ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH HERTANTI DYAH MAHARANI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH HERTANTI DYAH MAHARANI H"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH HERTANTI DYAH MAHARANI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH HERTANTI DYAH MAHARANI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

3 ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH HERTANTI DYAH MAHARANI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Hertanti Dyah Maharani Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Neraca Perdagangan Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Nunung Nuryartono, M.Si, Ph.D NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan :

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2007 Hertanti Dyah Maharani H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Hertanti Dyah Maharani lahir di Jakarta pada tanggal 18 April Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Drs. H. Solichin Wardoyo dan Hermina (Alm). Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa ada hambatan yang berarti. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Purwantoro XIV Malang, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Malang dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 3 Malang dan lulus pada tahun Pada tahun 2003, penulis melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan penulis untuk memperoleh ilmu dan dapat mengembangkan wawasan sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti SES-C dan Hipotesa. Selain itu penulis juga aktif menjadi panitia acara yang dilaksanakan di kampus. Penulis juga pernah mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XVIII 2005 yang dilaksanakan di Padang-Sumatera Barat dan berhasil menjadi Penyaji Terbaik dalam Program Kreatifitas Mahasiswa.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Neraca Perdagangan Indonesia. Fenomena hubungan antara perubahan nilai tukar rupiah terhadap neraca perdagangan Indonesia menjadi suatu studi yang menarik untuk dianalisis. Disamping itu, skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. M. P. Hutagaol, M.S, Ph.D selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini. 3. Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. 4. Kedua orang tua penulis, Drs. H. Solichin Wardoyo dan Hermina (Alm) atas do a, kasih sayang, kesabaran serta dukungannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 5. Mba Herien, Mas Iwan, dan Mas Dharu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis. Serta kedua keponakan penulis Icha dan Embil. 6. Keluarga besar Cijantung : Bude Jum, Pakde Marso, Mba Rini, Mba Wulan, dan Mas Satya yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan nasihat yang bermanfaat bagi penulis. 7. Pak Annas, Bu Kun, Mba Dewi, Mba Tari, Mba Vina, dan rekan-rekan sekantor yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8 8. Teman-teman penulis : Opie, Dphe, Desy, Asieh, Prima, Wirawan, Diyan Timor, Andien, Nadia, Eka, Wawan, Berry, Gilman, Kak Ade, Kak Fikri, serta teman-teman IE 40 atas kebersamaannya selama 4 tahun. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, September 2007 Hertanti Dyah Maharani H

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Perdagangan Internasional Ekspor Impor Neraca Perdagangan Kondisi Marshall-Lerner, Pendekatan Elastisitas Terhadap Neraca Perdagangan Definisi Nilai Tukar Sistem Nilai Tukar Teori Paritas Daya Beli Definisi Uang Hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Neraca Perdagangan Tinjauan Penelitian Terdahulu Kerangka Konseptual Hipotesis III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data... 31

10 xi Error Correction Model Pengujian Pra Estimasi Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Pengujian Hipotesis IV. GAMBARAN UMUM NERACA PERDAGANGAN INDONESIA DAN FAKTOR-FAKTOR DALAM NEGERI YANG MEMPENGARUHINYA 4.1. Gambaran Umum Neraca Perdagangan Indonesia Gambaran Umum GDP Riil Indonesia Gambaran Umum Jumlah Uang Beredar di Indonesia Gambaran Umum Tingkat Suku Bunga SBI Gambaran Umum Nilai Tukar Rupiah V. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NERACA PERDAGANGAN INDONESIA 5.1. Validitas Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Indonesia dalam Jangka Panjang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Indonesia dalam Jangka Pendek VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 68

11 xii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Sepuluh Negara Tujuan Utama Ekspor Indonesia Tahun Indikator Makroekonomi di Indonesia Neraca Perdagangan Indonesia Tahun Variabel yang digunakan dalam Penelitian Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada Tingkat Level Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada First Difference Hasil Estimasi Kointegrasi Hasil Uji Autokorelasi Error Correction Model Hasil Uji Heteroskedastisitas (ARCH Test) Hasil Uji Heteroskedastisitas (White Heteroskedasticity Test) Error Correction Model... 60

12 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Grafik Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi, dan Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun Kurva Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Neraca Perdagangan Indonesia Kerangka Konseptual Grafik Neraca Perdagangan Indonesia Tahun Grafik GDP Riil Indonesia Tahun Grafik Jumlah Uang Beredar di Indonesia Tahun Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Tahun Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun Hasil Uji Normalitas Error Correction Model... 59

13 xiv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Mentah Uji Stasioneritas Data Uji Kointegrasi Hasil Estimasi Kointegrasi Hasil Estimasi Jangka Pendek yang Tidak Signifikan Hasil Estimasi Jangka Pendek yang Signifikan Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas... 83

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara, khususnya negara yang menganut sistem perekonomian terbuka tidak terlepas dari interaksi internasional. Salah satu kegiatan dalam interaksi internasional tersebut adalah perdagangan internasional yang meliputi kegiatan ekspor impor. Dalam era keterbukaan dan liberalisasi perdagangan, alur barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga hampir tidak ada negara yang menganut rezim perekonomian tertutup. Sebagai salah satu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, Indonesia juga aktif dalam kegiatan perdagangan internasional dengan negara lain.. Dengan adanya perdagangan internasional tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan nasional bagi negara yang bersangkutan. Terjadinya perdagangan internasional diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara terutama dari permintaan barang ekspor. Peningkatan nilai ekspor yang lebih besar dari nilai impor mampu memperbaiki nilai neraca perdagangan dan pada akhirnya akan mempengaruhi balance of payment. Ekspor sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia, karena ekspor tidak saja sebagai sumber penerimaan devisa tetapi juga sebagai perluasan pasar bagi produksi barang-barang domestik dan penyerap tenaga kerja. Mengingat pentingnya peranan perdagangan internasional terhadap perekonomian suatu negara, Indonesia pun membuka jalur perdagangan dengan negara lain. Beberapa negara bahkan menjadi partner dagang utama Indonesia.

15 2 Tidak hanya negara-negara ASEAN saja, tetapi juga Korea Selatan, Cina, dan Taiwan juga menjadi mitra dagang penting utama. Bahkan pangsa pasar produk Indonesia mampu menembus pasar Amerika Serikat. Tabel 1.1 menyajikan data negara yang menjadi tujuan utama ekspor berdasarkan share nilai ekspornya terhadap nilai ekspor Indonesia. Tabel 1.1. Sepuluh Negara Tujuan Utama Ekspor Indonesia Tahun No. Negara Nilai Ekspor (Ribu US$) Share (%) 1. Jepang ,0 29,61 2. Amerika Serikat ,8 15,31 3. Singapura ,2 12,17 4. China ,3 11,37 5. Korea Selatan ,9 10,48 6. Malaysia ,5 5,60 7. India ,2 4,62 8. Taiwan ,5 3,73 9. Thailand ,7 3, Belanda ,1 3,43 Sumber: Departemen Perdagangan (2007) Berdasarkan data diatas, lima negara yang menjadi partner dagang penting bagi Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, Singapura, China, dan Korea Selatan. Dari total ekspor kurang lebih sebesar 73 ribu US$, nilai ekspor negara Jepang mencapai 21 ribu US$ dengan share sebesar 29,61%. Diikuti oleh Amerika Serikat dengan nilai ekspor sebesar 11 ribu US$ dan share sebesar 15,31%. Sedangkan Singapura, China, dan Korea Selatan masing-masing memiliki share sebesar 12,17%; 11,37%; dan 10,48%. Aktifitas perdagangan antar negara pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 kondisi (Mankiw, 2000) yaitu trade surplus, trade deficit, dan balance trade. Suatu negara dikatakan mengalami surplus perdagangan (trade surplus) jika

16 3 nilai ekspornya lebih besar daripada nilai impornya. Sedangkan jika nilai impor suatu negara lebih besar daripada nilai ekspornya maka negara tersebut mengalami defisit perdagangan atau trade deficit. Perdagangan berimbang atau balance trade terjadi jika nilai impor sama dengan nilai ekspor. Ketika nilai ekspor suatu negara lebih besar dari nilai impornya maka akan berimplikasi pada meningkatnya penerimaan devisa negara. Dengan demikian pendapatan nasional negara tersebut akan meningkat. Peningkatan pendapatan nasional pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi negara tersebut. Pentingnya perdagangan internasional menyebabkan beberapa negara berupaya untuk meningkatkan nilai ekspornya dengan melakukan promosi ekspor bagi komoditas unggulan yang dihasilkan oleh negara tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran barang dan jasa antar negara adalah nilai tukar mata uang domestik terhadap nilai mata uang asing. Tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan disebut kurs (exchange rate) (Mankiw,2000). Jika nilai mata uang domestik terapresiasi, maka harga barang-barang domestik lebih mahal daripada harga barang luar negeri dan akan berimplikasi pada menurunnya nilai ekspor. Sebaliknya, jika nilai mata uang domestik melemah atau terdepresiasi, maka harga barang dalam negeri akan lebih murah dibandingkan dengan harga barang luar negeri. Sehingga akan menyebabkan meningkatnya nilai volume ekspor dan berimplikasi pada membaiknya nilai neraca perdagangan (Batiz, 1994). Oleh karena itu, nilai tukar sangat penting dalam menentukan daya saing (competitiveness) ekspor suatu negara.

17 4 Pada tahun 1997, Asia dilanda krisis ekonomi yang mengakibatkan melemahnya nilai mata uang regional terhadap dollar Amerika. Indonesia sendiri tidak terlepas dari badai krisis tersebut yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar terhadap dollar Amerika. Krisis tersebut membawa dampak bagi perekonomian di Indonesia seperti pertumbuhan ekonomi yang merosot, laju inflasi yang tidak terkendali, serta meningkatnya jumlah pengangguran pertumbuhan ekonomi laju inflasi persen jumlah pengangguran tahun Sumber : Bank Indonesia dan BPS (2007) Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi, dan Tingkat Pengangguran di Indonesia. Dari data diatas dapat diketahui bahwa kinerja perekonomian Indonesia mulai memburuk pada tahun 1997 tepat pada saat Indonesia mengalami krisis moneter. Bahkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia berada dalam posisi minus dengan laju inflasi sebesar 77,63% pada tahun Selain itu, krisis moneter juga menyebabkan jumlah pengangguran meningkat. Hal ini disebabkan karena banyaknya perusahan yang mengurangi tenaga kerja untuk mengurangi biaya produksi. Selain berdampak pada sektor ekonomi, krisis yang melanda Indonesia

18 5 juga menyebabkan situasi politik di Indonesia memanas yang puncaknya adalah timbul ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah sehingga menyebabkan terjadinya krisis multidimensi di Indonesia. Semakin terguncangnya perekonomian di negara-negara Asia, ditambah dengan merosotnya mata uang Bath Thailand berimplikasi pada nilai tukar rupiah yang semakin terdepresiasi tidak terkendali terhadap dollar Amerika. Semakin tidak stabilnya nilai rupiah tersebut memaksa pemerintah mengambil langkah untuk merubah sistem nilai tukar rupiah pada tanggal 14 Agustus Indonesia yang semula menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali (manage floating exchange rate) berubah menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate), dimana nilai tukar rupiah ditentukan sepenuhnya oleh kekuatan pasar. Dengan diterapkannya sistem nilai mengambang bebas membawa dampak pada stabilitas nilai tukar rupiah, yaitu terjadi fluktuasi kurs secara tajam. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang domestik. Selain itu, dampak lain dari tidak stabilnya nilai rupiah akan membawa pengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia yang berkaitan dengan neraca perdagangan. Mengingat nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai neraca perdagangan suatu negara. Dengan terdepresiasinya nilai tukar rupiah justru mampu meningkatkan nilai ekspor dan pada akhirnya akan memperbaiki nilai neraca perdagangan Indonesia.

19 Permasalahan Fenomena hubungan antara nilai tukar dengan neraca perdagangan menjadi salah satu subyek yang menarik untuk diamati dan dianalisis. Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara nilai tukar dengan neraca perdagangan. Tobin dalam Batiz, (1994) berpendapat bahwa depresiasi merupakan solusi terbaik bagi negara yang mengalami resesi dan defisit perdagangan. Karena depresiasi akan menstimulasi ekspor dan akan menurunkan nilai impor. Dengan terstimulasinya nilai ekspor dan nilai impor yang menurun maka akan memperbaiki nilai neraca perdagangan. Namun demikian, terdapat fakta lain menyatakan bahwa depresiasi tidak mampu meningkatkan nilai neraca perdagangan (Laffer dalam Agbola, 2004). Berdasarkan Tabel 1.3 sejak terjadinya krisis, komponen dari neraca perdagangan menunjukkan pergerakan searah. Kenaikan ekspor juga diikuti kenaikan impor. Namun demikian kenaikan ekspor masih lebih besar dibandingkan dengan kenaikan impor. Oleh karena itu, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Fenomena tersebut menarik untuk dilihat bahwa ternyata tidak semata-mata nilai tukar yang mempengaruhi nilai neraca perdagangan Indonesia, terdapat faktor lain yang mempengaruhi nilai neraca perdagangan Indonesia. Pasca krisis ekonomi yang melanda Indonesia, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya stabil. Dampak dari perubahan sistem nilai tukar rupiah menjadikan nilai rupiah berfluktuasi, sehingga mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

20 7 Tabel 1.2. Indikator Makroekonomi di Indonesia Indikator Makroekonomi Tahun Pertumbuhan Nilai Tukar Inflasi (%) GDP (miliar Rp) Ekonomi (%) Rupiah (Rp/US$) ,36 2, , ,91 9, , ,60 12, , ,80 10, , ,40 5, , ,70 6, , ,90 17, ,6 Sumber: Bank Indonesia dan BPS 2007 Dari data yang disajikan dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia pasca krisis mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi meningkat dari 5,36% pada tahun 1999 menjadi 6,91% pada tahun Perkembangan ekonomi di Indonesia yang mulai membaik ini dikarenakan banyaknya faktor positif yang mulai berpengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi perkembangan ekonomi internasional yang cukup baik, perkembangan sosial politik dalam negeri yang cukup kondusif, serta situasi moneter yang cukup stabil. Tetapi, pertumbuhan ini masih cukup rendah jika dibandingkan pada saat sebelum krisis yaitu mencapai 8,50% pada bulan Maret Selain itu nilai output di Indonesia juga mengalami peningkatan dari Rp miliar menjadi Rp miliar pada tahun Hal tersebut mengindikasikan adanya perbaikan kinerja perekonomian di Indonesia pasca krisis. Namun, walaupun beberapa indikator makroekonomi menunjukkan adanya perbaikan tetapi pada inflasi terjadi peningkatan yang cukup tajam. Tingkat inflasi

21 8 di Indonesia pada tahun 1999 sebesar 2,00% dan pada tahun berikutnya meningkat menjadi 9,40%. Bahkan pada tahun 2001, inflasi mencapai angka 12,55%. Peningkatan inflasi yang cukup signifikan ini berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. Sedangkan untuk perdagangan internasional, dampak dari krisis ekonomi di Indonesia juga mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Sejak diterapkannya sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai rupiah terus berfluktuasi terhadap dollar Amerika. Pasca krisis ekonomi, nilai neraca perdagangan Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan berfluktuasinya nilai rupiah terhadap dollar Amerika, seperti yang terdapat pada data berikut. Tabel 1.3. Neraca Perdagangan Indonesia Tahun (Juta US$) Tahun Nilai Ekspor Nilai Impor Nilai Neraca Perdagangan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0 Sumber: diolah dari BPS (2007) Dari data diatas dapat diketahui bahwa, pada tahun 2000 nilai neraca perdagangan naik sebesar 3.944,1 juta US$ dari tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun berikutnya nilai neraca perdagangan Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2000 nilai neraca perdagangan Indonesia mencapai ,2 juta US$ sedangkan pada tahun 2001 nilai neraca perdagangan Indonesia turun menjadi ,8 juta US$. Penurunan neraca perdagangan tersebut disebabkan karena terjadi penurunan pada ekspor

22 9 yaitu terjadi penurunan pada ekspor dari ,0 juta US$ pada tahun 2000 menjadi ,9 juta US$ pada tahun Memasuki tahun 2002, nilai neraca perdagangan Indonesia mulai mengalami perbaikan. Adanya peningkatan nilai neraca perdagangan pada periode tersebut menunjukkan kinerja perdagangan internasional yang mulai membaik yang ditandai dengan meningkatnya ekspor. Ekspor pada tahun 2002 meningkat sebesar 511,1 juta US$ dari tahun sebelumnya. Tahun 2004 nilai neraca perdagangan kembali mengalami penurunan menjadi ,2 juta US$. Penurunan tersebut dikarenakan kenaikan nilai impor lebih besar dari nilai ekspor pada tahun Sedangkan pada tahun 2005 nilai neraca perdagangan mulai membaik kembali yang ditandai dengan adanya kenaikan nilai neraca perdagangan sebesar juta US$. Berdasarkan dari beberapa data diatas maka dapat diuraikan beberapa permasalahan dalam penelitian ini antara lain : 1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perubahan pada nilai neraca perdagangan Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang? 2. Bagaimana hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terhadap neraca perdagangan Indonesia?

23 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai neraca perdagangan Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari perubahan nilai tukar rupiah terhadap neraca perdagangan Indonesia Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada neraca perdagangan serta pengaruh perubahan nilai tukar rupiah terhadap neraca perdagangan. 2. Memberikan masukan bagi pemerintah dalam upaya memacu ekspor Indonesia dalam rangka memperbaiki neraca perdagangan. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Perdagangan Internasional Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka, konsekuensi dari sistem tersebut diantaranya perekonomian Indonesia sangat tergantung kepada hubungan ekonomi dan perdagangan dengan luar negeri. Perdagangan luar negeri disamping mempunyai manfaat langsung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan peningkatan kesempatan kerja terutama ditujukan kepada usaha untuk menghasilkan devisa. Peningkatan devisa hasil ekspor pada umumnya akan meningkatkan kemampuan negara untuk meningkatkan pembayaran impor khususnya bagi kegiatan produk dan keperluan pembangunan. Kegiatan perdagangan internasional ini juga akan mempengaruhi balance of payment atau neraca pembayaran suatu negara khususnya dalam komponen current account atau transaksi berjalan. Jika dalam suatu negara kegiatan ekspornya lebih banyak daripada kegiatan impornya maka akan terjadi surplus dalam current account. Dan sebaliknya jika nilai ekspor lebih kecil daripada nilai impor maka current account akan mengalami defisit Ekspor Kegiatan ekspor merupakan kegiatan perdagangan dengan cara melakukan penjualan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor ini sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Dengan adanya ekspor maka akan terjadi akumulasi bagi devisa negara. Ekspor menunjukkan hubungan antara

25 12 permintaan luar negeri terhadap barang domestik, dimana permintaan tersebut dipengaruhi oleh harga relatif dan pendapatan luar negeri (Batiz,1994). Hubungan tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan berikut: M* = M*(q, Y*) (2.1) dimana q adalah harga relatif barang luar negeri terhadap barang domestik dan Y* merupakan pendapatan riil luar negeri. Jika harga relatif dari barang luar negeri meningkat (q naik) maka masyarakat luar negeri akan mengalihkan pengeluaran mereka untuk membeli barang domestik, sehingga akan memberikan efek positif terhadap ekspor Impor Impor yaitu perdagangan dengan cara mendatangkan barang-barang dari luar negeri untuk dijual atau digunakan di dalam negeri. Impor (M) menghubungkan antara jumlah permintaan masyarakat dalam negeri terhadap barang luar negeri. Dimana permintaan tersebut dipengaruhi oleh harga relatif barang luar negeri (q) dan pendapatan riil domestik (Y). Hubungan tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan berikut: M = M (q, Y) (2.2) Peningkatan harga relatif barang luar negeri (q) akan menyebabkan harga barang luar negeri menjadi lebih mahal, sehingga permintaan domestik terhadap barang domestik akan meningkat, dan berimplikasi menurunnya impor. Sebaliknya, adanya peningkatan pendapatan domestik akan meningkatkan impor, karena tambahan pendapatan tersebut akan digunakan untuk memperoleh barang luar negeri.

26 Neraca Perdagangan Neraca perdagangan atau trade balance menunjukkan perbedaan antara nilai ekspor barang-barang domestik dengan nilai impor. Secara matematis, bentuk persamaan neraca perdagangan nominal dapat ditulis sebagai berikut : T N = X N M N T N = PM* - ep*m (2.3) dimana M* menyatakan jumlah fisik dari barang domestik yang diekspor dan dikalikan dengan harga barang domestik (P) sehingga akan menghasilkan nilai ekspor sebesar PM*. Sedangkan variabel M menyatakan jumlah fisik barang luar negeri yang diimpor. Jika M dikalikan dengan harga barang barang luar negeri kemudian dikonversikan ke dalam mata uang domestik maka akan menghasilkan nilai impor. Bentuk persamaan neraca perdagangan antara ekspor dan impor yang dinyatakan dalam mata uang domestik dapat dilihat dalam persamaan (2.3). Untuk menyatakan neraca perdagangan secara riil, maka persamaan (2.3) dibagi dengan tingkat harga domestik, P. Sehingga akan menghasilkan persamaan sebagai berikut : T N = PM* - ep*m T N = PM* - ep* M P P P T N = M* - ep* M P P T = M* - qm (2.4)

27 14 Persamaan ep* menyatakan harga impor dalam mata uang domestik, dimana P* adalah harga barang luar negeri yang diukur dalam nilai mata uang asing dan e adalah nilai tukar mata uang domestik. Jika harga impor ini (ep*) dibagi dengan harga barang domestik, P, maka akan diperoleh q. Sehingga dapat dijelaskan bahwa variabel q merupakan rasio antara harga barang impor dengan harga barang ekspor yang diukur dalam mata uang domestik. Dalam analisis ekonomi terbuka, hubungan ini merupakan konsep nilai tukar riil. Jika q meningkat hal tersebut berarti harga barang impor lebih mahal dibandingkan dengan harga barang domestik, sehingga akan meningkatkan daya saing barang domestik di pasar internasional. Sebaliknya, penurunan pada q berarti harga barang domestik lebih mahal daripada harga barang luar negeri sehingga daya saing barang domestik di pasar internasional akan turun. Dengan mensubstitusi persamaan (2.1) dan persamaan (2.2) ke dalam persamaan (2.4) maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut : T = M*(q,Y*) qm(q,y) T = T(q,Y*,Y) T = T(Y*) my + øq (2.5) Dari persamaan diatas dapat diketahui beberapa variabel yang mempengaruhi neraca perdagangan. Tiga faktor penentu tersebut terdiri dari pendapatan luar negeri, pendapatan domestik, dan nilai tukar riil. Komponen pertama yang mempengaruhi neraca perdagangan adalah T yang tergantung pada pendapatan luar negeri, Y*, yang diasumsikan sebagai variabel eksogen.

28 15 Meningkatnya pendapatan luar negeri akan mendorong permintaan terhadap barang domestik. Peningkatan ekspor akan meningkatkan neraca perdagangan. Hal ini berarti neraca perdagangan meningkat ketika pendapatan luar negeri meningkat. Komponen kedua adalah pendapatan domestik. Variabel m menyatakan marginal propensity to impor yang didefinisikan sebagai bagian dari tambahan pendapatan yang digunakan untuk impor. Komponen yang terakhir adalah nilai tukar riil, q. Parameter ø menunjukkan akibat yang ditimbulkan dari perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan. Nilai parameter ini bisa bernilai positif, negatif, atau nol. Jika bernilai positif, dengan meningkatnya nilai tukar riil maka akan meningkatkan neraca perdagangan. Sebaliknya jika bernilai negatif meningkatnya nilai tukar riil akan merusak nilai neraca perdagangan. Sehingga pengaruh perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan tergantung dari tanda dan besaran parameter ø Kondisi Marshall-Lerner, Pendekatan Elastisitas Terhadap Neraca Perdagangan Keterkaitan antara perubahan nilai tukar dengan neraca perdagangan menjadi suatu masalah ekonomi yang cukup kontroversial. Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan melemahnya nilai tukar suatu mata uang (depresiasi) akan meningkatkan neraca perdagangan. Sedangkan beberapa ahli ekonomi lainnya menentang pendapat tersebut. Pada persamaan (2.5) menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan bersifat ambigu, bisa bernilai positif, negatif, atau nol. Perlu diperhatikan bahwa neraca perdagangan dipengaruhi oleh nilai tukar riil (q) bukan nilai tukar nominal (e). Hal ini

29 16 disebabkan bahwa neraca perdagangan tergantung dari permintaan barang domestik terhadap barang luar negeri, dimana permintaan ini tergantung dari harga relatif barang luar negeri terhadap barang domestik. Berdasarkan pendekatan Keynesian, tingkat harga dalam mata uang domestik diasumsikan bersifat kaku. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai tukar nominal dan nilai tukar riil memiliki hubungan satu sama lain. Jika harga barang luar negeri dan harga barang domestik tetap, kemudian P*/P bersifat kaku dan terjadi perubahan pada nilai tukar riil maka tidak terdapat perbedaan antara nilai tukar nominal dan nilai tukar riil (Batiz, 1994). Sehingga diasumsikan bahwa nilai tukar nominal dan nilai tukar riil bergerak secara bersamaan. Ketika nilai mata uang domestik terdepresiasi, maka akan meningkatkan ekspor. Kondisi tersebut dapat terjadi karena ketika nilai mata uang domestik meningkat, maka harga barang luar negeri akan lebih mahal daripada harga barang domestik sehingga masyarakat luar negeri dan domestik lebih memilih untuk membeli barang barang domestik dan pada akhirnya akan meningkatkan neraca perdagangan. Pada penjelasan sebelumnya diketahui bahwa nilai ekspor dan impor dipengaruhi oleh jumlah fisik barang baik yang diekspor maupun yang diimpor. Responsivitas dari jumlah fisik barang yang diekspor dan diimpor terhadap depresiasi akan membawa dampak langsung terhadap neraca perdagangan. Responsivitas dari permintaan untuk ekspor dan impor terhadap depresiasi mata uang domestik disebut elastisitas harga terhadap permintaan ekspor dan impor. Elastisitas harga terhadap permintaan ekspor digunakan untuk mengukur

30 17 persentase perubahan ekspor jika terjadi perubahan 1 persen dalam harga relatif barang luar negeri terhadap barang domestik. Secara sistematis bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut : η* = Δ M*/M* = ΔM*. q Δq/q Δq M* (2.6) Besarnya nilai η* menunjukkan perubahan q akan menyebabkan ekspor lebih responsif. Elastisitas harga terhadap permintaan impor digunakan untuk mengukur persentase perubahan impor jika terjadi perubahan 1 persen dalam harga relatif barang luar negeri terhadap barang domestik. Secara sistematis bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut : η = - Δ M/M = - ΔM. q Δq/q Δq M (2.7) Tanda negatif menunjukkan bahwa peningkatan harga relatif barang luar negeri akan menurunkan impor. Besarnya nilai η menunjukkan perubahan q akan menyebabkan impor lebih responsif. Hubungan antara elastisitas harga dari permintaan ekspor dan impor tersebut dianalisis oleh kondisi Marshall-Lerner. Kondisi Marshall-Lerner dapat dirumuskan dalam persamaan berikut : η + η* > 1 (2.8) Kondisi ini menyarankan bahwa sejauh nilai elastisitas harga dari permintaan ekspor dan impor lebih besar dari 1 maka devaluasi akan memperbaiki neraca perdagangan dalam jangka panjang. Dampak dari depresiasi mata uang atau

31 18 devaluasi pada neraca perdagangan di negara berkembang biasanya ditentukan oleh kondisi Marshall-Lerner. Dampak devaluasi terhadap transaksi berjalan dapat dirinci menjadi 3, yaitu : 1. Devaluasi menurunkan impor riil, dan karena harga barang impor dalam mata uang asing adalah tetap maka hal ini juga berarti menurunnya pengeluaran dalam mata uang asing. Hal ini berdampak baik pada transaksi berjalan. 2. Devaluasi meningkatkan ekspor riil, sehingga hal ini berdampak baik bagi transaksi berjalan. 3. Meningkatnya kuantitas ekspor harus diikuti dengan menurunnya penerimaan mata uang asing. Hal ini disebabkan karena devaluasi akan menurunkan harga barang ekspor dalam mata uang asing. Hal ini berdampak kurang baik bagi transaksi berjalan. Dalam kondisi Marshall-Lerner, dijelaskan bahwa perubahan nilai tukar membawa dampak pada perubahan nilai dan perubahan volume (Husma, 2004) 1. Perubahan Nilai Jika terjadi depresiasi mata uang maka harga barang ekspor akan lebih mahal bila diukur dari mata uang negara negara mitra dagang. Perubahan nilai ini akan menurunkan nilai ekspor dalam mata uang mitra dagang. 2. Perubahan Volume Volume permintaan barang ekspor domestik akan meningkat karena harga barang ekspor murah. Sementara harga barang impor mahal sehingga

32 19 permintaan barang impor akan menurun. Perubahan volume akan berpengaruh positif terhadap neraca perdagangan Definisi Nilai Tukar Nilai tukar atau kurs adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara lain atau mata uang suatu negara dinyatakan dalam mata uang negara lain. Nilai tukar merupakan salah satu variabel yang penting dalam suatu perekonomian terbuka, karena variabel ini berpengaruh pada variabel lain seperti harga, tingkat bunga, neraca pembayaran, dan transaksi berjalan (Batiz, 1994). Peranan tersebut berkaitan dengan tingkat harga relatif dari barang dalam negeri dan barang luar negeri dalam suatu hubungan perdagangan internasional. Suatu perekonomian dapat memiliki tingkat nilai tukar yang berubah-berubah setiap waktu Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar secara sederhana dapat diartikan sebagai seperangkat kebijakan institusi, praktek, peraturan, dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang lainnya. Sebagai dasar pertukaran mata uang suatu negara, maka setiap negara harus menetapkan kerangka atau sistem nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang negara lainnya. Secara umum sistem nilai tukar yang diterapkan saat ini dapat dibagi atas 2 sistem yaitu, fixed exchange rate dan floating exchange rate.

33 20 1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu nilai tukar tertentu atas mata uangnya. Untuk mempertahankan nilai tukarnya, pemerintah melalui bank sentral melakukan jual beli valuta asing. Nilai tukar biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sempit. Pada sistem ini, otoritas moneter tidak memiliki keleluasaan dalam mengendalikan kondisi moneter domestik. Kebaikan dari sistem nilai tukar tetap ini adalah adanya kepastian akan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain. Sehingga para eksportir dan importir dapat memperhitungkan transaksi perdagangan dengan pihak luar negeri. 2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate) Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilitas oleh otoritas moneter. Dalam arti, pemerintah atau otoritas moneter tidak berhak melakukan intervensi pasar, kecuali pada keadaan tertentu. 3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Manage Floating Exchange Rate) Pada sistem ini, otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan nilai tukar pada tingkat tertentu. Pada keadaan demikian biasanya cadangan devisa dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valuta asing di pasar untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar. Seberapa besar fluktuasi nilai tukar dalam sistem ini tergantung pada kemauan otoritas moneter untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing, serta tersedianya cadangan devisa

34 21 yang dimiliki negara tersebut lebih banyak persediaan cadangan devisa, maka lebih besar kemungkinan nilai tukar dapat distabilkan Teori Paritas Daya Beli Teori paritas daya beli memiliki 2 tipe yaitu, tipe absolut dan tipe relatif. Tipe absolut menyatakan bahwa keseimbangan nilai tukar sama dengan rasio harga domestik dan harga luar negeri. Persamaan dari teori paritas daya beli dapat dituliskan sebagai berikut : e = P P* (2.9) Keterangan : e = Nilai tukar nominal P = Harga barang dalam negeri P* = Harga barang luar negeri Dari persamaan diatas, maka dapat diperoleh persamaan berikut : q = e. P* P (2.10) Keterangan : q = Nilai tukar riil e = Nilai tukar nominal P = Harga barang dalam negeri P* = Harga barang luar negeri

35 22 Nilai tukar riil diasumsikan sama dengan 1. Nilai tukar riil akan lebih dari 1 apabila harga domestik lebih rendah dibandingkan dengan harga luar negeri. Nilai tukar riil akan kurang dari 1 jika harga domestik melebihi harga luar negeri yang dikonversikan ke dalam satuan mata uang dalam negeri. Tipe relatif menyatakan hal yang berbeda, yaitu perubahan pada keseimbangan nilai tukar akan sama dengan perubahan pada rasio tingkat harga. Secara umum tingkat persentase dari perubahan nilai tukar sama dengan perbedaan persentase tingkat harga (inflasi) antara luar negeri dan domestik Definisi Uang Salah satu bagian terpenting dalam aktivitas perekonomian suatu negara adalah uang. Definisi uang adalah persediaan aset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi (Mankiw, 2000). Uang juga menjadi salah satu faktor penting dalam transaksi perdagangan. Tiga fungsi utama uang, yaitu; 1. Sebagai penyimpan nilai (store of value). 2. Sebagai unit hitung (unit of account). 3. Sebagai media pertukaran (medium of exchange). Jumlah uang yang tersedia atau dipegang oleh masyarakat disebut jumlah uang beredar (money supply). Pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat perlu dilakukan mengingat jumlah uang beredar menentukan tingkat harga dan tingkat inflasi. Secara umum jenis uang dibagi menjadi dua. Pertama, uang kartal atau mata uang (currency) yaitu jumlah uang kertas dan uang logam yang beredar.

36 23 Sebagian besar transaksi harian menggunakan mata uang sebagai media pertukaran. Kedua, rekening giro (demand deposit) yaitu dana yang dipegang oleh masyarakat dalam bentuk rekening cek. Keynes dalam Mishkin (2001) menjelaskan tiga motif orang memegang uang, antara lain : 1. Motif transaksi. Secara teoritis, semakin besar jumlah uang yang beredar dalam masyarakat maka akan menyebabkan meningkatnya konsumsi. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi kebutuhan masyarakat maka semakin besar pula keinginan masyarakat untuk bertransaksi. 2. Motif berjaga-jaga. Uang diperlukan karena masyarakat memiliki ekspektasi terhadap kebutuhan yang tidak terduga. 3. Motif spekulasi. Terjadi untuk membiayai suatu transaksi yang menimbulkan pendapatan tetapi tidak terdapat ketidakpastian dalam pendapatan tersebut Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Neraca Perdagangan Dalam perekonomian terbuka, pasar uang dan pasar barang memiliki keterkaitan satu sama lain. Selain neraca perdagangan, dalam sistem perekonomian terbuka terjadi pula arus modal internasional. Hubungan antara pasar uang dan pasar barang dapat dijelaskan oleh persamaan pendapatan nasional dalam bentuk tabungan dan investasi (Mankiw, 2000).

37 24 Y = C + I + G + NX Y C G = I + NX S = I + NX S I = NX NX = S I(r*) (2.11) Persamaan diatas menunjukkan bahwa ekspor neto suatu perekonomian harus selalu sama dengan selisih antara tabungan dan investasi atau arus modal keluar neto. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil dunia. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan perekonomian kecil terbuka, sehingga tingkat bunga riil sama dengan tingkat bunga riil dunia (r = r*). Hubungan antara tingkat suku bunga dengan neraca perdagangan. S Tingkat bunga (r) r = r* NX I(r)2 I(r)1 Investasi, Tabungan (I,S) Gambar 2.1. Kurva Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Neraca Perdagangan Jika tingkat suku bunga menurun maka permintaan terhadap barangbarang investasi akan meningkat pada setiap tingkat bunga (asumsi r = r*). Meningkatnya investasi menyebabkan kurva investasi bergeser dari I(r)1 ke I(r)2 pada tingkat dunia tertentu. Dampak dari investasi yang meningkat akan menyebabkan investasi harus dibiayai dengan utang luar negeri karena tabungan tidak berubah, yang berarti arus modal keluar neto adalah negatif. Karena NX = S

38 25 I, kenaikan dalam I menunjukkan penurunan dalam NX atau neraca perdagangan Tinjauan Penelitian Terdahulu Agbola (2004) dalam penelitiannya menganalisis tentang pengaruh dari devaluasi terhadap neraca perdagangan di negara Ghana. Ghana merupakan salah satu negara sedang berkembang yang menerapkan sistem nilai tukar mengambang. Dalam penelitian tersebut dijelaskan beberapa masalah ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang seperti, defisit balance of payment, distorsi harga, hutang luar negeri yang cukup besar, serta menurunnya nilai mata uang dalam negeri. IMF sebagai salah satu lembaga keuangan internasional mengajukan Structural Adjusment Program (SAP) yang diperuntukkan bagi negara yang sedang berkembang dalam menghadapi masalah ekonomi. Salah satu langkah yang terdapat dalam SAP adalah mendevaluasi mata uang domestik. Dengan mendevaluasi mata uang domestik maka akan menstimulus ekspor yang berimplikasi pada meningkatnya nilai neraca perdagangan. Penelitian ini menggunakan metode analisis the Stock-Watson dynamic OLS model yang merupakan salah satu estimator yang cukup baik untuk menganalisis hubungan jangka panjang antara neraca perdagangan, pendapatan dalam dan luar negeri, suku bunga domestik dan luar negeri, serta nilai tukar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa devaluasi tidak meningkatkan neraca perdagangan dalam jangka panjang.

39 26 Miller (2004) dalam penelitiannya menguji tentang hubungan antara depresiasi nilai tukar dan ekspor yang terjadi di Singapura. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa depresiasi secara signifikan tidak meningkatkan ekspor tetapi resiko dari nilai tukar menghambat peningkatan nilai ekspor. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pembuat kebijakan lebih baik meningkatkan promosi ekspor dengan menstabilkan nilai tukar mata uang domestik. Sugema (2005) dalam penelitiannya menganalisis tentang pengaruh depresiasi nilai tukar riil dan supply side shock terhadap ekspor dan impor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa neraca perdagangan akan meningkat jika terjadi depresiasi atau devaluasi dimana ekspor akan meningkat dan impor menurun. Karena elastisitas impor terhadap nilai tukar riil lebih besar daripada ekspor, peningkatan neraca perdagangan mungkin dapat terjadi dengan menekan impor. Pratika (2007) dalam penelitiannya menganalisis tentang pengaruh fluktuasi nilai tukar pada ekspor komoditi unggulan pertanian (karet dan kopi) dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi unggulan pertanian (karet dan kopi) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis Vector Auto Regression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor komoditi karet dan kopi. Hal ini dikarenakan nilai ekspor komoditi karet dan kopi lebih dipengaruhi oleh harga pasar internasional.

40 Kerangka Konseptual Neraca pedagangan atau trade balance merupakan selisih antara nilai ekspor dan nilai impor. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, dijelaskan bahwa perubahan pada neraca perdagangan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain pendapatan nasional dalam negeri, pendapatan nasional luar negeri, jumlah uang beredar dalam negeri, jumlah uang beredar luar negeri, suku bunga dalam negeri, suku bunga luar negeri, dan nilai tukar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan. Jika suatu nilai mata uang terdepresiasi, maka ekspor akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan neraca perdagangan. Sebaliknya, jika nilai mata uang terapresiasi maka impor akan meningkat sehingga nilai neraca perdagangan akan menurun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah error correction model (ECM). Metode ini digunakan untuk menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Setelah diperoleh hasil estimasi kemudian dibandingkan dengan hipotesis.

41 28 Balance of Payment Current Account Capital Account Neraca Perdagangan ( X - M ) Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia : 1. GDP Riil Indonesia 2. GDP Riil Amerika 3. M1 Indonesia 4. M1 Amerika 5. SBI 6. Tingkat suku bunga Fed 7. Nilai tukar rupiah 8. Dummy krisis Analisis model neraca perdagangan jangka pendek ECM, Diagnostic Test Uji Kointegrasi Engle Granger Analisis model neraca perdagangan jangka panjang Faktor-faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

42 Hipotesis Dalam penelitian ini ada hipotesis yang akan diuji, antara lain: 1. Tingkat pendapatan nasional dalam negeri memiliki hubungan negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 2. Tingkat pendapatan nasional luar negeri memiliki hubungan positif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 3. Jumlah uang beredar dalam negeri memiliki hubungan yang negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 4. Jumlah uang beredar luar negeri memiliki hubungan yang positif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 5. Tingkat suku bunga dalam negeri memiliki hubungan positif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 6. Tingkat suku bunga luar negeri memiliki hubungan negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia Indonesia. 7. Nilai tukar memiliki hubungan positif dengan neraca perdagangan Indonesia.

43 III. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana data sekunder tersebut merupakan data time series (runtun waktu). Data time series yang digunakan adalah data kwartalan dengan sampel waktu dari bulan Januari 1990 sampai dengan bulan Desember Pada penelitian ini menggunakan beberapa variabel. Tabel 3.1. Variabel yang digunakan dalam penelitian Variabel Simbol Satuan Sumber Neraca Perdagangan Riil TB Miliar US$ IFS GDP Riil Indonesia YD Juta Rp IFS GDP Riil Amerika YF Juta US$ IFS M1 Indonesia MD Miliar Rp BI M1 Amerika MF Juta US$ IFS SBI RD Persen BI Fed Rate RF Persen IFS Nilai Tukar Riil RER Rp/US$ BI Semua variabel yang digunakan dalam bentuk logaritma kecuali tingkat suku bunga. Sumber data diperoleh dari laporan mingguan, laporan bulanan, dan laporan tahunan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), dan IFS, serta indikator ekonomi.

44 Metode Analisis dan Pengolahan Data Model analisis untuk menentukan hubungan nilai tukar terhadap neraca perdagangan menggunakan model ekonometrika. Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan ditelaah dengan mengunakan metode analisis Error Correction Model (ECM). Metode ini dianggap paling baik dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Software yang digunakan untuk analisis ECM dalam penelitian ini adalah E-Views Error Correction Model (ECM) Error Correction Model merupakan salah satu model dinamik yang diterapkan secara luas dalam analisis ekonomi. Konsep ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan dalam Thomas, 1997, model ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan data time series yang tidak stasioner dan regresi palsu (spurious regression). Munculnya ECM untuk mengatasi perbedaan konsistensi hasil estimasi antara jangka pendek dengan jangka panjang, yaitu dengan cara proporsi disequilibrium pada satu periode dikoreksi pada periode selanjutnya. Sehingga tidak ada kesalahan dalam menggunakan model yang dianalisis (Isbandriyah dalam Kusumastuti, 2005). Munculnya ketidakseimbangan kesalahan terjadi dikarenakan oleh beberapa hal. Pertama, kesalahan spesifikasi antara lain kesalahan pemilihan variabel, parameter, dan keseimbangan itu sendiri. Kedua, kesalahan membuat definisi variabel dan cara mengukurnya. Ketiga, kesalahan yang disebabkan oleh

45 32 faktor manusia dalam menginput data. Thomas (1997), mengemukakan bahwa error correction model memiliki beberapa kegunaan dalam analisis ekonomi, antara lain : 1. Dapat digunakan untuk mengatasi masalah data time series yang non stasioner dan regresi palsu. 2. Dapat mengeliminasi trend dari variabel dengan mengubah variabel-variabel dalam bentuk first difference. 3. ECM dapat melihat kecenderungan umum dan membaginya menjadi pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan cara melakukan uji stasioneritas terhadap data terlebih dahulu dapat membantu kita menghindari masalah pada saat pengolahan data nantinya seperti masalah kolinieritas antar data yang dapat menyebabkan standart error yang sangat besar. 4. Dapat membedakan dengan jelas antar parameter jangka panjang sehingga sangat ideal untuk digunakan menaksir dari keakuratan sebuah hipotesis. Sebagai salah satu model dinamik yang penerapannya digunakan dalam analisis ekonomi, ECM memiliki kelebihan antara lain seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi yaitu dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya, menghindari terjadinya trend dan regresi palsu (spurious regression). Kelebihan lain dari model ini adalah sifat-sifat statistik yang diinginkan dari model dan pemberian makna yang lebih sederhana. Dengan kata lain, model ECM mampu memberikan makna lebih jelas dari estimasi model ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 i ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ii RINGKASAN RUSNIAR.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia BABl PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Helakang Pennasalahan Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek. Salah satu indikator

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H

ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H ANALISIS INFLASI DI INDONESIA DARI SISI PERMINTAAN UANG OLEH NOVA MARDIANTI H14102107 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NOVA MARDIANTI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H14103055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YOGI. Evaluasi Penerapan Inflation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menetapkan perubahan manajemen nilai tukar dari sistem nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menetapkan perubahan manajemen nilai tukar dari sistem nilai tukar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya keterbukaan perekonomian memiliki dampak pada neraca transaksi berjalan (current account) suatu negara, perkembangan manajemen nilai tukar yang diadopsi indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA OLEH : RATIH NURALITHA PRATIKA H14103051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Di banyak negara, perdagangan internasional

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA OLEH RIANI WIDIARTI H14104082 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H14104095 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYERAPAN UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA OLEH DUNGDANG P HUTAPEA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYERAPAN UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA OLEH DUNGDANG P HUTAPEA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYERAPAN UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA OLEH DUNGDANG P HUTAPEA H14103004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi internasional pada saat ini semakin berkembang pesat sehingga setiap negara di dunia mempunyai hubungan yang kuat dan transparan. Kegiatan

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PASAR MODAL DENGAN NILAI TUKAR, CADANGAN DEVISA, DAN EKSPOR BERSIH

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PASAR MODAL DENGAN NILAI TUKAR, CADANGAN DEVISA, DAN EKSPOR BERSIH ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PASAR MODAL DENGAN NILAI TUKAR, CADANGAN DEVISA, DAN EKSPOR BERSIH OLEH MAISYA NATASSYARI H14102099 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan utama yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini tertulis dalam UU No. 3 tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H14102081 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005)

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) OLEH LAMBOK SIRINGORINGO H14102102 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN 2003.1 2005.12 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu penelitian yang mengukur suatu variabel, sehingga lebih mudah dipahami secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H14103010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka inilah yang membawa suatu

Lebih terperinci

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1 Ilmu Ekonomi Nilai Tukar PIEw11 1 Perekonomian Terbuka Perdagangan dapat mensejahterakan setiap orang Perekonomian tertutup (closed economy): sebuah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA OLEH ZAINAL MUTTAQIN H14102105 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang lebih terbuka (oppeness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci