BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Stasiun Kereta Api Sudirman Sebagai Urban Open Space

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Stasiun Kereta Api Sudirman Sebagai Urban Open Space"

Transkripsi

1 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Stasiun Kereta Api Sudirman Sebagai Urban Open Space Konsep perancangan stasiun berbasis pada pendekatan urban open space, hal ini disebabkan oleh Stasiun Kereta Api Sudirman membutuhkan ruang gerak pengguna kawasan Transit Oriented Development Dukuh Atas sebagai salah satu pedestrian path dari transit antar moda di sekitarnya. Seperti yang sudah diulas sebelumnya pada bab 4, Stasiun Sudirman merupakan pusat dari kawasan transit oriented development Dukuh Atas. Stasiun Kereta Api Sudirman memiliki rasio dilewati oleh sirkulasi transit antar moda total sebesar 66%. Dan dengan rasio tersebut dapat mempengaruhi waktu tempuh dari sirkulasi transit antar moda. Gambar 5.1 Poros Sirkulasi Kawasan Secara Umum Sumber : Analisis Studi Pengembangan Kawasan TOD Dukuh Atas, Direktorat Jendral Kereta Api 205

2 Selain dari fungsi sirkulasi, dengan adanya suatu lingkungan atau ruang transit antar moda yang tertata, selain akan membuat ruang gerak lebih bebas, akan membuat sirkulasi dapat dimainkan atau ditata dengan fungsi tertentu, contohnya adalah dari penataan ruang sirkulasi dengan menggunakan vegetasi sebagai salah satu elemen penting dalam tata ruang urban open space. Vegetasi memiliki fungsi yang bermacam-macam, dengan penggunaan vegetasi yang berorientasi vertikal dan penataan linier pada suatu ruang, dapat menciptakan suasana ruang yang megah. Gambar 5.2 Linear Penyusunan Vegetasi Sumber : Dokumentasi Pribadi Dengan penataan ruang sirkulasi dengan basis pendekatan urban open space, akan membuat sirkulasi lebih terasa dinamis. Jakarta merupakan kota dengan tingkatan stress atau tensi yang sangat tinggi, hal tersebut disebabkan oleh Jakarta merupakan pusat bisnis, pusat pemerintahan, dan pusat kebudayaan. Dengan penataan yang lebih dinamis akan menciptakan suatu ruang yang berefek secara psikologis menurunkan tingkat stress atau tensi tersebut. 206

3 Hal tersebut diperkuat dengan kawasan transit oriented development Dukuh Atas merupakan pintu gerbang dari transportasi umum untuk menuju ke kawasan perkantoran dan kawasan bisnis. Dan selain itu, dengan penataan yang baik juga dapat menambah nilai jual yang baru untuk Jakarta sebagai pusat kebudayaan dan turisme. Konsep dari perencanaan urban open space secara umum adalah, - Menyatu dengan lingkungan sekitar. Dalam artian urban open space harus memiliki desain yang kontekstual, berbeda dengan sebuah landmark yang harus menonjol bila dibandingkan dengan lingkungan sekitar. - Berorientasi horizontal. Dalan artian berbicara landscape, hal ini dikarenakan yang di desain adalah ruang terbuka yang memiliki standar ruang tidak terbatas. - Orientasi dari berbagai arah. Sebuah urban open space memiliki letak atau posisi yang biasanya terletak di tengah-tengah suatu kawasan. Sehingga memiliki orientasi dari dan ke segala arah. - Tidak terlalu memikirkan zonasi ruang. Yang terpenting adalah sirkulasi, sehingga bagaimana pengguna dapat mendapat sirkulasi memutar ataupun langsung. 5.2 Concept Form Konsep Sirkulasi Bangunan Konsep desain bangunan menggunakan pendekatan teori urban open space. Teori tersebut diimplementasikan di beberapa area, tidak semua area mengimplementasikan teori urban open space dikarenakan sebuah stasiun harus memilikizonasi privat dan publik. Sirkulasi bangunan diatata dengan prinsip waktu lebih berharga dari pada uang, oleh karena itu, waktu tempuh dari transit antar moda sangat 207

4 penting dalam penataan sirkulasi di Stasiun Kereta Api Sudirman. Sirkulasi ride and ride merupakan kata kunci dari pembentukan sirkulasi, hal ini dikarenakan konsep yang dikembangkan adalah konsep dengan sirkulasi transit antar moda Pembagian Ruang Ruang dibagi berdasarkan kebutuhan dan penggunanya, hal ini berkaitan dengan penyederhanaan sirkulasi dan ruang untuk mempersingkat waktu tempuh dari transit antar moda Pembagian Ruang Berdasarkan Pengguna Pengguna Stasiun Kereta Api Sudirman terbagi 2 jenis, yaitu pegawai stasiun dan penumpang transit antar moda. Back of The House merupakan kategori pengguna yang berupa pegawai stasiun, dan Front of The House adalah kategori pengguna stasiun berupa penumpang transit antar moda. Back of The House Berdasarkan analisis kebutuhan ruang Stasiun Kereta Api Sudirman, pembagian ruang mempertimbangkan aspek shift kerja, sehingga kebutuhan standar ruang tidak digunakan untuk pegawai kereta api seluruhnya. Berikut adalah daftar pegawai Stasiun Kereta Api Sudirman berdasarkan satu kali shift. - Kepala Stasiun 1 Orang - Pegawai Administrasi atau Loket 10 Orang - Pegawai check-in 2 Orang - Pegawai PPKA atau Pemimpin Perjalanan Kereta Api 2 Orang 208

5 - Pegawai Peron 2 Orang - Pegawai Teknis : Kebersihan 8 Orang, Keamanan 7 Orang, dan Maintenance 2 Orang Petugas Kepala Stasiun memiliki Satu ruang khusus dimana ruang tersebut memiliki fasilitas ruang kerja direksi dan ruang tamu kecil. Ruang memiliki luas sekitar 6x3 meter. Ruang Loket merupakan ruang bersifat transisi, dan hanya bisa diakses dari dalam. Satu ruang loket memiliki luas 2m 2. Ruang Local Control Panel, dimana petugas PPKA menetap di dalam ruang tersebut. Dan 2 ruang istirahat pegawai yang memiliki kapasitas 15 orang atau lebih, yang memiliki akses khusus dengan pantry. Nama Ruang Pengguna Ruang Kapasitas Ukuran Ruang Kepala Stasiun Kepala Stasiun dan Tamu 3-5 Orang 18m 2 Ruang Loket Petugas Administrasi 10 Orang 40m 2 Ruang Local Control Panel Petugas PPKA 2 Orang 9m 2 Ruang Istirahat 1 Petugas Administrasi, Petugas PPKA, Petugas Peron, Petugas Check-In 16 Orang 45m 2 Ruang Istirahat 2 Pegawai Teknis 17 Orang 45m 2 Dari spesifikasi tersebut diambil kesimpulan bahwa kebutuhan ruang Sirkulasi pegawai stasiun tidak perlu terlalu disembunyikan, hanya saja akses masuk ke dalam back of the 209

6 house yang tersembunyi. Sehingga penumpang transit antar moda tidak dapat mengakses secara sembarangan. Back of the house, sebaiknya memiliki akses langsung keluar dan masuk stasiun, sehingga dapat mengoptimalkan ruang gerak dari front of the house. Front of The House Ruang ini adalah ruang dimana pengguna adalah penumpang kereta api atau penumpang transit antar moda. dengan pembagian ruang ini mengkategorikan spesifikasi privat atau tidaknya ruang juga berdasarkan penggunanya. Ruang ini di desain seterbuka mungkin sehingga tidak ada penghalang untuk akses keluar dan masuk Stasiun Kereta Api Sudirman. Gambar 5.3 Skema Program Ruang Sumber : Analisis Pribadi 210

7 Skema program ruang juga mengkategorikan akses saling bertemunya ruang, baik itu akses privat dan akses publik. Pembagian ukuran ruang back of the house didesain terlebih dahulu dengan efisiensi penggunaan ruang maksimal, setelah itu ruang sisa digunakan untuk membentuk ruang front of the house. Dengan tipe site yang tergolong kecil, sirkulasi dimaksimalkan untuk ruang front of the house. Zoning memisahkan dengan jelas antara Pembagian Ruang Berdasarkan Public Private Berdasarkan sifat tata ruang yang dihasilkan oleh zonasi ruang berdasarkan pengguna, dihasilkan pembagian ruang berdasarkan sektor publik dan sektor privat. Dimana sektor ini membuat penumpang transit antar moda mengurangi waktu tempuhnya. Karena disederhanakan menjadi 2 bagian. Hal tersebut sudah dipaparkan dalam analisis konteks di bab 4. Gambar 5.4 Zonasi Sektor Publik dan Sektor Privat Sumber : Analisis Pribadi 211

8 Sektor Privat Sektor Privat, merupakan sektor steril dimana sektor tersebut adalah sektor penumpang transit antar moda dimaksimalkan untuk memiliki 2 pilihan, menunggu atau naik kereta api. Kecuali dalam kondisi tertentu seperti darurat butuh pertolongan kecelakaan, atau toilet. Pada sektor ini tidak terdapat kios komersil atau fasilitas yang tidak terlalu dibutuhkan dikarenakan sirkulasi penumpang transit antar moda sudah jauh lebih cepat setelah melewati ruang transisi atau ruang check-in. Sektor privat hanya memiliki akses keluar masuk satu, dan harus terkontrol, dalam artian harus melewati zona transisi, seperti pada gambar diatas, zonasi dipisahkan selain oleh ruang transisi, juga dipisahkan oleh elevasi. Penghitungan lebar area peron dengan cara menggunakan standar lebar penumpang. Penumpang diasumsikan membawa kopor di sebelah kiri dan kanan, dengan kebutuhan ruang penumpang 2m, dan sirkulasi keluar dan masuk diasumsikan berjalan bersamaan, sehingga kebutuhan ruang dikalikan 2. 2x2=4m untuk lebar peron. Kemudian ditambah area bebas peron yang memiliki ukuran lebar standar 80cm. Lebar peron yang dibutuhkan adalah 480cm dikalikan 2, karena jumlah peron yang terdapat 2. Disebelah utara rel dan selatan rel kereta api. Sektor Publik 212

9 Sektor publik merupakan zona transisi, namun berbeda dengan zona transisi yang disebutkan dalam konteks satu bangunan Stasiun Kereta Api Sudirman, melainkan konteks yang lebih besar yaitu konteks kawasan transit oriented development dukuh atas. Konsep yang digunakan sama, namun zona tersebut lebih bebas dan diutamakan sirkulasi messo atau sirkulasi transit antar moda dari berbagai arah. Di sektor publik, zonasi bangunan Stasiun Kereta Api Sudirman dengan zonasi non bangunan Stasiun Kereta Api Sudirman dibuat sedikit blur, hal ini bertujuan dengan konsep sirkulasi yang sudah berubah setelah penumpang melewati zona transisi atau area check-in. Oleh karena itu, Penanda bangunan atau zonasi bangunan luar dan dalam Stasiun Kereta Api Sudirman, ditandai oleh area transisi atau area check-in. Bukan ditandai dengan fisik bangunan stasiun keseluruhan. Konsep bangunan akan terlihat di area ini, dimana sektor publik bangunan menerapkan sirkulasi yang blur dengan sirkulasi luar bangunan, atau sirkulasi dalam konteks kawasan. 213

10 Gambar 5.5 Skema Sektor Ruang Sumber : Analisis Pribadi Konsep tersebut untuk menyamarkan surrounding dari sektor publik dan kawasan transit oriented development. Dengan penyamaran suasana luar dan dalam menyebabkan secara psikologis penumpang transit antar moda merasa sudah sampai tujuan perpindahan lebih cepat. Dan dengan desain visual yang informatif, membuat penumpang transit antar moda lebih mudah mengidentifikasi bangunan. Selain itu sirkulasi masuk dan keluar memiliki arah yang banyak. Hal ini berkaitan dengan Stasiun Kereta Api Sudirman sebagai pusat transit oriented development Dukuh Atas. Sehingga pintu masuk bangunan bersifat lebih general, dan penumpang dapat mengakses dari segala arah. Perhitungan ruang antrian tiket digunakan dengan cara mengasumsi pengguna kereta api penuh, satu gerbong berkapasitas 30 orang. Namun kereta api memiliki toleransi 214

11 kapasitah hingga 200%. dengan jumlah gerbong kereta terdapat 5 gerbong dalam satu set kereta, dan satu operasional kereta terdapat 2 set kereta. Sehingga 30x200%=60orang tiap gerbong. 60 x 5 = 300 orang dalam satu set kereta api. 300 x 2 = 600 orang. Dikarenakan hal ini membutuhkan banyak ruang, ruang loket disebar agak sporadis berdasarkan arah dominan penumpang transit antar moda. arahnya berasal dari utara 33%, dari selatan 50%, dan dari Jalan jendral Sudirman 16%. Sedangkan sisanya memiliki sirkulasi yang sporadis. Dengan 33% x 600 = 198 orang dari sebelah utara (200 orang), 50% x 600 = 300 Orang dari sebelah selatan, dan 100 orang dari Jalan Jendral Sudirman. sehingga dengan asumsi satu orang boleh memiliki 4 tiket, dan waktu beli tiket kereta api 30 detik, dan jarak antara kereta api datang dan pergi adalah 10 menit. Sehingga 10 menit = 600 detik, 600 : 30 = 20 kali pembelian tiket. Toleransi antrian dalam satu loket sebanyak 20 orang dalam waktu 10 menit. Di sebelah Utara, memiliki 200 : 4 = 50 orang membeli tiket. Dan 50 : 20 adalah 2.5 loket. Perbanyak menjadi 3 loket di sebelah utara. Di sebelah selatan 300 : 4 = 75 orang membeli tiket. Dan 75 : 20 = 3.75 loket, perbanyak menjadi 4 Loket di sebelah selatan. Dari Jalan Jendral Sudirman 100 : 4 = 25 orang membeli tiket. 25 : 20 = 1.4 loket, perbanyak menjadi 2 loket 215

12 dari Jalan Jendral Sudirman. Sehingga Stasiun Kereta Api Sudirman memiliki total 9 loket. Ruang Transisi Dalam hal ini, ruang transisi brperan penting sebagai pembeda atau pembatas bangunan sebelah luar dan bangunan sebelah dalam. Oleh karena itu, zonasi bangunan dari aspek sirkulasi dan zonasi bangunan dari aspek fisik berbeda. Namun dari segi ukuran, dan cakupan, bagian dalam bangunan harus terlindungi oleh bangunan Stasiun Kereta Api Sudirman. perbedaan yang terkait hanyalah di sektor publik, dan tidak mengganggu sektor privat. Dalam pembagiannya ruang transisilah yang berperan penting. Ruang transisi dapat berupa pengecekan tiket kereta api, dibutuhkan satu petugas di ruang tersebut. Hal ini dikarenakan sistem check-in yang sudah berubah, Sistem check-in sudah menggunakan mesin dengan alat scan atau pemindai tiket kereta api. Hal ini juga sudah diterapkan di beberapa stasiun kereta api di Jakarta. Dan hal tersebut bertujuan tidak lain untuk mengurangi waktu tempuh penumpang transit antar moda. Ruang kontrol penumpang atau ruang check-in dapat menggunakan mesin, dengan mesin tersebut juga memiliki perhitungan tersendiri. Dengan penyesuaian jumlah loket dan jumlah antrian. Dan dengan asumsi setelah membeli tiket, penumpang akan langsung check-in. 216

13 Disebelah utara terdapat 3 loket, dan terdapat 50 orang membeli tiket. Dan berarti dalam satu loket terdapat 17 orang mengantri. Dan dalam 30 detik sudah ada 3 orang memiliki tiket. Dan dalam 600 detik jumlah orang yang memiliki tiket sebanyak 60 orang di utara memiliki tiket. Di sebelah selatan terdapat 4 loket dan 75 orang membeli tiket. Dalam 30 detik sudah ada 4 orang memiliki tiket, dan dalam 10 menit sudah ada 80 orang memiliki tiket. Dari Jalan Jendral Sudirman memiliki 2 loket dan dalam 10 menit 40 orang memiliki tiket. Mesin check-in memiliki waktu kerja 2 detik dalam satu kali transaksi. Terdapat waktu 600 detik dan jumlah transaksi adalah 300 kali transaksi dalam 10 menit. Sehingga untuk melancarkan antrian dibutuhkan 2 mesin check-in untuk masing-masing loket. Sehingga di sebelah utara terdapat 6 mesin, sebelah selatan terdapat 8, dan dari Jalan Jendral Sudirman terdapat 4 mesin Konsep Bentuk Bangunan Setelah sektor public dan sektor privat sudah terbagi dengan sistematis, bentuk bangunan dapat menyesuaikan dengan implementasi dari teori urban open space. Dimana bangunan berorientasi horizontal, dan menggunakan sistem penataan ruang luar dan dalam fisik bangunan dengan sistem penataan landscape. 217

14 Desain Stasiun berawal dari posisi dan letak track lalu kemudaian di ekspand berdasarkan kebutuhan standar ruang yang dibutuhkan. Sehingga meminimalisir ruang yang terbuang. Gambar 5.6 Skema Ekspansi Track Sumber : Analisis Pribadi Dengan orientasi horizontal, jumlah ekspansi akan menjadi lebih tidak terkontrol. Oleh karena itu jumlah ekspansi dibatasi oleh sektor privat dan ruang transisi.sehingga dalam sektor publik. Jumlah ekspansi berhenti. Dengan ekspansi yang maksimal. Ekspansi tersebut menggunakan konsep dasar louvre dari stasiun kereta api lama. Dan Stasiun Kereta Api Sudirman adalah stasiun halte atau stasiun antara, louvre hanya menyelimuti setengah bagian untuk sektor publik. Fasad Bangunan Fasad bangunan dimulai dari ruang transisi dengan konsep massa bangunan yang diminimalisir, konsep fasad lebih ditujukan untuk sebuah halte. Sebuah halte pada dasarnya hanya akan berupa kanopi sederhana yang dapat melindungi penumpangnya dari hujan. Namun dengan tidak ada dinding pemisah yang signifikan, orientasi luar menjadi luas. 218

15 Gambar 5.7 Skema No-Boundaries Konsep Halte Sumber : Analisis Pribadi Halte memiliki sifat fasad yang lebih welcome. Dengan artian denga fasad yang secara bentuk akan membuat pengunjung lebih tertarik masuk ke dalamnya. Dan dengan ruang yang terbuka dan minim akan batas luar dan dalam ruang. Gambar 5.8 Skema Interaksi Ruang Dalam dan Luar Sumber : Analisis Pribadi Konsep fasad yang terbuka membuat interaksi ruang dalam dan luar lenih lancar. Entah itu interaksi antar manusia atau interaksi manusia dengan lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar dapat berfungsi sebagai promenade bagi ruang dalam. Karena interaksi luar dan dalam bersifat bias. 219

16 Gambar 5.9 Fasad yang Terbuka Membuat Identifikasi Bangunan Lebih Mudah Sumber : Analisis Pribadi Fasad membutuhkan sesuatu yang informatif untuk menimbulkan interaksi yang dapat memudahkan identifikasi bangunan. Dengan bentuk yang lebih terbuka seperti halte, akan membuat identifikasi lebih mudah, walaupun bangunan juga menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Baik itu sirkulasi atupun fisik, namun dengan bentuk yang terbuka, kereta api yang terlihat, jalur kereta api yang terlihat. Kegiatan di dalam yang juga terlihat dari luar, membuat identifikasi bangunan lebih mudah, tanpa harus membuat bangunan menonjol atau bersifat landmark, dapat membuat bangunan lebih sederhana namun informatif. Signage juga terkadang dibutuhkan meskipun identifikasi bangunan sudah lebih mudah, signage pada fasad bangunan lebih bersifat dekoratif atau estetik. Dengan standar signage yang dapat dirubah, akan membuat fasad bangunan lebih dinamis. 220

17 Gambar 5.10 Entrance Board dibutuhkan saat Pintu Masuk Bersifat Tersamar dengan Fasad Bangunan Sumber: Yang lebih dibutuhkan adalah penanda bangunan untuk tiap kegiatan, seperti loket, check-in, atau arah jalur kereta api bergerak. Gambar 5.11 Signage peron yang lebih bersifat teknis dan kegiatan Sumber : k2cz7oxxqzo/u1dggyabs_i/aaaaaaaaaz4/zjaqabgnzni/s1600/ Namun, bentuk bangunan harus melindungi kegiatan antrian penumpang di dalamnya. Dengan analisis sinar matahari yang mengganggu, atau penumpang yang dapat terkena air hujan. Ruang dalam dan ruang luar membutuhkan bangunan 221

18 5.2.3 Konsep Environment Bangunan Gambar 5.12 Situasi Green Area atau Ruang Terbuka Hijau Sumber : Analisis Pribadi Dengan situasi urban yang padat, site masih memiliki green area yang terdapat di sebelah selatan site. Ruang tersebut masih dapat dikelola, untuk memaksimalkan interaksi ruang luar dan ruang dalam dari Stasiun Kereta Api Sudirman. Penataan yang memanfaatkan bagian tersebut akan membuat pedagang kaki lima liar tidak akan tumbuh apabila digunakan persentase hard space yang sebanding dengan persentase soft space. Dimana area sebelah selatan site masih memiliki soft space yang cukup banyak. Interaksi ruang luar dan dalam dapat memiliki nilai tambah yang makasimal jiga memanfaatkan bagian sebelah selatan site. Hal ini disebabkan oleh Sungai Ciliwung yang dapat menjadi salah satu potensi dari tata landscapenya. Dengan ini interaksi ruang luar dan dalam akan bertambah. Interaksi tersebut dapat mempengaruhi pencahayaan dan penghawaan bangunan. 222

19 Pencahayaan Gambar 5.13 Skema Pencahayaan Alami Sumber : Analisis Pribadi Pada Gambar di atas terdapat beberapa jenis pencahayaan alami. Sun shade tercipta dari perlindungan bangunan stasiun dan vegetasi dari glare yang tercipta dari matahari secara langsung. Terdapat cahaya matahari yang dibiarkan dan adapula cahaya matahari yang di tutup, dan juga adapula cahaya matahari yang disaring menggunakan vegetasi. Dengan pencahayaan alami yang diciptakan oleh konsep interaksi ruang, pencahayaan dapat dimaksimalkan tanpa harus membutuhkan energy yang banyak, hal ini berkaitan dengan energy yang dibutuhkan dari suatu perjalanan Kereta Api sudah sangat banyak, sehingga dengan pemanfaatan ruang luar dan dalam yang maksimal, akan menambah penghematan energy yang dibutuhkan. Efek pencahayaan alami tersebut dihasilkan dari skyline yang dibuat diatas jalur kereta api, dan dinding stasiun yang tidak bersifat 223

20 penghalang cahaya secara maksimal. Dan pada ruang kantor pun bukaan cahaya wajib digunakan secara maksimal dikarenakan konteks penghematan energy yang dibutuhkan. Penggunaan louvre juga menambah efektifitas dari pencahayaan alami. Selain efisien, louvre juga membutuhkan sistem struktur yang ringan. Louvre dapat membuat penghematan ruang dikarenakan tidak dibutuhkan kolom yang terlalu banyak. Bahkan dengan sistem struktur bentang panjang pun louvre adalah hal yang sering digunakan. Untuk pencahayaan buatan digunakan disaat malam hari, dengan pencahayaan yang tetap menggunakan direct lighting. Seperti halnya yang digunakan di pencahayaan outdoor. Namun untuk menambah informasi dari desain tanpa harus menggunakan signage yang memiliki resiko tidak terlihat, jalur kereta api yang berkaitan langsung dengan site juga ikut di desain dengan penggunaan material pencahayaan direct lighting. Hal ini menyebabkan Kereta Api itu sendiri menjadi informasi identitas bangunaan secara maksimal pada malam hari. 224

21 Gambar 5.14 Pencahayaan Kontras antara Jalur Kereta Api dan Sekitarnya Sumber : Penghawaan Konsep interaksi ruang luar dan dalam membuat penghawaan alami dapat dimaksimalkan, cross ventilation yang dihasilkan sangat besar dan lancar. Sehingga udara kotor dan panas akan mudah bersirkulasi keluar, dan udara bersih dan dingin akan mudah bersirkulasi masuk. Gambar 5.15 Sirkulasi Udara Sederhana Sumber : Analisis Pribadi 225

22 Pada bangunan stasiun kereta api, sangat tidak memungkinkan apabila bangunan menggunakan penghawaan buatan atau menggunakan air conditioner. Dengan penghawaan buatan akan memakan sangat banyak energy dikarenakan ruang yang sangat terbuka di dalam stasiun sangat banyak. Seperti contohnya peron stasiun. Dengan Stasiun Kereta Api Sudirman menggunakan interaksi ruang dalam dan ruang luar secara maksimal, vegetasi yang berada di sekitar bangunan akan menjadi filter udara secara alami. Sehingga udara di dalam bangunan tetap bersih dan aman. Apalagi Stasiun Kereta Api Sudirman bereda di kawasan padat penduduk dan rasio kendaraan umum yang tinggi. Sistem penchayaan alami yang digunakan akan membuat penghawaan almi mengikuti secara otomatis. Tanpa fasad bangunan yang berlebihan, dan dinding antara ruang luar dan dalam yang berlebihan pula membuat penghawaan di dalam stasiun tergantung pada kondisi sekitar dari Stasiun Kereta Api Sudirman. dan kondisi sekitarnya harus disesuaikan dengan sistem penghawaan alami yang jauh dari polusi. Hal ini vegetasi berperan sangat penting sebagai filter udara. Tata landscape yang maksimal dengan menggunakan vegetasi sebagai barrier dari polusi udara dapat digunakan di beberapa lantai. Atau dengan menggunakan vegetasi yang cukup besar secara linear membuat sirkulasi udara di dalam terkontrol. Tanpa harus membuat dinding buatan yang dapat membuat udara tidak bersirkulasi di dalamnya. 226

23 Gambar 5.16 Sirkulasi Udara Kotor dan Bersih Sumber : Analisis Pribadi Visual Visual yang dimaksud adalah warna dan tekstur bangunan. Warna yang dan tekstur berpengaruh pada citra bangunan, citra bangunan yang dibutuhkan oleh Stasiun Kereta Api Sudirman adalah bangunan yang membaur dengan konteks sekitarnya. Konteks sekitarnya yang merupakan sebuah ruang terbuka atau urban open space. Dari segi visual beberapa aspek yang harus digaris bawahi adalah: - Warna yang didominasi oleh warna putih atau abu-abu. Warna putih dan abu-abu memiliki efek memantulkan cahaya matahari. Disaat bangunan berada di kawasan yang tergolong terbuka dalam radius tertentu, cahaya matahari yang tidak diinginkan dapat di pantulkan oleh warna putih atau abu-abu. - Transparansi, atau bukaan yang dapat membuat bangunan lebih mudah di identifikasi. Dan cahaya yang dibutuhkan dapat masuk ke dalam dengan mudah. - Vegetasi yang bersifat rimbun dapat menyamarkan antara psikologi ruang dalam dan ruang luar. 227

24 - Tekstur yang halus di beberapa material yang terkena sinar matahari langsung. Dan terjangkau oleh penggunanya. Karena bersifat menyerap panas lebih sedikit dari tekstur kasar Vegetasi Vegetasi dalam bangunan diciptakan di beberapa tempat sebagai pembatas ruang dalam dan luar yang tidak membutuhkan sistem pengamanan tertentu. Misalnya batas bangunan Stasiun Kereta Api Sudirman dengan luar bangunan. Batas bangunan tersebut bersifat formal namun tidak membutuhkan pengamanan khusus bagi trespassing. Namun untuk sektor privat membutuhkan pagar atau dinding transparah yang bersifat permanen. Batas vegetasi yang digunakan pada bangunan tersebut dapat membuat bangunan lebih menyatu dengan kawasan. Ruang terbuka dapat terkesan lebih luas, namun, bangunan Stasiun Kereta Api Sudirman juga dapat memiliki kesan lebih luas juga. Selain itu, Vegetasi juga memiliki fungsi sebagai filter udara bersih yang dapat dihasilkan di dalam Stasiun Kereta Api Sudirman. Dengan berfungsinya barrier vegetasi yang bersifat linear membuat Stasiun Kereta Api Sudirman menjadi lebih bersih pula udara yang dihasilkan. Gambar 5.17 Tata Ruang Vegetasi 228

25 Sumber : Analisis Pribadi Sistem Struktur Terkait Sistem struktur utama pada Stasiun Kereta Api Sudirman merupakan sistem struktur dengan tipe bentang panjang. Dengan sistem struktur bentang panjang, ruang di bawahnya tercipta lebih lapang dan minim dengan penggunaan kolom yang dapat menghambat sirkulasi dari penumpang transit antar moda. Penutup Atap dan Dinding Atap dengan struktur bentang panjang biasanya menggunakan penutup atap ringan seperti membrane, atau bahan dengan polikarbonat. Di beberapa bagian bangunan menggunakan penutup kaca juga ditujukan untuk exposed kegiatan di dalamnya, seperti di bagian ruang transisi. Dengan menggunakan safety glass, kaca dengan ketebalan tertentu dapat melindungi kegiatan di dalamnya meskipun kegiatan tersebut terexposed. Sementara itu dengan penutup atap utama yang digunakan untuk melindungi penumpang di dalam bangunan didominasi dengan menggunakan atap metal ringan dengan tekstur licin. 229

26 Gambar 5.18 Contoh Penutup Kaca dengan Kegiatan Terekspos Sumber : Review Stasiun Berlin Hauptbahnhof, Jerman. Struktur Kolom Dan Rangka Struktur kolom dan rangka menerapkan rangka atap lengkung dengan bentuk menyesuaikan dengan tegangan tunggal, atau dengan kondisi stress, atau tertarik. Dengan Penerapan sistem struktur space truss, yang disusun sesuai dengan kebutuhan peron. Seperti yang digunakan pada Struktur atap stadion, tidak semua bangunan Stasiun tertutup oleh atap, dan terdapat bagian atap yang menggantung. 230

27 Gambar 5.19 Rangka Atap Stadion Sumber : Structure-Stadium.jpg Transportasi Dalam Bangunan Dikarenakan bangunan memiliki perbedaan elevasi, transportasi dalam bangunan menggunakan escalator dan tangga. Serta lift dan ramps dengan kondisi kemiringan 7 0, juga dimanfaatkan untuk penunjang fasilitas difabel. Namun untuk efisiensi ruang, ramps digunakan lebih banyak disbanding tangga karena baik itu difabel atau penumpang no-difabel tetap bisa menggunakannya. Gambar 5.20 Gambar Potongan Barat dan Timur Sumber : Analisis Pribadi 231

28 5.2.7 Sistem Utilitas Jaringan Air Bersih Kotor Air bersih menggunakan sistem air PDAM kota Jakarta. Namun yang harus diperhatikan adalah pengolahan air kotor. Dikarenakan bangunan bukan merupakan bangunan industrial, bangunan membagi kategori air kotor menjadi 2. Air kotor yang diproses dan dibuang menuji riol kota dan air kotor yang dapat diperbaharui dan dialirkan menuju plant treatment atau vegetasi lingkungan Stasiun Kereta Api Sudirman Jaringan Listrik Jaringan listrik yang berkaitan dengan perjalanan kereta api berada di bawah dan diatas rel kereta api. Kondisi jaringan kelistrikan tersebut sudah tertanam dan merupakan kondisi eksisting yang sudah ada sebelumnya. Namun Stasiun kereta api memiliki spesifikasi tertentu seperti jaringan PPKA yang terdapat di local control panel. Local control panel memiliki fungsi menerima dan mengirim sinyal pada kereta api yang akan datang dan berangkat. Kaitannya dengan traffic light kereta api yang biasanya terdapat di kedua ujung dari stasiun kereta api dan di tiap penyebrangan perlintasan kereta api. Jaringan tersebut memiliki spesifikasi kabel NYY. Kabel tersebut pada umumnya terletak hingga 2 meter di bawah tanah. Jaringan listrik yang digunakan untuk bangunan stasiun sendiri lebih memiliki jaringan yang tersebar, hal ini dikarenakan lampu yang digunakan adalah lampu outdoor, dan memiliki jarak standar antar lampu yang lebih besar. 232

29 Dikarenakan Stasiun Kereta Api Sudirman merupakan fasilitas publik yang tergantung dengan kelistrikan, sumber listrik bangunan tidak hanya menggunakan Perusahaan Listrik Negara atau PLN. Namun menggunakan genset yang tersambung jaringan antara PLN Main Panel. Ruang main panel dbutuhkan untuk kontrol bangunan secara keseluruhan dan yang bertanggung jawab secara penuh adalah petugas teknisi atau maintenance Jaringan Telekomunikasi Jaringan telekomunikasi juga memiliki jaringan eksisting di bawah rel kereta api. Jaringan tersebut juga memiliki sambungan langsung di local control panel. Dan Jaringan tersebut tidak boleh terganggu karena kaitannya dengan keselamatan penumpang kereta api dan calon penumpang kereta api. Berbeda dengan listrik, sumber jaringan telekomunikasi atau dengan kata lain internet dan telfon. Jaringan telekomunikasi di stasiun pada umumnya menggunakan satu rekening namun dipisah menjadi 2 nomor telfon dan 1 jaringan internet. Jaringan telfon yang dibutuhkan biasanya terhubung dengan ruang kepala stasiun dan ruang administrasi. Serta internet yang diprioritaskan menjadi sumber jaringan ke server kereta api di ruang PPKA atau ruang local control panel. Sementara itu jaringan komunikasi internal terdapat di setiap ruang stasiun, hal ini berkaitan dengan keamanan, dan kondisi atau situasi darurat tertentu. Selain untuk darurat, terdapat jaringan komunikasi internal bangunan dan sekitarnya yang berpusat di ruang 233

30 local control panel yang berkaitan dengan jadwal kereta api datang dan pergi. Gambar 5.21 Local Control Panel Sumber : pic16.jpg Pengaman Pengaman yang dimaksud adalah pengaman dalam situasi bencana dan pengaman penumpang dari kereta api.pengaman dari situasi darurat memiliki dimulai dari jaringan smoke detector. Yang memiliki hubungan ke jaringan alarm yang akan berbunyi secara otomatis dan jaringan sprinkler yang juga akan mengeluarkan air secara otomatis. Kedua jaringan tersebut tidak memiliki pemutus jaringan atau saklar, hal ini dikarenakan kondisi menyala atau mati tidak dapat diprediksi, dan kaitannya dengan keselamatan. Selain itu, pengumuman untuk kondisi darurat juga memiliki jaringan speaker atau pengeras suara. 234

31 Jaringan lampu atau kelistrikan juga dibutuhkan untuk keamanan di area peron di bagian zona bebas. Hal ini juga memiliki sifat yang krusial. Karena zona tersebut tidak boleh dilewati oleh penumpang kereta api sebelum kereta api berhenti secara total. Dan lampu indikator perlu diinstalasi merah dan hijau untuk penumpang sudah diperbolehkan naik atau belum. Dan zona bebas tersebut berada di 80 cm dari batas terluar peron. Gambar 5.22 Zona Bebas Peron Sumber : 235

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Ide awal dari desain stasiun ini adalah hub, hal ini disebabkan stasiun ini akan menjadi pusat transit dari moda-moda transportasi yang akan ada di kawasan Dukuh Atas, sehingga

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Sekolah Negeri Terpadu (SD-SMP) 46 BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 5.1 Konsep Bentuk dan Massa Bangunan Perletakan massa pada tapak. Bangunan proyek sekolah ini memiliki dua Entrance, yaitu dari depan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya yang telah dijelaskan, sebuah hasil yang menjawab permasalahan dalam suatu perancangan melalui

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan BAB V KONSEP V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan Gambar 34. Zoning dan Pola Sirkulasi Main entrance berada pada bagian selatan bangunan. Warna biru menunjukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Filosofi Dalam dunia fotografi terdapat sebuah konsep pemotretan mengenai kekontinuitasan foto. Yaitu merupakan rangkaian foto yang membentuk sebuah alur cerita, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan BAB III ANALISA 3.1 Analisa Tapak 3.1.1 Batas Tapak Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan Batas-batas tapak antara lain sebelah barat merupakan JL.Jend.Sudirman dengan kondisi berupa perbedaan level

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan... DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. BAB V PENDEKATAN & KONSEP 5.1 Pendekatan Konsep Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. 5.1.1 Pendekatan Karakteristik Tapak Karakteristik kawasan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( ) SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG TEMA DAN KONSEP T E M A Trend dalam berpakaian dari tahun ke tahun akan TEMA terus berputar, dan akan berkembang lagi seiring berjalannya waktu eksplorasi tentang suatu pergerakan progressive yang selalu

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek peremajaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB. 4 ANALISA TAPAK 4.1 ANALISA TAPAK ANALISA TAPAK TERHADAP SIRKULASI MATAHARI

BAB. 4 ANALISA TAPAK 4.1 ANALISA TAPAK ANALISA TAPAK TERHADAP SIRKULASI MATAHARI BAB. 4 ANALISA TAPAK 4.1 ANALISA TAPAK 4.1.1 ANALISA TAPAK TERHADAP SIRKULASI MATAHARI Gambar 4.1 sirkulasi arah matahari Sirkulasi Matahari pagi akan masuk pada bagian timur dari tapak, untuk itu pada

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 6.1 Konsep Dasar Dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan dan perancangan Stasiun MRT Blok M Jakarta ini adalah sebuah bangunan publik

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya tentang analisis maka ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana teknik

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi ZDhoppinq Arcade Mahendrata - 015 12131 X BAB IV LAPORAN PERANCANGAN 4.1 Perkembangan desain 4.1.1 Kriteria Desain Shopping Arcade Desain Shopping Arcade yang dirancang di kota Sampit ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development BAB II FIRST LINE Sesuai dengan proses perancangan, pengetahuan dan pengalaman ruang sangat dibutuhkan untuk melengkapi dan mendapatkan data-data yang berkaitan dengan kasus yang ditangani. Karena itu

Lebih terperinci

BAB 5 Konsep Perancangan

BAB 5 Konsep Perancangan BAB 5 Konsep Perancangan 5.1 Konsep Perancangan Pusat Pengolahan Salak Pondoh Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Sosial-Ekonomi Petani Salak Sleman merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

Bab IV Analisa Perancangan

Bab IV Analisa Perancangan Bab IV Analisa Perancangan 4.1 Analisa Pemilihan Tapak Kriteria Pemilihan Tapak Pasar Baru Pasar baru adalah salah satu ruang publik diantara banyak ruang publik yang ada di jakarta yang persis bersebelahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 87 BAB V KONSEP A. Konsep Dasar Gambar 5. 1 Konsep Dasar Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 Pada umumnya terminal bus memiliki 3 permasalahan utama yaitu sirkulasi silang, tindak kriminalitas dan polusi.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN 1 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan 4.1.1. Konsep Zoning Tapak AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis Kawasan Sekolah Seni Rupa untuk

Lebih terperinci

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan.

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan. PENGENALAN OBYEK LATAR BELAKANG Stasiun Semut merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki peranan penting dalam perkembangan kota Surabaya dalam hal penyediaan layanan transportasi massal. Pembangunan

Lebih terperinci

1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN

1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN LATAR BELAKANG Sektor transportasi merupakan salah satu hal terpenting mencapai standar kehidupan tinggi. Dan transportasi mempunyai peranan penting memantapkan perwujudan dan perkembangan kawasan kota

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan Berbasis Pendekatan Desain Ekologis 4.1.1. Konsep Kawasan Kawasan yang akan dipakai yaitu kawasan Sriwedari yang terletak di jalan arteri

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur dfe Jb MWmw BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Aksesibilitas A. Pencapaian pengelola 1. Pencapaian langsung dan bersifat linier dari jalan primer ke bangunan. 2. Pencapaian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

Pencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang

Pencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang BABIV KONSEP DASAR PERANCANGAN 4.1. KONSEP PERENCANAAN TAPAK 4.1.1. Pencapaian Ke Site/Tapak Pencapaian ke site/tapak Pasar Kota Purbalingga dengan : 1. Pencapaian kendaraan pribadi. Pencapaian ke site

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Pengembangan Stasiun Alastua sebagai Depo Penyimpanan dan Perawatan Kereta Api adalah untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Denah 5.1.1. Perancangan Denah Lantai Satu Berdasarkan konsep pola-pola ruangan, perancangan denah ini merupakan pengembangan hubungan ruang yang telah dirancang.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu 153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci