Keywords: offshore seismic, multiple; Radon Method; tau p domain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keywords: offshore seismic, multiple; Radon Method; tau p domain"

Transkripsi

1 PEREDUKSIAN MULTIPEL DATA SEISMIK OFFSHORE MENGGUNAKAN METODE RADON *Ahmad Musto in, *Widya Utama DEA, **Wawan Satriawan, ***Nurudin Mahmud *Laboratorium Geofisika Fisika FMIPA ITS ** PT.Premier Oil Indonesia *** PT.Fairfield Indonesia Abstract Multipel merupakan fenomena perulangan refleksi akibat sinyal seismik yang teperangkap pada suatu lapisan yang cukup kontras. Data multipel terbentuk akibat adanya gelombang seismik yang tertangkap oleh receiver dan gelombang tersebut adalah gelombang yang tidak langsung berasal dari lapisan reflector target. Data multipel merupakan data pengganggu yang ada dalam data rekaman seismik. Akibatnya data multipel memberikan informasi yang salah tentang perlapisan batuan bawah permukaan dan tentunya data seismik yang mengandung data multipel akan menjadi data yang kurang tepat dalam pengolahan data seismik lebih lanjut, misalnya inversi maupun migrasi, yang pada akhirnya memperngaruhi kualitas interpretasi. Metode Radon merupakan salah-satu metode yang digunakan untuk mereduksi multipel data seismik. Dalam proses demultiple, metode ini merubah domain data seismik dari domain time-offset (waktu-jarak) menjadi domain tau-p (intercept time-ray parameter). Hal ini dilakukan karena pada domain tau-p suatu multipel akan mudah dibedakan terhadap data primernya, sehingga nantinya akan mudah juga dibuat suatu desain filter untuk menghilangkan multipel tersebut. Lebih lanjut, data demultipel akan dikembalikan kembali ke dalam domain awal time-offset. Hasilmya menunjukkan adanya perbaikan kualitas data penampang sesimik yang bersih dari efek multipel. Kecepatan rms dari analisa velocity yang sebelumnya telah dilakukan, diperlukan untuk merubah domain data seismik. Keywords: offshore seismic, multiple; Radon Method; tau p domain 1. Pendahuluan Dalam akuisisi data di lepas pantai, multipel disebabkan oleh adanya gelombang yang terperangkap dalam lapisan air laut maupun lapisan batuan. Pada eksplorasi lepas pantai, ketika proses pemantulan ke atas gelombang seismik, gelombang ini tidak hanya di tangkap oleh hidrophone, akan tetapi ada juga gelombang yang terlebih dahulu terpantulkan oleh batas muka air dan dasar laut serta terperangkap dalam lapisan batuan bawah permukaan, sehingga ketika gelombang ini ditangkap oleh hidrophone akan memberikan informasi waktu rambat gelombang yang lebih lama dari pada ketika gelombang tersebut langsung di tangkap oleh hidrophone (Daryn Voss, S. Hearn, 003). Dari informasi waktu rambat gelombang yang lebih lama ini, ada efek yang ditimbulkan oleh seolah-olah lapisan baru, yang disebut multipel. Radon demultipel merupakan salah satu metode yang dikembangkan untuk meminimalisir multipel. Metode ini menerapkan prinsip merubah domain dari data seismik yang berupa time-offset (waktu jarak) kedalam domain tau - p (τ p). Pada domain τ p, multiple event akan mudah dibedakan terhadap kejadian event primernya. Dengan demikian, melalui filter muting, multipel di data seismik dapat dihilangkan untuk memperoleh data seismik yang hanya berisi kejadian event primer.. Tinjauan Pustaka.1.Multipel Gelombang Seismik Multipel merupakan salah-satu bagian dari gangguan koheren (coherent noise). Ciri-ciri dari gangguan koheren adalah gangguan tersebut tidak dapat diprediksi ketika pengambilan data seismik di lapangan serta memiliki suatu keteraturan dalam keberadaan di data seismik. Multipel dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan lama waktu penjalaran gelombang, yaitu short period multiple dan long period multiple. Short period multiple memiliki waktu tiba gelombang yang tidak terlalu jauh dari waktu tiba gelombang event primer, sehingga multipel dalam data seismik tergambarkan tidak jauh dari event primer. Long period multiple memiliki waktu tiba gelombang yang sangat besar dari pada waktu tiba gelombang primer, sehingga multipel jenis long period multiple akan tergambarkan jauh dari event primer. Pada pengambilan data seismik di lepas pantai, multipel timbul karena penerima (hidrophone)

2 menangkap gelombang seismik yang menjalar lebih lama dari pada semestinya. Setelah terpantulkan oleh reflektor utama, gelombang ini tidak langsung ditangkap oleh penerima, akan tetapi terlebih dahulu terperangkap oleh suatu lapisan dibawah permukaan. Hal ini diperlihatkan oleh gambar 1 yang merupakan kinematika dari suatu multipel. Multipel dapat katagorikan dalam beberapa jenis akibat proses pembentukannya. Pada gambar 1 diperlihatkan jenis-jenis multipel berdasarkan proses pembentukannya. Gambar 1. Sketsa pembentukan multipel oleh gelombang seismik. (a). Multipel dasar laut dari orde pertama dan kedua, (b). Multipel permukaan bebas dari orde pertama dan kedua, (c). Peg-leg multipel dari orde pertama dan kedua, (d). Multipel dalam lapisan dari orde pertama dan kedua, (e). Multipel antar lapisan dari orde pertama dan kedua (O.Yilmaz, 001). Untuk dapat mengidentifikasi keberadaan multipel dalam suatu data seismik, dapat dilihat dari parameter event seismik, seperti nilai kecepatan dan perulangannya. Untuk dapat melihat kedua parameter tersebut dapat digunakan beberapa tampilan domain seismik, seperti domain shot record gather, CDP gather, CMP stack gather. Suatu multipel akan memiliki kecepatan yang lebih kecil dibandingkan dengan event primer pada kedalaman waktu yang sama. Selain itu suatu multipel terkadang tergambar secara berulang setiap selang waktu tertentu...koreksi NMO Koreksi normal moveout (NMO) dilakukan untuk menghilangkan efek jarak (offset) pada data seismik, sehingga sumber peledak dan penerima (receiver) di bawa pada satu sumbu garis vertikal. Hal ini dilakukan karena pada pengambilan data seismik dilapangan digunakan satu buah sumber peledak dan beberapa penerima sampai pada jarak tertentu. Ketika peledak di aktifkan, maka penerima akan menangkap gelombang seismik dari sumber, yang telah dipantulkan oleh lapisan batuan bawah permukaan. Semakin jauh penerima, maka waktu penangkapan gelombang seismik akan semakin lama, sehingga event yang tergambarkan pada data seismik berupa bentuk hiperbola seperti yang ditunjukkan pada gambar (a). Tentunya event yang tergambarkan dalam bentuk hiperbola ini tidak mewakili kondisi struktur sebenarnya, sehingga informasi waktu gelombang yang ditangkap oleh penerima, khususnya yang memiliki posisi jauh terhadap sumber perlu dilakukan koreksi NMO. Dengan koreksi NMO maka sumber dan penerima dibawa seakan-akan pada posisi yang sama, sehingga gelombang seismik dari sumber ke penerima bergerak dalam arah vertikal dan informasi yang dibawa oleh gelombang seismik akan merepresentasikan kondisi struktur yang sebenarnya. Gambar 3 merupakan suatu contoh lapisan batuan satu lapis. Suatu gelombang yang terpantulkan pada titik refleksi D, bergerak sari sumber (S) menuju penerima (G) menempuh waktu lintasan selama t(x). Dengan menggunakan teorema pitagoras, persamaan waktu tempuh gelombang ini dapat ditulis dalam fungsi jarak dapat ditulis seperti pada persamaan 1 x t ( x) t (0) (1) v Dimana x adalah jarak antara posisi sumber dan penerima, v adalah kecepatan penjalaran gelombang pada medium di atas bidang pemantul, t(0) adalah two way time (twt) pada lintasan vertikal MD, M adalah proyeksi vertikal titik pantul D.

3 Perbedaan antara twt pada jarak tertentu (t(x)) dengan twt pada jarak nol (t(0)) merupakan normal moveout. Dengan menggunakan persamaan 1 dan dengan menggunakan parameter x, t(x) serta t(0) yang sudah diketahui maka diperoleh : x t( x) t(0) () v t0 Dari persamaan diketahui bahwa selisih waktu NMO (ΔtNMO) dipengaruhi oleh kecepatan penjalaran gelombang seismik pada medium batuan. Dari persamaan juga diketahui bahwa semakin besar jarak sumber-penerima, maka moveout semakin besar. Selain itu semakin besar kedalaman lapisan pada jarak sumber-penerima yang tetap, maka moveout semakin kecil. sudah tepat. Koreksi NMO dilakukan semaksimal mungkin hingga diperoleh event reflektor yang lurus horisontal, sehingga apabila data hasil koreksi NMO dilakukan stack maka akan menghasilkan event dengan amplitudo yang saling menguatkan..3.parameter Sinar Gambar.8 merupakan penggambaran suatu berkas sinar yang melewati medium berlapis. Apabila setiap lapisan medium memiliki karakteristik densitas yang berbeda, maka kecepatan berkas sinar disetiap lapisan akan bernilai berbeda pula. Akan tetapi secara umum suatu sinar akan memiliki kecepatan gelombang yang lebih besar pada lapisan yang memiliki densitas yang lebih besar pula. Gambar. Koreksi NMO pada suatu CMP gather, (a) Sebelum dilakukannya koreksi NMO, (b) Setelah dilakukannya koreksi NMO (Tricahyono, wahyu, 000). Gambar 3. Geometri penjalaran gelombang pada lapisan horisontal tunggal (Tricahyono, wahyu, 000). Gambar 4. Berkas sinar yang melewati beberapa lapisan medium tertentu (O.Yilmaz, 001). Pada penjalaran berkas sinar seperti yang ditunjukkan pada gambar 4 berlaku hokum snellius, yaitu: sin 1 sin sin n... kons tan p (3) v1 v vn Pada gambar 4 merupakan penggambaran suatu berkas sinar yang merambat pada suatu medium tertentu. Berkas sinar tersebut merambat dengan sudut θ terhadap sumbu vertikal dan dengan kecepatan sebesar v. Suatu gambaran data seismik sebelum dan sesudah dilakukannya koreksi NMO dapat dilihat pada gambar. Gambar tersebut merupakan data seismik pada CMP gather, gambar (b) merupakan data sesudah dilakukannya koreksi NMO menggunakan kecepatan yang dianggap

4 Gambar 5. Geometri penjalaran berkas sinar pada suatu medium (O.Yilmaz, 001).. Pada titik S1, A dan S membentuk segitiga sikusiku, sehingga pada segitiga tersebut berlaku teorema pitagoras dan dapat ditulis sebagai berikut : v t sin x Dari persamaan tersebut dapat diketahui jeda waktu suatu berkas sinar bergerak dari titik S1 ke titik A adalah sebagai berikut: xsin t v Apabila meninjau persamaan 3, maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut: t p x (4) P merupakan konstanta dari penjalaran sinar, yang sering disebut juga sebagai parameter sinar. Nilai parameter sinar tersebut dipengaruhi oleh besarnya sudut datang sinar terhadap sumbu vertikal dan kecepatan sinar tersebut dalam merambat dalam medium..4.metode Radon Metode radon merupakan metode untuk mereduksi multipel dalam data seismik. Prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah merubah domain data seismik menggunakan pendekatan moveout parabola. Dengan menggunakan pendekatan moveout parabola, domain waktujarak (t-x) dirubah menjadi domain tau-p (intercept time-parameter sinar). Hal ini dilakukan karena pada domain tau-p suatu multipel akan mudah dibedakan terhadap data primernya. (a) (b) (c) Gambar 6. Pemetaan domain CMP gather (a) menjadi domain slant-stack (b) dan domain radon (c) (O.Yilmaz, 001) Pada gambar 6 (a) merupakan data seismik dalam domain CMP gather. Data ini dapat ditransformasikan domainnya menjadi domain slant-stack (b) dan radon (c). Pada transformasi slant-stack melibatkan proses koreksi linear moveout,sedangkan pada transformasi radon menggunakan koreksi parabolik moveout. Secara matematis hubungan transformasi timeoffset menjadi slant-stack adalah sebagai berikut: t px (5) p adalah parameter sinar, t adalah two-way travel time, τ adalah two-way intercept time dan x adalah jarak sumber-penerima. Gambar 6 (c) merupakan domain radon. Untuk merubah domain data seiamik dari waktu-jarak (tx) menjadi domain tau-p, terlebih dahulu data seismik dilakukan koreksi NMO. Hal ini dilakukan untuk membawa posisi sumber dan penerima pada titik yang sama, sehingga suatu sinar dari gelombang seismik tergambarkan menjadi suatu sinar yang merambat secara vertikal. Indikasi bahwa sinar seismik bergerak secara vertikal adalah diperolehnya bentuk reflektor yang lurus horisontal, sehingga apabila kita meninjau persamaan 3, maka sinar tersebut akan memiliki nilai p sebesar nol. Hal ini karena sinar yang bergerak vertikal sejajar dengan sumbu vertikal, sehingga sudut θ nya adalah nol. Akan tetapi pada data yang telah dikoreksi NMO masih ada event yang berbentuk hiperbolik. Pada data yang berbentuk hiperbolik dapat dikatakan banwa event tersebut berasal dari suatu berkas

5 sinar yang mengalami penjalaran gelombang dengan geometri seperti pada gambar 3. Pada gambar 3 dapat dikatankan bahwa suatu sinar bergerak dengan sudut θ terhadap sumbu vertikal, sehingga penjalaran sinar tersebut dapat didekati dengan persamaan sebagai beriku : x t( x) t(0) v t 0 t( x) t(0) px dan moveout adalah, maka pada persamaan parabola: moveout p (6) x moveout adalah selisih waktu seperti ditunjukkan pada Δt NMO pada gambar dan x adalah jarak suatu titik reflektor (garis merah) terhadap titik x nol secara horisontal seperti pada gambar. kondisi yang diinginkan yaitu membentuk event horisontal lurus. Pada pelaksanaannya, koreksi NMO seismik refleksi tidak menggunakan moveout hiperbola, akan tetapi persamaan koreksi moveout hiperbola dimodifikasi mendekati persamaan parabola. Hal ini dilakukan karena koreksi moveout hiperbola bersifat rumit dalam penyelesaiannya, sehingga digunakan pendekatan parabola untuk mempermudah penyelesaian sehingga koreksi NMO pada event seismik refleksi lebih efisien. 3. Metodologi Proses demutipel dengan metode Radon dapat disajikan dalam bagan sederhana: Masukan Radon (waktu- Forward NMO Dari persamaan 6 diketahui bahwa event yang berbentuk hiperbola memiliki nilai p tertentu. Dari perbedaan nilai p, maka dapat dilakukan pemisahaan antara event primer dengan multipe..5.jenis-jenis Moveout Masukan Radon(τ p) Transformasi Domain Filter Muting Multipel Moveout juga dapat didefinisikan sebagai pergeseran waktu pada jarak sumber-penerima tertentu. Berdasarkan sifatnya moveout dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : 1. Moveout linier : p adalah 1/v dimana v berasal dari persamaan: moveout = x/v.. Moveout parabola : nilai p berasal dari moveout=px, dimana moveout adalah pada jarak x. 3. Moveout hiperbola : p adalah 1/v, dimana v adalah kecepatan yang digunakan untuk perhitungan moveout pada waktu referensi untuk moveout hiperbolik tersebut. Untuk melakukan koreksi NMO secara tepat maka harus digunakan koreksi NMO yang sesuai dengan bentuk event yang akan di koreksi. Event seismik refleksi yang tergambarkan pada data seismik memiliki bentuk hiperbola, tentunya kalau ingin melakukan koreksi NMO terhadap event ini harus menggunakan moveout hiperbola. Apabila seismik refleksi dikoreksi menggunakan koreksi moveout linear, maka tidak akan diperoleh Keluaran Radon (τ p) Keluaran Radon (waktu- Transformasi Domain Inverse NMO Gambar 7. Alur pengolahan data pereduksian multiple. 4. Analisa Data dan Pembahasan 4.1.Input Radon Gambar 8 (a) merupakan data masukan sebelum dilakukan koreksi NMO dan pada gambar 8 (b) merupakan data masukan yang telah dikenai oleh koreksi NMO menggunakan kecepatan NMO. Pada gambar 8 (a) secara kasat mata masih sulit untuk dibedakan antara data primer dan multipel, akan tetapi setelah data masukan tersebut telah diberikan koreksi NMO, maka secara kasat mata sudah dapat dibedakan antara event primer dan multipel. Pada gambar 8 (b) terlihat bahwa data masih memiliki banyak multipel, hal dibuktikan dengan dengan terlihatnya banyaknya event yang berbentuk hiperbola. Event yang berbetuk

6 hiperbola tersebut dapat digunakan sebagai indikasi awal dari keberadaan multipel. (a) (b) Gambar 8. (a) data input sebelum koreksi NMO (b) data input setelah koreksi NMO. Koreksi NMO dengan menggunakan velocity RMS. 4..Pembuatan Desain Muting Multipel Proses awal dalam pelaksanaan motode radon adalah mentransformasi domain data masukan dari waktu-jarak (t-x) menjadi domain tau-p (τ-p) dan untuk mentransformasi domain data masukan tersebut diperlukan koreksi NMO. Koreksi NMO yang dilakukan pada tahapan radon ini menggunakan kecepatan NMO yang ditunjukkan seperti pada gambar 8 (b). Setelah dilakukan koreksi NMO maka event primer pada daerah dengan jarak sumber-penerima yang jauh akan terangkat dan event primer ini membentuk event horisontal lurus, sedangkan event multipel masih dalam kondisi melengkung kebawah. Hal ini terjadi karena kecepatan multipel lebih kecil dari pada kecepatan primer pada kedalaman yang sama. Pada gambar 8 (b) terlihat primer tidaklah tampak secara jelas karena terganggu oleh multipel yang melengkung ke bawah. Hal inilah yang kemudian akan dibenahi menggunakan metode radon. Hasil koreksi NMO menggunakan kecepatan NMO kemudian diterjemahkan kedalam data domain tau-p (τ-p), tau adalah waktu tiba gelombang seismik pada jarak sumber-penerima bernilai nol dan p adalah parameter sinar. Event primer yang telah dikenai koreksi NMO tentunya membentuk event yang lurus horisontal dan hal ini mengindikasikan bahwa data primer memiliki nilai p sebesar nol. Sedangkan multipel yang telah dikenai koreksi NMO masih berbentuk hiperbola melengkung, sehingga nilai p pada multipel tersebut tidak nol. Hasil transformasi domain waktu-jarak ke domain tau-p pada metode radon ini diperlihatkan pada gambar 9. Pada gambar 8 (b) memperlihatkan data seismik domain waktu-jarak (t-x) yang telah dilakukan koreksi NMO dan selanjutnya domain data tersebut ditransformasikan menjadi data dengan domain tau-p ( gambar 9). Hasil transformasi data dalam bentuk tau-p selanjutnya dibuat desain muting yang diperlihatkan pada gambar 9 juga. Garis warna merah merupakan garis bantu yang memperlihatkan p nol, sehingga data yang memiliki p nol merupakan data yang dianggap sebagai event primer dan data tersebut berada pada daerah di garis merah. Sedangkan data-data yang memiliki p jauh dari nilai nol di indikasikan sebagai multipel. Selain parameter besar-sempitnya desain, dalam proses metode radon juga di perlukan beberapa parameter lain yang juga dianggap penting, yaitu jarak maksimum (x max ), p paling positif, p paling negatif, frekwensi minimum dan frekwensi maksimum. x max, p paling positif dan p paling negatif merupakan bentuk-bentuk parameter yang akan di bawa ke pemodelan data di domain tau-p. Sedangkan frekwensi minimum dan maksimum merupakan frekwensi event yang akan di transformasikan kedalam domain tau-p. Jadi apabila ada frekwensi masukan yang tidak ada diantara parameter frekwensi minimum dan

7 maksimum maka data input tersebut tidak akan tergambarkan dalam domain tau-p. Secara umum gambaran fisis ketiga parameter desain muting tersebut diperlihatkan pada gambar 9. Garis warna biru tebal pada gambar 9 merupakan batas desain muting. Daerah diantara kedua garis tebal warna biru adalah data event yang tetap di jaga, sedangkan data event diluar garis tebal warna biru adalah event yang akan dihilangkan. Pada pembuatan desain muting yang ditunjukkan dengan garis tebal warna biru memepertlihatkan bahwa desain yang dibuat memiliki taper dari 50 sampai 100, hal ini menunjukkan bahwa proses muting dilakukan secara halus (smooth). Parameter masukan lain yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah jarak maksimum (x max ), moveout maksimum (p max ), moveout minimum (p min ), frekwensi maksimum dan frekwensi minimum. p max dan pmin merupakan jangkauan moveout yang akan di gambarkan pada data domain tau-p, sedangkan x max adalah batasan keberadaan dari p max dan p min. Parameter x max yang digunakan pada metode ini sebesar 300m. Penentuan nilai parameter tersebut mengacu pada jarak maksimum sumberpenerima (panjang streamer). Jarak maksimum sumber-penerima di lapangan adalah 3000m, akan tetapi parameter masukan yang digunakan pada metode radon ini adalah 300m. Hal ini dilakukan untuk memastikan semua event tergambarkan dalam domain tau-p. Nilai parameter p max dan p min yang digunakan untuk masukan adalah 000ms dan -1500ms, nilai tersebut diperoleh dari analisa langsung pada gambar data seismik di domain CDP gather. p max dan p min yang digunakan untuk masukan merupakan nilai p maksimum dan p minimum data pada jangkauan jarak 0 sampai 3000m. Proses Pereduksian multipel pada kedalaman 0-500ms dilakukan dengan hati-hati, hal ini diperlihatkan dengan desain muting yang lebih lebar (gambar 9). Pada kedalaman yang semakin besar, pereduksian multipel dilakukan semakin kuat, hal ini diperlihatkan dengan desain muting yang semakin sempit. Penguatan pereduksian multipel pada daerah yang semakin dalam dilakukan karena pada daerah tersebut memiliki perbedaan moveout event primer dan multipel yang cukup besar, sehingga kepastian posisi primer dan multipel di domain tau-p semakin besar pula. Secara ideal data primer yang ditransformasikan ke domain tau-p akan memiliki p nol. Akan tetapi pada pembuatan desain muting multipel tidak di tepatkan di samping nilai p nol, melainkan data yang memiliki p disekitar nol tetap dijaga. Hal ini karena kecepatan RMS yang diperoleh dari proses analisa kecepatan tidaklah seratus persen benar, akan tetapi kecepatan tersebut adalah kecepatan pendekatan yang diusahakan mendekati nilai yang paling benar. Apabila kecepatan yang diperoleh dari proses analisa kecepatan yang kebenarannya masih belum 100 persen digunakan masukan pada metode radon, maka tidak akan diperoleh p primer tepat di nilai nol, melainkan masih mendekati nol. Dari kondisi inilah data yang nilai p mendekati nol tetap di jaga dan pembuatan desain muting tidaklah di tepatkan tepat di samping nilai p nol. Gambar 9. Desain muting pada metode Radon. 4.3.Selisih Input-output Metode Radon Hasil pengaplikasian metode radon dapat dilihat pada gambar hasil (output) metode radon, seperti yang diperlihatkan pada gambar 10. Akan tetapi pada awal pembuatan desain muting multipel tidaklah selalu diperoleh hasil yang tepat, oleh karena itu pembuatan desain muting dilakukan secara coba-coba (try and error). Selain dengan melihat secara langsung gambar hasil radon, kualitas metode radon juga dapat dilihat pada data yang dibuang, yaitu data multipel. Data yang dibuang (multiple) dapat didefinisikan sebagai selisih (different) antara masukan dengan hasil metode radon. Dengan cara melihat data selisih tentunya kita juga dapat memastikan bahwa data

8 yang terbuang adalah data multipel dan data primer tetap di jaga. Pada gambar 10 adalah gambar selisih dari proses metode radon atau dapat disebut pula multipel yang tereduksi dari data seismik. Gambar 10. Data difference metode Radon pada CDP 700, 860, 100 dan 1180 (kiri ke kanan). 4.4.Output Metode Radon Setelah proses aplikasi desain muting multipel, maka domain data seismik yang berupa tau-p (τ-p) di transformasi kembali ke domain waktu-jarak (tx). Akan tetapi tidak semua event di dalam domain tau-p (τ-p) di transformasikan kembali ke domain waktu-jarak (t-x), melainkan hanya event yang berada di dalam desain muting saja yang di transformaikan (event diantara garis tebal warna biru). Dengan mentransformasi data yang berada di dalam desain muting maka secara tidak langsung juga dilakukan proses pereduksian multipel yang di dasarkan pada perbedaan moveout. Data diluar desain muting yang memiliki nilai moveout besar di hilangkan, sedangkan event yang berada didalam desain muting yang memiliki moveout kecil tetap di jaga keberadaannya. Nilai kecepatan merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam metode radon. Apabila nilai kecepatan memiliki kualitas yang buruk, maka hasil transformasi domain waktu jarak menjadi tau-p akan memiliki kualitas yang buruk pula. Dengan buruknya kualitas transformasi domain maka event primer pada data tidak akan tergambarkan sebagai event dengan moveout nol, melainkan sebagai event dengan moveout jauh dari nol. Dari fenomena ini, maka akan memberikan konsekuensi data primer dapat dijadikan data dengan moveout menjauhi nilai nol. Unsur manusia sangatlah dominan pada metode radon, oleh karena itu diperlukan kehati-hatian yang ekstra pada metode ini dan pengalaman sangatlah berpengaruh. Pada gambar 11 diperlihatkan perbandingan energi event antara data masukan dan data hasil prosesing data seismik dalam domain semblance. Gambar 11(a) merupakan data masukan pada CDP 100, sedangkan pada gambar 11(b) merupakan hasil metode radon pada CDP 100. Untuk membuktikan perubahan kualitas data tidak dilakukan display pada semua CDP data seismik, akan tetapi hanya pada CDP tertentu. Hal ini karena secara umum semua data CDP mengalami perubahan kualitas yang sama, oleh karena itu sebagai bagian effisiensi hanya dilakukan display pada CDP tertentu dan pada tugas akhir ini dilakukan display pada CDP 100. Event yang berada didalam lingkaran warna merah pada gambar 11(a) merupakan energi event yang dianggap sebagai multipel. pada gambar 11(b), terlihat bahwa event yang awalnya berada di dalam garis lingkaran warna merah telah hilang, hal ini mengindikasikan bahwa multipel telah tereduksi setelah proses radon. Pada gambar 11 (b) terlihat energi event hanya pada daerah kecepatan kecepatan NMO (garis warna kuning), hal ini tentunya searah dengan kecepatan NMO yang merupakan kecepatan dari event primer. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa event primer semakin terlihat, hal ini karena event primer yang sebelumnya tertutup oleh event multipel telah terlihat. (a)

9 (b) Gambar 11. (a) dan (b). Perbandingan data sebelum dan sesudah proses radon dalam domain semblance di CDP 100. Pada gambar 1 (a) merupakan masukan metode radon dalam domain CDP gather, sedangkan gambar 1 (b) merupakan hasil dari metode radon dalam domain CDP gather. Pada gambar keluaran perlihat bahwa banyak multipel yang teredusi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya event yang berbentuk hiperbolik yang hilang dan hanya menyisakan event yang berbentuk horisontal lurus. Tanda lingkaran warna merah pada gamar 1 (a) merupakan petunjuk posisi multipel di data input setelah dilakukannya koreksi NMO. Pada gambar tersebut multipel diperlihatkan dalam bentuk event hiperbolik. Akan tetapi pada gambar 1 (b) event hiperbolik tersebut telah hilang. Hasil metode radon yang telah bersih dari multipel apabila dilakukan stack maka akan menghasilkan data yang amplitudonya semakin kuat, sehingga nantinya akan dihasilkan satu jejak seismik yang mewakili satu CDP yang baik pula. (b) Gambar 1. Perbandingan data sebelum (a) dan sesudah (b) proses radon di CDP 700, 860, 100 dan 1180 Gambar 13 merupakan penampang stack seismik sebelum dan sesudah proses radon. Untuk memudahkan analisa dari perubahan kualitas, maka data diberikan tanda kotak hitam pada daerah-daerah yang mengalami perubahan kualitas data. Pada gambar 13 (b) terlihat data hasil metode radon lebih bersih dari pada data masukan. Pada gambar tersebut, di daerah kotak hitam yaitu di antara CDP 750 sampai 1900 dan kedalaman 1000ms sampai 600ms terlihat batas perlapisan batuan lebih jelas dari pada data sebelum dilakukannya metode radon seperti pada gambar 13 (a), hal ini karena multipel yang sebelumnya menutupi data primer telah hilang sehingga event primer lebih terlihat. Pada data hasil metode radon dalam domain stack gather terlihat lebih bersih. Multipel pada kondisi ini tentunya sudah mengalami proses reduksi, sehingga dapat dikatakan kualitas data seismik mengalami peningkatan. (a) (a)

10 Pada gambar 13 (b), daerah CDP dan kedalaman 1150ms terlihat adanya suatu lapisan reflektor yang lebih jelas setelah dilakukan metode radon. Sebelum dilakukan metode radon, lapisan tersebut terlihat agak kabur, sehingga batas perlapisan tidak terlihat jelas. Setelah dilakukan metode radon, multipel yang menutup event primer tereduksi dan reflector terlihat lebih jelas. Kondisi yang sama juga terlihat pada daerah CDP 140 di kedalaman 500ms sampai 600ms. Pada daerah tersebut reflector terlihat lebih jelas setelah dilakukan metode radon. multipel, akan tetapi resiko ikut tereduksinya data primer juga akan semakin besar. Sebaliknya, semakin lebar maka resiko event primer ikut tereduksi semakin kecil, akan tetapi multipel yang tereduksi semakin kecil pula. Ucapan Terimakasih Penelitian ini dibantu sepenuhnya oleh PT Fairfiled Indonesia yang menyediakan fasilitas komputasi dan modeling serta data seismik. Salah satu bentuk hasil penelitian ini adalah tugas akhir untuk mahasiswa Jurusan Fsika ITS. Daftar Pustaka Hargreaves Neil dan Cooper Nick,001, High- Resolution Radon Demultiple, ASEG 15th Geophysical Conference and Exhibition, Brisbane. Nurdin, MF, 005, Analisa Kecepatan Dalam Domain TAU-P (Studi Kasus ; Lintasan Beta_ITS1), Surabaya: Jurusan Fisika FMIPA ITS (b) Gambar 13. (a).penampang stack data seismik sebelum proses radon, (b).penampang stack data seismik sesudah proses metode radon. 5. Kesimpulan Multipel pada data seismik banyak yang tereduksi, hal ini dibuktikan pada tampilan keluaran data dalam domain CDP gather seperti pada gambar 1 (b), stack gather seperti pada gambar 413 (b) di daerah CDP 74 sampai 173 pada kedalaman 1100 ms sampai 3000 ms, serta pada domain spektrum analisa kecepatan seperti pada gambar 11 (b) dan (d). Tricahyono, wahyu, 000, Eliminasi Multipel Dengan Menggunakan Transformasi Radon Parabola, Surabaya: Jurusan Fisika FMIPA ITS Seismic Data Processing User Manual. Fairfield Inc. West, Ver B, 00, Suppressing Peg-leg Multiples with Parabolic Radon Demultiple, EAGE 64th Conference and Exhibition, Florence. Yilmaz, 001, Seismic Data Analysis Volume 1, Tulsa: Society of Exploration Geophysics. Rasio sinyal terhadap gangguan (signal to noise ration) data keluaran (output) lebih besar dari pada data masukan (input), hal ini karena nilai multipel dalam data seismik berkurang setelah dikenai metode radon. Semakin sempit desain muting multipel maka semakin besar pula kemampuan untuk mereduksi

APLIKASI METODE TRANSFORMASI RADON UNTUK ATENUASI MULTIPEL PADA PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D LAUT DI PERARIRAN X

APLIKASI METODE TRANSFORMASI RADON UNTUK ATENUASI MULTIPEL PADA PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D LAUT DI PERARIRAN X Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015, Hal 279-284 APLIKASI METODE TRANSFORMASI RADON UNTUK ATENUASI MULTIPEL PADA PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D LAUT DI PERARIRAN X Nona Dili

Lebih terperinci

SUPRESI MULTIPEL PADA DATA SEISMIK LAUT DENGAN METODE DEKONVOLUSI PREDIKTIF DAN RADON DEMULTIPEL

SUPRESI MULTIPEL PADA DATA SEISMIK LAUT DENGAN METODE DEKONVOLUSI PREDIKTIF DAN RADON DEMULTIPEL SUPRESI MULTIPEL PADA DATA SEISMIK LAUT DENGAN METODE DEKONVOLUSI PREDIKTIF DAN RADON DEMULTIPEL Arifudin 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1 Abstrak. Pengolahan data seismik merupakan suatu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Akuisisi Data Seismik Daerah dilakukannya penelitian yaitu berada di perairan sekitar Pulau Misool. Pulau Misool sendiri adalah salah satu dari empat pulau besar

Lebih terperinci

PENEKANAN GELOMBANG MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE RADON TRANSFORM DI LAPANGAN DSCR DAERAH KALIMANTAN

PENEKANAN GELOMBANG MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE RADON TRANSFORM DI LAPANGAN DSCR DAERAH KALIMANTAN PENEKANAN GELOMBANG MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE RADON TRANSFORM DI LAPANGAN DSCR DAERAH KALIMANTAN Fajrin Maulana *, Khairul Ummah 2*, Bagus Sapto Mulyatno 3* 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemrosesan awal setelah dilakukan input data seismik 2D sekunder ini adalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemrosesan awal setelah dilakukan input data seismik 2D sekunder ini adalah 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1. Geometry extraction Pemrosesan awal setelah dilakukan input data seismik 2D sekunder ini adalah Geometry extraction. Karena pada data ini memiliki informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong manusia untuk lebih mengeksplorasi kekayaan dan sumber daya alam yang belum terjamah,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2 BAB II TEORI DASAR.1 Identifikasi Bentuk Gelombang Perambatan gelombang pada media bawah permukaan mengikuti beberapa prinsip fisika sebagai berikut : a. Prinsip Huygen menyatakan bahwa setiap titik yang

Lebih terperinci

ATENUASI MULTIPLE SEISMIK REFLEKSI LAUT MENGGUNAKAN METODE FILTERING RADON PADA PERAIRAN X

ATENUASI MULTIPLE SEISMIK REFLEKSI LAUT MENGGUNAKAN METODE FILTERING RADON PADA PERAIRAN X ATENUASI MULTIPLE SEISMIK REFLEKSI LAUT MENGGUNAKAN METODE FILTERING RADON PADA PERAIRAN X Muktiningtias Diah Ayu Martha Dewi 1, Oki Hedriana 2 dan Agus Setyawan 1 1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

Analisis Pre-Stack Time Migration (PSTM) Pada Data Seismik 2D Dengan menggunakan Metode Kirchoff Pada Lapangan ITS Cekungan Jawa Barat Utara

Analisis Pre-Stack Time Migration (PSTM) Pada Data Seismik 2D Dengan menggunakan Metode Kirchoff Pada Lapangan ITS Cekungan Jawa Barat Utara Analisis Pre-Stack Time Migration (PSTM) Pada Data Seismik 2D Dengan menggunakan Metode Kirchoff Pada Lapangan ITS Cekungan Jawa Barat Utara Wahyu Tristiyoherrni 1, Mualimin 2, Widya Utama 1 1) Jurusan

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi.

III. TEORI DASAR. Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi. III. TEORI DASAR 3.1. Konsep Seismik Refleksi Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi. Metode seismik refleksi merupakan metode seismik mengenai penjalaran gelombang elastik

Lebih terperinci

Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy (Psdm Vti) Pada Data Seismik Laut 2D

Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy (Psdm Vti) Pada Data Seismik Laut 2D B-50 Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy Psdm Vti Pada Data Seismik Laut 2D Thariq Guntoro, Bagus Jaya Santosa Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ITS Jl. Arief

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil Penelitian V.1.1. Interpretasi Horizon Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukannya pengolahan data awal, sehingga

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Akuisisi Data Seismik Akuisisi data seismik dilaksanakan pada bulan April 2013 dengan menggunakan Kapal Riset Geomarin III di kawasan batas laut dan Zona Ekonomi Eksklusif

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. hasil akuisisi seismik yang dapat dipergunakan untuk pengolahan data seismik.

BAB III TEORI DASAR. hasil akuisisi seismik yang dapat dipergunakan untuk pengolahan data seismik. BAB III TEORI DASAR Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang memanfaatkan luasnya data hasil akuisisi seismik yang dapat dipergunakan untuk pengolahan data seismik. Pada proses akuisisi dilakukan

Lebih terperinci

WATER-BOTTOM MULTIPLE ATTENUATION USING PARABOLIC RADON TRANSFORM METHOD

WATER-BOTTOM MULTIPLE ATTENUATION USING PARABOLIC RADON TRANSFORM METHOD ATENUASI WATER-BOTTOM MULTIPLE DENGAN METODE TRANSFORMASI PARABOLIC RADON WATER-BOTTOM MULTIPLE ATTENUATION USING PARABOLIC RADON TRANSFORM METHOD Subarsyah dan Tumpal B. Nainggolan Pusat Penelitian dan

Lebih terperinci

Wahyu Tristiyoherni Pembimbing Dr. Widya Utama, DEA

Wahyu Tristiyoherni Pembimbing Dr. Widya Utama, DEA Analisa Pre-Stack Time Migration (PSTM) Data Seismik 2D Dengan Menggunakan Metode Kirchoff Lintasan ITS Cekungan Jawa Barat Utara Wahyu Tristiyoherni 1105 100 017 Pembimbing Dr. Widya Utama, DEA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Seismik Dengan Metode Tomografi Residual Moveout

Analisis Kecepatan Seismik Dengan Metode Tomografi Residual Moveout ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Analisis Kecepatan Seismik Dengan Metode Tomografi Residual Moveout Imelda Murdiman *, Elistia Liza Namigo Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II COMMON REFLECTION SURFACE

BAB II COMMON REFLECTION SURFACE BAB II COMMON REFLECTION SURFACE Pada metode seismik refleksi, bermacam-macam teknik imaging telah dikembangkan khususnya untuk eksplorasi minyak bumi antara lain common midpoint (CMP) stack dan normal

Lebih terperinci

ATENUASI NOISE DENGAN MENGGUNAKAN FILTER F-K DAN TRANSFORMASI RADON PADA DATA SEISMIK 2D MULTICHANNEL

ATENUASI NOISE DENGAN MENGGUNAKAN FILTER F-K DAN TRANSFORMASI RADON PADA DATA SEISMIK 2D MULTICHANNEL Fibusi (JoF) Vol. 2 No. 1, April 2014 ATENUASI NOISE DENGAN MENGGUNAKAN FILTER F-K DAN TRANSFORMASI RADON PADA DATA SEISMIK 2D MULTICHANNEL Elisa Tri Wiguna 1, Tumpal B. Nainggolan 2*, Taufik R. Ramalis

Lebih terperinci

Koreksi Efek Pull Up dengan Menggunakan Metode Horizon Based Depth Tomography

Koreksi Efek Pull Up dengan Menggunakan Metode Horizon Based Depth Tomography JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-69 Koreksi Efek Pull Up dengan Menggunakan Metode Horizon Based Depth Tomography Sando Crisiasa Rahmawan Yanuar, Bagus Jaya

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar Dalam suatu kegiatan eksplorasi minyak bumi perangkap merupakan suatu hal yang sangat penting. Perangkap berfungsi untuk menjebak minyak bumi

Lebih terperinci

Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy (PSDM VTI) pada Data Seismik Laut 2D

Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy (PSDM VTI) pada Data Seismik Laut 2D Pre Stack Depth Migration Vertical Transverse Isotropy (PSDM VTI) pada Data Seismik Laut 2D Oleh: Thariq Guntoro 1110100004 Pembimbing: Prof. Dr. rer. nat Bagus Jaya Santosa, S. U Jurusan Fisika Institut

Lebih terperinci

IERFHAN SURYA

IERFHAN SURYA PERBANDINGAN PENGUNAAN ATENUASI MULTIPLE ANTARA ANALISIS RADON DENGAN ANALISIS SUBTRACT PADA DATA SINTETIK MARMOUSI II SERTA PENGGUNAAN COMMON REFLECTION SURFACE (CRS) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat

Lebih terperinci

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah Wawang Sri Purnomo dan Muhammad Rizki Ramdhani Kelompok Penyelidikan

Lebih terperinci

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah Priyono, Tony Rahadinata, dan Muhammad Rizki Ramdhani Kelompok Penyelidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dieksplorasi adalah sumber daya alam di darat, baik itu emas, batu bara,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dieksplorasi adalah sumber daya alam di darat, baik itu emas, batu bara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan 2/3 wilayahnya adalah lautan dan memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah baik di darat

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Model Based Tomography dan Grid Based Tomography untuk Perbaikan Kecepatan Interval

Perbandingan Metode Model Based Tomography dan Grid Based Tomography untuk Perbaikan Kecepatan Interval ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2014) Vol.04 No.1 Halaman 63 April 2014 Perbandingan Metode Model Based Tomography dan Grid Based Tomography untuk Perbaikan Kecepatan Interval ABSTRACT

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. pada permukaan kemudian berpropagasi ke bawah permukaan dan sebagian

III. TEORI DASAR. pada permukaan kemudian berpropagasi ke bawah permukaan dan sebagian III. TEORI DASAR III.1. Konsep Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang menggunakan perambatan gelombang elastik yang dihasilkan oleh suatu sumber pada permukaan

Lebih terperinci

VARIASI NILAI MIGRATION APERTURE PADA MIGRASI KIRCHOFF DALAM PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI 2D DI PERAIRAN ALOR

VARIASI NILAI MIGRATION APERTURE PADA MIGRASI KIRCHOFF DALAM PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI 2D DI PERAIRAN ALOR VARIASI NILAI MIGRATION APERTURE PADA MIGRASI KIRCHOFF DALAM PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI 2D DI PERAIRAN ALOR Siti Nuraisah 1, Subarsyah 2*, Mimin Iryanti 3* 1,3 Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Reduksi Long Period Multiple dengan Menggunakan Metode High-Resolution Radon Demultiple (RAMUR) Pada Data Seismik Darat 2D

Reduksi Long Period Multiple dengan Menggunakan Metode High-Resolution Radon Demultiple (RAMUR) Pada Data Seismik Darat 2D Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015, Hal 305-310 Reduksi Long Period Multiple dengan Menggunakan Metode High-Resolution Radon Demultiple (RAMUR) Pada Data Seismik Darat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE F-K DEMULTIPLE DALAM KASUS ATENUASI WATER-BOTTOM MULTIPLE

PENERAPAN METODE F-K DEMULTIPLE DALAM KASUS ATENUASI WATER-BOTTOM MULTIPLE PENERAPAN METODE F-K DEMULTIPLE DALAM KASUS ATENUASI WATER-BOTTOM MULTIPLE APPLICATION OF F-K DEMULTIPLE METHODS TO ATTENUATE WATER-BOTTOM MULTIPLE Subarsyah dan Sahudin Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV METODE DAN PENELITIAN BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan R, berada di daerah Laut Tarakan, yang merupakan daerah operasi PPPGL dan PPTMBG LEMIGAS. Penelitian ini

Lebih terperinci

TEORI DASAR. gelombang ini dinamakan gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi.bumi

TEORI DASAR. gelombang ini dinamakan gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi.bumi 10 III. TEORI DASAR 3.1 Gelombang Seismik Menurut Tristiyoherni dkk (2009), gelombang merupakan getaran yang merambat dalam suatu medium. Medium disini yang dimaksudkan adalah bumi. Sehingga gelombang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Aplikasi Metode Common Reflection Surface Stack Untuk Perbaikan Kualitas Penampang Seismik Darat 2D Dan 3D Pada Lapangan

Lebih terperinci

Perbaikan Model Kecepatan Interval Pada Pre-Stack Depth Migration 3D Dengan Analisa Residual Depth Moveout Horizon Based Tomography Pada Lapangan SF

Perbaikan Model Kecepatan Interval Pada Pre-Stack Depth Migration 3D Dengan Analisa Residual Depth Moveout Horizon Based Tomography Pada Lapangan SF Perbaikan Model Kecepatan Interval Pada Pre-Stack Depth Migration 3D Dengan Analisa Residual Depth Moveout Horizon Based Tomography Pada Lapangan SF Siti Fauzatun W, Hernowo Danusaputro, dan Udi Harmoko

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi BAB III TEORI DASAR 3. 1. Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi Metode seismik merupakan metode eksplorasi yang menggunakan prinsip penjalaran gelombang seismik untuk tujuan penyelidikan bawah permukaan bumi.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR METODE STACK KONVENSIONAL DAN ZERO-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (ZO CRS) STACK

BAB II TEORI DASAR METODE STACK KONVENSIONAL DAN ZERO-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (ZO CRS) STACK BAB II TEORI DASAR METODE STACK KONVENSIONAL DAN ZERO-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (ZO CRS) STACK II.1 Metode Stack Konvensional Di lapangan, data seismik hadir sebagai common source gather (CSG),lihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pengolahan data seismik bertujuan untuk mendapatkan hasil penampang yang maksimal. Adanya pengaruh lapisan miring maka dilakukan proses migrasi untuk mengembalikan posisi reflektor

Lebih terperinci

BAB III COMMON-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (CO CRS) STACK

BAB III COMMON-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (CO CRS) STACK BAB III COMMON-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (CO CRS) STACK Simulasi penampang ZO stack dari data prestack multi-coverage adalah proses standar dalam pemrosesan seismik. Hal ini meningkatkan rasio sinyal

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTIK PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMAX 2003

PROPOSAL KERJA PRAKTIK PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMAX 2003 PROPOSAL KERJA PRAKTIK PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMAX 2003 Oleh ALMAS GEDIANA H1E012020 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman Dengan Metode Kirchhoff Pada Medium Anisotropi VTI (Vertical Transverse Isotropy)

Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman Dengan Metode Kirchhoff Pada Medium Anisotropi VTI (Vertical Transverse Isotropy) Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman Dengan Metode Kirchhoff Pada Medium Anisotropi VTI (Vertical Transverse Isotropy) Adriandi 1,a), Bagus Endar B. Nurhandoko 2,b) 1 Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Metode seismik merupakan salah satu bagian dari metode geofisika aktif, yang memanfaatkan pergerakan gelombang dalam suatu medium dimana dalam penyelidikannnya di

Lebih terperinci

Analisa Pre-Stack Time Migration (PSTM) Data Seismik 2D Pada Lintasan ITS Cekungan Jawa Barat Utara ABSTRAK

Analisa Pre-Stack Time Migration (PSTM) Data Seismik 2D Pada Lintasan ITS Cekungan Jawa Barat Utara ABSTRAK Analisa Pre-Stack Time Migration (PSTM) Data Seismik 2D Pada Lintasan ITS Cekungan Jawa Barat Utara Wahyu Tristiyoherni, Wahyuni, Widya Utama Laboratorium Geoisika Jurusan Fisika FMIPA ITS Surabaya Jl.

Lebih terperinci

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3 ANALISIS AVO MENGGUNAKAN GRAFIK RESPON AVO (AVO SIGNATURE) DAN CROSSPLOT INTERCEPT DAN GRADIENT DALAM PENENTUAN KELAS AVO STUDI KASUS : LAPISAN TAF-5 FORMASI TALANG AKAR LAPANGAN LMG CEKUNGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

PRE STACK DEPTH MIGRATION VERTICAL TRANSVERSE ISOTROPY (PSDM VTI) PADA DATA SEISMIK LAUT 2D

PRE STACK DEPTH MIGRATION VERTICAL TRANSVERSE ISOTROPY (PSDM VTI) PADA DATA SEISMIK LAUT 2D 1 PRE STACK DEPTH MIGRATION VERTICAL TRANSVERSE ISOTROPY (PSDM VTI) PADA DATA SEISMIK LAUT 2D Thariq Guntoro, Bagus Jaya Santosa Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

ANALISIS PRE STACK TIME MIGRATION (PSTM) DAN PRE STACK DEPTH MIGRATION (PSDM) METODE KIRCHHOFF DATA SEISMIK 2D LAPANGAN Y CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

ANALISIS PRE STACK TIME MIGRATION (PSTM) DAN PRE STACK DEPTH MIGRATION (PSDM) METODE KIRCHHOFF DATA SEISMIK 2D LAPANGAN Y CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA ANALISIS PRE STACK TIME MIGRATION (PSTM) DAN PRE STACK DEPTH MIGRATION (PSDM) METODE KIRCHHOFF DATA SEISMIK 2D LAPANGAN Y CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Yenni Fitri 1, Afdal 1, Daz Edwiza 2, Mualimin 3 1 Jurusan

Lebih terperinci

Komputasi Geofisika 1: Pemodelan dan Prosesing Geofisika dengan Octave/Matlab

Komputasi Geofisika 1: Pemodelan dan Prosesing Geofisika dengan Octave/Matlab Komputasi Geofisika 1: Pemodelan dan Prosesing Geofisika dengan Octave/Matlab Editor: Agus Abdullah Mohammad Heriyanto Hardianto Rizky Prabusetyo Judul Artikel: Putu Pasek Wirantara, Jeremy Adi Padma Nagara,

Lebih terperinci

PERBAIKAN MODEL KECEPATAN INTERVAL PADA PRE-STACK DEPTH MIGRATION 3D DENGAN ANALISA RESIDUAL DEPTH MOVEOUT HORIZON BASED TOMOGRAPHY PADA LAPANGAN SF

PERBAIKAN MODEL KECEPATAN INTERVAL PADA PRE-STACK DEPTH MIGRATION 3D DENGAN ANALISA RESIDUAL DEPTH MOVEOUT HORIZON BASED TOMOGRAPHY PADA LAPANGAN SF PERBAIKAN MODEL KECEPATAN INTERVAL PADA PRE-STACK DEPTH MIGRATION 3D DENGAN ANALISA RESIDUAL DEPTH MOVEOUT HORIZON BASED TOMOGRAPHY PADA LAPANGAN SF Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Peningkatan Kualitas Stacking dengan Metode Common Reflection Surface (CRS) Stack pada Data 2D Marine ini dilaksanakan di PPPTMGB

Lebih terperinci

Pengolahan Data Seismik 2D Menggunakan Software Echos dari Paradigm 14.1

Pengolahan Data Seismik 2D Menggunakan Software Echos dari Paradigm 14.1 Pengolahan Data Seismik 2D Menggunakan Software Echos dari Paradigm 14.1 Pada dasarnya pengolahan data seismik menggunakan beberapa software memiliki konsep yang sama hanya tools atau menu yang berbeda.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Divisi Geoscience Service PT. ELNUSA Tbk., Graha

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Divisi Geoscience Service PT. ELNUSA Tbk., Graha IV. METODE PENELITIAN IV.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Divisi Geoscience Service PT. ELNUSA Tbk., Graha Elnusa Jl. TB. Simatupang Kav. 1B lt. 14 Jakarta Selatan, perusahaan

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan Radon Parabolik pada Data Seismik 2D Bryant Canyon Lepas Pantai Louisiana Texas

Aplikasi Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan Radon Parabolik pada Data Seismik 2D Bryant Canyon Lepas Pantai Louisiana Texas Aplikasi Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan Radon Parabolik pada Data Seismik 2D Bryant Canyon Lepas Pantai Louisiana Texas Selly Remiandayu*, Elistia Liza Namigo Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

BAB III MIGRASI KIRCHHOFF

BAB III MIGRASI KIRCHHOFF BAB III MIGRASI KIRCHHOFF Migrasi didefinisikan sebagai suatu teknik memindahkan reflektor miring kembali ke posisi subsurface sebenarnya dan menghilangkan pengaruh difraksi, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Imaging Subsurface Menggunakan Metode Crs: Study Kasus pada Steep Dip Reflector dan Data Low Fold

Imaging Subsurface Menggunakan Metode Crs: Study Kasus pada Steep Dip Reflector dan Data Low Fold B-94 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) Imaging Subsurface Menggunakan Metode Crs: Study Kasus pada Steep Dip Reflector dan Data Low Fold Khusna Indria Rukmana, Eko

Lebih terperinci

PERBANDINGAN POST STACK TIME MIGRATION METODE FINITE DIFFERENCE DAN METODE KIRCHOFF DENGAN PARAMETER GAP DEKONVOLUSI DATA SEISMIK DARAT 2D LINE SRDA

PERBANDINGAN POST STACK TIME MIGRATION METODE FINITE DIFFERENCE DAN METODE KIRCHOFF DENGAN PARAMETER GAP DEKONVOLUSI DATA SEISMIK DARAT 2D LINE SRDA Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 79-86 PERBANDINGAN POST STACK TIME MIGRATION METODE FINITE DIFFERENCE DAN METODE KIRCHOFF DENGAN PARAMETER GAP DEKONVOLUSI DATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin banyak penerapan teknologi dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan perkembangan pemanfaatan energi dan sumber daya alam di laut Indonesia, maka ini

Lebih terperinci

ANALISA PENAMPANG SEISMIK PRE-STACK TIME MIGRATION DAN POST- STACK TIME MIGRATION BERDASARKAN METODE MIGRASI KIRCHHOFF (Studi Kasus Lapangan GAP#)

ANALISA PENAMPANG SEISMIK PRE-STACK TIME MIGRATION DAN POST- STACK TIME MIGRATION BERDASARKAN METODE MIGRASI KIRCHHOFF (Studi Kasus Lapangan GAP#) Jurnal Tugas Akhir ANALISA PENAMPANG SEISMIK PRE-STACK TIME MIGRATION DAN POST- STACK TIME MIGRATION BERDASARKAN METODE MIGRASI KIRCHHOFF (Studi Kasus Lapangan GAP#) Oleh: Tommy Piru Herdiyantoro (1107100021)

Lebih terperinci

APLIKASI METODE COMMON REFLECTION SURFACE (CRS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL STACK DATA SEISMIK LAUT 2D WILAYAH PERAIRAN Y

APLIKASI METODE COMMON REFLECTION SURFACE (CRS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL STACK DATA SEISMIK LAUT 2D WILAYAH PERAIRAN Y Youngster Physics Journal ISSN : 30-7371 Vol. 4, No. 4, Oktober 015, Hal 91-98 APLIKASI METODE COMMON REFLECTION SURFACE (CRS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL STACK DATA SEISMIK LAUT D WILAYAH PERAIRAN Y Hirafiany

Lebih terperinci

Analisis dan Pembahasan

Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1 Analisis Peta Struktur Waktu Dari Gambar V.3 memperlihatkan 2 closure struktur tinggian dan rendahan yang diantara keduanya dibatasi oleh kontur-kontur yang rapat. Disini

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan pada bagian bawahnya, masing masing lapisan memiliki perbedaan densitas antara lapisan yang satu dengan yang lainnya, sehingga

Lebih terperinci

KOREKSI EFEK PULL UP DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORIZON BASED DEPTH TOMOGRAPHY

KOREKSI EFEK PULL UP DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORIZON BASED DEPTH TOMOGRAPHY 1 KOREKSI EFEK PULL UP DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORIZON BASED DEPTH TOMOGRAPHY Sando C.R Yanuar, Bagus Jaya Santosa Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. direfleksikan kembali ke permukaan, sehingga dapat menggambarkan lapisan

BAB III TEORI DASAR. direfleksikan kembali ke permukaan, sehingga dapat menggambarkan lapisan BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Seismik Refleksi Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi. Metode seismik refleksi merupakan metode seismik mengenai penjalaran gelombang elastik

Lebih terperinci

Migrasi Domain Kedalaman Menggunakan Model Kecepatan Interval dari Atribut Common Reflection Surface Studi Kasus pada Data Seismik Laut 2D

Migrasi Domain Kedalaman Menggunakan Model Kecepatan Interval dari Atribut Common Reflection Surface Studi Kasus pada Data Seismik Laut 2D JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-32 Migrasi Domain Kedalaman Menggunakan Model Kecepatan Interval dari Atribut Common Reflection Surface Studi Kasus pada Data

Lebih terperinci

Speed Model Processing using Ray Tracing Method for 2D Depth Domain Migration (Pre Stack Depth Migration) on the field "AV"

Speed Model Processing using Ray Tracing Method for 2D Depth Domain Migration (Pre Stack Depth Migration) on the field AV Speed Model Processing using Ray Tracing Method for 2D Depth Domain Migration (Pre Stack Depth Migration) on the field "AV" Anjar Evita 1, Hernowo Danusaputro 1,* 1 Physics Department, Faculty of Sciences

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ATENUASI MULTIPLE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FILTERING RADON PADA COMMON REFLECTION SURFACE (CRS) SUPERGATHER SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA ATENUASI MULTIPLE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FILTERING RADON PADA COMMON REFLECTION SURFACE (CRS) SUPERGATHER SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ATENUASI MULTIPLE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FILTERING RADON PADA COMMON REFLECTION SURFACE (CRS) SUPERGATHER SKRIPSI ADING FIRLIYADI 0305020039 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE DENGAN MENGGUNAKAN METODA FK FILTER,SURFACE RELATED MULTIPLE ELIMINATION (SRME) DAN RADON FILTER

APLIKASI PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE DENGAN MENGGUNAKAN METODA FK FILTER,SURFACE RELATED MULTIPLE ELIMINATION (SRME) DAN RADON FILTER Dalam kegiatan pengembangan teknologi,dalam hal ini merupakan kegiatan lanjutan dari proses akusisi. Data seismik yang diperoleh dari kegiatan akusisi, adalah data yang belum terolah (raw data) sehingga

Lebih terperinci

BAB III TRANSFORMASI RADON

BAB III TRANSFORMASI RADON BAB III TRANSFORMASI RADON 3.1 Perilaku Noise Pada Data GPR Kemampuan GPR untuk menghasilkan image bawah permukaan yang impresif membuat metoda geofisika ini banyak digunakan dalam bidang geologi, engineering,

Lebih terperinci

REPROCESSING DATA SEISMIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENAMPANG STACK PADA DAERAH NATUNA TIMUR

REPROCESSING DATA SEISMIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENAMPANG STACK PADA DAERAH NATUNA TIMUR REPROCESSING DATA SEISMIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENAMPANG STACK PADA DAERAH NATUNA TIMUR Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: Nurita Sulistiana J2D006037

Lebih terperinci

ELIMINASI ARTEFAK DALAM PENAMPANG SEISMIK DENGAN TAHAPAN PENGOLAHAN DATA SEISMIK MULTICHANNEL DI AREA BONE LINE 1

ELIMINASI ARTEFAK DALAM PENAMPANG SEISMIK DENGAN TAHAPAN PENGOLAHAN DATA SEISMIK MULTICHANNEL DI AREA BONE LINE 1 ELIMINASI ARTEFAK DALAM PENAMPANG SEISMIK DENGAN TAHAPAN PENGOLAHAN DATA SEISMIK MULTICHANNEL DI AREA BONE LINE 1 Sinta Purwanti 1*, Subarsyah 2, Mimin Iryanti 1* 1 Departemen Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENEKANAN GELOMBANG MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D MENGGUNAKAN METODE RADON TRANSFORM STUDI KASUS DI PERAIRAN BARAT SUMATRA BIDANG KEGIATAN : Program Kreativitas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SEISMIK REFLEKSI UNTUK EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI

TEKNOLOGI SEISMIK REFLEKSI UNTUK EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI Oseana, Volume XXX, Nomor 4, 2005 : 1-10 ISSN 0216-1877 TEKNOLOGI SEISMIK REFLEKSI UNTUK EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI Oleh M. Hasanudin 1) ABSTRACT REFLECTION SEISMIC TECHNOLOGY FOR OIL AND GAS EXPLORATION.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui langkah - langkah untuk memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui langkah - langkah untuk memperoleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan melalui langkah - langkah untuk memperoleh hasil penelitian. Data hasil akuisisi diproses secara terpadu dalam pengolahan data seismik menggunakan

Lebih terperinci

MODEL KECEPATAN MENGGUNAKAN HORIZON VELOCITY ANALYSIS DAN PENYELARASAN DENGAN DATA SUMUR TUGAS AKHIR FADHILA NURAMALIA YERU NIM:

MODEL KECEPATAN MENGGUNAKAN HORIZON VELOCITY ANALYSIS DAN PENYELARASAN DENGAN DATA SUMUR TUGAS AKHIR FADHILA NURAMALIA YERU NIM: MODEL KECEPATAN MENGGUNAKAN HORIZON VELOCITY ANALYSIS DAN PENYELARASAN DENGAN DATA SUMUR TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kurikuler Program Sarjana Geofisika Oleh FADHILA NURAMALIA YERU NIM: 12403002

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR Analisis Perbandingan antara... ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR Nova Linzai, Firman Syaifuddin, Amin Widodo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA SEISMIK PADA DAERAH BATUAN BEKU VULKANIK

PENGOLAHAN DATA SEISMIK PADA DAERAH BATUAN BEKU VULKANIK TUGAS AKHIR RF141501 PENGOLAHAN DATA SEISMIK PADA DAERAH BATUAN BEKU VULKANIK RADEN BAGUS FAUZAN IRSHADIBIMA NRP 3712 100 010 Dosen Pembimbing Dr. Dwa Desa Warnana NIP. 19760123 200003 1001 Firman Syaifuddin,

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan PSTM dan PSDM Dalam Eksplorasi Hidrokarbon di Lapangan SBI

Analisis Perbandingan PSTM dan PSDM Dalam Eksplorasi Hidrokarbon di Lapangan SBI Analisis Perbandingan PSTM dan PSDM Dalam Eksplorasi Hidrokarbon di Lapangan SBI Sudra Irawan Program Studi Diploma III Teknik Geomatika, Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN PENAMPANG SEISMIK ANTARA HASIL PENGOLAHAN STANDAR DENGAN PENGOLAHAN PRESERVED AMPLITUDE

ANALISIS PERBEDAAN PENAMPANG SEISMIK ANTARA HASIL PENGOLAHAN STANDAR DENGAN PENGOLAHAN PRESERVED AMPLITUDE ANALISIS PERBEDAAN PENAMPANG SEISMIK ANTARA HASIL PENGOLAHAN STANDAR DENGAN PENGOLAHAN PRESERVED AMPLITUDE Abd. Mukaddas * * Abstract Landslide is one of the most types of slope movements of soil\rock

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak dan gasbumi hingga saat ini masih memiliki peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energy alternatif lainnya sudah

Lebih terperinci

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan Gambar 4.15 Data seismic CDP gather yang telah dilakukan supergather pada crossline 504-508. 4.2.4.3 Angle Gather Angle Gather dilakukan untuk melihat variasi amplitudo terhadap sudut dan menentukan sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 Indonesia keluar dari anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan menjadi net importir minyak. Hal tersebut disebabkan oleh

Lebih terperinci

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi Jurnal radien Vol No Juli : - Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi Muhammad Isa, Nuriza Yani, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk BAB 3 TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik yang

Lebih terperinci

Pengolahan Data Seismik 2 D Menggunakan ProMAX "Area Cekungan Gorontalo"

Pengolahan Data Seismik 2 D Menggunakan ProMAX Area Cekungan Gorontalo Pengolahan Data Seismik 2 D Menggunakan ProMAX "Area Cekungan Gorontalo" Friday, November 27, 2009 Henry Nainggolan 5 comments PENDAHULUAN Latar belakang Dalam menghadapi permasalahan mengenai recovery

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga Bab Teori Gelombang Elastik Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima kembali pantulan atau refleksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN.... KATA PENGANTAR.... ABSTRAK.... ABSTRACT.... DAFTAR ISI.... DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR TABEL.... i ii iii v vi vii x xiv BAB I PENDAHULUAN....

Lebih terperinci

PEMODELAN BAWAH PERMUKAAN METODE PRE-STACK TIME MIGRATION (PSTM) ISOTROPY DAN METODE PSTM ANISOTROPY HIGH ORDER MOVEOUT (HOM)

PEMODELAN BAWAH PERMUKAAN METODE PRE-STACK TIME MIGRATION (PSTM) ISOTROPY DAN METODE PSTM ANISOTROPY HIGH ORDER MOVEOUT (HOM) Jurnal Neutrino Vol. 8, No., April 016 PEMODELAN BAWAH PERMUKAAN METODE PRE-STACK TIME MIGRATION (PSTM) ISOTROPY DAN METODE PSTM ANISOTROPY HIGH ORDER MOVEOUT (HOM) Ahmad Luthfin 1*, Adi Susilo 1, Teguh

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah

Lebih terperinci

BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR)

BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR) BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR).1 Prinsip Dasar GPR Ground Penetrating Radar (GPR) biasa disebut georadar. Berasal dari dua kata yaitu geo berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Refleksi Gelombang Seismik Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima getaran pada lokasi penelitian. Sumber getaran dapat ditimbulkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL

BAB IV ANALISIS DAN HASIL BAB IV ANALISIS DAN HASIL 4.1 Hasil dari Atenuasi Multiple menggunakan Analisis Radon Setelah dilakukan proses konvensional untuk data sintetik penulis, yang terjadi dasar laut (WBM) terlihat masih jelas

Lebih terperinci

BAB V INVERSI ATRIBUT AVO

BAB V INVERSI ATRIBUT AVO BAB V INVERSI ATRIBUT AVO V.1 Flow Chart Inversi Atribut AVO Gambar 5.1 Flow Chart Inversi Atribut AVO 63 V.2 Input Data Penelitian Dalam penelitian tugas akhir ini digunakan beberapa data sebagai input,

Lebih terperinci