DAMPAK PENGGUNAAN MATA UANG RINGGIT TERHADAP PROSES KEGIATAN TRANSAKSI JUAL-BELI MASYARAKAT DI PULAU SEBATIK MELTIANA 1 NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK PENGGUNAAN MATA UANG RINGGIT TERHADAP PROSES KEGIATAN TRANSAKSI JUAL-BELI MASYARAKAT DI PULAU SEBATIK MELTIANA 1 NIM"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 DAMPAK PENGGUNAAN MATA UANG RINGGIT TERHADAP PROSES KEGIATAN TRANSAKSI JUAL-BELI MASYARAKAT DI PULAU SEBATIK MELTIANA 1 NIM Abstract: Transactions in the border region is dominated by foreign currency (ringgit), international trade in the border region between Sebatik Island performed using Malaysian ringgit currency. As a result of foreign currency transactions occurring in Sebatik Island has a great impact on the exchange rate and people's dependence on Malaysian products. crucible because the rupiah is still low when compared to the ringgit currency and basic material needs Sebatik people still expect the supply from Malaysia. The results of the use of the ringgit currency dikahawatirkan will cause waning nationalism Sebatik Island to the State of Indonesia and the currency to be used in the territory of the Republic of Indonesia. Keywords: Use of Ringgit, Impact. Pendahuluan Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau terluar milik Indonesia. Pulau ini secara administratif dibagi manjadi dua bagian, di bagian utara dari Pulau Sebatik merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah teritorial Negara Sabah, Malaysia. Sementara bagaian selatan merupakan wilayah kedaulatan Indonesia yang termasuk dalam provinsi Kalimantan Timur. Serta berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur (Tawau, Sabah). Permasalahan yang sangat kompleks yang dihadapi di daerah perbatasan adalah letak geografis yang tidak menguntungkan dan jauh dari pemukiman perkotaan; kurangnya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi sehingga mengakibatkan wilayah tersebut terisolir dari kegiatan ekonomi dan sosial, karena sulitnya transportasi tersebut mengakibatkan kebutuhan pokok masyarakat menjadi mahal serta dilain pihak hasil-hasil produksi masyarakat. Sehingga 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Meltiana47@yahoo.com

2 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: masyarakat Pulau Sebatik lebih cenderung melakukan perdagangan dengan negara tetangga (Tawau) Malaysia). Masyarakat Pulau Sebatik lebih dominan beriteraksi dengan masyarakat negara tetangga (Tawau,Malaysia) dalam kehidupan seharihari, untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok dalam keberlangsungan hidup. Masyarakat mendatangkan atau membeli langsung dari Tawau untuk di bawa Pulau Sebatik, sehingga kegiatan transaksi masyarakat menggunakan mata uang ringgit dan juga mata uang rupiah. Seluruh hasil sumber daya alam yang dimiliki Pulau Sebatik diperdagangkan ke Tawau Sabah Malaysia, dengan alasan jarak tempuh yang relatif lebih dekat jika dibandingkan menuju ke daerah lain yang ada di Indonesia (Nunukan, Tarakan). Dan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakatsebatik mendatangkan atau membeli dari negara tetangga (Tawau). Keterbatasan infrasktuktur di pulau ini seperti sarana perhubungan, transportasi, komunikasi, penyediaan air bersih yang mengharuskan masyarakat Sebatik lebih dominan ke Tawau Malaysia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kegiatan transaksi masyarakat Pulau Sebatik menggunakan mata uang ringgit Malaysia tidak hanya pada saat betransaksi di pasar Tawau (Malaysia).Namun di pasar tradisional dan kios-kios yang ada di Pulau Sebatik juga menggunakan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi bahkan harga-harga barang yang ada di kios-kiospulau Sebatik dipatok dalam nilai mata uang ringgit.dikarenakan nilai mata uang ringgit lebih tinggi dibandingkan mata uang rupiah. ( Sejak sekitar tahun 1970 Masyarakat Sebatik telah menggunakan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi jual-beli, dengan menggunakan fasilatas pasar memperbolehkan pertukaran mata uang asing untuk arus transaksi yang akan menyebabkan adanya arus uang dari satu negara lain. Hal tersebut berpengaruh bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan yang berada di sektor perdagangan.( Dengan kondisi ini tidak salah kalau kemudian masyarakat Sebatik mengantungkan hidup di Malaysia dan mereka lebih cenderung menggunakan ringgit Malaysia. Sekitar 50% masyarakat Sebatik menggunakan mata uang ringgit dari kurang lebih jiwa sedangkan penggunaan mata uang rupiah sebagai alat tukar hanya sekitar 50%dari total peredaran uang. Dalam proses menyimpanan atau menabung di bank yang ada di Pulau Sebatik masyarakat menggunakan mata uang rupiah. Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2004, bahwa satuan mata uang negara Republik Indonesia adalah rupiah (Rp.). Uang rupiah adalah alat pembayaran yang sah di wilayah negara Republik Indonesia.Dalam fungsinya sebagai alat pembayaran yang sah, maka setiap perbuatan yang menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran atau kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia. 1018

3 Dampak Ringgit Terhadap Kegiatan Transaksi Jual-Beli (Meltiana) Keadaan yang terjadi dalam proses kegiatan transaksidi Pulau Sebatik tidak sesuai dengan UU yang berlaku di Indonesia, dimana masyarakat Sebatik lebih dominan menggunakan mata uang ringgit Malaysia dari pada mata uang rupiah Indonesia sebagai alat pembayaran. ( Alasan penulis dalam penelitian ini yaitu karena Pulau Sebatik sebagai salah satu pintu masuk Indonesia atau beranda terdepan, yang seharusnya diperhatikan dikelola dan ditata secara optimal agar layak menjadi sebuah kota, namun pada kenyataannya Pulau Sebatik sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan kota negara tetangga sehingga mengakibatkan kesenjangan sosial diperbatasan, sehingga menyebabkan masyarakat perbatasan lebih cenderung beriteraksi dengan masyarakat negara tetangga dalam hal sosial ekonomi dan menggunakan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi. Adapun alasan penulis mengambil negara Pulau Sebatik adalah alasan geografis yaitu pulau tersebut secara langsung berbatasan dengan Tawau Sabah Malaysia Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu, tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan dan mengetahui faktor penyebab masyarakat Pulau Sebatik cenderung menggunakan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi dan dampak yang ditimbulkan. Landasan Teori dan Konseptual 1.Teori ketergantungan Menurut Dos Santoso ketergantungan masyarakat Pulau Sebatik terhadap negara tetangga merupakan keterbelakangan ekonomi negara dunia ketiga bukan disebabkan oleh tidak terintegrasinya ke dalam tata ekonomi kapitalisme, tetapi monopoli modal asing, pembiayaan pembangunan dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat internasional dan nasional mampu mencapai posisi menguntungkan dalam interaksinya dengan negara maju, yang pada gilirannya menjadikan negara dunia ketiga mereproduksi keterbelakangan, kesengsaraan, dan marginalisasi sosial di dalam batas kewilayahannya.(arif Budiman, 1995:69-70) Dengan adanya penggunaan mata uang ringgit bermanfaat bagi masyarakat Sebatik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan menjadikan masayarakat lebih cenderung terhadap negara tetangga dalam kegiatan sosial ekonominya. 2.Teori Rasa Nasionalisme Menurut Anthony D. Smith, seorang pemikir politik yang secara khusus mengemukakan teori tentang etnisitas sebagai awal dari bangkitnya nasionalisme. Smith mengemukakan konstribusi etnisitas terhadap nasionalisme, ia pun menjelaskan masalah transisi dari royalitas (kesetiaan) dan identitas etnis disatu pihak dan kebangsaan serta paham kebangsaan dipihak lain. Nasionalisme merupakan suatu gerakan ideologi untuk mencapau dan mempertahankan otonomi, kesatuan dan identitas bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membantu suatu negara yang aktual atau bangsa yang potensial. 1019

4 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: (Anthony D Smith, 2003:11) Untuk mencukupi kebutuhan pokok masayarakat harus mendatangkan dari Tawau Malaysia serta kegiatan transaksi perdagangan didominasi oleh mata uang ringgit dan masyarakat Sebatik sebagian besar memiliki identitas ganda khususnya yang berada dipatok perbatasan, Hal tersebut yang akan menyebabkan lunturnya rasa nasionalisme atau cinta akan tanah air. 3.Konsep Nilai Tukar Nilai tukar merupakan suatu harga relatif yang diartikan sebagai nilai dari satu mata uang terhadap mata uang lainnya. Hal tersebut menentukan daya beli (paling tidak untuk barang yang diperdagangkan) dari suatu nilai mata uang satu dan lainnya.( Ratya Anindita & Michael R.Reed, 2008:99) Nilai tukar mata uang adalah dilihat dari jumlah unit suatu mata uang yang harus diberikan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Dengan kata lain adalah harga yang harus dibayarkan dalam suatu mata uang untuk memperoleh sejumlah dana dalam bentuk mata uang asing. T.May Rudy,2002:31) Banyaknya kebutuhan pokok masyarakat di Pulau Sebatik yang didatangkan dari Tawau membuat proses transaksi masyarakat dengan menggunakan mata uang ringgit Malaysia dan hal tersebut mempengaruhi nilai tukar rupiah, dimana mata uang ringgit lebih tinggi nialinya dabandingkan mata uang rupiah. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian lapangan yaitu berupaya untuk menggambarkan faktor penyebab masyarakat Sebatik cenderung terhadap negara tetangga. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer, dan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah melalui library research yaitu berdasarkan dari buku, media internet dan wawancara langsung. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah kualitatif dengan metode content analysis. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif dengan metode analisis yaitu menjelaskan dan menggambarkan data bedasarkan sumber-sumber tertulis yang ada dan fakta-fakta yang terlihat. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu penggunaan mata uang ringgit dan dampak yang ditimbulkan. Pembahasan Kawasan perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dengan fungsi utama mempertahankan kedaulatan negara. Sebagai ciri-ciri suatu negara yang berdaulat dengan ditetapkanya mata uang suatu negara tersebut (rupiah, Indonesia), hubungan antara mata uang dengan kedaulatan negara secara nyata yaitu dapat kita lihat sebagai bentuk identitas diri suatu masyarakat negara tersebut. Akan tetapi hal lain yang terjadi di Pulau Sebatik yang merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, masyarakat Pulau Sebatik menggunakan dua mata uang dalam kegiatan transaksi yaitu mata uang rupiah Indonesia dan ringgit Malaysia. Hal tersebut disebabkan oleh faktor perdagangan dan tingginya nilai mata uang ringgit, yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1020

5 Dampak Ringgit Terhadap Kegiatan Transaksi Jual-Beli (Meltiana) Pertama, Perdagangan merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar suka rela dan saling menguntungkan atau semua tindakan yang tujuannya menyampaikan barang untuk tujuan hidup sehari-hari, prosesnya berlangsung dari produsen kepada konsumen. Perdagangan merupakan proses tukar menukar barang dan jasa dari suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Kegiatan sosial ini muncul karena adanya perbedaan kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki. Dasar ekonomi perdagangan didasarkan pada kenyataan bahwa setiap negara memang berbeda-beda, baik dalam persedian sumber daya, kelembagaan ekonomi, sosial maupun kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Perbedaan itu menimbulkan pula perbedaan barang yang dihasilkan, biaya yang diperlukan, serta mutu dan kualitasnya, oleh karena itu mudah dipahami adanya negara yang lebih unggul dan istimewa dalam produksi. Aspek ekonomi sangat penting perananya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, termasuk di dalamnya tentang perdagangan. Perdagangan merupakan salah satu jenis usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Interaksi perdagangan antara kedua kelompok masyarakat yang tinggal di perbatasan terjadi sejak dahulu dan secara alamiah. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk melangsungkan hidup yang tidak mungkin dapat terpenuhi tanpa bantuan dari individu lainnya sehingga sangat diperlukannya interaksi dengan kelompok atau individu lain dalam upaya pemenuhan kebuhutan dasar. Sebatik Tengah memiliki sumber daya unggulan di sektor perkebunan, dengan hasil perkebunannya berupa kelapa sawit, pisang, kakao, durian dan lain-lainnya, tetapi komoditi yang paling banyak dihasilkan adalah kelapa sawit dan kakao. Hasil perkebunan tersebut masyarakat Sebatik menjualnya ke Tawau Sabah Malaysia, dikarenakan Sebatik tidak memiliki penampungan untuk hasil sumber daya alam serta tidak ada pabrik untuk mengelola hasil perkebunan tersebut. Jika menjual ke Nunukan dan Tarakan, jarak tempuhnya cukup jauh dan memerlukan biaya yang banyak. Pasar Malaysia sangat potensial bagi pertanian dan perikanan di perbatasan. Selain akses mudah bagi petani untuk menjual hasil pertaniannya dan perikanan, juga diikuti dengan nilai jual yang sangat tinggi jika dibandingkan pasar dalam negeri. Harga pasar di Malaysia lebih kompetitif, lebih mahal dalam hal membeli hasil pertanian masyarakat di perbatasan, atau lebih bagus bagi hasil pertanian masyarakat, sehingga tidak heran jika kita lihat banyak masyarakat tani yang menjualkan hasil pertanian dan perkebunan serta perikanannya ke Negara seberang (Malaysia). Kebutuhan eokonomi perbatasan masih sangat berhadap dengan pasokan barangbarang dari Tawau (Malaysia) dan dalam memperdagangkan hasil perkebunan. Walaupun hubungan timbal balik perdagangan itu sifatnya tidak resmi, karena 1021

6 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: tidak di fasilitasi dokumen resmi kedua negara masing-masing. Namun hubungan dagang itu, telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi kehidupan warga penduduk di kedua wilayah saling berbatasan. Sehingga mata uang ringgit Malaysia pun mendominasi dalam kegiatan transaksi sehari-hari masyarakat Sebatik Tengah. Kedua, tingginya nilai mata uang ringgit: nilai nominal adalah nilai yang tercantum atau tertulis di uang kertas atau logam yang diakui sah sebagai alat tukar dan nilai riil adalah nilai uang yang sudah diukur dengan daya beli atau kemampuan uang tersebut untuk membeli berbagai macam barang dan jasa sesuai dengan harga yang berlaku saat itu. Nilai mata uang yang berlaku akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Perubahan pada variabel-variabel permintaan dan penawaran akan merubah tingkat kurs yang berlaku. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi kurs mata uang yang berlaku pada suatu negara yaitu: jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif); pendapatan nyata; perbedaan tingkat suku bunga; harapan nilai tukar. Mata uang merupakan alat dari peredaran moneter, yang dikeluarkan oleh pemerintahan suatu negara atau bank sentral untuk suatu ukuran biaya. Likuiditas mata uang suatu negara berbeda-beda, yaitu kemampuan aset untuk mempertahankan nilai nominalnya. Nilai tukar adalah harga satuan moneter suatu negara, dinyatakan dalam satuan moneter suatu negara. Keseimbangan daya beli nilai tukar berarti bahwa daya beli dari jumlah tertentu dalam sebuah pasar harus sama dengan jumlah yang ada dipasar lain. Karena tingginya nilai mata uang ringgit sehingga masyarakat Pulau Sebatik lebih cenderung menggunakan mata uang ringgit dalan kegiatan transaksi jual-beli sehari-hari, hal tersebut berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang rupiah dimana nilai mata uang rupiah lebih rendah. Sebab nilai mata uang rupiah mengikuti kurs mata uang ringgit. Jika bank central benar-benar moneternya terkendali sehingga tak terinflasi, maka berarti kurs mata uang dunia terhadap mata uang lokal pasti stabil, berarti sistem devisa bebas tidak bermasalah dan selama cadangan devisa cukup dan masyarakat tidak memperebutkan atau dengan perkataan lain bahwa masyarakat lebih banyak mempergunakan mata uang lokal yang terkendali dan menggunakan devisa khusus untuk transaksi impor/ekspor. Di negara dimana mata uang terinflasi terus menerus, maka kurs tidak bisa tetap, melainkan akan terus naik, sehingga bank central akan merubah sistem devisa menjadi bebas dengan kurs diambangkan yang berarti bank central tidak bersedia memikul akibat inflasi yang ditimbulkannya dan mengendalikan kurs dengan akibat inflasi yang dipicu 1022

7 Dampak Ringgit Terhadap Kegiatan Transaksi Jual-Beli (Meltiana) dipaksakan agar masyarakat atau rakyat yang mensubsidinya dengan cara menurunkan daya beli uang lokal. (Kasmir, 2008:4) Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan mata uang ringgit tersebut: Pertama, Ketergantungan. Pangan merupakan kebutuhan bahan pokok yang paling azasi menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat. Kebutuhan masyarakat Sebatik sekitar 70% banyak disuplai dari Tawau Malaysia. Dengan perannya sebagai pasar potensial bagi produk-produk (pertanian, perkebunan, serta perikanan) dari Kalimantan Timur, terutama Sebatik, juga sebagai penyedia berbagai barang keperluan sehari-hari, Kota Tawau menjadi tujuan mobilitas penduduk Pulau Sebatik untuk menjual barang-barang produksi dan berbelanja barang-barang keperluan rumah tangga. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja, meskipun melalui prosedur ilegal, merupakan daya tarik bagi angkatan kerja dari Sebatik, menjadikan masyarakat Sebatik tergantung terhadap pasokan bahan pokok dari negara tetangga dan mata uang ringgit untuk kegiatan transaksi. Faktor internal yang mendorong masyarakat perbatasan (Sebatik Tengah) lebih cenderung berinteraksi dengan negara tetangga, dikerenakan hal berikut : untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Dimana wilayah Sebatik Tengah merupakan salah satu daerah yang berada jauh dari pusat kota, sehingga sangat sulit untuk mensuplai bahan pokok dari dalam negeri sendiri; kurangnya sarana dan prasarana untuk memperdagangkan hasil sember daya alam; untuk menjalini silaturahmi antara masyarakat Sebatik dan Tawau, hal ini dikarenakan masih ada hubungan keluarga antara kedua masyarakat tersebut. Dari faktor eksternal yang mendorong masyarakat Sebatik melakukan aktivitas perdagangan dengan negara tetangga antara lain : jauhnya wilayah perbatasan dari pusat pemerintahan provinsi dan daerah dikeranakan keterbatasan aksesbilitas, kesenjangan kesejahteraan masyarakat perbatasan baik sosial maupun ekonomi dengan negara tetangga sehingga masyarakat seolah-olah terpinggirkan; tersedianya industri serta kesempatan kerja yang ada di negara tetangga. Yang menbuat masyarakat perbatasan lebih tertarik bekerja diluar dibandingkan di daerah asal dan kurangnya kepercayaan dengan pemerintah pusat dan daerah. Komoditi yang sangat dibutuhkan masyarakat dari negara tetangga seperti beras yang memiliki kepenting yang cukup tinggi bagi masyarakat sebagai bahan makanan, namun hingga saat ini pemerintah Indonesia belum dapat mendistribusikan komoditas tersebut sepenuhnya. Demikian halnya dengan komoditas lainya seperti bahan bakar minyak, daging, telur, bawang merah dan putih semua bahan tersebut di peroleh masyarakat Sebatik dari pasar Tawau Malaysia. Kedua, Rasa Nasionalisme dengan adanya fenomena ketergantungan masyarakat perbatasan (Sebati Tengah) terhadap mata uang ringgit Malaysia dan pasokan barang dari negara tetangga tidak hanya pada kebutuhan bahan pokok semata, melainkan merembet pada kebutuhan akan barang sekunder bahkan barang 1023

8 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: mewah tersebut dapat diperoleh dari hasil perdagangan dan terhadap mata uang ringgit. Dimana kota Tawau begitu maju dan berkembang paset secara ekonomi menyebabkan masyarakat Sebatik sangat bergantung terhadap Tawau Sabah Malaysia. Pasar Tawau menjadi sangat penting bagi kegiatan perdagangan masyarakat Sebatik, baik barang industri maupun penjualan hasil tangkapan di tempat pelelangan ikan di Tawau, kapal merekapun dilengkapi dengan bendera Malaysia agar mudah untuk melintasi dan melakukan transaksi perdagangan. Kuatnya ketergantungan dengan Malaysia mengancam lemahnya rasa nasionaliosme warga perbatasan di Sebatik Tengah. Sehingga menyebabkan semakin berkurang atau lunturnya rasa nasionalisme masyarakat di daerah perbatasan sebagai akibat tak samapainya kemakmuran di daerah perbatasan, sedangkan masyarakat merasa terlindungi dengan adanya keberadaan negara tetangga yang menjamin keberlangsungan hidup mereka. Lunturnya nasionalisme masyarakat perbatasan sudah mulai tampak. Terbukti, ditemukannya warga Sebatik yang memiliki identitas card (IC) atau kartu identitas milik Indonesia dan identitas milik Malaysia. Warga di perbatasan terutama yang berdekatan dengan negara tetangga seperti Malaysia, hampir setiap hari mengadakan kontak ekonomi dengan negeri jiran. Sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat lebih memilih menjadi negara tetangga. Nasionalisme dan ekonomi adalah dua sisi mata uang yang sangat erat hubungannya. Bagaimana mungkin rasa nasionalisme itu bisa terbangun jika kualitas hidup secara ekonomi rendah, nihilnya lapangan pekerjaan yang diberikan pemerintah Indonesia. Rasa nasionalisme bisa kalah hanya karena kebutuhan untuk bertahan hidup dan gaji yang ditawarkan oleh Malaysia lebih tinggi. Masyarakat merasa diuntungkan menggunakan dua identitas (Indonesia dan Malaysia). Dengan adanya IC dari Malaysia, masyarakat dapat dengan mudah untuk masuk ke wilayah Tawau (Malaysia) untuk menjual hasil perkebunan dan perikanan atau berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar negara tetangga, tanpa harus menggunakan passpor atau pas lintas batas. Sama halnya dengan di wilayah Indonesia sendiri, masyarakat dapat dengan mudah untuk keluar masuk suatu daerah. Reaksi pemerintah dengan adanya penggunaan ringgit di Sebatik. Pemerintah daerah telah mengupayakan untuk mengatasi penggunaan mata uang ringgit, dengan mengeluaran kebijakan tidak memperbolehkan atau memperkanankan masyarakat menggunakan mata uang ringgit dalam hal pembayaran administrasi di intansi yang ada di daerah baik puskesmas, sekolah ataupun intansi lainnya. Dimana sebelumnya masyarakat dapat atau diperbolehkan menggunakan mata uang ringgit untuk penyelesaian administrasi tersebut, menggunakan mata uang ringgit digunakan hanya dalam proses perdagangan antar penduduk setempat atau dengan penduduk negara tetangga, sedangkan untuk perbankkan atau investasi masyarakat harus menggunakan mata uang rupiah. 1024

9 Dampak Ringgit Terhadap Kegiatan Transaksi Jual-Beli (Meltiana) Kesimpulan Pulau Sebatik merupakan salah satu Pulau terluar milik Indonesia yang terletak dibagian utara Kalimantan Timur. Dan kecamatan Sebatik Tengah merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga (Tawau) Malaysia. Dengan letak yang berbatasan langsung dengan negara tetangga memperemudah masyarakat Sebatik melakukan kegiatan perdagangan baik menjual atau membeli bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari dari Tawau Malaysia, dan kegiatan transaksi yang dilakukan masyarakat Sebatik Tengah menggunakan dua mata uang yaitu mata uang rupiah dan mata uang ringgit di pasar Tawau maupun di kios-kios serta pasar tradisional yang ada di Sebatik tengah. Alasan masyarakat Sebatik menggunakan mata uang ringgit dalam kehidupan sehari-hari dikerenakan : (1) perdagangan, dalam pemenuhan kebutuhan pokok ; (2) tingginya nilai mata uang ringgit dibandingkan mata uang rupiah. Hasil analisis dampak dari adanya penggunaan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi perdagangan masyarakat Sebatik, baik positif maupun negatif. Dan menjadikan masyarakat Sebatik tergantung kepada Tawau Malaysia, serta dari ketergantungan tersebut akan menimbulkan lunturnya rasa nasionalisme masyarakat perbatasan. Saran 1. Pentingnya perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah untuk lebih memperhatikan derah perbatasan, agar terciptanya kesejahteraan masyarakat perbatasan. 2. Perlunya dibentuk lembaga khusus untuk merencanakan dan mengkoordinasi pelaksanaan hubungan perdagangan tersebut. terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. 3. Meningkatkan pemasokan mata uang rupiah atau memperbanyak peredaran mata uang rupiah di perbatasan DAFTAR PUSTAKA Buku: Anindita, Ratya & Michael R.Reed, Bisnis dan Perdagangan Internasional,CV.ANDI OFFSET,Yogyakarta,2008 Budiman, Arif, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,

10 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: Rudy, T.May, Bisnis Internasional : Teori,Aplikasi,Operasionalisasi,PT Refika Aditama,Bandung,2002 Smith, Anthony D, NASIONALISME: Teori Ideologi Sejarah, Erlangga, Jakarta, 2003 Sudiar, Sonny, SOSEK MALINDO KALTIM-SABAH, Kerjasama Pembangunan Internasional di Wilayah Perbatasan Negara, Pustaka Radja, Surabaya, 2013 Internet : Masarakat Sebatik bergantung pada produk Malaysia Transaksi dengan mata uang asing Transaksi di perbatasan pakai uang ganda, terdapat di

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE 1999-2010 I Putu Kusuma Juniantara Made Kembar Sri Budhi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian terbuka dalam arus perdagangan internasional adalah suatu fakta yang tidak mungkin dihindari. Perdagangan internasional sangat diperlukan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Impor dan Pembangunan Ekonomi Selain ekspor, impor juga berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

Secara umum ketahanan nasional dapat diartikan sebagai kondisi dinamis suatu bangsa

Secara umum ketahanan nasional dapat diartikan sebagai kondisi dinamis suatu bangsa 1 MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DI WILAYAH PERBATASAN Julia Bea Kurniawaty julia_bea@yahoo.com Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu barang atau bentuk kekayaan riil (tangible asset) yang secara umum diterima sebagai pembayaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia sektor perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada sektor perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator yang penting dalam kegiatan pasar modal.

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator yang penting dalam kegiatan pasar modal. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indeks harga saham merupakan sebuah indikator yang memberikan informasi tentang pergerakan harga-harga saham. Tindakan para investor dalam mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan utama yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini tertulis dalam UU No. 3 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka kegiatan atau

Lebih terperinci

Suku Bunga dan Inflasi

Suku Bunga dan Inflasi Suku Bunga dan Inflasi Pengertian Suku Bunga Harga dari uang Bunga dalam konteks perbankan dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangkutan atau transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mendukung segala aspek kehidupan dan penghidupan, baik dibidang ekonomi, sosial-budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor moneter. Sektor moneter melalui kebijakan moneter digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau harga mata uang domestik

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami instrumen kebijakan moneter. 2. Memahami kebijakan

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA Yang termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Inflasi Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Uang merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian diseluruh dunia. Bagi seorang ekonom, uang adalah persediaan aset yang dapat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA FREQUENTLY ASKED QUESTIONS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 1 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1. Apa saja pertimbangan diterbikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan berbagai sektor seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian, pola konsumsi masyarakat serta bertambahnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan suatu negara sangat bergantung pada kestabilan mata uang negara tersebut. Kehidupan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial. BY : DIANA MA RIFAH Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK Judul Nama : Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 : I Kadek Edi Wirya Berata Nim : 1206105079 ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Ilmu ekonomi internasional mempelajari alokasi sumber daya yang langka guna memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan jasa. Jika suatu negara memiliki hubungan ekonomi dengan negara-negara lain maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius

Lebih terperinci

TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL. Makalah Bisnis Internasional. Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si

TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL. Makalah Bisnis Internasional. Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL Makalah Bisnis Internasional Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si Disusun Oleh : 14.0102.0094 Febri Nurdian Cahya 14.0102.0113 Dwi Saputri 14.0102.0136 Sulistiyanti

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori permintaan uang merupakan bagian dari pilihan alokasi sumber daya yang langka. Seluruh anggota masyarakat hanya memiliki sumber daya terbatas yang tersedia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

SISTEM MONETER DI INDONESIA

SISTEM MONETER DI INDONESIA Modul ke: Fakultas 14MKCU PEREKONOMIAN INDONESIA SISTEM MONETER DI INDONESIA Program Studi Perekonomian Indonesia DI SUSUN OLEH : -DERY YANTO -HERMAWAN -YULIANTO AJI Latar belakang A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci