BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa kesadaran yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwanto &Wartonah, 2006). Tidur terjadi secara alamia, dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh. Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek sepertipelupa, konfusi, dan disorientasi. Secara psikologis, tidur memungkinkan seseorang utnuk mengalami perasaan sejahtera serta energi psikis dan kewaspadaan untuk menyelesaikan tugas-tugas (Tomb, 2002) Jenis-Jenis Tidur Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement-REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement-NREM) :

2 1.Tidur REM Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyeyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai dengan mimpi, otototot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat, sekresi lambung meningkat, ereksi penis, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan pernafasan tidak teratur. Gejala-gejala yang terlihat ketika mengalami kehilangan tidur REM yaitu cenderung hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan emosi, nafsu makan bertambah, bingung, dan curiga (Asmadi, 2008) 2.Tidur NREM Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat. Tidur NREM memiliki empat tahap sebagai berikut : a. Tahap 1 Tahap I ini merupakan tahap transisi di mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kri dan ke kanan, kecepatan jantung dan voluntasi gelombang-gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah (Asmadi, 2008).

3 b. Tahap II Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul gelombang beta yang berfrekuensi siklus/detik. Gelombang-gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Tahap II ini berlangsung sekitar menit (Asmadi, 2008) c. Tahap III Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatik. Pada EEG memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi sirklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan (Asmadi, 2008). d. Tahap IV Tahap IV merupakan tahap tidur di mana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit dibangunkan. Pada EEG, tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2 siklus/detk. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh (Asmadi, 2008).

4 Tahap tidur NREM NREM NREM NREM Tahap 1 Tahap 2 Tahp 3 Tahap 4 Tidur REM NREM NREM Tahap 2 Tahap 3 Gambar 2.1 Tahapan sirklus tidur lansia (Potter & Perry, 2010) 2.2 Lanjut Usia 2.2.1Pengertian Menua Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimuali sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2012) Pengelompokan Lanjut Usia Menurut WHO lanjut usia dibagi dalam tahap yaitu : 1. Usia pertengahan (middle age) tahun 2. Lanjut usia (elderly) tahun 3. Lanjut usia tua tahun 4. Usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2012)

5 2.2.3Teori Penuaan Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial. 1. Teori Biologis Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur pengembangan, panjang usia dan kematian. Teori biologis terdiri dari : 1. Teori Genetika Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama di pengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia ditentukan sebelumnya (Stanley & Beare, 2006). 2. Teori Wear-and-Tear Teori Wear-and- Tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintensis DNA, sehingga mendorong malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Sebagai contoh adalah radikal bebas, radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindug pada kondisi normal (Stanley & Beare, 2006).

6 3. Riwayat Lingkungan Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma, dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan (Stanley & Beare, 2006). 4.Teori Imunitas Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan meraka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi (Stanley & Beare, 2006). 5.Teori Neouroendokrin Para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang teratur oleh sistem saraf(stanley & Beare, 2006). 2. Teori Psikososiologis Teori psikososiologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan prilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Beberapa teori tentang psikososiologis yaitu :

7 1.Teori Kepribadian Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Penuaan yang sehat tidak bergantung pada jumlah aktifitas sosial seseorang, tetapi pada bagaimana kepuasan orang tersebut dengan aktifitas sosial yang dilakukan (Stanley & Beare, 2006). 2. Teori Tugas Perkembangan Tugas perkembangan adalah aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada kehidupan tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Tugas utama lansia adalah mampu memperlihatkan kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi ini tidak hanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa (Stanley & Beare, 2006). 3.Teori Disengagement Teori disengagment (teori pemutusan hubungan), menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi lebih muda (Stanley & Beare, 2006).

8 4. Teori Aktivitas Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan orang lain. Kesempatan untuk berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi kehidupan dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia (Stanley & Beare, 2006). 5.Teori Kontinuitas Teori kontiunitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagian dan terpenuhinya kebutuhan diusia tua (Stanley & Beare, 2006). 2.3 Kualitas Tidur 2.3.1Perubahan Tidur Pada Lansia Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan. Pada lansia pola tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkinmengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari (Asmadi, 2008). Pada lansia lebih dari 90% yang berusia 65 tahun atau lebih melaporkan mempunyai masalah dengan tidur. Episode tidur REM cenderung meningkat.

9 Adanya penurunan progresif dalam tahap III dan IV NREM, beberapa lansia hampur tidak memiliki tidur tahap I atau tidur nyeyak. Seorang lansia terbangun lebih sering pada malam hari dan memerlukan banyak waktu agar dapat tidur kembali. Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin terjaga di malam hari (Potter & Perry, 2010) Kualitas Tidur Pada Lansia Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah tersinggung dan gelisah, lesi dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah (Hidayat, 2006). Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tidur dan untuk mndapatkan jumlah yang cukup untuk tidur REM dan NREM (Kozier, 2004). Kualitas tidur meliputi kualitas tidur subjektif, Ketenangan tidur, lamanya tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari selama 1 bulan terakhir (Smyth, 2010). Ketenagan tidur merupakan waktu yang diperlukan untuk memulai tidur pada malam hari, normalnya seseorang akan mencapai tidur kurang dari 15 menit setelah merebahkan diri ke tempat tidur (Smyth, 2010). Pola tidur berdasarkan tingkat perkembangan usianya, lansia memiliki tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% Tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari (Asmadi, 2008). Beberapa individu melakukan latihan relaksasi untuk membantu mereka agar dapat tidur dan instruksi untuk membantu mereka mengembangkan

10 kebiasaan tidur yang baik diantaranya : bangun pada jam yang sama pada setiap hari, menghindari berbagai aktivitas menjelang tidur yang tidak sejalan dengan tidur itu sendiri (Davidson & Kring, 2006). Beberapa lansia mengalami penurunan kualitas tidur yang dipicu oleh gangguan dengan gejala sering terjaga pada malam hari, sering kali terbangun pada dini hari, dan sulit untuk tertidur. Gangguan tidur pada lansia terdiri dari gangguan tidur insomnia primer, hipersomnia, narkolepsi, dan gangguan tidur apnea (Davidson & Kring, 2006). Penggunaan obat tidur mengubah pola tidur dan menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalh bagi individu. Obat yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Obat golongan antidepresan diantaranya benzodiazepin dan amfetamin merupakan obat yang membantu seseorang yang mengalami kesulitan tidur. Lansia mengkonsumsi berbagai obat untuk mengontrol dan mengobati penyakit kronik dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat menganggu tidur (Potter & Perry, 2010). Disfungsi siang hari pada lansia dirasakan berupa rasa lelah yang amat sangat di siang hari, rasa mengantuk di siang hari, dan tertidur sewaktu melakukan aktifitas di siang hari (Smyth, 2010). Kualitas tidur dapat dianalisis melalui pemeriksaan elektroensofalogram EEG, gerakan mata dan gerakan otot. Pada Tahap terjaga, EEG menunjukan voltase rendah, dengan gelombang acak dan cepat. Ada beberapa tipe gelombang dalam EEG yaitu gelombang alfa, betha, teta dan delta (Stanley, 2006).

11 Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tandatanda kekurangan tidur atau tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tandatanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Tanda fisik berupa ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi, tanda keletihan seperti pengelihatan kabur. Sedangkan tanda psikologisnya menarik diri, apatis, dan respon menurun, mudah tersinggung dan gelisah (Hidayat, 2006). Adapun kuesioner yang digunakan utuk menilai kualitas tidur dengan ThePittsburgh sleep quality index (PSQI). PQSI mempunyai 7 item yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur subjektif, Ketenangan tidur, lamanya tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari selama 1 bulan terakhir. Penilaian dengan skala PQSI ini menggunakan kunci scoring untuk keseluruhan pasien berkisar 0 sampai 3. Semua nilai dihitung dan menghasilkan nilai keseluruhan taun global yang berkisar 0 sampai 21. Nilai keseluruhan 5 atau lebih yang menunjukan kualitas tidur yang buruk, semakin tinggi nilai maka semakin buruk kualitas tidur (Smyth, 2007). 2.4 Gangguan Tidur Gangguan Tidur Pada Lansia Gangguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umumnya menyebabkan tidur terganggu (Potter & Perry, 2010). Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami atau mempunyai

12 resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau menganggu gaya hidup yang diinginkan (Hidayat, 2006). Beberapa jenis gangguan tidur yang ditemukan pada lansia diantaranya adalah insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, apnea, dan mendengkur. Berikut penjelasan tentang beberapa gangguan tidur : 1. Insomnia Primer Insomnia adalah salah satu gangguan tidur paling banyak dijumpai (Durad & Barlow, 2007), yang terjadi selama paling sedikit satu bulan dan tidak ada sebab yang jelas. Adapun identifikasi polanya : Kesulitan pada waktu masuk tidur (insomnia onset), kesulitan untuk tetap tidur (sering terbangun), bangun tidur terlalu awal (insomnia terminal). Karena insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus diberikan pada faktor-faktor biologis, emosional, dan medis yang berperan, juga pada kebiasaan tidur yang buruk, insomnia terdiri dari tiga jenis yaitu: a. Jangka Pendek Berakhir beberapa minggu dan muncul akibat pengalaman stres yang bersifat sementara seperti kehilangan orang yang dicintai, tekanan di tempat kerja, atau takut kehilangan pekerjaan. Biasanya kondisi ini dapat hilang tanpa intervensi medis setelah orang tersebut beradaptasi terhadap stresor (Stanley, 2007).

13 b. Sementara Episode malam gelisah yang tidak sering terjadi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti jet lang, kontruksi bangunan yang bising, atau pengalaman yang menimbulkan ansietas (Stanley, 2007). c. Kronis Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kebiasaan tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan obat tidur berlebihan, gangguan jadwal tidur bangun, dan masalah keadaan lainnya. Empat puluh persen insomnia kronis disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur, sindrom kaki gelisah, atau nyeri kronis karena artritis. Insomnia kronis biasanya memerlukan intervensi psikiatrik atau medis (Stanley, 2007). 2.Hipersomnia Primer Insomnia melibatkan tidur yang tidak cukup, sedangkan hipersomnia adalah masalah terlalu banyak tidur. Banyak orang yang tidur sepanjang malam dan beberapa kali tidur di siang hari berikutnya (Durad & Barlow, 2007). Pasien dengan hipersomnia primer tidur selama jam pada malam hari dan tampak mengantuk dan tidur disiang hari. Hipersomnia sering kali mulai pada usia remaja akhir, hasil pemeriksaan poligrafik khas, tidak normal. Terdapat pada sekitar 1%- 2% populasi. Tidur sering kali merupakan suatu bentuk pelarian stres. Depresi juga dapat timbul, tetapi tidak khas, tidak seperti depresi yang terdapat pada hipersomnia yang berhubungan dengan gangguan mental lainnya (Tomb, 2003).

14 3.Narkolepsi Narkolepsi merupakan suatu gangguan yang lama/kronis (syarat minimum untuk mendiagnosis adalah 3 bulan) dari suatu episode tidur disiang hari yang singkat, sering dan menyegarkan, dan biasanya timbul menjelang pubertas, mempunyai komponen genetik (10% pada keturunan pertama, % mempunyai antigen histokompatibilitas yang spesifik HLA, mempunyai frekuensi sekitar 1 dalam 2000 (0,05%), dan mempunyai gejala sebagai berikut : a. Serangan tidur Di siang hari, pasien tertidur dalam detik atau menit (aktivitas REM pada EEG) di siang hari walaupun berusaha untuk tetap sadar. Biasanya pasien tertidur selama menit dan bangun dengan perasaan segar, dan serangan ini dapat terjadi satu kali sampai selusin episode dalam sehari. Serangan paling sering terjadi pada saat pasien dalam keadaan tenang (slow times), tetapi dapat pula terjadi ketika pasien dalam keadaan aktif dan sibuk dan kondisi ini dapat menimbulkan perasaan malu ataupun kondisi yang berbahaya (Tomb, 2003). b.katapleksi Terjadi pada 70% pasien. Kehilangan tonus otot tiba-tiba, biasanya otot wajah atau leher, tetapi kadang-kadang dapat terjadi kolaps fisik yang menyeluruh, terutama dipicu oleh adanya emosi yang kuat (kemarahan, tertawa). Serangan biasanya bertahan sampai beberapa detik dan mungkin minggu berikutnya terjadi lagi. Pasien dalam keadaan sadar sepenuhnya (Tomb, 2003).

15 c.halusinasi hipnagogik Terjadi pada 30% pasien. Keadaan seperti mimpi dan sering mengalami halusinasi atau pengelihatan yang menakutkan (REM pada EEG) yang terjadi saat pasien tertidur (atau saat bangun hipnopomipik) (Tomb, 2003). d. Paralisis tidur Terjadi pada 25% pasien. Paralisis yang flaksid, menyeluruh, dan mengerikan yang berakhir dalam beberapa detik pada saat paseien sadar penuh, baik sedang dalam keadaan bangun ataupun sedang tertidur. Kondisi ini mungkin hilang secara spontan atau jika pasien disentuhatau namanya dipanggil (Tomb, 2003). 4. Apnea Apnea tidur adalah terhentinya pernapasan selama tidur. Gangguan ini diidentifikasi dengan gejala mendengkur, berhenti pernapasan minimal 10 detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Selama tidur, pernapasan dapat berhenti paling banyak 300 kali, dan episode apnea dapat berakhir dari 10 sampai 90 detik. Pria dewasa dengan riwayat mendengkur yang keras dan intermiten, yang juga obesitas dengan leher yang pendek dan besar biasanya berisiko mengalami apnea tidur. Gejala apnea tidur antara lain adalahdengkuran yang keras dan periodik, aktifitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam tidur, terjatuh dari tempat tidur, gangguan tidur dengan sering terbangun di malam hari (noctural waking), perubahan memori, depresi, rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, nocturia, sakit kepala di pagi hari, ortopnea akibat apnea tidur(stanley, 2007)

16 Ada 3 macam apnea, masing-masing dengan penyebab, keluhan di siang hari dan penangananya yang berbeda, yaitu : a. Apnea yang obstruktif Apnea tidur obstruktif (Obstructive sleep apnea) terjadi bila aliran udara berhenti meskipun aktifitas sistem pernapasan sendiri terus berjalan. Penderita OSA dilaporkan mendengkur di malam hari. Obesitas kadang-kadang berhubungan dengan masalah ini, demikian juga umur. b.sentral Apnea tidur sentral (central sleep apnea) melibatkan penghentian aktifitas bernapas secara total selama jangka waktu pendek dan sering kali berhubungan dengan gangguan sistem saraf pusat tertentu seperti penyakit serebral vaskuler, trauma kepala, dan gangguan-gangguan degeneratif. c.campuran Apnea tidur campuran (Mixed sleep apnea) adalah kombiasi antara apnea tidur obstruktif dan sentral. Semua kesulitan ini menggangu tidur dan menimbulkan gejala-gejala yang serupa dengan gejala-gejala insomnia (Durand & Barlow, 2007). 5. Gangguan Tidur Ritme Sirkadian Gangguan ini ditandai oleh tidur terusik (baik insomnia atau perasaan mengantuk yang eksesif di siang hari bolong) yang disebabkan oleh ketidakmampuan otak untuk mensinkronkan pola tidurnya dan pola malam yang berlaku saat ini. Kesinkronan dengan sirklus terjaga dan tidur yang normal menyebabkan tidur orang terinterupsi ketika mereka benar-benar berusaha untuk

17 tidur dan merasa lelah di siang harinya. Ada beberapa tipe gangguan tidur ritme sirkadian diantaranya: a. Tipe jet lag Sesuai namanya, disebabkan oleh penyebrangan beberapa zona waktu dalam waktuyang relatif singkat. Orang-orang yang mengalami jet lag biasanya melaporkan kesulitan tidur di waktu yang tepat dan merasa kelelahan di siang harinya (Durand & Barlow, 2007). b. Tipe shift work Berhubungan dengan jadwal kerja. Banyak orang, seperti pegawai rumah sakit, polisi atau petugas gawat darurat, bekerja di malam hari atau harus bekerja pada jam-jam yang tidak teratur. Akibatnya, mereka mungkin mengalami masalah tidur atau mengalami perasaan mengantuk yang eksesif selama jam-jam terjaga. Orang dengan gangguan tidur ritme sirkadian memiliki resiko yang lebih besar untuk memiliki satu macam gangguan keperibadian atau lebih (Durand & Barlow, 2007). 2.5 Faktor-faktor Penyebab Gangguan Tidur Beberapa faktor yang menjadi penyebab gangguan tidur menurut beberapa ahli seperti Potter & Perry, 2010; Asmadi, 2008; dan Tarwanto & Wartonah, 2006 yaitu: Obat dan substansi Kantuk, insomnia dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari obat umum yang diresepkan. Obat ini mengubah pola tidur dan menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalah bagi individu. Lansia

18 mengonsumsi berbagai obat untuk mengontrol atau mengobati penyakit kronik, dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat menganggu tidur (Potter & Perry, 2010). Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula yang sebaliknya menggangu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM (Asmadi, 2008) Gaya Hidup Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyeyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi, 2008) Pola tidur yang lazim Kantuk patologis terjadi ketika individu perlu atau inginterjaga. Orang yang mengalami kurang tidur sementara sebagai hasil dari aktifitas malam yang aktif atau jadwal kerja yang diperpanjang, biasanya merasa mengantuk keesokan harinya. Kurang tidur yang kronik jauh lebih seram dari gangguan tidur sementara dan menyebabkan perubahan pada kemampuan untuk melakukan fungsinya (Potter & Perry, 2010) Stres emosional Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering menyebabkan frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat tertidur, sering terbangun selama sirklus tidur, atau tidur terlalu lama. Klien yang berusia lebih tua lebih sering mengalami kehilangan yang mengarah ke stres emosional seperti depresi, gangguan fisik, atau kematian seseorang yang dicintai (Potter & Perry, 2010).

19 Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan paa frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norefinefrin darah melalui sistem saraf simpatik. Zat ini mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi, 2008) Lingkungan Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur nyeyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang tidur (Asmadi, 2008). Ventilasi yang baik sangat penting untuk tidur nyenyak. Ukuran, kenyamanan, dan posisi tempat tidur yang mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat cahaya mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur. Beberapaklien memilih kamar yang gelap, sedangkan yang lain seperti anak-anak atau lansia, lebih menyukai cahaya lembut selama tidur. Klien juga mengalami kesulitan tidur berhubungan dengan suhu kamar (Potter & Perry, 2010) Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernafasan (Tarwanto & Wartonah, 2006).

20 2.5.7 Diet Makanan yang banyak mengandung L-Trifton seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan menganggu tidur (Asmadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Definisi : Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Koma = keadaan bawah sadar dimana orang tsb tidak dapat dibangunkan

Lebih terperinci

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ Gangguan tidur P E N Y A J I LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA P E M B I M B I N G DR. SUZY YUSNA D, SPKJ pendahuluan Tidur adalah suatu aktivitas khusus dari otak, yang di kelola oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan ketidaksadaran yang bersifat sementara dan dapat dibangunkan dengan memberikan rangsangan sensori atau rangsangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tidur Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Jika seseorang yang sedang sakit memerlukan lebih banyak istirahat dan tidur dibandingkan pada umumnya. Seringkali,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tidur a. Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri

Lebih terperinci

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup (Istirahat) MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan menyebabkan perubahan anatomis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada era globalisasi, manusia lebih memforsir tubuh untuk melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan menuntut seseorang sering lebih bergadang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. emosional dan sosial. Menurut Santrock (2003) perubahan. remaja terbagi menjadi 3, yaitu: hormonal pada pubertas.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional dan sosial. Menurut Santrock (2003) perubahan. remaja terbagi menjadi 3, yaitu: hormonal pada pubertas. BAB II KAJIAN TEORI A. Remaja 1. Definisi Menurut Santrock (2003), remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN Ambar Winarti STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN ABSTRAK Tidur merupakan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) tejadi dari usia 18 sampai 25 tahun (Arnett

Lebih terperinci

GANGGUAN TIDUR. Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN TIDUR. Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN TIDUR Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ Sub Topik Bahasan 1. Sleep-wake cycle disturbance 2. Nightmare 3. Sleep Walking Indikator Pencapaian 1. Menjelaskan Etiologi Gangguan Tidur 2. Membedakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Pengertian Stres Stres merupakan keadaan ketika seseorang merasa ketidaknyamanan mental dan batin yang disebabkan oleh perasaan tertekan. Definisi stres menurut

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI Overview of Sleep Quality and Sleep Disorders In Elderly at Social Home Tresna Werdha Budi Luhur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migren Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja. 11 Nyeri kepala merupakan penyebab tersering anak-anak dirujuk ke ahli neurologi anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & Barros (2012), mendefinisikan tidur sebagai suatu kondisi dimana proses pemulihan harian terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya 6-8 jam per hari. Agar

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit jauh dari menyenangkan bagi anak. Hal ini merupakan suatu stresor karena anak tidak mengerti mengapa dia dirawat. Perpisahan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi penduduk berusia lanjut (lansia) bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup ISTIRAHAT MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tenaga Kerja 1. Pengertian Tenaga Kerja atau Buruh Pabrik Menurut Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR KONSEP ISTIRAHAT TIDUR PENDAHULUAN Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Orang sakit seringkali membutuhkan istirahat dan tidur yang lebih banyak dari biasanya. Terganggu Peran perawat ISTIRAHAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan

Lebih terperinci

commit to user BAB V PEMBAHASAN

commit to user BAB V PEMBAHASAN 48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Tengah (Jateng), termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia). Data Departemen Sosial (Depsos)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di kawasan Asia Tenggara penduduk yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja 1.1 Defenisi Beban kerja Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005). BAB 1 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Tidur merupakan proses fisiologis yang kompleks dan dinamis, hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005). Tidur diperlukan untuk memulihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia itu sendiri, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan. Dalam proses ini bermanfaat untuk mengembalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian tidur Tidur adalah suatu keadaan dibawah sadar yang orang tersebut dapat dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton, 1991).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Tidur Pada Usia Lanjut 1. Konsep usia lanjut Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan

Lebih terperinci

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI Prinsip Perawat digaji untuk bekerja bukan untuk tidur Latar Belakang Saat jaga malam, banyak perawat yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Lansia 1.1. Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun

Lebih terperinci

Created by: Rahayu Ginintasasi

Created by: Rahayu Ginintasasi Created by: Rahayu Ginintasasi Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, (ketika itu) Austria, lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari keluarga

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Siswi yang mengikuti latihan menari Gambyong Pareanom selama 8 minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan kualitas tidur ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

Oleh. Ns. Marlina. M.Kep. Sp. MB. Staf pengajar Universitas Syiah Kuala Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Banda Aceh

Oleh. Ns. Marlina. M.Kep. Sp. MB. Staf pengajar Universitas Syiah Kuala Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Banda Aceh 1 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA LANJUT USIA DI DESA MEUNASAH BALEK KECAMATAN KOTA MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA Oleh Ns. Marlina. M.Kep. Sp. MB Staf pengajar Universitas Syiah Kuala Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas agar dapat dimanfaatkan dan digunakan. mempertahankan eksistensi bangsa di era yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas agar dapat dimanfaatkan dan digunakan. mempertahankan eksistensi bangsa di era yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa perubahan yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu didukung dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Stres 2.1.1 Pengertian Menurut Hawari (2001), stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perkumpulan lansia Kartasura pada bulan November 2016 didapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif idak bergerak dan kurang responsif (ambang respon. tubuh meningkat) dibandingkan waktu terjaga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif idak bergerak dan kurang responsif (ambang respon. tubuh meningkat) dibandingkan waktu terjaga. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori Terkait 1. Gangguan Pola Tidur a. Definisi Tidur Tidur adalah suatu keadaan organisme yang teratur, berulang dan mudah dibalikkan (dibangunkan) yang ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lanjut Usia Menurut Santrock (2006) masa lanjut usia (lansia) merupakan periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Proses Penuaan Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. Untuk dapat

Lebih terperinci