa 70 % subjek mengungkapkan keinginan untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal hanya 15 % di antara mereka yang menderita overweight. 5. Konsep Diri Yayasan Peduli Proriasis Indonesia (2006) dalam Handayani (2009) menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Bila terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinya akan berubah dan akan mempengaruhi perilaku konsumsi individu tersebut. Penelitian Handayani (2009) ditemukan bahwa konsep diri berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dengan semakin baik konsep diri seseorang, maka akan semakin baik perilaku konsumsi orang tersebut.

43 21 6. Keyakinan, Nilai dan Norma Suhardjo (2006) menyatakan bahwa pada masyarakat tertentu, terdapat satu pameo yaitu semakin tinggi tingkat keprihatinan seseorang maka akan semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dicapainya. Keprihatinan ini dapat dicapai dengan tirakat yaitu suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau berpantang melakukan sesuatu. Sediaoetama (1996) menyatakan bahwa kepercayaan atau keyakinan masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Suhardjo (1996) juga menyatakan bahwa pola konsumsi makanan merupakan hasil kepercayaan masyarakat yang bersangkutan, dan mengalami perubahan terus menerus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat tersebut. Dalam penelitian Suhardjo (1996) ditemukan bahwa keyakinan dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat. 7. Pemilihan dan Arti Makanan (Preference) Preferensi pangan diasumsikan bahwa sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Pangan yang dikenal dan dipelajari untuk disenangi pada masa kanak-kanak

44 22 pada umumnya dilanjutkan menjadi preferensinya sampai tumbuh dewasa (Suhardjo, 1996). Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan. Interaksi dengan keluarga dan teman-teman akan mempengaruhi preferensi terhadap pangan. Preferensi yang bersifat positif berarti penerimaan terhadap pangan tersebut. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis, terutama pada orang-orang muda dan akan permanen bila seseorang telah memiliki gaya hidup yang kuat (Sanjur, 1982). Selain pengaruh reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi makin terpengaruh oleh pendekatan melalui media radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media massa lain (Suhardjo, 1996). Kesukaan terhadap makanan dianggap sebagai faktor penentu dalam mengonsumsi makanan termasuk kalsium. Suhardjo (2006) mengatakan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa karena rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi bau, tekstur dan suhu. Anak-anak dapat menilai rasa tersebut berdasarkan pengalamannya dan cenderung akan mempengaruhi pemilihan makan saat dewasa. Namun pada penelitian lain kesukaan dapat dipengaruhi oleh teman sebaya. Kesukaan terhadap makanan mempunyai pengaruh terhadap pemilihan makanan.

45 23 Dalam melakukan pengukuran terhadap preferensi makanan dapat digunakan skala, dimana contoh ditanya untuk dapat mengindikasikan seberapa besar dia menyukai makanan berdasarkan kriteria. Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka. Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur derajat suka atau tidak suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap makanan yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur, 1982). 8. Perkembangan Psikososial Menurut Chaplin (2004) perkembangan psikososial merupakan berbagai kejadian yang berkaitan dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan dan mencakup faktor-faktor psikologis dari seseorang. Keadaan psikososial individu akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut, salah satunya adalah perilaku konsumsi. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik akan cenderung lebih teratur dalam mengkonsumsi dan memilih makanan. 9. Kesehatan Definisi sehat menurut WHO 1990 dalam Alamtsier (2004) yaitu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Kesehatan no. 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial

46 24 yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitarani (2006) ditemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kesehatan individu dengan perilaku konsumsi, yaitu walaupun seseorang sedang sakit, terkadang tidak terlalu memperhatikan pola konsumsinya. 10. Jumlah dan Karakteristik Keluarga Sediaoetama (2006) menyebutkan keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak amat dekat akan menimbulkan masalah. Dalam hal ini, jumlah keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumah tangga. Suhardjo (1996) menyebutkan semakin besar jumlah anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk individu akan semakin berkurang. Hasil penelitian Pratiwi (2006) diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluarga kecil dan keluarga besar terhadap perilaku konsumsi individu. Namun penelitian Srimaryani (2010), diketahui bahwa ada hubungan antara jumlah keluarga dengan perilaku konsumsi individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin banyak pangan yang dikonsumsi dan pembagian makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga yang jumlahnya sedikit.

47 25 Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah karakteristik keluarga yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Suhardjo (1986) menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu kurang mampu dalam pemilihan makanan yang baik, jika orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan atau informasi mengenai gizi. Menurut Berg (1986) latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai. Selanjutnya Apriadji (1986) menyatakan faktor pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya. Akan tetapi, seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik.

48 26 Pada penelitian ini salah satu variabel yang diambil adalah pendidikan ibu. Nizar dalam Ikhsan (2004) menyebutkan tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi keluarga karena ibu memegang peranan penting dalam pengelolaan rumah tangga. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai sikap yang positif terhadap gizi sehingga pada akhirnya akan semakin baik kuantitas dan kualitas gizi yang dikonsumsi keluarga. Penelitian Puspasari (2004) menyebutkan bahwa pendidikan orang tua yang rendah, asupan kalsium yang kurang sebesar 77,9% sedangkan pada pendidikan orang tua yang tinggi, asupan kalsium yang kurang sebesar 75,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan orang tua yang rendah asupan kalsium yang kurang lebih tinggi 2,2% dibandingkan dengan pendidikan orang tua yang tinggi. Pekerjaan orang tua pun turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Berg (1986) berpendapat bahwa pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji atau pendapatan yang diterima. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang dibeli (Apriadji, 1986). Menurut penelitian Puone dalam Guthrie (1995) diketahui bahwa ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan tingkat konsumsi masyarakat. Terutama pada makanan sumber kalsium utama yaitu susu dan hasil olahannya yang masih merupakan makanan mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.

49 27 Selanjutnya Sukarbi dalam Gabriel (2008) menyebutkan pekerjaan memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan. Salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu. Hasil penelitian Mulyani (2009) tentang konsumsi konsumsi kalsium pada remaja di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa konsumsi kalsium yang kurang lebih besar didapatkan pada ibu yang bekerja (sebesar 58,3%) dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (sebesar 45,9%). Sedangkan konsumsi kalsium yang baik lebih besar didapatkan pada ibu yang tidak bekerja (sebesar 54,1%) dibandingkan dengan ibu yang bekerja (sebesar 47,1%). Berdasarkan hasil penelitian Ikhsan (2004) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di SMUN 28 Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan asupan kalsium. Proporsi responden dengan asupan kalsium <600 mg/hari terjadi pada ibu yang tidak bekerja sebesar 54,3% lebih besar dibandingkan pada ibu bekerja. 11. Peran Orang Tua Pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga. Khomsan (2007) menyatakan selama masa anak-anak, orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sikap tentang makanan, pemilihan makanan dan pola

50 28 makan. Tetapi jika sudah menganjak remaja mereka menunjukkan kemandiriannya dan dapat memilih makanan sekehendak mereka. Oleh karena itu pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang. Khomsan pun menyatakan pada zaman modern seperti sekarang ini, orang tua memang telah menjadi manusia sibuk karena urusan di luar rumah tangga. Oleh karena itu, peran orang tua saat ini sangat penting dalam mendorong kebiasaan makan sehat bagi anak-anaknya. 12. Teman Sebaya (Peer Group) Gifft, et al dan Hurlock dalam Mulyani (2009) menyebutkan pengaruh peer group adalah yang terpenting selama masa remaja di sekolah. Pada situasi tertentu pengaruh peer group lebih besar daripada pengaruh keluarga. Ketika anak mulai sekolah tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi pemilihan makanan yang menyebabkan pengabaian terhadap kebutuhan gizi. Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan perilaku sosial, serta berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Pemilihan makanan menjadi penting supaya mereka diterima oleh teman sebayanya. Menurut Nimpoeno dalam Mulyani (2009), terdapat rasa kekamian yang menyebabkan anggota-anggota peer group bertindak sama satu dengan yang lainnya. Selanjutnya Hurlock dalam Mulyani (2009) mengemukakan bahwa pengaruh peer group semakin kuat pada remaja untuk dapat diterima

51 29 sebagai anggota peer group, untuk itu ia akan menyesuaikan tingkah lakunya dengan aturan-aturan dalam peer group tersebut. Mulyani (2009) mengatakan pengaruh peer group terhadap konsumsi terjadi terutama karena kepatuhan anggota untuk melakukan tindakan yang sama dengan anggota lainnya serta upaya yang kuat untuk tidak melanggar aturan dalam peer group tersebut. Disamping itu peer group juga dapat berpengaruh terhadap konsumsi jajanan. Mc Williams (1993) menyatakan bahwa remaja SMP cenderung memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh ini akan menentukan perilaku makan remaja selanjutnya. Miller et al (2001) menyatakan teman juga berpengaruh terhadap konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam memilih makanan namun pengaruh teman sebaya semakin berpengaruh terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang sehat kaya kalsium. Dalam penelitian Savitri (2009), ditemukan bahwa teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dalam memilih jenis makanan.

KARYA TULIS ILMIAH POLA ASUPAN KALSIUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Oleh: GAHYAATRI DEVWI A/P SABAPATHY

KARYA TULIS ILMIAH POLA ASUPAN KALSIUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Oleh: GAHYAATRI DEVWI A/P SABAPATHY KARYA TULIS ILMIAH POLA ASUPAN KALSIUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh: GAHYAATRI DEVWI A/P SABAPATHY 120100524 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia (hampir 2% dari berat total tubuh) dan kebanyakan bergabung dengan unsur fosfor menjadi kalsium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar 99 persen total kalsium ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang dapat terjadi pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan berbagai faktor multidisiplin

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI IBU MENGENAI SUSU DAN FAKTOR LAINNYA DENGAN RIWAYAT KONSUMSI SUSU SELAMA MASA USIA SEKOLAH DASAR PADA SISWA KELAS I SMP NEGERI 102 DAN SMPI PB SUDIRMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak-anak menjadi masa kritis untuk membangun masa tulang. Tulang yang kuat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009 27 BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Nutrisi olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan akan menjadi salah satu faktor penentu prestasi atlit. Untuk dapat menghasilkan kualitas performa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM) yang menyebabkan kebutuhan kalsium paling tinggi pada masa ini dibandingkan dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi menjadi 6 kabupaten/kota yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masa dewasa awal sebagai masa transisi dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu perhatian khusus adalah masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM. GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 060870 MEDAN SKRIPSI Oleh ANGGI RARA NIM. 121021024 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Lebih terperinci

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA KEBIASAAN MAKAN CEPAT SAJI (FAST FOOD MODERN), AKTIVITAS FISIK DAN FAKTOR LAINNYA DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA PENGHUNI ASRAMA UI DEPOK TAHUN 2009 SKRIPSI EVI HERYANTI NPM :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi yang cukup memiliki peran yang penting selama usia sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak mendapatkan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang maksimal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut

Lebih terperinci

SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010

SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010 SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010 Diajukan untuk melengkapi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Perbaikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia Abstrak Latar Belakang : Pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN KALSIUM PADA IBU RUMAH TANGGA DI LINGKUNGAN XX KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR TAHUN Oleh : Reza Antoni Tarigan

GAMBARAN ASUPAN KALSIUM PADA IBU RUMAH TANGGA DI LINGKUNGAN XX KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR TAHUN Oleh : Reza Antoni Tarigan GAMBARAN ASUPAN KALSIUM PADA IBU RUMAH TANGGA DI LINGKUNGAN XX KELURAHAN TANJUNG MULIA HILIR TAHUN 2010 Oleh : Reza Antoni Tarigan 070100100 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 GAMBARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN KEBIASAAN SARAPAN ANTARA STATUS GIZI SISWA OVERWEIGHT DAN NON-OVERWEIGHT DI SMK 2 MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN KEBIASAAN SARAPAN ANTARA STATUS GIZI SISWA OVERWEIGHT DAN NON-OVERWEIGHT DI SMK 2 MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN KEBIASAAN SARAPAN ANTARA STATUS GIZI SISWA OVERWEIGHT DAN NON-OVERWEIGHT DI SMK 2 MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis LEMBARAN KUESIONER Judul Penelitian : Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Pondok Bahar RW 06 Karang Tengah Tangerang

Lebih terperinci

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016 142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016 ANALISIS PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI Analysis Of Reproductive Health Knowledge Of Exposure

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR SEBAGAI BAHAN PENSUBTITUSI TEPUNG TAPIOKA TERHADAP TINGKAT KEKENYALAN DAN DAYA TERIMA CILOK

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR SEBAGAI BAHAN PENSUBTITUSI TEPUNG TAPIOKA TERHADAP TINGKAT KEKENYALAN DAN DAYA TERIMA CILOK KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR SEBAGAI BAHAN PENSUBTITUSI TEPUNG TAPIOKA TERHADAP TINGKAT KEKENYALAN DAN DAYA TERIMA CILOK Karya Tulis Ilmiah ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI

KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SD NEGERI NO. 060822 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : SHINTYA SARI DEWI NST NIM : 051000123 FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGEMBANGAN METODE DAN MEDIA DIARI MAKANAN BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR PADA SISWA KELAS V SD BANI SALEH V, BEKASI TIMUR TAHUN 2008 Oleh : CHITRA SEPTIARINI 0606059450 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK LUH DEVI PRIYANTHI ASDIANA 1120025061 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGESAHAN SKRIPSI. Pada tanggal 20 Juli Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt DEKAN TIM PENGUJI SKRIPSI

PENGESAHAN SKRIPSI. Pada tanggal 20 Juli Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt DEKAN TIM PENGUJI SKRIPSI PENGESAHAN SKRIPSI Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Gizi dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Gizi Pada tanggal 20 Juli 2016 Dr.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prioritas sasaran program gizi adalah pada kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja. (Sediaoetomo,1999). Kelompok remaja

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI ENERGI BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS EMPANG KABUPATEN SUMBAWA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI ENERGI BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS EMPANG KABUPATEN SUMBAWA UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI ENERGI BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS EMPANG KABUPATEN SUMBAWA MEGA TRI ANJANI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MAHASISWI USU TERHADAP PEMENUHAN KECUKUPAN KALSIUM HARIAN. Oleh: ESTER SIBUEA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MAHASISWI USU TERHADAP PEMENUHAN KECUKUPAN KALSIUM HARIAN. Oleh: ESTER SIBUEA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MAHASISWI USU TERHADAP PEMENUHAN KECUKUPAN KALSIUM HARIAN Oleh: ESTER SIBUEA 070100092 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI SKRIPSI, FEBRUARI 2015 BUNGA ASMARA ARNO

ABSTRAK UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI SKRIPSI, FEBRUARI 2015 BUNGA ASMARA ARNO ABSTRAK UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI SKRIPSI, FEBRUARI 2015 BUNGA ASMARA ARNO HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER PHYTOESTROGEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA HUBUNGAN STATUS DEPRESI DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi Oleh:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) DI DESA BATUKANDIK PULAU NUSA PENIDA

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) DI DESA BATUKANDIK PULAU NUSA PENIDA UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS) DI DESA BATUKANDIK PULAU NUSA PENIDA ANAK AGUNG SAGUNG PUTRI KUSUMA DEWI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI SISWA-SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI SISWA-SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI SISWA-SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan antara..., Noor Risqi Skriptiana, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesukaan mengonsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan dapat menyebabkan karies gigi, dan sama halnya dengan konsumsi kalori berlebih memengaruhi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR AI MARTIN SOPIAH, 2014

KATA PENGANTAR AI MARTIN SOPIAH, 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan segala Rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada

Lebih terperinci

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI Vilda Ana Veria Setyawati Program Studi kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Email :vera.herlambang@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011

GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011 GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: BENNY NASUTION NIM. 061000036 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Makan Makanan merupakan fisiologis maupun psikologis untuk anak dan orang tua. Oleh karena itu perlu diciptakan situasi pemberian makan kepada anak yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITAN

BAB V HASIL PENELITAN 35 BAB V HASIL PENELITAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen vitamin dan mineral pada atlet renang di Klub Renang Wilayah Jakarta

Lebih terperinci

KAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1

KAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1 KAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Berdasarkan data DKP (2005), ekspor rajungan beku sebesar

Lebih terperinci

Oleh SHOFI IKRAMINA

Oleh SHOFI IKRAMINA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, AKTIVITAS FISIK, Z-SKOR, DAN FREKUENSI LATIHAN TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BASKET REMAJA LAKI-LAKI DI KLUB BASKET SCORPIO, JAKARTA TIMUR Skripsi Ini Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang yang sehat adalah tulang yang kuat dan tidak mudah patah. Kekuatan tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring

Lebih terperinci

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO Agustian Ipa 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT Background : Physical growth and maturation

Lebih terperinci

BONA F. P. BANJARNAHOR

BONA F. P. BANJARNAHOR Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata Tahun 10 Oleh: BONA F. P. BANJARNAHOR 070100098

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : MUKHAMMAD HASAN TSU BANULLAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalsium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu kalsium disebut sebagai makro mineral. Kalsium juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KALSIUM DAN FREKUENSI KONSUMSI KALSIUM SERTA ASUPANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK AL-HUSNA BEKASI TAHUN 2008 Oleh : LAILA SUCIATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 Arief Budiman, 2010; Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II : dr. Rimonta F. Gunanegara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA WANITA DI YOGYAKARTA. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA WANITA DI YOGYAKARTA. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA WANITA DI YOGYAKARTA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Lebih terperinci

DINA WAHYU ROSYADI J

DINA WAHYU ROSYADI J HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BEKERJA, JAM KERJA IBU DAN DUKUNGAN TEMPAT KERJA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO I Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS.

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS. HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS Oleh PUTRI RAMADHANI IRSAN 147032135 / IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBKLIKASI KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/osteoporosis-konsumsi-susu-jenis-kelamin-umur-dan-daerah-di-dki-ja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rahayu Dyah Lestarini NIM

SKRIPSI. Oleh Rahayu Dyah Lestarini NIM HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MENIKAH PADA USIA DINI TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SUCOPANGEPOK KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III Gizi.

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III Gizi. KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TERKAIT HIV AIDS PADA SISWA KELAS 3 SMA PGRI 1 KOTA BOGOR TAHUN 2008 OLEH GINTO SAPUTRA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TERKAIT HIV AIDS PADA SISWA KELAS 3 SMA PGRI 1 KOTA BOGOR TAHUN 2008 OLEH GINTO SAPUTRA UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TERKAIT HIV AIDS PADA SISWA KELAS 3 SMA PGRI 1 KOTA BOGOR TAHUN 2008 OLEH GINTO SAPUTRA 0606059596 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

AFIKA DWI KISSWARDHANI J410

AFIKA DWI KISSWARDHANI J410 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, TINGKAT PAPARAN MEDIA MASSA DAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI DI SMP NEGERI 1 SUBAH KABUPATEN BATANG Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI SENAM SENDI DAN TULANG (SENTUL) TERHADAP KEPADATAN MASSA TULANG DI KLUB SENAM RSO PROF. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA

PENGARUH FREKUENSI SENAM SENDI DAN TULANG (SENTUL) TERHADAP KEPADATAN MASSA TULANG DI KLUB SENAM RSO PROF. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA PENGARUH FREKUENSI SENAM SENDI DAN TULANG (SENTUL) TERHADAP KEPADATAN MASSA TULANG DI KLUB SENAM RSO PROF. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana D-4

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS BERDASARKAN PERSEN LEMAK TUBUH PADA REMAJA DI SMA ISLAM TERPADU NURUL FIKRI DEPOK TAHUN 2008

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS BERDASARKAN PERSEN LEMAK TUBUH PADA REMAJA DI SMA ISLAM TERPADU NURUL FIKRI DEPOK TAHUN 2008 UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS BERDASARKAN PERSEN LEMAK TUBUH PADA REMAJA DI SMA ISLAM TERPADU NURUL FIKRI DEPOK TAHUN 2008 OLEH NUR RATNA INTAN 1004001184 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan era globalisasi saat ini telah memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan industrialisasi di masyarakat. Perubahan masyarakat menjadi masyarakat industri

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI SERAT PADA SISWA OVERWEIGHT DAN TIDAK OVERWEIGHT DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI SERAT PADA SISWA OVERWEIGHT DAN TIDAK OVERWEIGHT DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI SERAT PADA SISWA OVERWEIGHT DAN TIDAK OVERWEIGHT DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

DINATIA BINTARIA S NIM.

DINATIA BINTARIA S NIM. PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA TAHUN 2011 Oleh: DINATIA BINTARIA

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN Penelitian Dilakukan di Puskesmas I Denpasar Barat OLEH: OLEH: LUH GEDE INTAN KENCANA PUTRI

Lebih terperinci