HasilPenaksiranModel dengan 2SLS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HasilPenaksiranModel dengan 2SLS"

Transkripsi

1 HasilPenaksiranModel dengan 2SLS Setelah memenuhi semua uji asumsi, hasil penaksiran model pada masing-masing persamaan adalah sebagai berikut. a. SEKTOR PERTANIAN PC1 Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T <.0001 <.0001 R-Square=78.82%;Pr>F=<.0001;Fhitung=48.37 Bobotpadamasing-masingvariabeldalamprincipal component 1 adalah sebagai berikut. PC1 = Z Z Z 3 Label Principal Component 1

2 Lanjutan-Sektor Pertanian Persamaan model hasil penaksiran 2SLS antara variabel ln(pdrbp) dengan PC1 adalah sebagai berikut. Ln(PDRBPt)= PC1 Ln(PDRBP t ) = (0.578 Z Z Z 3 ) Ln(PDRBP t ) = Z Z Z 3 Ln(PDRBP t ) = ln(wgp) ln(bmd) ln(bbj) PDRBP t = WGP BMD BBJ

3 Interpretasi Model Sektor Pertanian Lanjutan-Sektor Pertanian Penerapan principal component regression untuk menghilangkan multikolinearitas pada model PDRB sektor pertanian diperoleh nilai koefisien determinasi yang masih cukup baik, yaitu sebesar 78.82%. Kenaikan upah sektor pertanian sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor pertanian sebesar 3.19% dengan asumsi variabel lainnya tetap. Kenaikan pengeluaran untuk belanja modal serta pengeluaran untuk belanja barang dan jasa masing-masing sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor pertanian masing-masing sebesar 5.97% dan 3.03% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

4 b. SEKTOR PERTAMBANGAN diffln_tkt diffln_bpg Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T R-Square = 68.7%; Pr > F = ; F hitung = Label Jumlah tenaga kerja sektor pertambangan Belanja Pegawai Tabel di atas menunjukkan variabel differencing ln(bpg) tidak signifikan secara statistik. Sehingga model persamaannya menjadi sebagai berikut. Ln(PDRBT t *) = ln(TKT*) PDRBT t * = TKT*

5 Lanjutan-Sektor Pertambangan Interpretasi Model Sektor Pertambangan Penerapan First difference equation untuk menghilangkan autokorelasi pada model PDRB sektor pertambangan diperoleh nilai koefisien determinasi yang masih cukup baik, yaitu sebesar 68.7%. Kenaikan tenaga kerja di sektor pertambangan sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor pertambangan sebesar 0.67% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

6 c. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PC1 Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T <.0001 <.0001 R-Square = 78.09%; Pr > F = <.0001; F hitung = Label Principal Component 1 Bobot pada masing-masing variabel dalam principal component 1 adalah sebagai berikut. PC1 = Z Z Z Z 4 Persamaan model hasil penaksiran 2SLS antara variabel ln(pdrbi) dengan PC1 adalah sebagai berikut. Ln(PDRBI t ) = PC1 Ln(PDRBI t ) = (0.307 Z Z Z Z 4 ) Ln(PDRBI t ) = Z Z Z Z 4 Ln(PDRBI t ) = ln(tki) ln(bmd) ln(bbj) ln(bpg) PDRBI t = TKI BMD BBJ BPG

7 Lanjutan-Sektor Industri Pengolahan Interpretasi Model Sektor Industri Pengolahan Penerapan principal component regression untuk menghilangkan multikolinearitas pada model PDRB sektor industri pengolahan diperoleh nilai koefisien determinasi yang masih cukup baik, yaitu sebesar 78.09%. Kenaikan tenaga kerja di sektor industri pengolahan sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor industri pengolahan sebesar 4.39% dengan asumsi variabel lainnya tetap. Kenaikan untuk pengeluaran belanja modal, pengeluaran untuk belanja barang dan jasa, serta pengeluaran untuk belanja pegawai masing-masing sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 5.95%, 3.4%, dan 2.87% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

8 d. SEKTOR LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH ln_tkl ln_bbj Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T <.0001 Label Jumlah tenaga kerja sektor listrik Belanja Barang dan Jasa R-Square= ;Pr>F=<.0001;F hitung = Tabel di atas menunjukkan ln(tkl) tidak signifikan secara statistik. Sehingga model persamaannya menjadi sebagai berikut. Ln(PDRBL t ) = BBJ PDRBL t = BBJ

9 Lanjutan-Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Interpretasi Model Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Model PDRB sektor listrik, gas, dan air bersih memiliki hasil penaksiran yang sangat baik baik, sebagaimana terlihat dari nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar pengeluaran untuk belanja barang dan jasa mempunyai hubungan yang positif dengan besarnya nilai PDRB sektor listrik, gas, dan air bersih, dalam artian kenaikan pengeluaran untuk belanja barang dan jasa sebesar 1 % akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 0.48% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

10 e. SEKTOR BANGUNAN PC1 Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T < R-Square = 58.89%; Pr > F = ; F hitung = Label Principal Component 1 Bobot pada masing-masing variabel dalam principal component 1 adalah sebagai berikut. PC1 = Z Z Z Z 4 Persamaan model hasil penaksiran 2SLS antara variabel ln(pdrbl) dengan PC1 adalah sebagai berikut. Ln(PDRBB t ) = PC1 Ln(PDRBB t ) = (0.419 Z Z Z Z 4 ) Ln(PDRBB t ) = Z Z Z Z 4 Ln(PDRBB t ) = ln(tkb) ln(bmd) ln(bbj) ln(bpg) PDRBB t = TKB BMD BBJ BPG

11 Interpretasi Model Sektor Bangunan Lanjutan-Sektor Bangunan Penerapan principal component regression untuk menghilangkan multikolinearitas pada model PDRB sektor bangunan diperoleh nilai koefisien determinasi yang masih cukup baik, yaitu sebesar 58.89%. Kenaikan tenaga kerja di sektor bangunan sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor bangunan sebesar 3.43% dengan asumsi variabel lainnya tetap. Kenaikan untuk pengeluaran belanja modal, pengeluaran untuk belanja barang dan jasa, serta pengeluaran untuk belanja pegawai masing-masing sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor bangunan masing-masing sebesar 3.27%, 1.67%, dan 1.57% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

12 f. SEKTOR PERDAGANGAN ln_tkd ln_bmd ln_bpg Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T Label Jumlah tenaga kerja sektor perdagangan Belanja Modal Belanja Pegawai R-Square = ; Pr > F = ; F hitung = Tabel di atas menunjukkan ln(tkd) dan ln(bpg) tidak signifikan secara statistik. Sehingga model persamaannya menjadi sebagai berikut. Ln(PDRBD t ) = ln_BMD PDRBD t = BMD

13 Lanjutan-Sektor Perdagangan Interpretasi Model Sektor Perdagangan Model PDRB sektor perdagangan memiliki hasil penaksiran yang cukup baik, sebagaimana terlihat dari nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar pengeluaran untuk belanja modal mempunyai hubungan yang positif dengan besarnya nilai PDRB sektor perdagangan, dalam artian kenaikan pengeluaran untuk belanja modal sebesar 1 % akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor perdagangan sebesar % dengan asumsi variabel lainnya tetap.

14 g. SEKTOR TRANSPORTASI Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T Label PC <.0001 <.0001 R-Square = 85.76%; Pr > F = <.0001; F hitung = Principal Component 1 Bobot pada masing-masing variabel dalam principal component 1 adalah sebagai berikut. PC1 = Z Z Z Z4 Persamaan model hasil penaksiran 2SLS antara variabel ln(pdrba) dengan PC1 adalah sebagai berikut. Ln(PDRBA t ) = PC1 Ln(PDRBA t ) = (0.382 Z Z Z Z 4 ) Ln(PDRBA t ) = Z Z Z Z 4 Ln(PDRBA t ) = ln(tka) ln(bmd) ln(bbj) ln(bpg) PDRBA t = TKA BMD BBJ BPG

15 Lanjutan-Sektor Transportasi Interpretasi Model Sektor Transportasi Penerapan principal component regression untuk menghilangkan multikolinearitas pada model PDRB sektor transportasi diperoleh nilai koefisien determinasi yang masih baik, yaitu sebesar 85.76%. Kenaikan tenaga kerja di sektor transportasi sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor transportasi sebesar 6.27% dengan asumsi variabel lainnya tetap. Kenaikan untuk pengeluaran belanja modal, pengeluaran untuk belanja barang dan jasa, serta pengeluaran untuk belanja pegawai masing-masing sebesar 1 % akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor transportasi masing-masing sebesar 5.01%, 2.56%, dan 2.43% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

16 h. SEKTOR LEMBAGA KEUANGAN DAN JASA PERUSAHAAN PC1 Penaksira n Parameter Standart Error t hitung Prob > T < R-Square = 56.19%; Pr > F = ; F hitung = Label Principal Component 1 Bobot pada masing-masing variabel dalam principal component 1 adalah sebagai berikut. PC1 = Z Z Z 3 Persamaan model hasil penaksiran 2SLS antara variabel ln(pdrbk) dengan PC1 adalah sebagai berikut. Ln(PDRBK t ) = PC1 Ln(PDRBK t ) = (0.390 Z Z Z 3 ) Ln(PDRBK t ) = Z Z Z 3 Ln(PDRBK t ) = ln(tkk) ln(bmd) ln(bpg) PDRBK t = TKK BMD BPG

17 Lanjutan-Sektor Lembaga Keuangan dan Jasa Perusahaan Interpretasi Model Sektor Lembaga Keuangan dan Jasa Perusahaan Penerapan principal component regression untuk menghilangkan multikolinearitas pada model PDRB sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan diperoleh nilai koefisien determinasi yang cukup baik, yaitu sebesar 56.19%. Kenaikan tenaga kerja di sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan sebesar 2.74% dengan asumsi variabel lainnya tetap. Kenaikan untuk pengeluaran belanja modal dan pengeluaran untuk belanja pegawai masing-masing sebesar 1 % akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan masing-masing sebesar 6.01% dan 2.76%, dengan asumsi variabel lainnya tetap.

18 i. SEKTOR JASA -JASA PC1 Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T <.0001 <.0001 R-Square = 80.42%; Pr > F = <.0001; F hitung = Label Principal Component 1 Bobot pada masing-masing variabel dalam principal component 1 adalah sebagai berikut. PC1 = Z Z Z Z 4 Persamaan model hasil penaksiran 2SLS antara variabel ln(pdrbj) dengan PC1 adalah sebagai berikut. Ln(PDRBJ t ) = PC1 Ln(PDRBJ t ) = (0.194 Z Z Z Z 4 ) Ln(PDRBJ t ) = Z Z Z Z 4 Ln(PDRBJ t ) = ln(tkj) ln(bmd) ln(bbj) ln(bpg) PDRBJ t = TKJ BMD BBJ BPG

19 Interpretasi Model Sektor Jasa-Jasa Lanjutan-Sektor Jasa-Jasa Penerapan principal component regression untuk menghilangkan multikolinearitas pada model PDRB sektor lembaga jasa-jasa diperoleh nilai koefisien determinasi yang baik, yaitu sebesar 80.42%. Kenaikan tenaga kerja di sektor jasa-jasa sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor jasa-jasa sebesar 2.97% dengan asumsi variabel lainnya tetap. Kenaikan untuk pengeluaran belanja modal, pengeluaran untuk belanja barang dan jasa, serta pengeluaran untuk belanja pegawai masing-masing sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB sektor jasa-jasa masingmasing sebesar 5.00%, 2.55%, dan 2.39% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

20 j. PDRB TOTAL PROPINSI JAWA TIMUR Penaksiran Parameter Standart Error t hitung Prob > T Label PC < <.0001 Principal Component 1 R-Square = 99.93%; Pr > F = <.0001; F hitung = Bobot pada masing-masing variabel dalam principal component 1 adalah sebagai berikut. PC1 = Z Z Z Z Z Z Z Z Z 9 Persamaan model hasil penaksiran 2SLS antara variabel ln(pdrb) dengan PC1 adalah sebagai berikut. Ln(PDRB t ) = (0.330 Z Z Z Z Z Z Z Z Z 9 ) Ln(PDRB t ) = Z Z Z Z Z Z Z Z Z 9

21 Lanjutan-PDRB TOTAL Ln(PDRB t ) = ln(pdrbp) ln(pdrbt) ln(pdrbi) ln(pdrbl) ln(pdrbb) ln(pdrbd) ln(pdrba) ln(pdrbk) ln(pdrbj) PDRB t = PDRBP PDRBT PDRBI PDRBL PDRBB PDRBD PDRBA PDRBK PDRBJ Interpretasi Model PDRB Total Penerapan principal component regression untuk menghilangkan multikolinearitas pada model PDRB Total diperoleh nilai koefisien determinasi yang sangat baik, yaitu sebesar 99.93%. Kenaikan pada sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik-gas-dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor transportasi, sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa masing-masing sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai PDRB total masing-masing sebesar 0.037%, 0.024%, 0.035%, 0.029%, 0.032%, 0.031%, 0.037%, 0.034%, dan 0.035% dengan asumsi variabel lainnya tetap.

22 BagianIV KESIMPULAN DAN SARAN Seminar Tugas Akhir

23 KESIMPULAN 1. Model persamaan simultan pada sektor pertanian adalah sebagai berikut. PDRBP t = WGP BMD BBJ Faktor yang mempengaruhi adalah upah di sektor pertanian, pengeluaran untuk belanja modal, dan pengeluaran untuk belanja barang dan jasa. 2. Model persamaan simultan pada sektor pertambangan adalah sebagai berikut. PDRBT t * = TKT* Faktor yang mempengaruhi adalah tenaga kerja di sektor pertambangan.

24 KESIMPULAN (Lanjutan) 3. Model persamaan simultan pada sektor industri pengolahan adalah sebagai berikut. PDRBI t = TKI BMD BBJ BPG Faktor yang mempengaruhi adalah tenaga kerja di sektor industri pengolahan, pengeluaran untuk belanja modal, pengeluaran untuk belanja barang dan jasa, serta pengeluaran untuk belanja pegawai. 4. Model persamaan simultan pada sektor listrik, gas, dan air bersih adalah sebagai berikut. PDRBL t = BBJ Faktor yang mempengaruhi adalah pengeluaran untuk belanja barang dan jasa.

25 KESIMPULAN (Lanjutan) 5. Model persamaan simultan pada sektor bangunan adalah sebagai berikut. PDRBB t = TKB BMD BBJ BPG Faktor yang mempengaruhi adalah tenaga kerja di sektor bangunan, pengeluaran untuk belanja modal, pengeluaran untuk belanja barang dan jasa, serta pengeluaran untuk belanja pegawai. 6. Model persamaan simultan pada sektor perdagangan adalah sebagai berikut. PDRBD t = BMD Faktor yang mempengaruhi adalah pengeluaran untuk belanja modal.

26 KESIMPULAN (Lanjutan) 7. Model persamaan simultan pada sektor transportasi dan angkutan adalah sebagai berikut. PDRBA t = TKA BMD BBJ BPG Faktor yang mempengaruhi adalah tenaga kerja di sektor transportasi dan angkutan, pengeluaran untuk belanja modal, pengeluaran untuk belanja barang dan jasa, serta pengeluaran untuk belanja pegawai. 8. Model persamaan simultan pada sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan adalah sebagai berikut. PDRBK t = TKK BMD BPG Faktor yang mempengaruhi adalah tenaga kerja di sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan, pengeluaran untuk belanja modal, serta pengeluaran untuk belanja pegawai.

27 KESIMPULAN (Lanjutan) 9. Model persamaan simultan pada sektor jasa-jasa adalah sebagai berikut. PDRBJ t = TKJ BMD BBJ BPG Faktor yang mempengaruhi adalah tenaga kerja di sektor jasa-jasa, pengeluaran untuk belanja modal, pengeluaran untuk belanja barang dan jasa, serta pengeluaran untuk belanja pegawai. 10. Model persamaan simultan pada PDRB Total Propinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut. PDRB t = PDRBP PDRBT PDRBI PDRBL PDRBB PDRBD PDRBA PDRBK PDRBJ Sembilan sektor dalam PDRB berpengaruh terhadap nilai PDRB Total Propinsi Jawa Timur.

28 SARAN 1. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penting yang tidak dimasukkan, yaitu investasi swasta dan investasi pemerintah daerah. Sehingga untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memasukkan dua variabel ini. 2. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data time series mulai tahun 1992 sampai dengan tahun 2007, dimana pada sekitaran tahun 1998 terjadi krisis moneter di Indonesia, sehingga kemungkinan material data pada sekitaran tahun itu kurang bagus. Sehingga untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data triwulanan setelah krisis moneter berlalu.

29 DAFTAR PUSTAKA Bappenas, Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor. Diakses dalam pada 4 desember BPS, Pedoman Praktik Perhitungan PDRB Kabupaten/Kota madya Buku I. Badan Pusat Statistik. Jakarta. BPS, Pedoman Praktik Perhitungan PDRB Kabupaten/Kota madya Buku II. Badan Pusat Statistik. Jakarta. BPS, Pendapatan Nasional Indonesia Badan Pusat Statistik. Jakarta. BPS, Jawa Timur dalam Angka Tahun Badan Pusat Statistik Propinsi Jatim. Surabaya. Gujarati, D. N., Basic Econometrics. Third Edition. Mc Graw-Hill, Inc. New York Pembangunan Ekonomi diakses 9 Februari 2010 jam WIB. Koutsoyiannis, A., Theory of econometrics : an introductory exposition of econometric methods. Macmillan. London. Kuncoro, Mudrajad Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. UPP AMP YKPN. Yogjakarta.

30 DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan) Harahap, L.M., Analisis Perkembangan Sektoral dalam Kegiatan Pembangunan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Langkat. Tesis Magister, Universitas Sumatera Utara. Medan. Nurrochmat, D.R., Sudradjat, A., Ramdan, H., Haryadi, D., dand.s. IrawantoEds., Reposisi Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan. Jakarta. Rahutomo, AnalisisPerubahanStrukturEkonomidanFaktor-Faktoryang MempengaruhiPDRB dipropinsidaerah Istimewa Yogyakarta. TugasAkhirSarjana, Universitas Sebelas Maret. Solo. Sarwoko, Dasar-Dasar Ekonometrika. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Siregar, H., dan Sukwika, T., Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pasar Tenaga Kerja dan Implikasi Kebijakannya Terhadap Sektor Pertanian di Kabupaten Bogor. Makalah Riset, Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Sumodiningrat, G., Ekonometrika Pengantar. BPFE. Yogyakarta. Supranto, J Ekonometrik Buku Dua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Widarjono, A., Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis Edisi Kedua. EKONISIA. Yogyakarta.

31

PEMODELAN PDRB PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN

PEMODELAN PDRB PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN PEMODELAN PDRB PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN Risna Yasina A., Dr. Ir. Seiawan, MS, dan Muhammad Sjahid Akbar, MSi Mahasiswa Jurusan Saisika FMIPA-ITS, Dosen Jurusan Saisika

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Oleh: Ainul Fatwa Khoiruroh (1310100096) Pembimbing: Dr. Setiawan, M.S. JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012, maka diperoleh kesimpulan yang

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2) ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA WANITA INDUSTRI KECIL KAIN TENUN IKAT DI KELURAHAN BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI DALAM RANGKA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Kasirotur Rohmah 1), Hastuti 2), dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 52-58 PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB Soemartini Statistika FMIPA UNPAD Email: tine_soemartini@yahoo.com

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012 Disusun oleh : Agustina Mega Puspitasari Putri NPM : 10 11 18448 Pembimbing D. Sriyono Program Studi Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap variabel Y (PAD) Kabupaten Kapuas Hulu. signifikan terhadap variabel Y (PAD) Kabupaten Kapuas Hulu.

BAB V PENUTUP. terhadap variabel Y (PAD) Kabupaten Kapuas Hulu. signifikan terhadap variabel Y (PAD) Kabupaten Kapuas Hulu. 64 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Variabel X 1 (PDRB) Kabupaten Kapuas Hulu berpengaruh secara signifikan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi indeks

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi indeks BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Papua Barat adalah variabel angka melek huruf (AMH), rata-rata

Lebih terperinci

Model Ekonometrika Spasial Pertumbuhan Propinsi Kepulauan Riau, Sebagai Dasar Pengembangan Sistem Pertahanan.

Model Ekonometrika Spasial Pertumbuhan Propinsi Kepulauan Riau, Sebagai Dasar Pengembangan Sistem Pertahanan. Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 Model Ekonometrika Spasial Pertumbuhan Propinsi Kepulauan Riau, Sebagai Dasar Pengembangan Sistem Pertahanan. Susanti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di provinsi Kalimantan Timur tahun 2002-2013, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

2. Nama Penulis: Atik Ismuningsih ( )

2. Nama Penulis: Atik Ismuningsih ( ) 1. Judul: FAKTOR PERTUMBUHAN PENDUDUK, TINGKAT MELEK HURUF, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, 2004 2009 2. Nama Penulis: Atik Ismuningsih (143070002)

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN SKRIPSI. Derajad Sarjana Ekonomi. Oleh :

ANALISIS POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN SKRIPSI. Derajad Sarjana Ekonomi. Oleh : ANALISIS POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2009-2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi Oleh : Alfa Radhiya Ramadhani 201110180311024

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 1999-2008 SKRIPSI Disusun Oleh : Nama : Tri Handayani Nomor Mahasiswa : 143040032 Program Studi : Ekonomi Pembangunan Jurusan :

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. (2004). Bantul Dalam Angka Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. (2004). Bantul Dalam Angka Yogyakarta: Badan Pusat Statistik. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. (1999). Ekonomi Pembangunan, 4 th ed. Yogyakarta: STIE YKPN. Arsyad, Lincolin. (2010). Ekonomi Pembangunan, 5 th ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Badan (2004). Bantul Dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Desember 2009 dalam kondisi jangka pendek.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Desember 2009 dalam kondisi jangka pendek. 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Secara individu variabel Jumlah Uang Beredar (M1) tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen yang di teliti kemudian dianalisis

Lebih terperinci

ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR

ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR ESTIMASI MODEL SIMULTAN SPASIAL PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Firda Fadri Manajemen Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Walisongo Gempol Email: firda.fadri@gmail.com ABSTRAK Model ekonometri spasial

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan 1 Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Ainul Fatwa Khoiruroh, Setiawan Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN Oleh: M. Rondhi, Ph.D Standar Kompetensi Kompetensi dasar Metode Pembelajaran : Mahasiswa dapat menganalisis model simultan : 1. Mahasiswa menjelaskan contoh perekonomian

Lebih terperinci

UJI ASUMSI KLASIK DENGAN SPSS 16.0. Disusun oleh: Andryan Setyadharma

UJI ASUMSI KLASIK DENGAN SPSS 16.0. Disusun oleh: Andryan Setyadharma UJI ASUMSI KLASIK DENGAN SPSS 16.0 Disusun oleh: Andryan Setyadharma FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010 1. MENGAPA UJI ASUMSI KLASIK PENTING? Model regresi linier berganda (multiple regression)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga SBI terhadap inflasi di Indonesia tahun 1984-2009 adalah sebagai

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Gujarati. (2003). Basic Econometric. Singapore : McGraw Hill

DAFTAR PUSTAKA. Gujarati. (2003). Basic Econometric. Singapore : McGraw Hill DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku : Al-Qur an dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama, 2000. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Dendawijaya, L. (2009). Manajemen

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, PENDIDIKAN, DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, PENDIDIKAN, DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, PENDIDIKAN, DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007-2011 SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai Derajat

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA DAN APLIKASI DALAM EKONOMI (Dilengkapi Aplikasi EVIEWS 7)

EKONOMETRIKA DAN APLIKASI DALAM EKONOMI (Dilengkapi Aplikasi EVIEWS 7) LEMBAR PENGESAHAN EKONOMETRIKA DAN APLIKASI DALAM EKONOMI (Dilengkapi Aplikasi EVIEWS 7) AGUS TRI BASUKI Yogyakarta, 1 Februari 2017 EKONOMETRIKA DAN APLIKASI DALAM EKONOMI Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama ( assaury, 1991). Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 26 ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) 1) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal

Lebih terperinci

VIII. DAFTAR PUSTAKA

VIII. DAFTAR PUSTAKA VIII. DAFTAR PUSTAKA Anugrah F. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Ke Pengguna Non Pertanian Di Kabupaten Tanggerang. Skripsi. Institut Astuti DI. 2011. Keterkaitan Harga

Lebih terperinci

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity 1 ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR PERTANIAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEMPATAN KERJA SERTA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Erlina Rufaidah 1, Dwi Wulan Sari 2 Program Studi

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN DEWANTARA Terbit online :

JURNAL MANAJEMEN DEWANTARA Terbit online : JURNAL MANAJEMEN DEWANTARA Terbit online : http://jurnal.ustjogja.ac.id PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2015

Lebih terperinci

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG Anang Rahmat Jatmiko Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Jl. Gus Dur 29 A Jombang Email : anang_jatmiko@undar.ac.id

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi. Oleh: Ghisol

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi. Oleh: Ghisol ANALISIS INVESTASI, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SEKTOR INDUSTRI SEDANG DAN BESAR DI KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2001-2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

LAMPIRAN I HASIL REGRESI DAN UJI ASUMSI KLASIK PENDUGAAN PARAMETER MODEL SIMULTAN

LAMPIRAN I HASIL REGRESI DAN UJI ASUMSI KLASIK PENDUGAAN PARAMETER MODEL SIMULTAN DAFTAR PUSTAKA Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia : Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta : Erlangga. Bratakusumah, Deddy Supriady dan Dadang, Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Pengaruh Investasi Kelapa Sawit dan Tenaga Kerja terhadap PDRB pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur

Pengaruh Investasi Kelapa Sawit dan Tenaga Kerja terhadap PDRB pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur Pengaruh Investasi Kelapa Sawit dan Tenaga Kerja terhadap PDRB pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur Bagus Ariyanto, Fitriadi 1, Akhmad Noor 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur M.Fariz Fadillah Mardianto,

Lebih terperinci

REGRESI LINIER BERGANDA

REGRESI LINIER BERGANDA REGRESI LINIER BERGANDA 1. PENDAHULUAN Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier berganda sebagai alat analisis data. Dalam

Lebih terperinci

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 ISSN: 2303-1751 Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 e-jurnal Matematika, Vol. 1, No. 1, Agustus 2012, 99-102 ISSN: 2303-1751 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PDB INDONESIA DENGAN PERSAMAAN SIMULTAN 2SLS NI MADE

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ascarya Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Ascarya Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Alkadri. 1999. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selama 1969-1996. Jurnal Studi Indonesia, 9 (2): 1-13. www.psi.ut.ac.id/jsi/92alkadri Ascarya. 2002. Instrumen-Instrumen Pengendalian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik DIY Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Daerah Istimewa Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik DIY Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Daerah Istimewa Yogyakarta. 94 DAFTAR PUSTAKA Aprilia, Anggi. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus di Malang Raya Tahun 2004-2013).

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim, Statistik DIY Dalam Angka, Berbagai edisi, BPS, Jogjakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim, Statistik DIY Dalam Angka, Berbagai edisi, BPS, Jogjakarta. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Statistik DIY Dalam Angka, Berbagai edisi, BPS, Jogjakarta. Anonim, Laporan tahunan Bank Indonesia, Berbagai edisi, Bank Indonesia, Jogjakarta. Anonim, Indikator Ekonomi, Berbagai

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN LUMAJANG TAHUN SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN LUMAJANG TAHUN SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2001-2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Sarjana Ekonomi Oleh : Muhammad Zainuddin 09630122 ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI USAHA TIMAH TAMBANG INKONVENSIONAL (TI) DI KECAMATAN BELINYU KABUPATEN BANGKA PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

ANALISIS EKONOMI USAHA TIMAH TAMBANG INKONVENSIONAL (TI) DI KECAMATAN BELINYU KABUPATEN BANGKA PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG ANALISIS EKONOMI USAHA TIMAH TAMBANG INKONVENSIONAL (TI) DI KECAMATAN BELINYU KABUPATEN BANGKA PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG OLEH MEYRINA WIDYASTUTI H14102084 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari diakses pada. tanggal 2 Februari 2016 pada jam WIB.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari  diakses pada. tanggal 2 Februari 2016 pada jam WIB. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 2 Februari 2016 pada jam 20.20 WIB. Badan Pusat Statistik (BPS). Bukittinggi Dalam Angka 2015. Katalog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa tahap perubahan. Salah satunya adalah ketika terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lakukan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan data tahun 2005 sampai dengan data tahun 2009. Pemilihan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI PADA TINGKAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI PADA TINGKAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI PADA TINGKAT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2005-2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Sarjana Ekonomi Oleh: Shiggit Dirgantara 09630095 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) DAMPAK PERTUMBUHAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI Imelia, Hardiani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMASARAN JASA TERHADAP JASA PELAYANAN NASABAH PADA PERUSDA BANK KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: THIFANI ULFAH B

PENGARUH STRATEGI PEMASARAN JASA TERHADAP JASA PELAYANAN NASABAH PADA PERUSDA BANK KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: THIFANI ULFAH B PENGARUH STRATEGI PEMASARAN JASA TERHADAP JASA PELAYANAN NASABAH PADA PERUSDA BANK KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: THIFANI ULFAH B100110061 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sasaran penelitian ini berkaitan dengan obyek yang akan ditulis, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sasaran penelitian ini berkaitan dengan obyek yang akan ditulis, maka BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Sasaran penelitian ini berkaitan dengan obyek yang akan ditulis, maka populasi dalam penelitian difokuskan di Kabupaten Banjarnegara. Dimana data

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli. sarana pendukung, dan jumlah obyek wisata.

BAB III METODE PENELITIAN. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli. sarana pendukung, dan jumlah obyek wisata. a. Obyek/Subyek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Daerah penelitian yang digunakan adalah Provinsi DIY. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli daerah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Konvergensi antar Provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Konvergensi antar Provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Konvergensi antar Provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil regresi pada analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dan membuat generalisasi atas rerata. 73. pengaruh Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), dan Jumlah Uang

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dan membuat generalisasi atas rerata. 73. pengaruh Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), dan Jumlah Uang 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah positivisme yaitu ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi daerah ialah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga

Lebih terperinci

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH ANALISIS PENGARUH HUMAN CAPITAL INVESTMENT TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH Disusun Oleh : NUR KODAR B 300 090 030 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI. Oleh: Ari Trisnawati JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI. Oleh: Ari Trisnawati JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh: Ari Trisnawati 201010180312098 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini.

BAB V PENUTUP. sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SAAN. Berikut ini akan diuraikan secara rinci: terhadap IHSG pada periode Januari 2004 Desember 2008.

BAB V KESIMPULAN DAN SAAN. Berikut ini akan diuraikan secara rinci: terhadap IHSG pada periode Januari 2004 Desember 2008. 63 BAB V KESIMPULAN DAN SAAN Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab empat, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Dari hasil penelitian tentang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 Mangaradot Saur A. Sinaga Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan E-mail : Mangaradot@gmail.com

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume xx, No. x (tahun), hal xx xx. ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul)

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) Rendhila Try Sadhita Drs. Y. Sri Susilo, M.Si. Program Studi

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI DAMPAK PENDAPATAN DAN SUKU BUNGA TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT DI SUMATERA BARAT SELAMA PERIODE 1993-2008 Oleh : GLIANTIKA 07 951 022 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 1. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel likuiditas (X 1 ), leverage (X 2 ),

BAB V KESIMPULAN. 1. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel likuiditas (X 1 ), leverage (X 2 ), BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan pengolahan data, analisis hasil penelitian dan dari pengujian hipotesis serta pembahasan yang terkait dengan permasalahan dapat diambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Amang, B Kebijaksanaan Pangan Nasional. Dharma Karsa Utama. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Amang, B Kebijaksanaan Pangan Nasional. Dharma Karsa Utama. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Amang, B. 2004. Kebijaksanaan Pangan Nasional. Dharma Karsa Utama. Jakarta. Ambarinanti, M. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Beras Indonesia. Program Studi

Lebih terperinci

Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bungo

Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bungo Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 2 No. 1, Juli-September 2014 ISSN: 2338-4603 Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bungo Eva Riani; Haryadi; Amril Program Magister Ilmu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil. kesimpulan yaitu

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil. kesimpulan yaitu BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan yaitu 1) Dalam jangka pendek jumlah uang beredar tidak berpengaruh atau tidak signifikan terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subosukawonosraten Provinsi Jawa Tengah periode , maka. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subosukawonosraten Provinsi Jawa Tengah periode , maka. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasi analisis data yang dilakukan tentang pengaruh PDRB, Upah Minimum Kabupaten/Kota, Inflasi dan Pengeluaran Pemerintah terhadap penyerapan tenaga

Lebih terperinci

Pengujian Kestabilan Parameter pada Model Regresi Menggunakan Dummy Variabel

Pengujian Kestabilan Parameter pada Model Regresi Menggunakan Dummy Variabel Statistika, Vol. 10 No. 2, 99 105 Nopember 2010 Pengujian Kestabilan Parameter pada Model Regresi Menggunakan Dummy Variabel Teti Sofia Yanti Program Studi Statistika Universitas Islam Bandung Email: buitet@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi Oleh: SETYO EDI UTOMO 201010180311057 ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK Penelitian ini mengambil judul kajian Pengaruh Belanja Daerah Terhadap

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004-2008 DENGAN REGRESI PANEL Desi Yuniarti 1, Susanti Linuwih 2, Setiawan 3 1 Mahasiswa S2 Jurusan Statistika FMIPA ITS, Surabaya, 60111

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami 44 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Menurut Laporan Perekonomian Indonesia dari Bank Indonesia (2003-2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang digunakan terkait dengan penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang digunakan terkait dengan penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan jenis penelitian, metode penelitan, variabel penelitian, definisi operaional, sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1991-2011

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1991-2011 ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1991-2011 ARTIKEL PUBLIKASI Disusun Oleh : SULISTIYANTO DHANANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : terhadap permintaan uang (M2) 2000:Q1 2008:Q2.

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : terhadap permintaan uang (M2) 2000:Q1 2008:Q2. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan nasional (Y) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang (M2) 2000:Q1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai 51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Pertanyaan beranjak dari benarkah semua indikator ekonomi

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATAKULIAH NOMOR KODE/SKS KREDIT SEMESTER DESKRIPSI SINGKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Ekonometrika I EKO 304 3 (2-3) Genap Mata kuliah ini menjelaskan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh Indra Susila 1, Yolamalinda 2, Rian Hidayat 3 ABSTRACT This study aims to

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana

Lebih terperinci