PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR 2012"

Transkripsi

1 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR 2012 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Nur Afida Fauzia NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M

2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 12 September 2012 Nur Afida Fauzia ii

3 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012 Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh Nur Afida Fauzia NIM: Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Yanti Susianti, SpA dr. Mukhtar Ikhsan, SpP(K), MARS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M iii

4 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Laporan Penelitian berjudul PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR 2012 yang diajukan oleh Nur Afida Fauzia (NIM: ), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. DEWAN PENGUJI Jakarta, September 2012 Ketua Sidang Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Mukhtar Ikhsan, SpP(K), MARS dr. Yanti Susianti, SpA dr. Mukhtar Ikhsan, SpP(K), MARS Penguji 1 Penguji 2 dr. Risahmawati, PhD dr. Siti Nur Aisyah J, PhD PIMPINAN FAKULTAS DEKAN FKIK UIN KAPRODI PSPD FKIK UIN Prof. Dr(hc). dr. MK. Tadjudin, SpAnd Dr. dr. Syarief Hasan Luthfie, SpKFR iv

5 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Muhammad SAW yang telah membuka wawasan ummat manusia dari jaman Jahiliyah ke jaman Islamiyah yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Mengenai Kejang Demam di Puskesmas Ciputat Timur 2012 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan laporan penelitian ini, penulis tentunya mendapatkan banyak kendala dan hambatan. Untuk mengatasi kendala dan hambatan tersebut penulis mendapat bantuan, dukungan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Para pembimbing riset penulis, dr. Yanti Susianti, SpA dan dr. Mukhtar Ikhsan, SpP(K), MARS yang telah mengarahkan dan memberi perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 2. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab riset Program Studi Pendidikan Dokter Orang tua penulis, Ayahanda Fatchul Umam dan Ibunda Yulianti Amiina yang selalu memberi semangat dan motivasi, dan mendukung penulis dalam pendidikan di kedokteran. 4. Kakak-kakak penulis, Fathi Nashrullah, Shofia Aniisa, dan Husna Lathiifa yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama ini. v

6 5. Sahabat-sahabat satu kelompok riset, Alvin Rifqy, Salwa, Ayu Wilda Ainusyifa, dan Ayu Indriyani Munggaran yang selalu mendukung, memberikan ide-ide dan semangat dalam berlangsungnya penelitian ini. 6. Teman yang telah membantu dalam pengambilan data di Puskesmas, Syukran, dan juga telah banyak mendengar keluhan-keluhan penulis dan selalu memberi semangat. 7. Teman-teman PSPD 2009 beserta seluruh staf pengajar dari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hiayatullah Jakarta yang ikut membantu dan memberi dukungan dalam penelitian ini. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan, dapat dijadikan pelajaran bagi adik-adik penulis selanjutnya serta dapat menambah pengetahuan kita semua. Jakarta, September 2012 Penulis vi

7 ABSTRAK Nur Afida Fauzia. Pendidikan Dokter. PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN Kejang demam merupakan kelainan neurologis tersering pada anak yaitu dengan prevalensi bervariasi antara 2-5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai kejang demam pada anak di Puskesmas Ciputat Timur tahun Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan metode cross-sectional, teknik pengambilan sampel secara consecutive-sampling dan pengambilan data dilakukan dengan kuesioner. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Sampel berjumlah 106 orang, 73 orang (68.3%) berada pada usia tahun, 93 orang (87.7 %) sebagai ibu rumah tangga, 58 orang (54.7 %) memiliki tingkat pendidikan sedang, dan 45 orang (42.5 %) memiliki tingkat pendapatan sedang. Sebanyak 68 orang (64.2%) memiliki pengetahuan baik, 84 orang (79.2%) memiliki sikap baik, dan sebanyak 61 orang (57.5%) memiliki perilaku sedang mengenai kejang demam pada anak. Dengan uji hipotesis yaitu uji chi-square, terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan responden dengan perilaku responden tentang kejang demam pada anak dengan p<0.05 (p=0.036). Kata kunci: Pengetahuan, sikap, perilaku, ibu, kejang demam, Puskesmas Ciputat Timur ABSTRACT Nur Afida Fauzia. Medical Education Study Programme. KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF MOTHERS AGAINTS FEBRILE SEIZURE IN CHILDREN IN PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR, YEAR Febrile seizure was the most neurological disorder in children with prevalency varies between 2% to 5%. The aims of this research was to determine the level of knowledge, attitude, and behaviour of women againts febrile seizure in children in Puskesmas Ciputat Timur, year This was a descriptive and analitic research performed utilizing cross-sectional method. The sampling technic was performed consecutively called consecutive-sampling. While the data acquisition was based on the written questionnaire. This data acquisition has been undertaken on June and July 2012 in Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan. The sample size was 106 women, 73 of them (68.3%) between year of age, 93 of them (87.7%) household wife, 58 of them (54.7%) with moderate education, and 45 of them (42.5%) have moderate income. Some of them, 68 women (64.2%) have good knowledge, 84 of them (79.2%) with good attitude and 61 of them (57.5%) have moderate level to behave against febrile seizure. Chisquare test is applied to test its hypothesis. There are significant relationship vii

8 between the knowledge of sample and her behaviour againts febrile seizure upon her children with p value < 0.05 (p=0.036). Keywords: Knowledge, attitude, behavior, febrile seizures, mother, Puskesmas Ciputat Timur viii

9 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Demam Definisi Kejang Demam Insiden Kejang Demam Faktor Risiko Kejang Demam Klasifikasi Kejang Demam Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure) Patofisiologi Kejang Demam Gejala Klinik Kejang Demam Prognosis Kejang Demam Penatalaksanaan Kejang Demam Penatalaksanaan Saat Kejang Pemberian Obat Pada Saat Demam Pemberian Obat Rumat Reaksi Orang Tua terhadap Kejang Demam Teori Pengetahuan, Sikap, Perilaku, dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Kerangka Konsep Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN ix

10 3.1. Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel Variabel Penelitian Cara Kerja Managemen Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil dan Pembahasan Penelitian Analisis Univariat Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Spesifik Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Spesifik Analisis Bivariat Hubungan Karakteristik Responden dengan Pengetahuan Kejang Demam Pada Anak Hubungan Karakteristik Responden dengan Sikap Ibu Mengenai Kejang Demam pada Anak Hubungan Karakteristik Responden dengan Perilaku kejang demam pada anak Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden dengan Perilaku Ibu Mengenai Kejang Demam Pada Anak Hubungan Pengetahuan Responden dengan Sikap Ibu Mengenai Kejang Demam Pada Anak Keterbatasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran Lampiran Lampiran x

11 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Usia, Pendidikan, Pekerjaan Dan Pendapatan Keluarga Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Spesifik Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Cara Penilaian 29 Suhu Anak Saat Demam... Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku cara Penanganan 30 awal terhadap Demam pada anak... Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Cara Penilaian 31 Kejang Demam Pada Anak... Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Penanganan Awal 31 Kejang Demam Pada Anak... Tabel 4.11 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pengetahuan kejang demam pada anak Tabel 4.12 Hubungan Karakteristik Responden dengan Sikap Ibu 33 Mengenai Kejang Demam pada Anak... Tabel 4.13 Hubungan Karakteristik Responden dengan perilaku kejang 34 demam pada anak... Tabel 4.14 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden dengan Perilaku Ibu Mengenai Kejang Demam Pada Anak xi

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4 C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. 1 Kejang demam adalah kelainan neurologis tersering pada anak dan biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan 5 tahun dengan puncak onset kira-kira pada umur bulan. 2 Prevalensi kejang demam pada anak berumur kurang dari lima tahun di Amerika Serikat dan Eropa Barat berjumlah antara 2% sampai 5%. Kejadian di tempat lain di dunia bervariasi antara 5-10% di India, 8.8% di Jepang, 14% di Guam, 0.35% di Hongkong, dan % di China. 3 Faktor pemicu kejang demam yang utama adalah demam itu sendiri. Demam yang dapat menimbulkan kejang bisa demam karena infeksi apa saja. Contohnya infeksi saluran pernapasan atas, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, otitis media akut, infeksi virus, dan demam setelah imunisasi. 4 Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Anak-anak yang mengalami kejang demam sederhana tidak memiliki peningkatan risiko kematian. Pada kejang demam yang kompleks, yang terjadi sebelum usia 1 tahun, atau dipicu oleh suhu <39 C dikaitkan dengan angka kematian 2 kali lipat selama 2 tahun pertama setelah terjadinya kejang. Dibandingkan dengan populasi umum, anak-anak dengan kejang demam memiliki angka kejadian epilepsi yang lebih sering (2% vs 1%). 2 Kejang yang lebih dari 15 menit diduga biasanya telah menimbulkan kelainan saraf yang menetap. 1,3 Sekitar sepertiga dari anak yang mengalami kejang demam mengalami kekambuhan. Menurut suatu penelitian, risiko kejang berulang pada 1 tahun pertama sebanyak 25%, dan meningkat menjadi 30% pada tahun kedua. 5 1

13 2 Kejang pada anak adalah peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Akibat terjadinya kejang demam pada anak dapat menimbulkan gangguan psikologis yaitu, ansietas (kecemasan berlebihan), depresi, perasaan bersalah, ketakutan akan berulangnya kejang, ketakutan akan berlanjutnya kejang menjadi penyakit epilepsi, dan kekhawatiran pada demam yang tidak terlalu tinggi. Kecemasan orangtua ini harus dikurangi dengan edukasi yang efektif. 3-4,6 Edukasi kesehatan yang efektif hanya bisa ditetapkan berdasarkan pemahaman yang kuat dari pengetahuan yang berlaku, sikap, dan penerapannya dalam sebuah komunitas (Knowledge, Attitude, Practice). Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai kejang demam dan penanganan awal yang tepat Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada sub bab latar belakang masalah, dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai kejang demam di Puskesmas Ciputat Timur? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai kejang demam pada anak di Puskesmas Ciputat Timur mengenai kejang demam.

14 Tujuan Khusus Mengetahui karakteristik ibu yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat Timur. Untuk mengetahui hubungan usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan keluarga dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kejang demam di Puskesmas Ciputat Timur. Untuk mengetahui perilaku ibu dalam menyikapi demam pada anak. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan tingkat perilaku ibu terhadap kejang demam di Puskesmas Ciputat Timur Manfaat penelitian Memberi pengetahuan bagi subjek penelitian tentang kejang demam. Memberi gambaran kepada dinas kesehatan setempat mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu-ibu tentang kejang demam.

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Demam Suhu tubuh normal adalah berkisar antara 36,6 C - 37,2 C. Suhu oral sekitar 0,2 0,5 C lebih rendah dari suhu rektal dan suhu aksila 0,5 C lebih rendah dari suhu oral. Suhu tubuh terendah pada pagi hari dan meningkat pada siang dan sore hari. Pada cuaca yang panas dapat meningkat hingga 0,5 C dari suhu normal. Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan keseimbangan antara produksi dan pelepasan panas. 3 Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh di atas normal, yaitu di atas 37,2 C (99,5 F) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1 (IL-1). Demam sangat berguna sebagai pertanda adanya suatu proses inflamasi, biasanya tingginya demam mencerminkan tingkatan dari proses inflamasinya. Dengan peningkatan suhu tubuh juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri maupun virus Definisi Kejang Demam Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam ini terjadi pada 2%-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. 1-3,7 Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi. Epilepsi adalah kejang yang berulang tanpa demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, kemungkinan lain harus dipertimbangkan misalnya infeksi sistem saraf pusat (SSP), atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 7 4

16 5 Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis, atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat Insiden Kejang Demam Prevalensi kejang demam pada anak berumur kurang dari lima tahun di Amerika Serikat dan Eropa Barat berjumlah antara 2% sampai 5. Kejadian di tempat lain di dunia bervariasi antara 5-10% di India, 8.8% di Jepang, 14% di Guam, 0.35% di Hongkong dan % di China. Di antara anak yang mengalami kejang demam, 70-75% mengalami kejang demam sederhana, 20-25% mengalami kejang demam kompleks, dan sekitar 5% mengalami kejang demam simtomatik. 3 Kejang demam lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Hal ini dikarenakan kematangan otak terjadi lebih dulu pada anak perempuan daripada anak laki-laki Faktor Risiko Kejang Demam Faktor pemicu kejang demam yang utama adalah demam itu sendiri. Demam yang dapat menimbulkan kejang bisa demam karena infeksi apa saja. Infeksi saluran pernapasan atas yang paling sering dikaitkan dengan kejang demam. Penyebab lain yaitu gastroenteritis, khususnya yang disebabkan oleh bakteri Shigella sp. dan Campylobacter jejuni, infeksi saluran kemih yang sedikit lebih jarang tetapi mungkin terjadi, otitis media akut, infeksi virus, dan immunisasi. 4 Faktor risiko lain adalah adanya riwayat kejang demam pada saudara kandung dan orang tua, yang menunjukkan adanya kecenderungan genetik. Selain itu, faktor lainnya adalah perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. 8

17 Klasifikasi Kejang Demam Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) Kejang demam sederhana adalah kejang yang terjadi pada saat demam, umumnya terjadi dalam waktu kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. 6 Suhu yang tinggi merupakan keharusan pada kejang demam sederhana, kejang timbul bukan disebabkan oleh infeksi, akan tetapi oleh kenaikan suhu yang tinggi akibat infeksi di tempat lain, misalnya pada radang telinga tengah yang akut, dan sebagainya. Penderita yang sebelumnya pernah mengalami demam yang sangat tinggi tetapi tidak mengalami kejang, maka pada kejang yang terjadi berikutnya harus dipikirkan kemungkinan penyebab selain kejang demam. 6 Kejang demam sederhana akan muncul ketika suhu sedang meningkat dengan mendadak, sehingga seringkali orang tua tidak mengetahui sebelumnya bahwa anak menderita demam. Kejang pada kejang demam sederhana selalu berbentuk umum, biasanya bersifat tonik klonik seperti kejang grand mal atau kadang kadang hanya kaku umum atau mata mendelik tiba-tiba. Kejang dapat juga berulang, tetapi sebentar dan masih dalam waktu 16 jam peningkatan suhu tubuh Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure) Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri berikut : 5 1. Kejang lama lebih dari 15 menit. 2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial. 3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang demam kompleks adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang demam kompleks terjadi pada 8 % kejang demam. Kejang

18 7 fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16 % di antara anak yang mengalami kejang demam Patofisiologi Kejang Demam Dasar patofisiologi terjadinya kejang demam adalah belum berfungsinya dengan baik susunan saraf pusat (korteks serebri). Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air. 9 Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K + ) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na + ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl - ). Akibatnya konsentrasi K + dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh adanya: 9 1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler. 2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya. 3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

19 8 Pada keadan demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. 9 Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang. 9 Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C. Pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih. 9 Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah. Dalam penanggulangan kejang perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita mengalami kejang. 9 Beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi sebenarnya dari kejang demam, yaitu: 9 Menurunnya nilai ambang kejang pada suhu tertentu. Cepatnya kenaikan suhu. Gangguan keseimbangan cairan dan terjadi retensi cairan. Metabolisme meningkat, kebutuhan otak akan O2 meningkat sehingga sirkulasi darah bertambah dan terjadi ketidakseimbangan.

20 9 Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai dengan apnea dan meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot rangka. Hal ini menyebabkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat karena metabolisme anaerobik. Aktivitas otot yang meningkat dapat menyebabkan denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh semakin tinggi. Gangguan peredaran darah yang terjadi mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan menimbulkan edema otak. Semua hal ini menyebabkan metabolisme otak meningkat dan berlanjut menjadi kerusakan neuron otak. 9 Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi risiko adanya serangan epilepsi yang spontan di kemudian hari. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi Gejala Klinik Kejang Demam Kejang demam terjadi pada dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya terjadi pada suhu tubuh mencapai 39 C atau lebih. Tipe kejang menyeluruh, tonik klonik selama beberapa detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk pasca kejang. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi, seperti mata mendelik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. 7.9 Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik dan memerlukan observasi menyeluruh. Ketika demam tidak lagi ada pada saat anak sampai di rumah sakit, tanggung jawab dokter yang paling penting adalah menentukan penyebab kejang demam. Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit

21 10 neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparese sementara (hemiparese Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti hemiparese yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. 7, Prognosis Kejang Demam Prognosis kejang demam umumnya baik dan tidak menyebabkan kematian, jika ditangani dengan cepat dan tepat. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan terjadinya kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal (kejang demam kompleks). Kejang yang lebih dari 15 menit, bahkan ada yang mengatakan lebih dari 10 menit, biasanya diduga telah menimbulkan kelainan saraf yang menetap. 7,10 Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi : 7 - Kejang demam berulang dengan frekuensi berkisar antara 25 % - 50 %. Umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. - Epilepsi (Risiko untuk mendapatkan epilepsi rendah). - Kelainan motorik. - Gangguan mental dan belajar. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan. Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah : 4,7 a. Riwayat kejang demam dalam keluarga. b. Usia kurang dari 12 bulan. c. Temperatur yang rendah saat kejang. d. Cepatnya kejang setelah demam. Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan

22 11 berulangnya kejang demam hanya 10% - 15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama. 5,7 Kemungkinan komplikasi kejang demam lainnya adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi adalah: 3,4,7 a. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama. b. Kejang demam kompleks. c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Masing masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam Penatalaksanaan Kejang Demam Penatalaksanaan Saat Kejang Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgbb perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. 7,11 Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgbb atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. 7,11 Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.bila

23 12 setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgbb. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1 mg/kgbb/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgbb/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. 3 Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya. 7, Pemberian Obat Pada Saat Demam a. Antipiretik Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kgbb/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan. 7 b. Antikonvulsan Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30 %-60 % kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgbb setiap 8 jam pada suhu > 38,5 C. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, irritable, dan sedasi yang cukup berat pada 25%-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam. 7

24 13 c. Pemberian kompres Menurut IDAI, pemberian kompres air hangat dapat melebarkan pembuluh darah perifer sehingga dapat terjadi pengeluaran panas. Mengompres anak saat demam dengan air dingin atau alkohol akan membuat vasokonstriksi pembuluh darah sehingga sulit terjadi pengeluaran panas melalui evaporasi dan radiasi Pemberian Obat Rumat a. Indikasi pemberian obat rumat a. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) : 7 1. Kejang lama > 15 menit. 2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis todd, cerebral palsy, retardasi mental, dan hidrosefalus. 3. Kejang fokal. 4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila : Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan. Kejang demam > 4 kali per tahun. Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam >15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat.kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik. 7 b. Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping,

25 pendek. 7 Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku 14 maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka dan kesulitan belajar pada 40 %-50 % kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kgbb/hari dalam 1-2 dosis Reaksi Orang Tua terhadap Kejang Demam Orangtua seringkali dilanda kepanikan saat melihat anaknya kejang demam. Reaksi orangtua terhadap kejang demam dapat dibagi menjadi dua, yaitu reaksi fisik dan psikologis. Gejala fisik yang dirasakan orangtua pasien adalah dispepsia, anoreksia dan gangguan tidur. Sedangkan gejala psikologis adalah ansietas (kecemasan berlebihan), depresi, kemarahan, perasaan bersalah, ketakutan akan berulangnya kejang, ketakutan akan berlanjutnya kejang menjadi penyakit epilepsi, dan kekhawatiran pada demam yang tidak terlalu tinggi. 4,6 Edukasi Pada Orang Tua Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan beberapa cara di antaranya : 3,7 a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik. b. Memberitahukan cara penanganan kejang. c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang berulang. d. Pemberian obat untuk mencegah kemungkinan kejang berulang memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.

26 15 Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang : 3,7 a. Tetap tenang dan tidak panik. b. Melonggarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher. c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun ada kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut. d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang. e. Tetap bersama pasien selama kejang. f. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti. g. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih Teori Pengetahuan, sikap,, Perilaku, dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, lingkungan, sosial-budaya, dan lain-lain. 13 Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek yaitu perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi, atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu

27 16 Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan, sikap,, keyakinan, kepercayaan, adanya niat, dukungan dari lingkungan, fasilitas, dan lain sebagainya Kerangka Konsep Karakteristik ibu: Usia Pendidikan Pendapatan Keluarga Pengetahuan, sikap,, Prilaku Tentang Kejang demam pada Anak Keterangan bagan : Variabel dependen yang diteliti Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

28 Definisi Operasional No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur 1. Usia Lamanya hidup responden yang dihitung dalam tahun sejak lahir sesuai KTP sampai saat penelitian tahun 2. Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir responden yang mencakup tingkat SD, SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi. 3. Pendapatan Keluarga Hasil dari pekerjaan yang dilakukan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dalam satu bulan. Apabila suami dan istri bekerja, pendapatan masing-masing dijumlahkan. Wawancara Kuesioner Ordinal Univariat tahun tahun tahun Bivariat 1. <30 tahun 2. >30 tahun Wawancara Kuesioner Ordinal Univariat 1. Rendah: buta huruf/ tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat, tamat/tidak tamat SMP dan yang sederajat. 2. Sedang: tamat/ tidak tamat SMU dan yang sederajat. 3. Tinggi: tamat/ tidak tamat perguruan tinggi. Bivariat 1. Rendah : (buta huruf/ tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat, tamat/tidak tamat SMP dan yang sederajat) 2. Tinggi : (tamat/ tidak tamat SMU dan yang sederajat, tamat/ tidak tamat perguruan tinggi) 1. Pendapatan rendah yaitu di bawah per bulan 2. Pendapatan sedang yaitu sampai per bulan 3. Pendapatan tinggi yaitu di atas per bulan

29 17 4. Pekerjaan Kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. 5. Pengetahuan Segala informasi yang diketahui berkaitan dengan proses observasi, pembelajaran ataupun penelitian. Yang diteliti adalah pengetahuan responden tentang kejang demam pada anak.. 6. Sikap Kecenderungan yang dipelajari untuk bertingkah laku secara konsisten terhadap seseorang, sekelompok orang, suatu objek. Yang ingin diteliti adalah sikap responden tentang kejang demam pada anak melalui beberapa pernyataan mengenai kejang demam melalui kuesioner. 7. Perilaku Tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang bersangkutan serta merupakan konsekuensi logis (ideal dan normatif) dan eksistensi pengetahuan budaya atau pola pikir yang dimaksud. Hal yang ingin diteliti adalah perilaku responden terhadap penilaian dan penanganan kejang demam pada anak. Wawancara Kuesioner Ordinal a. Ibu rumah tangga b. Karyawan c. Guru d. Bidan/ petugas kesehatan e. Wiraswata f. Lain-lain Wawacara Kuesioner Ordinal 1. Pengetahuan baik bila jumlah nilai skor > Pengetahuansedang bila jumlah skor Pengetahuan kurang bila jumlah nilai skor <14. Wawancara Kuesioner Ordinal a. Baik bila jumlah nilai skor > 9 b. Sedang bila jumlah skor 7-8 c. Kurang bila jumlah nilai skor <7. Wawancara Kuesioner Ordinal a. Baik bila jumlah nilai skor > 7 b. sedang bila jumlah skor 4-6 c. kurang bila jumlah nilai skor <4.

30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian berupa penelitian cross-sectional, penelitian dilakuan secara deskriptif-analitik, dengan pengisian kuesioner untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan di Puskesmas Ciputat Timur Tahun Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 di Puskesmas Ciputat Timur Kecamatan Ciputat Tangerang Selatan Populasi dan Sampel 1. Populasi target adalah seluruh ibu yang berusia subur (18-49 tahun) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Kecamatan Ciputat Tangerang Selatan. 2. Populasi terjangkau adalah seluruh ibu yang berusia subur (18-49 tahun) yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat Timur pada bulan Juni-Juli Sampel penelitian adalah ibu-ibu yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat Timur dan telah masuk kriteria inklusi. a. Kriteria inklusi 1. Ibu yang berusia subur yaitu berada di antara tahun. 2. Ibu yang telah menikah dan mempunyai anak berusia 0-6 tahun. 3. Ibu yang telah setuju dijadikan responden penelitian b. Kriteria eksklusi 1. Ibu yang mempunyai gangguan jiwa. 2. Kuesioner yang tidak terisi dengan lengkap. 19

31 20 4. Cara pengambilan sampel adalah dengan non-probability sampling yaitu consecutive sampling. 5. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus: 15 Keterangan : α = 0,05 ; jadi Zα = 1,96 p = 50% L = 10% q = 1- p Jadi estimasi besar sampel minimal adalah sebanyak 96 orang. Estimasi besar sampel dengan estimasi drop out 10% sebanyak 106 orang, jadi sampel yang dibutuhkan adalah 106 orang Variabel Penelitian Variabel bebas : Usia ibu. Pendidikan ibu. Pendapatan keluarga. Variabel terikat : Pengetahuan ibu mengenai kejang demam. Sikap ibu mengenai kejang demam. Perilaku ibu mengenai kejang demam. Ketika menghubungkan antara pengetahuan ibu mengenai kejang demam dengan perilaku ibu, yang bertindak sebagai variabel bebas adalah pengetahuan ibu mengenai kejang demam, dan yang bertindak sebagai variabel terikat adalah perilaku ibu mengenai kejang demam.

32 Cara Kerja 1. Menentukan pertanyaan penelitiaan. 2. Mengidentifikasi variabel penelitian. 3. Menentukan populasi target, populasi terjangkau. 4. Menentukan besar dan cara pengambilan sampel. 5. Mengembangkan instrumen pengumpulan data. 6. Pengumpulan data a. Menjelaskan kepada subjek penelitian tujuan dan cara kerja. b. Meminta persetujuan subjek untuk dijadikan sampel dalam penelitian. c. Meminta subjek penelitian untuk mengisi kuesioner. d. Memandu subjek penelitian dalam mengisi kuesioner Managemen Data Data yang terkumpul pada penelitian ini akan dilakukan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan jumlah dan ukuran persentase masing-masing kelompok. Pada analisis bivariat akan dilakukan uji statistik chi-square dengan derajat kebebasan pada alpha 5%, jika tidak memenuhi syarat uji chi-square maka akan dilakukan penggabungan sel.

33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2012 di Puskesmas Ciputat Timur. Responden penelitian adalah ibu-ibu pengunjung puskesmas Ciputat Timur yang telah memenuhi kriteria inklusi sebanyak 106 responden Keterbatasan Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional. Pada penelitian cross sectional terkadang ditemukan bias temporal ambiguity yaitu tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat (kausalitas), hubungan yang ada hanya menunjukkan adanya keterkaitan saja (asosiasi). Kerangka konsep pada penelitian ini hanya menghubungkan faktor-faktor yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan variabel dependen, sehingga masih ada kemungkinan variabel lain yang belum masuk dalam kerangka konsep seperti jumlah anak atau pengalaman ibu mengenai kejang demam sebelumnya. Secara teoritis banyak faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana peneliti maka penelitian ini hanya meneliti beberapa variabel yang berhubungan yaitu faktor umur, pendidikan, dan pendapatan keluarga. Kuesioner yang dirancang sebagai instrumen penelitian ini juga mempunyai keterbatasan karena pertanyaan bersifat tertutup (disediakan alternatif jawaban), sehingga tidak dapat menggali informasi lebih banyak lagi. Pada penelitian ini terdapat fakta bahwa masih banyak ibu yang mempercayai mitos-mitos mengenai penanganan kejang demam dan masih banyak ibu yang berpengetahuan rendah mengenai demam dan kejang demam. 22

34 Hasil dan Pembahasan Penelitian Analisis Univariat Setelah dilakukan analisis univariat dari hasil penelitian pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kejang demam pada anak di Puskesmas Ciputat Timur tahun 2012, diperoleh gambaran sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Usia, Pendidikan, Pekerjaan Dan Pendapatan Keluarga. Variabel Karakteristik Jumlah Persentase (%) Usia Responden tahun tahun tahun Pendidikan Pendidikan rendah Pendidikan sedang Pendidikan tinggi Pekerjaan Ibu rumah tangga Karyawan Wiraswasta Guru Pembantu RT Pendapatan keluarga Pendapatan rendah Pendapatan sedang Pendapatan tinggi Berdasarkan data yang dikumpulkan dari seratus enam responden, maka diketahui dari tabel 4.1 bahwa pada umumnya responden berusia tahun yaitu sebanyak 73 orang (68.9%), usia tahun sebanyak 21 orang (19.8%), dan usia tahun sebanyak 12 orang (11.3%). Saat pengolahan data, didapatkan rata-rata usia responden adalah 30 tahun. Hal ini sesuai dengan target responden penelitian ini, yaitu ibu-ibu usia subur yang memiliki anak balita. Responden memiliki tingkat pendidikan sedang yaitu sebanyak 58 orang (54.7 %), sebanyak 39 orang (36.8%) memiliki tingkat pendidikan rendah, dan sebanyak 9 orang (8.5%) memiliki tingkat pendidikan tinggi. Dari tabel 4.1 terlihat bahwa mayoritas responden (87.7%) adalah ibu rumah tangga. Sebanyak 5 orang responden (4.7%) yang bekerja sebagai karyawan, 5 orang responden (4.7%) berwiraswasta, dan sisanya 2 orang

35 24 responden (1.9%) bekerja sebagai guru, serta 1 orang (0.9%) bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dari tabel 4.1 terlihat bahwa sebanyak 45 responden (42.5%) memiliki pendapatan sedang, 41 responden (38.7%) memiliki pendapatan rendah, dan 20 responden (18.9%) memiliki pendapatan tinggi. Menurut penelitian serupa yang dilakukan Pohan ITS pada tahun 2010 dengan sampel 90 orang, karakteristik responden adalah 45 responden (50%) berada pada usia tahun, 49 orang (54.4%) berpendidikan terakhir di jenjang SMA, 75 orang (82.2%) sebagai ibu rumah tangga. 16 Dalam hal pendidikan terakhir dan pekerjaan responden, penelitian Pohan ITS sesuai dengan penelitian ini Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan responden tentang kejang demam pada anak dilihat dari pertanyaan dalam kuesioner mengenai kejang demam. Pertanyaan terdiri dari 10 pertanyaan. Skor tertinggi 20 dan skor terendah 10. Untuk pengolahan lebih lanjut, maka skor nilai pengetahuan responden tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu baik, sedang, dan buruk. Pengetahuan baik bila jumlah skor 17, pengetahuan sedang bila jumlah skor dan pengetahuan kurang bila jumlah skor <14. Berdasarkan pengkategorian tersebut, maka dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Jumlah Persentase (%) Pengetahuan baik Pengetahuan sedang Pengetahuan kurang Jumlah Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (64.2%) yaitu sebanyak 68 responden memiliki pengetahuan baik tentang kejang demam pada anak, sebanyak 35.8% yaitu sebanyak 38 responden memiliki pengetahuan

36 25 sedang, dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang. Secara umum tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada anak adalah baik. Menurut penelitian serupa yang dilakukan oleh Pohan ITS pada tahun 2010, sebanyak 81 responden 90% memiliki pengetahuan baik tentang kejang demam pada anak, dan hanya 9 responden (10%) yang memiliki pengetahuan sedang tentang kejang demam pada anak.16 Hal ini sesuai dengan penelitian ini Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik Pengetahuan responden diukur menggunakan kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan spesifik tentang kejang demam pada anak. Sebaran responden berdasarkan jawaban pertanyaan tentang pengetahuan responden tampak pada tabel 4.3. Tabel 4. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik No Item Pertanyaan Benar Salah n (%) n (%) 1 Mengetahui definisi demam Mengetahui bahwa demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam 3 Mengetahui penyakit yang paling sering menyebabkan kejang demam pada anak 4 Mengetahui bahwa kejang demam merupakan kelainan yang hanya dialami bayi dan balita 5 Mengetahui bahwa kejang demam dapat berulang jika demam kembali 6 Mengetahui bahwa kejang demam dapat meningkatkan risiko penyakit epilepsi atau ayan 7 Mengetahui bahwa kejang demam umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan kematian 8 Mengetahui bahwa kejang demam bukan suatu penyakit keturunan Mengetahui penanganan awal kejang demam Mengetahui bahwa kejang demam dapat dan perlu dicegah Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah bahwa kejang demam dapat dan perlu dicegah yaitu sebanyak 102 orang (96.2%). Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah

37 26 adalah bahwa kejang demam umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan kematian yaitu sebanyak 82 orang (77.4%). Sebanyak 77 responden (72.6%) menjawab benar definisi suhu saat demam dan sebanyak 29 orang (27.4%) menjawab salah definisi suhu saat demam. Sebanyak 98 responden (92.5%) menjawab benar bahwa demam tinggi dapat menimbulkan kejang. Sebanyak 74 responden (69.8%) menjawab benar penyakit yang paling sering menyebabkan kejang demam. Akan tetapi sebagian besar responden yaitu sebanyak 60 responden (56.6%) menjawab salah bahwa kejang demam hanya terjadi pada bayi dan balita. Hal ini dapat disebabkan karena responden yang menyalahartikan antara penyakit ayan atau epilepsi dengan kejang demam. Menurut penelitian serupa yang dilakukan Pohan ITS pada tahun 2010, sebanyak 100% yaitu 90 responden menjawab benar mengenai penyebab kejang demam, sedangkan sebanyak 53 responden 58.9% menjawab salah tentang frekuensi kejang demam. 16 Penelitian yang dilakukan Tarigan dkk, 2006 menyebutkan bahwa responden terbanyak yaitu 31% menjawab batas demam adalah >37.5 C Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Sikap responden tentang kejang demam pada anak dilihat dari beberapa pernyataan dalam kuesioner mengenai kejang demam pada anak. Pernyataan terdiri dari 5 pernyataan. Skor pernyataan responden tertinggi 10 dan skor terendah 5. Untuk pengolahan lebih lanjut, maka skor sikap responden tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu baik, sedang, dan buruk. Sikap baik bila jumlah skor 9, sikap sedang bila jumlah skor 7-8 dan pengetahuan kurang bila jumlah skor < 7. Berdasarkan pengkategorian tersebut, maka dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kejang Demam Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 C) akibat suatu proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kejang Demam 2.1.1. Definisi Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4 o C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Lebih terperinci

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Tingkat kompetensi : 4 Kompetensi dasar : mampu mendiagnosis dan melakukan tatalaksana secara paripurna Sub-kompetensi : Menggali anamnesa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam adalah kenaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kejang Demam Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas C) 38 tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Kejang Demam 2.1.1. Definisi Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari. tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial.

BAB I KONSEP DASAR. ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari. tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah tidak dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu (Widjaja, 200 1). Kejang demam adalah kejang yang terjadi

Lebih terperinci

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING Pasaribu AS 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Kejang adalah peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat penelitian : Poli Rawat Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah semestinya kita dapat menjaga dengan senantiasa memperhatikan kebutuhan dan kesehatannya. Sehat berarti

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Kejang Demam adalah kejang pada anak sekitar usia 6 bulan sampai 6 tahun yang terjadi saat demam yang tidak terkait dengan kelainan intrakranial, gangguan metabolik,

Lebih terperinci

Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA ANAK B. ETIOLOGI Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas C. PATOFISIOLOGI Peningkatan

Lebih terperinci

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam merupakan salah satu keluhan utama yang disampaikan para ibu saat membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan. Demam pada umumnya tidak berbahaya, namun bila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA Rahayu, Model Pendidikan Kesehatan dalam Meningkatkan Pengetahuan 47 MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA Sunarsih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam adalah bangkitan kejang terkait dengan demam dan umur serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam apabila suhu tubuh

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban.

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban. 26 3. METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu penelusuran dilakukan sesaat, artinya subjek diamati hanya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur) Hubungan antara pendampingan..( Abd. Halim, Fajar, Nur) HUBUNGAN ANTARA PENDAMPING PERSALINAN, UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL MENJELANG PERSALINAN DI KLINIK KESEHATAN IBU

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI KELURAHAN TEMBUNG TAHUN Oleh: INDAH TRIANA SARI POHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI KELURAHAN TEMBUNG TAHUN Oleh: INDAH TRIANA SARI POHAN GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI KELURAHAN TEMBUNG TAHUN 2010 Oleh: INDAH TRIANA SARI POHAN 070100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Padukuhan Geblagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, identifikasi kerangka kerja konseptual, pertanyaan penelitian, variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua orang yang peduli terhadap keselamatan anak sejak konsepsi sampai masa dewasa, mempunyai tujuan utama bagaimana mempertahankan perkembangan otak yang normal. Bahaya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI Retno Palupi Yonni STIKes Surya Mitra Husada Kediri e-mail

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional mengenai hubungan karakteristik demografis dan profil keluarga dengan penyakit infeksi di Klinik Dokter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana pengukuran variabel-variabel baik bebas maupun terikat dilakukan dalam satu waktu. 34 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3. 2 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Umur Responden A. Demografi Responden Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Dalam Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita dan hubungannya dengan faktor-faktor yang

Lebih terperinci

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 3, Oktober 2015: 126-130 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG EFEK SAMPING IMUNISASI DPT COMBO DENGAN KEJADIAN DEMAM PADA BAYI USIA 2-12 BULAN DI BPS YULIANTI AMD KEB KELURAHAN TALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan anak yaitu gizi dan infeksi. Saat ini 70% kematian balita disebabkan karena pneumonia, campak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya infeksi ataupun kelainan yang jelas di intrakranial. 2,3 Demam adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya infeksi ataupun kelainan yang jelas di intrakranial. 2,3 Demam adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan klasifikasi kejang demam Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun dan berhubungan dengan demam serta tidak didapatkan adanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian usia (geriatri). Penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian lanjut 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA THE RELATIONSHIP OF MOTHER S KNOWLEDGE TOWARDS STIMULATION OF TALKING AND LANGUAGE TO TODDLER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Kejang Demam 2.1.1. Definisi Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi pasangan suami istri memiliki keturunan merupakan hal yang di sangat diharapkan. Namun, sebanyak 15% pasangan didunia memiliki gangguan kesuburan atau infertilitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Epilepsi, Anak Dibawah Usia 6 Tahun

ABSTRAK. Kata Kunci : Epilepsi, Anak Dibawah Usia 6 Tahun ABSTRAK Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dirincikan oleh terjadinya serangan yang bersifat spontan dan berkala. Serangan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract.  Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3 705 Artikel Penelitian Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Desember 2012 Vivit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dengan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses. ekstrakranium (Staf Pengajar IKA FKUI, 1997: 847).

BAB I KONSEP DASAR. dengan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses. ekstrakranium (Staf Pengajar IKA FKUI, 1997: 847). BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229). Kejang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi dini untuk mengetahui masalah atau keterlambatan tumbuh kembang sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Dalam arti kata luas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kejang demam atau febrile seizure (FS) merupakan kejang yang terjadi pada anak dengan rentang umur 6 sampai dengan 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di Bangsal Anak RS. Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi dan Ilmu Kedokteran Olahraga. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita dan hubungannya dengan faktorfaktor yang akan

Lebih terperinci

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI Curiculum vitae Nama : DR.Dr. Setyo Handryastuti, SpA(K) Tempat/tanggal lahir : Jakarta 27 Januari 1968 Pekerjaan : Staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Pendidikan : Dokter umum 1991-FKUI

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TENSION-TYPE HEADACHE DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Fardhika J500110019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani** PERILAKU KELUARGA DALAM PELAKSANAAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI UMUR 0-7 HARI (Behavior of Family in Practice Hepatitis B Immunization at Baby 0-7 Days Old) Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG Dwi Astuti *), Artika Nurrahima **), Purnomo ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN MEMERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS Nurhayati* Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang mempunyai prevalensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN

BAB III KERANGKA PENELITIAN BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang sariawan (oral trush ) pada anak usia 0-3 tahun. Hal ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini masih merupakan penyakit yang tersering menyebabkan dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang menyerang persendian dan menyebabkan inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri, serta

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode korelasional. Kerangka penelitian ini menggambarkan korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE. TAHUN 2013 Nurbaiti Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam persalinan. 1. interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan mengejan (power), jalan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam persalinan. 1. interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan mengejan (power), jalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan suatu proses fisiologis dimana uterus mengeluarkan hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup ke dunia luar melalui vagina baik dengan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang BAB 5 PEMBAHASAN Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang demam pada anak adalah faktor tinggi demam dan faktor usia kurang dari 2 tahun. Dari karakteristik orang tua anak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci