RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT DESTILATOR AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK JURNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT DESTILATOR AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK JURNAL"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT DESTILATOR AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK JURNAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: ANDI GORA PRASETYA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN MALANG 2016

2

3 RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT DESTILATOR AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK Andi Gora Prasetya 1, Riyanto Haribowo 2, Emma yuliani 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya andigoraprasetya@gmail.com ABSTRAK Destilasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengolah air laut menjadi air tawar. Pada alat destilasi terdapat proses pemanasan, penguapan dan kondesasi. Salah satu metode yang digunakan dalam proses kondensasi adalah dengan memakai Water Heater Element untuk menciptakan energi panas guna proses pemanasan air laut. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat alat destilator air laut yang dapat digunakan untuk penjernihan atau pemurnian air dengan memanfaatkan energi listrik dan melakukan uji kinerja alat yang dirancang, serta untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah Water Heater Element dan ketinggian air pada unit evaporator terhadap perolehan volume air penyulingan dan kualitas air yang dihasilkan. Perancangan alat terdiri dari tiga bagian yaitu unit penampung, pengatur ketinggian dan evaporator. Proses destilasi dilakukan pada ketinggian air pada unit evaporator sebesar 8 cm dan 4 cm dengan jumlah Water Heater Element yang divariasikan yaitu, 1 sampai 6 buah dengan 8 variasi elemen yang menyala. Air laut yang digunakan pada penelitian ini diambil dari Pantai Balekambang, Kabupaten Malang dengan kadar salinitas 28,50-29,80 ppt. Hasil penelitian destilasi dengan variasi ketinggian air pada unit evaporator dan jumlah Water Heater Element menunjukkan semakin rendah ketinggian air pada unit evaporator, maka akan berakibat semakin besar jumlah produksi air penyulingan. Debit produksi air penyulingan yang paling besar diperoleh pada percobaan ke II dengan ketinggian air pada unit evaporator sebesar 4 cm dengan variasi Water Heater Element sejumlah 6 buah yaitu 3,94 liter dan berhasil menurunkan kadar garam pada semua percobaan menjadi 0 ppt. Kata kunci : Air Laut, Destilator, Ketinggian Air, Heater Element, Salinitas. ABSTRACT Distillation is one way that is used to cultivate of sea water to freshwater. On a distillation there are the process heating, evaporation and condensation. One of method that is used in the condensation process by using Water Heater Element in order to produce heat energy which is needed to the sea water heating process. The purpose of this research is to design and make the sea water destilator that can be used for rarefaction or water purification by using electrical energy and do a performance test instrument designed and used to know the influence of variations of water heater element s quantity and the water level of the evaporator unit against the water volume distillation and a quality of water that produced. The design instrument consists of three parts, namely the container unit, the height and the evaporator Design instrument consists of three parts those are container unit, the height and the evaporator. This research uses a sea water destilator by using electrical energy. The distillation process is performed on the water level in the evaporator unit by 8 cm and 4 cm with a number of varied water heater element is 1 to 6 pieces with 8 variations of elements that are on. The sea water that is used in this research is taken from the Balekambang Beach which is located in Malang Regency with salinity levels 28,50-29,80 ppt. Results of research distillation with water level variations in evaporator unit and the amount of water heater element indicates the lower of the water level in the evaporator unit, then would be greater production quantities of purified water. The greatest discharge of purified water production at the second experiment with the water level in the evaporator unit by 4 cm with 6 pieces water heater element variations obtained 3.94 liters and succeeded in reducing the levels of salt in all experiments be 0 ppt. Keywords : Sea Water, Destilator, Water Level, Heater Element, Salinity.

4 PENDAHULUAN Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, air sungai, danau dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air atau siklus hidrologi, dimana air laut menguap karena adanya radiasi matahari, dan awan yang terjadi oleh uap air, bergerak di atas daratan berhubung didesak oleh angin. Presipitasi karena adanya tabrakan antara butir-butir uap air akibat desakan angin, dapat berbentuk hujan atau salju yang jatuh ke tanah yang membentuk limpasan (runoff) yang mengalir kembali ke laut. Beberapa diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus kebawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air tanah. Air dalam daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati akuifer masuk ke sungai atau langsung ke laut (CD Soemarto, 1987). Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu membutuhkan air namun ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Hampir 97% air di muka bumi ini merupakan air laut dan tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% yang tersisa, 2% diantaranya tersimpan sebagai gunung es (gletser) di kutub yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Hanya 1% air yang terdapat di danau, sungai dan air tanah yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia. Jika ditinjau dari segi kualitas air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya sekitar 0,03% (Effendy, 2003). Sulitnya masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di daerah pesisir pantai, pulau kecil seperti kepulauan seribu dan pulau-pulau kecil lainnya. Sering terdengar ketika musim kemarau datang, masyarakat yang tinggal di daerah pantai atau pulau-pulau kecil mulai kekurangan air. Air hujan yang merupakan sumber air yang telah disiapkan di bak penampung air hujan sering tidak dapat mencukupi kebutuhan pada musim kemarau. Untuk pemenuhan keperluan air tawar/air minum pada daerah sulit air, saat ini telah banyak ditawarkan produk air minum dalam kemasan berupa air mineral atau air murni. Juga telah hadir teknologi reverse osmose yang mampu memproduksi air minum dari air kotor atau dari air laut. Namun demikian, masih dirasa terlalu mahal bagi sebagian orang untuk dapat memiliki ataupun memanfaatkannya. Oleh karena itu perlu dicari sebuah teknologi yang murah dan sederhana. Teknologi penyulingan air atau destilasi untuk mendapatkan air tawar dari air laut telah lama dikenal. Konsepnya sederhana dan serupa dengan siklus hidrologi, yaitu dengan menguapkan air laut dengan cara dipanaskan, yang kemudian uap air tersebut diembunkan dan dikumpulkan ke dalam suatu wadah penampung sehingga didapatkan air tawar. Sumber panas yang dipergunakan berasal dari energi yang beragam: minyak, gas, listrik, tenaga matahari dan lainnya. Pada umumnya, beberapa penelitian di Indonesia mengenai teknologi penyulingan air laut menggunakan energi sinar matahari. Namun terkadang hal tersebut menyebabkan jumlah air tawar yang dihasilkan menjadi tidak menentu, tergantung dari keadaan iklim dan cuaca pada saat pengoperasian alat. Maka dari itu, muncullah ketertarikan peneliti untuk menggunkan tenaga panas buatan yang dihasilkan dari energi listrik dengan melakukan penyesuaian atau modifikasi pada model destilator. Dimana diharapkan dengan digunakan tenaga panas buatan yang dihasilkan oleh energi listrik bisa meningkatkan produktivitas destilator dalam memproduksi air laut.

5 METODOLOGI PERENCANAAN Alat Peralatan utama yang diperlukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Unit penampung air laut berbahan kaca dengan ketebalan 0,5 cm dengan dimensi 50 cm x 30 cm x 50 cm. 2. Unit pengontrol muka air berbahan kaca dengan ketebalan 0,5 cm dengan dimensi 50 cm x 30 cm x 50 cm. 3. Unit evaporator, yang terdiri dari wadah air berbahan stainless Steel dengan ketebalan 0,1 cm dan penutup berbahan kaca dengan ketebalan 0,5 cm dengan dimensi 110 cm x 70 cm x 0,73 cm. Peralatan pelengkap adalah aksesori yang diperlukan dalam unit destilator. Peralatan pelengkap yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bahan Bahan yang perlu dipersiapkan untuk unit filter dan analisis laboratorium adalah sampel air laut berasal dari Pantai Balekambang, Kabupaten Malang sebanyak 200 liter. Tahapan Penelitian Tahap-tahap pelaksanaan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Pelatihan tenaga pembantu pelaksana / teknisi. b. Penyiapan tempat, peralatan dan bahan penelitian. 2. Tahap pembuatan unit destilator a. Pengerjaan alat, disusun ke dalam beberapa tahap yang mencakup perencanaan dan pola pelaksanaan kerja meliputi persiapan, perumusan masalah, perancangan model, pembuatan perangkat, penyatuan perangkat, dan pengujian model. Kaca, 5 mm Besi Krom Gambar 1. Unit Destilator Air Laut Sumber: Dokumentasi Penelitian 1. Termometer untuk mengukur suhu air laut. 2. Gelas ukur untuk mengukur volume air hasil penyulingan. 3. Selang untuk menghubungkan tiaptiap unit dan sebagai saluran output. 4. Botol plastik jenis PET untuk menampung air sampel yang akan dianalisis. 5. Kran manual untuk mengatur buka tutup inlet dan outlet. 6. Kran pelampung otomatis untuk menjaga ketinggian air pada unit pengontrol muka air. 7. Elemen pemanas listrik untuk membuat energi panas. 8. Terminal listrik sebagai penghubung dan pemutus aliran listrik.. Kran Saluran Outlet Stainless Steel Gambar 2. Rencana Destilator Air Laut Sumber: Dokumentasi Penelitian b. Perancangan model, meliputi pembuatan desain dan pemilihan bahan yang akan digunakan. Pemilihan bahan yang tepat sangat mempengaruhi kinerja dan daya tahan alat. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk pembuatan destilator adalah sifat korosifnya. Untuk itu gunakanlah bahan bahan yang tidak korosif. c. Pembuatan perangkat mencakup pembuatan unit penampung air laut, unit pengontrol muka air, pembuatan ruang evaporasi, serta

6 pembuatan saluran input dan output. d. Penyatuan perangkat, yaitu dengan mengintegrasikan bagian bagian perangkat yang telah dibuat menjadi alat destilator. e. Uji coba operasional model dengan cara: siapakan model sesuai dengan yang direncanakan dan pastikan semua kran berjalan dengan baik; isi destilator dengan air untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kebocoran dan pastikan tidak terjadi kebocoran yang terjadi; aturlah ketinggian ruang evaporasi agar muka air pada ruang evaporasi sejajar dengan bak pengontrol muka air. 3. Tahap pelaksanaan penelitian a. Pengambilan air sampel dari laut Pantai Balekambang, Kabupaten Malang menggunakan jerigen plastik volume 25 liter sebanyak 8 buah. b. kualitas air menggunakan Horiba Water Quality Monitor. c. Pengukuran suhu air laut menggunakan termometer raksa dengan skala 100 derajat Celcius d. Mempersiapkan model untuk siap dioperasikan; saring sampel air laut sebelum dimasukkan ke dalam bak penampung air laut; saat air memasuki ruang evaporasi, tunggu sampai ketinggian air sesuai dengan yang direncanakan kemudian nyalakan alat pemanas; menyiapkan wadah penampung air dari destilator; mengukur kuantitas dan kualitas air penyulingan yang tertampung; mencatat perubahan suhu yang terjadi selama penelitian. 4. Analisis hasil Sampel air diuji sebelum dan sesudah mengalami proses penyulingan. sampel air dilakukan setiap hari selama 16 hari. Jumlah data kualitas sampel air yang didapat adalah 2 data kualitas air sebelum pengolahan dan 16 data kualitas air setelah pengolahan. a. Mencatat volume air bersih yang dapat dihasilkan serta membandingkan data kualitas air sebelum dan sesudah pengolahan pada pengujian ke-1 selama 6 jam dengan kondisi ketinggian air pada ruang evaporasi sebesar 8 cm. b. Lakukan langkah yang sama untuk data hasil pengujian ke-2 sampai ke-8. c. Tampilkan data persentase efektivitas destilator pada pengujian ke-1 sampai ke-6 dalam bentuk grafik. d. Langkah (a) sampai (c) dilakukan pada tiap tiap variasi temperatur sehingga didapatkan 8 grafik efektivitas destilator. e. Lakukan langkah (a) sampai (d) pada kondisi ketinggian air pada ruang evaporasi sebesar 4 cm. f. Catat waktu yang dibutuhkan tiaptiap variasi dalam menghasilkan air bersih dengan interval waktu setiap 30 menit. Dari grafik grafik tersebut dapat diketahui variasi temperatur destilator yang efektif dalam memproduksi air tawar. g. parameter suhu, kekeruhan, kadar garam, ph, konduktivitas / Daya Hantar Listrik, dan TDS (Total Dissolved Solids) menggunakan Horiba Water Quality Monitor. h. Data hasil penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel. 5. Kesimpulan dan Saran HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Destilator Air tawar yang dihasilkan disini merupakan uap dari air laut yang ditahan oleh kaca untuk kemudian dialirkan melalui talang kaca menuju bak penampung air tawar.

7 Volume (ml) Volume (ml) Pada percobaan I dengan ketinggian air pada unit evaporator sebesar 8 cm, jumlah produksi air tawar hasil destilasinya yang terendah terdapat pada percobaan pertama yaitu sebesar 410 ml. Hal ini dikarenakan pada percobaan tersebut heater element yang digunakan hanya 1 buah saja sehingga penguapan yang terjadi tidak optimal. Jumlah produksi air tawar maksimal terdapat pada percobaan kedelapan yaitu sebesar ml. Pada percobaan tersebut heater element yang digunakan sebanyak 6 buah sehingga kenaikkan suhu pada ruang evaporator menjadi lebih maksimal Gambar 3. Hasil Pencatatan Volume Pada Percobaan I Pada percobaan II dengan ketinggian air pada unit evaporator sebesar 4 cm secara keseluruhan menunjukkan bahwa jumlah produksi air tawar menjadi meningkat dengan hasil terendah yaitu sebesar 470 ml dan yang tertinggi sebesar ml. Hal ini membuktikan bahwa semakin rendah ketinggian air pada unit evaporator menyebabkan peningkatan volume hasil air tawar Gambar 4. Hasil Pencatatan Volume Pada Percobaan II Hasil Laboratorium Percobaan Kadar Maksimum Satuan yang h = 8 cm h = 4 cm diperbolehkan 5,0 I NTU 0,0 0,0 II NTU 0,0 0,0 III NTU 0,0 0,0 IV NTU 0,0 0,0 V NTU 0,0 0,0 VI NTU 0,0 0,0 VII NTU 0,0 0,0 VIII NTU 0,0 0,0 Gambar 5. Parameter Kekeruhan Satuan Percobaan h = 8 cm h = 4 cm Kadar Maksimum yang diperbolehkan I 6,44 6,51 6,5-8,5 II 6,61 6,54 III 6,53 6,57 IV 6,79 6,75 V 6,96 6,86 VI 6,90 6,80 VII 6,98 6,98 VIII 7,14 7,02 Gambar 6. Parameter ph ke- Percobaan Kadar Maksimum Satuan yang h = 8 cm h = 4 cm diperbolehkan 250 I ms/cm 0,0131 0,0121 II ms/cm 0,0180 0,0160 III ms/cm 0,0620 0,0750 IV ms/cm 0,0160 0,0150 V ms/cm 0,0170 0,0158 VI ms/cm 0,0410 0,0470 VII ms/cm 0,0230 0,0210 VIII ms/cm 0,0120 0,0110 Gambar 7. Parameter DHL Percobaan Kadar Satuan Maksimum yang h = 8 cm h = 4 cm diperbolehkan 500 I mg/l II mg/l III mg/l IV mg/l V mg/l VI mg/l VII mg/l VIII mg/l Gambar 8. Parameter TDS

8 Volume (ml) Percobaan Kadar Satuan Maksimum yang h = 8 cm h = 4 cm diperbolehkan 0,5 I ppt 0,0 0,0 II ppt 0,0 0,0 III ppt 0,0 0,0 IV ppt 0,0 0,0 V ppt 0,0 0,0 VI ppt 0,0 0,0 VII ppt 0,0 0,0 VIII ppt 0,0 0,0 Gambar 9. Parameter Kadar Garam Analisa dan Pembahasan 1. Volume Hasil Volume Hasil Penyulingan yang dihasilkan oleh unit Destilator dipengaruhi oleh jumlah heater element yang digunakan dan ketinggian air pada unit evaporator Keh = 8 cm h = 4 cm Gambar 10. Volume Hasil Penyulingan Pada pengujian I, jumlah volume air yang mampu dihasilkan adalah 410 ml dan merupakan volume hasil terendah dari delapan pengujian. Hal tersebut terjadi karena laju pemanasan air terjadi dengan sangat lambat, disebabkan pada pengujian I hanya menggunakan 1 buah elemen pemanas. Pada pengujian II hingga pengujian IV, jumlah volume air yang dihasilkan meningkat yaitu: untuk pengujian II sebesar 860 ml, pengujian III sebesar 880 ml, dan pengujian IV sebesar 800 ml. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah elemen pemanas yang digunakan sebanyak 2 buah, sehingga laju pemanasan air lebih cepat daripada pengujian I. Akan tetapi, walaupun pada pengujian II hingga pengujian IV sama-sama menggunakan 2 buah elemen pemanas, namun hasilnya memiliki perbedaan jumlah volume yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan oleh letak posisi elemen pemanas yang sedang beroperasi, dimana pada pengujian II hingga pengujian IV, jumlah volume air tertinggi dihasilkan pada pengujian III. Hal ini dikarenakan letak posisi elemen pemanas berada ditengah-tengah unit evaporator, sehingga mempengaruhi proses pemanasan disisi lainnya. Untuk pengujian II dan IV yang mana hasilnya lebih sedikit dari pengujian III, dikarenakan posisi letak elemen pemanas berada di sisi pinggir unit evaporator. Posisi letak elemen pemanas pada pengujian II lebih diuntungkan daripada posisi letak elemen pemanas pada pengujian IV, yang mana pada pengujian II jarak muka air ke atap kaca lebih pendek dibandingkan dengan jarak muka air ke atap kaca pada pengujian IV yang jauh lebih tinggi. Pada pengujian V hingga pengujian VII, jumlah volume air yang dihasilkan kembali meningkat dari pengujian sebelumnya yaitu: untuk pengujian V sebesar ml, pengujian VI sebesar ml, dan pengujian VII sebesar ml. Hal ini disebabkan oleh jumlah elemen pemanas yang digunakan sebanyak 4 buah, sehingga laju pemanasan air lebih cepat lebih cepat lagi daripada pengujian sebelumnya. Hal serupa juga terjadi, yaitu walaupun pada pengujian V hingga pengujian VII sama-sama menggunakan 4 buah elemen pemanas, namun volume air yang dihasilkan tetap memiliki sedikit perbedaan. Hal tersebut juga disebabkan oleh letak posisi elemen pemanas yang sedang beroperasi, dimana pada pengujian V hingga pengujian VII, jumlah volume air tertinggi dihasilkan pada pengujian VI. Hal ini dikarenakan letak posisi elemen pemanas berada terpusat disisi pinggir unit evaporator dengan jarak muka air ke atap merupakan yang terendah dibandingkan dengan pengujian VII. Untuk pengujian V, dimana hasilnya lebih sedikit dari pengujian VI dan pengujian VII,

9 Efektivitas (%) dikarenakan posisi letak elemen pemanas berada di kedua sisi pinggir unit evaporator. Hal tersebut menyebabkan panas menjadi menyebar dan tidak terpusat pada satu sisi. Pada pengujian terakhir yaitu pengujian VIII, volume air yang dihasilkan kembali meningkat dari pengujian sebelumnya yaitu sebesar ml. Hal ini disebabkan oleh jumlah elemen pemanas yang digunakan adalah seluruhnya yaitu sebanyak 6 buah, sehingga laju pemanasan air menjadi maksimum. Hal tersebut menyebabkan panas terjadi hampir diseluruh permukaan air dan tidak ada sisi yang tidak dipengaruhi oleh elemen pemanas. Namun, hasil yang berbeda terjadi pada saat ketinggian air laut pada ruang evaporasi dikurangi menjadi 4 cm, walaupun posisi letak elemen pemanas tetap sama pada masing-masing pengujian. Volume air tawar yang mampu dihasilkan destilator pada pengujian I meningkat menjadi 470 ml, pengujian II mencapai 980 ml, pengujian III mencapai ml, pengujian IV mencapai 950 ml, pengujian V mencapai ml, pengujian VI mencapai ml, pengujian VII mencapai 2.645, dan pengujian VIII mencapai hingga ml. Hal ini membuktikan bahwa semakin sedikit volume air tawar pada ruang evaporator dalam suatu waktu dan luasan yang sama, maka semakin meningkat pula kuantitas volume air tawar yang mampu dihasilkan oleh destilator. 2. Kekeruhan Kekeruhan dalam air berhubungan erat dengan warna, karena warna dan kekeruhan dalam air sama-sama dapat diakibatkan oleh bahan-bahan yang tersuspensi, bahan buangan industri, senyawa-senyawa organik serta tumbuhtumbuhan. Sementara kaitan antara kekeruhan dengan bau serta rasa dalam air sama-sama dapat disebabkan karena adanya kandungan senyawa-senyawa organik tertentu dalam air yang dapat menyebabkan tingginya nilai kekeruhan serta air tersebut berbau dan berasa. Namun dalam kaitannya dengan sampel air dari hasil pengolahan unit destilator tidak menunjukkan adanya kaitan antara parameter fisik kekeruhan dengan bau, warna serta rasa dalam sampel air. Karena berdasarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat Horiba (Water Quality Monitor), hasil pemeriksaan kekeruhan sampel aair sesuai dengan kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu < 5 NTU, sementara berdasarkan parameter fisik bau, warna dan rasa dalam sampel air diakibatkan karena adanya kandungan senyawa-senyawa organik, tumbuhtumbuhan dalam air tersebut. 3. ph (Potential of Hydrogen) 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Keh = 8 cm h = 4 cm Gambar 11. Efektivitas ph Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ph pada masing-masing sampel air antara 6,44 sampai 7,14. Nilai ph terjauh dari ph netral untuk sampel air penyulingan didapatkan pada pengujian I dalam kondisi ketinggian air 8 cm dengan nilai ph sebesar 6,44. Selain dari pengujian I, nilai ph output masingmasing unit destilator berada pada kisaran nilai 6,51 7,14, yang mana masih memenuhi syarat kualitas air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 Tahun Dengan nilai ph tersebut, air penyulingan hasil pengolahan unit destilator masih memberikan kondisi yang layak untuk dikonsumsi. Efektivitas tertinggi rata-rata dicapai pada percobaan dengan ketinggian air adalah 8 cm, yaitu antara 13,35 21,84%. Hal ini dikarenakan sampel air laut yang

10 Efektivitas Efektivitas (%) Efektivitas (%) masuk pada percobaan dengan ketinggian air 8 cm lebih tinggi dibandingkan dengan sampel air laut yang masuk pada percobaan dengan ketinggian air sebesar 4 cm. 4. DHL Konduktivitas/Daya Hantar Listrik merupakan parameter yang dipengaruhi oleh nilai salinitas, karena DHL akan menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik sehingga, semakin banyak garam-garam mineral terlarut yang dapat terionisasi, maka semakin tinggi pula nilai konduktivitasnya. 100,00 99,80 99,60 99,40 99,20 99,00 Keh = 8 cm h = 4 cm Gambar 12. Efektivitas DHL Dari seluruh pengujian dan kedua kondisi ketinggian air pada unit evaporator, dapat diketahui bahwa alat destilator air laut ini sangat efektif dalam menurunkan kadar kandungan DHL yang rata-rata mencapai nilai 99,94% tanpa dipengaruhi oleh treatment jumlah penggunaan heater element. 5. TDS Dari seluruh pengujian dan kedua kondisi ketinggian air pada unit evaporator, dapat diketahui bahwa alat destilator air laut ini sangat efektif dalam menurunkan nilai total dissolved solids (TDS) yang rata-rata mencapai nilai 99,91% tanpa dipengaruhi oleh treatment jumlah penggunaan heater element. 100,00 99,80 99,60 99,40 99,20 99,00 Keh = 8 cm h = 4 cm Gambar 13. Efektivitas TDS 6. Kadar Garam Proses penguapan air akan terjadi perubahan bentuk air dari bentuk cair menjadi bentuk gas, secara otomatis akan terjadi perubahan berat jenis dari air tersebut. Ketika terjadi penguapan air maka unsur-unsur penyusun air alam dan berbagai impurities (berupa unsur logam, garam, bahan padat, dan lain-lain) yang memiliki berat jenis lebih besar dari berat jenis uap akan tertinggal sebagai residu, dan uap yang lebih ringan akan naik dan mengembun menjadi air yang bersih setara aquades dengan kadar garam 0% (0 ppt). 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Keh = 8 cm h = 4 cm Gambar 14. Efektivitas Kadar Garam Efektivitas destilator ditinjau dari parameter kadar garam pada semua kondisi ketinggian air nilai efektivitasnya adalah 100% seluruh pengujian dan kedua kondisi ketinggian air pada unit evaporator, sehingga dapat diketahui bahwa alat destilator air laut ini sangat efektif dalam menurunkan nilai kadar garam.

11 Harga Air per Liter Analisa Biaya Listrik Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam membuat rencana operasi sistem tenaga listrik adalah peramalan atau prakiraan beban yang akan dialami oleh sistem tenaga listrik bersangkutan. Beban yang diperhitungkan dalam penentuan biaya listrik disesuaikan dengan pemakaian heater element dan lama penggunaan alat. Biaya listrik dihitung dengan terlebih dahulu mengetahui daya listrik yang dikeluarkan untuk mengoperasikan satu unit heater element, dimana besar dayanya yaitu sebesar 190 watt dan beroperasi selama 6 jam. Heater Daya Waktu Biaya Beban Biaya Element (watt) (jam) listrik Listrik (kwh) listrik I Rp per 455 1,14 Rp 519 II Rp 455 2,28 Rp III Rp 455 2,28 Rp IV Rp 455 2,28 Rp V Rp 455 4,56 Rp VI Rp 455 4,56 Rp VII Rp 455 4,56 Rp VIII Rp 455 6,84 Rp Gambar 15. Perhitungan Biaya Listrik Tiap Sumber: Perhitungan Gambar 16. Harga Air Hasil Unit Destilator (h = 8 cm) Sumber: Perhitungan Gambar 17. Harga Air Hasil Unit Destilator (h = 4 cm) Sumber: Perhitungan Rp1.400 Rp1.200 Rp1.000 Rp800 Rp600 Rp400 Rp200 Volume Air Harga Air Biaya listrik Hasil (ml) per liter I Rp ,0 Rp II Rp ,0 Rp III Rp ,0 Rp IV Rp ,0 Rp V Rp ,0 Rp 926 VI Rp ,0 Rp 910 VII Rp ,0 Rp 902 VIII Rp ,0 Rp 905 Volume Air Harga Air Biaya listrik Hasil (ml) per liter I Rp ,0 Rp II Rp ,0 Rp III Rp ,0 Rp IV Rp ,0 Rp V Rp ,0 Rp 807 VI Rp ,0 Rp 792 VII Rp ,0 Rp 784 VIII Rp ,0 Rp 790 Rp- Keh = 4 cm h = 8 cm Gambar 17. Harga Air Hasil Unit Destilator (h = 4 cm) Sumber: Perhitungan Penentuan Efektivitas Unit Berdasarkan hasil pengujian kualitas air yang dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air Tanah, Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya dapat diketahui bahwa seluruh sampel air hasil percobaan menggunakan destilator air laut sudah di bawah jumlah maksimum yang diperbolehkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, sehingga penentuan efektivitas hanya perlu ditinjau dari volume air minum yang dihasilkan dan seberapa besar biaya yang perlu dikeluarkan per liternya. Sehingga, jika ditinjau dari jumlah produksinya dan selisih harga yang sangat minim, maka pengujian yang paling optimal yaitu pengujian VIII dengan volume air minum yang dihasilkan sebesar ml dengan harga air per liternya sebesar Rp.790. KESIMPULAN Dari hasil-hasil analisa di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Desain yang paling optimal dalam memproduksi air minum adalah desain pada pengujian VIII dengan variasi heater element sebanyak 6 buah. 2. Kuantitas volume air tawar yang mampu dihasilkan destilator air laut selama 6 jam beroperasi yang terendah sebesar 410 ml dan yang terbanyak sebesar ml.

12 3. Kualitas air yang dihasilkan destilator air laut ditinjau dari parameter kekeruhan, ph, DHL, TDS, dan Kadar Garam adalah sebagai berikut: a. Nilai kekeruhan sebesar 0 NTU. b. Nilai Derajat Keasaman (ph) berkisar antara 6,44 7,14. c. Nilai DHL berkisar antara 0,0110 0,0750 ms/cm. d. Nilai TDS air hasil berkisar antara mg/l. e. Kadar Garam sebesar 0 ppt. 4. Persentase efektivitas alat destilator air laut terhadap peningkatan kualitas air laut ditinjau dari parameter kekeruhan, ph, DHL, TDS, dan Kadar Garam adalah sebagai berikut: a. Efektivitas destilator terhadap peningkatan kualitas kekeruhan sebesar 0%. b. Efektivitas destilator terhadap peningkatan kualitas ph berkisar antara 9,88 21,84%. c. Efektivitas destilator terhadap peningkatan kualitas DHL berkisar antara 99,83 99,98%. d. Efektivitas destilator terhadap peningkatan kualitas TDS berkisar antara 99,82 99,96%. e. Efektivitas terhadap peningkatan kualitas Kadar Garam sebesar 100%. 5. Harga air berdasarkan volume air yang dihasilkan destilator air laut yang tertinggi sebesar Rp per liter dan yang terendah sebesar Rp. 784 per liter. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengaplikasikan model Destilator di suatu daerah khususnya pulau terpencil atau pesisi pantai untuk mengetahui efektivitas riil dari alat Destilator. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan kondisi ketinggian air pada unit evaporator lebih rendah dari 4 cm. 3. Perlu dikembangkan penelitian sejenis dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sehingga diperoleh informasi mengenai hasil produksi saat beroperasi lebih lama yaitu pada siang dan malam hari. DAFTAR PUSTAKA Effendi, H Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Cetakan Kelima. Yogyakarta: Kanisius. Hidayat, R. R Rancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air Tawar dengan Menggunakan Energi Matahari, Bogor: Institut Pertanian Bogor. Muannis Sistem Destilasi Air Laut Tenaga Surya Menggunakan Kolektor Plat Datar Dengan Tipe Kaca Penutup Miring, Medan: Universitas Sumatera Utara. Puslitbang Pemukiman Tata Cara Perencanaan Destilator Surya Atap Kaca, Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum RI. Soemarto, CD Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG Muhammad Edisar 1), Usman Malik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau 28293, Indonesia 1) e-mail : edisar_m@yahoo.com

Lebih terperinci

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG Fanrico Sanjaya Tambunan*, Muhammad Edisar, Juandi M Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA Adhie Wisnu Pratama 1*, Juli Nurdiana 2, Ika Meicahayanti

Lebih terperinci

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM Samlawi, Iwan Sanwani, Nikmah Dwiyani Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA Oleh : Mulyanef, Burmawi dan Muslimin K. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta Jl. Gajah

Lebih terperinci

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Karakteristik Air Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Fakta Tentang Air Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan volume sekitar 1.368 juta km

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hidrologi. Menurut Triatmodjo (2008) Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Perhitungan dan analisa sistem refrigerasi kompresi uap diambil pada menit terakhir yaitu menit ke-360 atau jam ke-6. Diambil pada menit terakhir

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR Mulyanef *, Rio Ade Saputra, Kaidir dan Duskiardi Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya Dino Sinatra, Mulyanef dan Burmawi Jurusan Teknik Mesin,FTI.UBH. Email: dinosinatra@yahoo.com

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1 1. Keberadaan air yang terdapat di permukaan bumi jumlahnya... tetap semakin berkurang semakin bertambah selalu berubah-ubah

Lebih terperinci

REKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU

REKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU SELASA 11.20 13.00 SABTU 12.00 13.30 MATERI 2 PENGENALAN HIDROLOGI DATA METEOROLOGI PRESIPITASI (HUJAN) EVAPORASI DAN TRANSPIRASI INFILTRASI DAN PERKOLASI AIR TANAH (GROUND WATER) HIDROMETRI ALIRAN PERMUKAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI Yusuf Syetiawan, Sugianto, Riad Syech Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sekarang dimana-mana terjadi krisis air akibat pencemaran dan siklus cuaca yang tak menentu

Lebih terperinci

Sifat fisika air. Air O. Rumus molekul kg/m 3, liquid 917 kg/m 3, solid. Kerapatan pada fasa. 100 C ( K) (212ºF) 0 0 C pada 1 atm

Sifat fisika air. Air O. Rumus molekul kg/m 3, liquid 917 kg/m 3, solid. Kerapatan pada fasa. 100 C ( K) (212ºF) 0 0 C pada 1 atm Sifat fisika air Rumus molekul Massa molar Volume molar Kerapatan pada fasa Titik Leleh Titik didih Titik Beku Titik triple Kalor jenis Air H 2 O 18.02 g/mol 55,5 mol/ L 1000 kg/m 3, liquid 917 kg/m 3,

Lebih terperinci

UPAYA PENGADAAN AIR BERSIH BAGI KELOMPOK USAHA BERSAMA NELAYAN PANTAI BOOM DI KELURAHAN KEPATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI

UPAYA PENGADAAN AIR BERSIH BAGI KELOMPOK USAHA BERSAMA NELAYAN PANTAI BOOM DI KELURAHAN KEPATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI Jurnal Pengabdian Masyarakat J-DINAMIKA, Vol., No. 1, Juni 017, P-ISSN: 503-1031, E-ISSN: 503-111 UPAYA PENGADAAN AIR BERSIH BAGI KELOMPOK USAHA BERSAMA NELAYAN PANTAI BOOM DI KELURAHAN KEPATIHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan bahwa volume

Lebih terperinci

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. BAB I SIKLUS HIDROLOGI A. Pendahuluan Ceritakan proses terjadinya hujan! Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. Tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable oleh: Bintang Iwhan Moehady a, Emma Hermawati Muhari b a,b Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 E-mail : bintang@polban.ac.id E-mail

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING Mulyanef Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta Jalan Gajah Mada No.19 Padang, Telp.754257, Fax. 751341 E-mail:

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI KONSENTRASI SISTEM KONTROL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum Dalam bab ini menjelaskan cara penelitian yang dilakukan untuk menaikkan kualitas air hujan dengan batu kapur, baru kapur yang dipanaskan 400 C, karbon aktif

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER

Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER 1) Arief Muliawan, 2) Finta Amalinda 1) Sekolah Tinggi Ilmu Teknologi Bontang 2) Bagian Biostatistik Dan kependudukan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI HASIL PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN ALAT DESTILASI CHARACTERIZATION OF WATER PROCESSING USING DISTILATION EQUIPMENT

KARAKTERISASI HASIL PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN ALAT DESTILASI CHARACTERIZATION OF WATER PROCESSING USING DISTILATION EQUIPMENT KARAKTERISASI HASIL PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN ALAT DESTILASI CHARACTERIZATION OF WATER PROCESSING USING DISTILATION EQUIPMENT Husnul Khotimah* ), Erika Wulan Anggraeni, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI RIZQI RIZALDI HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pemurnian Etanol dengan Menggunakan Alat Sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pemurnian Etanol dengan Menggunakan Alat Sistem BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pemurnian Etanol dengan Menggunakan Alat Sistem Evaporator dan Destilator Ganda Proses pemurnian etanol kasar menjadi etanol teknis dan etanol absolut dengan menggunakan

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci

ANALISIS DESTILASI AIR KERUH DENGAN MENGGUNAKAN TENAGA SURYA DAN TENAGA LISTRIK

ANALISIS DESTILASI AIR KERUH DENGAN MENGGUNAKAN TENAGA SURYA DAN TENAGA LISTRIK ANALISIS DESTILASI AIR KERUH DENGAN MENGGUNAKAN TENAGA SURYA DAN TENAGA LISTRIK Soebyakto 1, M. Agus Shidiq 2 1,2 Dosen Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Pancasakti Kontak Person Soebyakto,

Lebih terperinci

Pengolahan Air Laut Menggunakan Generator Uap Untuk Menghasilkan Air tawar

Pengolahan Air Laut Menggunakan Generator Uap Untuk Menghasilkan Air tawar Pekanbaru, 11 November 2015 Pengolahan Air Laut Menggunakan Generator Uap Untuk Menghasilkan Air tawar Jefri Lianda 1, Dadang Enda 2, Ariadi 3, Suhaimi 4, Wira M 5 Politeknik Negeri Bengkalis Jl. Bathin

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun waktu pelaksaan penelitian ini dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS Ayu Wardana 1, Maksi Ginting 2, Sugianto 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen Bidang Energi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah industri penyamakan kulit, yang dilakukan di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg Nama : Muhammad Iqbal Zaini NPM : 24411879 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Cokorda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan faktor-faktor yang ada, walaupun kadang-kadang

METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan faktor-faktor yang ada, walaupun kadang-kadang 46 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskritif mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana

Lebih terperinci

MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR ASIN DENGAN METODE FILTRASI

MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR ASIN DENGAN METODE FILTRASI MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR ASIN DENGAN METODE FILTRASI (Media Karbon Aktif Arang Bambu dengan Variasi Ketebalan 15 cm, 30 cm dan 45 cm) 1 M Heru Sukoco 2, Burhan Barid 3, Jazaul Ikhsan 4 ABSTRAK Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Definisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Definisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Air bersih adalah air permukaaan maupun air tanah yang sudah mengalami suatu proses pengolahan sehingga siap digunakan untuk dikonsumsi oleh konsumen baik untuk keperluan

Lebih terperinci

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Hasrianti 1, Nurasia 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 hasriantychemyst@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas

Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas Mulyanef Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta, Padang-Indonesia Email : smulyanef@yahoo.com Abstract Experimental investigation

Lebih terperinci

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

Available online  Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Jurnal Einstein 2 (3) (2014): 33-40 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sungai

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL

STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII M5-15 Pemanfaatan Arang Untuk Absorber Pada Destilasi Air Enegi Surya I Gusti Ketut Puja Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus III Paingan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

ATAP DESALINASI SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI DAERAH PESISIR

ATAP DESALINASI SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI DAERAH PESISIR ATAP DESALINASI SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI DAERAH PESISIR Ulvi Pri Astuti* Jurusan Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya * *e-mail: ulvipriastuti@gmail.com

Lebih terperinci

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

Deskripsi ALAT EVAPORASI-DESTILASI AIR TUA GARAM

Deskripsi ALAT EVAPORASI-DESTILASI AIR TUA GARAM 1 Deskripsi ALAT EVAPORASI-DESTILASI AIR TUA GARAM 2 Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan evaporasi dan destilasi air laut lebih khususnya suatu alat evaporasi- destilasiterdiri daripenggabungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen Ilmu Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1 Waktu dan Lokasi Percobaan Sampel air diambil dari danau yang berada di kompleks kampus Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta sebelah selatan Fakultas Pertanian. Pengambilan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERMUKAAN ABSORBER RADIASI MATAHARI PADA SOLAR STILL DAN APLIKASINYA SEBAGAI ALAT DESTILASI AIR LAUT MENJADI AIR TAWAR

KARAKTERISTIK PERMUKAAN ABSORBER RADIASI MATAHARI PADA SOLAR STILL DAN APLIKASINYA SEBAGAI ALAT DESTILASI AIR LAUT MENJADI AIR TAWAR J. Sains MIPA, Desember 27, Vol. 13, No. 3, Hal.: 21-25 ISSN 1978-1873 KARAKTERISTIK PERMUKAAN ABSORBER RADIASI MATAHARI PADA SOLAR STILL DAN APLIKASINYA SEBAGAI ALAT DESTILASI AIR LAUT MENJADI AIR TAWAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221) Suhu, Cahaya dan Warna Laut Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221) Suhu Bersama dengan salinitas dan densitas, suhu merupakan sifat air laut yang penting dan mempengaruhi pergerakan masa air di laut

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Yohanna Lilis Handayani, Lita Darmayanti, Frengki Ashari A Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

Lebih terperinci

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Padatan (solid) merupakan segala sesuatu bahan selain air itu sendiri. Zat padat dalam air ditemui 2 kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan literatur baik berupa buku buku, artikel, jurnal jurnal dan penelitian tentang hidrologi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per tahun. Hal ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang ratarata 6% per tahun. Setiap tahun

Lebih terperinci

MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR ASIN DENGAN METODE FILTRASI

MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR ASIN DENGAN METODE FILTRASI MODEL UNIT PENGOLAHAN AIR ASIN DENGAN METODE FILTRASI (Media Resin Penukar Ion dengan Variasi Ketebalan 10 cm, 20 cm dan 30 cm) 1 Dwi Aprilianto 2, Burhan Barid 3, Nursetiawan 4 ABSTRAK Manusia sering

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara

Lebih terperinci

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya

Lebih terperinci

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung pada bulan Juli - September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER

DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER Teguh Prasetyo Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, Bangkalan, Madura, Indonesia e-mail: tyo_teguhprasetyo@yahoo.com ABSTRAK Dalam suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian pengolahan kualitas air dimulai dengan studi pustaka/study literatur mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian (Tabel 6) yang digunakan untuk menghitung besarnya daya engkol ( bp) dan konsumsi bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum, tetapi ketersediaan air minum yang memenuhi syarat semakin sulit dipenuhi. Menurut Peraturan

Lebih terperinci

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM

Lebih terperinci

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR PEGUNUNGAN udara bersih, bebas polusi air hujan mengandung CO 2, O 2, N 2, debu & partikel dr atmosfer AIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. URAIAN UMUM Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau terdapat

Lebih terperinci