III. HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Negara Indonesia (BNI) berdiri sejak 5 Juli 1946, dan. merupakan bank pertama yang didirikan oleh Pemerintah Republik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Negara Indonesia (BNI) berdiri sejak 5 Juli 1946, dan. merupakan bank pertama yang didirikan oleh Pemerintah Republik"

Transkripsi

1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Nama BNI Bank Negara Indonesia (BNI) berdiri sejak 5 Juli 1946, dan merupakan bank pertama yang didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam perjalanan sejarah sejak berdirinya, nama resmi BNI dari masa ke masa mengalami perubahan. Seperti halnya perbankan lainnya, BNI juga mengalami masa pasang surut yang disebabkan karena adanya perubahan iklim ekonomi makro. Langkah-langkah awal BNI menuju transformasi dimulai pada paruh kedua tahun BNI memperkenalkan identitas perusahaan baru yang menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, sekaligus mencerminkan upaya pemulihan kepercayaan diri setelah melalui tahun-tahun yang memprihatinkan. Identitas baru BNI tercermin pada logo baru yang memiliki makna sebagai berikut : a. Identitas Baru BNI Dasar Pembuatan Desain Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari simbol 46 dan kata BNI yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.

2 28 b. Huruf BNI Huruf BNI dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan unik. c. Simbol 46 Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam logo ini, angka 46 diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang modern. d. Palet Warna Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih percaya diri dan segar. Logo 46 dan BNI mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis. Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern (BNI, 2005). Seiring dengan era transformasi yang dilaksanakan tersebut, istilah kantor Cabang mengalami penyesuaian nama menjadi outlet. Sampai dengan bulan Desember 2005, jumlah outlet BNI berjumlah 955

3 29 outlet yang tersebar diseluruh pelosok nusantara dan Luar Negeri (Singapore, Hong Kong, Tokyo, London dan New York). Adapun perinciannya disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Outlet BNI per Desember 2005 Outlet Cabang KLN KCP KM KK Total Konvensional Syariah Luar Negeri Total Sumber : BNI, 2005 Keterangan : KLN = Kantor Layanan KCP = Kantor Cabang Pembantu KM = Kas Mobil KK = Kantor Kas 2. Usaha Kecil Menengah Meskipun kondisi makro ekonomi Indonesia kurang kondusif pada semester kedua tahun 2005, segmen pasar UKM tetap merupakan salah satu segmen pasar yang paling bergairah dalam perekonomian Indonesia saat ini. Daya tahan dan keuletan segmen pasar ini telah teruji dan terbukti selama krisis moneter Asia dan tetap menonjol dalam kondisi pasar yang kurang mengguntungkan saat ini. Dari segi kualitas aset kredit dan profitabilitas, selama tiga tahun terakhir, BNI telah memperoleh sebagian dari portofolio kredit terbaiknya melalui segmen usaha kecil. Sejalan dengan pertumbuhan usaha kecil portofolio kredit usaha kecil juga berkembang menjadi Rp. 12,29 trilyun

4 30 pada tahun Jenis kredit yang disalurkan berupa kredit investasi dan kredit modal kerja (BNI, 2005). 3. Kajian Teori Perkreditan Tugas pokok suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat yang memerlukannya. Peranan kredit merupakan kegiatan paling utama dalam operasi suatu bank, karena dari sinilah bank memperoleh pendapatan yang paling diandalkan. Dengan pendapatan tersebut, bank dapat menutup berbagai biaya, baik biaya operasional maupun non operasional dalam tahun akuntansi bersangkutan (Reksoprayitno, 1992). Bank adalah bisnis yang berdagang dalam kredit dan uang. Jadi bisnis utama dari suatu bank adalah kepercayaan (trust), sehingga dapat dikatakan bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan (Rivai dan Permata, 2006). Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit kepada masyarakat, mengingat bahwa : a. bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal balik b. pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam neraca bank c. perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi sebagian besar bank

5 31 d. bank merupakan lembaga perantara (intermediary) antara masyarakat suplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana. Debitur merupakan orang yang meminjam sejumlah dana dengan jangka waktu tertentu kepada bank yang diikat secara hukum melalui suatu perjanjian kredit. Debitur harus tunduk kepada seperangkat standar dan aturan bank, tanpa melihat jumlah dan jenis kredit yang diberikan, bertujuan untuk melindungi bank dari risiko kerugian yang ditimbulkan dikemudian hari (Compton, 1991). Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2000, kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchased Agreement (NPA). Dengan demikian, dalam prakteknya kredit merupakan penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari, suatu tindakan atas dasar perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu, suatu hak yang dengan hak tersebut seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.

6 32 Beberapa keuntungan pemenuhan sumber-sumber dana dari sektor perkreditan menurut Muljono (2001) adalah sebagai berikut : a. Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya layak. b. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit). c. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat, sehingga memudahkan para pengusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa mendatang. 4. Fungsi Kredit Modal Kerja Di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan pada umumnya, fungsi kredit modal kerja tidak terlepas dari fungsi-fungsi kredit secara umum. Garis besarnya fungsi kredit tersebut adalah : a. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu modal atau uang. Melalui kredit, dana yang mengendap (idle funds) di dalam kas bank akan dimanfaatkan oleh para debitur untuk memperbesar usaha produksi maupun perdagangan. b. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu barang. Tanpa adanya bantuan fasilitas kredit dari bank, kemampuan para pengusaha di dalam berproduksi dan mendistribusikan hasil produksinya masih terbatas. Namun dengan adanya fasilitas kredit, para pengusaha dapat memproduksi bahan mentah menjadi barang jadi dan pendistribusiannya akan meningkat. Dengan demikian, pemanfaatan atas barang tersebut meningkat pula.

7 33 c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit yang disalurkan melalui rekening pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro dan sebagainya. Peredaran uang kartal dan giral akan lebih berkembang, karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pengertian bank selaku money creator. d. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. Manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan terutama kemampuan finansial. Fasilitas kredit yang diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya. e. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi, Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi, kredit bank memegang peranan yang sangat penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh tarhadap hajat hidup masyarakat. f. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. Pengusaha yang memperoleh fasilitas kredit akan berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan

8 34 keuntungan. Seiring dengan peningkatan produksinya tersebut, orientasi pengusaha tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik, juga merambah pasar ekspor. Dengan demikian, kegairahan pengusaha untuk melakukan ekspor menjadi meningkat, yang nantinya akan akan mendatangkan devisa bagi negara. g. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Negara-negara kaya atau yang kuat perekonomiannya, demi persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat ringan, yaitu bunga yang relatif murah dan jangka waktu penyelesaiannya yang panjang. Hal ini tercermin melalui bantuan antar negara yang disebut G to G (Government to Government). Hubungan antarnegara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan. 5. Pelaksanaan Pemberian Kredit Modal Kerja Pada dasarnya setiap pemberian fasilitas kredit akan menimbulkan risiko baik yang terjadi sebagai akibat penyalah gunaan kredit yang diberikan kepada debitur maupun risiko yang ditimbulkan karena kurang telitinya bank dalam melakukan analisa terhadap permohonan kredit ataupun sebagai akibat tidak efektifnya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh bank terhadap jalannya kredit yang telah diberikan kepada debitur.

9 35 Hal ini sering terjadi benturan antara bank yang harus memberikan pelayanan terbaik bagi calon nasabahnya, yaitu dengan proses permohonan kredit dilakukan dengan cepat dan unsur kehatihatian dalam proses pencairannya. Terkadang calon debitur enggan untuk mengajukan permohonan kreditnya di bank X dengan alasan prosesnya lama dan bertele-tele. Namun di sisi bank X tersebut harus menjalankan aturan dan kebijakan yang ditetapkan baik oleh internal maupun ekternal yang dalam hal ini adalah peraturan dari Bank Indonesia selaku bank sentral. Untuk menghindari terjadinya risiko terhadap kredit yang diberikannya, dalam menentukan nilai kredit, bank akan melakukan analisa terhadap calon debitur. Dalam analisa tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan formulasi 4 P s, yaitu : a. Personality Bank perlu mengetahui dengan sebaik-baiknya tentang diri pribadi calon debitur, terutama yang menyangkut pendidikan, pergaulan dan kebiasaannya. Dengan diketahuinya kepribadian calon debitur, maka bank akan dapat memutuskan sejauhmana calon debitur itu layak untuk diberikan fasilitas kredit. b. Purpose Bank perlu menganalisa tentang keperluan kredit yang diajukan oleh calon debitur, agar dapat diketahui apakah keperluan kredit tersebut dapat dibiayai oleh bank yang bersangkutan sesuai dengan sektor pembiayaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

10 36 c. Prospect Melalui perkembangan usaha calon debitur selama beberapa waktu yang lalu, bank akan dapat mengetahui perkiraan perkembangan usaha calon debitur di masa mendatang, apakah usahanya akan semakin meningkat atau malah sebaliknya, terutama setelah kredit diberikan. d. Payment Analisa yang penting khususnya terhadap permohonan kredit modal kerja adalah seberapa besar kemampuan calon debitur didalam membayar kembali kredit yang diberikan kepadanya. Kemampuan membayar ini dapat diketahui oleh bank dari analisa prospek, serta kemampuan di dalam perdagangan dan mengatasi persaingan. Selain formulasi 4 P s tersebut, hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian kredit nasabah, terlebih dahulu harus terpenuhinya 6 C s analisys (Rivai dan Permata, 2006), yaitu : a. Character Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana itikad/kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. b. Capital Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan

11 37 kredit. Kemampuan modal sendiri akan merupakan benteng yang kuat, agar tidak mudah mendapat goncangan dari luar, misalkan jika terjadi kenaikan suku bunga, komposisi modal sendiri inipun perlu ditingkatkan. c. Capacity Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana calon debitur mampu mengembalikan atau melunasi kewajibannya (ability to pay) secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. d. Collateral Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Agunan tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauhmana risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis, lokasi, bukti pemilikan dan status hukumnya. e. Condition of Economy Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan dan calon debitur. f. Constraint Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalkan

12 38 pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bara. 6. Proses Pemberian Kredit Modal Kerja di BNI Pada dasarnya kredit modal kerja yang diberikan merupakan kepercayaan, maka dari itu setiap kredit modal kerja yang diberikan tersebut mengandung suatu risiko. Untuk memperkecil tingkat risiko yang timbul, kepada setiap pemohon kredit modal kerja, BNI menetapkan persyaratan tertentu untuk menjamin keamanan atas kredit modal kerja tersebut. Pemberian kredit tersebut dilakukan melaui beberapa tahapan berikut (Gambar 1) : a. Persiapan kredit Calon debitur mengajukan permohonan tertulis untuk memperoleh kredit modal kerja kepada BNI dengan dilengkapi persyaratanpersyaratan yang diperlukan. Atas dasar permohonan tersebut, BNI mencari informasi tentang calon debitur, baik dengan melakukan peninjauan langsung ke tempat usaha pemohon maupun melalui sarana on line, yaitu Sistem Informasi Debitur (SID) untuk memeriksa kebenaran atas data yang disampaikannya dan untuk menentukan kolektibilitas pinjamannya. b. Analisa kredit Analisa atas permohonan kredit modal kerja calon debitur, dilakukan oleh BNI agar diperoleh kepastian bahwa kredit tersebut benar-benar tepat guna dan sasaran, serta aman bagi BNI.

13 39 c. Penyampaian aplikasi kredit kepada pemutus kredit Dalam tahap ini telah didapat kesimpulan pokok dari analisa kredit yang merupakan suatu pendapat dan saran yang disampaikan kepada pemutus kredit di BNI (pemimpin cabang, pemimpin wilayah atau direksi, tergantung dari kredit yang diajukannya dan maksimumnya). d. Pengambilan keputusan kredit Disetujui atau ditolaknya permohonan atas kredit modal kerja diputuskan oleh BNI atas dasar hasil aplikasi yang disampaikan dengan didukung oleh analisa atas data yang ada di BNI. e. Perjanjian kredit Setelah permohonan kredit modal kerja disetujui, selanjutnya dibuatkan Surat Keputusan Kredit dan dilakukan penandatanganan perjanjian kredit dan pengikatan jaminan, baik secara resmi dihadapan notaris yang ditunjuk BNI maupun dilakukan di bawah tangan (antara BNI dengan debitur, diikat dengan perjanjian tersendiri). Debitur diharuskan untuk melunasi bea materai dan propisi kredit. Besarnya propisi kredit modal kerja tersebut berkisar 1% dari pokok kredit modal kerja yang disetujui. Pembukuan yang dilakukan sebagai berikut : Db. Cash/rekening nasabah Kr. Pendapatan propisi kredit yang diterima dimuka f. Disposisi/pencairan kredit Pada tahap ini kredit modal kerja yang telah disetujui dan telah dilakukan penandatanganan perjanjian kredit beserta agunannya, dikreditkan langsung ke rekening debitur yang ada di BNI (debitur

14 40 wajib membuka rekening giro atau tabungan di BNI). Setelah itu, debitur dapat langsung menggunakan dana tersebut untuk menunjang kegiatan perusahaannya. Pembukuan yang dilakukan sebagai berikut : Db. Kredit yang diberikan (dibuka per nominatif nasabah) Kr. Rekening Nasabah Penarikan kredit modal kerja di BNI oleh debitur yang telah disetujui, dapat dilakukan oleh debitur dengan ketentuan berikut : a) Debitur terlebih dahulu harus membuat rencana penggunaan kredit modal kerjanya. b) Penarikan kredit modal kerja hanya dapat dilakukan dengan menggunakan uang giral (melalui cek/bilyet giro) dan tidak dapat dilakukan penarikan secara tunai. c) Penarikan kredit modal kerja tidak dapat dilakukan sekaligus untuk seluruh jumlah kredit yang telah disetujui, debitur hanya diperkenankan menarik dana kredit modal kerjanya sesuai dengan jumlah kebutuhannya, Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksudkan agar penyalahgunaan atas dana kredit modal kerja yang telah disetujui oleh BNI dapat dihindari. Atas kredit modal kerja yang telah disetujui tersebut, BNI membuka rekening pinjaman per nominatif debitur. Dimana pada saat debitur melakukan penarikan kredit, pembayaran bunga atau pelunasan kreditnya akan langsung dicatat secara otomatis oleh sistem. Pembayaran bunga dapat dilakukan dengan jurnal pembukuan berikut : Db. Cash/Rekening afiliasi atas nama debitur Kr. Rekening pendapatan bunga kredit atas nama debitur

15 41

16 42 Rekening afiliasi adalah merupakan rekening debitur di BNI, baik dalam bentuk rekening giro maupun tabungan yang di set secara otomatis untuk melakukan kewajiban bunga setiap bulannya. Besarnya bunga kredit modal kerja tersebut dihitung dari saldo debet rekening pinjaman debitur, yaitu jumlah nilai kredit modal kerja yang telah ditarik oleh debitur dikurangi nilai angsurannya. Jumlah hari dalam satu bulan ditetapkan sebanyak 30 (tiga puluh) hari. Formulasi untuk menghitung nilai bunga kredit modal kerja dalam satu bulan dihitung sebagai berikut : Bunga = Suku Bunga x Saldo Kredit x Hari Bunga 30 Terhadap kredit modal kerja yang diberikan, BNI tidak menetapkan besarnya nilai angsuran yang harus dibayar oleh debitur, demikian pula dalam menetapkan skala angsuran kredit modal kerja tersebut. Akan tetapi pada saat kredit tersebut jatuh tempo, debitur harus melunasi seluruh sisa pinjamannya. Sedangkan terhadap kredit modal kerja permanen, apabila debitur telah menggunakan 60% jangka waktu kreditnya, maka saldo pinjamannya sudah harus berkurang menjadi 40% dari seluruh nilai kreditnya. Namun demikian, apabila debitur masih membutuhkan tambahan kredit modal kerja atau mengalami kesulitan untuk melunasi kredit yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, maka debitur yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan perpanjangan kredit. Waktu yang dibutuhkan untuk satu proses atas permohonan kredit modal kerja pada BNI sejak calon debitur mengajukan permohonan

17 43 sampai ditetapkan keputusan kredit tersebut adalah 2 (dua) minggu, hal ini dilakukan apabila personil yang berwenang memproses permohonan kredit itu sesuai dengan banyaknya permohonan dan seluruh persyaratan yang diperlukan telah dilengkapi oleh pemohon. Namun apabila ada permohonan atas kredit modal kerja yang belum lengkap persyaratannya, BNI akan tetap memproses permohonan tersebut sambil meminta agar calon debitur melengkapi persyaratannya. Dalam hal ini BNI menyadari bahwa untuk melengkapi persyaratan tersebut dibutuhkan waktu, terutama kepada calon debitur yang baru pertama kali memanfaatkan fasilitas kredit bank. Oleh sebab itu, BNI berupaya untuk memberikan bimbingan kepada calon debitur untuk melengkapinya. Permohonan kredit modal kerja akan disetujui oleh BNI, apabila memenuhi kriteria berikut : i. BNI yakin bahwa kredit modal kerja yang diberikannya benar-benar aman dan tidak akan berpotensi untuk terjadinya kredit macet dikemudian hari. ii. Kredit modal kerja yang diberikan dapat menguntungkan kedua belah pihak dan dapat bermanfaat bagi penerima kredit untuk mengembangkan usahanya. iii. BNI hanya akan memberikan kredit modal kerja sebesar kemampuan untuk melunasi kreditnya (repayment capacity) calon debitur yang bersangkutan. 7. Pengawasan terhadap Pemberian Kredit Modal Kerja Setelah realisasi kredit modal kerja dilaksanakan, tidak berarti bahwa debitur dapat sebebasnya menggunakan dana kredit modal kerja

18 44 tersebut. Meskipun pemilikan dana telah berpindah tangan sejak perjanjian kredit ditandatangani, apabila terjadi penyimpangan penggunaan dana kredit tersebut BNI masih mempunyai kekuatan hukum untuk menghentikan disposisi kredit modal kerjanya. Selama kredit modal kerja berjalan, BNI akan terus melakukan fungsi pengawasan terhadap kredit yang diberikannya. Dengan pengawasan (monitoring), dapat mengetahui setiap saat apa saja yang terjadi di lapangan. Apabila terdapat hambatan-hambatan dalam suatu kegiatan, bank dapat dengan segera mengambil langkahlangkah pengamanannya (adjustments) agar hambatan tersebut dapat segera diatasi (Djamin, 1984). Pengawasan terhadap kredit modal kerja dilakukan bank untuk mengamankan dana yang disalurkan, sebab dana tersebut umumnya merupakan dana pihak ketiga yang disimpan di BNI. Dalam hal ini pengawasan dilakukan agar dana kredit tersebut benar-benar digunakan sesuai dengan rencana yang diajukan oleh debitur, sehingga akan mendatangkan keuntungan, baik bagi bank maupun bagi debitur sendiri. Di dalam melakukan pengawasan terhadap kredit modal kerja yang sedang berjalan, perlu dipahami bahwa maksud dan tujuan pengawasan bukan berarti mencari kesalahan debitur, tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan usahanya sesuai dengan kepercayaan yang diberikan oleh bank. Pengawasan tersebut dilakukan tidak secara kolektif namun dilakukan secara individual per debitur, baik secara aktif maupun pasif. Pengawasan aktif dilakukan melalui pengawasan terhadap kredit modal kerja yang sedang berjalan dengan cara melakukan pemeriksaan

19 45 langsung ke tempat usaha debitur (on the spot), dengan tujuan disamping untuk menilai realisasi kredit modal kerja, juga melakukan pembinaan terhadap debitur. Pemantauan langsung terhadap aktivitas usaha debitur ini dilakukan dengan memeriksa persediaan (inventory) barang-barang yang dibiayai dengan kredit untuk dapat diketahui kesesuaiannya antara nilai persediaan dengan saldo kredit modal kerja yang telah direalisasi, memeriksa keadaan proyek atau usaha debitur serta memeriksa kondisi barang-barang yang dijadikan jaminan inti maupun jaminan tambahan. Pengawasan aktif dilakukan oleh BNI secara berkala untuk memeriksa kebenaran laporan keuangan (neraca dan laporan laba/rugi perusahaan) yang disampaikan oleh debitur, serta untuk memeriksa kesesuaian aktivitas rekening pinjaman debitur selama kredit modal kerja berjalan. Pengawasan pasif dilakukan melalui penelitian atas laporanlaporan tertulis yang diterima dari debitur, baik mengenai perkembangan usaha, hasil usaha maupun keuangan. Pengawasan pasif dapat dilakukan pula dengan mengadakan evaluasi terhadap aktivitas rekening debitur. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, dalam melakukan fungsi pengawasan harus didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut : i. Personil pengawasan hendaknya memiliki pengetahuan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan usaha debitur, baik mengenai management, accounting, financing maupun marketing. ii. Pengawasan harus menjadi sarana pengarahan dan pengendalian usaha debitur, serta pembinaan untuk meningkatkan usaha tersebut.

20 46 Dengan dilakukannya pengawasan aktif dan pasif terhadap usaha debitur, BNI akan segera mengetahui sampai sejauhmana kredit modal kerja tersebut digunakan oleh debitur sesuai dengan rencana kreditnya. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara hasil pemeriksaan ditempat usaha debitur dengan saldo rekening pinjamannya dapat segera diambil langkah-langkah pengamanan. Dengan demikian, risiko yang mungkin timbul atas kredit modal kerja tersebut dapat diperkecil dan bila memungkinkan diusahakan untuk menghilangkan risiko tersebut. Pada umumnya, pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank terhadap debiturnya bertujuan untuk : a. Menjaga agar penarikan kredit sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. b. Mencegah dan mengurangi kesalahan penggunaan dana kredit. c. Mengusahakan agar proyek yang dibiayai dilaksanakan sesuai dengan rencana, sehingga dapat mendatangkan hasil yang cukup untuk melunasi pinjamannya. d. Mempermudah persiapan mengajukan penagihan kredit ke Panitia Utang Piutang Negara, apabila tidak ditemukan jalan lain. 8. Strategi Pemasaran Kredit Modal Kerja BNI Dalam memasarkan produk kredit usaha kecil, selain dengan menggunakan skema channelling, penyaluran kredit sangat terbantu oleh dukungan dari Sentra Kredit Kecil (SKC) BNI yang telah beroperasi penuh pada tahun Dengan adanya 45 sentra kredit di 12 wilayah operasional BNI, maka dukungan penting dapat diperoleh sejak penawaran aplikasi kredit, serta mempercepat proses evaluasi kredit

21 47 mulai pada saat aplikasi kredit diajukan untuk mendapatkan persetujuan sampai dengan saat penyaluran kredit tersebut. Dengan memperbaharui SKC dan memberikan pelatihan kepada staff di SKC, BNI telah meningkatkan kualitas personalia, proses bisnis, logistik dan infrastruktur. Faktor lain yang dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan efektifitas penyaluran kredit pada tahun 2005 adalah dengan adanya relokasi dan pengelompokkan kembali beberapa SKC (BNI, 2005). Hal ini telah menghasilkan outlet-outlet yang berdiri sendiri untuk melayani daerah-daerah yang potensial namun kurang diperhatikan sebelumnya. Pembaharuan dan reorganisasi SKC juga membantu dalam proses pemantauan kredit-kredit UKM. Disini kredit dipantau secara ketat melalui suatu sistem peringatan awal yang memungkinkan BNI dapat mendeteksi masalah yang muncul sebelum kemungkinan timbulnya kesulitan dalam pelunasan kredit. Kualitas kredit juga telah diperkuat melalui prinsip four eyes, dimana persetujuan kredit dlakukan setidaknya oleh 2 pejabat kredit, dimana masing-masing mewakili unit bisnis dan unit pengendalian risiko. Prinsip ini pertama kali diterapkan dalam proses administrasi kredit pada tahun 2004 dan disempurnakan lagi pada tahun Pada setiap wilayah operasional sampai kepada sentra kredit, unit penilaian risiko sepenuhnya independen dari unit bisnis. Hal ini dilakukan agar mekanisme dual control dapat dilakukan dalam penyaluran kredit Selain itu, BNI juga tengah mengembangkan sistem penilaian risiko kredit untuk UKM yang akan mempercepat proses penilaian kredit lebih lanjut melalui otomasi. Sistem ini akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dalam menentukan kemungkinan

22 48 keberhasilan suatu pinjaman dengan membandingkan prospek debitur terhadap standar baku tertentu (BNI, 2006). Dalam hal ini, BNI telah mengidentifikasi semua parameter yang diperlukan untuk sistem penilaian risiko kredit ini dan diharapkan dapat menerapkannya mulai tahun B. Hal yang Dikaji Di dalam penelitian analisis ini ada tiga komponen yang ingin diteliti berkaitan dengan BNI dan UKM yang meliputi karakteritik dan perilaku UKM, serta sistem pembiayaan BNI. Dari hasil penyebaran kuesioner yang diisi oleh 100 responden didapatkan data berikut : 1. Karakteristik UKM UKM merupakan sekelompok usaha yang memiliki ciri khusus, sehingga berbeda dengan bentuk usaha lainnya. Dari hasil observasi terhadap responden didapatkan data berikut : a. Latar Belakang Pendidikan Pemilik/Pengelola UKM Rendahnya latar belakang pendidikan pemilik/pengelola usaha adalah salah satu dari ciri UKM. Rata-rata para pengusaha memiliki latar belakang pendidikan bukan berasal dari strata satu (S1), melainkan berasal dari sekolah kejuruan dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 100 responden, 30% dari 38 responden berlatar belakang pendidikan sekolah kejuruan (STM atau SMKK), 45% dari 40 responden berlatar belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), sisanya 25% dari 22 responden berlatar belakang pendidikan strata satu (S1). Bagi kebanyakan pemilik UKM, dalam mejalankan usahanya

23 49 sehari-hari tidak terlalu memerlukan latar belakang pendidikan yang tinggi, tetapi lebih di dasarkan pada warisan leluhurnya. b. Permodalan UKM Minimnya permodalan bagi UKM adalah merupakan kelemahan yang dialami oleh hampir seluruh pengusaha. Kebanyakan usaha yang dijalankan bukan merupakan bisnis utama, melainkan hanya sebagai usaha sampingan. Namun ada juga UKM yang serius dalam menjalankan usahanya, sehingga dapat menembus pasar global melalui mekanisme ekspor. Kebanyakan UKM yang telah berkonsentrasi kepada pasar ekspor adalah UKM perusahaan, namun terkendala oleh lemahnya permodalan yang mengakibatkan kapasitas produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 100 responden, didapatkan 88% responden perorangan memiliki omzet penjualan rataan per bulan Rp Rp Sisanya (12%) memiliki omzet rataan per bulan lebih dari Rp ,--. Sedangkan untuk responden perusahaan, 65% omzet penjualan rataan per bulan Rp Rp Selanjutnya 20% responden memiliki rataan omzet per bulan Rp Rp , sisanya (15%) dengan rataan omzet per bulan Rp Rp Kebanyakan responden pengusaha telah memasuki pasar ekspor. c. Administrasi dan Manajerial Dalam hal ini tercermin dari laporan-laporan yang disampaikan oleh debitur kepada bank kurang obyektif atau kurang mencerminkan dengan keadaan yang sebenarnya. Laporan-laporan tersebut dibuat

24 50 dalam keadaan yang kurang teratur dan bahkan nilainya tidak mendekati kewajaran, karena tidak didukung dengan bukti-bukti yang akurat. Sementara masalah manajerial perusahaan yang lemah, jelas mengakibatkan aktivitas usaha yang dijalankan menjadi kurang efisien. Laporan keuangan menurut Djarwanto (1984), pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat financial, dicatat, digolongkan dan diringkaskan dengan cara yang tepat, dalam satuan uang dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. d. Pemasaran Di dalam dunia usaha modern, fungsi pemasaran memegang peranan sangat penting, terutama untuk masuk ke pasar bahkan jika perlu dapat menguasai pasar. Pengetahuan pemasaran tersebut masih sangat sedikit dikuasai oleh para pengusaha. Disamping itu, para pengusaha kurang mampu mencari informasi pasar dan tidak mampu mengikuti perkembangan selera konsumen. Akibatnya, hasil produksi tidak mempunyai daya saing, sehingga aktivitas usaha menjadi sulit berkembang. Lemahnya daya saing inipun dapat disebabkan oleh kurang mampunya para debitur pengusaha untuk menyerap teknologi tinggi. e. Kedisiplinan Penggunaan dana kredit diluar rencana yang diajukan oleh debitur merupakan suatu bukti rendahnya disiplin debitur tersebut dan bahkan hal ini sudah menunjukkan itikad yang tidak baik dari seorang debitur. Penyalahgunaan semacam ini agak sulit dipantau

25 51 oleh bank pemberi kredit, dimana dana kredit tersebut oleh debitur dipergunakan untuk membiaya usaha yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan kredit yang diajukannya dan untuk menutup persediaannya, debitur tersebut melakukan pembelian secara kredit senilai saldo pinjamannya, sehingga pada saat bank melakukan pemeriksaan secara langsung seakan-akan persediaan yang ada berasal dari dana kredit bank. 2. Perilaku UKM Karakteristik UKM mempunyai hubungan yang nyata dengan perilaku UKM itu sendiri. Hasil kajian menunjukkan bahwa perilaku umum UKM berikut : a. Hubungan dengan bank Hubungan antara UKM dengan pihak perbankan sampai saat sekarang ini kurang harmonis, dalam arti kerjasama antara keduanya belum maksimal dan optimal. Ketidakharmonisan ini terjadi dikarenakan adanya saling tidak percaya antara UKM dengan pihak bank. Ketidak harmonisan hubungan ini mengakibatkan minimnya modal UKM dalam menggerakkan usahanya karena BNI masih enggan untuk menyalurkan kreditnya kepada UKM. b. Jenis Usaha Jenis usaha yang dilakukan oleh UKM banyak yang sejenis, sehingga segmen pasarnya terbatas. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, mayoritas didominasi oleh sektor industri (68%), perdagangan (15%), jasa (14%) dan sektor lainnya (3%). Kesamaan dalam jenis usaha menjadikan persaingan di pasar tidak sehat. Diantara UKM sendiri

26 52 sering terjadi persaingan tidak sehat, sehingga merugikan UKM itu sendiri, sementara pasar yang diperebutkan terbatas jumlahnya. 3. Sistem Pembiayaan UKM Untuk mendapatkan data, maka beberapa peubah dari kajian disusun dalam bentuk kuesioner yang ditanyakan kepada responden (Lampiran 2). Dari jawaban responden diperoleh data pada Tabel 10, 11 dan 12. a. Kredit modal kerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh UKM Tabel 10. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran KMK Jenis pertanyaan Jawab (%) Ya Tidak 1. Apakah BNI sudah melakukan pola kerja sesuai dengan ketentuan dalam perbankan? Apakah Anda memilih BNI karena nama dan reputasinya yang sudah dikenal baik? Apakah hanya BNI yang menyalurkan fasilitas kredit modal kerja kepada UKM? Apakah ada perbedaan bunga pinjaman antara BNI dengan bunga bank yang lain? Apakah Anda lebih menyukai sistem bunga dalam berhubungan dengan dunia perbankan? Apakah Anda mengetahui dengan jelas sistem pembiayaan pada BNI? Jika ada Bank lain melakukan hal yang sama dengan BNI, apakah Anda akan menjadi nasabah bukan BNI? Menururt Anda, apakah prinsip penyaluran kredit modal kerja di BNI sudah sesuai dengan UKM? Menurut Anda, apakah sistem pembiayaan modal kerja di BNI lebih memberi keuntungan pada UKM? Menurut Anda, apakah sistem pembiayaan modal kerja di 10. BNI lebih menjamin kelangsungan UKM? Menurut Anda, apakah persyaratan jaminan yang 11. disyaratkan memberatkan UKM? Apakah sistem administrasi sistem bunga lebih mudah? Apakah sistem bank konvensional lebih menguntungkan 13. dalam pengembangan UKM? Apakah sistem konvensional menjamin permodalan UKM 14. Anda lebih baik? Apakah sistem pelayanan BNI sudah memuaskan Anda 15. selaku nasabah/debitur? 89 11

27 53 Dari hasil pengisian kuesioner pada para nasabah BNI yang dimuat pada Tabel 10, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menyatakan UKM sesuai dengan sistem pembiayaan modal kerja 84,5% dan yang menjawab tidak 15,5 %, dikarenakan mereka lebih sengang menggunakan sistem pembiayaan syariah dan adanya tawaran tunai cepat tanpa jaminan (instant cash). Pola pembiayaan kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik dan perilaku UKM, didasari oleh hal-hal berikut : 1) Sederhana dan mudah dimengerti Pembiayaan dengan pola kredit modal kerja sederhana, karena jumlah bunga yang harus dibayar oleh debitur baik secara tunai maupun angsuran bersifat tetap (fixed). Dalam hal ini debitur tidak perlu lagi menghitung berapa kewajiban berapa besar bunga yang harus dibayarkan ke bank setiap bulannya. 2) Tidak tergantung pada cash flow dan laba/rugi UKM Pembayaran yang dilakukan oleh UKM pada pola kredit modal kerja menggunakan pola pembayaran tetap selama jangka waktu akad dan tidak tergantung kepada cash flow dan laba/rugi. Hal tersebut mudah diterapkan, karena sesuai dengan karakteristik UKM yang lemah dari sisi manajerial, sehingga berdampak terhadap laporan keuangan yang dihasilkan. 3) Tidak terpengaruh kondisi ekonomi secara umum Kemampuan UKM untuk tetap tumbuh dalam kondisi ekonomi yang tidak kondusif membuat pola pembiayaan modal kerja sesuai untuk diterapkan, karena usaha dapat tetap berjalan dan di sisi lain angsuran tetap dapat dibayar oleh debitur.

28 54 4) Tidak memerlukan agunan tambahan Agunan yang dijaminkan ke bank adalah sebesar kredit yang disetujui. Dalam hal ini tidak diperlukan adanya agunan tambahan yang memberatkan UKM. b. Penentuan penyaluran kredit modal kerja kepada debitur UKM Tabel 11. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran pembiayaan oleh BNI Jawab (%) Jenis pertanyaan Ya Tidak Apakah debitur UKM kebanyakan menghendaki one day 16. service? Apakah debitur UKM kebanyakan menginginkan keputusan langsung ditempat? Jika dibandingkan dengan bank lain, apakah pelayanan di BNI sudah memuaskan anda? Apakah ada perbedaan bunga pinjaman antara BNI 19. dengan bunga bank yang lain? Apakah lokasi kantor cabang BNI jauh dari tempat usaha 20. saudara? Seandainya disekitar wilayah saudara ada bank lain, 21. apakah anda tetap mengajukan permohonan kredit modal kerja ke BNI? Apakah sebelumnya anda telah mengetahui mekanisme 22. persyaratan peminjaman kredit melalui bank? Menururt Anda, apakah dalam pengajuan kredit modal kerja ke BNI prosesnya lama? Menurut Anda, apakah dengan maksimal 14 hari kerja 24. proses permohonan kredit modal kerja terlalu lama? Jika permohonan pembiayaan telah disetujui, apakah 25. anda akan menggunakan jasa perbankan BNI lainnya? 95 5 Respon debitur saat didatangi petugas bank baik atau 26. tidak? Bila petugas bank datang ke lokasi debitur, disambut baik 27. atau tidak? 91 9 Bila nasabah diundang ke BNI, apakah disambut dengan 28. baik? Apakah debitur keberatan bila petugas bank sering datang 29. ke lokasi usaha anda? Apakah menurut anda produk dan layanan di BNI sudah 30. lengkap? Dari hasil pengisian kuesioner kepada para nasabah BNI yang dimuat pada Tabel 11, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menyatakan bahwa adanya kemudahan akses dalam mengajukan

29 55 pembiayaan ke BNI, penyalurannya dan pelayan yang diberikan memegang peranan penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan (BNI) adalah 82,5% dan yang menyatakan tidak adalah 17,5%. Seperti halnya dengan pengusaha besar, pengusaha UKM juga menginginkan adanya kemudahan-kemudahan yang diiberikan oleh bank. Terutama dalam hal pengajuan permohonan pemberian kredit modal kerja, lamanya proses analisa, sampai dengan permohonan tersebut disetujui BNI. Hal ini terkadang menjadi benturan di internal bank, disatu sisi BNI harus mengutamakan kecepatan pelayanan namun juga harus tetap menedepankan aspek prudent terhadap kebijakan eksternal dan resiko yang akan muncul dikemudian hari mengingat pengusaha UKM memiliki risiko yang cukup besar. Apabila kredit modal kerja telah disalurkan kepada pengusaha UKM, BNI berkewajiban untuk melaksanakan pemantauan rutin terhadap debiturnya. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dengan cara mengunjungi usaha debitur setiap bulannya atau pemantauan dari laporan keuangan yang diserahkan oleh debitur ke bank. Dalam memberikan kredit kepada debitur UKM, BNI akan puas apabila kondisi keuangan debitur UKM sehat (sound) dan tujuan dari pengajuan pinjaman tersebut sesuai dan bisa dipertanggungjawabkan oleh debitur UKM. Dengan demikian maka pembayaran kembali atas angsuran kreditnya dapat terlaksana tepat pada waktunya.

30 56 Dalam hal ini dilakukan agar kredit modal kerja yang disalurkan dapat benar-benar digunakan untuk kepentingan usaha debitur. c. Kendala dalam penyaluran Kredit Modal Kerja Tabel 12. Hasil isian kuesioner mengenai kendala penyaluran kredit Jenis pertanyaan Apakah letak jauh-dekat Cabang BNI dari tempat tinggal Anda merupakan salah satu kendala? Apakah penyerahan jaminan kepada BNI merupakan kendala? Apakah lama pemprosesan dalam permohonan pembiayaan modal kerja merupakan kendala? Apakah legalitas usaha Anda merupakan kendala dalam permohonan pembiayaan modal kerja di BNI? Apakah Anda mengalami kesulitan dalam mendapatkan fasilitas pembiayaan modal kerja dari BNI? Apakah pola administrasi UKM Anda merupakan kendala dalam permohonan pembiayaan di BNI? Apakah besar kecilnya pembiayaan modal kerja yang dikucurkan oleh BNI merupakan hambatan dalam pengembangan usaha Anda? Apakah jangkauan pasar BNI merupakan hambatan dalam penyaluran pembiayaan kepada UKM? Apakah tempat tinggal (di desa atau di kota) mempengaruhi jumlah pembiayaan modal kerja yang diterima dari BNI? Apakah sistem BNI saat ini menunjang program peningkatan kinerja UKM Anda secara keseluruhan? Apakah dibutuhkan pembinaan khusus dari BNI kepada debiturnya, terutama debitur UKM yang berorientasi pasar ekspor? Apakah pola administrasi yang diterapkan oleh BNI menghambat dalam permohonan pembiayaan modal kerja untuk UKM Anda? Apakah permodalan merupakan kendala utama dalam pengembangan UKM Anda? Apakah penilaian negatif terhadap sejumlah UKM merupakan kerugian bagi Anda dalam mendapatkan pembiayaan modal kerja dari BNI? Apakah anda akan tetap mengajukan pinjaman ke BNI, meskipun anda memperoleh tawaran instant cash dari bank lain? Jawab (%) Ya Tidak Dari hasil data pada Tabel 12, dapat dikatakan bahwa ditemukan adanya kendala dalam mengajukan permohonan kredit

31 57 modal kerja di BNI oleh pengusaha UKM adalah 77,5% dan sisanya 22,5% menyatakan bahwa UKM dalam mengajukan permohonan kredit modal kerja ke BNI tidak menemukan kendala yang berarti. Secara umum kendala-kendala yang muncul dalam mengajukan permohonan pembiayaan ke BNI, antara lain : i. legalitas perusahaan, kebanyakan berbentuk usaha keluarga dan patungan ii. jaminan yang harus diserahkan, rata-rata pengusaha UKM tidak memiliki jaminan yang besar untuk diserahkan ke BNI iii. persyaratan administrasi yang cukup rumit, hal ini juga memberatkan pengusaha UKM, mengingat pengusaha UKM rata-rata tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai iv. banyaknya bank lain atau lembaga keuangan lainnya yang menawarkan fasilitas tunai cepat (instant cash) tanpa menggunakan jaminan dan melalui persyaratan yang berbelit 4. Hambatan Yang Ditemukan Dan Usaha Mengatasinya Kredit berarti kepercayaan, kepercayaan yang diberikan oleh bank baru akan terbukti, bila kredit tersebut telah dikembalikan oleh debitur beserta kewajiban lainnya yang telah disepakati. Antara pemberian prestasi dan penerimaan kembali prestasi itu terkait oleh waktu tertentu yang abstrak, sehingga diantara waktu tersebut resiko sewaktu-waktu dapat timbul. Untuk menghilangkan atau memperkecil tingkat risiko, bank menempuh langkah-langkah pengamanan kredit, antara lain dengan mengusahakan efektifitas pengawasan yang dilakukan secara

32 58 berkesinambungan, akan tetapi selama kredit berjalan, hambatan tetap terjadi mengingat bahwa didalam pelaksanaan kredit bukan hanya bank yang terlibat, namun juga pihak-pihak lain. Selain itu, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh IKM, maka diperlukan peran aktif dari lembaga perbankan (misal, Bank XYZ) dengan melakukan pembinaan terhadap IKM dan memberikan bantuan permodalan dengan syarat-syarat lunak, memberikan bantuan pembuatan pembukuan yang tertib, seperti peyusunan neraca dan laporan keuangan, memberikan bantuan di bidang organisasi dan manajemen, terutama peningkatan mutu SDM (Lubis, 2003). Secara umum hambatan-hambatan yang dihadapi oleh BNI, antara lain : a. Lingkungan Ekonomi BNI tidak mungkin merencanakan program pemasaran tanpa mengetahui lingkungan ekonomi. Kondisi perekonomian nasional mempunyai pengaruh jelas terhadap penentuan cost of money dan permintaan kredit dipengaruhi oleh biaya tersebut. b. Sikap Budaya Masyarakat Dalam memasarkan produk perbankan, BNI sangat dipengaruhi oleh sikap budaya masyarakat setempat yang dapat diketahui dari perilaku, adat istiadat, serta pandangan masyarakat mengenai aktivitas perbankan, terutama mengenai produk dan jasa bank. c. Peraturan Pemerintah Di dalam era pembangunan dimana keadaan perekonomian masih terus berkembang, tidak jarang pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berubah-ubah, terutama dalam kebijakan menaikan atau

33 59 menurunkan bunga yang tidak sejalan dengan kondisi yang ada di NI. Hal ini terkadang menjadi kendala yang cukup dominan dan menimbulkan kontradiksi. Sebagai bank umum milik pemerintah, BNI harus menjalankan fungsi agent of development, sehingga dalam aktivitasnya bukan hanya keuntungan yang harus dicapai, tetapi juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum. d. Persaingan Di dalam melakukan perencanaan dan mengarahkan aktivitasnya sebagai perusahaan, BNI berada dalam lingkungan yang banyak terdapat persaingan, maka dalam menetapkan suatu keputusan harus dilakukan dengan memperhitungkan perilaku para pesaing. Sampai saat ini, jumlah bank pesaing berjumlah banyak, baik berasal dari bank umum milik pemerintah maupun yang berasal dari bank swasta. Selain hal-hal di atas, hambatan-hambatan yang terjadi di dalam pelaksanaan pemberian kredit modal kerja, terutama ditemui dan berada pada diri debitur, baik perorangan maupun perusahaan. Hambatan-hambatan yang ditemui pada diri para debitur UKM tersebut, antara lain : a. Lemah dalam administrasi dan manajemen Hal ini tampak dari laporan-laporan yang disampaikan kepada BNI tidak obyektif. Laporan tersebut tidak didukung oleh bukti yang akurat. Sementara kelemahan manajerial perusahaan telah mengakibatkan aktivitas usaha yang dijalankan menjadi tidak efisien. Contohnya dalam menyusun laporan keuangan tidak disusun

34 60 berdasarkan prinsip akuntansi perusahaan, namun disusun secara sangat sederhana. Kebanyakan dalam menggunakan sumber daya modalnya, pengusaha UKM tidak memperhatikan aspek budgeting, dimana semua penggunaan dana dan alokasinya harus tersusun rapih dan terencana. b. Lemah di bidang permodalan Bagi para pengusaha UKM kelemahan ini merupakan rintangan serius, sehingga membatasi kemapuan para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Dalam hal ini debitur UKM senantiasa menginginkan maksimum kredit yang besar, sedangkan BNI memperhitungkan aspek yang lebih luas lagi tentang penggunaan kredit tersebut, terutama aspek repayment capacity debitur yang disesuaikan dengan jangka waktu yang telah ditentukan. c. Resiko besar Dalam hal penyaluran kredit modal kerja kepada UKM tidak terlepas dari akan munculnya resiko yang akan timbul, maka BNI tetap mensyaratkan adanya agunan tambahan yang harus disediakan oleh debitur, sehingga memberatkan UKM dan sangat sulit untuk dapat dipenuhi. Contohnya dilakukan blokir rekening giro debitur sebesar tiga kali angsuran bunga, hal ini terutama untuk debitur yang memperoleh fasilitas kredit ekspor. d. Rendahnya sikap disiplin Penggunaan dana kredit diluar rencana yang diajukan oleh debitur merupakan suatu bukti rendahnya disiplin debitur tersebut dan bahkan hal ini sudah menujukkan itikad yang kurang baik. Penyelewengan semacam ini agak menyulitkan BNI untuk

35 61 melakukan pemantauan. Contohnya dana kredit yang diperoleh oleh debitur UKM digunakan untuk membiayai sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan kredit yang diajukan dan untuk menutup persediaannya, dilakukan pembelian secara kredit senilai saldo pinjamannya, sehingga pada saat bank melakukan pemeriksaan langsung (on the spot), seolah-olah persediaan yang ada berasal dari kredit bank. Akibat yang ditimbulkan dari adanya hambatan-hambatan tersebut adalah : 1) Kesulitan keuangan yang dialami debitur. Keberhasilan usaha banyak tergantung pada kemampuan dan keberhasilan pimpinan di dalam mengelola aktivitas usahanya. 2) Keterlambatan pelunasan kredit. Hal ini dikarenakan kemampuan debitur sangat terbatas dalam mengelola usahanya, sehingga keuntungan yang diharapkan sangat sulit untuk dicapai, yang mana berakibat pengembalian kredit menjadi tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. 3) Munculnya resiko kredit macet yang besar. Apabila hal ini terjadi, bukan hanya pihak bank saja yang mengalami kerugian, tetapi kerugian yang akan dialami oleh debitur juga besar, yaitu dengan disitanya jaminan debitur untuk dilelang. 4) Keterlambatan pengembalian maupun pelunasan atas kredit modal kerja dan timbulnya kredit macet, yang pada akhirnya mengahambat pembiayaan untuk sektor lainnya ataupun pembiayaan bagi debitur lainnya. Hal ini dikarenakan dana yang semula diterima bank menjadi berkurang, sementara di sektor lain masih membutuhkan dana untuk

36 62 mengembangkan usaha-usaha pembangunan agar dicapai pemerataan dan pembangunan. Atas dasar munculnya hambatan-hambatan tersebut, maka BNI melakukan upaya-upaya berikut : a. Memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada pengusaha UKM. Dalam hal ini BNI menunjuk personil yang benar-benar menguasai dan memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha UKM, baik mengenai manajerial, akuntansi, keuangan maupun pemasaran. Selain itu, mengetahui dengan baik transaksi ekspor, sehingga UKM dapat mengembangkan produknya untuk diekspor ke luar negeri. b. Membantu pemasaran hasil produksi. Bank merupakan sumber modal bagi dunia usaha, dimana bonafiditas seseorang atau perusahaan dapat pula diukur dari hubungannya dengan suatu bank. Karena itu BNI mempunyai banyak nasabah dari berbagai sektor, sehingga BNI dapat membantu kesulitan pemasaran dari debitur UKM dengan meminta nasabah lainnya untuk menjadikannya mitra bisnis. Selain itu, BNI dapat mengetahui kondisi pasar dan kepada pengusaha UKM diminta untuk menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut dengan bimbingan penuh BNI. c. Terhadap kredit macet, BNI melakukan penelitian kembali terhadap usaha debitur untuk mengetahui penyebab macetnya kredit tersebut dan kemungkinan mengambilalih usaha bagi debitur UKM. Apabila dipandang memiliki prospek yang cerah, maka BNI akan melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. BNI 46, Bank BCA, Bank Mandiri, Bank Mega, dll. Banyaknya bank yang

Bab 1 PENDAHULUAN. BNI 46, Bank BCA, Bank Mandiri, Bank Mega, dll. Banyaknya bank yang 1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis Perbankan Indonesia begitu pesat. Hal ini ditandai dengan jumlah Bank yang semakin banyak dan fasilitas yang ditawarkan semakin variatif.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Statistik Perbankan Indonesia. Volume 4, nomor 1. Desember 2005, Jakarta

DAFTAR PUSTAKA Statistik Perbankan Indonesia. Volume 4, nomor 1. Desember 2005, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Direktorat Penelitian Dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, Jakarta. 2005. Statistik Perbankan Indonesia. Volume 4,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah salah satu badan financial yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal perbankan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya, serta perusahaan industri dan retail. Manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1 IX. KREDIT PERBANKAN A. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa latin credo atau credere, yang berarti I believe, I trust, saya percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Perkembangan dunia usaha di Indonesia, tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk dapat mengembangkan diri seluas-luasnya sejauh tidak menyimpang dari sasaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian di dunia meskipun kini tengah dilanda krisis ekonomi global, dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional, semakin banyak industri industri yang didirikan.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKMAMPUAN PENGEMBALIAN PINJAMAN (STUDI KASUS USAHA BORDIR SEDAN REMBANG)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKMAMPUAN PENGEMBALIAN PINJAMAN (STUDI KASUS USAHA BORDIR SEDAN REMBANG) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKMAMPUAN PENGEMBALIAN PINJAMAN (STUDI KASUS USAHA BORDIR SEDAN REMBANG) Damayanti* Mudzakir** ABSTRAKSI Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: untuk mengetahui

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

COMPANY PROFILE BNI 46

COMPANY PROFILE BNI 46 COMPANY PROFILE BNI 46 Sejarah Singkat Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA PEMBELIAN KREDIT OLEH BANK DARI BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dalam keadaan yang tidak menentu ditambah dengan krisis perekonomian, membuat setiap perusahaan dituntut untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga perantara yang menjembatani sektor yang kelebihan dana (surplus) dengan sektor yang kekurangan dana (minus). Dalam hal ini bank menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik itu yang bergerak dibidang industri perdagangan maupun jasa dituntut tidak hanya bertahan tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perekonomian yang global pada saat sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang industri, perdagangan, maupun jasa dituntut

Lebih terperinci

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Operasionalisasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bank

TINJAUAN PUSTAKA Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis dengan berbagai macam bidang usaha. Dalam menjalankan usahanya setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kredit 1. Pengertian kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang paling penting dan memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian masyarakat. Tatanan perekonomian

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum No. 7/ 3 /DPNP Jakarta, 31 Januari 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perekonomian suatu negara, industri perbankan merupakan salah satu sektor yang penting sebagai penunjang perekonomian negara. Di Indonesia sendiri, industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Menurut UU No 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 mengatakan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-Teori 1. Pengertian, Fungsi Dan Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat a. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk PT. Bank Negara Indonesia (Persero) berdiri sejak tahun 1946, Bank BNI menjadi Bank pertama milik negara yang lahir setelah

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibandingkan anggota lembaga keuangan lainnya (Mangani, K.S:2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibandingkan anggota lembaga keuangan lainnya (Mangani, K.S:2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian bank Bank adalah anggota lembaga keuangan yang paling dominan, mampu memobilisasi dana, mengumpulkan dan mengalokasikan dana dalam jumlah besar dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di tengah tekanan ekonomi global, dunia perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa. Perbankan, khususnya bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada dinamika perkembangan dan kontribusi nyata dari sektor perbankan (Levine, 1997). Ketika sektor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2002: 17), laporan keuangan didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran UmumPerusahaan Profil Umum PT. Bank Negara Indonesia, (Persero)

BAB I PENDAHULUAN Gambaran UmumPerusahaan Profil Umum PT. Bank Negara Indonesia, (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran UmumPerusahaan 1.1.1 Profil Umum PT. Bank Negara Indonesia, (Persero) Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah

Lebih terperinci

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

WAKA<LAH PADA KJKS MBS BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURAlah di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Pembiayaan Mura>bah}ah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian Bank berdasarkan pasal 1 UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

Kuesioner Variabel Independen (Variabel X) (Peranan Analisis Kredit)

Kuesioner Variabel Independen (Variabel X) (Peranan Analisis Kredit) Kuesioner Variabel Independen (Variabel X) (Peranan Analisis Kredit) Indikator Pertanyaan Ya Tidak 1. Sumber Daya Manusia Kualitas Pendidikan SDM 1. Apakah orang-orang yang berada di analisis kredit adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian bank Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

Lebih terperinci