ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL TERHADAP NERACA PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN TIGA MITRA DAGANG: FENOMENA J-CURVE HAPSARI ADININGSIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL TERHADAP NERACA PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN TIGA MITRA DAGANG: FENOMENA J-CURVE HAPSARI ADININGSIH"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL TERHADAP NERACA PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN TIGA MITRA DAGANG: FENOMENA J-CURVE HAPSARI ADININGSIH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Dengan Tiga Mitra Dagang: Fenomena J-Curve adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Hapsari Adiningsih NIM H

4 ABSTRAK HAPSARI ADININGSIH. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Dengan Tiga Mitra Dagang: Fenomena kurva-j. Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai tukar riil (Real Exchange Rate/RER) terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan tiga mitra dagang utamanya, yaitu: Amerika Serikat, Cina, dan Jepang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini juga menginvestigasi terpenuhinya kondisi Marshall-Lerner dan keberadaan fenomena kurva-j pada neraca perdagangan bilateral Indonesia antara 1996:Q1 hingga 2011:Q4 dengan menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Penelitian ini mengindikasikan bahwa (i) dalam jangka panjang, RER memiliki pengaruh negatif terhadap neraca perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat dan pengaruh positif terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan China dan Jepang. (ii) Dalam jangka pendek, RER tidak memiliki pengaruh terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat dan memiliki pengaruh positif terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan China dan Jepang. (iii) kondisi Marshall-Lerner dan fenomena kurva-j hanya terlihat pada neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan China dan Jepang. Kata kunci: fenomena kurva-j, neraca perdagangan, nilai tukar riil, VECM ABSTRACT HAPSARI ADININGSIH. Analyze the Effect of Real Exchange Rate on the Indonesia s Bilateral Trade Balance With Three Trading Partner: J-Curve Phenomenon. Supervised by HERMANTO SIREGAR. The purpose of this study is to analyze the effect of real exchange rate (RER) on the Indonesia s bilateral trade balance with its three major trading partners, namely: the United States, China, and Japan, both in the short run and in the long run. This study also investigates Marshall-Lerner Condition and the existence of J-Curve on the Indonesia s bilateral trade balance between 1996:Q1 to 2011:Q4 within a Vector Error Correction Model (VECM). The study indicates that (i) in the long-run, RER has a positive impact in long-run on Indonesia s bilateral trade balance with China and Japan. In the other hand, RER has a negative impact on Indonesia s bilateral trade balance with United States. (ii) In the short-run, RER doesn t has an impact on Indonesia s bilateral trade balance with United States and has a positive impact on Indonesia s bilateral trade balance with China and Japan. (iii) Marshall-Lerner Condition and J-Curve Phenomenon only seen on Indonesia s bilateral trade balance with China and Japan. Keyword: J-Curve phenomenon, Real Exchange Rate (RER), trade balance, VECM

5 ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL TERHADAP NERACA PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN TIGA MITRA DAGANG: FENOMENA J-CURVE HAPSARI ADININGSIH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Dengan Tiga Mitra Dagang: Fenomena J- Curve Nama : Hapsari Adiningsih NIM : H Disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Dengan Tiga Mitra Dagang: Fenomena J-Curve. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi umatnya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk menganalisis pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan tiga mitra dagang utamanya (Amerika Serikat, Cina, dan Jepang) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini juga menginvestigasi terpenuhinya kondisi Marshall-Lerner dan keberadaan fenomena kurva-j pada neraca perdagangan bilateral Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pemerintah dan pihak terkait (eksportir dan importir) dalam membuat kebijakan dan mengambil keputusan terkait dengan kegiatan perdagangan (ekspor dan impor) dengan negara lain (terutama mitra dagang). Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Ayahanda Sogol Sugiarto dan Ibunda Sri Sukanti, kakak dan adik tersayang Fani Budiman dan Astika Indira Khansa beserta keluarga besar atas doa, kasih sayang, dukungan, dan perhatian yang telah senantiasa diberikan. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Noer Azam Achsani selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si, selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberi saran-saran yang membangun serta ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 4. Kak vevi, staf Ecthink, dan staf Kementrian Perdagangan atas bantuan yang diberikan selama proses pencarian data. 5. Kak Rina dan Kak Heni atas saran dan ilmu-ilmu yang telah diberikan selama proses pengolahan data. 6. Sahabat satu bimbingan, Bronson Marpaung atas segala dukungan, semangat, dan suka dukanya selama proses penyelesaian skripsi kita masingmasing. 7. Sahabat penulis Bagastari, Yeni, Ika, Indri, Risma, serta teman-teman Ilmu Ekonomi 46 atas kebersamaannya selama tiga tahun serta doa dan dukungannya. 8. Sahabat penulis Devi, Abieta, Nisa, Mona, Arsy, Icha, Yulis, Chika, Indie serta teman-teman kostan Rumah Warna lainnya atas kebersamaan, keceriaan, doa, dan dukungannya.

9 9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang membutuhkan. Bogor, Juni 2013 Hapsari Adiningsih

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 METODOLOGI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM NERACA PERDAGANGAN INDONESIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 24 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 SIMPULAN DAN SARAN 55 Simpulan 55 Saran 55 DAFTAR PUSTAKA 56 LAMPIRAN 58 RIWAYAT HIDUP 89

11 DAFTAR TABEL 1 Pergerakan nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara mitra dagang utama Indonesia periode Hasil uji akar unit (unit root) pada tingkat level 33 3 Hasil uji akar unit (unit root) pada tingkat first difference 34 4 Hasil uji stabilitas VAR 35 5 Hasil estimasi VECM model bilateral Indonesia-Amerika Serikat 36 6 Hasil estimasi VECM model bilateral Indonesia-China 40 7 Hasil estimasi VECM model bilateral Indonesia-Jepang 43 8 Dekomposisi varians dari model neraca perdagangan bilateral Indonesia Amerika Serikat dalam beberapa titik kuartal 51 9 Dekomposisi varians dari model neraca perdagangan bilateral Indonesia China dalam beberapa titik kuartal Dekomposisi varians dari model neraca perdagangan bilateral Indonesia Jepang dalam beberapa titik kuartal 54

12 DAFTAR GAMBAR 1 Rata-rata pangsa ekspor Indonesia selama periode Rata-rata pangsa ekspor Indonesia selama periode Pergerakan neraca perdagangan (nilai ekspor-nilai impor) Indonesia dengan mitra dagang utama tahun Hubungan kurs riil dengan net ekspor 9 5 Hubungan tingkat suku bunga dengan neraca perdagangan 10 6 Kurva-J 11 7 Kerangka Pemikiran 19 8 Perkembangan neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan tiga mitra dagang utamanya selama periode Perkembangan PDB riil Jepang triwulanan selama periode Perkembangan PDB riil China triwulanan selama periode Perkembangan PDB riil Amerika Serikat triwulanan selama periode Perkembangan PDB riil Indonesia triwulanan selama periode Perkembangan nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara mitra dagang utama Indonesia triwulanan selama periode Perkembangan Suku Bunga di Empat Negara triwulanan selama periode Respon neraca perdagangan bilateral Indonesia- AmerikaSerikat terhadap guncangan nilai tukar efektif riil Respon neraca perdagangan bilateral Indonesia China terhadap guncangan nilai tukar efektif riil Respon neraca perdagangan bilateral Indonesia Jepang terhadap guncangan nilai tukar efektif riil Dekomposisi varians dari model neraca perdagangan bilateral Indonesia Amerika Serikat Dekomposisi varians dari model neraca perdagangan bilateral Indonesia China Dekomposisi varians dari model neraca perdagangan bilateral Indonesia Jepang 54

13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Komoditas utama dalam kegiatan ekspor antara Indonesia Dengan mitra dagang utama dan rata-rata pangsa ekspor selama periode Komoditas utama dalam kegiatan impor antara Indonesia Dengan mitra dagang utama dan rata-rata pangsa ekspor selama periode Uji Stasionerritas pada tingkat level 60 4 Uji stasionaritas pada tingkat first difference 63 5 Uji Lag Optimal 67 6 Uji Stabilitas VAR 68 7 Uji Kointegrasi 70 8 Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) 72 9 Impuls Response Function (IRF) Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) 85

14

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Era baru yang kini membuka kesempatan kerjasama antar negara adalah integrasi ekonomi yang timbul karena negara yang bersangkutan menganut sistem perekonomian terbuka. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya kesepakatan integrasi bilateral terutama integrasi ekonomi antar negara dan antar kawasan dunia. Integrasi ekonomi dilaksanakan dengan konsep memberikan manfaat ekonomi bagi negara-negara anggota maupun non-anggota. Prinsip dasar integrasi ekonomi adalah mengurangi atau menghilangkan semua hambatan perdagangan di antara negara anggota dalam kawasan tertentu untuk dapat meningkatkan arus barang dan jasa dengan bebas ke luar masuk melintasi batas negara masing-masing anggota, sehingga volume perdagangan semakin tinggi. Peningkatan volume perdagangan ini mendorong peningkatan produksi, peningkatan efisiensi produksi, peningkatan kesempatan kerja, dan penurunan biaya produksi sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang turut aktif dalam integrasi ekonomi dan kerjasama perdagangan baik yang bersifat bilateral, regional maupun internasional. Meskipun keterlibatan Indonesia dalam berbagai kerjasama perdagangan tersebut memberikan tantangan terhadap produk dalam negeri, tujuan dari semua perjanjian tersebut adalah adanya dampak positif bagi perekonomian negara-negara yang terlibat dan ekonomi Indonesia pada khususnya. Terkait dengan kawasan regional, Indonesia tergabung dalam integrasi ekonomi di antara negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dimulai sejak tahun 1967 dalam deklarasi di Bangkok. Selanjutnya berlaku Asean Free Trade Area (AFTA) yang ditandatangani pada tanggal 28 Januari Dalam perkembangannya, kerjasama diperluas dengan melibatkan berbagai negara lainnya termasuk dengan Cina yang dikenal sebagai ACFTA. Tidak hanya di tingkat regional, Indonesia juga memiliki hubungan perdagangan bilateral dengan beberapa negara di dunia, misalnya hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Amerika, Indonesia dengan Jepang, dan sebagainya. Hubungan perdagangan ini dilakukan oleh Indonesia karena perdagangan internasional tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan nasional bagi Indonesia. Terjadinya perdagangan internasional diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara terutama dari permintaan barang ekspor. Peningkatan nilai ekspor yang lebih besar dari nilai impor mampu memperbaiki nilai neraca perdagangan dan pada akhirnya akan mempengaruhi balance of payment. Berdasarkan data rata-rata pangsa pasar ekspor Indonesia (Gambar 1), Jepang, Amerika Serikat, China, dan Korea Selatan merupakan empat negara tujuan ekspor utama Indonesia selama enam tahun terakhir. Total pangsa pasar empat negara ini mencapai 45,39% dari total kegiatan ekspor Indonesia. Produk ekspor Indonesia ditujukan mayoritas untuk negara Jepang sebesar 18,92%. Urutan kedua tujuan ekspor Indonesia adalah ke negara Amerika Serikat sebesar 9,85% diikuti urutan ketiga yaitu China sebesar 9,16%. Korea Selatan berada di

16 2 urutan keempat dengan pangsa sebesar 9,16% dan 7.46%. Pangsa ekspor Indonesia ke empat negara ini secara total mencapai angka 45,93% dari ekspor total Indonesia. Sementara itu, pangsa ekspor sebesar 54,61% diambil alih oleh berbagai negara lain yang menjadi tujuan ekspor Indonesia seperti india, negaranegara di kawasan eropa, dan sebagainya. PANGSA PASAR EKSPOR 54.61% 18.92% 9.85% 9.16% 7.46% JEPANG AMERIKA SERIKAT CHINA KOREA SELATAN LAINNYA Gambar 1 Rata-rata pangsa ekspor Indonesia selama periode Sumber: International Financial Statistic (IFS), diolah (2013) Pada tahun 2011, nilai total barang yang diekspor ke Jepang mencapai US$ 33,714 M atau meningkat 30,77% dibanding tahun 2010 (US$ 25,781 M). Sementara untuk nilai total barang yang diekspor ke Amerika Serikat mencapai US$ 16,497 M atau meningkat 15.35% dibanding tahun 2010 (US$ 14,301 M). Untuk negara China, nilai total barang yang diekspor mencapai angka US$ 22,941 M atau meningkat sebanyak 46.19% dibanding tahun 2010 (US$ 15,692 M). Berdasarkan data pangsa impor Indonesia secara total (Gambar 2), secara umum Jepang, Amerika Serikat, China, masih menjadi mitra dagang untuk pemenuhan kebutuhan barang impor Indonesia disamping menjadi pasar ekspor utama untuk barang-barang Indonesia. Produk yang diimpor oleh Indonesia mayoritas berasal dari negara Singapura yakni sebesar 15,50%. Urutan kedua negara asal barang yang diimpor oleh Indonesia adalah dari negara China sebesar 12,65%, diikuti Negara Jepang sebesar 10,72%, Amerika Serikat sebesar 6,61%. Malaysia menempati posisi kelima untuk negara yang menjadi mitra dagang untuk barang-barang yang diimpor yakni sebesar 6,08%. Sementara itu, pangsa impor sebesar 48,44% diambil alih oleh berbagai negara lain yang menjadi negara asal barang yang diimpor Indonesia. Pada tahun 2011, nilai total barang yang diimpor dari Singapura mencapai US$ 25,964 M atau meningkat 28,28% dibanding tahun 2010 (US$ 20,240 M). Sementara untuk nilai total barang yang diimpor dari China mencapai US$ 26,212 M atau meningkat 28,34% dibanding tahun 2010 (US$ 20,424 M). Untuk negara Jepang, nilai total barang yang diimpor mencapai angka US$ 19,436 M atau

17 3 meningkat sebanyak 14,56% dibanding tahun 2010 (US$ 16,965 M). Di sisi lain, nilai total barang yang diimpor oleh Indonesia dari Amerika Serikat mencapai angka US$ 10,834 M atau meningkat sebanyak 15,06% dibanding tahun 2010 (US$ 9,415 M). PANGSA PASAR IMPOR 48.44% 6.08% 15.50% 12.65% 10.72% 6.61% SINGAPURA CHINA JEPANG AMERIKA SERIKAT MALAYSIA LAINNYA Gambar 2 Rata-rata pangsa impor Indonesia selama periode Sumber: International Financial Statistic (IFS), diolah (2013) Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional suatu negara adalah nilai tukar mata uang domestik terhadap nilai mata uang asing. Dengan kata lain, nilai tukar menjadi indikator penting dalam sebuah negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Semakin tinggi nilai tukar riil, berarti harga barang-barang domestik relatif lebih murah dibandingkan harga barangbarang luar negeri. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya transaksi ekspor di negara tersebut, sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor bersih (neraca perdagangan) (Mankiw, 2006). Oleh karena itu, nilai tukar sangat penting dalam menentukan daya saing produk suatu negara. Indonesia telah memberlakukan kebijakan nilai tukar mengambang bebas sejak 14 Agustus 1997 atau sejak terjadinya krisis Asia pada tahun Dengan diterapkannya sistem nilai mengambang maka penentuan nilai tukar rupiah diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Penentuan nilai tukar rupiah berdasarkan mekanisme pasar ini membuat nilai tukar berfluktuasi dan tidak stabil setiap tahunnya (tabel 1). Dampak dari tidak stabilnya nilai rupiah akan membawa pengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia yang berkaitan dengan neraca perdagangan, mengingat nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai neraca perdagangan suatu negara. Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara nilai tukar dengan neraca perdagangan.

18 4 Tabel 1 Pergerakan nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara mitra dagang utama Indonesia periode Rp/US$ RP/Yen RP/Yuan , , , , , , , , , , , , , , Sumber: FX Sauder (2013), diolah Berdasarkan data pada Tabel 1, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2005, nilai Rp/US$ sebesar Rp 9,170.97/US$. Kemudian di tahun-tahun berikutnya rupiah sedikit berfluktuasi hingga tahun 2011 pada level Rp 6,732.74/US$. Di sisi lain, nilai tukar Rp/Yen pada tahun 2005 sebesar Rp 76.33/Yen. Pada tahun-tahun berikutnya, nilai tukar Rp/Yen sangat berfluktuasi dalam rentang Rp 67.33/Yen (nilai Rupiah terkuat pada tahun 2006) hingga Rp 91.32/Yen (nilai Rupiah terlemah pada tahun 2008). Sementara itu, nilai tukar Rp/Yuan pada tahun 2005 sebesar Rp 1,129.83/Yuan. Nilai tukar ini terus berfluktuasi dalam rentang Rp 1,032.34/Yuan (nilai Rupiah terkuat pada tahun 2010) hingga Rp 1,300.11/Yuan (nilai Rupiah terlemah pada tahun 2008). Sedangkan untuk perdagangan internasional, neraca perdagangan Indonesia dengan tiga mitra dagang utamanya (China, Jepang, dan Amerika Serikat) juga turut berfluktuasi (Gambar 3). Depresiasi Rupiah memang turut memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Sebaliknya, apresiasi Rupiah akan memperburuk neraca perdagangan Indonesia. Misalnya, saat Rupiah terdepresiasi dari Rp 72.13/Yen pada tahun 2007 menjadi Rp 74.13/Yen pada tahun 2008, neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Jepang meningkat dari US$ 8.82 M menjadi US$ M. Kasus dengan China, depresiasi Rupiah yang terjadi pada tahun 2011 yaitu dari Rp 1,032.34/Yuan pada tahun 2010 menjadi Rp 1,100.73/Yuan pada tahun 2008 juga meningkatkan kinerja neraca perdagangan. Hal ini terbukti dari menurunnya atau mengecilnya defisit neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan China dari deficit US$ 4.73 M pada tahun 2010 menjadi defisit US$ 3.27 M pada tahun Namun lain halnya dengan kasus Amerika Serikat. Apresiasi Rupiah pada tahun yang terjadi yaitu dari Rp 6,769.01/US$ di tahun 2010 menjadi Rp 6,732.74/US$ di tahun 2011 tidak membuat neraca perdagangan memburuk, melainkan membaik. Kinerja neraca perdagangan meningkat dari US$ 4.88 M di tahun 2010 menjadi US$ 5.66 M di tahun 2011.

19 MILYAR US$ Jepang Amerika Serikat China Gambar 3 Pergerakan neraca perdagangan (nilai ekspor-nilai impor) Indonesia dengan mitra dagang utama tahun Sumber: International Financial Statistic (2013), diolah Perumusan Masalah Berdasarkan uraiaan di atas, berikut merupakan perumusan masalah yang akan diteliti: 1. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat? Apakah kondisi Marshall-Lerner terpenuhi? Dan Apakah terjadi fenomena J- Curve pada kasus bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat? 2. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan China? Apakah kondisi Marshall-Lerner terpenuhi? Dan Apakah terjadi fenomena J-Curve pada kasus bilateral antara Indonesia dengan China? 3. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Jepang? Apakah kondisi Marshall-Lerner terpenuhi? Dan Apakah terjadi fenomena J-Curve pada kasus bilateral antara Indonesia dengan Jepang? Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang nilai tukar bilateral riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat, menguji terpenuhinya kondisi Marshall-Lerner serta melihat terjadinya fenomena J-Curve pada kasus bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat 2. Menganalisa pengaruh jangka pendek dan jangka panjang nilai tukar bilateral riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan China, menguji

20 6 terpenuhinya kondisi Marshall-Lerner serta melihat terjadinya fenomena J- Curve pada kasus bilateral antara Indonesia dengan China. 3. Menganalisa pengaruh jangka pendek dan jangka panjang nilai tukar bilateral riil terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan Jepang, menguji terpenuhinya kondisi Marshall-Lerner serta melihat terjadinya fenomena J- Curve pada kasus bilateral antara Indonesia dengan Jepang. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak, Adapun manfaat-manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah dan pihak terkait (eksportir dan importir), penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan mengambil keputusan terkait dengan kegiatan perdagangan (ekspor dan impor) dengan negara lain (terutama mitra dagang); 2. Bagi akademisi, dapat dijadikan sebagai bahan kajian mengenai pengaruh nilai tukar terhadap neraca perdagangan bilateral secara lebih mendalam dan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya; 3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kondisi Marshall-Lerner dan fenomena J-Curve yang terjadi di neraca perdagangan bilateral Indonesia dengan mitra dagang utamanya Ruang Lingkup Penelitian Fokus penelitian ini adalah melihat bagaimana hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara nilai tukar riil (Real Exchange Rate/RER) dan neraca perdagangan serta mengestimasi apakah fenomena J-Curve terjadi di kasus neraca perdagangan Indonesia dengan ketiga mitra dagang utamanya. Nilai ekspor dan impor yang digunakan adalah nilai ekspor dan impor barang secara agregat, tidak hanya terbatas pada salah satu sektor misalnya hanya sektor migas dan atau non migas. Variabel yang digunakan dalam penelitian mencakup PDB domestik (Indonesia), PDB mitra dagang, RER, serta suku bunga (Indonesia dan mitra dagang). TINJAUAN PUSTAKA Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan konsekuensi dari adanya sistem perekonomian terbuka yaitu mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar negeri, serta meminjam dan memberi pinjaman pada pasar modal dunia (Mankiw, 2006). Manfaat adanya perdagangan adalah memungkinkan setiap negara untuk memperoleh barang yang tidak memiliki keunggulan komparatif pada biaya oportunitas yang lebih rendah

21 7 daripada yang mereka jumpai jika mereka harus memproduksi sendiri semua komoditi yang dibutuhkan (Lipsey RG, Steiner PO, dan Purcvis DD, 1992). Kegiatan perdagangan internasional ini juga akan mempengaruhi balance of payment atau neraca pembayaran suatu negara. Neraca pembayaran suatu negara merupakan suatu catatan sistematis mengenai semua transaksi ekonomi antarpenduduk negara tersebut dengan negara-negara lainnya selama periode tertentu. Komponen neraca pembayaran terdiri dari tiga komponen. Komponen pertama yaitu neraca perdagangan yang merupakan selisih nilai ekspor dan impor barang. Komponen kedua yaitu neraca jasa-jasa yang merupakan selisih antara ekspor jasa dan impor jasa. Apabila kedua neraca itu digabung, akan diperoleh neraca transaksi berjalan atau current account. Komponen ketiga dalam neraca pembayaran adalah neraca yang menyangkut lalu lintas modal atau capital account. (Halwani, 2002). Kegiatan perdagangan internasional akan mempengaruhi current account. Jika dalam suatu negara kegiatan ekspornya lebih banyak daripada kegiatan impornya maka akan terjadi surplus dalam current account. Dan sebaliknya jika nilai ekspor lebih kecil daripada nilai impor maka current account akan mengalami defisit. Neraca Perdagangan Neraca perdagangan (balance of trade) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara nilai ekspor dan impor barang. Neraca perdagangan dikatakan surplus apabila nilai ekspor barang melebihi nilai impornya (Halwani, 2002). Neraca perdagangan biasa disebut dengan ekspor netto. Di dalam neraca tersebut, transaksi yang dicatat adalah seluruh transaksi ekspor dan impor barang dengan ketentuan sebagai berikut (Hady, 2004): 1. Ekspor barang dicatat sebagai transaksi kredit atau positif 2. Impor barang dicatat sebagai transaksi debit atau negatif Bagi setiap negara tentunya kondisi surplus lebih diharapkan. Terjadinya surplus perdagangan berarti jumlah ekspor yang dilakukan oleh sebuah negara lebih banyak dibandingkan impornya. Kondisi ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Model neraca perdagangan dapat dijelaskan oleh model dua negara seperti yang dituliskan oleh Rose dan Yellen (1989) dalam Bahmani-Oskooee dan Kantipong (2001). Secara matematis, kita dapat menuliskan fungsi dari permintaan impor domestik dan permintaan impor luar negeri sebagai berikut, M = M (Y, P m,) (1) M* = M*(Y*, P* m ) (2) Dimana M adalah volume impor dalam negeri, M* adalah volume impor luar negeri (ekspor oleh domestik), Y adalah PDB riil domestik, Y* adalah PDB riil luar negeri, P m adalah harga relatif barang impor terhadap barang domestik di dalam negeri, dan P* m adalah harga relatif barang impor terhadap barang domestik di luar negeri. Di sisi lain, penawaran ekspor dapat diasumsikan hanya tergantung pada harga relatif seperti dalam fungsi sebagai berikut, X = X (P x ) (3)

22 8 X* = X*(P* x ) (4) dimana X adalah penawaran barang ekspor dari negara asal, X* adalah penawaran barang ekspor dari luar negeri, P x adalah harga relatif barang ekspor domestik, dan P* x adalah harga relatif barang ekspor di negara asal (mitra dagang). Berdasarkan persamaan permintaan dan penawaran di atas, maka kondisi keseimbangan dapat dirumuskan sebagai berikut: M = X* (5) M* = X (6) Telah diketahui bahwa P m = RER.P* x dan P* m = P x /RER dimana nilai tukar riil RER = (P*.E/P), sehingga kuantitas perdagangan dalam keseimbangan dengan harga relatif merupakan fungsi dari RER, Y, dan Y*. Oleh karena itu, model neraca perdagangan juga merupakan fungsi dari RER, Y, dan Y*. atau dengan kata lain nilai tukar riil, pendapatan riil domestik, pendapatan riil luar negeri merupakan faktor utama penentu neraca perdagangan atau ekspor neto. Neraca perdagangan barang (TB) = f(y, Y*, RER) (7) Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya. Tetapi pada dasarnya PDB mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis. Gross domestic product (GDP) hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali (Lipsey RG, Steiner PO, dan Purcvis DD, 1992). Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki dua tipe, yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal yaitu nilai barang dan jasa yang diukur dengan harga berlaku. Artinya PDB nominal yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sementara, PDB riil yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga konstan. Artinya, PDB riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tidak berubah (Mankiw, 2006). Setiap perbedaan antara pendapatan nasional nominal (GDP nominal) dengan pendapatan nasional riil (GDP riil) untuk suatu tahun tertentu pasti disebabkan oleh perubahan harga-harga antara tahun itu dengan tahun dasar yang digunakan dalam menghitung pendapatan riil. Jadi, perbandingan semacam itu menunjukkan suatu indeks harga yang berkaitan dengan kedua tahun itu (Lipsey,dkk, 1987). Indeks harga implisit (deflator implisit) atau bisa juga disebut GDB deflator ini didefinisikan sebagai berikut: Deflator GDP = GDP nominal (8) GDP riil

23 9 Kita juga dapat menuliskan persamaan (8) dengan, GDP riil = GDP nominal (9) Deflator GDP Dengan bentuk persamaan ini, kita dapat melihat bagaimana deflator memperoleh namanya: yaitu digunakan untuk mendeflasi (menghilangkan inflasi) dari GDP nominal untuk menghasilkan GDP riil (Mankiw, 2006). Nilai Tukar Kurs (exchange rate) atau nilai tukar antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan, nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif barang-barang di kedua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain (Mankiw,2006). Dengan kata lain, nilai tukar riil ialah rasio harga-harga di luar negeri dengan harga domestik yang diukur dengan mata uang yang sama. Hal ini mengukur daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional. Nilai tukar riil didefinisikan sebagai (Dornbusch dkk, 2008): Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Rasio tingkat harga ϵ = E x (P f /P) (10) dimana; P = Tingkat harga barang domestik P f = Tingkat harga barang luar negeri Nilai tukar riil diasumsikan sama dengan 1. Jika nilai tukar lebih dari 1 berarti barang di luar negeri lebih mahal dari barang dalam negeri. Hal ini berimplikasi bahwa masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, mengalihkan sebagian pengeluaran mereka ke barang-barang produksi dalam negeri. Hal ini sering digambarkan sebagai kenaikan daya saing produk-produk dalam negeri (Dornbusch, dkk, 2008). Hubungan antara nilai tukar riil dengan neraca perdagangan dapat dijelaskan dalam Gambar 4 (Mankiw, 2006). Kurs riil,ϵ NX(ϵ) Gambar 4 Hubungan Kurs riil dengan Net Ekspor Ekspor neto, NX

24 10 Sumber: Mankiw (2006) Suku Bunga Dalam perekonomian terbuka, pasar uang dan pasar barang memiliki keterkaitan satu sama lain. Selain neraca perdagangan, dalam sistem perekonomian terbuka terjadi pula arus modal internasional. Hubungan antara pasar uang dan pasar barang dapat dijelaskan oleh persamaan pendapatan nasional dalam bentuk tabungan dan investasi (Mankiw, 2000). Y = C + I + G + NX Y C G = I + NX S = I + NX S I = NX NX = S I(r*) (11) Persamaan diatas menunjukkan bahwa ekspor neto suatu perekonomian harus selalu sama dengan selisih antara tabungan dan investasi atau arus modal keluar neto. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil dunia. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan perekonomian kecil terbuka, sehingga tingkat bunga riil sama dengan tingkat bunga riil dunia (r = r*). Hubungan antara tingkat suku bunga dengan neraca perdagangan dijelaskan dalam Gambar 5. Tingkat bunga (r) S r = r* NX I(r) 2 I(r) 1 Investasi, Tabungan, I,S Gambar 5 Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Neraca Perdagangan Sumber: Mankiw (2006) Jika tingkat suku bunga menurun maka permintaan terhadap barangbarang investasi akan meningkat pada setiap tingkat bunga (asumsi r = r*). Meningkatnya investasi menyebabkan kurva investasi bergeser dari I(r)1 ke I(r)2 pada tingkat dunia tertentu. Dampak dari investasi yang meningkat akan menyebabkan investasi harus dibiayai dengan utang luar negeri karena tabungan tidak berubah, yang berarti arus modal keluar neto adalah negatif. Karena NX = S I, kenaikan dalam I menunjukkan penurunan dalam NX atau neraca perdagangan.

25 11 Konsep J-Curve Devaluasi pada dasarnya merupakan penyesuaian harga pesaing di luar negeri terhadap biaya dalam negeri. Ketika mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri didevaluasi, maka barang yang diimpor harganya dalam rupiah menjadi naik secara proporsional. Penyesuaian yang lambat untuk peningkatan volume perdagangan dari perubahan harga yang disebabkan oleh devaluasi menyebabkan perubahan dengan fenomena yang dikenal dengan Kurva-J (J- Curve) (Halwani, 2002). Current +5 Account Surplus (+) Time T 1 T 2 Current -2 T 1 = Posisi Defisit Account berkurang Deficit (-) Gambar 6 Kurva-J (J-Curve) Sumber : Hamdy Hady (2004) T 3 T 2 = Posisi defisit T 3 = Posisi surplus Keterangan: 1. Kebijakan devaluasi biasanya dalam jangka pendek justru akan lebih memperberat sisi deficit current account 2. Hal ini dapat terjadi karena perubahan kuantitas ekspor dan impor sebagai akibat perubahan harga yang disebabkan oleh devaluasi memerlukan waktu penyesuaian. 3. Biasanya dalam waktu singkat justru penerimaan devisa ekspor relatif akan lebih cepat menurun karena adanya penyesuaian-penyesuaian harga barang ekspor di dalam negeri sehingga ekspor menjadi tertunda dan diperlukan kontrak baru, sedangkan pengeluaran devisa untuk impor menurun lebih lambat karena harga barang impor di luar negeri dalam valas tidak akan berubah. 4. Biasanya setelah periode tertentu (satu hingga tiga bulan penyesuaian harga ekspor dan impor), kurva J akan mulai menaik dan ini berarti devaluasi akan memperbaiki posisi current account (lebih tepatnya neraca perdagangan).

26 12 Marshall-Lerner Condition Alfred Marshall dan Abba Lerner menyatakan bahwa depresiasi nilai tukar riil akan meningkatkan kinerja current account apabila volume ekspor dan volume impor elastis (lebih besar dari 1) terhadap perubahan nilai tukar riil. Dampak perubahan nilai tukar riil terhadap current account dibagai ke dalam volume effect dan value effect. Volume effect adalah dampak perubahan unit output ekspor dan impor akibat dari perubahan nilai tukar riil. Mereka beragumen bahwa nilai volume effect adalah positf karena elatisitas ekspor positif (perubahan permintaan volume ekspor terhadap perubahan nilai tukar riil > 0) dan elastisitas impor negatif (perubahan permintaan volume ekspor terhadap perubahan nilai tukar riil < 0). Sementara value effect adalah kenaikan nilai impor atas dasar harga domestik akibat dari perubahan nilai tukar riil. Sehingga perubahan current account secara netto dapat menjadi positif atau negatif tergantung pada elastisitas ekspor dan impor. Dalam analisa Marshall-Lerner Condition diasumsikan bahwa neraca jasa=0 sehingga current account (CA) sama dengan trade balance (neraca perdagangan. Jika CA dinyatakan dalam unit output domestik maka dapat ditulis sebagai berikut: CA (EP*/P,Y d ) = EX(EP*/P)-IM(EP*/P,Y d ) (12) Dimana CA= Current Account, EX= ekspor, IM= impor, EP*/P= nilai tukar riil, dan Y d = pendapatan domestik riil. Dalam persamaan (12) diasumsikan bahwa pendapatan luar negeri (Y f ) adalah konstan. Misalkan q sebagai nilai tukar riil dan EX* sebagai domestic import dilihat dari sisi luar negeri (volume ekspor luar negeri ke domestik), maka: IM= q x EX* (13) Sehingga, jika persamaan (13) disubstitusikan ke persamaan (12), maka: CA (q,y d ) = EX(q) - q x EX*(q,Y d ) (14) Jika EX q merepresentasikan dampak dari kenaikan 1 (depresiasi nilai tukar riil) pada permintaan ekspor dan EX* q merepresentasikan dampak dari kenaikan q pada volume impor, maka dapat ditulis: EX q = EX/ q (15) EX* q = EX*/ q (16) Dimana, EX q > 0 sedangkan EX* q < 0. Dengan depresiasi nilai tukar riil maka harga produk di pasar global menjadi lebih murah sehingga daya saing meningkat. Oleh karena itu, depresiasi akan meningkatkan permintaan ekspor (EX*) dan menrunkan permintaan impor dari luar neger (EX*). Jika superscript 1 mewakili nilai awal CA dan superscript 2 mewakili nilai setelah q berubah, maka dampak perubahan nilai tukar riil terhadap current account adalah sebagai berikut: CA = CA 2 CA 1 = (EX 2 q 2. EX* 2 ) (EX 1 q 1.EX* 1 ) (17) CA = (EX 2 EX 1 ) q 2. EX* 2 + q 1.EX* 1 + (q 2.EX* 1 q 2.EX* 1 ) (18) CA = EX (q 2. EX*) ( q.ex* 1 ) (19) Dengan membagi sisi kiri dan kanan dengan q maka akan diperoleh reaksi current account terhadap perubahan nilai tukar, yaitu: CA/ q = EX q (q 2. EX* q ) EX* 1 (20)

27 13 Dampak perbuhan nilai tukar riil terhadap current account dibagai ke dalam volume effect dan value effect. Besaran EX q dan EX* q mencerminkan volume effect. Nilai volume effect selalu posistif karena EX q > 0 dan EX* q < 0. Sementara EX* 1 mencerminkan value effect dan ini akan memperburuk CA karena dengan meningkatnya nilai tukar riil (q) maka akan meningkatkan nilai impor (pada volume impor semula yang tetap) dalam harga domestik (Astiyah dan Santoso, 2005). Selanjutnya untuk mengetahui dampak depresiasi terhadap ekspor dan impor domestik, maka perlu mengetahui bagaimana elastisitas ekspor dan impor terhadap perubahan nilai tukar riil, yaitu sebagai berikut: η = (q 1 /EX 1 ). EX q (21) η* = -(q 1 /E*X 1 ). EX* q (22) Atau dengan kata lain, persamaan permintaan ekspor dan impor dalam jangka panjang secara umum adalah: EX q = α x + β * y * t + η reer t EX* q = α m + βy t η* reer t (23) sehingga persamaan neraca perdagangan (EX q -EX* q ) jangka panjang secara umum adalah tb t = α x - α m + β*y* t - βy t + (η + η* 1) rer t (24) tb t = α + β*y* t - βy t + η** rer t (25) dimana tb adalah trade balance (neraca perdagangan), y * adalah PDB mitra dagang, y merupakan PDB domestik, η adalah elastisitas permintaan ekspor, η* adalah elastisitas permintaan impor, rer adalah nilai tukar riil, α = α x - α m dan η** = (η + η* 1). Koefisien rer t (η**) memberikan kondisi Marshall-Lerner untuk suatu depresiasi (peningkatan rer) yang akan meningkatkan neraca perdagangan. Menurut Marshall-Lerner Condition, depresiasi riil dari suatu mata uang akan meningkatkan kinerja trade balance jika jumlah dari elastisitas permintaan impor dan ekspor terhadap nilai tukar riil lebih besar dari 1 (>1). Sehingga, jika persamaan (25) tersebut terpenuhi maka dikatakan bahwa Marshall-Lerner Condition terpenuhi (Batiz, 1994). Metode Analisis (Vector Error Correction Model/VECM) Vector Error Correction Model (VECM) adalah VAR yang terestriksi yang digunakan untuk variabel yang nonstasioner tetapi memiliki potensi terkointegrasi. Setelah dilakukan pengujian pada model yang digunakan maka dianjurkan untuk memasukan persamaan kointegrasi ke dalam model yang digunakan. Pada data time series kebanyakan memiliki tingkat stasioneritas pada first difference atau I(1). VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasinya. Oleh karena itu, VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series nonstasioner yang memiliki hubungan kointegrasi. Dengan demikian, dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka panjang. Adapun spesifikasi model VECM secara Umum adalah sebagai berikut : k 1 Δy t = µ 0x + µ 1x t + π x y t-1 + i=1 Г Rix Δy t-i + ε t (26)

28 14 Dimana : Y t = Vektor yang berisi variabel yang akan dianalisis dalam penelitian (vektor dari variabel endogen : X/M, RER, Y, Y*, R, R*) i = Lag order µ 0x = vektor intersep μ 1x = Vektor Koefisien Regresi, t = Time trend Π x = α x β, dimana β mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang, α = Matriks Loading atau matriks parameter speed of adjusment, Y t-i = Variabel in-level (k-1) = Ordo VECM dari VAR, Γ = Matriks Koefisien Regresi ε t = Error term Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis efek Kurva-J telah dilakukan sebelumnya oleh Yasmina Guechari (2012) menggunakan teknik kointegrasi dan analisis Error Correction Model (ECM) adalah. Yasmina Guechari menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari nilai tukar riil efektif (Real Effective Exchange Rate/REER) pada neraca perdagangan Algeria baik secara agregat maupun bilateral (Amerika Serikat dan Perancis). Dalam analisis ini, Yasmina menggunakan data time series selama periode 1981:Q1 hingga 2009:Q4. Varabel yang digunakan adalah log neraca perdagangan (agregat dan bilateral) yang didefinisikan sebagai rasio ekspor dan impor, log REER, log pendapatan domestik (Algeria), dan log pendapatan luar negeri sebagai mitra dagang utamanya (Amerika dan Perancis). Hasil yang diperoleh Yasmina Guechari yaitu REER memiliki pengaruh yang signifikan (negatif dalam jangka pendek dan positif dalam jangka panjang) pada neraca perdagangan bilateral dan agregat. Melalui uji granger causality antar variabel, didapatkan bahwa ada hubungan sebab akibat antara nilai tukar dengan neraca perdagangan agregat dan bilateral (Amerika Serikat dan Perancis). Hasil analisis generalized impulse response membuktikan bahwa kurva-j terjadi pada neraca perdagangan Algeria secara agregat dan bilateral dengan Amerika Serikat. Sementara, neraca perdagangan Algeria dengan Perancis menunjukkan kurva-j yang lemah. Secara umum dapat disimpulkan bahwa devaluasi mata uang Algeria akan memberikan keuntungan bagi neraca perdagangan Algeria. Penelitian mengenai analisis efek Kurva-J juga telah dilakukan oleh Hassan Kimbugwe (2006). Kimbugwe menguji hipotesis Kurva-J dalam jangka pendek dan jangka panjang dari hubungan perdagangan bilateral Turki dengan 9 mitra dagang utamanya (Austria, Belgia, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Swiss, Amerika). Penelitian ini menggunakan data agregat dan data disagregat secara tahunan pada periode Data-data tersebut diuji menggunakan metode yang berlandaskan pada pendekatan Bound Testing baru untuk teknik kointegrasi yaitu Autoregressive Distributed Lag (ARDL), teknik kointegrasi multivariasi, analisis generalized impulse response functions serta uji CUSUM

29 and CUSUMQ untuk melihat kestabilan hubungan jangka panjang antar variabelvariabel yang diuji yaitu antara neraca perdagangan dengan nilai tukar riil, PDB riil domestik (Turki), dan PDB riil mitra dagang utamanya (Austria, Belgia, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Swiss, Amerika). Hasil yang diperoleh Kimbugwe adalah adanya hubungan kointegrasi dalam jangka panjang antara variabel neraca perdagangan riil, nilai tukar riil, PDB riil domestik (PDB Turki) dan PDB riil 9 mitra utama dagangnya. Namun di sisi lain, penulis tidak dapat menemukan fakta yang mendukung hipotesis Kurva-J dalam jangka pendek untuk negara Turki. Bagaimanapun, penggunaan generalised impulse response function ternyata tetap dapat membuktikan bahwa depresisi nilai mata uang Turki (Lira) akan meningkatkan neraca perdagangan dalam keseimbangan jangka panjang hanya untuk kasus perdagangan bilateral antara Turki dengan Inggris dan Belgia. Peneliti lain yang menguji fenomena J-Curve dengan menggunakan teknik pendekatan Bound Testing untuk teknik kointegrasi yaitu Autoregressive Distributed Lag (ARDL) seperti yang digunakan Kimbugwe adalah Mohsen Bahmani-Oskoee dan Jehanzeb Cheema (2009), Abdorreza Soleymani, Soo Y. Chua, dan Behnaz Saboori (2011), serta Mohsen Bahmani-Oskooee and Tatchawan Kantipong (2001). Ketiga kelompok peneliti tersebut secara umum menggunakan teknik pendekatan Bound Testing untuk meneliti fenomena J-Curve di negara yang berbeda. Adapun masing-masing tujuan penelitian yang dilakukan oleh ketiga kelompok peneliti tersebut yaitu: Mohsen Bahmani-Oskoee dan Jehanzeb Cheema (2009) menggunakan pendekatan Bound Testing untuk menguji fenomena J-Curve antara Pakistan dengan 13 mitra dagang utamanya yaitu China, Perancis, Jerman, Hongkong, Italia, Jepang, Korea, Kuwait, Malaysia, Arab Saudi, U.A.E., Inggris, dan Amerika dengan menggunakan data perdagangan bilateral secara kuartalan selama periode 1980:Q1 hingga 2003:Q4. Variabel yang digunakan adalah neraca perdagangan Pakistan dengan mitra dagang utamanaya yang didefinisikan sebagai rasio impor impor nominal terhadap ekspor nominalnya dengan mitra dagang utama, PDB riil Pakistan, PDB riil negara lain yang menjadi mitra dagang utamanya, dan nilai tukar riil bilateral. Di samping menggunakan pendekatan Bound Testing, Bahmani-Oskoee Cheema juga menggunakan pendekatan kointegrasi Johansen untuk melihat hubungan jangka panjang antar variabel. Sementara Abdorreza Soleymani, Soo Y. Chua, dan Behnaz Saboori (2011) menggunakan teknik pendekatan Bound Testing dan juga error correction model (ECM) untuk menginvestigasi respon jangka pendek dan jangka panjang neraca perdagangan antara Malaysia dengan China terhadap depresiasi nilai riil mata uang Ringgit. Penulis menggunakan data 53 industri secara kuartalan selama periode 1993Q1-2009Q4. Sedangkan di sisi lain, Mohsen Bahmani-Oskooee and Tatchawan Kantipong (2001) juga menguji fenomena J-Curve (respon jangka pendek dan jangka panjang neraca perdagangan terhadap depresiasi nilai tukar) antara Thailand dengan lima mitra dagang utamanya yaitu Jerman, Jepang, singapura, Inggris, dan Amerika Serikat. Data yang dianalisis adalah data kuartalan selama periode 1973:Q1 hingga 1997:Q4. Dengan menggunakan pendekatan Bound Testing, Bahmani-Oskoee dan Cheema (2009) dapat membuktikan bahwa depresiasi nilai tukar memberikan memberikan pengaruh jangka pendek terhadap neraca perdagangan walaupun 15

30 16 tidak konsisten dengan hipotesis kurva-j. Dalam jangka panjang, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tukar riil dan neraca perdagangan antara Pakistan dengan hampir setengah dari mitra dagang utamanya yaitu China, Hong Kong, Jepang, Kuwait, dan U.A.E. implikasi kebijakan dari penemuan kedua penulis ini adalah tidak semua mitra dagang terpengaruh terhadap depresiasi riil nilai mata uang Pakistan (Rupee). Di sisi lain, penggunaan pendekatan kointegrasi Johansen tidak dapat membuktikan hipotesis Kurva J maupun dampak jangka panjang yang signifikan dari perubahan nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan bilateral. Pengujian yang telah dilakukan oleh Abdorreza Soleymani, Soo Y. Chua, dan Behnaz Saboori (2011) dengan menggunakan metode pendekatan Bound testing dan ECM didapatkan hasil bahwa meskipun depresiasi mata uang Ringgit memberikan pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek terhadap neraca perdagangan di level industri secara mayoritas, pengaruh dalam jangka pendek tersebut jika diterjemahkan ke dalam jangka panjang hanya akan memberikan pengaruh yang positif hanya kepaada 11 industri dari 53 industri yang diteliti. Mohsen Bahmani-Oskooee and Tatchawan Kantipong (2001) juga menggunakan metode penelitian Autoregressive Distributed Lag (ARDL) untuk meneliti kasus fenomena J-Curve untuk negara Thailand. Hasil yang diperoleh adalah fenomena J-Curve hanya terjadi antara hubungan perdagangan bilateral Thailand dengan Jepang serta hubungan perdagangan bilateral Thailand dengan Amerika Serikat. Sementara hubungan perdagangan bilateral antara Thailand dengan Jerman, Inggris, dan Singapura tidak menunjukkan adanya fenomena J- curve. Hasil yang diperoleh Mohsen Bahmani-Oskooee and Tatchawan Kantipong tersebut sedikit berbeda dengan hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Olugbenga Onafowora (2003). Onafowora menggunakan metode yang berbeda yaitu Vector Error Correction Model (VECM) dan analisis Generalized Impulse Response Function untuk meneliti pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari perubahan nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan riil (fenomena J-Curve) antara tiga Negara di ASEAN (Thailand, Malaysia, dan Indonesia) dalam hubungan perdagangan bilateral dengan Amerika dan Jepang. Dalam analisis ekonometrika ini, Onafowora menggunakan data untuk variabel neraca perdagangan Thailand, Malaysia, dan Indonesia dengan mitra dagangnya yaitu Amerika dan Jepang, PDB riil Thailand PDB riil Malaysia, PDB riil Indonesia, PDB riil Amerika, PDB riil Jepang sebagai menjadi mitra dagangnya, dan nilai tukar riil bilateral secara kuartalan selama periode 1980:Q1 hingga 2001:Q4. Onafowora menemukan bahwa terdapat fenomena J-Curve dalam jangka pendek di dalam hubungan perdagangan bilateral Indonesia dan Malaysia dengan Amerika dan Jepang serta perdagangan bilateral antara Thailand dengan Amerika. Depresiasi nilai tukar riil pada awalnya akan memperburuk neraca perdagangan (paling tidak berlangsung selama 4 kuarter) kemudian dalam jangka panjang akan terjadi peningkatan neraca perdagangan. Sementara kasus hubungan bilateral perdagangan antara Thailand dengan Jepang menunjukkan hasil yang berbeda. Di awal, terjadinya perubahan nilai tukar riil justru akan meningkatkan neraca perdagangan Thailand. Namun saat beberapa waktu neraca perdagangan akan memburuk kemudian akan meningkat lagi. Dengan kata lain, hasil pengujian

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 i ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ii RINGKASAN RUSNIAR.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN.... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,

METODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank, III. METODE PENELITIAN A.Sumber Data dan Variabel Analisis penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data diperoleh dari berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN TERBUKA

PEREKONOMIAN TERBUKA 1. Arus Modal dan Barang Internasional PEREKONOMIAN TERBUKA Dalam perekonomian terbuka pengeluaran suatu negara selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yg mereka hasilkan dr meproduksi barang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan ini menjelaskan bahwa nilai tukar atau kurs dari dua negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan ini menjelaskan bahwa nilai tukar atau kurs dari dua negara II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendekatan Elastisitas ( Elasticity Approach) Pendekatan ini menjelaskan bahwa nilai tukar atau kurs dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR OBLIGASI NEGARA DI ANTARA NEGARA NEGARA ASEAN+6 OLEH SURYARISMAN PRATAMA H

INTEGRASI PASAR OBLIGASI NEGARA DI ANTARA NEGARA NEGARA ASEAN+6 OLEH SURYARISMAN PRATAMA H INTEGRASI PASAR OBLIGASI NEGARA DI ANTARA NEGARA NEGARA ASEAN+6 OLEH SURYARISMAN PRATAMA H14053246 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SURYARISMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi dan perdagangan internasional merupakan dua arus yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Globalisasi ekonomi dapat membuka kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nilai Tukar Sistem nilai tukar mengambang ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan Undang Undang Nomor 24 tahun 1999 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH HERTANTI DYAH MAHARANI H

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH HERTANTI DYAH MAHARANI H ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH HERTANTI DYAH MAHARANI H14103037 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal Nilai tukar suatu negara menunjukkan harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain(mishkin, 2009:107). Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

TEORI KUANTITAS UANG DAN IMPLIKASINYA DALAM JANGKA PANJANG PERIODE : STUDI KASUS DI INDONESIA

TEORI KUANTITAS UANG DAN IMPLIKASINYA DALAM JANGKA PANJANG PERIODE : STUDI KASUS DI INDONESIA TEORI KUANTITAS UANG DAN IMPLIKASINYA DALAM JANGKA PANJANG PERIODE 1984-2014: STUDI KASUS DI INDONESIA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menetapkan perubahan manajemen nilai tukar dari sistem nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menetapkan perubahan manajemen nilai tukar dari sistem nilai tukar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya keterbukaan perekonomian memiliki dampak pada neraca transaksi berjalan (current account) suatu negara, perkembangan manajemen nilai tukar yang diadopsi indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal baik dipandang dari segi ekonomi maupun tarap hidup masyarakatnya. Untuk itu Indonesia selalu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberalisasi dan globalisasi membawa konsekuensi pada fundamental

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberalisasi dan globalisasi membawa konsekuensi pada fundamental BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi dan globalisasi membawa konsekuensi pada fundamental perekonomian masing-masing negara. Ketidakmampuan negara dalam menjaga fundamental perekonomian ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG 1 ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS Oleh Baida Soraya 117039030/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan BAB V PENUTUP Sebagai penutup dari skripsi ini, akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan disampaikan pula saran yang didasarkan pada hasil kesimpulan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua negara menerapkan perekonomian terbuka yang mengarah kepada sistem perdagangan internasioal. Dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP) Bahan 5 - Ekonomi Terbuka PEREKONOMIAN TERBUKA (AN OPEN ECONOMY) DAN DERIVASI KURVA BP (NERACA PEMBAYARAN) SERTA SISTEM KURS DAN SISTEM DEVISA YANG DIBERLAKUKAN 1. Transaksi Internasional Perekonomian

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Latar belakang kenaikan harga minyak dunia yang terjadi akhir-akhir ini berbeda dengan fenomena kenaikan harga minyak dunia sebelumnya. Saat ini, kenaikan harga minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Di banyak negara, perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H

OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H ANALISIS EFEKTIVITAS PENETAPAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PETUMBUHAN EKONOMI NASIONAL OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H14102125 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE 1999-2006 MUHAMMAD ILHAM RIYADH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK MUHAMMAD ILHAM RIYADH. Analisis Fluktuasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS Oleh H A M D I 087018025/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1 Ilmu Ekonomi Nilai Tukar PIEw11 1 Perekonomian Terbuka Perdagangan dapat mensejahterakan setiap orang Perekonomian tertutup (closed economy): sebuah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PEMBAYARAN TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH OLEH RUDI ARDIANSYAH H14102109

ANALISIS PENGARUH NERACA PEMBAYARAN TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH OLEH RUDI ARDIANSYAH H14102109 ANALISIS PENGARUH NERACA PEMBAYARAN TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH OLEH RUDI ARDIANSYAH H14102109 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN RUDI ARDIANSYAH.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci