BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Jaringan Jaringan komputer adalah sekumpulan komputer, printer dan peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Informasi dan data yang bergerak melalui kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, sampai mencetak data dengan bantuan printer yang sama dan bersama-sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Setiap komputer, printer atau periferal yang terhubung dengan jaringan disebut node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan, ribuan atau bahkan jutaan node. Network analyzer atau packet sniffer di desain untuk mengontrol jalur lintasan pada jaringan. Fungsi lain dapat juga digunakan untuk memonitor jaringan, melakukan tes diagnosa, ataupun pemecahan masalah. Jumlah lalu lintas sangat tergantung pada posisi komputer dalam jaringan. Klien dari sistem terdalam pada sebuah cabang dalam suatu jaringan hanya dapat melihat sebagian kecil segmen lalu lintas jaringan, sedangkan yang domain server utama dapat melihat hampir semua hal. 2.2 TCP/IP Arsitektur TCP/IP

2 8 Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) adalah pasangan protokol yang diwajibkan untuk berkomunikasi antar host yang terhubung pada internet. Model TCP/IP tersusun oleh empat layer yang mengacu pada model Open System Interconnection (OSI), yaitu Network Interface and Hardware Layer, Internetwork Layer, Transport Layer, dan Application Layer. Seperti pada gambar 2.1 yang menunjukkan proses yang terlibat pada komunikasi host-tohost. Gambar 2.1 Model Internet TCP/IP Paket Gambar 2.2 menunjukkan contoh rincian paket HTTP. Kolom header dapat mempunyai panjang yang berbeda dari yang digambarkan, berdasarkan pilihan protokol dan header. Bagian yang pertama enkapsulasi header pada link layer, jika Ethernet maka akan dipresentasikan oleh 14 byte dari frame Ethernet header dengan kolom sumber dan tujuan alamat MAC. Selanjutnya, terdapat header datagram IP, yang memuat minimal 20 bytes jika tidak ada pilihan IP yang mengikutinya, seperti header protocol yang terenkapsulasi (TCP, UDP, ICMP, dan lain sebagainya) yang ukurannya bekisar dari 8 byte hingga lebih dari 20 byte untuk header TCP dengan pilihan. Tidak semua data dapat di kumpulkan besarnya sesuai dengan snaplen yang diterapkan.

3 bytes bytes bytes bytes 4 bytes Ethernet frame IP datagram Embedded protocol (TCP, UDP, ICPM) Gambar 2.2 Contoh paket HTTP Koneksi TCP/IP Sebuah koneksi TCP selalu dimulai dengan three-way handshake. Setiap sesi diawali dengan paket SYN akhirnya menjadi sebuah paket ACK yang menyatakan seluruh sesi telah dibangun. Sambungan saat ini telah dibuat dan mampu untuk mulai mengirim data dalam keadaan OPEN. Komunikasi yang berlangsung antara sumber dan tujuan yang telah diijinkan sampai salah satunya memberikan paket FIN, atau paket RST, atau sambungan yang telah time out. Semua protokol internet yang perlu pembentukan sambungan di bangun diatas protokol TCP. Gambar 2.3 Three-way handshake

4 Pendeteksi Intrusi Jaringan (Intrusion Detection System/IDS) Intrusion didefinisikan sebagai kegiatan yang bersifat anomaly, incorrect, inappropriate yang terjadi pada jaringan atau di host. Sedangkan perangkat yang digunakan untuk mendeteksi segala bentuk penyusupan adalah Intrusion Detection System (IDS) yang memeriksa secara automatic audit logs dan event system secara real time. Intrusion Detection System dapat mengamati segala macam pelanggaran dari kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan ketersediaan (availability) suatu sistem. Kerahasiaan (confidentiality), di mana object tidak dibocorkan kepada subjek yang tidak seharusnya berhak terhadap objek tersebut, atau sering disebut tidak authorize. 1. Integritas (Integrity), bahwa objek tetap orisinil atau tetap terjaga keasliannya, dengan tidak dimodifikasi dalam perjalanannya dari sumber menuju penerimanya. 2. Ketersediaan (Availability), dimana user yang mempunyai hak akses atau authorized users diberi akses tepat waktu dan tidak mengalami kendala apapun. Serangan yang dikenali oleh Intrusion Detection System dapat berasal dari koneksi external seperti ancaman dari internet atau jaringan partner, virus, code berbahaya, subject internal yang mencoba untuk melakukan kegiatan yang tidak di authorisasi. Pada penulisan skripsi ini Intrusion Detection System digunakan untuk mendeteksi segala macam kegiatan yang tidak di authorisasi ataupun kegiatan yang berbahaya lainnya, untuk mempersingkat waktu pengerjaan data yang digunakan merupakan data yang telah dikelompokkan yang berasal dari kdd cup. Intrusion Detection System memeriksa semua kegiatan traffic jaringan, inbound dan outbound dan mengidentifikasi pola yang mencurigakan yang mencoba memasuki sistem atau yang menyerang sistem. Intrusion Detection System bisa membantu anda dalam hal berikut ini: 1. Secara aktif mengamati segala macam kegiatan yang mencurigakan 2. Memeriksa audit logs dengan sangat cermat dan seksama 3. Mengirim alert kepada administrator saat kejadian khusus di deteksi 4. Mengunci file-file penting atau mengunci kemampuannya agar tidak dapat dikuasai oleh musuh

5 11 5. Melacak segala bentuk penyusupan yang bersifat cepat maupun lambat 6. Memberi tanda (informasi) pada saat serangan ditemukan 7. Mengindentifikasi asal mulanya terjadi penyusup 8. Melacak lokasi dari logical maupun physical penyusup 9. Terminasi atau interupsi segala macam percobaan penyusupan dan serangan 10. Melakukan konfigurasi ulang router dan firewall untuk mencegah pengulangan dari serangan yang berhasil diketemukan / dideteksi. Kemampuan Intrusion Detection System untuk menghentikan serangan yang sedang berlangsung atau pencegahan serangan dimasa mendatang. Karenanya suatu Intrusion Detection System seharusnya dianggap bagian dari komponen yang membentuk suatu sistem keamanan yang sangat solid untuk melindungi suatu jaringan. Keamanan secara fisik dan logical access control merupakan komponen yang penting. Pencegahan terhadap penyusupan memerlukan pemeliharaan yang mencukupi dari suatu system keamanan secara keseluruhan. 2.3 Model Neuron Neuron Biologis Menurut Fausett, sebuah neuron pada neural network dianalogikan sebagai neuron biologis di mana sebuah neuron biologis memiliki 3 tipe komponen yang menjadi bagian dalam memahami artificial neuron yaitu: dendrit, soma dan axon. Dendrit biasanya mendapatkan sinyal-sinyal dari neuron lain, sinyal itu berupa impuls elektrik yang ditransmisikan melalui sebuah synaptic gap dengan bantuan proses kimia. Proses kimia inilah yang memodifikasi sinyal masuk sehingga proses kimia erat kaitanya dengan fungsi aktivasi pada neural network. Komponen kedua, soma atau cell body, adalah jumlah dari sinyal masuk. Di mana soma ini diperoleh dari proses aktivasi dendrit yang ada melalui jalur yang dikenal dengan axon. Jalur ini pada neural network disimbolkan dengan weight, di mana weight inilah yang membedakan nilai koneksi dari setiap jalur yang ada.

6 12 Gambar 2.4 Permodelan Neuron Biologis Menurut (Fausett), beberapa fitur utama pada element pemrosesan pada artificial neural network di dasari properti yang dimiliki oleh neuron biologis diantaranya : 1. Element pemrosesan menerima banyak sinyal. 2. Sinyal dapat dimodifikasi berdasarkan weight yang dimiliki pada synapse penerima 3. Elemen pemrosesan menjumlahkan semua input yang telah diberi bobot 4. Dalam keadaan tepat (input suficient), neuron mentransmisikan sebuah output tunggal. 5. Output dari neuron tertentu dapat menuju banyak neuron-neuron yang lain. Fitur-fitur lain seperti : 1. Informasi pemrosesan bersifat lokal (walaupun ada komponen lain seperti pengaruh hormon yang dapat mempengaruhi keseluruhan kontrol proses )

7 13 2. Memori yang ada bersifat terdistribusi : Memory long-term berada pada synapses neuron atau weight Memory short-term berkorespondensi dengan sinyal yang dikirimkan dari neuronneuron lain 3. Kekuatan synapse dapat berubah seiring pengalaman 4. Neuron transmitter untuk synapses dapat berupa excitatory atau inhibitory. 2.4 Arsitektur dari Neural Network Menurut (Fausset), seringkali neuron di visualiasikan ke dalam bentuk layer, di mana neuronneuron yang berada pada layer yang sama memiliki perilaku yang sama. Faktor penentu perilaku dari neuron ini adalah fungsi aktivasi dan pola dari weight koneksinya sehingga neuron tersebut dapat mengirim dan menerima sinyal. Dalam setiap layer, neuron biasanya memiliki fungsi aktivasi yang sama dan pola dari koneksi yang sama terhadap neuron-neuron lain. Untuk lebih spesifik, banyak neural network maupun neuron-neuron di dalam sebuah layer dapat saling terhubung secara penuh maupun tidak. Jika ada neuron pada sebuah layer (sebagai contoh, layer pada unit tersembunyi) terhubung dengan neuron layer lain (misal: layer output) maka setiap unit tersembunyi dapat terkoneksi di setiap neuron output. Pengaturan neuron ke dalam layers dan pola koneksi di dalam dan antara layers dikenal dengan net archictecture. Banyak neuron nets memiliki layers input yang aktivasi dari setiap unitnya sama dengan sinyal input external. Neural network seringkali di kategorikan dalam 2 jenis yaitu : single layer dan multilayer. Dalam menentukan jumlah layer setiap unit input tidak dapat di hitung sebagai layer, karena unit tersebut tidak dapat melakukan fungsi komputasi. Atau bisa dikatakan bahwa jumlah layer pada neural network di tentukan berdasarkan layer yang berisikan weight antar koneksi dari kumpulan neuron-neuron. Hal inilah yang mendasari bahwa bobot (weight) pada jaringan syaraf (neural network) berisikan informasi yang sangat penting.

8 14 Gambar 2.5 Neural network model structure Jaringan Syaraf Lapis Tunggal Arsitektur lapis tunggal (single layer) memiliki 1 lapis koneksi bobot. Di mana setiap unit dibedakan antara unit input dan unit ouput. Unit input adalah unit yang menerima sinyal yang berasal dari lingkungan luar, sedangkan unit output adalah respon dari neural network yang dapat dibaca. Pada umumnya, unit input secara penuh terkoneksi dengan unit output tetapi tidak terkoneksi dengan unit input lain, begitu juga halnya unit output tidak terkoneksi dengan unit output yang lain. Gambar 2.6 Neural network Single Layer

9 Jaringan Syaraf Lapis Ganda Pada jaringan syaraf lapis ganda, input tidak langsung terkoneksi dengan output. Gambar 2.7 Neural network Multilayer 2.5 Fungsi Aktivasi pada Neural network Fungsi aktivasi adalah operasi dasar pada artificial neuron yang meliputi penjumlahan bobot (weight) sinyal input dan mangaplikasikannya pada output. Untuk unit input, fungsi ini adalah fungsi identitas. Pada umumnya fungsi aktivasi yang sama di gunakan untuk semua neuron pada layer tertentu dari neural network, walaupun hal ini tidak diperlukan. Pada kebanyakan kasus, fungsi aktivasi non linear yang sering digunakan, karena hal ini terjadi sejak hasil dari memasukkan sinyal melalui dua atau lebih layer dari element pemrosesan linear contohnya element dengan fungsi aktivasi linear yang tidak jauh berbeda dengan apa yang didapatkan dengan menggunakan (single layer). Fungsi-fungsi aktivasi yang umum di gunakan menurut [Fausett] adalah sebagai berikut:

10 Fungsi Identitas Fungsi identitas disebut juga sebagai fungsi linear. Fungsi linear memiliki nilai output yang sama dengan nilai inputnya. y = x Gambar 2.8 Fungsi Identitas (Linear) f ( x) = x untuk semua harga x Fungsi ini biasanya digunakan pada unit input untuk memberi nilai awal harga setiap unitnya Fungsi Tangga Binary Fungsi tangga binary atau Fungsi Hard Limit Gambar 2.9 Fungsi HardLlimit. Neural network single layer sering menggunakan fungsi tangga untuk mengkonversi unit input, di mana nilai variabelnya bersifat kontinu yang menghasilkan nilai output bernilai biner (yaitu 1

11 17 atau 0) atau bipolar (1 atau -1). Fungsi tangga binary ini juga dikenal sebagai fungsi threshold atau fungsi Heaviside. 1 y = 0 jika jika x θ x < θ (0.1) Fungsi Symetric Hard Limit Berfungsi mengkonversikan input dari suatu variabel yang bernilai kontinyu ke suatu output berupa nilai 1,0 atau jika x 0 y = 1 jika x 0 (0.2) Gambar 2.10 Fungsi Symetric Hard Limit Fungsi Sigmoid Binary Fungsi sigmoid (kurva dengan bentuk S) adalah fungsi aktivasi yang berguna. Fungsi sigmoid yang umum adalah fungsi logistik dan fungsi tangent hyperbolic. Kedua fungsi ini bermanfaat khususnya untuk penggunaan neural network karena hubungan yang sederhana antara nilai fungsi pada sebuah point dan nilai dari derivatif pada point itu mengurangi hambatan komputasi selama training.

12 18 Gambar 2.11 Fungsi Sigmoid Binary. Untuk fungsi logistik yang memiliki range 0 sampai 1, sering di gunakan untuk menghasilkan output yang diinginkan bernilai binary atau berada pada interval 0 dan 1. Fungsi dengan range ini juga dikenal dengan binary sigmoid. f ( x) = exp (0.3) ( σ x) ( ) = ( ) ( ) f ' x σ f x 1 f x (0.4) Fungsi Sigmoid Bipolar Fungsi sigmoid bipolar adalah fungsi logistik yang memiliki range output dari -1 sampai 1. Gambar 2.12 Fungsi Sigmoid Bipolar. 1 g( x) = 2f ( x) 1= 1 1+ exp( σ x) (0.5) 1 exp = 1 + exp ( σ x) ( σ x)

13 19 g' ( x) σ = 1 + g( x) 1 g( x) 2 (0.6) Fungsi bipolar sigmoid erat kaitannya dengan fungsi tangent hyperbolic, yang sering juga di gunakan sebagai fungsi aktivasi ketika range output yang di inginkan bernilai -1 sampai dengan Fungsi Saturating Linear Fungsi dirumuskan sebagai berikut: 1 jika x 0.5 y = x+ 0.5 jika 0.5 x jika x 0.5 (0.7) Gambar 2.13 Fungsi saturating linear Fungsi Symetric Saturating Linear Fungsi dirumuskan sebagai berikut: 1 jika x 1 y = x jika 1 x 1 1 jika x 1 (0.8)

14 20 Gambar 2.14 Symetric Saturating Linear Fungsi Invers Sigmoid Bipolar Fungsi merupakan invers Sigmoid Bipolar umum dipakai untuk recurrent network misal model jaringan Hopfield (Haykin,1999). Gambar 2.15 Fungsi Invers Sigmoid Bipolar Fungsi Tangent Hyperbolic ( ) h x exp = exp ( x) exp( x) ( x) + exp( x) ( x) ( x) (0.9) 1 exp 2 = 1 + exp 2

15 21 ( ) = + ( ) ( ) h' x 1 h x 1 h x (0.10) 2.6 Training Pada Artificial Neural network Pelatihan adalah metode untuk mengatur nilai dari bobot, di mana pelatihan ini adalah karakteristik yang membedakan neural network yang berbeda. Menurut [Fausett], ada 2 tipe dari pelatihan, yaitu: supervised dan unsupervised. Sebagai tambahan ada neural network yang bobotnya bernilai tetap tanpa proses pelatihan yang berulang Supervised Training Kebanyakan aturan jaringan syaraf tiruan (artificial neural network), pelatihan di lakukan dengan menunjukkan sekuens vektor pelatihan atau pola, di mana setiap pola yang ada di asosiasikan dengan vektor output target. Bobot kemudian diatur berdasarkan algoritma learning. Proses inilah yang di kenal sebagai pelatihan terpandu (supervised training). Termasuk pada pelatihan terpandu ini adalah: Perceptron Adaline Feedforward Backpropagation network Statistical trained networks (Boltzmann/Cauchy machines) Radial basis function networks Unsupervised Training Pelatihan jenis ini dilakukan dengan menyediakan sekuens vektor input, akan tetapi tidak ada target vektor tertentu yang di spesifikasikan. Neural network tersebut akan memodifikasi bobot sehingga kebanyakan input vektor yang sejenis memiliki unit output yang sama (cluster) atau proses pengelompokan. Termasuk pada pelatihan tidak terpandu ini adalah:

16 22 Hopfield Memory Bidirectional associative memory Fuzzy associative memory Learning vector quantizer 2.7 Perceptron Pada bab ini akan membahas jaringan syaraf lapis tunggal, termasuk di dalamnya pendekatan klasik pada Neural Computing dan masalah pembelajaran. Pada bagian pertama kita akan diskusikan keunggulan dan keuntungan dari jaringan lapis tunggal dan algoritma pembelajarannya. Pada bagian kedua kita akan diskusikan kelemahan dan keterbatasan dari jaringan syaraf lapis tunggal ini. Kemudian akan dibahas perceptron lapis tunggal dan perceptron lapis ganda. Pada bagian akhir dari bab ini akan dibahas contoh perceptron dengan perhitungan manual, ANN toolbox dan program sendiri dengan bantuan Matlab. Dua pendekatan model klasik dari jaringan syarat lapis tunggal ini adalah: Perceptron, yang diusulkan oleh Rosenblatt (Rosenblatt, 1959) dan di akhir tahun 50'an dan Adaline, diperkenalkan pada awal tahun 60-an oleh Widrow and Ho_ (Widrow & Ho_, 1960) Jaringan dengan threshold dan fungsi aktivasi Jaringan lapis tunggal alur-maju(kamus bahasa Indonesia), (single layer feed-forward network) umumnya terdiri dari satu atau banyak output neurons o, yang masing-masingnya dihubungkan dengan bobot faktor wio ke semua inputs i. contoh yang paling sederhana adalah jaringan yang hanya memiliki dua input dan keluaran tunggal seperti terlihat pada gambar 2.13, Input neuron adalah jumlah input yang tertimbang (atau bisa dikatakan bobot x input) ditambah dengan faktor bias.

17 23 Gambar 2.16 Jaringan Syaraf Lapis tunggal dengan satu output dan dua input Jaringan dibentuk oleh output neuron fungsi aktivasi di mana fungsi dari input 2 y = F wx i i + θ i= 1 (0.11) Fungsi aktivasi F bisa linear sedemikian sehingga kita memiliki suatu jaringan linear, atau jaringan yang tidak linear. Pada kasus ini digunakan fungsi thereshold (atau Heaviside atau sgn) : 1 if s > 0 Fs () = 1 otherwise (0.12) Dengan demikian output jaringan di batasi bernilai +1 atau -1, tergantung pada input. Jaringan ini bisa digunakan dan diaplikasikan untuk tugas pengelompokan (classifier) atau pengelompokan pola(fauset) (pattern classification). Jaringan ini bisa memutuskan apakah pola input masuk pada kelompok mana dari dua kelas tadi (kelas +1 atau kelas -1. Jika total input bernilai positif, maka pola dikenali sebagai kelas +1, dan jika total input bernilai negatif maka pola input dikenali sebagai kelas -1. pemisahan dua kelas pada kasus ini adalah berupa sebuah garis lurus., yang diberikan oleh sebuah persamaan garis: wx 1 1+ wx 2 2+ θ = 0 (0.13) Persamaan garis ini sering disebut sebagai fungsi diskriminan.

18 24 Secara geometris fungsi diskriminan ini mempresentasikan jaringan linear threashold seperti terlihat pada gambar. Persamaan 0.13 bisa ditulis sebagai berikut: x = w x θ w w2 2 Dari persamaan diatas kita bisa melihat bahwa bobot yang akan menentukan gradient atau kemiringan garis, sementara bias menentukan keluaran 'o_set' untuk melihat seberapa jauh garis determinan ini dari titik pusat 0. Jika vektor bobotnya juga ikut ditampilkan pada input space ini akan selalu tegak lurus pada garis diterminan itu. Gambar 2.17 Jaringan lapis tunggal merepresentasikan suatu fungsi garis pemisah.

19 25 Gambar 2.18 Jaringan topologi umum feedforward dengan multilayers Algoritma Feedforward Untuk membangun jaringan feedforward multilayers dengan pembelajaran algoritma pembelajaran apapun nantinya maka lakukan algoritma(fauset) di bawah ini: Langkah 0 : Inisialisasi bobot dan bias (untuk mudahnya, pengaturan nilai bobot dapat menggunakan nilai nol atau bisa juga dengan menggunakan bilangan random). Set Laju Pembelajaran (0 < α 1), untuk mudahnya, α bisa diset ke 1. Langkah 1 : Selama kondisi berhenti false, lakukan langkah 2 hingga langkah 6 Langkah 2 : Untuk setiap pasangan data pelatihan, lakukan langkah 3 sampai langkah ke 5 Alur Maju (Feedforward): Langkah 3 : Setiap unit input ( X, i 1,..., n) i = menerima sinyal input xi dan membroadcast sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan di atasnya (unit tersembunyi).

20 Langkah 4 : Setiap unit tersembunyi ( Z j, j 1,..., p) berbobot, z_ in v0 xv j j j i i i= 1 n = + 26 = menjumlahkan sinyal sinyal input gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya. zj f ( z_ inj) kirimkan sinyal ini ke semua unit di lapisan atasnya (unit unit output). = dan Langkah 5 : Setiap unit output / keluaran pada masing-masing neuron ( Y, k = 1,..., m) menjumlahkan sinyal sinyal input terbobot, k y_ in w z w k 0k j jk j= 1 p = + Dan gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya, keluaran setiap neuron y = f ( y_ in ) k k Perceptron Lapis Ganda Berikut ini akan dibahas perceptron dengan banyak lapis lebih dari satu. Pembelajaran yang dipakai pada umumnya adalah optimalisasi bobot dengan menggunakan Evolutionary Programming, dan sangat populer dipergunakan. Fase Pelatihan (pembelajaran). Fase Prediksi (pengujian) merupakan subset dari fungsi pembelajaran di mana proses pengujian alur proses pencarian (feedforward) tidak ada arah perambatan mundur untuk penyesuaian bobot. Pada proses prediksi atau pengujian, bobot memiliki nilai tetap (fixed weights).

21 27 Gambar 2.19 Proses pengujian pada perceptron lapis ganda (Multi Layers) 2.8 Ilustrasi Proses Feedforward Pada bagian ini akan dijelaskan model jarigan syaraf feedforward proses alur maju untuk lapis ganda seperti pada gambar dibawah ini. Untuk mempermudah pemahaman, maka kita ambil struktur yang sangat sederhana dari multi layers feedfordward, yaitu struktur terdiri dari dua input (x1 dan x2) dengan dua lapis hidden layer dan satu buah output y. Gambar 2.20 Model sederhan jaringan dengan dua input dan satu output, dengan total 6 neuron. Setiap neuron terdiri dari dua unit. Unit pertama adalah proses penjumlahan dari koefisien bobot dan input sinyal. Sedangkan unit kedua adalah proses meneruskan sinyal ke fungsi nonlinear yang disebut sebagai fungsi aktivasi. Sinyal e adalah faktor penjumlahan output sinyal dan, dan y = f(e) adalah output signal dari nonlinear element. Signal y disebut juga sebagai output signal dari suatu neuron.

22 28 Gambar 2.21 Proses perjumlahan dan threshold pada satu buah neuron Pada ilustrasi gambar diatas terlihat, dua unit proses yang terjadi pada sebuah neuron. Jika dilihat untuk sistem lebih besar. Output dari satu neuron pada lapis sebelumnya adalah menjadi input pada neuron lapis sesudahnya. Untuk mengajari neural network kita butuh training data set. The training data set terdiri dari input signals (x 1 dan x 2 ) yang memiliki target tertentu yang disebut (desired output) z. proses pembelajaran adalah proses iteratif. Setiap iterasi koefisien bobot diubah dan dimodifikasi dengan menggunakan data input yang baru dari data training set. Modifikasi dihitung dengan menggunakan algoritma seperti dijelaskan dibawah ini. Setiap iterasi pembelajaran mulai dengan menggunakan data input dari data pembelajaran. Dengan bobot awal yang dinitialisasi dengan nilai 0 agar lebih mudah atau dengan nilai bilangan random, maka dengan demikian kita bisa menghitung output keluar dari masing-masing neuron sampai keluaran output dari jaringan itu sendiri dalam alur maju. Symbols w (xm)n mewakili bobot yang terkoneksi antara network input x m dan neuron n dalam input layer. Symbols y n mewakili output signal dari neuron n.

23 Ilustrasi proses alur maju Untuk y 1 output dari neuron node pertama, yang terkoneksi dengan dua input x1 dan x2 dapat di hitung seperti dibawah ini. Symbol w (x1)n mewakili bobot koneksi antara input sinyal 1 dan input neuron n pada lapisan berikutnya. Misalnya w (x1)1 artinya bobot pada koneksi dari input node 1 terhubung dengan koneksi dari neuron node 1. maka untuk y 1 dihitung dengan komponen bobot w (x1)1 dari neuron node 1, w (x2)1 dari input sinyal ke 2 Gambar 2.22 Perhitungan keluaran neuron node.1 y = f ( w x + w x ) 1 1 ( x1)1 1 ( x2)1 2 y = f ( w x + w x ) 2 2 ( x1)2 1 ( x2)2 2 y = f ( w x + w x ) 3 3 ( x1)3 1 ( x2)3 2 warna biru menunjukkan alir proses yang terkait dan untuk output neuron pada node 2 y 2 dihitung seperti dibawah ini

24 30 Gambar 2.23 Perhitungan keluaran neuron node.2 Untuk y 3 output node 3 dihitung seperti dibawah ini Gambar 2.24 Perhitungan keluaran neuron node.3 Symbol w mn mewakili bobot koneksi antara output neuron m dan input neuron n pada lapisan berikutnya. Misalnya w 14 artinya bobot pada koneksi dari neuron node 1 terhubung dengan koneksi dari neuron node 4. maka untuk y 4 dihitung dengan komponen bobot w 14 dari neuron node 1, w 24 dari neuron node 2 dan w 34 dari neuron node 3 seperti dibawah ini:

25 31 Gambar 2.25 Perhitungan keluaran neuron node.4 maka untuk y 5 dihitung dengan komponen bobot w 15 dari neuron node 1, w 25 dari neuron node 2 dan w 35 dari neuron node 3 seperti dibawah ini: Gambar 2.26 Perhitungan keluaran neuron node.5 dan terakhir perambatan sinyal melalui lapisan tersembunyi. Menghitung output keluaran jaringan y:

26 32 Gambar 2.27 Perhitungan keluaran neuron node Algoritma Backpropagation dalam Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan Back-Propagation merupakan salah satu algoritma jaringan yang populer pada jaringan syaraf tiruan. Model jaringan ini banyak digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah berkaitan dengan identifikasi, prediksi, pengenalan pola dan sebagainya. Dengan latihan yang berulang-ulang, algoritma ini akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Hal ini berarti bahwa bobot interkoneksi jaringan syaraf tiruan semakin mendekati bobot yang seharusnya. (Penelitian jaringan syaraf tiruan, 1993). Kelebihan lain yang di miliki jaringan syaraf tiruan ini adalah kemampuannya untuk belajar (bersifat adaptif) dan kebal terhadap adanya kesalahan (Fault Tolerance) dengan kelebihan tersebut jaringan syaraf tiruan dapat mewujudkan sistem yang tahan akan kerusakan (robust) dan konsisten bekerja dengan baik. Metode Backpropagation ini pertama kali di perkenalkan oleh Paul Werbos pada tahun 1974, kemudian di kemukakan kembali oleh David Parker di tahun 1982 dan di populerkan oleh Rumelhart dan McCelland pada tahun Pada algoritma backpropagation ini merupakan arsitektur jaringan menggunakan jaringan banyak lapis. Secara garis besar proses pelatihan pada jaringan saraf tiruan di kenal beberapa tipe pelatihan, yaitu Supervised Training, Unsupervised Training, Fixed-Weight Nets. Metode

27 33 pelatihan Backpropagation di kenal dengan Generalize Delta Rule (GDR) yang merupakan supervised training untuk tiap pola input yang terdapat pasangan target output untuk masing-masing pola input. Prinsip kerjanya adalah jika hasil yang diberikan tidak sesuai dengan target yang diinginkan, maka bobot akan dikoreksi kembali agar error semakin berkurang. Pada umumnya tujuan jaringan syaraf tiruan melakukan proses pelatihan adalah untuk mendapatkan balancing antara kemampuan jaringan untuk menanggapi secara benar pola-pola input pada saat pelatihan dan kemampuan untuk memberikan hasil yang layak ataupun hasil dengan error rate yang terendah. Sehingga dalam tahap pelatihan akan di bentuk pembobot yang digunakan sebagai faktor pengali keterkaitan input dengan hasil yang di harapkan. Pada tahap pelatihan ini yang merupakan langkah bagaimana suatu jaringan syaraf itu berlatih, yaitu dengan cara melakukan perubahan bobot, baik bobot sambungan antar input layer dan hidden layer maupun antara hidden layer dan output layer, bila terdapat lebih dari satu hidden layer maka juga terdapat pembobot antar hidden layer itu sendiri. Setelah pelatihan yang cukup, barulah suatu model dengan pembobot tersebut digunakan untuk memecahkan atau meramalkan suatu output.

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan Pendahuluan Otak Manusia Sejarah Komponen Jaringan Syaraf Arisitektur Jaringan Fungsi Aktivasi Proses Pembelajaran Pembelajaran Terawasi Jaringan Kohonen Referensi Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERACANGAN APLIKASI SISTEM PENDETEKSI GANGGUAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN MULTILAYER DENGAN PELATIHAN FEEDFORWARD SKRIPSI

ANALISIS DAN PERACANGAN APLIKASI SISTEM PENDETEKSI GANGGUAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN MULTILAYER DENGAN PELATIHAN FEEDFORWARD SKRIPSI ANALISIS DAN PERACANGAN APLIKASI SISTEM PENDETEKSI GANGGUAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN MULTILAYER DENGAN PELATIHAN FEEDFORWARD SKRIPSI SISKA MELINWATI 061401040 PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN 8 Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Kecerdasan Buatan Pertemuan 11 Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan pertama kali secara sederhana diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Saraf Tiruan (JST) Saat ini, komputer modern dengan teknologi canggih merupakan sebuah kekuatan bagi perkembangan zaman. Meskipun demikian banyak hal yang masih tetap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

TCP dan Pengalamatan IP

TCP dan Pengalamatan IP TCP dan Pengalamatan IP Pengantar 1. Dasar TCP/IP TCP/IP (Transmision Control Protocol/Internet Protocol) adalah sekumpulan protokol komunikasi (protocol suite) yang sekarang ini secara luas digunakan

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994)

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Saraf Biologi Manusia Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks, serta memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS)

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS) JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS) (Artificial Neural Networks) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah JST JST : merupakan cabang dari Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence ) JST : meniru

Lebih terperinci

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER Fakultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang Abstract: Various methods on artificial neural network has been applied to identify

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Jurnal Barekeng Vol. 8 No. Hal. 7 3 (04) ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Analysis of Backpropagation Artificial Neural Network to

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ginjal Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, yang merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT OUTLINE Decision tree learning Jaringan Syaraf Tiruan K-Nearest Neighborhood Naïve Bayes JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Intro Definisi ANN Model Matematis Neuron Fungsi Aktivasi

Lebih terperinci

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc IIS AFRIANTY, ST., M.Sc Sistem Penilaian Tugas dan Keaktifan : 15% Quiz : 15% UTS : 35% UAS : 35% Toleransi keterlambatan 15 menit Handphone: Silent Costume : aturan UIN Laki-laki Perempuan Menggunakan

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi TCP/IP Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol yang dilaksanakan dan dibiayai oleh Defense Advanced Research Project Agency (DARPA). Paket TCP/IP

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Intelligent Systems Pembahasan Jaringan McCulloch-Pitts Jaringan Hebb Perceptron Jaringan McCulloch-Pitts Model JST Pertama Diperkenalkan oleh McCulloch

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

Neural Networks. Machine Learning

Neural Networks. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

TK 2134 PROTOKOL ROUTING TK 2134 PROTOKOL ROUTING Materi Minggu ke-1: Internetworking Devie Ryana Suchendra M.T. Teknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan Semester Genap 2015-2016 Internetworking Topik yang akan dibahas pada pertemuan

Lebih terperinci

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Bandwidth Bandwidth adalah ukuran kapasitas dari sistem transmisi (Comer, 2004) Bandwidth adalah konsep pengukuran yang sangat penting dalam jaringan, tetapi konsep ini memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 79 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola mengelompokkan data numerik dan simbolik (termasuk citra) secara otomatis oleh komputer. Tujuan pengelompokan ini adalah untuk mengenali suatu

Lebih terperinci

Bab III Prinsip Komunikasi Data

Bab III Prinsip Komunikasi Data Bab III Prinsip Komunikasi Data Teknologi Jaringan yang menghubungkan beberapa Komputer baik dalam area kecil maupun besar mempunyai aturan aturan baku atau Prinsip prinsip baku dalam komunikasi data.

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. Halaman Motto. Kata Pengantar.

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. Halaman Motto. Kata Pengantar. DAFTAR ISI Halaman Judul i Lembar Pengesahan Pembimbing ii Lembar Pengesahan Penguji iii Halaman Persembahan iv Halaman Motto v Kata Pengantar vi Abstraksi viii Daftar Isi ix Daftar Gambar xii Daftar Tabel

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON Liza Afriyanti Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 8.1 Komponen Jaringan Syaraf JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 10 11 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi

Lebih terperinci

MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP. Budhi Irawan, S.Si, M.T

MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP. Budhi Irawan, S.Si, M.T MODEL REFERENSI OSI & TCP/IP 1011101010101011101 Budhi Irawan, S.Si, M.T Pendahuluan Model Referensi OSI (Open System Interconnection) merupakan standar dalam protokol jaringan yang dikembangkan oleh ISO

Lebih terperinci

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan

1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan 1. Menggunakan model OSI dan TCP/IP dan protokol-protokol yang terkait untuk menjelaskan komunikasi data dalam network. 2. Mengidentifikasi dan mengatasi problem yang terjadi dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP A. Dasar Teori Apa itu jaringan komputer? Jaringan Komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari dua atau lebih komputer yang saling terhubung satu sama lain melalui media

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Perceptron 2. ADALINE 3. MADALINE 2 Perceptron Perceptron lebih powerful dari Hebb Pembelajaran perceptron mampu menemukan konvergensi terhadap bobot yang

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Ancaman & Keamanan Jaringan Komputer. Rijal Fadilah, S.Si

Ancaman & Keamanan Jaringan Komputer. Rijal Fadilah, S.Si Ancaman & Keamanan Jaringan Komputer Rijal Fadilah, S.Si Tujuan Keamanan Jaringan Komputer Availability / Ketersediaan User yg mempunyai hak akses / authorized users diberi akses tepat waktu dan tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan, dalam suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital gain. Artinya

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rentannya kesalahan yang dapat terjadi oleh pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dalam menganalisa, atau ketika mencoba membangun relasi antar fitur yang berjumlah

Lebih terperinci

MAKALAH PERBEDAAN TCP/IP DENGAN OSI

MAKALAH PERBEDAAN TCP/IP DENGAN OSI MAKALAH PERBEDAAN TCP/IP DENGAN OSI Oleh : Ery Setiyawan Jullev A (07.04.111.00051) Danar Putra P (07.04.111.00035) M.M Ubaidillah (07.04.111.00090) Fakultas Teknik UNIVERSITAS TRUNOJOYO 2009/2010 1 Protokol

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data Melakukan deteksi adanya koneksi fisik atau ada tidaknya

Lebih terperinci

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, jaringan syaraf tiruan telah berkembang dengan pesat. Berbagai aplikasi telah memanfaatkan jaringan syaraf tiruan dalam penerapannya,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rochandi Wirawan (2011), bertujuan untuk melakukan perbandingan terhadap kemampuan dari dua buah protokol

Lebih terperinci

NEURAL NETWORK BAB II

NEURAL NETWORK BAB II BAB II II. Teori Dasar II.1 Konsep Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network) Secara biologis jaringan saraf terdiri dari neuron-neuron yang saling berhubungan. Neuron merupakan unit struktural

Lebih terperinci

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Paramita 1) 1) Program Studi Teknik Informatika STEI ITB, Bandung, email: if14040@studentsifitbacid Abstract MAC adalah fungsi hash satu arah yang menggunakan

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom Outline Konsep JST Model Struktur JST Arsitektur JST Aplikasi JST Metode Pembelajaran Fungsi Aktivasi McCulloch

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

MODEL N EURON NEURON DAN

MODEL N EURON NEURON DAN 1 MODEL NEURON DAN ARSITEKTUR JARINGAN 1 1 Model Neuron Mengadopsi esensi dasar dari system syaraf biologi, syaraf tiruan digambarkan sebagai berikut : Menerima input atau masukan (baikdari data yang dimasukkan

Lebih terperinci

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.1 Tujuan : Memahami konsep dasar routing Mengaplikasikan routing dalam jaringan lokal Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.2 Teori Dasar Routing Internet adalah inter-network dari banyak

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

Tugas Jaringan Komputer

Tugas Jaringan Komputer Tugas Jaringan Komputer Soal 1. Jelaskan perbedaan antara model jaringan OSI dan TCP/IP 2. Jelaskan fungsi tiap layer pada model TCP/IP! 3. Apa yang dimaksud Protocol? 4. Jelaskan tentang konsep class

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Referensi Model OSI & TCP/IP

Referensi Model OSI & TCP/IP 03 Referensi Model OSI & TCP/IP Jaringan Komputer, ST http://afenprana.wordpress.com Sub Pokok Bahasan Latar Belakang Kenapa Perlu Standard Lapisan Model OSI Model TCP/IP 2 Latar Belakang Masalah ketidak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Pengaruh langsung yang dapat diketahui yaitu potensi sumber daya air. Besar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Protokol Komunikasi Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi komunikasi, perpindahan data, serta penulisan hubungan antara dua atau lebih perangkat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB 3: PROTOCOL. Introduction to Networks

BAB 3: PROTOCOL. Introduction to Networks BAB 3: PROTOCOL Introduction to Networks OVERVIEW Overview: OSI Layer TCP/IP Layer OSI (Open System Interconnection) Tentang OSI Layer digunakan untuk menjelaskan cara kerja jaringan komputer secara logika.

Lebih terperinci