CAKE IKAN TERI DAN UBI JALAR MERAH UNTUK MAKANAN TAMBAHAN ANAK BALITA GIZI KURANG. Heriyenni. Sri Darningsih (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CAKE IKAN TERI DAN UBI JALAR MERAH UNTUK MAKANAN TAMBAHAN ANAK BALITA GIZI KURANG. Heriyenni. Sri Darningsih (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)"

Transkripsi

1 CAKE IKAN TERI DAN UBI JALAR MERAH UNTUK MAKANAN TAMBAHAN ANAK BALITA GIZI KURANG Heriyenni. Sri Darningsih (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menghasilkan formula cake sebagai makanan tambahan dapat diterima dari segi organoleptik fisik dan kimia untuk Anak balita gizi. Penelitian berupa eksperimen eksploratif dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL Data yang didapat dari uji organoleptik dianalisa dengan uji keragaman (ANOVA). Formula yang paling disukai oleh panelis adalah F3 dengan subsitusi tepung ubi jalar merah dan teri 10% ( 5 gram) Kadar Protein 7.21 %, kadar kalsium mg % dan vitamin A IU, Cake ini 100 % disukai oleh anak balita. Disarankan untuk membuat cake dengan jumlah teri yang lebih dari 10 %. Dan cake ini bisa juga dimanfaatkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui karena mengandung kalsium yang tinggi. Kata kunci: Cake, ubi jalar merah, teri LATAR BELAKANG Kesepakatan global yang dituangkan dalam Milenium Development Goals (MDGs) menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi tahun 1990 dengan indikator menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi. Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. Menurut WHO diperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. Tiga dari sepuluh anak balita mengalami gangguan pertumbuhan (underweight,), empat dari sepuluh anak balita mengalami anemia., dan sekitar separoh anak balita mengalami devisiensi Vitamin A sub klinis.. Dari penelitian lain menunjukkan anak balita mengalami defisensi seng, vitamin B6 dan B12. (Prosiding inovasi pangan 2004). Makanan tambahan,adalah makanan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dan mutu gizi yg baik bagi anak balita. Kebutuhan zat gizi terutama protein, vitamin A, dan kalsium sangat diperlukan sekali bagi anak balita, untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan motoriknya. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan sumber bahan pangan yang lain. Ikan mengandung protein yang berkualitas tinggi. Protein dalam ikan tersusun dari asam-asam amino yang dibutuhkan dalam pertumbuhan. Selain itu protein ikan 1

2 sangat mudah dicerna dan diabsorpsi. Daging ikan mempunyai serat-serat protein yang lebih pendek daripada protein daging sapi atau daging ayam (Soenardi, 2004). Ikan juga merupakan salah satu sumber asam lemak tak jenuh (omega 3, EPA, dan DHA), yodium, selenium, fluoride, zat besi, magnesium, zink, taurin, dan koenzim 10 (Anonim, 2007). Ikan teri (Stolephorus sp.) merupakan ikan penghuni perairan pesisir. Pada umumnya, ikan teri hidup bergerombol, terutama jenis-jenis yang berukuran kecil, yang terdiri dari ratusan sampai ribuan ekor (Hutomo et al. 1987). Tingginya produksi teri merupakan suatu peluang ekspor yang baik, terlebih bila dikelola dengan baik (Anonim, 2010). Indonesia merupakan negara kepulauan dengan hasil ikan yang berlimpah. Menurut Badan Pusat Statistic (BPS) Indonesia produksi perikanan laut terbesar yaitu di Sumatera ton sedangkan produksi perairan umum nomor 2 terbesar di Indonesia ton pada tahun Pada tahun 2009 produksi perikanan laut Sumatera ton, pada tahun ton. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang produksi ikan tahun 2012 untuk pasar domestik meningkat dibanding Totalnya mencapai ton dari produksi tahun 2011 sebesar ton sebannyak 16,098.1 ton. Untuk tuna 3,787.2 ton, tongkol 2,964.3 ton, tenggiri ton, karang ton, teri 292,0 ton. Tahun 2009 sebanyak 16, 473.2, tahun 2008 sebanyak 15,680.5 ton, tahun 2007 sebanyak 13,740.8 ton. Ikan teri sebagai sumber protein dan kalsium yang tinggi banyak dihasilkan di daerah.ini dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan kalsium yang dapat dijadikan makanan tambahan bagi anak balita Kandungan gizi ikan teri segar per 100 gr, energi 77 kkal,protein 16 gr, Lemak 1 gr, Karbohidrat 0 gr, Kalsium 500 mg, Fosfor 500 mg, Zat Besi 1 mg, Vitamin A 150 IU, Vitamin B1 0,05 mg, Vitamin C, 0 mg. Salah satu upaya untuk memperpanjang daya simpan dan nilai ekonomi ikan teri yaitu dengan mengolah ikan menjadi tepung ikan Disamping itu anak balita juga kurang mengkumsi makanan yang mengandung vitamin A. Ubi jalar merah merupakan sumber energy, dan vitamin A yang tinggi.ubi jalar merah ini dapat juga dimanfaatkan sebagai makanan tambahan untuk anak balita. Ubi jalar (Ipomoea batatas) sebagai salah satu kekayaan hayati Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, yang mempunyai potensi penghasil ubi jalar yang cukup tinggi yaitu ton (Statistik Ketahanan Pangan 2004). Ditinjau dari ketersediaan zat gizi ubi jalar merah memberikan peluang untuk dikembangkan dalam pembuatan formula makanan. Ubi jalar merah harganya relatif murah dan produksinya tidak tergantung kepada musim tanam. Masa tanam hingga 2

3 panen termasuk cepat, hanya berkisar empat bulan. Ubi jalar, khususnya yang memiliki daging berwarna merah, kuning dan jingga mengandung β-karotin yang cukup tinggi. Ubi jalar ini diupayakan sebagai sumber pangan kaya energi dan β-karotin. Sumber pangan ini sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia, terutama mereka yang kekurangan Vitamin A. Kandungan kimia ubi jalar khususnya ubi jalar merah sebagian besar terdiri dari air dan karbohidrat sebesar 68,5 % dan 27,9%. Dalam 100 gram ubi jalar merah mengandung protein 1,8 g, lemak 0,7 g, karbohidrat 27,9 g, kalsium 30 g, fosfor 49 mg, besi 0,7 mg, vitamin A 7700 SI, vitamin C 22 mg ( Dir. Gizi Depkes RI 1972). METODE PENELITIAN Penelitian ini berupa eksperimen eksploratif dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Kemudian dilakukan Uji daya terima secara Berdasarkan uraian di atas dan dilatar belakangi oleh prevalensi gizi kurang yang masih tinggi di Sumatera Barat serta krisis ekonomi yang terjadi di masyarakat belakangan ini, maka diperlukan adanya suatu inovasi untuk penganekaragaman pangan sebagai sumber energi dan protein yang bermutu dalam makanan tambahan untuk anak balita.tujuan penelitian ini adalah untuk Menghasilkan Cake ubi jalar merah dan ikan teri untuk makanan tambahan pangan lokal yang tinggi protein, kalsium dan vitamin A dan dapat diterima dari segi organoleptik fisik dan kimia untuk Anak balita gizi kurang. organoleptik, uji densitas kamba daya serap air dengan metode Fardias (1987). Data yang didapat dari uji organoleptik dianalisa dengan uji keragaman (ANOVA). HASIL PENELITIAN Formula Bahan Cake Proses formulasi melibatkan beberapa tahap dimulai dari uji coba pendahuluan untuk pembuatan cake dari berbagai komposisi formula bahan yang digunakan. Diantaranya dengan,mensubsitusikan tepung terigu dengan tepung ubi jalar merah sebanyak 20 %, 40 % dan 60 %. Dan tepung ikan teri 10 %. Ternyata hasil cake yang agak baik adalah dengan penambahan 20 %. Penambahan 60 % terlalu keras dan penambahan 40 % juga masih keras. Pembuatan cake ini dimaksudkan untuk menambah variasi bentuk makanan tambahan yang menarik untuk anak-anak dan dalam bentuk dan cita rasa yang dapat diterima Berkaitan dengan itu maka formula dibuat dengan subsitusi tepung terigu dengan tepung ubi jalar merah 10 %, 20 % dan 30 % serta penambahan tepung ikan teri 10 % dan dicampur dengan terigu, gula, mentega dan telur untuk mendapatkan hasil cake yang baik. 3

4 Pada penelitian ini formula Standar tidak dilakukan pengujian hanya sebagai dasar dari pembuatan cake, hal ini untuk menghindari efek bias dari hasil penelitian Pengujian hanya dilakukan untuk F1, F2 dan F3.. Karena ketiga formula ini menggunakan subsitusi tepung terigu dengan tepung ubi jalar merah dan tepung ikan teri. tercantum dalam daftar komposisi bahan makanan (DKBM) yang digunakan dalam Software Nutri Survey.. Hasil perhitungan komposisi zat gizi untuk ketiga formula cake yang telah disusun dapat dilihat pada tabel.1. Kadar Zat Gizi Formula Perhitungan zat gizi masing formula dilakukan secara proximat berdasarkan komposisi zat gizi bahan baku yang Tabel 1. Cake Komposisi Zat Gizi Formula Kandungan energy Jenis formula Dan Zat Gizi F1 F2 F3 F Standar Energi ( Kalori ) Protein (gram) Lemak (gram) Karbihidrat (gram) Serat (gram) PUFA (gram) Cholesterol (mg) Vitamin A (ug) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Vitamin B6 (mg) Sodium ( mg) Potasium Kalsium (mg) Phospor (mg) Besi (mg) Zinc (mg) Tabel 1. dicantumkan semua zat gizi yang gizi makro ketiga macam cake jika terkandung dalam ke tiga cake perlakuan dan cake standar untuk melihat perbandingan dari nilai gizi yang terkandung dari setiap perlakuan dan dibandingkan dengan cake standar. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa nilai zat dibandingkan dengan nilai gizi cake standar didapat bahwa nilai energi, protein, karbohidrat dan lemak cake standar lebih rendah dari nilai gizi cake perlakuan demikian juga dengan nilai zat gizi mikro. 4

5 Uji organoleptik Uji organoleptik dalam penelitian ini adalah uji kesukaan (Hedonik) terhadap cake yang meliputi penilaian terhadap rasa, warna tekstur dan aroma. Panelis yang digunakan dalam pembuatan cake ini adalah panelis yang agak terlatih yaitu mahasiswa gizi tingkat II dan tingkat III. Sebanyak 25 orang a. Rasa Rasa adalah sesuatu yang dikandung oleh makanan yang turut menentukan cita rasa makanan, beberapa hal yang dapat menentukan rasa dari makanan adalah bumbu, suhu penyajian, dan tingkat kematangan.. Hasil penilaian panelis terhadap cake dapat dilihat pada table 4.2 Tabel.2 : Distribusi Frekuensi Rasa Cake Kriteria penilaian Kode sampel F1 F2 F3 N % N % N % Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Rata-rata Tabel 2., Menunjukkan bahwa penerimaan panelis tertinggi terhadap rasa cake ubi jalar teri dengan rasa sangat suka dan suka adalah formula F3 ( campuran ubi jalar merah dan teri 5 gram) 76 %, sedangkan F2 ;72 % dan F1; 60 %. Hasil uji statistic dengan analisa sidik ragam ternyata nilai F hitung 1.32 setelah dibandingkan F table pada taraf 0.05 adalah Ternyata F hitungnya lebih kecil dari F table, Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dari rasa dari setiap formula cake. b. Warna Warna merupakan penampakan makanan secara keseluruhan yang dinilai secara deskriptif. Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan. Warna juga dapat digunakan untuk menentukan mutu suatu bahan makanan. (Winarno 1991). Warna yang diperoleh dari cake ubi jalar merah dan teri adalah warna kuning kehijauan tuaan. Penerimaan panelis terhadap warna cake ubi jalar merah dan teri dapat dilihat pada table 3. Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Warna Cake Kriteria penilaian Kode sampel F1 F2 F3 N % N % N % Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka

6 Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase warna yang sangat disukai dan disukai oleh panelis antara warna dari formula F2 dan F3 hampir bersamaan yaitu untuk formula F3 24 % dan 40 %, sedangkan F2 24 % dan 36 %. Akan tetapi masih ada panelis yang tidak menyukai warna dari cake F1, 16 %, karena awarna ini dipengaruhi oleh jumlah tepung ubi jalar merah yang diberikan 15 % sehingga warna campuran hijau dan coklat pekat. Hasil uji statistic dengan analisa sidik ragam didapatkan F hitung dibandingkan dengan F Tabel pada taraf 0.05 adalah 3.15 ternyata F hitung jauh lebih kecil dari F table, berarti tidak ada perbedaan nyata dari warna cake tepung ubi jalar meraah dan teri c. Tekstur Tekstur merupakan komponen penilaian yang sangat penting pada suatu produk setelah warna, rasa dan aroma. Hasil penerimaan panelis terhadap tekstur dari cake ubi jalar merah yang ditambahi teri pada table 4. melihatkan bahwa tekstur yang sangat disukai dan disukai paling tinggi digambarkan oleh Formula F3 yaitu 24 % dan 60 %. Tekstur dari cake ini sama dengan tekstur dari cake yang ada pada umumnya. Hasil uji statistic dengan analisa sidik ragam didapat nilai F hitung adalah 0.99, Jika dibandingkan dengan F table 0.05 adalah 3.15 ternyata F hitung jauh lebih kecil.dari F table Jadi Tekstur cake ubi jalar merah dan teri tidak ada perbedaan yang nyata dari tekstur setiap sampelnya. Tabel 4 :Distribusi Frekuensi Tekstur Cake Kriteria penilaian Kode sampel F1 F2 F3 N % N % N % Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka d. Aroma Penerimaan panelis terhadap aroma dilihat pada table 5 Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Aroma Cake dari cake ubi jalar merah yang ditambahi teri dapat Kriteria penilaian Kode sampel F1 F2 F3 N % N % N % Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka

7 Tabel 5 melihatkan bahwa aroma yang sangat disukai dan disukai paling tinggi digambarkan oleh Formula F3 yaitu 16 % dan 36 % Hasil uji statistic dengan analisa sidik ragam didapat nilai F hitung adalah Jika dibandingkan dengan F table 0.05 adalah ternyata F hitung jauh e. Perlakuan terbaik Penerimaan rata panelis terhadap rasa, warna, tekstur dan aroma dari cake ubi jalar merah yang ditambahi teri yang terbaik dapat dilihat pada Table 4.6.dimana ratarata penerimaan panelis berdasarkan uji lebih kecil.dari F table Jadi aroma cake ubi jalar merah dan teri tidak ada perbedaan yang nyata dari. Setiap sampel cake ini jelas bau dari terinya, jadi untuk menghilangkan bau terinya disarankan untuk menggunakan vanile. organoleptik terhadap makanan tambahan dari cake ubi jalar merah dan teri berada pada kisaran dengan criteria hedonik suka. Tabel 6 : Rata-rata Penerimaan Panelis Terhadap Cake ubi jalar merah dan teri Berdasarkan Uji organoleptik. Perlakuan F1 (15 : 5) F2 ( 10 : 5) F3 (5 : 5) Rasa Warna ,8 Tekstur ,2 Aroma Jumlah Rata-rata Nilai rata-rata penerimaan panelis tertinggi berdasarkan uji organoleptik adalah pada cake campuran ubi jalar merah dan teri 10 % (F3 ; 5 gram ubi jalar merah dan 5 gram teri)) Jika kita lihat dari warna tekstur dan aroma tidak begitu banyak beda rataratanya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jumlah subsitusi yang dilakukan sedikit. Uji sifat Fisik a. Densitas kamba. Kekambaan cake menunjukkan perbandingan antara berat bahan terhadap volumenya dapat menggambarkan kesempurnaan proses pengolahan suatu bahan Hasil pemeriksaan densitas kamba cake dari tepung ubi jalar merah dan tepung teri dapat dilihat pada table 7. 7

8 Tabel 7: Uji sifat fisik dari Cake terbaik Uji fisik Jumlah Densitas kamba ( g/ml) Daya serap air (%) Tabel 7 menunjukkan bahwa densitas kamba dari cake ubi jalar merah dan teri ini adalah ( 53/100). Hal ini menunjukkan densitas kambanya lebih 50 % Densitas kamba merupakan karakteristik yang penting untuk melihat tingkat kepadatan zat gizi dan energi yang terkandung dalam cake. Tepung yang b. Daya serap air.. Daya serap air Cake F1 adalah 5.3 %. Daya serap air dapat menggambarkan kesempurnaan proses pengolahan suatu bahan. Semakin rendah daya serap air mempunyai densitas kamba yang tinggi menunjukkan tepung tersebut memiliki densitas energy yang lebih tinggi. Sebaliknya cake dengan densitas kamba yang lebih rendah,menyebabkan cepat rasa kenyang. semakin sempurna proses pemasakan yang dilakukan, dan proses rekonstruksi produk akan lebih sempurna yang dicirikan oleh konsistensi yang lunak halus dan bebas dari gumpalan serta mudah disendok. Analisa Kimia Analisa kimia cake dilaksanakan dilaboratorium teknologi pertanian UNAND Padang dan pemeriksaan protein dan kalsium dilaksanakan di laoratorium terpadu Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Bogor. Hasil analisa kimia dapat dilihat pada table 4.8. menunjukkan bahwa kadar air dari cake terpilih sebagai hasil dari proses pemanggangan dengan oven mempunyai kadar air %. Nilai kadar air ini ternyata berada diatas persyaratan yang dikeluarkan oleh PAG (1972) dalam Damanik R (2000) yang memberikan selang nilai kadar air 5 10 %. Tabel 4.8. Hasil Uji Analisa Kimia Cake tepung ubi jalar merah dan teri No Uji Kimia Jumlah 1 Kadar protein (%) Kadar lemak ( %) Kadar air (%) Kadar abu Kalsium (mg %) 191 8

9 PEMBAHASAN Kadar Protein Nilai energi cake terpilih adalah kkal dari nilai energi itu 7.21 % energi berasal dari protein, % dari lemak dan % dari karbohidrat. Dari energy diatas didapat protein menyumbang 60,7 kkal ( 15,2 gr), dari lemak 180,4 kkal dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan protein sehari bagi anak balita 25 gram. Cake yang Kadar kalsium Hasil analisa kadar kalsium dari cake ubi jalar merah dan teri didapat 191 mg %. Kadar kalsium ini berasal dari kkal cake F3 yang dibuat. Jika dibandingkan dengan cake standar kalsiumnya 36 m diberikan kepada balita 1 (satu) potong cake yang nilai energinya 210,5 kkal, dengan 3,8 gram protein, dan 20,5 gram lemak, Protein yang diberikan ini memenuhi kebutuhan protein balita 4 6 tahun 13,6 % dan 19 % dari kebutuhan anak 1-3 tahun, lemaknya 21.9 % dari energi yang dimakan balita maka hasil kalsium dari F3 ini lebih 5 kali lipat dari kalsium Formula standar. Kebutuhan kalsium balita 1-3 tahun 650 mg/hari, berarti dengan mengkonsumsi cake ini hampir 58,7 % kebutuhan kalsium dapat dipenuhi. Kadar Vitamin A. Kadar vitamin A dalam penelitian ini hanya dilakukan dengan menggunakan nutri survey, hal ini disebabkan tidak adanya peralatan laboratorium yang dapat melaksanakan pemeriksaan ini. Di Padang dan di Laboratorium Terpadu Pusat teknologi Terapan Kesehatan dan epidemiologi Klinik Bogor. Hasil Vitamin A pada Nutri Survei adalah : IU. Kadar Vitamin A jika dibandingkan dengan kadar vitamin A cake standar ( 469,5 IU), meningkat 220 IU.Anak balita sangat berisiko kekurangan vitamin A.Kebutuhan Vitamin A balita 400 IU, Kadar vitamin A dari cake yang dikonsumsi adalah sebanyak IU dibagi untuk 4 orang balita adalah 172,5 IU. Jadi dengan mengkonsumsi cake ini dapat memenuhi 43 % kebutuhan Vitamin A balita. Hasil Uji daya terima ke Anak Balita Makanan tambahan berupa cake tepung ubi jalar merah dan tepung teri yang paling disukai oleh panelis berdasarkan uji organoleptik kemudian dilanjutkan dengan uji penerimaan cake ini kepada 22 orang anak anak. Penilaian diberikan dengan melihat habis atau tidak habisnya cake yang diberikan kepada sasaran. Hasil pengamatan diperoleh bahwa dari 22 orang anak balita Cake yang diberikan berupa 1 potong cake ubi jalar merah dan teri dengan nilai kalori 210,5 kkal, dengan nilai protein 3.8 gram untuk setiap anak. 383 mg calcium, dan Vitamin A IU,, Ternyata semua anak balita dapat menghabiskan cake yang diberikan kepada mereka. Penerimaan balita terhadap cake tepung ubi jalar merah dan dan tepung ikan teri, memberikan harapan produk ini dapat 9

10 diberikan setiap hari pada anak balita gizi kurang untuk mempercepat pertumbuhannya, khususnya dalam peningkatan input protein dan kalsium, serta vitamin A, karena cake ini mengandung protein, kadar vitamin A dan kalsium yang cukup tinggi KESIMPULAN DAN SARAN Formula cake yang dilakukan adalah subsitusi tepung ikan teri untuk ketiga formula sebanyak 5 gram, tepung ubi jalar merah 15 gram, 10 gram dan 5 gram dengan penambahan telur 50 gram, gula pasir 50 gram, mentega 50 gram dan tepung terigu,30 gram, 35 gram dan 40 gram. Hasil uji organoleptik didapatkan rata-rata penerimaaan panelis terhadap rasa, warna, tekstur dan aroma berada pada taraf suka. Tidak ada perbedaan nyata dari segi rasa, warna, tekstur dan aroma dari ketiga formula.hasil analisa protein dari cake ubi jalar merah dan tepung ikan teri terbaik 7.21 %,. kadar kalsium 191 mg%.dan Vitamin A IU Hasil penerimaan oleh anak PAUD didapatkan 100 % menghabiskan cake yang diberikan. 1 potong cake yang diberikan, kalori 210,5 kkal dengan 3,8 gr protein, IU Vitamin A dan 382 mg % kalsium.disarankan untuk Menghindari bau ikan dari cake, sebaiknya ditambahkan vanile dalam pembuatan cake tersebut.diharapkan diadakan penelitian lanjut untuk lebih meningkatkan jumlah protein dengan menambahkan ikan teri yang lebih banyak.kadar kalsium dari cake ini cukup tinggi maka cake ini juga dapat dimanfaatkan untuk ibu hamil atau ibu menyusui. DAFTAR PUSTAKA AOAC, Official of Analisis of the Association of Official Analytical Chemist, 14 th ed. AOAC, INC. Arlington, Virginia. Apriyantono, Rossy, Uken S Soetrisno dan Mien K Malllnud Beberapa Pilihan Makanan Formula Lanjutan dalam Penelitian Gizi dan Makanan, Puslitbang Gizi. Bogor. Azrul Azwar, (2003 Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang* (Dirjen Bina Kesmas Depkes Afrianto dan Liviawati Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta : Kanisius. Almatsier, 2011; Gizi Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Arisman., 2002; Gizi dalam daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Almatsier., 2001 ; Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama Jakarta Badan Pusat Statistik Produksi Ikan Kota Padang. Borgstrom, G. and C.D. Paris, The Regional Development of Fisheries and Fish Processing. Dalam Fish as Food. Vol. III. Academic Press. New York. Cahyo, Liatya Asmoro Sumber online. Karakteristik Organoleptik Biskuit dengan Penambahan Tepung Ikan Teri Nasi (Stolephorus sp.). Malang.Diakses pada tanggal 18 Juli

11 CAC/FAO/WHO Guidelines on Formulated Suplementary Foods for Older Infant and Young Children (CAC/GL ), FAO/WHO/CAC, Rome. Depkes RI Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk Tahun Jakarta. Hutomo et al dalam Sastra Winda Sumber online. Fermentasi surip. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 2 November Gusnedi, 2000, Formula Makanan Tambahan dengan Dadih susu sapi dan Tempe sebagai Pangan Tradisional Sumber Protein. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. LIPI Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI, Kesimpulan dan Saran kebijakan, Jakarta. Prasanapha Preecooked Bal Anhar and Indian Multi Purpose. Food. J. Food Sci Techno. 9n(12) 174. Rahayu W. P Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA, IPB, Bogor. Rina Yenrina, dkk (2011)., Metode Analisis Bahan Pangan. Universitas Andalas Press Padang. Winiati., Rahayu (1998) Penuntun praktikum penilaian Organoleptik. Jur. Teknologi Pangan dan Gizi IPB. 11

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang dengan gejala awal kurang dapat melihat pada malam hari (rabun senja).

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cake merupakan adonan panggang yang dibuat dari empat bahan dasar yaitu tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake banyak digemari masyarakat terutama bagi anak-anak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA Zuraidah Nasution, Tiarlince Bakkara, Mincu Manalu Abstrak Dalam upaya penanggulangan masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi komoditas perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Jumlah produksi di suatu saat tinggi, di saat lain rendah atau tidak ada sama sekali. Saat produksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,(3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Berpikir, (6) Hipotesa penelitian dan (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat masih sedikit memanfaatkan labu kuning sebagai bahan pangan. Hal ini disebabkan masyarakat masih belum mengetahui kandungan gizi yang terdapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP berisiko mengalami defisiensi zat gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur. Selain itu Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup, khususnya manusia pasti membutuhkan zat gizi sebagai penunjang kelancaran pertumbuhan dan perkembangan. Apabila zat gizi yang dibutuhkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alternatif (Suryana dan Purwoto, 1996). dan serat. Bentuk buah sukun padat dan sering disebut sebagai Bread fruit.

I. PENDAHULUAN. alternatif (Suryana dan Purwoto, 1996). dan serat. Bentuk buah sukun padat dan sering disebut sebagai Bread fruit. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki ketergantungan terhadap sumber karbohidrat berupa beras dan terigu yang tinggi. Kebutuhan bahan pangan pokok yang terus meningkat tentu harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan kelaparan merupakan salah satu masalah pokok. KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah umbi-umbian, salah satunya adalah singkong yang mempunyai potensi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ceker ayam Ceker adalah bagian dari tubuh ayam yang berhubungan langsung dengan benda-benda kotor. Meski demikian, tanpa ceker ayam tidak mungkin menjadi gemuk untuk diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (7-9 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada balita dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dewasa ini, salah satu industri yang berkembang dengan pesat di Indonesia adalah industri makanan minuman atau industri kuliner. Menurut Investor

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu dekat adalah tepung yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia bayi dibawah tiga tahun merupakan fase emas pertumbuhan yang harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. Winarno dan Rika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK(Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max ) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA.

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK(Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max ) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA. SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK(Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max ) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA. Vinni Ardwifa 1, Jumirah 2, Etty Sudaryati 2 1 Alumni Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), legum (polong-polongan) dan umbi-umbian.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI OLEH DIKA YULANDA BP. 07117007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu produk olahan susu bersifat semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan, teksturnya yang lembut banyak disukai oleh segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan maupun minuman bagi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DALI SUSU SAP1 PADA FORMULA MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK BALITA

PEMANFAATAN DALI SUSU SAP1 PADA FORMULA MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK BALITA PEMANFAATAN DALI SUSU SAP1 PADA FORMULA MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK BALITA Oleh TETTY HERTA DOLOKSARIBU F02497905 2000 FAKII1,TAS TEKNOL,OGJ PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR TETTY HERTA DOLOKSARIBU.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah sayuran. Seperti yang kita ketahui sayuran dan buahbuahan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract The Effect of Addition of Tempe Powder on Consumer Acceptance, Protein, and NPN Composition of fish Protein Concentrate Prepared from Pangasius Catfish (Pangasiushypopthalmus) By M. Yogie Nugraha 1), Edison

Lebih terperinci

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI PKMI-1-03-1 FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih, Bot Pranadi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi 53 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan vitamin A (KVA). KVA yaitu kondisi kurang zat gizi mikro

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan vitamin A (KVA). KVA yaitu kondisi kurang zat gizi mikro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada anak-anak di Indonesia adalah kekurangan vitamin A (KVA). KVA yaitu kondisi kurang zat gizi mikro yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DALI SUSU SAP1 PADA FORMULA MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK BALITA

PEMANFAATAN DALI SUSU SAP1 PADA FORMULA MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK BALITA PEMANFAATAN DALI SUSU SAP1 PADA FORMULA MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK BALITA Oleh TETTY HERTA DOLOKSARIBU F02497905 2000 FAKII1,TAS TEKNOL,OGJ PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR TETTY HERTA DOLOKSARIBU.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran strategis sektor pertanian yakni menghasilkan bahan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan mengingat pangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati dan hewani Indonesia sangat berlimpah. Salah satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan Patin (Pangansius hypopthalmus).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada 2013 menunjukan bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37% (terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2% pendek)

Lebih terperinci

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG NUGGET BANANA SKIN Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG 2014-2015 LEMBAR PENGESAHAN JUDUL: NUGGET BANANA SKIN Menyetujui, Pembimbing

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program studi pendidikan biologi Disusun oleh: Arif Rachmad Hakim A420100085 PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Purata kadar air (% ± SE) tempe dengan penambahan tepung belut dan variasi usar tempe berkisar antara 60,37 ±

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.35% per tahun, sehingga setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cookies merupakan alternatif makanan selingan yang cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat. Cookies dikategorikan sebagai makanan ringan karena dapat dikonsumsi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversifikasi pangan merupakan program prioritas Kementerian Pertanian sesuai dengan PP Nomor 22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DESTI TRISNANINGSIH A 420 100 128 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fase perkembangan fisik dan fungsi fisiologis bayi sangat didukung oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, kebutuhan gizi bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau maternal merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu indikator yang tertuang

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR LAMPIRAN. viii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR LAMPIRAN. viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN. viii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan rendahnya asupan energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci