BAB I PENDAHULUAN. pengarang, yang diwujudkan lewat kata-kata. Dalam menuliskan gagasangagasannya,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pengarang, yang diwujudkan lewat kata-kata. Dalam menuliskan gagasangagasannya,"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan perwujudan gagasan manusia, dalam hal ini pengarang, yang diwujudkan lewat kata-kata. Dalam menuliskan gagasangagasannya, pengarang memadukan antara kenyataan yang dilihatnya dalam dunia nyata dengan khayal yang ada dalam angan-angannya. Perpaduan tersebut membuat pembaca sedikit banyak memahami apa yang terjadi dalam sebuah karya sastra karena pembaca masih bisa mengaitkan isi karya sastra tersebut dengan konsep realita yang ada dalam bayangan mereka. Kenyataan yang dipadukan dengan khayalan tersebut memroyeksikan sedikit banyak aspek kejiwaan pengarang lewat tokoh-tokoh rekaannya. Perasaan batin pengarang, emosinya, serta harapan-harapan pengarang yang menyatu dengan karya sastra, menjadikan karya sastra tersebut hidup dan menjadi sesuatu yang tak ternilai. Dengan demikian, karya sastra, ada sebagai gejala kejiwaan yang memperlihatkan fenomena-fenomena kejiwaan melalui tokoh-tokohnya, maka kritiknya dapat menggunakan psikologi dengan metode-metode yang berlaku di dalamnya (Yudiono K. S. 2009:43). Fenomena-fenomena kejiwaan yang dialami tokoh mengandung problemproblem kejiwaan yang dapat berupa konflik batin, kelainan perilaku atau abnormalitas, dan bahkan kondisi psikologis yang lebih parah, sehingga mengakibatkan kesulitan dan tragedi. Apa penyebab kondisi semacam itu dan apa 1

2 2 pula akibatnya? Untuk menjawab pertanyaan itu, harus dipahami lebih dalam latar belakang kejiwaan serta akibat yang menimpa para tokoh dalam suatu karya sastra. Keinginan inilah yang mendorong para pakar psikologi dan sastra untuk menggali keterkaitan antara karya sastra dan ilmu psikologi (Minderop, 2011:1). Di sini fungsi psikologi itu sendiri adalah menjelajah ke dalam alam kejiwaan tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan sebisa mungkin mencari tahu penyebab dari problem-probem kejiwaan yang dialami para tokoh. Dalam psikologi, terdapat berbagai macam teori dan cabang yang masing-masing mencoba untuk menggali lebih jauh mengenai apa yang terjadi dalam benak manusia, penyebabnya, akibat yang ditimbulkan, serta penanganannya, seperti teori psikoanalisis, psikologi behavioristik, psikologi humanistik, psikologi abnormal, dan lain sebagainya. Salah satu cabang ilmu psikologi adalah psikologi abnormal yang mempelajari bentuk-bentuk abnormalitas kejiwaan seseorang yang ia cerminkan dalam perilaku dan tingkah sehari-hari yang tidak normal. Penulis menemukan beberapa kondisi psikologis yang tidak biasa pada tokoh-tokoh utama novel Kagi karya Tanizaki Jun ichirou. Tanizaki Jun ichirou ( ) adalah seorang penulis dari Jepang. Ia adalah salah satu penulis karya sastra modern Jepang yang terkenal. Beberapa karyanya menampilkan sisi yang mengejutkan dari seksualitas dan obsesi erotis seseorang. Seringkali karyanya diceritakan dalam konteks pencarian identitas budaya yang dibangun dari kebudayaan Barat dan Jepang yang disandingkan. Hasilnya adalah sesuatu yang kompleks, ironis, dan provokatif. Nama Tanizaki pertama kali dikenal luas 2

3 3 lewat cerita pendeknya yang berjudul Shisei pada tahun Dalam karya tersebut, Tanizaki memadukan erotisme dengan sado-masokisme. Novel Kagi adalah salah satu karya terakhir Tanizaki yang terbit pada tahun Kagi adalah sebuah novel psikologi yang mencengangkan, di mana menceritakan seorang professor yang telah berumur yang mengatur agar istrinya menjalin hubungan dengan orang lain untuk memulihkan hasrat seksualnya yang mulai melemah. Novel tersebut diceritakan dalam bentuk buku harian milik si professor (suami) dan istrinya (Ikuko). Dua karakter tersebut menuliskan perasaan mereka dalam buku harian masing-masing yang saling menjalin menjadi sebuah cerita yang melukiskan hubungan dan perkawinan mereka yang terganggu. Mereka saling menggunakan intrik-intrik psikologi terhadap satu sama lain untuk memenuhi keinginan dan gairah masing-masing. Cerita dimulai dengan pengakuan suami yang ingin mulai menulis kehidupan seksual pernikahannya dengan alasan yang tidak diketahui. Cerita lalu mulai bergulir dengan pengakuan kedua belah pihak tentang perasaan dan minat seksual mereka. Si suami yang mulai berumur dan mulai melemah tenaganya dalam melakukan hubungan seksual merasa gairahnya semakin meningkat saat ia merasa cemburu pada pemuda bernama Kimura yang diduga mencoba mendekati putrinya, Toshiko, tapi ternyata malah memiliki ketertarikan terhadap Ikuko. Rasa cemburu yang semakin membuatnya bergairah itu dipupuknya sedemikian rupa dengan cara-cara yang tidak pantas, seperti meminta Kimura untuk mencetak foto telanjang Ikuko. Kimura dan Ikuko sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda 3

4 4 keberatan atau perlawanan yang berarti atas perbuatan si suami. Bahkan sang putri, Toshiko turut ikut campur dalam permainan ayahnya tersebut. Penulis menganggap bahwa para tokoh dalam novel tersebut sangat menarik karena mereka menunjukkan respon dan tindakan yang tidak biasa atau tidak wajar jika dibandingkan dengan orang lain pada umumnya apabila menghadapi situasi yang sama. Kelainan atau abnormalitas dalam diri para tokoh akan dianalisis lebih jauh dalam skripsi ini, yakni melalui pendekatan psikologi sastra. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, ada beberapa rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur intrinsik novel Kagi karya Tanizaki Jun ichirou? 2. Apa saja bentuk-bentuk perilaku abnormal tokoh Ikuko dan suaminya dalam novel Kagi karya Jun ichirou Tanizaki? 3. Apakah faktor-faktor penyebab perilaku abnormal tokoh Ikuko dan suaminya dalam novel Kagi karya Jun ichirou Tanizaki? 4. Apakah dampak yang ditimbulkan oleh perilaku abnormal tokoh Ikuko dan suaminya dalam novel Kagi karya Jun ichirou Tanizaki? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan teoritis dan praktis. Tujuan teoritis penulis dalam melakukan penelitian ini adalah yang pertama, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diuraikan dalam rumusan masalah di atas melalui pendekatan psikologi sastra; psikologi abnormal dan psikologi 4

5 5 kepribadian. Yaitu menjabarkan unsur intrinsik Kagi, mengungkapkan bentukbentuk perilaku abnormal tokoh Ikuko dan suaminya, menganalisis penyebab perilaku abnormal tersebut, serta mengungkapkan dampak dari perilaku abnormal tokoh. Sementara itu tujuan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah memperkenalkan salah satu pengarang Jepang yang diakui pada masanya, yakni Tanizaki Jun ichirou. Serta memperkenalkan beberapa karyanya, terutama salah satu novelnya yang berjudul Kagi atau The Key (judul versi terjemahan bahasa Indonesia dan Inggris). 1.4 Tinjauan Pustaka Untuk mengetahui kebaruan penelitian ini, dilakukan tinjauan pustaka baik dari segi material maupun formal. Dari segi objek material, penulis tidak menemukan karya ilmiah yang menjadikan novel Kagi karya Tanizaki Jun ichirou sebagai objek penelitian. Sementara ditinjau dari segi objek formal, anlisis mengenai perilaku abnormal tokoh pernah dilakukan oleh Denta Sahputri (2010) melalui skripsinya yang berjudul Gangguan Jiwa dan Perilaku Abnormal Tokoh-tokoh Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika: Analisis Psikologi Sastra. Dalam skripsinya, Denta Sahputri menganalisis novel Dadaisme secara psikologis karena tokohtokoh dalam novel tersebut memiliki kecenderungan kepribadian yang unik. Penelitian ini berpijak pada teori abnormalitas dan kepribadian. Tokoh-tokoh dalam novel tersebut yang diteliti adalah Nadena, Aleda, Labai, Magnos, Flo, Ken, Jing, Jo, Bim, Asril, Isebala, dan Yusna. Gangguan jiwa dan perilaku abnormal 5

6 6 yang ditemukan pada tokoh-tokoh tersebut adalah depresi, frustasi, gangguan disosiatif, skizofrenia, kepribadian ganda, kepribadian antisosial, kepribadian sadistik, perilaku kriminal, homoseksualitas, inses, perselingkuhan, sampai dengan perzinahan dan perilaku seksual bebas. Gangguan jiwa dan perilaku abnormal yang dialami tokoh-tokoh tersebut disebabkan oleh beberapa faktor internal maupun eksternal. Penyebab berasal dari faktor bawaan sejak lahir dan pengalaman dari kecil yang terbawa hingga dewasa. Selain itu disebabkan pula oleh hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat, adanya penolakan, dan struktur keluarga yang patogenik. Denta juga menyatakan bahwa penyebab juga berasal dari kondisi sosiokultural, dimana tokoh-tokoh di sini terjebak dalam situasi tidak menyenangkan akbiat dari modernisasi dan arus global yang menyebabkan melemahnya tradisi dan krisis kepercayaan sehingga menjadikannya manusia-manusia yang dikuasai hasrat dan libido kesesatan yang kemudian membawa mereka pada kehancuran diri. Selain itu, skripsi yang disusun oleh Enik Darwati (2005) berjudul Kondisi Kejiwaan Tokoh Kikuji dalam Novel Senbazuru Karya Kawabata Yasunari: Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud, mengungkapkan konflik batin yang dialami tokoh utama Kikuji dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Hasilnya adalah penulis menyimpulkan bahwa hubungan tidak pantas yang menyalahi norma yang dilakukan Kikuji disebabkan lemahnya superego dalam diri Kikuji. Ego dalam dirinya tidak bisa merepresikan id yang berupa kebutuhan cinta dan seks. 6

7 7 Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat diketahui bahwa terdapat sejumlah penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini ditinjau dari objek formalnya, yakni dalam hal pendekatan melalui psikologi sastra dengan penerapan teori psikologi abnormal dan psikologi kepribadian. Jadi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah belum ada yang meneliti objek material, Kagi karya Tanizaki Jun ichirou dengan menggunakan teori psikolgi sastra; psikologi abnormal dan kepribadian. Dengan demikian, orisinalitas penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. 1.5 Kerangka Teori Sebagai tahap awal dalam meneliti masalah pertama yang ingin dijawab ini digunakan teori struktural. Struktur adalah cara pengolahan unsur-unsur yang tidak memiliki fungsi estetik dalam karya sastra, untuk mencapai efek estetis (Wellek dan Warren, 1993: 159). Yang dimaksud dengan unsur-unsur yang tidak memiliki fungsi estetik contohnya yaitu, kata sebagai tanda dilihat satu persatu tanpa memperhatikan susunannya. Karena itu dalam penelitian karya sastra, pendekatan secara struktural tidak bisa dilewati begitu saja. Karena lewat strukturnya lah sebuah karya dapat memenuhi fungsi estetisnya. Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya kita berhadapan dengan sebuah dunia kemungkinan. Dunia yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh yang bermasalah. Tokoh tersebut juga memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagaimana halnya manusia di kehidupan nyata. Fiksi sebagai sebuah dunia, memerlukan tokoh, cerita, plot, dan juga latar (Nurgiyantoro, 1995:216). Metode struktural adalah metode yang bertumpu pada pendekatan yang ilmiah 7

8 8 dan pendekatan karya sastra melalui unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra dalam pembentukan suatu gagasan dan makna tertentu (Yudiono K.S, 2009: 56). Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Struktur karya sastra terdiri atas unsur-unsur intrinsik, yakni alur, penokohan, tema latar dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (Sumardjo, 1991:54). Setelah dilakukan analisis struktural pada novel Kagi, akan dilanjutkan dengan analisis psikologi tokoh Ikuko dan suaminya. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari aspek kejiwaan manusia. Jiwa adalah sesuatu yang abstrak, hanya dapat diteliti melalui faktor yang membentuknya dan hasil yang ditimbulkannya. Dengan begitu saat meneliti aspek kejiwaan seseorang, kita tidak boleh hanya melihat dari satu aspek saja. Misalnya saja kita tidak bisa meneliti kejiwaan seseorang dari tingkah lakunya saja. Kita harus memperhatikan faktor penampilan, lingkungan, usia, dan lain sebagainya. Psikologi juga dapat diterapkan pada karya sastra untuk menganalisis kejiwaan para tokoh. Kedua ilmu tersebut disatukan sehingga muncul istilah psikologi sastra. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang suatu karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu juga dengan pembaca yang akan mengapresiasi karya tanpa melepaskannya dari aspek kejiwaan masing-masing. Psikologi sastra 8

9 9 mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang menangkap gejala kejiwaan lalu mengolahnya ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang, akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra (Endrasawara, 2003: 6). Istilah psikologi sastra memiliki empat kemungkinan pengertian. Pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Yang keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Pengertian ketiga adalah yang paling berkaitan dengan sastra (Wallek dan Warren, 1993:90). Dan penelitian pada skripsi ini akan memfokuskan pada pengertian ketiga tersebut dengan menggunakan beberapa tipe dan hukum psikologi yang telah ada Psikologi Kepribadian Banyak orang percaya bahwa tiap-tiap individu memiliki karakteristik kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik seseorang yang akan memperlihatkan cara ia bereaksi, beradaptasi, dan berkompromi dalam kehidupannya. Itulah yang disebut kepribadian (Santrock via Minderop, 2011:4). Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Dalam psikologi kepribadian dipelajari kaitan antara ingatan atau pengamatan dengan perkembangan, kaitan antara pengamatan dengan penyesuaian diri pada individu, dan seterusnya. 9

10 10 Dalam psikologi terdapat tiga aliran pemikiran. Pertama, psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik struktur kepribadian. Konflik-konflik struktur kepribadian adalah konflik yang muncul dari pergumulan antara id, ego, dan superego. Kedua, behaviorisme yang mencirikan manusia sebagai korban yang fleksibel, pasif, dan penurut terhadap stimulus lingkungan. Ketiga, psikologi humanistik, adalah sebuah gerakan yang muncul, yang menampilkan manusia yang berbeda dari gambaran psikoanalisis dan behaviorisme. Di sini, manusia digambarkan sebagai makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya apabila lingkungan memungkinkan (Koswara, 1991:109). Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud adalah teori yang paling mudah ditemui pada penelitian-penelitian psikologi sastra. Teori Freud yang menempatkan alam bawah sadar sebagai kunci untuk memahami perilaku seseorang telah diakui oleh sejumlah pihak dan tidak sedikit orang yang mengakui kebenaran teorinya. Menurut Freud ada beberapa faktor pembentuk kepribadian, yakni faktor historis, faktor kontemporer, faktor bawaan dan faktor lingkungan di mana individu hidup. Dalam buku Minderop (2011:21) lebih jauh menyebutkan bahwa Freud membahas pembagian psikisme manusia: id yang terletak di bagian tak sadar, merupakan tempat penyimpanan pulsi dan menjadi sumber energi psikis. Menurut Freud, id berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Ego yang terletak di antara alam sadar dan tak sadar, bertugas untuk menengahi dan mencari penyelesaian antara tuntutan pulsi dan larangan superego. Superego yang 10

11 11 merupakan hasil pendidikan dan identifikasi orang tua terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian tak sadar, bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan mutlak pulsi-pulsi dalam id. Freud mengibaratkan id sebagai raja atau ratu, ia berlaku seperti penguasa absolut yang harus dituruti, sewenang-wenang, dan mementingkan diri sendiri. Ego diibaratkan sebagai perdana menteri yang memiliki tugas menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. Superego, ibaratnya seorang pendeta yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai-nilai baik dan buruk harus mengingatkan id yang rakus dan serakah bahwa penting untuk berperilaku arif dan bijaksana. Seperti telah disebutkan, id merupakan sumber energi psikis dan naluri yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhannya seperti, makan, minum, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Cara kerjanya berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknyamanan. Akan mengerikan seandainya diri kita hanya terdiri dari id semata. Seorang bayi yang sebelumnya hanya memiliki id, akan berkembang dan mempelajari bahwa tidak semua kelakuannya dapat diterima dan mempelajari aturan yang diterapkan orang tuanya. Anak yang secara bersamaan berusaha memenuhi pulsi dan menyesuaikan diri dengan realitas, akan membentuk struktur kepribadian yang baru, yaitu ego. Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas. Ego membantu manusia untuk mempertimbangkan apakah 11

12 12 ia dapat memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitaan bagi dirinya sendiri. Tugas ego adalah memberi tempat pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Dengan alasan tersebut, ego merupakan pimpinan utama kepribadian. Layaknya seorang pemimpin perusahaan yang mampu mengambil keputusan rasional demi kemajuan perusahaan. Struktur ketiga ialah superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego berbeda dengan id dan ego yang tidak memiliki moralitas karena tidak mengenal nilai baik dan buruk. Superego sama halnya dengan hati nurani yang mengenal nilai baik dan buruk (conscience). Sebagaimana id, superego juga tidak memiliki pertimbangan realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral. Ketiga struktur kepribadian tersebut, dipimpin oleh ego menentukan reaksi dan perilaku seseorang dalam kehidupan nyata. Freud percaya bahwa konflik bawah sadar antara pulsi id (umumnya seksual dan agresif) dan pertahanan dari ego dan superego dapat menghasilkan kecemasan (anxitas). Kecemasan akan timbul sebagai tanda bahaya. Jika sumber kecemasan tersebut tidak dapat diatasi, kemungkinan besar akan menyebabkan perilaku maladaptif pada individu. Dalam menghadapi kecemasan tersebut individu akan melakukan pembelaan melalui mekanisme pertahanan diri. Istilah mekanisme pertahanan mengacu pada proses alam bawah sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap kecemasan. Ada beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri, yaitu 12

13 13 represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi dan apatis, fantasi dan stereotype (Minderop, 2010: 29-31). 1. Represi adalah upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. 2. Sublimasi merupakan proses bawah sadar di mana libido ditunjukkan atau diubah arahnya ke dalam bentuk penyaluran yang lebih dapat diterima. 3. Proyeksi ialah suatu mekanisme pertahanan di mana seseorang mempertahankan diri dari pikiran-pikiran dan keinginan-keinginan yang tak dapat diterima, dengan menyatakan hal tersebut kepada orang lain. 4. Pengalihan adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibandingkan dengan objek atau individu yang semula. 5. Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan diri dengan mencari pembenaran atau alasan atas perilaku, sehingga manjadi lebih bisa diterima oleh ego daripada alasan yang sebenarnya. 6. Reaksi formasi ialah mekanisme pertahanan ego yang melakukan tindakan berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar. 7. Regresi adalah langkah mundur pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu di masa-masa penuh stres dan kecemasan, sehingga libido bisa kembali ke tahap yang sebelumnya. 13

14 14 8. Agresi dan apatis. Agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Apatis adalah kurangnya emosi, motivasi atau antusiasme. Atau juga sikap acuh tidak acuh dengan keadaan sekitar. 9. Fantasi dan stereotype adalah mekanisme pertahanan diri di mana individu berfantasi mengenai hasratnya. Individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi Psikologi Abnormal Psikologi abnormal adalah subdisiplin yang dianggap sebagai inti dari cabang ilmu psikologi klinis. Di samping tes psikologi dalam proses seleksi pegawai, orang awam cenderung mengasosiasikan ilmu psikologi dengan abnormalitas kejiwaan. Abnormalitas kejiwaan tersebut banyak ditemui kasusnya dalam masyarakat. Abnormalitas kejiwaan tidak kemudian menjadikan semua penderitanya tidak bisa diajak berkomunikasi dengan orang lain atau layak dimasukkan rumah sakit jiwa. Banyak penderita abnormalitas kejiwaan yang mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Sebenarnya garis yang membedakan antara gejala yang masih normal dan yang sudah abnormal sangatlah tipis. Dari usaha beberapa ahli yang mengupas berbagai kriteria mengenai normal tidaknya seseorang pada intinya dapat dikatakan bahwa penilaian mengenai perilaku abnormal dan normal itu tidak dapat bersifat menyeluruh (Fausiah dan Widury 2008:4). Faktor biologis maupun 14

15 15 psikologis dapat menjadi penyebab munculnya abnormalitas kejiwaan pada individu. Menurut Ulmann (via Fausiah dan Widury, 2008:4), perilaku abnormal memiliki makna yang sama dengan gangguan perilaku, gangguan mental/jiwa, sakit mental, dan gangguan emosional. Ia juga mengungkapkan bahwa jika seseorang menampilkan perilaku yang berbeda, tidak mengikuti aturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu, dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa, maka perilaku tersebut dapat dikategorikan sebagai perilaku abnormal. Lalu menurut Durand dan Barlow (2006:9), terdapat banyak kasus yang dapat dikategorikan sebagai abnormalitas. Di antaranya adalah gangguan seksualitas dan gangguan-gangguan kepribadian. 1. Gangguan Seksualitas Gangguan seksualitas terdiri dari penyimpangan seksual (parafilia) dan gangguan disfungsi seksual. Menurut Durand dan Barlow (2006:63), parafilia, istilah yang relatif baru untuk penyimpangan seksual, mencakup gangguangangguan di mana keterangsangan seksual timbul terutama di dalam konteks objek-objek atau individu-individu yang tidak semestinya. Pola-pola keterangsangan penderita parafilia difokuskan dengan agak sempit, seringkali menghindari pola-pola orang dewasa yang bersifat mutually consenting (samasama setuju). Lalu menurut Davidson dan Neale via Fausiah (2008:61), seseorang mungkin menampilkan satu atau lebih parafilia, dan pola tersebut kemungkinan berkaitan dengan gangguan mental lain seperti skizofrenia, depresi, atau salah satu gangguan kepribadian. 15

16 16 Pola-pola rangsangan seksual yang tidak lazim seperti, mencapai kepuasan dengan melakukan pembunuhan brutal, dan pola-pola lain yang tak terhitung banyaknya terdapat pada sejumlah besar individu, yang mengakibatkan penderitaan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi korbannya, bila perilakunya melibatkan orang lain (Durand dan Barlow, 2006:99). Di bawah ini adalah beberapa bentuk parafilia. 1. Fetisisme Fetisisme adalah dorongan, fantasi, dan perilaku yang merangsang secara seksual yang melibatkan penggunaan benda-benda tak hidup dan tak lazim. Dalam fetisisme, sebagian besar dorongan, fantasi, dan nafsu seksual seseorang, difokuskan pada objek tertentu yang berupa benda mati atau ada juga yang menunjukkan ketertarikan pada bagian tubuh tertentu (yang kadang-kadang disebut partialisme), misalnya kaki, ketiak, pantat, dan lain sebagainya. Partialisme yang sering ditemukan adalah ketertarikan pada bagian tubuh kaki, pemujaan atau fetisisme pada kaki ini diberi istilah podofilia (Durand dan Barlow, 2006:100). 2. Voyeurisme dan Ekshibisionisme Voyeurisme adalah praktik mengamati individu yang sedang membuka baju atau telanjang dimana individu yang diamati tidak menaruh curiga atau tidak sadar sedang diamati, agar menjadi terangsang. Ekshibisionisme bisa dibilang adalah kebalikan dari voyerisme. Praktiknya adalah mempertontonkan alat kelaminnya kepada orang 16

17 17 asing yang tidak menaruh curiga, untuk mencapai rangsangan dan kepuasan seksual. 3. Sadisme Seksual dan Masokhisme Seksual Sadisme seksual dan masokhisme seksual berhubungan dengan menyakiti atau menyebabkan penderitaan psikologis, misalnya mempermalukan atau menghina, pada orang lain (sadisme). Dan atau menjadikan dirinya objek yang kesakitan atau menerima perlakuan yang menyebabkan penderitaan psikologis seperti dipermalukan atau terhina (masokhisme). 4. Pedofilia dan Inses Pedofilia adalah parafilia yang melibatkan ketertarikan seksual yang kuat terhadap anak-anak. Sementara itu, inses merupakan ketertarikan seksual menyimpang yang ditujukan kepada saudara kandung sendiri. Perilaku abnormal lain yang masih berhubungan dengan libido antara lain adalah (1) Perzinahan (Adultery). Menurut KBBI 1, zina adalah perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan. (2) Perselingkuhan. Selingkuh, menurut KBBI adalah: suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang; tidak jujur; curang; serong; suka menyeleweng

18 18 2. Gangguan kepribadian Selain gangguan seksualitas, terdapat kasus-kasus lain yang dikategorikan dalam psikologi abnormal. Salah satunya yakni gangguan kepribadian. Penderita gangguan ini biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Hubungan pribadinya dengan orang lain terganggu karena sikap dan perilakunya cenderung merugikan orang lain. b. Memandang bahwa semua kesulitannya disebabkan oleh nasib buruk atau kesalahan orang lain. Dengan kata lain, penderita cenderung tidak memiliki rasa bersalah. c. Tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang lain: bersikap manipulatif atau senang mengakali, mementingkan diri, tidak punya rasa bersalah, dan tidak mengenal rasa sesal bila mencelakai orang lain. d. Penderita tidak pernah dapat melepaskan diri dari pola tingkah laku maladaptifnya itu. e. Selalu menghindari tanggung jawab atas masalah-masalah yang ditimbulkannya. Selain itu dalam kasus gangguan kepribadian, orang yang menderita adalah orang lain yang menjadi korban perbuatan tidak bertanggung jawab dari si penderita. Penderita sendiri hanya mengalami reputasi buruk, yang bagi penderita gangguan ini sama sekali bukan soal. Adapun jenis gangguan kepribadian yang cukup menonjol adalah kepribadian histrionik-narcisisitik-antisosial. Ciri umumnya adalah sebagai berikut (Supratiknya, 1995:54-57). 18

19 19 1. Kepribadian histrionik: tidak matang; emosinya labil, haus akan hal-hal yang serba menggairahkan (excitement); senang mendramatisasi diri secara berlebihan untuk mencari perhatian; penyesuaian seksual dan hubungan pribadinya kacau; tergantung, tak berdaya, dan mudah ditipu; egois, congkak, sangat haus akan pengukuhan orang lain; sangat reaktif, dangkal atau picik, dan tidak tulus 2. Kepribadian narcisisitik: merasa diri paling penting dan haus akan perhatian dari orang lain; selalu menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari orang lain; sangat peka pada pandangan orang lain terhadap dirinya (harga dirinya rapuh); bersikap eksploitatif; memikirkan kepentingannya sendiri, mengabaikan hak dan perasaan orang lain. 3. Kepribadian antisosial: selalu melanggar hak orang lain lewat perilaku agresif, antisosial, dan tanpa rasa sesal; tidak sedikit di antara para penderita cukup cerdas dan pandai menampilkan diri secara meyakinkan untuk menjadai penipu ulung. Bentuk-bentuk abnormalitas yang lain adalah gangguan sementara terhadap stres. Dalam menghadapi keadaan yang menimbulkan stres berat, orang-orang yang sebelumnya sehat dapat mengalami gangguan kepribadian yang bersifat sementara. Gangguan ini dapat berkembang secara tiba-tiba atau secara bertahap. Gangguan tersebut muncul karena individu tidak dapat mengatasi atau menghilangkan sumber stressnya (stressor). Biasanya gangguan akan hilang setelah sumber stress berhasil diatasi (Supratiknya, 1995:34). 19

20 20 Ada juga bentuk gangguan tingkah laku yang disebabkan oleh kerusakan berat pada jaringan otak. Bila kerusakannya terjadi sebelum atau tidak lama setelah kelahiran maka gangguan yang ditimbulkan dapat berupa retardasi mental, keterbelakangan mental, atau lemah mental. Dalam retardasi mental, individu tidak mampu mengembangkan aneka ketrampilan sampai ke taraf secukupnya yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntunan lingkungan secara mandiri. Bila kerusakan itu terjadi pada usia yang lebih lanjut setelah otak berkembang dengan normal, akan berakibat individu kehilangan kemampuan tertentu yang sebelumnya telah dimilikinya. Gangguan ini disebut gangguan mental organik (Supratiknya, 1995:76). Menurut Supratiknya (2006: 17-22), ada tujuh model perilaku abnormal, yakni (1) model biologis yang memandang perilaku abnormal timbul akibat aneka kondisi organik tak sehat yang merusak sistem syaraf pusat di otak. (2) Model psikoanalitik yang diturunkan dari teori Sigmund Freud yang menyatakan situasi menekan yang mengancam akan menimbulkan kecemasan dalam diri seseorang. Apabila kecemasan tersebut gagal diatasi, maka individu akan menggunakan salah satu atau beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri. (3) Model behavioristik menganggap penyebab perilaku abnormal adalah proses belajar yang salah. (4) Menurut model humanistik, perilaku abnormal timbul dari perkembangan pribadi dan kecenderungan wajar ke arah kesehatan fisik/mental yang terhambat dan terdistorsi. (5) Sedangkan menurut model eksistensial, perilaku abnormal timbul karena manusia modern merasakan kekosongan dan kecemasan dalam hidupnya. Orang modern kehilangan banyak hal yang dapat menjadi sumber makna hidup 20

21 21 seperti persahabatan, kesetiaan, dan lain sebagainya. Ia tidak lagi mengenal Tuhan, sesamanya, bahkan dirinya sendiri. (6) Menurut model interpersonal, perilaku abnormal timbul karena hubungan antarpribadi yang tidak memuaskan. (7) Dan model sosiokultural menganggap penyebab utama dari perilaku abnormal adalah keadaan-keadaan objektif di masyarakat yang bersifat merugikan, seperti kemiskinan, diskriminasi dan prasangka ras, serta kekejaman/kekerasan. 1.6 Metode Penelitian Karya sastra bukanlah teks yang berisi data-data fakta yang diungkapkan secara lugas. Karya sastra dipenuhi dengan simbol dan makna, karena itulah penelitian yang paling cocok untuk karya sastra adalah penelitian kualitatif. Endraswara (2003: 5) membuat definisi bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, akan tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Berkaitan dengan tahapan kerjanya, penelitian ini akan dilakukan dengan melalui beberapa tahap: 1. Pembacaan secara mendalam dan menyeluruh serta pemahaman novel Kagi. 2. Pengumpulan data serta teori-teori yang akan membantu jalannya penelitian. 3. Membangun kategori-kategori berdasarkan data dan teori sehingga antara satu dan yang lain mudah dimengerti. 21

22 22 4. Pengolahan, analisis, dan interpretasi teks atas dasar kategori-kategori yang telah dibangun. 5. Menarik kesimpulan dari rumusan masalah dan pembahasan, kemudian menyusun laporan. 1.7 Sistematika Penyajian Bab I: Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang berisi dasar-dasar teoritis yang meliputi teori psikologi sastra. Bab II: Merupakan bagian yang berisi ulasan tentang penulis novel Kagi, Tanizaki Jun ichirou, beserta beberapa karyanya. Bab III: Merupakan analisis struktur novel Kagi yang meliputi tema, alur, latar, penokohan, dan keterkaitan antar unsur. Bab IV: Merupakan bab inti dari penelitian yang berupa analisis bentukbentuk perilaku abnormal pada tokoh-tokoh dalam novel Kagi karya Tanizaki Jun ichirou, faktor-faktor penyebab gangguan jiwa dan perilaku abnormal tersebut, serta dampak dari perilaku abnormal tersebut. Bab V: Merupakan bagian penutup yang berisi simpulan, dan daftar pustaka. 22

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Ningrum Martono Helvy Tiana Rosa Gres Grasia Azmin Abstrak. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang diusung dalam karya sastra adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam realitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL 3 WALI 1 BIDADARI LELAKI PILIHAN ABAH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA DAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual dapat dijadikan pedoman hidup. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam novel Dan Hujan pun Berhenti terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh. dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh. dengan pandangannya (Nurgiyantoro, 1995: 2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 2010: 121). Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengantar Psikologi Abnormal

Pengantar Psikologi Abnormal Pengantar Psikologi Abnormal NORMAL (SEHAT) sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum ABNORMAL (TIDAK SEHAT) tidak sesuai dengan kategori umum. PATOLOGIS (SAKIT) sudut pandang medis; melihat keadaan

Lebih terperinci

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sama halnya dengan sebuah seni, namun seni bukanlah sesuatu hal yang monoton. Setiap era, seni selalu berubah termasuk sastra, dengan kata lain sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS. Dr. Albertine Minderop, MA

PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS. Dr. Albertine Minderop, MA PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS Dr. Albertine Minderop, MA Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2010 Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus/ Dr.

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 2. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti akan mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Salah satu masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana seseorang dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DD: Elegi Seorang Penyanyi Dangdut adalah sebuah novel karya Ronierays yang diterbitkan oleh Samanty Lini Sastra Leutika, Yogyakarta. Hobby pengarang adalah menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra dalam bentuk novel yang terpenting adalah pendekatannya yaitu pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. sastra dalam bentuk novel yang terpenting adalah pendekatannya yaitu pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi dan kreatifitas pengarang, serta refleksinya terhadap gejala sosial yang terdapat di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan secara faktual dengan narasi oleh tokohnya sendiri. Sasaran utamanya

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan secara faktual dengan narasi oleh tokohnya sendiri. Sasaran utamanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel madogiwa no Totto-chan karya Kuroyanagi Tetsuko ditulis pada tahun 1981. Novel ini merupakan autobiografi Kuroyanagi Tetsuko ketika duduk di bangku sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para Bab 5 Ringkasan Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para penikmatnya dengan konflik-konflik cerita yang semakin unik dan menarik, serta banyak konflik yang bisa diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca karya sastra sama dengan mencermati permasalahan atau problem-problem sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat. Permasalahan yang terdapat dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

DAFTAR IS1 DAFTAR IS1 KATA PENGANTAR

DAFTAR IS1 DAFTAR IS1 KATA PENGANTAR DAFTAR IS1 DAFTAR IS1 KATA PENGANTAR BAB I - PENDAHULUAN A. Psikologi Kepribadian B. Teori Kepribadian Psikoanalisis - Sigmund Freud 1. Alam Bawah Sadar 2. Teori Mimpi C. Struktur Kepribadian Menurut Sigmund

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku

BAB I PENDAHULUAN. layar lebar dan televisi dari Universitas Loloya Marymount, Los Angeles. Ankoku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ankoku Joshi merupakan novel karya Akiyoshi Rikako, seorang penulis Jepang lulusan Universitas Waseda. Dia mendapatkan gelar master dalam bidang layar lebar dan televisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature) Mekanisme Pertahanan Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan bersumber dari alam bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan sensus penduduk terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi di dalam kehidupan nyata melalui tokoh-tokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi di dalam kehidupan nyata melalui tokoh-tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah karya fiksi hasil dari pengolahan imajinasi pengarang. Meskipun bersifat imajinatif, sastra tidak dapat dilepaskan dari pengalaman kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci