KLASIFIKASI GIGI MOLAR DAN PREMOLAR PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLASIFIKASI GIGI MOLAR DAN PREMOLAR PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH"

Transkripsi

1 SEMINAR TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI 2010 KLASIFIKASI GIGI MOLAR DAN PREMOLAR PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH Evan Yofiyanto Agus Zainal Arifin Bilqis Amaliah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember e_freax@cs.its.ac.id, agus.za@its-sby.edu, bilkis@its-sby.edu Abstraksi Sistem pengklasifikasian gigi molar dan premolar pada dental panoramic radiograph bertujuan untuk menyediakan hasil yang dapat digunakan dalam automated dental identification system untuk penggidentifikasian manusia menggunakan dental panoramic radiograph. Sistem ini dikembangkan karena penggidentifikasian manusia untuk kebutuhan forensik berdasarkan gigi yang dilakukan secara tradisional sudah tidak dapat diandalkan lagi seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi dan perawatan gigi. Sistem ini bekerja dengan 4 langkah utama, yaitu radiograph segmentation untuk membagi citra antara bagian gigi dan bagian latar belakangnya. Teeth separation digunakan agar setiap gigi terpisah dari gigi lain di sekitarnya untuk mempersiapkan pengekstraksian fitur. Pengekstraksian fitur dengan metode measurement-based dari setiap gigi dilakukan untuk mendapatkan fitur area dan rasio. Selanjutnya, pengklasifikasian gigi ke dalam kelas molar dan premolar dilakukan dengan menggunakan metode K- Nearest Neighbor. Hasil output dari sistem ini adalah citra dental panoramic radiograph yang telah diberikan tanda M untuk gigi molar dan P untuk gigi premolar. Dari hasil percobaan menggunakan 10 citra yang berisi 81 gigi menunjukkan akurasi sistem yang cukup baik yaitu 74,4% pada k = 9. Kata kunci : klasifikasian gigi, dental panoramic radiograph, measurement-based, ilmu forensik gigi, K-Nearest Neighbor 1. Pendahuluan Forensic radiology adalah bagian dari forensic medicine yang mempelajari tentang pengidentifikasian manusia menggunakan citra radiologi postmortem dari bagian-bagian tubuh yang berbeda termasuk kerangka, tengkorak, dan gigi. Pengidentifikasian dilakukan dengan membandingkan citra postmortem (PM) dengan rekaman antemortem (AM) dari orang yang hilang untuk menemukan rekaman yang serupa. Seorang ahli forensik membutuhkan minimum satu gigi molar pada setiap kuadran untuk dapat melakukan pengidentifikasian. Secara tradisional, identifikasi manusia berdasarkan gigi bergantung pada informasi seperti gigi yang hilang dan kinerja gigi. Saat ini, dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi dan perawatan gigi oleh manusia, metode-metode tersebut sudah tidak dapat diandalkan lagi. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengembangkan metode-metode baru dengan menggunakan fitur dental yang tidak terpisahkan untuk pengidentifikasian [1-2]. Baru-baru ini, perancangan dan pembuatan automated dental identification system (ADIS) untuk pengidentifikasian manusia dengan menggunakan dental radiograph telah dilakukan. ADIS (Automated Dental Identification System) adalah sebuah sistem automatisasi proses untuk pengidentifikasian PM yang telah didesain untuk mencapai hasil pengidentifikasian yang akurat dan tepat waktu dengan interfensi manusia yang minimum [3]. ADIS memanfaatkan dental radiograph yang telah didigitalkan untuk memberikan sebuah daftar pendek dari citra yang cocok untuk ahli forensik gigi. Biarpun demikian, dental radiograph yang digunakan oleh ADIS adalah citra bitewing yang sulit untuk didapatkan PM dari korban [4]. Sistem ini bermanfaat dalam kasus-kasus di mana metode biometrik lainnya untuk pembuktian, diantaranya sidik jari dan iris tidak dapat dipakai lagi seperti dalam kasus korban kebakaran. Untuk membuat sebuah sistem yang benar-benar automatis, perlu diekstraksi fitur-fitur gigi pada citra dental dari orang yang hilang dan menyimpannya dalam sebuah database. Selama penemuan kembali, fitur-fitur untuk setiap gigi pada citra dental yang diproses perlu diekstraksi dan dibandingkan dengan yang ada dalam database. Untuk menemukan citra dental dengan fitur yang sesuai pada database, pencarian dilakukan satu per satu dengan ruang pencarian sebesar jumlah citra AM yang ada pada database. Sehingga, diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengeksplorasi seluruh ruang pencarian. Jika dilakukan pembatasan pada perbandingan gigi dengan gigi yang memiliki jumlah susunan yang sama, hal ini tentu dapat mengurangi ruang pencarian dan meningkatkan kekuatan sistem. Oleh karena itu, diperlukan sebuah system yang dapat mengklasifikasikan gigi molar dan premolar. Gambar 1. Susunan gigi universal pada orang dewasa 1 EVAN YOFIYANTO

2 2. Susunan Gigi Gigi orang dewasa terdiri dari 32 gigi, 16 gigi pada setiap rahang. Terdapat dua rahang yang dibagi ke dalam empat kuadran yang sama dan setiap kuadran terdiri dari delapan gigi, yaitu dua gigi seri (incisor), satu gigi taring (cuspid), dua gigi geraham depan (premolar), dan tiga gigi geraham belakang (molar). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, sistem penomoran menomorkan gigi permanen mulai dari 1 hingga 32. Dimulai dari gigi molar ketiga pada maxilary kanan (#1) melintasi maxilary hingga gigi molar ketiga pada maxilary kiri (#16). Kemudian, dilanjutkan dengan gigi molar ketiga pada mandibular kiri (#17) dan mengelilingi mandibular hingga gigi molar ketiga pada mandibular kanan (#32) [5]. 3. Desain Sistem Secara garis besar, terdapat tiga langkah utama yang harus dilalui yaitu preprocessing citra gigi, ekstraksi fitur, dan pengklasifikasian. Selanjutnya, tiga langkah tersebut diperdetail menjadi lima langkah yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan gigi. Tahap pertama adalah akuisisi citra gigi dari harddisk. Tahap kedua adalah radiograph segmentation yang terdiri dari morphological operation, image enhancement, dan thresholding. Tahap ketiga adalah teeth separation yang terdiri dari integral projection dan spline. Tahap kedua dan ketiga ini disebut sebagai tahap preprocessing citra gigi. Tahap keempat adalah ekstraksi fitur gigi terdiri dari area dan rasio sebagai inti dalam tugas akhir ini. Tahap kelima sebagai langkah terakhir adalah tahap pengklasifikasian gigi dengan metode KNN. Penjelasan lebih detail dari masing-masing proses tadi ada pada bagian subbab selanjutnya. Gambar 2 merupakan gambar diagram blok sistem pengklasifikasian gigi molar dan premolar pada dental panoramic radiograph. Tiga langkah utama proses pengklasifikasian gigi yaitu preprocessing citra gigi, ekstraksi fitur gigi, dan pengklasifikasian gigi ditunjukkan dengan garis putusputus. 4. Preprocessing Citra Gigi Proses radiograph segmentation Tujuan dari proses radiograph segmentation adalah untuk memisahkan bagian gigi dari bagian latar belakangnya. Masukan dari tahap ini adalah citra original dari dental panoramic radiograph sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 3. Langkah pertama dilakukan dengan mengganti nilai piksel dari tambalan gigi yang terlalu tinggi daripada nilai piksel gigi agar tidak mengacaukan proses binarisasi. Selanjutnya, dilakukan morphological operation dengan top-hat dan bottom-hat operator untuk mempertajam kontras citra. Contrast-Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE) digunakan untuk memperbaiki kontras dengan membagi citra menjadi bagian-bagian kecil yang disebut tile. Kontras kemudian diperbaiki pada tingkat lokal pada setiap tile. Selanjutnya, citra dibinarisasikan untuk memisahkan bagian gigi dari bagian latar belakangnya dengan global thresholding menggunakan metode otsu thresholding. Global thresholding yang dilakukan menerapkan Persamaan 1 [6]. Setelah proses binarisasi, bagian gigi masih berkontur kasar dan terdapat obyek-obyek kecil sebagai noise. Oleh karena itu, dilakukan penghalusan kontur. Gambar 4 menunjukkan data keluaran berupa citra binary hasil radiograph segmentation yang siap digunakan untuk proses teeth separation. 1 g x, y) = 0 if if f ( x, y) > T ( (1) Proses teeth separation f ( x, y) T Proses teeth separation dilakukan untuk memisahkan setiap gigi dari gigi di sekitarnya. Terdapat dua kali pemisahan untuk mendapatkan obyek gigi yang terisolasi. Pemisahan pertama adalah memisahkan rahang atas dan rahang bawah dengan menerapkan horizontal integral projection menggunakan Persamaan 2. Pemisahan kedua adalah memisahkan setiap gigi dari gigi di sekitarnya dengan menerapkan vertical integral projection menggunakan Persamaan 3. f(i,j) merupakan sebingkai citra dengan dimensi m x n. Penjumlahan dilakukan terhadap nilai level keabuan setiap piksel pada baris i dan kolom j. (2) (3) Horizontal integral projection bekerja dengan menjumlahkan nilai-nilai piksel secara horizontal dari setiap kolom. Dari hasil penjumlahan tersebut diseleksi sebuah garis horizontal yang berada di sela antara rahang atas dan rahang bawah. Garis tersebut akan menjadi garis inisial dari garis pembatas. Setelah itu, sepanjang garis tersebut dipecah menjadi beberapa stripe untuk mendapatkan bentuk garis yang tepat. Koordinat dari setiap garis yang dipilih dari masingmasing stripe digambar menjadi sebuah kurva dengan spline. Noise yang berupa obyek-obyek kecil dihilangkan dan setiap titik yang dilalui kurva tersebut selanjutnya diganti nilai pikselnya menjadi 0 untuk menjadi garis pembatas antar rahang. Hasil dari proses horizontal integral projection ini adalah citra binary yang telah disertai dengan garis kurva pemisah yang 2 EVAN YOFIYANTO

3 tepat antara rahang atas dan rahang bawah. Citra binary ini selanjutnya akan diproses pada vertical integral projection. Proses yang dilakukan vertical integral projection tidak jauh beda dengan horizontal integral projection. Namun, vertical integral projection ini dilakukan dua kali untuk masing-masing rahang yang telah terpisah dari hasil horizontal integral projection. Vertical integral projection bekerja dengan menjumlahkan nilai-nilai piksel dari setiap baris. Seleksi pada vertical integral projection lebih kompleks dari pada seleksi pada horizontal integral projection. Dari hasil penjumlahan di atas diseleksi setiap garis vertikal yang menjadi kandidat garis inisial pembatas antar gigi. Garis kandidat tersebut kemudian diseleksi kembali dengan menerapkan seleksi adaptif dan memanfaatkan lebar minimum gigi (Toothwidthmin) yang telah didefinisikan dengan nilai 70 untuk mendapatkan garis inisial yang tepat. Selanjutnya, sepanjang garis tersebut dipecah menjadi beberapa stripe untuk mendapatkan bentuk garis yang tepat. Koordinat dari setiap garis yang dipilih dari masing-masing stripe digambar menjadi sebuah kurva dengan spline. Setiap titik yang dilalui kurva tersebut selanjutnya diganti nilai pikselnya menjadi 0 untuk menjadi garis pembatas antar gigi. Integral projection menghasilkan citra binary dengan garis pembatas dari setiap gigi yang bernilai piksel 0. Untuk mempertebal garis tersebut, dilakukan erosi. Sebagai sentuhan akhir adalah penghilangan obyek-obyek kecil yang berupa lubang pada bagian gigi maupun noise di luar bagian gigi. Hasil akhir dari proses teeth separation ini adalah citra binary dengan setiap gigi yang telah terpisah dan siap untuk diekstraksi fiturnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 2. Diagram blok sistem pengklasifikasian gigi molar dan premolar Gambar 3. Citra original sebagai data masukan 5. Ekstraksi Fitur dan Pengklasifikasian Gigi Proses ekstraksi fitur Setelah setiap obyek gigi terisolasi dan terpisah dari gigi lain di sekitarnya, setiap obyek gigi tersebut kemudian diekstraksi fitur-fiturnya dengan metode measurement-based [7]. Sebelum fitur yang diinginkan diekstraksi, terlebih dahulu dilakukan pelabelan terhadap setiap obyek yang telah terisolasi dan seleksi terhadap obyek untuk menghilangkan noise. Noise tersebut dapat berupa gusi yang luput dari proses radiograph segmentation karena memiliki intensitas tinggi maupun bagian kecil gigi yang terpotong karena proses teeth separation yang kurang sempurna. Seleksi dilakukan dengan pendekatan ukuran dengan asumsi luas minimum dari sebuah obyek untuk dikenali sebagai sebuah gigi adalah 6000 piksel persegi sebagaimana yang telah dijelaskan pada batasan masalah. Setiap obyek yang lolos seleksi dan dikenali sebagai obyek gigi selanjutnya diekstraksi fiturnya menggunakan fungsi region properties. Gambar 4. Citra hasil proses radiograph segmentation Gambar 5. Citra hasil proses teeth separation 3 EVAN YOFIYANTO

4 Region properties (regionprops) adalah sebuah fungsi yang dimiliki MATLAB untuk mengukur sekumpulan properti-properti dari setiap region yang telah dilabeli dalam matriks label L. Bilangan integer positif yang merupakan elemen dari L berkorespondensi dengan region yang bersesuaian. Area, panjang major axis, dan panjang minor axis yang digunakan dalam system pengklasifikasian gigi ini merupakan sebagian dari properti yang dihasilkan fungsi regionprops. Dalam fungsi regionprops sebuah obyek direpresentasikan sebagai sebuah region dengan pendekatan bentuk elips. Gambar 6 menunjukkan sebuah region dari kumpulan piksel berwarna putih yang direpsentasikan dengan pendekatan bentuk elips. Pada Gambar 7 terlihat garis biru yang menunjukkan major axis dan minor axis serta titik putih sebagai foci dari bentuk elips tersebut [8]. Fitur yang diekstraksi terdiri dari area yang merupakan luas obyek gigi sebagai pendekatan ukuran dan rasio yang merupakan perbandingan panjang major axis dan minor axis obyek gigi sebagai pendekatan bentuk. (4) Gambar 6. Representasi region dengan pendekatan bentuk elips Proses pengklasifikasian gigi Pada bagian ini dijelaskan tahap akhir dari sistem pengklasifikasian gigi molar dan premolar pada dental panoramic radiograph yaitu tahap pengklasifikasian gigi. Metode pengklasifikasian yang digunakan adalah K-Nearest Neighbor (KNN). K- Nearest Neighbor (KNN) adalah suatu metode yang menggunakan algoritma supervised dimana hasil dari query instance yang baru diklasifikan berdasarkan mayoritas dari kategori pada KNN. Tujuan dari algoritma ini adalah mengklasifikasikan obyek baru bedasarkan atribut dan training sample. Classifier tidak menggunakan model apapun untuk dicocokkan dan hanya berdasarkan pada memori. Diberikan titik query, akan ditemukan sejumlah k obyek atau (titik training) yang paling dekat dengan titik query. Klasifikasi menggunakan voting terbanyak diantara hasil klasifikasi dari k obyek. Algoritma KNN menggunakan klasifikasi ketetanggaan sebagai nilai prediksi dari query instance yang baru. Algoritma metode KNN sangatlah sederhana, bekerja berdasarkan jarak terpendek dari query instance ke training sample untuk menentukan KNN-nya. Training sample diproyeksikan ke ruang berdimensi banyak, dimana masing-masing dimensi merepresentasikan fitur dari data. Ruang ini dibagi menjadi bagian-bagian berdasarkan klasifikasi training sample. Sebuah titik pada ruang ini ditandai kelac c jika kelas c merupakan klasifikasi yang paling banyak ditemui pada k buah tetangga terdekat dari titik tersebut. Dekat atau jauhnya tetangga biasanya dihitung berdasarkan euclidean distance dengan menggunakan Persamaan 4. Dimana matriks D(a,b) adalah jarak skalar dari kedua vektor a dan b dari matriks dengan ukuran d dimensi. Gambar 7. Major axis, minor axis, dan titik foci dari bentuk elips Gambar 8. Delapan titik dalam satu dimensi dan estimasi densitas KNN dengan k = 3 dan k = 5 Gambar 9. KNN mengestimasi densitas dua dimensi dengan k = 5 4 EVAN YOFIYANTO

5 Pada fase training, algoritma ini hanya melakukan penyimpanan vektor-vektor fitur dan klasifikasi data training sample. Pada fase klasifikasi, fitur-fitur yang sama dihitung untuk testing data (yang klasifikasinya tidak diketahui). Jarak dari vektor baru yang ini terhadap seluruh vektor training sample dihitung dan sejumlah k buah yang paling dekat diambil. Titik yang baru klasifikasinya diprediksikan termasuk pada klasifikasi terbanyak dari titik-titik tersebut. Sebagai contoh, untuk mengestimasi p(x) dari n training sample dapat memusatkan pada sebuah sel disekitar x dan membiarkannya tumbuh hingga meliputi k samples. Samples tersebut adalah KNN dari x. Jika densitasnya tinggi di dekat x, maka sel akan berukuran relatif kecil yang berarti memiliki resolusi yang baik. Jika densitas rendah, sel akan tumbuh lebih besar, tetapi akan berhenti setelah memasuki wilayah yang memiliki densitas tinggi. Pada Gambar 8 dan Gambar 9 ditampilkan estimasi densitas satu dimensi dan dua dimensi dengan KNN [9]. Dalam sistem ini, KNN menggunakan nilai euclidean distance yang dihitung antara setiap obyek dari data masukan dan obyek dari database. Setelah itu, dicari obyek sejumlah k yang memiliki nilai euclidean distance terdekat. Nilai k yang digunakan adalah 9 berdasarkan dari eksperimen untuk mendapatkan tingkat akurasi maksimum. Hasil dari proses pengklasifikasian ini adalah data kelas gigi sesuai indeksnya. Kemudian citra masukan dilabeli dengan huruf M (molar) dan P (premolar) sesuai dengan data kelas gigi hasil pengklasifikasian tersebut. 6. Uji Coba dan Evaluasi Uji coba dilakukan dengan menggunakan 10 citra gigi. Secara umum, uji coba dari setiap proses memberikan hasil yang baik. Uji coba dimulai dengan menguji proses akuisis data. Data masukan yang tersimpan pada hardisk lokal dapat dibaca dan ditampilkan pada panel input perangkat lunak. Selanjutnya, dilakukan uji coba proses radiograph segmentation. Pada proses ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan citra masukan dengan citra binary hasil proses radiograph segmentation. Dari hasil perbandingan secara visual, hanya 2 citra saja yang kurang bagus. Dimana terdapat obyek-obyek gigi yang overlap dan ada bagian gigi yang memiliki intensitas rendah dianggap sebagai bagian latar belakang. Hal ini disebabkan adanya tambalan gigi yang berintensitas sangat tinggi sedangkan ada bagian gigi yang berintensitas terlalu rendah mendekati intensitas latar belakang. Sehingga, proses radiograph segmentation menganggap bagian tersebut bukan sebagai bagian gigi. Adapun untuk 8 citra yang lainnya memberikan hasil yang memuaskan dengan terpisahnya bagian gigi yang berwarna putih dengan bagian latar belakang yang berwarna hitam. Evaluasi selanjutnya dilakukan pada hasil uji coba proses teeth separation. Parameter keberhasilan proses ini adalah terbentuknya garis pembatas antara setiap gigi dengan gigi lain di sekitarnya secara tepat. Dari 10 citra yang diuji coba, 2 citra menghasilkan garis pembatas yang kurang tepat berada pada celah antar rahang maupun celah antar gigi. Tentu saja, semua itu disebabkan sebaran intensitas yang membuat hasil dari proses radiograph segmentation kurang sempurna dan menyulitkan pencarian celah untuk dibuat garis pembatasnya pada proses teeth separation ini. Untuk citra yang lainnya, terdapat sedikit kendala untuk gigi molar yang berakar ganda. Pada beberapa kasus, celah diantara kedua akar gigi molar dianggap oleh proses ini sebagai celah antar gigi. Sebenarnya, masalah ini telah berusaha ditangani menggunakan langkah seleksi adaptif dengan memanfaatkan batasan lebar minimum gigi sebesar 70 piksel. Dan sebagian telah berhasil diatasi. Namun, untuk kasus dimana gigi molar memiliki lebar lebih dari dua kali lebar minimum gigi, seleksi adaptif tidak bisa mengatasinya. Jika lebar minimum gigi dinaikkan, masalah tersebut dapat teratasi akan tetapi sebagai risikonya gigi premolar yang memiliki lebar kurang dari lebar minimum gigi tersebut tidak terdeteksi sebagai sebuah obyek gigi. Adapun untuk kasus yang lainnya, garis pembatas dapat memisahkan gigi dengan tepat. Secara garis besar, hasil uji coba proses teeth separation ini menunjukkan metode yang digunakan dapat memisahkan antara setiap gigi dengan gigi lain di sekitarnya dengan cukup efektif. Kemudian, evaluasi dilanjutkan pada hasil uji coba proses ekstraksi fitur gigi. Dengan menggunakan fitur area dan rasio, pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa rata-rata dari kedua fitur tersebut untuk gigi molar dan premolar memiliki interval yang cukup jauh. Untuk rata-rata fitur area, gigi molar berada pada kisaran Sendangkan, gigi premolar berada pada kisaran yang jauh lebih rendah yaitu hampir setengah dari rata-rata fitur area gigi molar dengan nilai Hal ini menunjukkan bahwa gigi molar cenderung lebih luas ukurannya dari pada gigi premolar. Begitu pula dengan fitur rasio. Fitur ini merupakan hasil perbandingan antara tinggi dan lebar gigi. Rata-rata fitur rasio untuk gigi molar berada pada kisaran Sedangkan, gigi premolar berada pada kisaran dengan interval yang cukup tinggi pada nilai Dengan melihat rata-rata fitur rasio dari kedua gigi ini dapat dikatakan bahwa gigi molar memiliki bentuk cenderung bulat dan premolar berbentuk cenderung lonjong. Data-data tersebut membuktikan bahwa uji coba proses ekstraksi fitur gigi telah berjalan dengan baik dan menghasilkan fitur-fitur yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan gigi molar dan premolar. Sebagai evaluasi terakhir, hasil uji coba pengklasifikasian gigi dievaluasi dan menjadi parameter apakah sistem pengklasifikasian gigi molar dan premolar pada dental panoramic radiograph ini menghasilkan data keluaran sesuai dengan harapan. Selain itu, evaluasi ini juga dilakukan untuk 5 EVAN YOFIYANTO

6 mendapatkan lebar minimum gigi yang optimum dan menentukan nilai k optimum untuk mendapatkan akurasi maksimum. Gambar 10 menunjukkan bahwa dari hasil uji coba didapatkan lebar minimum gigi yang optimum berada pada nilai 70. Evaluasi hasil uji coba ini dilakukan dengan membandingkan akurasinya untuk nilai 60 dan 80 menggunakan parameter k = 1. Akhirnya, didapatkan bahwa nilai 70 menghasilkan akurasi terbaik dengan nilai 58.33%. Akurasi tersebut lebih besar dibandingkan dengan akurasi untuk nilai 60 sebesar 55.21% dan 80 sebesar 57.37%. Tabel 1. Rataan fitur area dan rasio dari gigi molar dan premolar Tabel 5.7. Rekapitulasi hasil uji coba proses pengklasifikasian gigi Demikian pula untuk menentukan nilai k optimum. Gambar 11 memperlihatkan perbandingan akurasi dari k = 1 hingga k = 12 dengan menggunakan lebar minimum gigi sebesar 70. Dari perbandingan tersebut dievaluasi dan didapatkan pada nilai k = 9 akurasi mencapai puncak konvergensi dan menghasilkan nilai maksimum 74.44%. Konvergensi akurasi pada nilai k = 9 tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh vektor fitur yang memiliki tingkat densitas rendah. Oleh karena itu, diperlukan nilai k yang cukup tinggi hingga mencapai konvergensi maksimum dan densitas yang tinggi. Nilai akurasi maksimum sebesar 74.44% tersebut didapatkan dari rata-rata nilai akurasi dengan skenario crossvalidation sebagaimana ditunjukan oleh data rekapitulasi hasil uji coba proses pengklasifikasian gigi pada Tabel 2. Dari hasil evaluasi keseluruhan proses yang dijalankan pada sistem pengklasifikasian gigi molar dan premolar pada dental panoramic radiograph ini, dapat dikatakan bahwa metodemetode yang diterapkan pada sistem ini dapat mendukung sistem pengklasifikasian gigi sebagai bagian awal dari sistem pengidentifikasian manusia berdasarkan gigi. 7. Kesimpulan dan Saran Gambar 10. Grafik perbandingan akurasi dari variasi lebar minimum gigi Gambar 11. Grafik perbandingan akurasi variasi k Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan sistem pengklasifikasian gigi molar dan premolar pada dental panoramic radiograph yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Metode gabungan dari morphological operation, image enhancement, dan binarisasi dengan otsu thresholding cukup efektif untuk memisahkan bagian gigi dari bagian latar belakangnya 2. Metode horizontal & vertical integral projection cukup efektif untuk memisahkan setiap gigi dari gigi lain di sekitarnya 3. Pengklasifikasian gigi ke dalam kelas gigi molar (M) dan premolar (P) dengan menggunakan fitur area dan rasio menghasilkan nilai akurasi yang cukup baik yaitu 74,4% pada nilai k = 9 4. Sistem pengklasifikasian gigi ini diharapkan bermanfaat sebagai bagian awal dari ADIS dalam mengidentifikasi manusia untuk kebutuhan forensik. Adapun Saran-saran untuk pengembangan sistem ini lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1. Percobaan dengan menggunakan metode lain pada tahap preprocessing diperlukan agar dapat dibandingkan efektivitasnya dengan metode yang saat ini telah diterapkan 2. Sistem pengklasifikasian gigi molar dan premolar ini menggunakan data masukan berupa dental panoramic radiograph yang telah didigitalkan dengan resolusi 300 dpi sehingga diperlukan perubahan terhadap beberapa nilai parameter untuk menyesuaikan dengan resolusi yang berbeda. 6 EVAN YOFIYANTO

7 8. Daftar Pustaka [1] Zhou, J.D. dan Abdel-Mottaleb, M Automatic Human Identification Based on Dental X-ray Images. Proceedings of the SPIE Conference on Defense and Security Biometric Technology for Human Identification. [2] Abdel-Mottaleb, M., Nomir, O., Nasser, D.E., Fahmy, G., dan Ammar, H.H Challenges of Developing an Automated Dental Identification System. The 64 th IEEE Midwest Symposium on Circuits and Systems. Cairo, Egypt. [3] Ammar, H., Abdel-Mottaleb, M., dan Jain, A Automated Dental Identification System (ADIS). Philadelphia, Pennsylvania, USA. Proceedings of the 8 th Annual International Conference on Digital Government Research: Bridging Discipline & Domains, vol. 228, pp [4] Samopa, F Tooth Shape Measurement on Dental Radiographs for Forensic Personal Identification. Disertation of Department of Information Engineering, Graduate School of Engineering, Hiroshima University. Hiroshima, Japan. [5] Mahoor, M.H. dan Abdel-Mottaleb, M Classification and Numbering of Teeth in Dental Bitewing Images. Elsevier: Pattern Recognition Journal, vol. 38, pp [6] Gonzalez, R.C. dan Woods, R.E Digital Image Processing Using MATLAB. New Jersey, USA: Pearson Prentice-Hall, Pearson Education, Inc. [7] Tao, Y. dan Grosky, W.I. Delaunay Triangulation for Image Object Indexing: A Novel Method for Shape Representation. Detroit, Miami, USA. Department of Computer Science, Wayne State University. [8] Regionprops, <URL: /access/helpdesk/help/toolbox/images/regionprops. html>. [9] Duda, R.O., Hart, P.E., dan Stork, D.G Pattern Classification Second Edition. New York, USA: Wiley-Interscience. 7 EVAN YOFIYANTO

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Nur Nafi iyah 1, Yuliana Melita, S.Kom, M.Kom 2 Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: nafik_unisla26@yahoo.co.id 1, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

PEMISAHAN GIGI PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRAL PROJECTION YANG DIMODIFIKASI

PEMISAHAN GIGI PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRAL PROJECTION YANG DIMODIFIKASI Vol. 6, No. 2, Juli 2011 ISSN 0216-0544 PEMISAHAN GIGI PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRAL PROJECTION YANG DIMODIFIKASI a Bilqis Amaliah, b Anny Yuniarti, c Anindita Sigit Nugroho,

Lebih terperinci

PEMISAHAN GIGI PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRAL PROJECTION YANG DIMODIFIKASI

PEMISAHAN GIGI PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRAL PROJECTION YANG DIMODIFIKASI Vol. 6, No. 2, Juli 2011 ISSN 0216-0544 PEMISAHAN GIGI PADA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRAL PROJECTION YANG DIMODIFIKASI a Bilqis Amaliah, b Anny Yuniarti, c Anindita Sigit Nugroho,

Lebih terperinci

Sistem Klasifikasi dan Penomoran Posteriror Dental Radiography Menggunakan Support Vector Machine dengan Fitur Mesiodistal Neck

Sistem Klasifikasi dan Penomoran Posteriror Dental Radiography Menggunakan Support Vector Machine dengan Fitur Mesiodistal Neck JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Sistem Klasifikasi dan Penomoran Posteriror Dental Radiography Menggunakan Support Vector Machine dengan Fitur Mesiodistal Neck Ahmad Mustofa Hadi, Agus

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENYAKIT LEUKIMIA AKUT PADA CITRA DARAH MIKROSKOPIS

IDENTIFIKASI PENYAKIT LEUKIMIA AKUT PADA CITRA DARAH MIKROSKOPIS ORBITH VOL. 12 NO. 1 MARET 2016 : 29 34 IDENTIFIKASI PENYAKIT LEUKIMIA AKUT PADA CITRA DARAH MIKROSKOPIS Oleh: Indah Susilawati Staf Pengajar Program Studi Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

Perbaikan Citra X-ray Gigi Menggunakan Contrast Stretching

Perbaikan Citra X-ray Gigi Menggunakan Contrast Stretching Perbaikan Citra X-ray Gigi Menggunakan Contrast Stretching Ima Kurniastuti 1, Tri Deviasari Wulan 1, I Ketut Eddy Purnama 2, Mauridhi Hery Purnomo 2, Margareta Rinastiti 3, Fatmala Agustina 1 1 Sistem

Lebih terperinci

K NEAREST NEIGHBOR INFORMATION RETRIEVAL (SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI)

K NEAREST NEIGHBOR INFORMATION RETRIEVAL (SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI) K NEAREST NEIGHBOR INFORMATION RETRIEVAL (SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI) Disusun Oleh : Alfian Sukma 081116007 Dian Ramadhan 081211631003 Bagus Puji Santoso 081211631061 Tiara Ratna Sari 081211632014 Ni

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Review Paper Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Agus Zainal Arifin a,*, Akira Asano b a Graduate School of Engineering, Hiroshima University, 1-4-1 Kagamiyama,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 DETEKSI KEMUNCULAN BULAN SABIT MENGGUNAKAN METODE CIRCULAR HOUGH TRANSFORM ARTIKEL Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program

Lebih terperinci

Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN)

Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN) Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN) Iman Ilmawan Muharam Manajemen Sistem Informasi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat ilmawan@sta.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL Andi Hendra 1 1 Jurusan Matematika MIPA Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian pengolahan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN EDGE DETECTION PADA SISTEM PENGENALAN HURUF KAPITAL TULISAN TANGAN

PENGARUH PEMAKAIAN EDGE DETECTION PADA SISTEM PENGENALAN HURUF KAPITAL TULISAN TANGAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH PEMAKAIAN EDGE DETECTION PADA SISTEM PENGENALAN HURUF KAPITAL TULISAN TANGAN (The Influence of Edge Detection Use on Capital Letter Hand Writing Recognition System)

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA

IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA IMAM SUBEKTI 2209106021 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng. Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST, MT. Latar

Lebih terperinci

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson Veronica Lusiana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email: verolusiana@yahoo.com Abstrak Segmentasi citra sebagai

Lebih terperinci

Identifikasi Sel Darah Berbentuk Sabit Pada Citra Sel Darah Penderita Anemia

Identifikasi Sel Darah Berbentuk Sabit Pada Citra Sel Darah Penderita Anemia Identifikasi Sel Darah Berbentuk Sabit Pada Citra Sel Darah Penderita Anemia Imam Subekti, I Ketut Eddy Purnama, Mauridhi Hery Purnomo. Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Penelitian ini mengidentifikasi

Lebih terperinci

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan Teady Matius Surya Mulyana tmulyana@bundamulia.ac.id, teadymatius@yahoo.com Teknik Informatika Universitas Bunda Mulia Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

SISTEM PENGENAL ARAH PANDANG MATA PADA PENGENDARA MOBIL

SISTEM PENGENAL ARAH PANDANG MATA PADA PENGENDARA MOBIL SISTEM PENGENAL ARAH PANDANG MATA PADA PENGENDARA MOBIL Deny Christian, Ivanna K. Timotius, Iwan Setyawan SISTEM PENGENAL ARAH PANDANG MATA PADA PENGENDARA MOBIL Deny Christian 1, Ivanna K. Timotius 2,

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION

PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION Jurnal Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 29 PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION Raden Sofian Bahri 1, Irfan Maliki 2 1,2 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Text Mining Text Mining merupakan penerapan konsep dan teknik data mining untuk mencari pola dalam teks, proses penganalisaan teks guna menemukan informasi yang bermanfaat untuk

Lebih terperinci

Deteksi Kualitas Pemasangan Ubin Berbasis Ekstraksi Ciri Bunyi Dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbor

Deteksi Kualitas Pemasangan Ubin Berbasis Ekstraksi Ciri Bunyi Dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbor Deteksi Kualitas Pemasangan Ubin Berbasis Ekstraksi Ciri Bunyi Dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbor Regha Julian Pradhana 1,*, Bambang Hidayat 1, Ratri Dwi Atmaja 1 1 Fakultas Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL Veronica Lusiana 1, Budi Hartono 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER ACHMAD FAHRUROZI 1 1 Universitas Gunadarma, achmad.fahrurozi12@gmail.com Abstrak Masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH Rikko Ismail Hardianzah 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik

Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA (JITIKA) Vol.11, No.1, Februari 2017 ISSN: 0852-730X Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik Nur Nafi

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap 2016/2017 Definisi Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Shabrina Mardhi Dalila, Handayani Tjandrasa, dan Nanik

Lebih terperinci

100% Akurasi = (11) Lingkungan Pengembangan

100% Akurasi = (11) Lingkungan Pengembangan Algoritme Dekomposisi Wavelet Dekomposisi wavelet Haar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Transformasi linear digunakan untuk mengubah ruang warna secara linear menjadi warna dasar. Karena citra yang

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS Bab ini akan menjelaskan tahap uji coba dan analisis dari metode pengenalan manusia dengan menggunakan citra dental radiograph. Pembahasan akan meliputi data uji coba, skenario

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR Eko Subiyantoro, Yan Permana Agung Putra Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain

Lebih terperinci

Apa itu is K-Nearest Neighbor (KNN) Algorithm?

Apa itu is K-Nearest Neighbor (KNN) Algorithm? K-Nearest Neighbor Pendahuluan K-Nearest Neighbour atau KNN adalah salah dari algoritma instance based learning atau case-based reasoning. Definisi case based reasoning: KNN digunakan dalam banyak aplikasi

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE Widodo Muda Saputra, Helmie Arif Wibawa, S.Si, M.Cs, dan Nurdin Bahtiar, S.Si, M.T Fakultas Sains dan Matematika, Jurusan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL Rudy Adipranata Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya. Telp. (031) 8439040

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi. dalam contoh ini variance bernilai 2000 I p I t 2 = (200-150) 2 + (150-180) 2 + (250-120) I p I t 2 = 28400. D p (t) = exp(-28400/2*2000) D p (t) = 8.251 x 10-4. Untuk bobot t-link {p, t} dengan p merupakan

Lebih terperinci

Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG)

Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG) Ni Luh Made Asri Mulyasari,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Automatic Thresholding dalam Pemrosesan Citra Batupasir Berea

Analisis Pengaruh Automatic Thresholding dalam Pemrosesan Citra Batupasir Berea Analisis Pengaruh Automatic Thresholding dalam Pemrosesan Citra Batupasir Berea Chris Evan Sebastian 1,a), Chandra Winardhi 1,b), Fourier Dzar Eljabbar Latief 1,c) 1 Laboratorium Fisika Batuan, Kelompok

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B Heri Setiawan, Iwan Setyawan, Saptadi Nugroho IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kain batik merupakan ciri khas dari bangsa I

corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kain batik merupakan ciri khas dari bangsa I Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Menampilkan Deskripsi Mengenai Batik dan Pola Citra Batik Berdasarkan Segmentasi Objek Maulana Sutrisna, maulanasutrisna@gmail.com Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 2 Prinsip pencarian: (a) struktur dan area-area pencarian, (b) jumlah dari garis-garis sampling (Sumber: (Kirchgeβner et al. 2002).

Gambar 2 Prinsip pencarian: (a) struktur dan area-area pencarian, (b) jumlah dari garis-garis sampling (Sumber: (Kirchgeβner et al. 2002). 6 kebanyakan informasi tentang suatu garis tepi objek akan berada pada frekuensi rendah dari transformasi Fourier diskret (Petković & Krapac 2002). Pada penerapan ekstraksi venasi daun, inisialisasi parameter

Lebih terperinci

DEKOMPOSISI MORFOLOGI BENTUK BINER DUA DIMENSI MENJADI POLIGON KONVEKS DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK

DEKOMPOSISI MORFOLOGI BENTUK BINER DUA DIMENSI MENJADI POLIGON KONVEKS DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK DEKOMPOSISI MORFOLOGI BENTUK BINER DUA DIMENSI MENJADI POLIGON KONVEKS DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK Nanik Suciati, Rosdiana Rahmawati Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Implementasi Teori Graf Dalam Masalah Fingerprint Recognition (Pengenalan Sidik Jari)

Implementasi Teori Graf Dalam Masalah Fingerprint Recognition (Pengenalan Sidik Jari) Implementasi Teori Graf Dalam Masalah Fingerprint Recognition (Pengenalan Sidik Jari) Amalfi Yusri Darusman Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, jalan Ganesha 10 Bandung, email : if17023@students.if.itb.a.c.id

Lebih terperinci

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data.

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. 6 2.Landasan Teori 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. Informasi Multi Media pada database diproses untuk mengekstraksi fitur dan gambar.pada proses pengambilan, fitur dan juga atribut atribut

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

BAB III METODE YANG DIUSULKAN

BAB III METODE YANG DIUSULKAN BAB III METODE YANG DIUSULKAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode pengenalan manusia dengan menggunakan citra dental radiograph yang diusulkan oleh peneliti. Pengenalan ini akan dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen, dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 3.1 Pengumpulan Data Tahap ini merupakan langkah awal dari penelitian. Dataset

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Forensik Odontologi Forensik odontologi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi

Lebih terperinci

Deteksi Citra Objek Lingkaran Dengan Menggunkan Metode Ekstraksi Bentuk Circularity

Deteksi Citra Objek Lingkaran Dengan Menggunkan Metode Ekstraksi Bentuk Circularity 54 Integer Journal, Vol 1, No 1, Maret 2016: 54-59 Deteksi Citra Objek Lingkaran Dengan Menggunkan Metode Ekstraksi Bentuk Circularity Hendro Nugroho Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

YOGI WARDANA NRP

YOGI WARDANA NRP PENGEMBANGAN ALGORITMA SISTEM IDENTIFIKASI MATA MANUSIA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE GABOR PADA PERALATAN AOI ( AUTOMATED OPTICAL INSPECTION ) YOGI WARDANA NRP. 2107 100 115 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI K NEAREST NEIGHBOR (KNN) PADA KLASIFIKASI ARTIKEL WIKIPEDIA INDONESIA

IMPLEMENTASI K NEAREST NEIGHBOR (KNN) PADA KLASIFIKASI ARTIKEL WIKIPEDIA INDONESIA IMPLEMENTASI K NEAREST NEIGHBOR (KNN) PADA KLASIFIKASI ARTIKEL WIKIPEDIA INDONESIA Erik Hardiyanto 1, Faisal Rahutomo 2, Dwi Puspitasari 3 Jurusan Teknologi Informasi, Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

Analisis dan Simulasi Sistem Penilaian Kualitas Gaya Berjalan untuk Sekolah Model Berbasis Video Processing dengan Metode Variable Module Graph

Analisis dan Simulasi Sistem Penilaian Kualitas Gaya Berjalan untuk Sekolah Model Berbasis Video Processing dengan Metode Variable Module Graph Analisis dan Simulasi Sistem Penilaian Kualitas Gaya Berjalan untuk Sekolah Model Berbasis Video Processing dengan Metode Variable Module Graph Ines Visyeri Yuliani 1,*, Bambang Hidayat 1, Suci Aulia 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Digital [3] Citra atau gambar didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y), di mana x dan y adalah koordinat bidang datar, dan harga fungsi f di setiap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Bidang perindustrian merupakan salah satu bidang yang juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi, walaupun pada beberapa bagian, mas

1. PENDAHULUAN Bidang perindustrian merupakan salah satu bidang yang juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi, walaupun pada beberapa bagian, mas PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK BERDASARKAN EKSTRAKSI FITUR TEKSTUR STATISTIK Yogi Febrianto yoefanto@gmail.com Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

Pengenalan Objek Berdasarkan Warna Merah Menggunakan Metode Subtraction dan Blobanalysis Pada Canal Rgb Melalui Real-Time Video

Pengenalan Objek Berdasarkan Warna Merah Menggunakan Metode Subtraction dan Blobanalysis Pada Canal Rgb Melalui Real-Time Video Pengenalan Objek Berdasarkan Warna Merah Menggunakan Metode Subtraction dan Blobanalysis Pada Canal Rgb Melalui Real-Time Video Abstrak Mochamad Faisol Baharun¹, T.Sutojo, SSi., M.Kom² Program Studi S1

Lebih terperinci

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA :38:54

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA :38:54 Rekonstruksi Citra pada Super Resolusi menggunakan Projection onto Convex Sets (Image Reconstruction in Super Resolution using Projection onto Convex Sets) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION J~ICON, Vol. 3 No. 2, Oktober 2015, pp. 89 ~ 95 89 IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION Rini Miyanti Maubara 1, Adriana Fanggidae

Lebih terperinci

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE Fiqih Ismawan Dosen Program Studi Teknik Informatika, FMIPA Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM

PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM Danny Ibrahim 1, Achmad Hidayatno 2, R. Rizal Isnanto 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET

SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET Tutuk Indriyani, Agus Zainal Arifin, dan Rully Soelaiman Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ Kepada JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK STIKOM BALIKPAPAN LEMBAR PERSETUJUAN Proposal Skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu komputer dalam bidang medis sekarang ini sudah sangat maju. Banyak penelitian yang dilakukan untuk membantu dokter dalam menganalisis suatu penyakit,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED Imam Abdul Hakim 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Komang Budiarta,

Lebih terperinci

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA Dina Indarti Pusat Studi Komputasi Matematika, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f(x,y) dua dimensi, dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra Abstrak Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra R. Febriani, Suprijadi Kelompok Keahlian Fisika Teoritik Energi Tinggi dan Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION Ahmad Saikhu, Nanik Suciati, Widhiantantri S. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING UNTUK MENDETEKSI CACAT PADA PRODUKSI PELURU

PENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING UNTUK MENDETEKSI CACAT PADA PRODUKSI PELURU PENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING UNTUK MENDETEKSI CACAT PADA PRODUKSI PELURU Oleh: Amilia Khoiro Masruri 1210 100 029 Dosen Pembimbing: Dr. Budi Setiyono, S.Si, MT JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS Yudis Anggara Putra Chastine Fatichah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2)

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2) Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2) ISSN : 1693 1173 Abstrak Pengenalan obyek pada citra merupakan penelitian yang banyak dikembangkan. Salah satunya pengenalan

Lebih terperinci

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS Bab ini tersusun atas penjelasan hasil uji coba terhadap Sistem Pencocokan Dental yang dikembangkan beserta analisis hasil uji coba. Pengujian dan analisis dilakukan untuk

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD Murinto, Resa Fitria Rahmawati Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Interpolasi Terhadap Fitur Statistik pada Citra

Analisis Kualitas Interpolasi Terhadap Fitur Statistik pada Citra Analisis Kualitas Interpolasi Terhadap Fitur Statistik pada Citra Meirista Wulandari Jurusan Teknik Elektro, Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia meiristaw@ft.untar.ac.id Diterima 10 Desember 016

Lebih terperinci

Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector Machine

Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector Machine JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-346 Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci