BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
|
|
- Leony Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki abad ke-21, kawasan Asia-Pasifik menunjukkan beberapa perkembangan signifikan yang menyebabkan berubahnya tatanan geopolitik dan geoekonomi dunia. Pasca krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia di tahun , negara-negara di kawasan ini mulai membangun kembali perekonomian mereka dan lahir kembali sebagai the new emerging power di dalam panggung internasional. Produsen Asia telah menangkap sebagian besar dari rantai produksi global. Pemerintah Asia dan lembaga yang dikendalikan pemerintah menahan sekitar dua-pertiga dari $ 6 triliun-plus cadangan devisa dunia (Cossa, et al., 2009). Menurut sebuah data, bagian Asia Timur dalam total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) global telah meningkat secara tajam dari sekitar 12 persen di tahun 1970 menjadi hampir 25 persen pada tahun 2008 (MacDonald & Lemco, 2011). Dalam sektor perdagangan global, persentase volume perdagangan Asia Timur meningkat dari 10 persen di 1975 menjadi 30 persen di tahun 2008 (MacDonald & Lemco, 2011). Secara gradual, negara-negara seperti Cina, India, Jepang, Korea Selatan, Singapura, serta negara Asia lainnya berubah menjadi pusat dari tatanan ekonomi dan politik dunia, menandai sebuah era baru yang sering kali disebut dengan Asia-Pacific Century. Kebangkitan Asia menjadi semakin terlihat setelah terjadinya krisis global pada tahun Krisis yang bermula dari menggelembungnya kredit properti di Amerika Serikat ini telah menjatuhkan perekonomian Amerika Serikat serta Uni Eropa, dua raksasa besar dalam perekonomian dunia. Kawasan Asia- Pasifik, yang tampaknya telah belajar dari krisis ekonomi 1998, berhasil bertahan dari dampak krisis. Pada krisis ini, Asia-Pasifik menjadi lokomotif ekonomi penting yang menjaga Resesi Besar (Great Recession) berubah menjadi Depresi Besar. Kawasan Asia kini menjadi pusat dari perputaran ekonomi global yang baru. Pada saat itu, Cina, Jepang, dan negara Asia lainnya telah membantu memberikan bailout terhadap perekonomian AS lewat pembelian hutang 1
2 pemerintah AS dalam skala besar yang dibutuhkan untuk membiayai defisit fiskal pemerintah AS yang masif (Abramowitz & Bosworth, 2006). Kawasan Asia-Pasifik kini berubah menjadi kawasan yang lebih penting bagi Amerika Serikat dibandingkan di saat-saat sebelumnya. Sementara itu, Amerika Serikat selama ini lebih menitik beratkan perhatiannya ke Timur Tengah, khususnya Irak dan Afghanistan, lewat kebijakan War on Terror. Hal ini telah menimbulkan ketidakseimbangan dalam kebijakan politik AS di luar negeri. Perlu adanya rekalibrasi dalam strategi politik AS untuk menyesuaikannya dengan kepentingan AS dalam jangka waktu panjang dan adanya perubahan geopolitik dari Barat ke Timur. Oleh karena itu, pemerintah Obama kemudian mengeluarkan strategi rebalancing terhadap Asia-Pasifik. Strategi yang juga dikenal dengan nama Pivot to Pacific atau Asian Pivot ini pertama kali dikenalkan pada November 2011 lewat artikel yang ditulis oleh Hillary Clinton di Foreign Policy yang berjudul America s Pacific Century. Di dalam tulisannya Clinton yang pada saat itu menjabat sebagai Secretary of State AS menyatakan bahwa AS akan berkomitmen untuk memprioritaskan Asia dalam politik luar negerinya. Pergeseran fokus politik luar negeri Obama ini menekankan bagaimana pentingnya Asia Pasifik untuk mencapai prioritas tertingginya menciptakan lapangan pekerjaan untuk rakyat Amerika. Hal ini dikatakan oleh Presiden Obama dalam pidatonya tentang rebalance di depan Parlemen Australia, pada 17 November 2011, Here, we see the future. As the world s fastest-growing region-and home to more than have the global economy the Asia Pacific is critical to achieving my highest priority: creating jobs and opportunity for the American people. With most of the world s nuclear powers and some half of humanity, Asia will largely define whether the century ahead will be marked by conflict or cooperation, needless suffering or human progress. (The White House Office of The Press Secretary, 2011) Salah satu bagian dari strategi rebalancing ini adalah usaha AS untuk mengembangkan kerjasama ekonominya di Asia-Pasifik lewat perjanjian Trans- Pacific Partnership (TPP). TPP ini adalah sebuah perjanjian perdagangan yang diproyeksikan akan menjadi perjanjian berstandar tinggi di abad ke-21 yang saat ini sedang dinegosiasikan oleh dua belas negara di kawasan Asia-Pasifik (Office of United State Trade Representative, 2011). Ini adalah kali kedua AS mengikuti 2
3 kerjasama ekonomi regional di kawasan Asia-Pasifik setelah AS bergabung dengan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) di tahun Bagi Amerika Serikat, TPP merupakan cornerstone dari kebijakan ekonomi pemerintahan Obama di Asia-Pasifik, sebuah prioritas di dalam strategi rebalancing (Yu, 2013). Oleh karena itu, keberhasilan TPP merupakan sine qua non dari keberhasilan strategi rebalancing AS (Goodman, 2013). Penelitian ini akan membahas lebih jauh peran perjanjian Trans-Pacific Partnership sebagai bagian dari kebijakan rebalance AS di kawasan Asia-Pasifik. Penelitian ini pertama-tama akan melihat alasan AS melakukan rebalancing di Asia-Pasifik. Setelah itu, akan dibahas mengenai keikutsertaan AS di dalam negosiasi Trans-Pacific Partnership. Setelah memahami dua hal tersebut, penelitian ini akan menganalisis alasan AS menganggap TPP penting di dalam strategi rebalancing AS. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pertanyaan utama yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : Mengapa Amerika Serikat menganggap negosiasi Trans-Pacific Partnership penting dalam strategi rebalancing-nya? 1.3 KERANGKA KONSEPTUAL Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis alasan AS melihat TPP sebagai elemen yang penting dalam strategi rebalancing. Terdapat dua variabel utama yang perlu dijelaskan dalam rumusan masalah skripsi ini yaitu (1) strategi rebalancing Amerika Serikat, dan (2) Trans-Pacific Partnership. Dalam skripsi ini digunakan tiga konsep utama yaitu, konsep rebalancing, regionalisme, serta liberal internasionalisme. Konsep rebalancing di sini digunakan untuk memahami kesuluruhan dari strategi rebalancing Amerika Serikat. Perspektif regionalisme sendiri digunakan untuk memahami alasan AS untuk lebih memilih pendekatan regionalisme seperti TPP di dalam strategi rebalancing-nya. Sementara, perspektif liberal internasionalisme digunakan untuk melihat pentingnya TPP sebagai perdagangan bebas yang mempunyai implikasi lebih di luar kepentingan ekonomi. 3
4 1. Rebalancing Strategy Pemerintahan Obama Rebalancing ke Asia-Pasifik ini merupakan strategi politik luar negeri yang diusung oleh pemerintahan Obama. Frase rebalance to Asia ini dimaksudkan untuk menekankan meningkatnya prioritas dari kawasan ini dalam kebijakan global AS. Strategi ini merupakan pendalaman dari upaya pemerintahan Obama, yang dimulai pada tahun 2009, untuk meningkatkan visibilitas diplomatik AS dan kehadiran di Asia-Pasifik. Mungkin yang paling menonjol, sejak 2009, Administrasi Obama secara konsisten memberikan waktu dan penekanan ke Asia Tenggara dan lembaga-lembaga multilateral regional (Manyin, et al., 2012). Strategi ini pada awalnya lebih dikenal dengan nama Asian Pivot atau return to Asia. Namun istilah ini seolah-olah menggambarkan Amerika Serikat melepaskan Asia dan berusaha terlibat kembali di kawasan tersebut. Pada kenyataannya Amerika Serikat tidak pernah meninggalkan Asia-Pasifik. Istilah pivot lalu ditinggalkan dan diganti dengan istilah rebalancing. Istilah rebalancing dinilai lebih cocok dan menekankan elemen kontinuitas dalam strategi pemerintahan saat ini dengan para pendahulunya (Weitz, 2012). Strategi ini adalah soal penekanan prioritas AS yang berusaha mengelaborasi hubungan AS- Asia yang sudah ada sebelumnya (Sutter, Brown, Adamson, Mochizuki, & Ollapally, 2013). Istilah rebalance ini bukanlah turunan dari pemikiran balance of power dan bukanlah sinyal dari AS untuk mengimbangi Cina atau negara lainnya. Logika dari rebalancing ini sendiri datang dari istilah keuangan (Saunders, 2013). Dalam bidang keuangan, rebalancing merupakan proses untuk menyusun kembali pengalokasian aset dalam sebuah portofolio agar kembali sesuai dengan target alokasi aset seseorang. Rebalancing dilakukan dengan menjual investasi yang over-weighted untuk membeli investasi under-weighted. Pengalokasian aset di dalam sebuah portofolio finansial perlu di-rebalancing ketika kondisi pasar bergeser dan kesempatan yang baru muncul. Meminjam logika yang sama, rebalancing to Asia, ini ditujukan untuk membawa komitmen dari diplomatik global AS, serta sumber daya ekonomi dan militer ke Asia agar seimbang dengan peningkatan kepentingan politik, ekonomi, dan keamanan AS di Asia. 4
5 Istilah rebalancing ini juga mengacu kepada upaya AS untuk mengoreksi dugaan pengabaian kawasan Asia-Pasifik oleh pemerintahan George W. Bush (Saunders, 2013). Sebelum Presiden Obama menjabat, banyak pemimpin Asia Tenggara di wilayah ini merasa mereka telah diabaikan oleh Amerika Serikat. Adanya kebijakan War on Terror dan komitmen militer AS di Irak dan Afghanistan telah menghasilkan jejak global yang tidak seimbang. Ungkapan rebalancing ke Asia dimaksudkan untuk menyeimbangkan kembali perhatian AS terhadap kawasan ini. Istilah ini juga dipilih untuk mencegah adanya anggapan bahwa Amerika Serikat meninggalkan perhatiannya di kawasan lain dan beralih ke Asia-Pasifik. Rebalancing to Asia juga mencerminkan kebutuhan untuk mengartikulasikan prioritas global AS setelah penarikan pasukan Amerika dari Irak dan Afghanistan, yang membebaskan sumber daya diplomatik dan militer AS ke Timur Tengah selama sepuluh tahun terakhir. Pengurangan dalam pengeluaran dan anggaran militer federal AS juga menyerukan pernyataan yang jelas tentang prioritas strategis AS untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Untuk militer AS, hal ini datang dalam bentuk panduan pertahanan strategis Januari 2012 yang ditandatangani oleh Presiden Barack Obama, yang menyatakan, "Kita akan menyeimbangkan kebutuhan menuju wilayah Asia-Pasifik. (Manyin, et al., 2012) 2. Regionalisme Mencairnya Perang Dingin membuat regionalisme menjadi sangat penting dalam konteks globalisasi ekonomi. Selain itu, hal ini juga memunculkan kepentingan-kepentingan dalam regionalisme antara pembuat kebijakan, pengusaha, dan kalangan akademisi. Menurut Ravenhill (2014), regionalisme merupakan proses formal dari kolaborasi antar pemerintahan dua negara atau lebih. Regionalisme dapat dikategorikan menjadi formal maupun informal. Regionalisme informal dapat dijelaskan melalui rasa keterlibatan di dalam suatu komunitas sosio-kultural yang disebut sebagai identitas. Sedangkan dalam hal formal, regionalisme dibentuk untuk fungsi tertentu, misalnya dalam bidang ekonomi, keamanan, dan lingkungan. Regionalisme dapat menjadi sebuah kebijakan rasional yang terasosiasi dengan stabilitas dan kontrol atas pengaruh. 5
6 Jika dilihat dari sudut pandang idealis, kebijakan regional dibentuk untuk menciptakan keuntungan secara regional dan para anggota mendapat keuntungan yang setimpal (Ravenhill, 2014). Secara hubungan kerjasama, ada tiga tipe utama regionalisme. Yang pertama adalah regionalisme bilateral, yaitu kerja sama oleh dua negara. Lalu ada regionalisme trilateral yang terdiri dari tiga negara yang saling bekerja sama. Dan yang terakhir adalah regionalisme multilateral yang melibatkan banyak negara dalam kerja samanya. Pada masa ini tidak dipungkiri lagi bahwa regionalisme dapat menjadi jalan keluar saat skema kerjasama internasional tidak berjalan dengan baik, ataupun pendekatan nasional tidak memuaskan. Selain itu juga regionalisme dapat menjadi penghubung antara masalah nasional dan global. Dari fungsi kedua ini regionalisme dapat menjamin negara-negara memiliki peran dalam mengatasi masalah di kawasan dengan institusi baru tersebut. Dengan cara ini sebuah negara kawasan tidak hanya dapat mengendalikan perilaku negara di kawasan, namun juga memperkuat posisi tawar menawar dengan negara di luar kawasan. Setidaknya terdapat dua jenis motivasi yang membuat suatu negara mengikuti regionalisme, yaitu motivasi politik dan motivasi ekonomi (Ravenhill, 2014). Dari segi politik, yang membuat negara memilih regionalisme antara lain, untuk memperkuat rasa percaya diri dan sarana membentuk kerjasama ekonomi, memperkuat keamanan mereka baik dari segi kemanan tradisional maupun nontradisional, serta meningkatkan bargaining position mereka di level internasional. Selain itu, regionalisme juga dapat menjadi alat untuk memberikan sinyal kepada para investor bahwa mereka mempunyai keinginan untuk mereformasi sistem perekonomian khususnya untuk negara berkembang. Regionalisme juga dipilih oleh suatu negara karena alasan untuk memenuhi konstituensi domestik. Regionalisme dapat pula menjadi opsi bagi suatu negara karena mencapai kata sepakat di level regional lebih mudah dari pada di level multilateral seperti WTO. Dari segi ekonomi, negara lebih memilih regionalisme daripada multilateralisme, bilateralisme, maupun unilateralisme karena regionalisme memberikan akses kepada pasar domestik yang lebih besar. Selain itu, regionalisme memberikan kesempatan untuk menarik investor asing, kesempatan 6
7 untuk terlibat dalam integrasi yang lebih dalam, serta regionalisme memberikan proteksi bagi sektor yang tidak kompetitif di level global. Menurut pandangan neoliberal institutionalism, regionalisme menjadi penting karena (1) meningkatnya interdependensi yang meningkatkan kebutuhan untuk membentuk sebuah institusi kerjasama regional, (2) negara merupakan aktor rational egoist yang dapat diarahkan untuk bekerja sama, (3) regionalisme penting karena keuntungan yang mereka berikan dan karena pengaruh dari kalkulasi para pemainnya dan cara para negara mendefinisikan kepentingannya (Hurrell, 1995). Regionalisme dapat berbentuk regionalisme keamanan maupun regionalisme ekonomi. Dalam kasus TPP, regionalisme ini berbentuk regionalisme ekonomi. Regionalisme ekonomi adalah sebuah institutional arrangement yang didesain untuk memfasilitasi aliran bebas dari barang dan jasa dan untuk mengkoordinasikan kebijakan ekonomi di wilayah geografis tertentu (Moon, t.thn.). Bentuk regionalisme ekonomi dapat dibedakan berdasarkan tingkat integrasi, antara lain free trade area, custom union, common market, dan economic union. Bentuk paling dasar adalah kawasan perdagangan bebas atau free trade area yang menghilangkan atau mengurangi bea masuk antara anggotanya. Setelah itu terdapat custom union yang menciptakan tingkat integrasi yang lebih besar melalui tarif umum kepada negara selain anggota, dan common market menambah pengaturan ini dengan memungkinkan pergerakan bebas modal dan tenaga kerja. Sebuah economic union membutuhkan konsensus politik tingkat tinggi antara negara-negara anggota, yang bertujuan membangun integrasi ekonomi penuh melalui kebijakan umum ekonomi, mata uang bersama, dan penghapusan semua hambatan tarif dan nontarif. 3. Liberal Internationalisme Liberal internasionalisme mempercayai dua nilai fundamental dalam politik luar negeri yaitu self-determination dan nonintervention (Lind, 2006). Selfdetermination berarti sebuah negara mempunyai legitimasi jika mendapatkan persetujuan dari rakyatnya. Sementara nonintervention berarti tidak ada negara yang berhak menjajah atau menguasai negara lain. Tujuan dari liberal 7
8 internasionalisme sendiri adalah memperluas praktek-praktek demokrasi dan perdagangan bebas, membela demokrasi dari para pesaingnya sekaligus melindungi dan mempromosikan hak asasi manusia (Hoffman, 1995). Pemikiran ini seringkali dikaitkan dengan Woodrow Wilson dan 14 poinnya. Di dalam praktik liberal internasionalisme, demokrasi dan perdagangan bebas menjadi hal yang penting dalam menjaga sistem internasional yang damai. Menurut para pemikir liberal, sistem demokrasi merupakan bentuk pemerintahan terbaik. Dalam pemerintahan demokrasi, ketika rakyat yang menjadi korban dalam peperangan itu diberi kesempatan untuk memilih pemerintahnya sendiri, kecil kemungkinan perang akan terjadi. Sementara itu, perdagangan bebas merupakan cara terefektif dan terdamai untuk mencapai kekayaan nasional (Burchill, 2005). Menurut John S. Mill, seorang pemikir liberal, pasar bebas dapat mengubah pola pikir orang-orang dari yang tadinya berorientasi perang dan konflik menjadi berorientasi kesejahteraan ekonomi dan kerja sama. Penyebaran pasar akan menempatkan masyarakat di sebuah landasan yang sama sekali baru. Alih-alih berkonflik memperebutkan sumber daya yang terbatas, revolusi industri meningkatkan prospek dari kesejahteraan yang tak terbatas dan belum pernah terjadi sebelumnya untuk semua; produksi material, asalkan itu bebas dipertukarkan, akan membawa kemajuan manusia. Perdagangan akan menciptakan hubungan ketergantungan mutual yang mampu menumbuhkan pengertian antara orang-orang dan mengurangi konflik (Burchill, 2005). Selain itu, tiap-tiap individu harus diperbolehkan untuk saling tukar-menukar barang dan jasa tanpa memandang batas-batas nasional. Dari sisi ekonomi politik, para liberal internasionalis menjunjung tinggi semangat perdagangan. Pemikir liberal seperti Adam Smith berpendapat bahwa tujuan dari aktivitas ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan semua pihak dan untuk mencapainya dibutuhkan division of labor dan sistem laissez faire yang membebaskan pasar. Dalam sistem laissez faire ini negara berperan untuk melindungi masyarakat dari ancaman luar dan membuat pengaturan terhadap barang publik tertentu. Kaum liberal percaya bahwa perdagangan mempunyai dampak positif terhadap ekonomi karena transaksi barang dan jasa mendorong efisiensi, menimbulkan multiplier effect pada ekonomi dan 8
9 memperluas lapangan kerja. Kebijakan politik luar negeri liberal biasanya bertujuan untuk menyebarkan pasar bebas dan praktik-praktik perdagangan bebas melalui kerjasama bilateral maupun multilateral (Jahn, 2013). Perdagangan bebas ini akan meningkatkan kekayaan absolut semua pihak dan membentuk ikatan interdependensi yang damai di antara manusia (Macmillan, 2007). Kebijakan ekonomi yang mendukung globalisasi dari liberalisme ini memfokuskan kepada intitusionalisasi dari prinsip-prinsip ekonomi liberal dalam ekonomi dunia secara umum. Tujuan ini sebagian besar dicapai dengan membentuk sebuah institusi politik. Meskipun tujuan langsung dari kebijakankebijakan ini bersifat ekonomi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan kebijakan-kebijakan tadi diekspektasikan untuk dapat memberikan stabilitas politik, demokratisasi, kerja sama internasional, dan perdamaian. Para liberal internasionalis berpendapat bahwa AS harus melindungi keamanannya dengan mempromosikan sistem internasional yang liberal yang menjunjung tinggi nilai demokrasi dan perdagangan bebas. Liberal internasionalisme sejalan dengan kepentingan Amerika karena dunia yang terbagi menjadi negara-bangsa demokratis yang berdaulat lebih tidak mengancam keamanan AS dibandingkan dengan dunia yang terbagi menjadi beberapa imperium yang ekspansif atau beberapa negara kecil yang terlalu lemah untuk berdaulat. Ikatan interdependensi yang terbentuk melalui perdagangan juga membuat negara-negara partner kerja sama AS lebih reluktan untuk menyerang AS. 1.4 ARGUMEN UTAMA Strategi rebalancing lahir dari sebuah pemikiran untuk menyeimbangkan perhatian Amerika Serikat di luar negeri yang tadinya sangat terfokus di Timur Tengah dan untuk menyesuaikan prioritas AS dengan kondisi geopolitik dan geoekonomi dunia demi kepentingan AS di waktu mendatang. Strategi ini menjadi penting bagi AS yang kini melihat negara-negara di kawasan Asia-Pasifik sebagai partner yang lebih penting dari saat-saat yang sebelumnya. Lewat strategi ini, AS berusaha meningkatkan keterlibatannya di kawasan Asia-Pasifik. 9
10 Sebagai bagian dari strategi rebalancing, keikutsertaan AS dalam negosiasi Trans-Pacific Partnership merupakan manifestasi dari keseriusan AS untuk terlibat di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini terlihat dari perubahan pendekatan AS di Asia-Pasifik yang kini lebih memilih menggunakan regionalisme. Regionalisme seperti TPP ini dapat menjadi jangkar untuk mengikatkan komitmen AS terhadap Asia-Pasifik serta menjadi pintu masuk bagi AS untuk terlibat lebih di dalam integrasi regional Asia-Pasifik. Berdasarkan perspektif liberalisme, perdagangan bebas tidak hanya mampu mendatangkan keuntungan ekonomi secara maksimal namun juga mampu meningkatkan interdependensi antar negara dan membantu menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian. Hal ini lah yang membuat negosiasi TPP menjadi penting di dalam rebalancing terhadap Asia-Pasifik. Tidak hanya berimplikasi terhadap kepentingan ekonomi AS di Asia-Pasifik, TPP juga berimplikasi secara diplomatik dan keamanan. Secara ekonomi, keikutsertaan AS di dalam TPP diharapkan mampu mendongkrak perekonomian AS saat ini. Hal ini penting bagi AS yang kini berusaha melawan jumlah pengangguran yang bertambah banyak selepas Resesi Global Sementara secara diplomatik dan keamanan, TPP menjadi alat untuk meningkatkan hubungan kerjasama AS dengan kawasan Asia-Pasifik dan mengurangi adanya potensi konflik dengan kawasan ini. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Skripsi ini terdiri dari lima bab yang menjelaskan dua variabel utama dalam penelitian ini yaitu, (1) rebalancing policy AS di Asia-Pasifik, dan (2) kepentingan AS dalam Trans-Pacific Partnership. Bab Pertama berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang penelitian, kerangka konseptual yang digunakan serta argumen utama. Setelah itu, Bab Kedua akan menjelaskan variabel pertama yaitu rebalancing policy: apa saja tujuan Amerika Serikat mengeluarkan rebalancing policy dan elemen dari rebalancing policy di Asia- Pasifik. Bab Ketiga akan menjelaskan tentang Trans-Pacific Partnership. Pertimbangan apa saja yang diambil AS untuk akhirnya bergabung dengan TPP serta tujuan yang ingin diraih AS lewat TPP. 10
11 Bab Keempat akan berisi analisis yang menghubungkan variabel tadi. Analisis ini akan mengungkapkan alasan mengapa TPP dianggap penting dalam kebijakan rebalance AS dibantu dengan konsep regionalisme dan liberal internationalism dalam perdagangan internasional. Skripsi ini ditutup dengan Bab Kelima yang berisikan kesimpulan dari penelitian ini serta saran bagi negara berkembang seperti Indonesia mengenai Trans-Pacific Partnership. 11
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciKemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat
Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peran penting dalam perkembangan dan kemakmuran Amerika Serikat. 1 Amerika
BAB 1 PENDAHULUAN Amerika Serikat telah melakukan perjanjian perdagangan sejak dahulu untuk mencapai kemakmurannya. Seperti yang dijelaskan oleh The United States Trade Representative (USTR) bahwa proses
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciSignifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si
Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan
BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor
BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Globalisasi yang tengah menjadi fenomena kehidupan masyarakat dunia, telah membawa dampak dan perubahan yang besar terhadap pola hubungan ekonomi antar negara. Perubahan
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciPresented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian
Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan
BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan
Lebih terperinciIndonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis
Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinci"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"
H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti
Lebih terperinciMENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5
Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi
Lebih terperinciDari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1
Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia telah memiliki hubungan bilateral dengan Amerika Serikat untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun 1949. Pada tahun tersebut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi global merujuk kepada ekonomi yang berdasarkan ekonomi nasional masing-masing negara yang ada di belahan dunia. Saat ini, fenomena krisis global menunjukkan
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waktu belakangan ini memicu tingginya integrasi ekonomi pada negara-negara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian global yang semakin pesat dalam kurun waktu belakangan ini memicu tingginya integrasi ekonomi pada negara-negara di dunia. Struktur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi
Lebih terperinciFokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global
Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciPEMASARAN INTERNASIONAL
PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinci2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft
Lebih terperinciDEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA
DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya
177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciMULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL
MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciRESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciPengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggemparkan dunia. Krisis keuangan ini telah berkembang menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan di Amerika Serikat (AS) yang terjadi di tahun 2008 sangat menggemparkan dunia. Krisis keuangan ini telah berkembang menjadi masalah serius. Krisis keuangan
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.
BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi
Lebih terperinciKerja sama ekonomi internasional
Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses globalisasi. Begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia, melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi kunci indikator ekonomi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab yang berisikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian serta adanya batasan penelitian. 1.1 Latar Belakang Interkoneksi finansial secara
Lebih terperinciTindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam
Tindakan Amerika di negeri-negeri Muslim itu berarti AS telah secara sengaja memusuhi umat Islam Presiden Barack Obama kembali menjejakkan kakinya di Indonesia. Tidak ke Jakarta sebagaimana November 2010
Lebih terperincimenjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.
BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global
Lebih terperinciPoppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO
DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS
Lebih terperinciBagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL 1 2 BAB I Memahami Ekonomi Politik Internasional A. Pendahuluan Negara dan pasar dalam perkembangannya menjadi dua komponen yang tidak terpisahkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan
Lebih terperinciMenakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- POINTERS Dengan Tema : Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri OLEH : WAKIL KETUA MPR RI HIDAYAT NUR
Lebih terperinci