Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Resin untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir)"

Transkripsi

1 Pengembangan untuk Mengatasi Kepasiran di Reservoir yang Tidak Terkonsolidasi (Unconsolidated Reservoir) Taufan Marhaendrajana, ITB; Gema Wahyudi Purnama, ITB; Ucok W. Siagian, ITB Abstract Terjadinya kepasiran dapat mengakibatkan beberapa hal kerugian seperti (i) penurunan produksi karena memberikan efek sumbatan di pori-pori, dan perforasi, (ii) pasir yang terbawa dari reservoir dapat terkumpul di dasar lubang sumur sehingga menyebabkan sumur mati, (iii) menyebabkan erosi pipa, dan (iv) memerlukan penanganan dan pembuangan khusus di permukaan. Penanganan produksi pasir menggunakan metoda mekanik (gravel pack, slotted liner, sand screen), kurang efektif untuk reservoir tidak terkonsolidasi dibandingkan dengan penguatan ikatan antar matriks batuan menggunakan bahan kimia. Paper ini mengembangkan dan menguji material (resin) yang dapat digunakan untuk memperkuat ikatan antar matriks batuan dengan tidak terlalu mengurangi permeabilitas batuan. Pengujian terhadap kekuatan batuan dengan tambahan material ini dilakukan dengan menggunakan alat triaxial stress yang dibuat untuk aplikasi pada tekanan axial dan temperatur tinggi, dan memungkinkan adanya tekanan radial menggunakan gas atau cairan. Dalam presentasi paper ini, core yang digunakan memiliki porositas 25-3%, permeabilitas 5-3 md, diuji pada temperatur 12 o C (216 o F), dan tekanan 3145 psi. Hasil dari paper ini menunjukkan bahwa komposisi resin yang tepat dapat meningkatkan kekuatan batuan sebesar 8-11 psi dengan permeabilitas menjadi 7% dari nilai awalnya. Pendahuluan Usaha yang pertama kali dilakukan untuk merekatkan antara matrik di dalam formasi berawal pada tahun 194an dan berkembang pada tahun antara (M. Parlar, 1998). Metode yang dipakai adalah secara kimiawi, yaitu mengikat/menyemen formasi butiran pasir di sekitar sumur (antara 3-6 feet di belakang formasi) dengan zat sejenis plastik. Karena dalam prakteknya metoda tersebut berdampak pada pengurangan permeabilitas yang besar di sekitar sumur, maka metoda ini jarang dipakai. Terlepas dari kekurangan di atas, metoda ini (kosolidasi batuan) secara konsep sangat efektif dalam pencegahan produksi pasir dari reservoir hingga ke permukaan. Dengan demikian akan banyak keuntungan yang akan didapat, terhindarnya peralatan di atas dan bawah permukaan dari erosi pasir, tidak memerlukan tempat untuk penanganan pasir dipermukaan, terhindar dari pasir mencemari lingkungan, dan mencegah "mati" nya sumur karena menumpuknya pasir di dasar lubang sumur. A.Wasnik and S. Mete (25) menggunakan resin untuk merekatkan antar matriks batuan. Mereka menyimpulkan bahwa compressive stress batuan dapat bertambah 6-7 psi dengan permeabilitas 6% - 9% dari nilai awalnya. adalah senyawa kimia yang memiliki sifat dapat merekatkan antara material yang satu dengan yang lain. Beberapa material dasar pembuatan resin untuk keperluan konsolidasi batuan formasi adalah epoxy, furfurin, dan organosilane (Phillip D. Nguyen, 25). Paper ini menggunakan resin berbahan dasar epoxy yang menurut D. M. Slagle (28) memiliki keuntungan, yaitu (i) memiliki resistensi yang baik terhadap acid dan alkali, (ii) viskositas yang rendah, dan (iii) lebih cepat dalam hal pengerasan (curing time). Yang berbeda dari paper ini dari penelitian sebelumnya adalah pengujian kekuatan batuan yang telah direndam resin menggunakan triaxial stress yang mempertimbangkan temperatur tinggi, jenis fluida reservoir (cair atau gas) dan confining pressure. Metodologi Hal pertama yang dilakukan adalah mengembangkan (membuat) alat triaxial stress (Gambar 1) yang memiliki kemampuan beban axial mencapai 1 ton (setara dengan tekanan 28 psi untuk diameter specimen 1 in), tekanan radial (confining pressure) mencapai 15 psi, temperatur mencapai 4 o C dapat menggunakan air dan gas sebagai fluidanya (Ecep, 21). Core sintetik dibuat dengan mengacu pada informasi data serpihan dari sumur pada lapangan yang dijadikan referensi, sehingga core sintetik yang IATMI 1 6

2 mendekati kondisi fisik batuan pada sumur tersebut (dengan kisaran porositas 25-3% dan permeabilitas 5-3 md). Untuk membuat core dengan karakteristik poorly consolidated diperlukan ukuran matrik (grain) mesh Komposisi pasir dan semen diatur sedemikian rupa dengan persentase berat pasir dan semen 8% berbanding 2%. Dimensi core dibuat dengan ukuran diameter 2.5 cm (1 in), dan tinggi 5 cm (2 in). Setelah core dikeringkan selama tiga hari, porositas dan permeabilitas diukur menggunakan Ultrapore TM 3 Helium Pycnometer System dan Ultra Permeameter TM 4. Kemudian core diuji compressive stress nya dengan pada kondisi unconfined dan confined dengan menggunakan air atau gas yang memberikan support tekanan secara radial. Keberadaan air dan gas ini juga untuk mensimulasikan jenis fluida di reservoir yang berupa cairan (minyak atau air) dan gas. Bahan resin berasal dari Epoxy ditambah dengan Hardener dan Aseton. Epoxy berfungsi sebagai bahan baku pembuat resin. Hardener berfungsi sebagai katalis/campuran pengeras/pengental. Aseton berfungsi sebagai pelarut dari Epoxy dan Hardener. Beberapa kombinasi Epoxy dan Hardener ini dibuat untuk menghasilkan berbagai jenis resin. Kemudian secara berturut-turut disebut 1, 2, dan 3 untuk resin dengan komposisi 25% Epoxy: 75% Hardener, 5% Epoxy: 5% Hardener, dan 75% Epoxy: 25% Hardener. Core kemudian direndam dalam resin seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2. Setelah perendaman, core tersebut kembali diuji untuk mendapatkan nilai porositas, permeabilitas dan compressive stress. Untuk setiap jenis resin lama perendaman dilakukan selama 1, 2, dan 6 jam untuk melihat pengaruh penetrasi dan pengikatan matriks oleh resin. Core yang telah ditambah resin dengan bermacam perlakuan diambil sayatan tipisnya untuk diperiksa menggunakan SEM, hal ini untuk membantu menjelaskan mekanisme atau cara kerja resin di dalam mengikat batuan dan efeknya terhadap porositas dan permeabilitas batuan. Hasil dan Pembahasan Hasil dari perlakuan core dengan tahapan pengujian yang telah dipaparkan sebelumnya disajikan dalam Gambar 3-2. Gambar 3 memperlihatkan bahwa compressive stress batuan meningkat seiring dengan adanya confining pressure yang diberikan oleh fluida cair dan gas. Di samping mempunyai efek confining pressure, yang menahan deformasi batuan secara lateral, penambahan cairan atau gas ke dalam alat triaxial ini juga memberikan tekanan di dalam pori-pori core yang membantu menahan tekanan axial yang dibebankan pada core. Menarik bahwa walaupun tekanan radial yang diberikan oleh fluida cair dan gas dikondisikan sama, tetapi compressive stress batuan berbeda dengan keberadaan masing-masing fluida tersebut dalam pori batuan. Hal ini dapat diterangkan karena cairan (air) memiliki kompresibilitas yang jauh lebih kecil disbanding dengan gas, maka keberadaan cairan dapat lebih efektif dalam memberikan dukungan pada struktur ikatan batuan dalam menahan gaya (atau tekanan) axial sehingga tidak mudah hancur dibandingkan kalau fluidanya adalah gas. Dari perspektif ini pula bahwa untuk derajat konsolidasi batuan yang sama, reservoir gas lebih rentan terjadi kepasiran. Tentu tidaklah sesederhana yang dibayangkan, karena efek viscous yang dimiliki oleh minya atau air juga akan mengakibatkan friksi yang memicu problem kepasiran juga. Terlhat juga bahwa pada temperatur yang semakin tinggi, ikatan antar matriks oleh semen menjadi berkurang sehingga batuan akan lebih mudah pecah pada temperatur yang semakin tinggi. Pola kelakuan batuan setelah perendaman dalam resin selama 1 jam dapat dilihat pada Gambar 4 8. Semakin besar persentase epoxy dalam resin, compressive batuan secara umum semakin besar baik pada kondisi unconfined, confined (cair) dan confined (gas) seperti terlihat dalam Gambar 4. Pada persentase epoxy lebih dari 5%, compressive stress batuan cenderung mendatar (atau tidak ada kenaikan yang cukup berarti). Permeabilitas mengalami penurunan dan cenderung makin besar dengan bertambahnya persentase epoxy. Pada perendaman 1 jam ini, efek penetrasi resin lebih dominan dibanding dengan pengentalan (atau pengerasan) resin karena waktu perendaman yang tidak terlalu lama. Dengan makin besarnya persentase epoxy, viskositas resin yang dihasilkan makin kecil (Fathoni, 21) sehingga permeabilitas batuan makin kecil. Di atas persentase epoxy 5%, viskositas resin makin kecil sehingga diperkirakan bahwa penetrasi resin yang lebih dalam juga diimbangi dengan resin yang cenderung membasahi dinding pori sehingga masih menyisakan pori-pori yang lebih terkoneksi. Karenanya di atas persentase epoxy 5% permeabilitas yang tersisa naik kembali (Gambar 8) walaupun porositasnya makin kecil (Gambar 6). Pola kelakuan core setelah perendaman dalam resin selama 2 jam ditampilkan pada Gambar Hampir sama dengan perendaman 1 jam, compressive stress makin besar dengan makin IATMI 1 6

3 besarnya persentase epoxy, demikian juga permeabilitas yang tersisa juga makin besar. Apabila lama perendaman ditingkatkan menjadi 6 jam (Gambar 14 18), maka pori-pori akan tersumbat oleh resin sehingga permeabilitasnya menjadi NOL. Berdasarkan dengan peningkatan compressive stress, dari tiga komposisi resin yang dicoba, maka persentase epoxy:hardener yang optimal adalah 5%:5%, peningkatan persentase epoxy menjadi 75% dimungkinkan untuk mengurangi penurunan permeabilitas. Lama perendaman core oleh resin selama 2 jam memiliki hasil yang optimal (Gambar 19 dan 2) dengan kenaikan compressive yang cukup besar dengan penurunan permeabilitas yang kecil. Dari keseluruhan percobaan yang dilaporkan dalam makalah ini, penambahan resin dengan komposisi yang tepat dapat menaikkan compressive stress batuan sebesar 84 psi dan penurunan permeabilitas yang relatif kecil dimana permeabilitas adalah 73% dari nilai awalnya. Khusus untuk reservoir gas, penurunan permeabilitas seperti itu tidak terlalu mengganggu produktivitas sumur dibanding dengan adanya kepasiran yang dapat menyumbat perforasi atau menumpuk di dasar lubang bor sehingga menyebabkan problem produksi yang lebih serius. Foto sayatan tipis dari core yang diambil dengan SEM dapat dilihat pada Gambar Dengan perendaman di dalam resin selama 2 jam terlihat bahwa resin dapat melakukan penetrasi ke dalam pori-pori batuan. Namun untuk persentase epoxy 25%, penetrasinya tida terlalu dalam dan cenderung menggumpal. Sedangkan semakin encer resin dengan kenaikan persentase epoxy, penetrasinya makin dalam dan masih menyisakan pori-pori yang terkoneksi dengan cukup baik. Simpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kemampuan batuan dengan tingkat konsolidasi tertentu untuk menahan tekanan axial akan lebih kecil di dalam reservoir gas dibanding reservoir minyak, karena gas dengan kompresibilitasnya yang tinggi kurang dapat menopang struktur batuan dibandingkan dengan minyak atau air yang kompresibilitasnya sangat kecil. 2. memiliki kemampuan untuk mengikat antar matriks batuan sehingga dapat meningkatkan compressive stress batuan. Kemampuan ini akan dapat dicapai dengan efektif apabila penetrasi dari resin ini menjangkau jauh ke dalam batuan dan resin masuk ke dalam batuan dengan membasahi dinding batuan. Penetrasi yang dalam dapat dicapai dengan viskositas yang rendah dan sifat membasahi batuan dapat dicapai dengan IFT yang rendah. Pengaruh dari IFT ini perlu diteliti lebih mendalam. 3. Dari beberapa kombinasi resin, diperoleh bahwa komposisi resin yang tepat dapat menaikkan compressive stress sebesar 84 psi sampai 165 psi pada kondisi unconfined dengan penurunan permeabilitas hanya 27% (atau permeabilitas setelah penambahan resin menjadi 73% dari nilainya sebelum ditambah resin). Pekerjaan Mendatang Masih banyak hal yang perlu untuk diteliti lebih lanjut seperti (i) pengaruh keberadaan air dalam reservoir selama penetrasi terhadap pengikatan matriks oleh resin, (ii) pengaruh aliran fluida terhadap stabilitas ikatan matriks oleh resin, (iii) Melihat pengaruh IFT resin terhadap konsolidasi batuan, porositas dan permeabilitas. Daftar Pustaka Parlar, M. et al.: New Chemistry and Improved Placement Practices Enhance Consolidation: Case Histories from The Gulf of Mexico, SPE 39435, Lafayette, Louisiana, February 1998). Wasnik, A. and Mete, S.: Application of System for Sand Consolidation, Mud Loss Control, dan Channel Repairing, SPE International Thermal Operations and Heavy Oil Symposium Held in Cagliary, Alberta, Canada, 1 3 November 25. Nguyen, P.D.: Control of Sand Production in the Underground Storage of Natural Gas, 25. Slagle, D.M. et. Al., SPE-AIME, 28. Ecep, M.M.: Design Lab Apparatus: Single Stage Compressive Test (SST) pada Tekanan dan Temperatur Tinggi, Tugas akhir Teknik Perminyakan ITB, 21. Rasyid, I.F.: Studi Pengembangan Epoxy dalam Mengatasi Permasalahan Kepasiran di Lapangan MIGAS, Tugas akhir Teknik Perminyakan ITB, 21. IATMI 1 6

4 Gambar 1 Alat triaxial stress. Axial Stress, σ1, psi Pengaruh confining stress dan fluida reservoir terhadap compressive stress batuan. 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, Unconfined 2, Confined (Cair) 1, Confined (Gas) Tanpa % 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% Percentage of Epoxy Gambar 4 Peningkatan compressive stress batuan akibat penambahan resin dengan perendaman 1 jam. Gambar 2 Core direndam di dalam resin dengan berbagai macam perlakuan resin. ф(%) Perendaman Core 1 Jam ф tanpa resin ф dengan resin Gambar 5 Porositas batuan sebelum dan setelah perendaman resin selama 1 jam. Axial Stress, σ1, psi 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, T = 5 C (Cair) T = 12 C (Cair) T = 5 C (Gas) T = 12 C (Gas) Confining (Radial) Stress, σ3, psi Gambar 3 IATMI 1 6

5 (%) Persentase ф tersisa Persentase ф tersisa Gambar 6 Persentase porositas batuan yang tersisa setelah perendaman resin selama 1 jam. k (md) Perendaman Core 1 Jam k tanpa resin k dengan resin Gambar 7 Permeabilitas batuan sebelum dan setelah perendaman resin selama 1 jam. (%) Persentase k tersisa Persentase k tersisa Gambar 8 Persentase permeabilitas batuan yang tersisa setelah perendaman resin selama 1 jam. Axial Stress, σ1, psi 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Unconfined Confined (Cair) Confined (Gas) % 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% Tanpa Percentage of Epoxy Gambar 9 Peningkatan compressive stress batuan akibat penambahan resin dengan perendaman 2 jam. ф(%) Perendaman Core 2 Jam ф tanpa resin ф dengan resin Gambar 1 Porositas batuan sebelum dan setelah perendaman resin selama 2 jam. IATMI 1 6

6 (%) Persentase ф tersisa Persentase ф tersisa Gambar 11 Persentase porositas batuan yang tersisa setelah perendaman resin selama 2 jam. k (md) Perendaman Core 2 Jam k tanpa resin k dengan resin Gambar 12 Permeabilitas batuan sebelum dan setelah perendaman resin selama 2 jam. (%) Persentase k tersisa Persentase k tersisa Gambar 13 Persentase permeabilitas batuan yang tersisa setelah perendaman resin selama 2 jam. Axial Stress, σ1, psi 12, 1, 8, 6, 4, 2, Unconfined Confined (Cair) Confined (Gas) % Tanpa 2% 4% 6% 8% Percentage of Epoxy Gambar 14 Peningkatan compressive stress batuan akibat penambahan resin dengan perendaman 6 jam. ф(%) Perendaman Core 6 Jam ф tanpa resin ф dengan resin Gambar 15 Porositas batuan sebelum dan setelah perendaman resin selama 6 jam. IATMI 1 6

7 (%) Persentase фtersisa Persentase ф tersisa Gambar 16 Persentase porositas batuan yang tersisa setelah perendaman resin selama 6 jam. k (md) Perendaman Core 6 Jam k tanpa resin k dengan resin... Gambar 17 Permeabilitas batuan sebelum dan setelah perendaman resin selama 6 jam. (%) Persentase k tersisa Persentase k tersisa... Gambar 18 Persentase permeabilitas batuan yang tersisa setelah perendaman resin selama 6 jam. Persen (%) Persentase porositas tersisa Persentase permeabilitas tersisa Tanpa Lama Perendaman (jam) Gambar 19 Pengaruh lama perendaman resin terhadap porositas dan permeabilitas batuan. Axial Stress, psi 12, 1, 8, 6, 4, 2, Confined (Cair) Confined (Gas) Tanpa Lama Perendaman, jam 8 Gambar 2 Pengaruh lama perendaman resin terhadap compressive stress. IATMI 1 6

8 Hardener. Gambar 21 SEM pembesaran 15x core tanpa resin Gambar 22 SEM pembesaran 15x core dengan resin 25% Epoxy, 75% Hardener. Gambar 23 SEM pembesaran 15x core dengan resin 5% Epoxy, 5% IATMI 1 6 Gambar 24 SEM pembesaran 15x core dengan resin 75% Epoxy, 25% Hardener

9 IATMI 1 6

ISBN

ISBN ISBN 978-979-98831-1-7 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25-28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta STUDI KEMUNGKINAN PENGGUNAAN FIBER SEBAGAI SARINGAN PASIR DI INDUSTRI MIGAS Oleh : Suwardi UPN VETERAN

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PEROSEDUR PERCOBAAN

BAB III PERALATAN DAN PEROSEDUR PERCOBAAN BAB III PERALATAN DAN PEROSEDUR PERCOBAAN Alat vibrasi yang digunakan pada ekperimen ini merupakan pengembangan dari rancangan Tim Vibroseismik Teknik Perminyakan ITB. Alat ini mampu menstimulasi vibrasi

Lebih terperinci

DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI

DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI JTM Vol. XVI No. 3/2009 DESIGN LAB APPARATUS: SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI Ecep Muhammad Mujib 1, Taufan Marhaendrajana 1 Sari Single Stage Compressive Test merupakan

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUISIONER. 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c.

LAMPIRAN 1 KUISIONER. 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c. L1 LAMPIRAN 1 KUISIONER 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c. Kurang menarik 2. Bagaimana penyajian materi dalam perangkat ajar

Lebih terperinci

DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI

DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI DESIGN LAB APPARATUS : SINGLE STAGE COMPRESSIVE TEST (SST) PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR TINGGI Oleh: Ecep Muhammad Mujib* Pembimbing: Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana Sari Single Stage Compressive Test merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga akhirnya kembali lagi ke laut. Lebih dari 98

BAB I PENDAHULUAN. mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga akhirnya kembali lagi ke laut. Lebih dari 98 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Salah satu sumber air yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari hari adalah air tanah. Air tersebut berasal dari hujan yang merembas masuk ke dalam tanah dan

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS Ricky 1), Sugiatmo Kasmungin 2), M.Taufiq Fathaddin 3) 1) Mahasiswa Magister Perminyakan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah berkaitan dengan kondisi sistem pengeboran yang telah berkembang di dunia, khususnya penggunaan fluida dalam industri minyak

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN RESIN EPOXY DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEPASIRAN DI LAPANGAN MIGAS

STUDI PENGEMBANGAN RESIN EPOXY DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEPASIRAN DI LAPANGAN MIGAS STUDI PENGEMBANGAN RESIN EPOXY DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEPASIRAN DI LAPANGAN MIGAS Oleh : Imam Fathoni Rasyid* Pembimbing : Ir. Taufan Marhaendrajana M.Sc, PhD. Sari Produksi pasir adalah salah satu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan adalah jangka sorong, destilator, pompa vacum, pinset, labu vacum, gelas piala, timbangan analitik, tabung gelas/jar, pipet, sudip,

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Seminar Nasional Cendekiaan 205 ISSN: 60-8696 Studi Laboratorium Pengaruh Penggunaan Fluida omplesi CaBr 2 Terhadap Sifat Fisik Batuan Sandstone Sintetik Amry Nisfi Febrian, M. G. Sri Wahyuni, Listiana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR.

PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR. PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR Oleh: ESTRI ANDROMEDA NIM : 12206038 Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DENGAN INJEKSI GAS CO 2 DAN SURFAKTAN SECARA SEREMPAK

PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DENGAN INJEKSI GAS CO 2 DAN SURFAKTAN SECARA SEREMPAK IATMI 2005-56 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005. SARI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) pertama kali muncul pada tahun 1858 ketika minyak mentah ditemukan oleh Edwin L. Drake di Titusville (IATMI SM STT MIGAS

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan minyak, maka berbagai cara dilakukan untuk dapat menaikkan produksi minyak, adapun beberapa cara yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair atau gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain, untuk menghilangkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI Simulasi menggunakan model sistem reservoir seperti yang dijelaskan dan divalidasi dengan data lapangan pada Bab IV terdahulu, selanjutnya akan dilakukan analisa

Lebih terperinci

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding LAMPIRAN 52 Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding 1. Tegangan Antar Permukaan Metode Spinning Drop (Gardener and Hayes, 1983) Cara kerja Spinning Drop Interfacial

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G Bagus Ichwan Martha, Lilik Zabidi, Listiana Satiawati Abstrak Semen pemboran

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2 5 Desember Makalah Profesional IATMI

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2 5 Desember Makalah Profesional IATMI Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2 5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 08 037 PERENDAMAN PARAFFIN SOLVENT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI SUMUR MINYAK

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR Oleh : Garnasih Tunjung Arum 09510134004 ABSTRAK Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Yosua Sions Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL Simulasi reservoir pada reservoir rekah alam dilakukan pada studi ini untuk mengetahui performance dari reservoir dan memprediksi

Lebih terperinci

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI Oleh : MOHAMMAD RAEZAL FALAQ 113070115 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam

BAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam BAB II TEORI DASAR Pada saat ini jenis reservoir rekah alam mulai sering ditemukan, hal ini dikarenakan semakin menipisnya reservoir batu klastik yang mengandung hidrokarbon. Fakta menunjukkan bahwa sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada industri minyak dan gas di sektor hulu terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam proses eksplorasi hingga produksi sumber minyak dan gas. Berawal dari pencarian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

APLIKASI SLOTTED LINER COMPLETION SEBAGAI SAND CONTROL PADA SUMUR- SUMUR HORIZONTAL DI LAPANGAN ATTAKA UNOCAL INDONESIA

APLIKASI SLOTTED LINER COMPLETION SEBAGAI SAND CONTROL PADA SUMUR- SUMUR HORIZONTAL DI LAPANGAN ATTAKA UNOCAL INDONESIA PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 21 YOGYAKARTA, 3-5 OKTOBER 21 APLIKASI SLOTTED LINER COMPLETION SEBAGAI SAND CONTROL PADA SUMUR- SUMUR HORIZONTAL DI LAPANGAN ATTAKA UNOCAL INDONESIA ABSTRAK Syahrani,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Singkat Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro Pembangunan Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro, merupakan proyek pembangunan Track dan Jalur

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah Menurut Bowles (1986), cara untuk melakukan stabilisasi dapat terdiri dari salah satu tindakan sebagai berikut: 1. menambah kerapatan tanah 2. menambah material

Lebih terperinci

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti

Lebih terperinci

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa

Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa 1.1 Umum Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa kandungan bahan organik dapat didefenisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir Bab III Metodologi Penelitian III.1 Diagram Alir Penelitian Diagram pada Gambar III.1 berikut ini merupakan diagram alir yang menunjukkan tahapan proses yang dilakukan pada penelitian studi simulasi injeksi

Lebih terperinci

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : REKAYASA TANAH & BATUAN 1 SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k)

BAB II TEORI DASAR. Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k) BAB II TEORI DASAR.1 Permeabilitas Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k) merupakan kemampuan suatu material (khususnya batuan) untuk melewatkan fluida. Besaran ini dapat diperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai : 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai : 1. Secara umum tanah terdiri dari tiga bahan, yaitu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stabilisasi Tanah dengan Abu Sekam Padi dan Kapur Abu sekam padi (rice husk ash) merupakan sisa pembakaran tanaman padi dan salah satu bahan pozzolan yang memiliki potensi sebagai

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Teknik Perminyakan Lampiran III

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Teknik Perminyakan Lampiran III Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Magister Teknik Perminyakan Lampiran III Fakultas : Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS DENGAN ANALISIS NODAL

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS DENGAN ANALISIS NODAL OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS DENGAN ANALISIS NODAL Abstrak Deane Parahita Program Studi Teknik Perminyakan Trisakti Produktivitas sumur ditunjukkan dari kemampuan suatu formasi untuk memproduksi fluida

Lebih terperinci

DISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT

DISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT JTM Vol. XVI No.4/2009 DISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT Deddy Surya Wibowo 1, Tutuka Ariadji 1 Sari Metode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 250 kg/cm 2 dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 282 kg/cm 2. Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prinsip Dasar Percobaan Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Teknik Perminyakan Lampiran III

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Teknik Perminyakan Lampiran III Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Doktor Teknik Perminyakan Lampiran III Fakultas : Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BATUPASIR SEBAGAI BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR ABC-1 DAN ABC-2, DI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

KARAKTERISTIK BATUPASIR SEBAGAI BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR ABC-1 DAN ABC-2, DI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN KARAKTERISTIK BATUPASIR SEBAGAI BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR ABC-1 DAN ABC-2, DI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Tatya Putri S 1, Ildrem Syafri 2, Aton Patonah 2 Agus Priyantoro 3 1 Student at the Dept Of Geological

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.I Kegiatan Penelitian Dalam pengujian yang dilakukan menggunakan tanah gambut yang berasal dari Desa Tampan, Riau. Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi pengujian triaksial

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

III. KUAT GESER TANAH

III. KUAT GESER TANAH III. KUAT GESER TANAH 1. FILOSOFI KUAT GESER Kuat geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Kegunaan kuat geser Stabilitas lereng σ γ γ γ Daya dukung

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI 2. 1 Gelombang Elastik Gelombang elastik adalah gelombang yang merambat pada medium elastik. Vibroseismik merupakan metoda baru dikembangkan dalam EOR maupun IOR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut SNI 03-3430-1994, dinding memiliki 2 macam yaitu: dinding pasangan (non-structural) atau dinding yang berperan menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor

Lebih terperinci

Himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yg relatif lepas (loose) yg terletak di atas batuan dasar (bedrock) Proses pelapukan batuan atau

Himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yg relatif lepas (loose) yg terletak di atas batuan dasar (bedrock) Proses pelapukan batuan atau Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989). Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Enhanced Oil Recovery (EOR) Enhanced oil recovery (EOR) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh lebih banyak minyak setelah menurunnya proses produksi primer (secara

Lebih terperinci

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN MINYAK PADA PROSES INJEKSI SURFAKTAN

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN MINYAK PADA PROSES INJEKSI SURFAKTAN Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR Kelompok I FUNGSI FLUIDA BOR 1. Fungsi Pembuatan Lubang (Mendinginkan Mata bor, membersihkan mata bor dan dasar lubang, melumasi stangbor dan mata bor, menghambat proses korosi

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah Pada tahun 1997, PT CPI mengaplikasikan teknik perolehan dengan metode peripheral waterflood di lapangan Bekasap untuk mengimbangi penurunan

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 29 Bandung, 2- Desember 29 Makalah Profesional IATMI 9-16 ANALISIS DATA WATER OIL RATIO UNTUK MEMPREDIKSI NILAI PERMEABILITAS VERTIKAL

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan *Email: reza.fauzan@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang peningkatan jumlah produksi minyak yang diperoleh dari sumur produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kakarteristik Tanah Lempung Ekspansif Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi yang mendorong kita lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas

Lebih terperinci

EVALUASI PERHITUNGAN POTENSI SUMUR MINYAK TUA DENGAN WATER CUT TINGGI

EVALUASI PERHITUNGAN POTENSI SUMUR MINYAK TUA DENGAN WATER CUT TINGGI EVALUASI PERHITUNGAN POTENSI SUMUR MINYAK TUA DENGAN WATER CUT TINGGI Agustinus Denny Unggul Raharjo 1* 1 Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Perminyakan & Pertambangan, Universitas Papua Jalan

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK SUMUR DAN RESERVOIR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI PRODUKSI

STUDI KARAKTERISTIK SUMUR DAN RESERVOIR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI PRODUKSI STUDI KARAKTERISTIK SUMUR DAN RESERVOIR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI PRODUKSI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan Oleh:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat. 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam pengertian teknik secara umum, Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain

Lebih terperinci

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI Siti Kartika, Sugiatmo Kasmungin Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUKURAN PERMEABILITAS. berupa rangkaian sederhana dengan alat dan bahan sebagai berikut :

BAB III METODE PENGUKURAN PERMEABILITAS. berupa rangkaian sederhana dengan alat dan bahan sebagai berikut : BAB III METODE PENGUKURAN PERMEABILITAS 3.1 Metode Falling Head 3.1.1 Alat dan Bahan Permeameter Falling Head yang dipakai dalam penelitian tugas akhir ini berupa rangkaian sederhana dengan alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS MEDAN AREA

1 UNIVERSITAS MEDAN AREA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hal utama yang harus diperhatikan pada proses transfer molding dengan teknologi yang berinovasi tinggi atau otomatis adalah: 1) Mampu memindahkan fluida air ke dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung dan Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan

Lebih terperinci

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium Standar Nasional Indonesia SNI 8072:2016 Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium ICS 91.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) :

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) : Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, JENIS SURFAKTAN DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP RECOVERY

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK PADA INJEKSI SURFAKTAN DENGAN KADAR SALINITAS AIR FORMASI YANG BERVARIASI Tommy Viriya dan Lestari

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

DESAIN PENGASAMAN MATRIKS KARBONAT PADA SUMUR X LAPANGAN Y

DESAIN PENGASAMAN MATRIKS KARBONAT PADA SUMUR X LAPANGAN Y DESAIN PENGASAMAN MATRIKS KARBONAT PADA SUMUR X LAPANGAN Y Oleh : Dian Wisnu Adi Wardhana ABSTRAK Maksud dari skripsi ini adalah memilih dan merencanakan jenis Stimulasi Acidizing yang sesuai dengan kondisi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN Rofikatul Karimah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMM Jln. Raya Tlogomas 246 Malang 65144 Email : rofikatulkarimah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tertentu. Kelebihan beton yang lain adalah. adanya inovasi penggunaan material baru, misalnya bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tertentu. Kelebihan beton yang lain adalah. adanya inovasi penggunaan material baru, misalnya bakteri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat penting dan paling dominan digunaknan pada struktur bangunan. Beton sangat diminati karena bahan ini merupakan bahan konstruksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin dan Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung serta

Lebih terperinci

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspal Aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, mempunyai sifat lekat baik dan berlemak,

Lebih terperinci

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well NOVRIANTI Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci