HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Polres Kota Cimahi membawahi 13 Polsek. Pemerintahan terdiri dari 1 Kabupaten Bandung Barat dan 1 kota Cimahi, dengan dengan 19 Kecamatan, 176 desa, dan 15 Kelurahan. Kab Bandung Barat pada bagian barat dan Kota Cimahi terletak diantara 6 41' ' Lintang Selatan dan diantara ' ' Bujur Timur. Pada ketinggian antara 110 m m diatas permukaan laut dengan luas wilayah Ha. Batas Wilayah Polres Kota Cimahi: Wilayah Bagian Utara: berbatasan dengan Polres Purwakarta dan Polres Subang, Wilayah Bagian Timur: berbatasan dengan Polwiltabes Bandung dan Polres Bandung, Wilayah Bagian Selatan: berbatasan dengan Polres Bandung dan Polres Cianjur, Wilayah Bagian Barat: berbatasan dengan Polres Cianjur. Struktur organisasi di Polres Kota Cimahi terdiri dari Kapolres, Wakapolres, Kabag Ops, Kabag Ren, Kabag Sumda, Kasat Intelkam, Kasat Reskim, Kasat Narkoba, Kasat Sabraha, Kasat Lantas, Kasat Binmas, Kanit P3D, Kapolsek Cimahi, Kapolsek Cimahi Selatan, Kapolsek Batujajar, Kapolsek Margaasih, Kapolsek Cililin, Kapolsek sindangkerta, Kapolsek Gunung Halu, Kapolsek Cipatat, Kapolsek Cipendeuy, Kapolsek Cikalongwetan, Kapolsek Padalarang, Kapolsek Cisarua, Kapolsek Lembang. Polres Kota Cimahi memiliki lambang yang mempunyai arti khusus bagi seluruh anggotanya, diantaranya yaitu TRIBRATA dan CATUR PRASETYA. TRIBRATA mempunyai isi yaitu 1) Berbakti kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. 2) Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar ) Senantiasa Melindungi, Mengayomi dan Melayani Masyarakat dengan keiklasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban. CATUR PRASETYA memiliki isi yaitu sebagai Insan Bhayangkara, Kehormatan Saya Adalah Berkorban Demi Masyarakat, Bangsa dan Negara, untuk: 1) Meniadakan segala bentuk gangguan keamanan, 2)

2 Menjaga keselamatan jiwa raga, harta benda dan Hak Asasi Manusia, 3) Menjamin kepastian berdasarkan hukum, 4) Memelihara perasaan tentram dan damai. Polres Kota Cimahi memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugas mereka sebagai abdi masyarakat. Isi Visi Polres Kota Cimahi yaitu Terwujudnya Postur Jajaran Polres Kota Cimahi yang professional, bermoral dan modern dipercaya masyarakat tahun 2014, serta mampu mendukung upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menjadi provinsi yang termaju.sedangkan isi dari misinya yaitu Meningkatkan pelayanan Kepolisian kepada masyarakat melalui bimbingan pengayoman, perlindungan, penyelamatan, pengaturan dan penertiban kegiatan masyarakat agar masyarakat bebas dari segala gangguan fisik dan phsikis. Mengembangkan Perpolisian masyarakat dengan membangun kemitraan antara Polisi dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosial. Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk memelihara keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas. Menegakkan hukum secara independen, tidak diskriminasi, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan. Meningkatkan kemampuan SDM dengan dukungan sarana dan prasarana yang cukup. Meningkatkan nilai moral dan agama dalam sikap dan prilaku kehidupan. Mendukung upaya pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mensukseskan pembangunan. Gambaran Umum Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah polisi wanita yang berada di wilayah kerja polres cimahi berjumlah 57 orang,namun yang akhirnya diteliti sebagai sampel hanya 54 orang, karena 3 orang polisi dalam kondisi tidak aktif atau cuti kerja. Keseluruhan sampel berasal dari bagian Basatlantas, Basattahti, Basatbinmas, Basatintelkam, Basatreskim, Humas, Sium, Basatnarkoba, Dokkes, Basatsabhara dengan berbagai tingkatan jabatan mulai dari Kapten (AKP), Letnan Satu (IPTU), Letnan Dua (IPDA), Pembantu Letnan Satu (AIPTU), Pembantu Letnan Dua (AIPDA), Sersan Mayor (BRIPKA), Sersan Kepala (BRIGADIR), Sersan Satu (BRIPTU) dan Sersan Dua (BRIPDA).

3 Umur Karakteristik Sampel Jumlah anggota polisi secara keseluruhan yang berada diwilayah kerja Polres Cimahi yaitu 1816 orang, sedangkan jumlah anggota polisi wanita berjumlah 57 orang. Jumlah polisi wanita di Polres Kota Cimahi terdiri dari berbagai umur, sebaran sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran Sampel Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persen (%) tahun 21 38, tahun 31 57, tahun 2 3,7 Total Berdasarkan Tabel 11, Rentang umur yang mendominasi keanggotaan polisi wanita di Polres Kota Cimahi yaitu dewasa akhir. Rentang umur yang berada pada dewasa akhir biasanya memiliki kadar hormon estrogen yang semakin berkurang (Waryana 2010). Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sindrom pra menstruasi, dimana fungsi dari hormon estrogen yaitu membantu proses penebalan dinding rahim untuk mempersiapkan menerima dan memelihara telur yang akan dibuahi. Tingkat Pendidikan Karakteristik sampel yang dianalisis selain umur yaitu tingkat pendidikan. Tabel sebaran tingkat pendidikan sampel di Polres Kota Cimahi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kategori Frekuensi Persen (%) SMA 41 75,9 Sarjana 13 24,1 Total Berdasarkan Tabel 12, rerata tingkat pendidikan anggota Polwan di Polres Kota Cimahi yaitu sekolah menengah atas, namun ada beberapa bergelar sarjana. Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan

4 manusia baik pikiran, perasaan maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat, tapi peningkatan pengetahuan saja belum cukup berpengaruh langsung terhadap perilaku sebab pendidikan merupakan behavioral investment jangka panjang, tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Perilaku merupakan suatu tindakan yang berulang-ulang dilakukan dan dapat dijadikan suatu kebiasaan dari seseorang. Perilaku yang dapat menjadi faktor terjadinya sindrom pra menstruasi yaitu perilaku hidup sehat yang meliputi pemilihan bahan makanan dan aktivitas fisik. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan (Gibson 2005). Pengukuran status gizi dilakukan dengan indikator Indeks Massa Tubuh. Sebaran sampel berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran Sampel Berdasarkan Klasifikasi Status Gizi Kategori Frekuensi Persen (%) Kurus (underweight) 4 7,3 Normal 36 65,5 Overweight 14 25,5 Obese I 0 0 Obese II 0 0 Total Sebagian besar sampel (36%) memiliki status gizi normal, namun terdapat 7,3% sampel yang memiliki status gizi underweight serta 14% memiliki status gizi overweight. Status gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kesehatan. Kekurangan atau kelebihan gizi dalam jangka waktu yang panjang akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Makanan yang bergizi tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan berat badan pada perempuan. Kadar estrogen akan meningkat akibat kolesterol yang tinggi. Apabila komposisi lemak dalam tubuh seseorang kurang maka dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam sistem reproduksi sehingga dapat terjadi ketidakseimbangan hormon yang dapat mengakibatkan terjadinya sindrom pra menstruasi (Waryana 2010).

5 Tingkat Pengetahuan Peningkatan pengetahuan gizi merupakan salah satu upaya penanggulangan masalah gizi. Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi adalah kurangnya ketersediaan pangan, rendahnya daya beli, dan rendahnya pendidikan/pengetahuan yang dipengaruhi faktor sosial budaya (Khomsan 2004). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Banyak masalah gizi dipengaruhi oleh keterbatasan pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi makanan seseorang yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizinya. Menurut Suhardjo (1996), gangguan gizi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Sebaran sampel berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan pada Polisi Wanita di Polres Cimahi Frekuensi Tingkat Pengetahuan n % Rendah 2 3,7 Sedang 36 66,7 Tinggi 16 29,6 Total Sebagian besar sampel memiliki tingkat pengetahuan berkategori sedang (66,7%). Tingkat pengetahuan yang sedang dapat diartikan akan mempengaruhii sikap dan perilaku yang cukup baik dalam menerapkan informasi untuk kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memberikan perubahan perilaku dalam pemilihan bahan makanan ataupun cara penanganan apabila mengalami sindrom pra menstruasi. Aktivitas Fisik FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama, setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi. Kategori tingkat aktivitas fisik dengan nilai physical activity level (PAL) dibagi dalam tiga bagian, yaitu ringan (1,40 PAL 1,69), sedang (1,70 PAL 1,99) dan berat (2,00 PAL 2,40). Sebagian besar anggota polisi wanita di Polres Kota Cimahi memiliki tingkat aktivitas yang berkategori sedang. Sebaran sampel

6 berdasarkan tingkat aktivitas fisik pada polisi wanita di Polres Kota Cimahi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik pada Polwan di Polres Kota Cimahi Frekuensi Tingkat aktivitas fisik n % Ringan Sedang Berat 5 9 Total Rata rata tingkat aktivitas dari sampel berkategori sedang. Aktivitas yang dilakukan sampel dalam kesehariannya bervariasi diantaranya bekerja dikantor seperti mengetik didepan komputer, mondar-mandir mengurus berkas, rapat, mengatur lalu lintas di pagi dan sore hari, mengurus pembuatan SIM, mengurus pekerjaan kantor lainnya. Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani Pangan hewani adalah kelompok pangan yang terdiri dari daging, telur, susu, ikan dan hasil olahannya. Sebaran sampel berdasarkan frekuensi konsumsi pangan hewani dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani Kategori Frekuensi n % Kurang 52 96,3 Baik 2 3,7 Total Frekuensi konsumsi pangan hewani sampel berkategori kurang dimana frekuensi konsumsi dalam sehari < 3x penukar setara dengan 50 gram per satu penukar. Berdasarkan data recall rata-rata konsumsi pangan hewani sampel dalam sehari yaitu 92 gram, sedangkan anjuran konsumsi pangan hewani dalam sehari yaitu sekitar 150 gram. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat konsumsi sampel hanya 61,3%. Jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi sampel bervariasi seperti ikan air tawar, ayam, ati ayam dan daging sapi. Pangan hewani memiliki kandungan vitamin dan mineral seperti vitamin B6 dan mineral Fe yang memiliki tingkat bioavaibilitas tinggi. Vitamin B6 memiliki peranan dalam mengontrol produksi zat serotonin. Serotonin berperan penting dalam fungsi otak dan saraf, apabila kekurangan serotin dapat mengakibatkan rasa depresi,

7 sedangkan mineral besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Status besi seseorang juga mempengaruhi produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sistem kekebalan (Almatsier 2004). Jenis pangan hewani yang dikonsumsi oleh sampel diantaranya yaitu daging ayam, daging sapi, ikan air tawar, ikan asin, susu, telur, dan bakso. Konsumsi pangan yang mengandung besi-hem akan meningkatkan absorpsi zat besi di dalam tubuh. Absopsi besi-hem dua kali lipat lebih besar daripada besinonhem. Menurut Almatsier (2004), kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan. Asupan protein yang kurang akan mempengaruhi penurunan frekuensinpuncak LH dan akan mengalami pemendekan fase folikuler rata-rata 3.8 hari, sehingga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon dan dapat memperberat keluhan pra menstruasi. Frekuensi Konsumsi Sayur dan Buah Sayur dan buah adalah sumber vitamin dan mineral yang berasal dari tanaman, yaitu bunga, daun, batang, umbi atau buah (Baliwati 2004). Seperti halnya pangan hewani, sayur dan buah memiliki kandungan vitamin dan mineral yang cukup banyak, banyak vitamin larut lemak, larut air serta mineral yang beragam. asupan vitamin dan mineral yang berasal dari sayur dan buah akan mempengaruhi status kesehatan bagi seseorang. Sebaran sampel berdasarkan frekuensi konsumsi sayur dan buah dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Sayur dan Buah Kategori Frekuensi Sayur Buah n % n % Kurang 29 53, Baik 25 46,3 0 0 Total Dari keseluruhan sampel, rata-rata sampel memiliki tingkat konsumsii sayur yang kurang baik. Frekuensi konsumsi sayur sampel dalam satu hari 1½

8 satuan penukar atau setara dengan 100 gram per satuan penukar, konsumsi buah sampel 3 satuan penukar atau setara dengan 100 gram per satuan penukar. Berdasarkan hasil recall rata-rata konsumsi sayur dan buah sampel dalam sehari yaitu gram dan 76.4 gram. Anjuran untuk konsumsi sayur dan buah masing-masing 300 gram dan 300 gram dalam sehari, sehingga tingkat konsumsi sayur dan buah sampel dalam sehari yaitu 45% dan 25%. Frekuensi konsumsi sayur dan buah dari sampel yang kurang dapat diakibatkan oleh ketersediaan makanan dilingkungan kerja yang tidak ada, kesadaran mengenai kesehatan yang kurang dari sampel dan kondisi pekerjaan yang padat sehingga sampel hanya mengonsumsi makanan yang instan. Kandungan mineral yang terdapat di sayur dan buah yang memiliki pengaruh terhadap sindrom pra menstruasi yaitu magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) yang sangat berperan dalam sistem otot tubuh. Mineral tersebut berfungsi dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan-pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier 2004). Jenis sayur dan buah yang dikonsumsi oleh sampel diantaranya adalah bayam, buncis, wortel,daun singkong, kacang panjang, sawi hijau, labu siam dan kangkung. Kekurangan kalsium (Ca) pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan sehingga tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Kecukupan kalsium (Ca) berdasarkan WKNPG (2004) untuk wanita usia tahun adalah 1000 mg dan untuk wanita usia tahun adalah 800 mg. Apabila kebutuhan sumber mineral tersebut kurang maka dapat memperberat sindrom pra menstruasi. Usia Menarche, Periode Menstruasi dan Lama Menstruasi Menarche merupakan usia ketika pertama kali mendapat menstruasi. Sebagian besar sampel memiliki usia menarche antara tahun. Sebaran sampel berdasarkan usia menarche dapat dilihat pada Gambar 2.

9 Tahun Tahun Gambar 2 Sebaran Sampel Berdasarkan Usia Menarche Sebagian besar sampel (59,3%) memiliki usia menarche antara tahun. Tidak ada sampel yang memiliki usia menarche < 10 tahun. Perkembangan seksual sekunder dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen antara lain status gizi, lingkungan, media massa, sosial ekonomi dan derajat kesehatan secara keseluruhan. Terdapat pengaruh antara jumlah lemak tubuh tertentu saat pra menstruasi ataupun saat menstruasi. Teori ini menekankan bahwa menarche terjadi pada berat badan tertentu dan pada usia tertentu pada seorang wanita. Menarche yang datang lebih dini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor lain yaitu berat badan yang berlebih, aktifitas fisik, dan genetic. Selain itu, dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan kuat seperti film, buku-buku bacaan dan majalah orang dewasa yang dapat mempercepat menstruasi dini (Waryana 2010). Panjang masa siklus menstruasi rata-rata 28 hari, 14 hari persiapan untuk ovulasi dan 14 hari selanjutnya endometrium disiapkan untuk kedatangan ovum yang dibuahi kira-kira pada hari ke-21. Bila hanya ovum yang tidak dibuahi yang tiba dalam uterus maka pada hari ke-28 endometrium runtuh dan menstruasi pun terjadi dan siklus diulang sekali lagi. Lama siklus menstruasi pada wanita sangat bervariasi, namun rat-rata periode menstruasi seorang wanita yaitu 28 hari dari permulaan masa menstruasi ke permulaan menstruasi berikutnya (Ganong 1992). Sebaran sampel berdasarkan periode menstruasi dapat dilihat pada Gambar 3.

10 Hari Hari Hari Gambar 3 Sebaran Sampel Berdasarkan Periode Menstruasi Periode menstruasi adalah jarak antara dua masa haid (jarak hari pertama haid ke 1 ke hari pertama haid berikutnya). Periode menstruasi sebagian besar sampel antara hari termasuk kedalam kategori normal. Apabila seseorang memiliki periode menstruasi melebihi 35 hari dan mengalami haid yang tidak teratur dan haid yang sedikit sekali, hal tersebut menandakan bahwa seseorang mengalami oligomenore. Penyebabnya yaitu karena stres, penyakit kronik, tumor yang memproduksi estrogen, asupan gizi yang kurang, gangguan pola makan (anoreksia nervosa dan bulimia). Hasil penelitian serupa sebelumnya menemukan rata-rata lama menstruasi 3-5 hari dianggap normal dan lebih dari 9 hari dianggap tidak normal (Affandi 1999). Sebaran sampel berdasarkan lama menstruasi dapat dilihat pada Gambar 4. Hari Hari Hari Gambar 4 Sebaran Sampel Berdasarkan Lama Menstruasi Sebagian besar sampel (81,48%) memiliki lama menstruasi berkisar 3-9 hari dalam satu periode menstruasi. Hal tersebut menyatakan bahwa rata-rata

11 sampel termasuk dalam lama menstruasi yang normal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tenia (2010) pada sampel nonatlet yang memiliki lama menstruasi yang normal. Lama menstruasi yang tidak normal dapat diakibatkan oleh status gizi dan kadar lemak tubuh seseorang yang kurang, sehingga dapat mengakibatkan kadar hormon estrogen yang rendah dan berdampak terjadi ketidakseimbangan hormon dan memperberat keluhan pra menstruasi. Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi Sebaran sampel berdasarkan jumlah kasus sindrom pra menstruasi disajikan pada Tabel 18. Kasus sindrom pra menstruasi yang paling banyak terjadi pada sampel adalah gangguan emosional (21%). Hal ini sesuai dengan penelitian Lutfiah (2007) yaitu sebagian besar sampel yang diteliti mengalami gangguan emosional menjelang menstruasi. Tabel 18 Sebaran Sampel Berdasarkan Jumlah Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi Jenis Keluhan Frekuensi n % Sakit kram di bawah perut 18 9,2 Pusing 13 6,7 Mual 3 1,5 Muntah 2 1 Sakit pada payudara Sakit pinggang 38 19,5 Lesu 16 8,2 Jerawat 25 12,8 Lebih emosional Berdasarkan Tabel 18, jenis keluhan yang lebih banyak dirasakan oleh sampel yaitu lebih emosional dan rasa sakit pada payudara, dimana keluhan tersebut dalam menghambat produktivitas kerja sampel. Rata rata keluhan tersebut mulai dirasakan sampel dua hari sebelum menstruasi. Kategori Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi Tabel 19 menjelaskan mengenai penjumlahan skor keluhan berdasarkan jenis keluhan menstruasi yang dialami oleh sampel kemudian dikategorikan menjadi tidak ada keluhan, ringan, sedang dan berat.

12 Tabel 19 Sebaran Sampel Berdasarkan Kategori Jenis Keluhan Sindrom Pra Menstruasi Kategori Jenis Keluhan Frekuensi Sindrom pra menstruasi n % Tidak ada keluhan 0 0 Ringan 19 35,2 Sedang 28 51,9 Berat 7 13,0 Total Sebagian besar sampel (51,9%) memiliki kategori keluhan sedang. Hal ini diduga karena sebagian besar sampel selama sindrom pra menstruasi mengeluhkan lebih emosional dibandingkan dengan jenis keluhan yang lainnya. Dimana nilai skor keluhan untuk keluhan emosional bernilai rendah. Tidak ada sampel yang tidak mengalami keluhan. Kategori Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi Sindrom pra menstruasi adalah kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium). Sindrom ini akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid (Baziad 2002). Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Sebaran sampel berdasarkan tingkat keluhan sindrom pra menstruasi dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran Sampel Berdasarkan Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi Kategori Skor Keluhan Frekuensi Sindrom pra menstruasi n % Tidak ada keluhan 0 0 Ringan 30 55,6 Sedang 23 42,6 Berat 1 1,9 Total Kategori skor keluhan menstruasi merupakan penjumlahan skor keluhan menjelang sindrom pra menstruasi yang kemudian dikategorikan menjadi tidak ada keluhan, ringan, sedang dan berat. Sebagian besar sampel (55,6%) memiliki kategori skor menstruasi total dengan kategori ringan.

13 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Sindrom pra menstruasi pada Polisi Wanita di Polres Cimahi Korelasi spearman dilakukan untuk menguji adanya hubungan antara variabel variabel dengan sindrom pra menstruasi seperti tingkat pengetahuan, aktivitas fisik, frekuensi konsumsi pangan hewani, sayur dan buah, faktor usia menarche, lama menstruasi dan periode menstruasi dengan skor keluhan menstruasi. Berdasarkan uji ini didapatkan hasil analisis yang dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Hasil Uji Hubungan Antar Variabel dengan Skor Keluhan Sindrom Pra Menstruasi Variabel Nilai Signifikan ( p ) Tingkat Pengetahuan 0,484 Aktivitas Fisik 0,004 Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani 0,007 Frekuensi Konsumsi Sayur 0,004 Frekuensi Konsumsi Buah 0,695 Usia Menarche 0,205 Lama Menstruasi 0,076 Periode Menstruasi 0,304 Dari beberapa variabel yang diuji dengan menggunakan uji korelasi spearman didapatkan variabel yang berhubungan dengan sindrom pra menstruasi adalah variabel aktivitas fisik, frekuensi konsumsi pangan hewani dan frekuensi konsumsi sayur. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman untuk tingkat pengetahuan tidak menunujukkan hubungan (p>0,05). Menurut Suhardjo (1989) pengetahuan gizi saja belum mampu membuat seseorang mengubah perilakunya, untuk itu masih dibutuhkan motivasi dan perhatian agar individu mau mengubah pola hidupnya dan pemilihan bahan makanan. Pemilihan bahan makanan yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat kubutuhan zat gizi makro maupun zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga dapat mempengaruhi ketidakseimbangan hormon yang dapat memperberat keluhan sindrom pra menstruasi.

14 Aktivitas Fisik Hasil uji korelasi Spearman antara aktivitas fisik dengan skor sindrom pra menstruasi menunjukkan ada hubungan yang sangat nyata negatif (p<0,05). Semakin tinggi tingkat aktivitas maka semakin rendah keluhan sindrom pra menstruasi. Aktivitas yang dilakukan sampel dalam kesehariannya seperti duduk didepan meja, menulis, mengetik, berjalan mondar-mandir sambil membawa arsip dan melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih dan lain-lain), selain itu ada kegiatan olahraga rutin seminggu sekali yang selalu dilaksanakan setiap hari jumat seperti lari pagi, senam aerobic dan bulu tangkis. Sekelompok aktivitas yang dilakukan sampel secara terencana dan terstruktur dapat memperbaiki dan mempertahanakan kebugaran fisik. Sebagian aktivitas dapat membantu meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot. Pada saat pre menstruasi, dinding rahim mulai melakukan kontraksi untuk terjadi peluruhan dinding rahim karena tidak terjadi pembuahan, apabila memiliki otot tubuh yang kuat maka kontraksi yang terjadi dirasakan berkurang (Sjostrom 2004). Konsumsi Pangan Hewani Hasil uji korelasi spearman menunjukkan ada hubungan nyata negatif antara tingkat konsumsi hewani dengan skor keluhan sindrom pra menstruasi (p<0,05), semakin tinggi mengonsumsi hewani dapat menurunkan tingkat sindrom pra menstruasi sampel. Pangan hewani memiliki kandungan zat besi (Fe) yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis pangan yang lainnya. Zat besi memiliki beberapa fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Status besi seseorang juga mempengaruhi produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sistem kekebalan. Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunkan kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunkan kekebaalan tubuh dan gangguan penyembuhan (Almatsier 2004). Menurut Wijayakusumah (2007), kekurangan zat besi berarti tubuh kita kekurangan hemoglobin dan oksigen yang dapat meningkatkan gejala keluhan sindrom pra menstruasi terutama sakit kepala karena keterbatasan oksigen ke otak, asupan zat besi yang cukup dapat mengurangi keluhan sindrom pra menstruasi. Menurut Path (2004), menjelaskan bahwa dengan meningkatkan asupan protein hewani dan lemak dapat

15 meningkatkan fase luteal. Fase luteal yaitu fase setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum dan endometrium menebal (Waryana 2010). Namun apabila konsumsi protein hewani kurang maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon dimana produksi hormon estrogen akan berkurang, hal tersebut dapat memperberat keluhan sindrom pra menstruasi. Konsumsi Sayur Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan ada hubungan nyata antara tingkat konsumsi sayur dengan skor keluhan sindrom pra menstruasi (p<0,01), semakin tinggi mengonsumsi sayuran dapat menurunkan tingkat sindrom pra menstruasi sampel. Sayur merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh,terutama yang berperan dalam sistem hormonal seperti vitamin piridoksin (B6) dan mineral kalsium (Ca), magnesium (Mg) yang mempengaruhi keseimbangan hormon dan sistem kontraksi otot, hal tersebut dapat berperan dalam menurunkan keluhan pada saat sindrom pra menstruasi. Konsumsi Buah Berdasarkan hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi buah dengan kejadian sindrom pra menstruasi dilihat dari nilai p>0,05. Tingkat konsumsi buah dari keseluruhan sampel memiliki rata rata yang sama, dimana keseluruhan sampel berada dalam kategori kurang, tingkat konsumsi buah dalam sehari berada dibawah standar frekuensi konsumsi buah dalam satu hari yaitu 3x dalam sehari. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat konsumsi buah pada keseluruhan sampel memiliki pola konsumsi yang sama. Usia Menarche Usia menarche merupakan usia pertama seorang wanita mendapat menstruasi. Tidak ada hubungan yang nyata antara usia menarche dengan kejadian sindrom pra menstruasi (p>0,05). Usia menarche sampel penelitian terbesar berada pada kelompok usia antara tahun. Umumnya usia menarche paling sering terjadi pada usia 14 tahun, namun terdapat sampel yang >15 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan Suryana (2005) pada mahasiswa putri tingkat persiapan bersama IPB menunjukkan rata rata usia menarche adalah

16 12,7 tahun. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Tenia (2010) didapatkan kisaran usia tahun. Lama Menstruasi Hasil korelasi spearman antar variabel lama menstruasi dengan sindrom pra menstruasi menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata (p>0,05). Menurut baziad (2005) lama menstruasi pada umunya berkisar antara 3 5 hari dan ada sebagian antara 7 8 hari. Lama menstuasi sampel dalam penelitian ini memiliki rata rata dalam kategori normal yaitu 3 9 hari. Periode Menstruasi Periode menstruasi yang normal berkisar hari. Rata rata periode menstruasi sekitar 28 hari, namun siklus pada setiap wanita berbeda. Hasil uji korelasi Spearman antara variabel periode menstruasi dengan sindrom pra menstruasi menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata (p > 0,05) sekitar 61,1%. Faktor faktor yang Berpengaruh Terhadap Sindrom pra menstruasi Berdasarkan hasil uji korelasi spearman terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian sindrom pra menstruasi yaitu variabel aktivitas fisik, konsumsi pangan hewani dan konsumsi sayuran. Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel yang berhubungan dengan sindrom pra menstruasi dilakukan uji linier berganda. Hasil analisis uji linier berganda dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Anova Regresi Pengaruh Konsumsi Sayur dan Aktivitas Fisik Terhadap Sindrom Pra Menstruasi Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression b Residual Total R² = 28,3% Tabel 23 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Model B Std. Error Beta t Sig. constanta kon_sayur aktivitas Y = 18,202 2,709 (konsumsi sayur) 5,152 (aktivitas fisik)

17 Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda hanya dua variabel yang berpengaruh terhadap kejadian sindrom pra menstruasi yaitu variabel frekuensi konsumsi sayur dan aktivitas fisik, dengan persamaan regresi y= 18,202 5,512 (aktivitas fisik) 2,189 (konsumsi sayur) dan determinasi (R²) = 28,3. Artinya frekuensi konsumsi sayur dan aktivitas fisik secara bersama-sama berpengaruh terhadap sindrom pra menstruasi sebesar 28,3 persen. Setiap kenaikan 1 frekuensi konsumsi sayur (URT) akan menurunkan skor keluhan sindrom pra menstruasi 2,189 dan setiap kenaikan 1 level aktivitas fisik dapat menurunkan skor sindrom pra menstruasi sebesar 5,152 dari skor total keluhan sindrom pra menstruasi sebesar 21. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dan konsumsi sayuran memiliki pengaruh dalam menurunkan keluhan sindrom pra menstruasi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis dan teratur akan melatih sistem otot tubuh untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik serta menjaga kebugaran tubuh. Konsumsi sayuran yang mencukupi kebutuhan dapat menurunkan keluhan sindrom pra menstruasi karena terpenuhi zat gizi mikro baik vitamin dan mineral yang dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini terjadi proses perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Pada fase ini ditandai dengan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sindrom pra menstruasi Pengertian Etiologi

TINJAUAN PUSTAKA Sindrom pra menstruasi Pengertian Etiologi TINJAUAN PUSTAKA Sindrom pra menstruasi Pengertian Sindrom pra menstruasi (PMS) adalah kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore merupakan nyeri di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan istirahat saat mengalami dismenore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang sehat merupakan kebahagian bagi kehidupan manusia. Hal ini memang menjadi tujuan pokok dalam kehidupan. Soal kesehatan ditentukan oleh makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita dimulai saat berkurang sampai berhenti fase menstruasi, ditandai dengan berhenti diproduksinya sel telur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatexco Batang Jawa Tengah, perusahaan ini merupakan pabrik yang memproduksi kain mori untuk bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan pengolahan hasil data yang terkumpul diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan premenstrual syndrome dan emotion focused

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan lima belas studi utama yang diterbitkan antara tahun 2002 dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu masalah yang paling umum

Lebih terperinci

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun USIA REMAJA Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal 10 12 tahun dan berakhir usia 18 tahun Karateristik: Masa pertumbuhan yg cepat, Perkembangan seksual, perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

PERBEDAAN KANDUNGAN PROTEIN, ZAT BESI DAN DAYA TERIMA PADA. PEMBUATAN BAKSO DENGAN PERBANDINGAN JAMUR TIRAM (Pleurotus

PERBEDAAN KANDUNGAN PROTEIN, ZAT BESI DAN DAYA TERIMA PADA. PEMBUATAN BAKSO DENGAN PERBANDINGAN JAMUR TIRAM (Pleurotus PERBEDAAN KANDUNGAN PROTEIN, ZAT BESI DAN DAYA TERIMA PADA PEMBUATAN BAKSO DENGAN PERBANDINGAN JAMUR TIRAM (Pleurotus Sp) DAN DAGING SAPI YANG BERBEDA SKRIPSI Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

Susu. Lipat sini. Susu mengandungi kalsium.

Susu. Lipat sini. Susu mengandungi kalsium. Susu Susu mengandungi kalsium. Kalsium menyumbang kepada tumbesaran tulang dan gigi, penggumpalan darah, fungsi saraf dan otot, serta pertumbuhan dan perkembangan tulang dalam kanak-kanak. Kadar pengambilan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN 58 Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM, MAGNESIUM, DAN KEBIASAAN OLAHRAGA TERHADAP DISMENORE PADA SISWI SMPN 191 KEBUN JERUK JAKARTA BARAT Saya Vina Edika Rosmawati Simorangkir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami dalam kehidupan perempuan sejak masa pubertas dan akan berakhir saat menopause. Perdarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Defenisi motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakan (Winardi, 2007). Swanburg 2002 mendefenisikan motivasi sebagai

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Pengetahuan tentang merokok yang perlu diketahui antara lain meliputi definisi merokok, racun yang terkandung dalam rokok dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH HARAFANI IMANNANDA E10013238 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci