BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Hadian Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi penyesuaian diri Calhoun dan Acocella (1990) mengartikan penyesuaian diri sebagai interaksi yang kontinu antara diri individu itu sendiri dengan orang lain dan dunianya. Diri sendiri yang dimaksud dari kalimat di atas adalah jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada diri individu, sesuatu yang dihadapi setiap detiknya. Menurut Atwater (1983) penyesuaian diri terdiri atas perubahan pada diri sendiri dan lingkungan sekitar kita yang dibutuhkan untuk mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan sekitar kita. Daradjat (1983) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang digunakan individu untuk mengatasi tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya. Apabila usaha mengatasi tekanan tersebut berjalan dengan baik, maka akan tercipta kepribadian yang sehat. Akan tetapi apabila usaha mengatasi tekanan tersebut kurang memadai, maka akan tampak pada kepribadian individu berbagai tingkat patologis. Lebih lanjut Daradjat (1983) mengatakan bahwa orang yang dalam tahaptahap pertumbuhannya menghadapi tekanan keras dan kejam lebih daripada kebisaan orang lain akan sulit baginya untuk melakukan penyesuaian diri dan tekanan tersebut sering terjadi dalam kehidupan individu. Kegagalan dalam penyesuaian diri adalah akibat tekanan-tekanan tersebut yang telah menghimpit kehidupannya
2 Gunarsa dan Gunarsa (1992) menjelaskan teori penyesuaian diri sebagai suatu bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru dengan cara melakukan penyesuaian diri secara psikologis. Penyesuaian diri yang dimaksud disini adalah penyesuaian yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam berbagai hal. Selanjutnya, menurut Weiten dan Lloyd (2006) penyesuaian diri merupakan proses psikologis yang dilakukan oleh individu dalam mengatur atau mengatasi kebutuhan dan tantangan dalam kehidupannya sehari-hari. Penyesuian diri berhubungan dengan bagaimana individu mengatur atau mengatasi berbagai kebutuhan dan tekanan. Penyesuaian diri merupakan proses yang terjadi sepanjang rentang kehidupan (lifelong process). Manusia harus berusaha menemukan dan mengatasi rintangan, tekanan dan tantangan untuk mencapai pribadi yang seimbang. Respon penyesuaian baik atau buruk adalah hal yang wajar terjadi untuk menjaga keseimbangan (Sundari, 2005). Tujuan dari proses penyesuaian adalah untuk mendapatkan keseimbangan (Patty & Johnson, 1953). Kesehatan mental dalam arti yang luas mencakup kemampuan untuk menyesuaikan dengan diri sendiri, dan penyesuaian diri dengan orang lain dalam keluarga, pekerjaan, dan masyarakat luas (Daradjat, 1983). Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses dinamika yang dilakukan individu untuk mengatasi tekanan-tekanan yang terjadi dan dialami seseorang secara kontinu atau sebagai suatu keadaan yang tengah atau
3 terus berlangsung sehingga tercapai suatu hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. 2. Aspek-aspek penyesuaian diri Penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial (Daradjat, 1983). Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut : a. Penyesuaian pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Individu menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
4 b. Penyesuaian Sosial Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang individu patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam proses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
5 Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi halhal yang tidak diterima oleh masyarakat. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) mengatakan bahwa penyesuaian diri seorang individu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: a. Stres Stres adalah tekanan yang disebabkan oleh tuntutan fisik terhadap tubuh (seperti kondisi sakit, latihan, temperatur ekstrim, dan lain-lain) atau disebabkan oleh situasi sosial atau lingkungan yang dianggap membahayakan, tidak dapat terkontrol atau melewati batas kemampuan seseorang untuk menghadapinya. Penyesuaian diri menjadi penting ketika tuntutan untuk menyesuaikan diri sudah mendekati atau melewati ambang batas kemampuan individu untuk melakukannya. b. Tuntutan fisik Tuntutan fisik adalah tuntutan yang berasal dari diri individu dalam menghadapi kondisi fisik dan lingkungan. Dalam hal ini sangat dituntut
6 penyesuaian diri dan juga responnya agar dapat bertahan hidup dalam lingkungan. Dalam kehidupan, individu perlu mempersiapkan diri melakukan tindakan pencegahan untuk mengendalikan kesehatan fisik, mempelajari lingkungan tempat individu hidup, mempelajari apa yang terjadi dan bagaimana mengantisipasinya untuk dapat menyesuaikan diri dan tetap dapat bertahan hidup. c. Tututan sosial Tuntutan sosial adalah tuntutan yang berasal dari individu disekitar kita. Seorang individu selalu dituntut untuk membawa peran sesuai usia dan bertingkah laku sesuai dengan masyarakat tempat tinggalnya. Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menambahkan selain hal-hal tersebut penyesuaian diri individu terhadap suatu lingkungan juga cenderung berbeda antar individu, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti : a. Etnis atau latar belakang suku mempengaruhi hampir keseluruhan proses pemikiran, perilaku dan penyesuaian diri seseorang. Latar belakang suku merupakan determinan utama dari keinginan manusia dan mempunyai pengaruh besar terhadap pola persepsi, perilaku dan penyesuaian diri individu. Orang yang berasal dari kultur yang berbeda mempunyai pandangan pemikiran dan perasaan yang berbeda pula. b. Usia merupakan determinan yang kuat dalam penyesuaian diri karena mempengaruhi minat, emosi, dan kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin baik kemampuannya untuk melakukan penyesuaian diri terhadap suatu hal.
7 c. Kelas sosial didefinisikan sebagai bagian yang berjenjang dari suatu masyarakat menjadi kelompok yang terpisah dan sejenis. Pendidikan dan status ekonomi sosial dapat mempengaruhi nilai dan cara pandang seseorang terhadap suatu masalah dan tekanan sosial. Semakin tinggi pendidikan dan tingkat ekonomi seseorang maka akan semakin baik penyesuaian dirinya terhadap suatu lingkungan atau hal baru. 4. Karakteristik penyesuaian diri yang efektif Selama rentang kehidupan, manusia akan selalu mengalami perubahan. Penyesuaian diri yang efektif terukur dari seberapa baik seseorang mengatasi perubahan dalam hidupnya. Menurut Habber dan Runyon (1984), penyesuaian diri yang efektif adalah menerima keterbatasan-keterbatasan yang tidak bisa berubah dan secara aktif memodifikasi keterbatasan yang masih bisa diubah. Berikut akan dijelaskan karakteristik penyesuaian diri yang efektif menurut Habber dan Runyon (1984): a. Persepsi akurat terhadap realita Persepsi terkait dengan keinginan dan motivasi pribadi, sehingga terkadang persepsi tersebut tidak murni sama dengan realita dan lebih merupakan keinginan individu. Penyesuaian diri individu dianggap baik apabila ia mampu untuk mempersepsikan dirinya sesuai dengan realita. Selain itu, ia juga mempunyai tujuan yang realistis, mampu memodifikasi tujuan tersebut apabila situasi dan kondisi lingkungan menuntutnya untuk itu, serta
8 menyadari konsekuensi tindakan yang diambil dan mengarahkan tingkah laku sesuai dengan konsekuensi tersebut. b. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Halangan yang dialami individu disetiap proses pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuan, dapat menimbulkan kegelisahan dan stres. Penyesuaian diri dikatakan baik apabila mampu mengatasi halangan, masalah, dan konflik yang timbul dengan baik. c. Citra diri yang positif Individu harus mempunyai citra diri yang positif dengan tetap menyadari sisi negatif dari dirinya, dimana individu menyeimbangkan persepsinya dengan persepsi orang lain. d. Kemampuan mengekpresikan perasaan Individu yang sehat secara emosional mampu untuk merasakan dan mengekspresikan seluruh emosinya. Pengekspresian emosi dilakukan secara realistis, terkendali dan konstruktif, serta tetap menjaga keseimbangan antara kontrol ekspresi yang berlebihan dengan kontrol ekspresi yang kurang. e. Mempunyai hubungan interpersonal yang baik Individu yang penyesuaian dirinya baik, mampu untuk saling berbagi perasaan dan emosi. Mereka mempunyai kompetensi menjalin hubungan dengan orang lain, mampu untuk mencapai kadar keintiman yang layak dalam hubungan sosial, dan menyadari bahwa suatu hubungan tidaklah selalu mulus.
9 B. Poligami 1. Definisi poligami Poligami berasal dari dari bahasa Yunani, poly atau polus berarti banyak dan gamein atau gamis yang berarti kawin/perkawinan. Poligami sering kali dimaknai dengan pernikahan antara seorang laki-laki dengan beberapa perempuan (Farida, 2008). Menurut DeGenova (2008) suatu keluarga poligami adalah sebuah keluarga yang didasarkan pada pernikahan satu orang dengan dua atau lebih pasangan. Jika pihak laki-laki yang memiliki lebih dari satu istri, hal ini disebut poligini, sedangkan jika pihak perempuan yang memiliki lebih dari satu suami, disebut poliandri. Selanjutnya kita menyebut poligini sebagai poligami. Husein (2007) dalam bukunya Hitam Putih Poligami mengartikan poligami sebagai sistem perkawinan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap beberapa perempuan baik dalam waktu bersamaan maupun tidak. 2. Sebab-sebab poligami Husein (2007) menyatakan banyak sebab yang menimbulkan keinginan seseorang untuk berpoligami, diantaranya adalah : a. Istri mandul Salah satu tujuan menikah adalah mendapatkan keturunan. Biasanya, rumah tangga yang belum dikaruniai anak rentan adanya cekcok atau perselisihan antar suami istri apalagi sudah mengarungi bahtera rumah tangga bertahuntahun. Jika benar-benar menginginkan keturunan dan telah berusaha untuk
10 mendapatkannya namun tidak juga berhasil, maka salah satu caranya adalah dengan menikah kembali yang berarti melakukan poligami. Namun harus dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan istri. b. Istri memiliki penyakit yang menyebabkannya tidak bisa melayani suami Seorang istri yang terkena penyakit berkepanjangan dan tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai istri, seperti hubungan suami istri terkadang membuat istri merasa tidak berguna bagi suami. Hal ini bisa menjadi penyebab suami berpoligami bahkan bisa saja suami berpoligami atas perintah istri walau sebenarnya berat bagi sang istri. c. Pekerjaan suami yang menyebabkan jauh dari istri dan keluarga Suami yang memiliki pekerjaan yang menyebabkan jarak jauh dari keluarga akan jarang pulang menemui istri dan anak-anak bahkan bisa satu kali dalam satu tahun atau bahkan lebih. Secara batin, suami dan istri akan merasa tersiksa. Hal ini bukan dikarenakan masalah materi melainkan masalah kebutuhan biologis yang layak dilakukan oleh pasangan suami istri. Adanya poligami merupakan solusi untuk mengatasi serta mencegah adanya perbuatan yang melanggar agama, seperti perzinaan dan perselingkuhan. d. Suami masih kelihatan muda, sedangkan istri sudah terlihat tua Suami yang terlihat masih muda dan masih menginginkan kebutuhan biologis sedangkan istri sudah terlihat tua dan tidak berhasrat lagi dalam melakukan hubungan suami istri bisa menjadi penyebab terjadinya poligami. Karena salah satu tujuan pernikahan adalah tersalurnya kebutuhan biologis dengan benar dan halal, tapi jika sang istri sudah tidak lagi mau melayani
11 suami karena sudah tidak berhasrat lagi, maka dianjurkan berpoligami bagi suami sebagai salah satu solusi untuk dapat menyalurkan hasrat suami tanpa harus menceraikan istri. e. Ingin memiliki banyak keturunan Setiap perempuan memiliki batas maksimal dan minimal dalam melahirkan anak. Dalam kehidupan, terkadang ada suami yang ingin memiliki banyak keturunan. Salah satu caranya adalah dengan berpoligami. Akan tetapi, keinginan untuk berpoligami haruslah didiskusikan dengan istri sebelum dilakukan poligami. f. Istri tidak taat dan patuh pada suami Kewajiban istri kepada suami adalah taat dan patuh kepada suami dalam kebaikan, jika suami memerintah dalam masalah kebaikan, istri harus melaksanakannya. Sering kali suami tidak betah di rumah karena istri tidak taat pada suami, jarang melayani, pergi tanpa izin, dan sering marah-marah tanpa penyebab yang jelas. Hal ini dapat menyebabkan suami berkeinginan untuk berpoligami. Akan tetapi, haruslah melalui musyawarah terlebih dahulu kepada istri. Apakah istri bersedia dipoligami atau memilih untuk bercerai. Hasil penelitian Cook (2007) menyatakan bahwa poligami disalahkan atas masalah yang berhubungan dengan laju pertumbuhan populasi, yaitu masalah kekurangan bahan pangan dan malnutrisi yang terjadi di Ethiopia. Pada penduduk Afrika tradisional, poligami memungkinkan setiap wanita di desa untuk memiliki seorang suami agar memiliki penghasilan. Poligami juga memungkinkan suami
12 untuk memiliki istri ke dua jika istri pertamanya mandul atau tidak mampu memberikan suaminya seorang anak laki-laki. Poligami juga dijadikan simbol kekayaan. Poligami merupakan praktek yang adaptif di Afrika tradisional, memungkinkan semua wanita untuk menikah dan memiliki anak, dan berkontribusi terhadap kelangsungan komunitas karena tingginya angka kesuburan. 3. Dampak poligami Setiap sesuatu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, ada negatif dan positifnya. Begitu juga dengan poligami, disatu sisi dianggap baik oleh sebagian kalangan karena dapat mengurangi perselingkuhan, perzinaan dan lain sebagainya. Di sisi lain adanya poligami diangga negatif oleh sebagiannya karena terkesan menyakiti perasaan wanita dan lainnya. Husein (2008) mengatakan beberapa akibat dari poligami, yaitu : a. Istri merasa kecewa dan sakit hati Adanya poligami bagi para wanita adalah seperti hantu yang menakutkan. Sudah sewajarnya, jika istri sakit hati dan kecewa kepada suami yang berpoligami walau sang istri mengizinkannya. Sebenarnya sangat berat hati seorang istri untuk menerima poligami walau ada sebab-sebab yang mengharuskan poligami. b. Rumah tangga berantakan Dalam kehidupan pasti selalu ada masalah yang terjadi apalagi dalam rumah tangga. Tidak selamanya suasana dalam rumah tangga tentram dan damai
13 seperti tidak ada masalah. Salah satu masalah yang terjadi dan sering membuat rumah tangga berantakan adalah poligami. Adanya poligami rentan menimbulkan konflik berkepanjangan dalam rumah tangga, seperti terjadinya pertengkaran antar suami istri atau percekcokan antara ayah dengan anak. c. Adanya diskriminasi Dengan adanya ketidakadilan dalam cinta dan kasih sayang pasti akan berakibat adanya ketidakadilan dalam materi, seperti rumah, gilir, pakaian, mobil, dan sebagainya. Dengan demikian, akan terjadi diskriminasi pada salah satu dari istri-istrinya. d. Dibenci oleh saudara-saudara istri bahkan mertua Biasanya, keputusan orang yang mau berpoligami sudah benar-benar matang dan segala apa yang akan terjadi sudah dipertimbangkan. Salah satu akibat dari poligami adalah sang suami akan dibenci oleh sanak saudara dari istri, seperti orang tua istri (mertua), kakak dan adik istri, serta lainnya. e. Dapat mencegah perselingkuhan dan perzinaan Saat ini, banyak terjadi perzinaan dan perselingkuhan. Masalah ekonomi, jumlah perempuan yang lebih banyak daripada laki-laki adalah salah satu penyebab timbulnya perzinaan dan perselingkuhan. Oleh karena itu, adanya poligami dapat menjadi solusi sosial untuk mengurangi jumlah perzinaan atau perselingkuhan.
14 f. Dapat menolong Salah satu hikmah poligami adalah dapat menolong seseorang. Poligami dapat menolong para istri yang ditinggal mati oleh suaminya yang tidak memiliki ekonomi berkecukupan dan kehidupannya serba kekurangan. Dampak poligami juga dikemukakan oleh Cook (2007) yang menyatakan bahwa poligami memberikan dampak pada istri pertama dan anak-anaknya. Studi menunjukkan bahwa istri-istri pertama orang muslim di Timur Tengah tidak bahagia dengan pernikahan poligaminya dan ketidakbahagiaan tersebut menjelma dalam bentuk sakit secara fisik dan mental. Adanya poligami juga membuat para lelaki tidak menganggap serius sumpah yang diucapkan dalam pernikahannya. Pernikahan tradisional di Afrika bagian Sahara (Afrika selatan, 1996) biasanya berbentuk poligami dan tidak diakui oleh pemerintah. Ketika seorang suami meninggal, istrinya tidak mendapatkan warisan, tidak mendapatkan hasil asuransi ataupun hak asuh anaknya. Selain itu poligami juga bisa berbahaya bagi anak-anak. Pollitt (dalam Cook, 2007) menyatakan, poligami pada orang-orang Mormon di Amerika Serikat dikaitkan dengan incest dan kekerasan terhadap anak. Pelaku poligami di Afrika dikaitkan dengan feminisasi terhadap kemiskinan dan laju penyebaran AIDS. C. Gambaran Penyesuaian Diri terhadap Istri yang Dipoligami Menikah adalah suatu hal yang dijadikan salah satu pilihan hidup dari sekian banyak pilihan dalam kehidupan (Lefrancois, 1993). Menurut Duvall dan Miller
15 (1985) pernikahan adalah suatu bentuk hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang meliputi hubungan seksual, legitimasi untuk memiliki keturunan (memiliki anak) dan penetapan kewajiban yang dimiliki oleh masingmasing pasangan. Menurut Thalib (2008) terdapat dua model pernikahan. Model pertama adalah monogami yang merupakan perkawinan antara seorang lelaki dengan seorang perempuan saja sebagai isterinya; dan seorang perempuan dengan seorang lelaki saja sebagai suaminya, tanpa ada perempuan lain yang menjadi madunya. Model kedua adalah poligami. Poligami berasal dari dari bahasa Yunani, poly atau polus berarti banyak dan gamein atau gamis yang berarti kawin/perkawinan. Poligami sering kali dimaknai dengan pernikahan antara seorang laki-laki dengan beberapa perempuan (Farida, 2008). DeGenova (2008) menyatakan bahwa terdapat dua tipe poligami, yaitu poliandri dan poligini. Poliandri yakni ketika seorang perempuan menikahi lebih dari satu laki-laki. Konsep poligini yakni ketika seorang laki-laki memiliki lebih dari satu istri. Akan tetapi, bentuk poligami yang paling umum adalah poligini (Cook, 2007). Masyarakat juga cenderung mengartikan poligami sama dengan poligini (suami memiliki banyak istri) sehingga istilah poligami yang kemudian lebih banyak dipakai (Farida, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Phillips (dalam Cook, 2007) di Timur Tengah menunjukkan bahwa istri pertama pada keluarga poligami tidak bahagia dalam pernikahannya dan ketidakbahagiaan tersebut dimanifestasikan dengan hadirnya penyakit fisik dan mental. Selain itu, penelitian yang dilakukan Achate et.al (dalam Elbedour, Bart, & Hektner, 2003) menunjukkan adanya rasa
16 kecemburuan, konflik, stres emosional, ketegangan, kegelisahan dan kecemasan yang besar pada istri dalam keluarga poligami. Yuliantini, dkk (2008) menyatakan konflik dalam pernikahan poligami merupakan sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Adanya perempuan lain dalam rumah tangga bisa menjadi salah satu sumber yang menyulut terjadinya konflik dalam pernikahan karena memicu munculnya rasa cemburu. Berada dalam pernikahan poligami menurut Al-Mohannadi (dalam Al- Qatari, 2009) membuat istri merasa tidak diinginkan, hal ini menyebabkan sejumlah stres pada seluruh anggota keluarga. Selanjutnya dikatakan hal ini biasanya terlihat dari cara istri memperlakukan anak-anaknya yang dapat menimbulkan ketidakstabilan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozkan et.al, (2006) menemukan bahwa pernikahan dalam bentuk poligami berdampak negatif terhadap para istri dalam pernikahan tersebut. Penelitian tersebut mengatakan bahwa istri yang berasal dari keluarga poligami cenderung mengalami distres psikologis (gangguan somatisasi) terutama pada istri pertama. Semua dampak ini tentu saja bervariasi pengaruhnya pada individu yang satu dengan yang lainnya, tergantung seberapa baik proses penyesuaian yang individu lakukan (Wallerstein & Kelly dalam Huges, 1985). Penyesuaian diri merupakan proses yang akan terjadi ketika individu mengalami perubahan dalam kehidupannya. Perubahan dalam kehidupan menurut Holmes dan Holmes (dalam Calhoun & Acocella, 1990) akan memunculkan berbagai masalah yang kalau tidak diselesaikan akan memunculkan keputusasaan dan krisis psikologis lainnya. Holmes dan Richard (dalam Calhoun & Acocella,
17 1990) menemukan bahwa peristiwa perkawinan, pertambahan anggota keluarga baru, dan perubahan kondisi kehidupan merupakan peristiwa hidup yang membutuhkan penyesuaian diri. Daradjat (1983) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang digunakan individu untuk mengatasi tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya. Penyesuaian diri (Daradjat, 1983) memiliki dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Penyesuaian sosial adalah bagaimana individu mampu mengikuti ketentuan dan kaidah-kaidah kelompoknya, atau kemampuannya dalam membuat hubungan sosial yang menyenangkan dengan orang yang berhubungan dengannya. Menurut Weiten dan Lloyd (2006) penyesuaian diri merupakan proses psikologis yang dilakukan oleh individu dalam mengatur atau mengatasi kebutuhan dan tantangan dalam kehidupannya sehari-hari. Penyesuian diri berhubungan dengan bagaimana individu mengatur atau mengatasi berbagai kebutuhan dan tekanan. Daradjat (1983) mengatakan individu yang dalam tahap pertumbuhannya menghadapi tekanan lebih daripada kebiasaan orang lain akan membuatnya kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Selanjutnya dikatakan bahwa kegagalan dalam penyesuaian diri adalah akibat tekanan-tekanan yang telah menghimpit individu. Sundari (2005) mengatakan individu yang gagal dalam menyesuaikan diri akan menjadi tidak tenang bila menghadapi suatu masalah, tidak mampu
18 mengendalikan emosi, mengalami frustasi, konflik atau kecemasan. Individu yang mampu menyesuaikan diri akan mampu menyeimbangkan antara kebutuhan internal dan eksternal, mampu memecahkan masalah dengan rasio dan emosi yang terkendali serta bersikap realistis dan objektif (Sundari, 2005). Tujuan dari proses penyesuaian adalah untuk mendapatkan keseimbangan (Patty & Johnson, 1953). Kesehatan mental dalam arti yang luas mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri, dan penyesuaian diri dengan orang lain dalam keluarga, pekerjaan, dan masyarakat luas (Daradjat, 1983). Penelitian Al-Krenawi dan Nevo (2006) mengenai keberhasilan dan kegagalan pada keluaga poligami memuat beberapa pokok-pokok penting seperti faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses penyesuaian diri istri yang dipoligami yaitu faktor agama, keyakinan bahwa poligami sebagai aturan dari Tuhan atau takdir, sikap adil suami dalam berbagi, faktor tempat tinggal, dan sikap saling menghargai antar istri. Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) mengatakan bahwa penyesuaian diri seorang individu dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: stres, tuntutan fisik, dan tuntutan sosial. Selanjutnya Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menambahkan selain hal-hal tersebut penyesuaian diri individu terhadap suatu lingkungan juga cenderung berbeda antar individu, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti : Etnis atau latar belakang suku, usia, dan kelas sosial.
19 C. Paradigma Penelitian POLIGAMI PRO KONTRA TERIMA TIDAK DAMPAK PSIKOLOGIS Perubahan Komposisi Keluarga Perubahan terhadap pribadi Istri kedua Anak tiri Tidak bahagia, sakit fisik dan mental Stres psikologis Cemburu, konflik, cemas PENYESUAIAN DIRI Keterangan : : terdiri dari : menghasilkan : memiliki atau di dalamnya terdapat
BAB I PENDAHULUAN. tahun (ICRP, 2007). Data dari LBH Apik Jakarta tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2005, LBH Apik mencatat adanya kecenderungan peningkatan kasus poligami yang mencapai angka 106 kasus dari 58 kasus yang ditangani pada tahun 2001-2003 (ICRP,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang mensyari atkan pernikahan bagi umatnya. Menikah dalam Islam adalah salah satu sarana untuk menggapai separuh kesempurnaan dalam beragama.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.A. Penyesuaian Diri terhadap Pensiun II.A.1. Penyesuaian diri Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan interaksi individu yang kontinu dengan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciSecara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling
A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk
Lebih terperinciAdaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada togas (task oriented).
Posted on 25 October 2010. ADAPTASI (MEKANISME PENYESUAIAN DIRI) Pengertian Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain: a. W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa Penyesuaian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. called adaptation. (Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Penyesuaian Diri Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang diutarakan oleh Charles Darwin. Ia mengatakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkawinan 2.1.1 Pengertian perkawinan Terdapat beragam pendapat dari para ahli yang menjelaskan tentang pengertian perkawinan. Duvall & Miller (1985) mendefinisikan perkawinan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Manusia dilahirkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan
PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita menimbulkan akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta meneruskan keturunan,
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana
Lebih terperinci4.5 Rangkuman Hasil Tabel 4.2 Perbandingan Tema Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Keadilan Sebelum dipoligami 1. Perasaan diabaikan
94 4.5 Rangkuman Hasil Tabel 4.2 Perbandingan Tema Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Keadilan Sebelum dipoligami 1. Perasaan diabaikan Waktu 1. Curiga Nafkah 2. Sedih dan stress Perhatian pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kimbal Young dan Reymond W.Mack dalam Soekanto (1990:60-
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Interaksi Sosial dalam Keluarga Menurut Kimbal Young dan Reymond W.Mack dalam Soekanto (1990:60-61), menyatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci semua kehidupan sosial,
Lebih terperinciCOPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH
COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Alfan Nahareko F 100 030 255 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciSUSI RACHMAWATI F
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciKONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR
KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciABSTRAK. A. Latar belakang masalah
Judul Studi kasus : Penyesuaian menantu perempuan yang tinggal di rumah mertua yang berbeda suku Nama : Ika wahyuni NPM :10501147 NIRM : 20013137380050146 Pembimbing : M. Fakhrurrozi, M.psi, psi A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain menimbulkan sikap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar
Lebih terperinciANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.
1 ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Sr. Bundanita mensharingkan pengalamannya bagaimana ia pernah mempunyai anak mas waktu mengajar di Sekolah
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama
54 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pernikahan poligami hanya terbatas empat orang isteri karena telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini tidak sedikit kaum wanita yang mengerutkan kening, terkejut, bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata poligami.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu kejadian paling penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya yang sifatnya paling intim dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI
BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Fitrah yang diciptakan Allah atas manusia mengharuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciIZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA
3 IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA Oleh : Alip No. Mhs : 03410369 Program Studi : Ilmu Hukum UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.
BAB I PENDAHULUAN Perkawinan adalah suatu proses penyatuan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam membentuk rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, karena itu perkawinan dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan
BAB I PENDAHULUAN I.A.Latar Belakang Masalah Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan interpersonal lainnya, masalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting. Dengan memahami bentuk, fungsi, dan proses dari komunikasi keluarga, kita dapat memahami bagaimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk individu, memiliki emosi yang memerlukan perhatian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan emosional dari manusia lainnya dalam kebersamaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan ikatan dan janji bersama seumur hidup antara pria dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama. Duvall
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (Herning, dalam Sumiarti 1956). Sedangkan menurut Duval & Miller (1980)
BAB II LANDASAN TEORI A. Perkawinan 1. Defenisi perkawinan Perkawinan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa langgeng hingga usia senja bahkan sampai seumur hidupnya. Kenyataan justru
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI Oleh : Weny Hastuti,S.Kep. Abstrak :
PENYESUAIAN DIRI Oleh : Weny Hastuti,S.Kep. Abstrak : Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk bereaksi karena tuntutan dalam memenuhi dorongan/kebutuhna dan mencapai ketentraman batin dalam hubungannya
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI
AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan
Lebih terperinciPROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL
PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Tiri Istilah ibu tiri secara harfiyah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Ibu merupakan panggilan yang takzim kepada wanita, sedangkan tiri berarti bukan darah daging
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan salah satu aspek yang penting perkembangan individu dewasa (Kelley & Convey dalam Lemme, 1995).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinci