BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah tanda klinis fokal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah tanda klinis fokal"

Transkripsi

1 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah tanda klinis fokal atau global gangguan fungsi serebral yang berkembang cepat, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menimbulkan kematian tanpa adanya penyebab non vaskular (Oztop, 2013). 2.2 Talamus dan Vaskularisasi Struktur di Sekitarnya Talamus mengapit ventrikel III dan terbagi menjadi 3 daerah utama oleh lamina medulari interna yang berbentuk seperti huruf Y yaitu nuklei anterior di bagian sudut bentuk Y, nuklei ventrolateralis (nukleus lateralis dan medialis) di bagian lateral dan nuklei medialis dibagian medial. Nukleus ventralis meliputi nukleus ventralis anterior, nukleus ventralis lateralis, nukleus ventralis posterolateralis dan nukleus posteromedialis. Nukleus lateralis meliputi nukleus lateralis dorsalis dan nukleus lateralis posterior (Caplan, 2009). Talamus merupakan stasiun relay utama terakhir untuk semua impuls asendens (kecuali impuls olfaktorius) dari medula spinalis, batang otak dan serebelum melalui serabut talamokortikal (lemniskus medialis, traktus spinotalamikus, trigeminotalamikus dan traktus lainnya) berakhir di stasiun relay nuklei ventralis posterolateralis untuk lemniskus medialis dan nukleus ventralis posteromedialis untuk aferen trigeminus, yang selanjutnya diproyeksikan ke area 4

2 5 kortek somatosensorik area 3a, 3b,1 dan 2. Serabut gustatorik dari nukleus traktus solitarius berakhir di ujung medial nukleus ventralis posteromedialis dan diproyeksikan ke regio post-sentralis yang menutupi insula. Korpus genikulatum lateralis dan medialis merupakan salah satu nuklei talami spesifik. Traktus optikus berakhir di korpus genikulatum lateralis dan menghantarkan impuls visual melalui radiasio optika ke kortek visual (area 17). Impuls auditorik dibawa dari lemniskus lateralis ke korpus genikulatum medialis melalui radiasio akustika ke kortek auditorik (giri temporalis transversi Heschl, area 41) (Caplan, 2009). Nukleus ventralis oralis posterior menerima input dari nukleus dentatus dan nukleus ruber melalui traktus dentikulotalamikus berproyeksi ke kortek motorik (area 4), sedangkan nukleus ventralis oralis anterior dan nukleus ventralis anterior menerima input dari globus palidus yang berproyeksi ke kortek premotorik (area 6aα dan 6aβ). Nukleus anterior berhubungan secara timbal balik dengan korpus mamilare dan forniks melalui traktus mamilotalamikus, yang berhubungan dengan girus cinguli (area 24) pada sistem limbik. Nukleus medialis talami memiliki hubungan 2 arah dengan area asosiasi lobus frontalis dan regio premotoris yang menerima input aferen dari nukleus ventralis dan intralaminaris, hipotalamus, nukleus mesensefali dan globus palidus (Caplan, 2009). Pulvinar berhubungan secara timbal balik dengan area asosiasi lobus parietalis dan oksipitalis, menerima input dari nuklei talami lain terutama intralaminaris dan berperan penting pada pengumpulan berbagai jenis informasi sensorik yang datang. Nuklei lateralis dorsalis dan posterior menerima input

3 6 neural dari nuklei talami lain (nuklei integratif). Nuklei intralaminaris terletak di dalam lamina medularis interna dengan nukleus terbesarnya yaitu nukleus sentromedianus menerima input aferen dari serabut asendens formasio retikularis di batang otak, nukleus emboliformis serebeli, globus palidus medialis, nukleus talami lainnya dan diproyeksikan ke nukleus kaudatus, putamen, globus palidus dan ke seluruh nuklei talami, kemudian diproyeksikan ke area sekunder kortek serebri. Nukleus sentromedianus membentuk ARAS bagian talamik (Caplan, 2009). Struktur dalam otak disuplai oleh arteri penetrating kecil yang diberi nama sesuai struktur yang disuplai. Talamus dan nukleus genikulatum lateralis menerima suplai darah dari arteri talamoperforata posterior dan talamogenikulatum yang merupakan cabang dari arteri serebri posterior. Cabang arteri penetrating dalam dari arteri serebri posterior termasuk arteri koroidalis posterior lateralis dan medialis mensuplai talamus posterior, quadrigeminal plate dan glandula pinealis, hipokampus dan parahipokampus. Arteri serebri posterior memberikan arteri penetrating ke mesensefalon dan talamus, mengelilingi pedunkulus serebri dan mensuplai lobus oksipitalis dan permukaan inferior lobus temporalis (Maas dan Safdieh, 2009). Ketiga arteri serebri (a. serebri anterior, media dan posterior), arteri komunikans anterior dan posterior serta arteri koroidalis anterior memiliki cabang yang mensuplai ganglia basalis dan struktur limbik. Arteri lentikulostriata mensuplai putamen, globus palidus, kapsula interna dan nukleus kaudatus. Arteri koroidalis anterior cabang langsung arteri karotis interna bagian distal mensuplai

4 7 kornu posterior kapsula interna, korona radiata paraventrikular posterior, segmen traktus optikus dan pleksus koroid ventrikel lateral, hipokampus anterior dan parahipokampus. Aspek posterior kapsula interna dan traktus optikus disuplai oleh arteri talamoperforata yang merupakan cabang arteri komunikans posterior (Maas dan Safdieh, 2009). Gambar 2.1 Nuklei Talami (Duus, 2005). Beberapa fungsi talamus yaitu (Duus, 2005): 1. Talamus merupakan titik pertemuan subkortikal terbesar untuk semua impuls sensorik proprioseptif dan eksteroseptif. 2. Talamus merupakan stasiun relay semua impuls reseptor sensorik kutaneus dan viseral, impuls auditorik dan visual, impuls dari hipotalamus, serebelum dan formasio retikularis batang otak. Semua impuls ini diproses di talamus sebelum ditransmisikan ke struktur lainnya yaitu sebagian kecil ke striatum dan sebagian besar ke kortek serebri.

5 8 3. Talamus merupakan pusat integrasi dan koordinasi keempat impuls aferen berbagai modalitas dari regio tubuh berbeda diintegrasikan di talamus dan diberikan pewarnaan afektif. 4. Talamus memodulasi fungsi motorik melalui lengkung umpan balik dengan kortek motorik, basal ganglia dan serebelum. 5. Beberapa nuklei talami merupakan komponen ARAS yaitu sistem kewaspadaan spesifik yang berasal dari nukleus yang secara difus terletak di sepanjang formasio retikularis batang otak. Impuls pengaktivasi ARAS dihantarkan dari nukleus ventralis anterior, intralaminaris (terutama sentromedian) dan nukleus retikularis ke seluruh neokortek. ARAS yang intak penting untuk kesadaran normal. 2.3 Klasifikasi Stroke Hemoragik Ada dua tipe stroke hemoragik (Deb dkk, 2010) yaitu: 1. Perdarahan intraserebral (PIS) terjadi pada arteri kecil atau arteriol dan umumnya disebabkan oleh hipertensi, kelainan koagulasi, angiopati amiloid, obat-obatan seperti amfetamin atau kokain dan malformasi vaskular. 2. Perdarahan subaraknoid (PSA) terjadi akibat ruptur aneurisma yang berasal dari dasar otak dan perdarahan dari malformasi vaskular dekat permukaan piamater.

6 9 2.4 Epidemiologi Di Amerika Serikat, stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahunnya orang Amerika terserang stroke, orang terkena stroke iskemik dan orang menderita stroke hemoragik dengan orang diantaranya mengalami kematian (Gofir, 2009). 2.5 Etiologi dan Faktor Risiko Stroke PIS Penyebab PIS (Warlow, 2008; Wang dan Dore, 2007) adalah: 1. Faktor struktural: perubahan arteri perforata yang berhubungan dengan hipertensi kronis, angiopati amiloid, aneurisma sakular, malformasi arterivenous serebri, malformasi kavernosus, malformasi vena, teleangiektasis, fistula arteriovenous dura, transformasi hemoragik intraarterial, trombosis vena intrakranial, arteritis septik dan aneurisma mikotik, sindrom moya-moya, diseksi arteri, fistula karotikokavernosus. 2. Faktor hemodinamik: hipertensi arterial kronik atau akut, migren. 3. Faktor hemostatik: antikoagulan, obat antiplatelet, terapi trombolitik, defisiensi faktor pembekuan, leukemia dan trombositopenia. 4. Faktor lain: tumor serebri, alkohol, amfetamin, kokain dan obat-obatan lain, vaskulitis.

7 Patofisiologi Stroke Hemoragik Derajat kerusakan otak akibat perdarahan tergantung lokasi, kecepatan, volume dan tekanan akibat perdarahan. Perdarahan intraserebral awalnya lunak dan memutus serabut traktus sepanjang substansia alba. Darah di dalam klot hematom akan menjadi solid menimbulkan pembengkakan jaringan otak sekitarnya. Kemudian darah diserap dan setelah makrofag membersihkan debris, terbentuk kavitas atau celah yang dapat memutuskan jalur otak. Perdarahan dan pembengkakan otak menyebabkan restriksi dan strangulasi komponen di dalam otak dan menyebabkan herniasi jaringan otak dari kompartemen ke kompartemen lain (Caplan, 2009) Patofisiologi Stroke PIS Perdarahan intraserebral sering kali disebabkan oleh hipertensi. Arteri penetrating kecil sering mengalami pembesaran fokal (sel busa subintima kadangkadang menutupi lumen dan material fibrinoid berwarna kemerahan berada di dalam dinding pembuluh darah) dan ekstravasasi perdarahan kecil melalui dinding arteri. Beberapa tempat di dinding arteri digantikan oleh lingkaran utasan kusut jaringan penghubung yang melenyapkan lapisan vaskular yang normal disebut proses disorganisasi arterial segmental, degenerasi fibrinoid dan lipohialinosis akibat hipertensi. Dilatasi aneurisma lipohialinosis arteri penetrating potensial mengalami ruptur dan menimbulkan PIS akibat peningkatan tekanan darah dan aliran darah secara tiba-tiba (Caplan, 2009).

8 11 Kebocoran pembuluh darah kecil ini menyebabkan efek penekanan lokal tibatiba di sekitar kapiler dan arteriol yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah, terjadi suatu efek longsor, dimana pembuluh darah yang mengalami robekan melingkar akan menambah pembesaran volume hematom secara perlahan-lahan. Akumulasi darah sepanjang sekeliling hematom bergerak turun dan terjadi pertambahan volume hematom sepanjang permukaan luarnya saat menurun, saat menurun tekanan jaringan lokal bertindak sebagai tamponade terhadap perdarahan. Jika volume perdarahan menjadi besar, volume intrakranial akan meningkatkan tekanan intrakranial. Saat tekanan intrakranial meningkat, tekanan vena yang mendrainase sinus dura juga meningkat (Caplan, 2009). Kerusakan awal otak terjadi akibat penekanan mekanis langsung perluasan hematom. Pada 4 jam pertama, terjadi gangguan fisik dan peregangan di sekitar sel neuron dan sel glial yang menyebabkan pelepasan neurotransmiter berlebihan, influks kalsium dan disfungsi mitokondria, hal ini akan menimbulkan edema sitotoksik dan nekrosis selular. Dalam beberapa hari, pemecahan hematom akan melepaskan produknya seperti trombin dan besi ferrous, yang menimbulkan aktivasi radikal bebas oksigen, matriks metaloproteinase (MMP), protein komplemen dan petanda inflamasi sehingga meningkatkan permeabilitas sawar darah otak dalam 8-12 jam setelah awitan, memicu sel-sel inflamasi, memicu apoptosis, menimbulkan eksaserbasi edema serebri dan kematian neuron. Edema serebri yang terjadi menambah volume perihematom dan efek massa, iskemia dan infark struktur di sekitarnya (Hwang dkk, 2011).

9 12 Hemoglobin dan produk degradasinya seperti heme, memediasi toksisitas langsung dan kematian neuron. Infiltrasi sel-sel inflamasi seperti makrofag dan neutrofil memperburuk kerusakan yang sedang terjadi melalui produksi sitokin, kemokin dan reactive oxygen species (ROS). Mikroglia yang teraktivasi dan astrogliosis terlibat pada kerusakan selular. Aktivasi kaskade komplemen akan meningkatkan respon inflamasi, menginduksi lisisnya eritrosit yang melepaskan molekul hemoglobin dan menimbulkan kematian selular melalui pembentukan komplek yang menyerang membran. Jalur inflamasi dan komplemen juga penting untuk absorpsi hematom, pembersihan debris selular dan proses penyembuhan (Hwang dkk, 2011) Kaskade Pasca PIS Pada PIS, kerusakan jaringan otak muncul setelah terjadi reaksi inflamasi dan respon imun parenkim serebri terhadap berbagai gangguan. Kaskade inflamasi terdiri dari komponen selular dan molekular. Saat muncul PIS, komponen darah seperti eritrosit, leukosit, makrofag dan protein plasma (trombin, plasmin dan lainnya) segera masuk ke dalam parenkim otak. Respon inflamasi diikuti oleh aktivasi enzim, pelepasan mediator, migrasi sel inflamasi, aktivasi glia dan kerusakan jaringan otak (Wang dan Dore, 2007). Trauma sekunder PIS terjadi akibat progresi kaskade degeneratif di daerah hematom dan sekitarnya berupa respon inflamasi, lisisnya sel darah merah dan produksi trombin (kaskade koagulasi) yang menimbulkan gangguan sawar darah otak, terjadinya edema

10 13 serebri secara langsung maupun tidak langsung dan kematian parenkim sel otak (Ziai, 2013) Inflamasi Perdarahan intraserebral menyebabkan infiltrasi segera komponen darah seperti eritrosit, leukosit, makrofag dan protein plasma. Mikroglia pertama bereaksi terhadap kerusakan otak dalam 1 jam untuk membersihkan hematom dan debris jaringan, mengekspresikan dan melepaskan berbagai faktor toksik seperti sitokin, kemokin, ROS, protease, siklooksigenase-ii, prostaglandin dan hemeoksigenase I. Mikroglia reaktif mencapai puncak pada 3 sampai 7 hari dan menetap selama 4 minggu (Ziai, 2013). Neutrofil merupakan leukosit yang paling awal menginfiltrasi otak hemoragik dalam 4-5 jam, mencapai puncaknya dalam 2-3 hari dan menghilang dalam 3-7 hari (Wang dan Dore, 2007; Ziai, 2013), merusak otak dengan memproduksi ROS, melepaskan protease proinflamasi, mempengaruhi permeabilitas sawar darah otak dan kematian sel. Leukosit yang mati, dalam 2 hari akan merusak jaringan otak dengan menstimulasi mikroglia dan makrofag untuk mensekresi faktor toksik proinflamasi. Aktivasi mikroglia untuk membersihkan hematom, mengekspresikan dan melepaskan berbagai sitokin, ROS, nitric oxide (NO) dan faktor toksik potensial lainnya. Akibatnya astrosit menjadi teraktivasi oleh protein plasma, bersama mikroglia mensekresi mediator inflamasi, meningkatkan produksi protein glial fibrillary acidic, menimbulkan gliosis reaktif yang dapat menginhibisi regenerasi

11 14 akson, memproteksi neuron dengan memicu sekresi faktor neurotrofik atau memodulasi ekspresi mediator inflamasi mikroglia (Wang dan Dore, 2007; Ziai, 2013). Astrosit dan mikroglia teraktivasi mengekspresikan MMP yang selanjutnya mengontrol interaksi mikroglia-astrosit untuk meminimalkan induksi kerusakan PIS. Selama perusakan otak, astrosit secara langsung memodulasi keselamatan neuron dengan memproduksi faktor angiogenik dan neurotrofik, mengatur ekspresi reseptor subunit NMDA dan pembawa transporter asam amino glutamat yang mempengaruhi sensitivitas neuron terhadap toksisitas glutamat. Pasca PIS, astrosit mempengaruhi keselamatan neuron sehingga neuron menjadi resisten terhadap stres oksidatif dan secara tidak langsung mempengaruhi kerusakan neuron melalui modulasi inflamasi otak dengan penurunan ekspresi mediator inflamasi mikroglia, dan bersama dengan mikroglia mencegah respon inflamasi otak dengan mengatur produksi ROS mikroglia (Wang dan Dore, 2007; Ziai, 2013). Setelah PIS, sejumlah gen pro-inflamasi meningkat seperti faktor transkripsi, protein heat shock, sitokin, kemokin, protease ekstraselular dan molekul adhesi. Banyak gen seperti TNFa, IL-1b, nitric oxide synthase (NOS) dan intercellular adhesion molecule-1, diatur oleh nuclear factor kappa B. Fagosit mononuklear perifer, limfosit T, natural killer cells, leukosit polimorfonuklear, dan neutrofil dapat mensekresi sitokin, melewati sawar darah otak dan menimbulkan inflamasi otak. Sitokin proinflamasi menginduksi atau berpotensiasi untuk memproduksi sitokin lainnya (seperti TNFa dan IL-1b) dan mengaktivasi umpan balik positif

12 15 aktivasi selular. Tumor necrosis factor dilepaskan oleh sejumlah sel otak seperti neuron, astrosit, mikroglia/makrofag teraktivasi dan leukosit. TNFa menstimulasi sekresi protein fase akut dan permeabilitas vaskular. Interleukin-1 (IL-1a dan IL- 1b) bekerja pada reseptor tipe 1 dan 2, diatur oleh antagonis reseptor IL-1 endogen (IL-1ra). TNFa and IL-1b menimbulkan eksaserbasi kerusakan otak (Wang dan Dore, 2007). Aktivitas MMP dapat dikontrol oleh radikal bebas, melalui aktivasi bentuk laten atau induksi mrna melalui signaling pada tempat nuclear factor-kappa B, menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga terjadi edema otak sekunder tetapi berguna untuk neurogenesis, pembentukan mielin dan pertumbuhan akson. Setelah kerusakan otak, ROS dilepaskan oleh neutrofil, endotelium vaskular dan mikroglia/makrofag teraktivasi. Produksi ROS dihasilkan pada metabolisme oksidatif normal, tetapi level ROS yang tinggi bersifat letal. Besi dan komponennya (hemoglobin), dapat mengkatalisasi produksi radikal hidroksil dan peroksidasi lipid, sehingga meningkatkan level stres oksidatif otak (Wang dan Dore, 2007).

13 16 Gambar 2.2 Patofisiologi kerusakan otak pada PIS (Hwang dkk, 2011) Lisisnya Eritrosit dan Koagulasi Aktivasi kaskade komplemen menimbulkan lisisnya eritrosit, terjadi dalam 24 jam PIS. Pelepasan hemoglobin dan heme, akan diambil oleh mikroglia dan neuron selanjutnya menginduksi hemoksigenase-1 dan hemoksigenase-2 yang kemudian mengkatalisasi degradasi heme menjadi biliverdin (yang diubah menjadi bilirubin oleh biliverdin reduktase), karbon monoksida dan besi. Bilirubin yang tidak terkonyugasi terdeteksi pada hematoma 8-12 jam dan bersama dengan besi ferrous menimbulkan peningkatan stres oksidatif (produksi radikal bebas), edema, infiltrasi neutrofil dan kematian neuron (Ziai, 2013).

14 17 Trombin segera terbentuk akibat influks protrombin yang terjadi akibat gangguan sawar darah otak yang dinduksi oleh PIS dalam beberapa jam. Aktivasi kaskade koagulasi ekstrinsik atau intrinsik memproduksi faktor Xa, yang memecah protrombin menjadi trombin, trombin selanjutnya memecah fibrinogen menjadi fibrin yang penting membatasi ukuran hematom. Pada konsentrasi yang sangat rendah, trombin bersifat neuroprotektif, tetapi pada konsentrasi tinggi trombin merusak neuron dan astrosit secara in vitro. Trombin mengganggu sawar darah otak, memicu terbentuknya edema dan infiltrasi neutrofil. Mekanisme ini melibatkan stimulasi reseptor proteinase teraktivasi yang diinduksi oleh trombin pada mikroglia/makrofag dimana aktivasi sel ini melibatkan mitogen-activated protein kinase, yang dapat meningkatkan produksi beberapa mediator inflamasi, termasuk TNF-α, interleukin-1β dan NO, yang berkontribusi terhadap kerusakan neuron dan edema. Trombin dan proteinase yang mengaktivasi reseptor-1 meningkat mulai 3 jam dan mencapai puncaknya 2 hari setelah PIS (Ziai, 2013) Edema Serebri Edema serebri berhubungan dengan degenerasi neuron dan pergeseran midline shift, tergantung pada perluasan hematom. Pembentukan edema otak terjadi dalam 3 fase. Fase awal terjadi retraksi klot, tekanan hidrostatik dan protein plasma akan menginduksi edema otak 1 jam setelah PIS disertai dengan pergerakan serum dari klot ke jaringan sekitarnya. Fase kedua (puncaknya 1 2 hari) berhubungan dengan produksi trombin melalui kaskade pembentukan klot. Fase ketiga (pembentukan edema lanjut pada hari 3) berhubungan dengan lisisnya

15 18 eritrosit dan toksisitas hemoglobin. Edema perihematom terjadi dalam 3 jam mencapai puncaknya sekitar hari ketiga atau keempat setelah awitan gejala (Ziai, 2013). Gambar 2.3 Mekanisme edema dan kerusakan otak setelah PIS (Ziai, 2013). 2.7 Prognosis Stroke PIS Tiga prediktor luaran stroke PIS yang penting adalah ukuran perdarahan, lokasi perdarahan dan derajat kesadaran. Perdarahan talamus dapat menimbulkan penekanan di daerah hipotalamus yang penting memediasi fungsi endokrin, otonom dan behavior. Hipotalamus memiliki fungsi mengontrol pelepasan 8 hormon hipofisis, regulasi suhu, mengontrol asupan air dan makanan, fungsi reproduksi dan prilaku seksual, mengontrol siklus harian keadaan fisiologis, berhubungan dengan saraf otonom dan memediasi respon emosional (Card, 2002). Ada 3 area penting hipotalamus yaitu (Card, 2002): 1. Daerah supraoptik terdiri dari nuklei supraoptik dan paraventrikular dimana sel-selnya mensekresi vasopresin (hormon anti diuretik/adh), oksitosin,

16 19 CRH (corticotropin releasing hormone), mengandung jam biologis yang mengatur fungsi tubuh (temperatur tubuh, respirasi, berkeringat, sekresi hormon, rasa lapar, siklus menstruasi dan ritme sirkadian) yang apabila terganggu menimbulkan diabetes insipidus dan gangguan pada siklus bangun tidur. 2. Area Tuberal terdiri dari bagian medial yaitu nukleus ventromedial yang berfungsi mengontrol makan, mood yang iritabel dan meningkatnya prilaku agresif, lesi pada bagian lateral dapat menimbulkan anoreksia sedangkan nukleus arkuatus berfungsi mengontrol fungsi endokrin adenohipofisis melalui sekresi releasing atau dan release-inhibiting factors untuk hormon pertumbuhan, ACTH (adenocorticotropine hormone), tirotropin, gonadotropin (FSH/follicle stimulating hormone, LH/luteineizing hormone) dan prolaktin. 3. Area mamilari terdiri dari nukleus hipotalamus posterior yang berfungsi meningkatkan tekanan darah, dilatasi pupil, reaksi menggigil, sedangkan nuklei dorsomedial menyebabkan stimulasi gastrointestinal dan nuklei mamilari memiliki peranan penting pada fungsi memori dan feeding reflex. Perdarahan pada nukleus kaudatus memiliki prognosis lebih baik dibandingkan perdarahan putamen. Kerusakan jaras-jaras yang menghubungkan nukleus kaudatus, putamen, globus palidus dan substansia nigra ke talamus dan area prefrontal menimbulkan postural instabilitas dan pada perdarahan luas menimbulkan penurunan kesadaran (stupor) akibat penekanan batang otak sehingga memberikan prognosis buruk (Caplan, 2009).

17 20 Hematom di derah subkortek serebri menimbulkan terputusnya serabut kortikospinalis, kortikonuklearis, kortikopontin yang menghubungkan kortek serebri dengan talamus, striatum, formasio retikularis, substansia nigra, nukleus subtalamikus, tektum dan nukleus ruber. Serabut somatosensoris talamokortikal dari talamus yang berasal dari serebelum, globus palidus, badan mamilari ke kortek serebri juga mengalami gangguan (Duus, 2005). Hematom di daerah frontal menimbulkan penurunan spontanitas, respon yang lama, deviasi konjuge ke sisi hematom dan hemiparesis kontralateral. Hematom parietal diikuti hemisensoris kontralateral, neglek, afasia, gangguan fungsi membaca, menulis, berhitung dan visuospasial. Hematom oksipital menimbulkan hemianopia dan neglek visual sedangkan hematom lobus temporal menimbulkan afasia sensoris (Caplan, 2009). 2.8 Pemeriksaan Penunjang pada Stroke PIS Gambaran CT sken PIS berupa gambaran lesi fokal hiperden dengan tepi yang tajam (80 HU), bentuk bulat atau oval, homogen disebabkan karena kandungan hemoglobin dan kekompakan struktur darah statik/klot (Warlow dkk, 2008). Edema terjadi dalam beberapa hari pertama dan tampak sebagai gambaran hitam (hipoden) di sekitar hematom yang putih akibat edema dan nekrosis iskemik akibat kompresi jaringan otak (Warlow dkk, 2008; Caplan, 2009).

18 Hubungan Lokasi Lesi dan Luaran Klinis Stroke Lokasi Lesi Stroke PIS Studi oleh Smajlovic dkk (2008), didapatkan lokasi stroke PIS tersering adalah perdarahan multilobar (38%), kapsula interna/ganglia basalis (36%) dan lobar (17%) dengan mortalitas tertinggi pada perdarahan di batang otak (83%) dan perdarahan multilobar (64%) (Smajlovic dkk, 2008) Instrumen Diagnosis Luaran Stroke National Health of Stroke Scale (NIHSS) merupakan alat penilaian sistematis untuk mengukur secara kuantitatif defisit neurologis pada stroke, mengevaluasi pasien stroke akut, menetapkan terapi yang sesuai dan memprediksi luaran pasien. NIHSS valid untuk memprediksikan ukuran lesi dan alat ukur beratnya stroke, dapat digunakan sebagai prediktor luaran jangka pendek dan panjang pada pasien stroke. NIHSS terdiri dari 15 jenis skala pemeriksaan neurologis seperti derajat kesadaran, fungsi berbahasa, neglek, gangguan lapangan pandang, pergerakan ekstraokular, paralisis fasialis, kekuatan motorik, ataksia, disartri, fungsi sensoris dan koordinasi. Masing-masing jenis pemeriksaan menggunakan skala 3-5 dan nilai 0 normal (Lowe, 2005). Beratnya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan skala NIHSS yaitu skala 1-4 disebut stroke ringan, skala 5-15 disebut stroke sedang, skala 16-20, disebut sedang-berat dan skala disebut stroke berat (Arsalan dkk, 2011). NIHSS >15 memiliki luaran klinis buruk sedangkan NIHSS < 15 memiliki luaran baik (Zanzmera dkk, 2012).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyakit dengan defisit neurologis permanen akibat perfusi yang tidak adekuat pada area tertentu di otak atau batang otak. Stroke dibagi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh 0 subyek penelitian yang dirawat di bangsal B1 Saraf RS Dr. Kariadi Semarang

Lebih terperinci

ANATOMI GANGLIA BASALIS

ANATOMI GANGLIA BASALIS ANATOMI GANGLIA BASALIS Basal Ganglia terdiri dari striatum (nukleus kaudatus dan putamen), globus palidus (eksterna dan interna), substansia nigra dan nukleus sub-thalamik. Nukleus pedunkulopontin tidak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus Sistem Saraf Dr. Hernadi Hermanus Neuron Neuron adalah unit dasar sistem saraf. Neuron terdiri dari sel saraf dan seratnya. Sel saraf memiliki variasi dalam bentuk dan ukurannya. Setiap sel saraf terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkonsumsi jumlah besar dari volume darah yang beredar. Seperenam dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkonsumsi jumlah besar dari volume darah yang beredar. Seperenam dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Otak Rata-rata otak manusia dewasa terdiri dari 2% berat badan tubuh, dengan kisaran 1,2-1,4 kg. Otak merupakan organ yang sangat vital, dan sangat penting

Lebih terperinci

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif Sistem Syaraf Pusat OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif BAGIAN DAN ORGANISASI OTAK Otak orang dewasa dibagi menjadi: Hemisfere serebral

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah sindrom klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal maupun global dengan gejala yang berlangsung selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia (Carlo, 2009). Setiap tahunnya terdapat 16.000.000 kasus baru dan 5.700.000 kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke merupakan penyebab kematian ke tiga setelah penyakit jantung dan kanker serta merupakan penyebab kecacatan tertinggi pada manusia, terutama usia dewasa. Insidensi

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Pustaka. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan. fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun

BAB II. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Pustaka. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan. fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun BAB II Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Pustaka 1.1. Definisi Stroke Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang untuk mengembalikan stamina tubuh dalam kondisi yang optimal. Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular

Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua

Lebih terperinci

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

TUGAS 3 SISTEM PORTAL TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Selama kehamilan normal, sitotrofoblas vili menginvasi hingga ke sepertiga bagian dalam miometrium, dan arteri spiralis kehilangan endotelium dan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH. Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH. Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif. 13 Efek cacing terhadap kognitif dapat terjadi secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat BAB VI PEMBAHASAN Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat menyebabkan perlemakan hati non alkohol yang ditandai dengan steatosis hati, inflamasi dan degenerasi ballooning hepatosit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun pelarut dan reagensia (Syabatini, 2008). Dalam dunia kesehatan

I. PENDAHULUAN. maupun pelarut dan reagensia (Syabatini, 2008). Dalam dunia kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut dan reagensia (Syabatini,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan

Lebih terperinci

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis & Sistem Limbik Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis Jaring yang membentang sepanjang sumbu susunan saraf pusat dari medulla spinalis sampai cerebrum

Lebih terperinci

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan HEAD INJURY Pendahuluan Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan peralatan keselamatan sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm batas kadar alkohol dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Secara patologis hiperglikemia selama stroke iskemik memperburuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Secara patologis hiperglikemia selama stroke iskemik memperburuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Secara patologis hiperglikemia selama stroke iskemik memperburuk kerusakan otak. Hiperglikemia pada tikus Diabetes Mellitus (DM) akibat induksi streptozotocin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Non Goverment Organization (NGO) Forum on Indonesian Development (INFID) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan kematian

Lebih terperinci

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka TRAUMA KEPALA TRAUMA KEPALA Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi,

Lebih terperinci

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi ANATOMI OTAK BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Bagian Otak 1. Otak Bagian Belakang (hindbrain) 2. Otak Bagian Tengah (midbrain) 3. Otak Bagian Depan (forebrain) Hindbrain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh karena adanya kontraksi otot

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Patofisiologi stroke non hemoragik Kerusakan otak pada stroke non hemoragik diakibatkan oleh neuron yang mengalami iskemik. Daerah lesi jaringan otak pada serangan stroke non

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37

Lebih terperinci

MELAPORKAN HASIL CT SCAN KEPALA PADA PASIEN STROKE. DR. PAGAN PAMBUDI, Sp.S

MELAPORKAN HASIL CT SCAN KEPALA PADA PASIEN STROKE. DR. PAGAN PAMBUDI, Sp.S MELAPORKAN HASIL CT SCAN KEPALA PADA PASIEN STROKE DR. PAGAN PAMBUDI, Sp.S PERAN CT SCAN Gold standard dalam diagnosis stroke Dapat dijumpai gambaran Stroke iskemik Infark emboli Stroke hemorragik Intraserebral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Cerda et al., 2008). Berbagai macam strategi pencegahan telah

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan

Lebih terperinci

Embriologi, Neuroanatomi dan Fisiologi Talamus

Embriologi, Neuroanatomi dan Fisiologi Talamus REFERAT Embriologi, Neuroanatomi dan Fisiologi Talamus Pembimbing: dr. Tunggul Marpaung, Sp.BS, M.Kes Disusun oleh: Gabriela Enneria Sibarani (09-61050-124) KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH PERIODE 18 NOVEMBER

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari 14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang penting. Stroke sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama serta merupakan penyebab kematian ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Bio Psikologi Modul ke: Fakultas Psikologi SISTEM SENSORI MOTOR 1. Tiga Prinsip Fungsi Sensorimotor 2. Korteks Asosiasi Sensorimotor 3. Korteks Motorik Sekunder 4. Korteks Motorik Primer 5. Serebelum dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sebab vaskular (WHO, 2004). Insiden stroke di Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sebab vaskular (WHO, 2004). Insiden stroke di Amerika Serikat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah gangguan neurologis tiba-tiba yang bersifat fokal atau global dan berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian dan disebabkan oleh sebab vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 32 pasien stroke iskemik fase akut 51 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 32 pasien stroke iskemik fase akut nondiabetik yang menjalani rawat inap di bangsal Penyakit Saraf RS Dr.Kariadi Semarang selama periode Juni 2010

Lebih terperinci

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatri, responrespon yang mengantarkan atau reaksi-reaksi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: Anatomi Sistem Saraf Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Susunan Umum Sistem Saraf Sistem saraf terdiri atas 2 bagian yaitu central

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hemostasis adalah proses yang mempertahankan integritas sistem peredaran darah setelah terjadi kerusakan vaskular. Dalam keadaan normal, dinding pembuluh darah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia memiliki pasar yang besar dan cepat berkembang dalam teknologi handphone. Pada tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. superior, sedangkan sebanyak 11% sisanya terjadi pada ekstremitas inferior

BAB I. PENDAHULUAN. superior, sedangkan sebanyak 11% sisanya terjadi pada ekstremitas inferior 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kerusakan pada saraf tepi dapat disebabkan oleh berbagai etiologi. Dua etiologi utama penyebab kerusakan saraf tepi adalah trauma dan tindakan operasi. Trauma memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanpa disadari, fungsi kognitif memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia dan menentukan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh manusia. Fungsi kognitif sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran darah otak. Terdapat dua macam stroke yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian (Stirban et al., 2012). Merokok telah menjadi gaya hidup tidak sehat hampir di seluruh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Defenisi Stroke Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan karakteristik kehilangan fungsi otak dengan gejala lebih dari 24 jam, dapat menyebabkan kematian dan dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki urutan pertama sebagai penyakit serebrovaskular. Stroke merupakan salah satu sumber gangguan otak

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat kemoterapi vinkristin Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari tanaman Vinca Rosea yang memiliki anti kanker yang diberikan secara intravena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan bagi kehidupan manusia. Setiap tahun di Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan bagi kehidupan manusia. Setiap tahun di Amerika Serikat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kondisi yang sangat membahayakan bagi kehidupan manusia. Setiap tahun di Amerika Serikat hampir 1.500.000 kasus cedera kepala. Dari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan perubahan tanda klinis secara cepat baik fokal maupun global yang mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol atau alkohol yang merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tak berwarna. Etanol merupakan jenis alkohol yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia

Lebih terperinci