BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari proses"

Transkripsi

1 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari proses pengumpulan data tentang pengaruh gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, data umum (karakteristik responden), dan data khusus yang kemudian akan dilakukan pembahasan sesuai tujuan penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 November sampai 2 Desember 201. Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuisioner kualitas tidur PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index) yang diisi peneliti berdasarkan jawaban responden. 5.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian data umum/demografi responden, dan data khusus kualitas tidur pada responden sebelum dan sesudah intervensi Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya yang berada di Jalan Jelidro II/33, Lontar, Surabaya, Jawa Timur. Griya ini memiliki luas tanah seluas 1900m 2 termasuk gedung kantor, gedung serba guna, kamar para suster dari Kongregasi Suster Santo Yosef, pos keamanan, lapangan parkir, wisma klien yang terdiri dari 2 lantai, lantai dasar (pertama) untuk klien wanita dengan 2 kamar, sedangkan lantai 2 untuk klien laki-laki dengan 18 kamar ditambah 2 80

2 81 kamar untuk biarawati, tiap kamar memiliki jumlah tempat tidur yang berbeda yaitu ada 1 kamar isi 2 tempat tidur, ada yang tempat tidur, dan ada yang 6 tempat tidur, kapel, taman dan kebun sayuran mini di tengah griya, ruang makan para lansia, ruang makan para biarawati, kantor, ruang tamu, ruang berkumpul, ruang pemeriksaan kesehatan, ruang terapi, dapur umum, kamar mandi tamu, gudang penyimpanan, tandon air. Griya Lansia Santo Yosef memiliki daya tampung sebanyak 10 orang, namun jumlah lansia saat ini adalah 0 orang. Persyaratan untuk masuk ke griya adalah laki-laki atau perempuan berusia minimal 60 tahun, tidak ada penyakit menular dengan bukti foto Rontgen paru dan hasil laboratorium untuk pemeriksaan hati normal, tanpa ada unsur paksaan, memiliki penanggung jawab 2 orang dan keduanya atau salah satu berdomisili di Surabaya, administrasi telah dilunasi, mengisi formulir masuk calon oma dan opa di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Biaya untuk tinggal di griya ini per bulannya sebesar Rp ,-. Jumlah karyawan yang merawat lansia ada 5 orang dan jumlah biarawati ada 2 orang. Semua karyawan di griya memiliki jadwal kerja pagi, sore, malam.

3 82 Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Harian Lansia Griya Usila Santo Yosef Surabaya Hari Jam Aktivitas Senin Sabtu 0.30 Bangun pagi Senam pagi MCK Doa pagi Sarapan pagi Kegiatan / Hiburan Snack Istirahat dan mendengarkan musik klasik rohani Doa siang Makan siang Tidur siang MCK Makan Malam Doa Sore Tidur Minggu Misa Pagi Catatan : Selasa Rabu Jadwal periksa mingguan pada dokter umum Jadwal periksa pada psikiater Kegiatan rutinitas di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya hampir sama seperti kegiatan di panti wredha pada umumnya. Setiap hari Senin hingga Sabtu pagi selalu dilakukan olahraga pagi yaitu berupa senam yang terdiri dari senam otak, senam nadi, dan senam lansia. Perbedaannya yaitu pada hari Selasa dan Rabu diadakan pemeriksaan kesehatan bagi semua lansia. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter dan perawat berupa pemeriksaan kesehatan secara umum dan juga pemeriksaan psikologi. Kemudian pada hari Minggu pagi selalu diadakan ibadah mingguan. Setiap jam 06.00,.00, 18.00, selalu dilakukan doa bersama yang dipandu oleh biarawati atau pegawai griya melalui speaker sentral

4 83 yang berada di kantor griya, sedangkan para lansia berada di kamar masingmasing. Berdasarkan observasi peneliti, kegiatan yang dilakukan lansia sebelum tidur malam sangat beragam. Beberapa lansia ada yang menonton TV hingga jam WIB, membaca buku bertema keagamaan atau pengetahuan, berdiam diri di kamar atau berdoa hingga tertidur, ngobrol dengan teman sekamar atau wisma hingga mengantuk lalu meminta ijin untuk pergi tidur Data umum Data umum menguraikan karakteristik responden yang meliputi usia, lama tinggal, kebiasaan sebelum tidur, dan pola tidur siang.

5 8 Tabel 5.2 Data Umum di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya Kode Lama Kebiasaan Pola Responden Umur Tinggal sebelum tidur tidur siang P K Keterangan : 1. P = Perlakuan. Kebiasaan sebelum tidur K = Kontrol 2. Umur 2 = Melihat TV 1 = Duduk-duduk /diam di kamar 1 = tahun 3 = Berbincang dengan teman 2 = 66-7 tahun sekamar atau wisma 3. Lama Tinggal = Lain-lain (membaca buku,berdoa) 1 = < 1 tahun 5. Pola Tidur Siang 2 = 1-5 tahun 1 = Tidur 3 = 6-10 tahun 2 = Tidak tidur Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 65-7 tahun dengan persentase 86,% atau 19 orang dan usia 55-6 tahun sebesar 13,6% atau 3 orang. Jumlah responden yang tinggal di Griya

6 85 Lansia Santo Yosef Surabaya selama kurang dari 1 tahun sebanyak 6 orang atau 27,27%, 1-5 tahun sebanyak 15 orang atau 68,18%, dan yang tinggal selama 6-10 tahun sebanyak 1 orang atau,5%. Kemudian, kebiasaan responden sebelum tidur yaitu duduk atau diam diatas tempat tidur sampai tertidur sebanyak 3 orang atau 13,6%, melihat TV sebanyak orang atau 18,18 %, berbincang dengan teman sekamar atau wisma sebanyak orang atau 18,18%, serta orang atau 50 % memilih untuk melakukan kegiatan lain yaitu membaca buku bertema keagamaan atau pengetahuan dan berdoa. Lalu sebanyak orang atau 18,20% responden yang tidak mempunyai pola tidur siang hari, sedangkan sebanyak 18 orang atau 81,80% responden memiliki kebiasaan tidur pada siang hari Data Variabel yang Diteliti Pada bab ini akan diuraikan data tentang kualitas tidur pada lansia sebelum dan sesudah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 1. Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Tabel 5.3 Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia Perlakuan Persentase Kontrol Persentase Baik Buruk 100% 100% Berdasarkan tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa kualitas tidur responden pada kelompok perlakuan dan kontrol berada pada tingkat buruk..

7 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Tabel 5. Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia Perlakuan Persentase Kontrol Persentase Baik 9 81,18% 2 18,82% Buruk 2 18,82% 9 81,18% Berdasarkan tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa kualitas tidur responden setelah diberikan gabungan sugesti dan musik instrumentalia yaitu sebanyak 9 orang pada kelompok perlakuan meningkat menjadi baik, sedangkan 2 orang lainnya masih dalam tingkat buruk. Pada kelompok kontrol sebanyak 9 orang kualitas tidurnya buruk dan 2 orang baik. 3. Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Tabel 5.5 Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok kontrol No SKRIPSI Perlakuan Kontrol Pre Post Perbedaan p=0,5 Rata-rata Mc Nemar peningkatan : Test p= 0,05 Perlakuan Kontrol Post Post p=0,003 Chi-Square Test p= 0,05 PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K. Pre Post p=0,00 Mc Nemar Test p= 0,05 Perbedaan Rata-rata peningkatan :

8 87 Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan dari hasil uji statistik dengan menggunakan Mc Nemar Test ditemukan adanya peningkatan kualitas tidur pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia dengan nilai p=0,00, berarti p<0,05, maka H1 diterima artinya ada pengaruh yang signifikan pada pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap peningkatan kualitas tidur. Namun pada kelompok kontrol didapatkan hasil p=0,5 yang berarti p>0,05, maka H1 ditolak. Hasil uji statistik Chi-Square Test, didapatkan p=0,009 yang berarti p<0,05, berarti ada pengaruh pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap kualitas tidur pada hasil post test kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 5.2 Pembahasan Seluruh responden dalam penelitian ini mengalami gangguan tidur dengan kualitas tidur dalam rentang buruk. Tingkat kualitas tidur dilakukan dengan wawancara yang berpedoman pada kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari 7 komponen yaitu kualitas tidur secara objektif, latensi tidur (kesulitan memulai tidur), lama tidur malam (kuantitas), efisiensi tidur, gangguan ketika tidur malam, penggunaan obat-obatan tidur, dan terganggunya aktivitas di siang hari. Sebagian besar responden menyatakan bahwa kualitas tidurnya kurang, kesulitan memulai tidur lebih dari 30 menit, lama tidur kurang dari 6 jam, efisiensi tidur yang kurang, gangguan tidur pada malam hari yang meningkat, tidak ada penggunaan obat tidur, dan aktifitas siang hari yang terganggu lebih dari 3 hari dalam seminggu. Intervensi yang diberikan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia dalam penelitian ini adalah gabungan sugesti dan musik instrumentalia. Gabungan kedua

9 88 hal ini diberikan dalam bentuk rekaman dalam sebuah CD yang dimainkan setiap pukul selama satu minggu. Rekaman ini berdurasi selama 30 menit dan diulang hingga dua kali setiap kali memainkannya. Tempo musik dalam rekaman ini adalah beat per menit seperti yang dijelaskan oleh Campbell (2002) bahwa musik dengan tempo lambat sekitar 60 beat / menit, dapat mengubah tingkat kesadaran dari susunan gelombang beta ke gelombang alfa, sehingga meningkatkan tingkat rileks dan ketenangan. Persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memainkan rekaman ini ada 2 (dua) hal yaitu persiapan lingkungan dan persiapan pasien. Ketika melakukan persiapan lingkungan, semua perawat griya yang sudah menandatangani persetujuan untuk menjadi perawat pengawas dalam penelitian ini, dikumpulkan dan diberi pengarahan secara singkat. Lalu semua peralatan yang diperlukan yaitu player, CD rekaman gabungan sugesti dan musik instrumentalia, speaker sentral, dan jam tangan, dipersiapkan. Sebelum memainkan rekaman tersebut, responden terlebih dahulu ditegur sapa, dilakukan cek kembali kesesuaian antara identitas yang telah didapatkan peneliti dengan identitas yang disebutkan secara langsung oleh responden, dan dijelaskan kembali mengenai tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan. Kemudian, pasien diminta untuk berbaring ditempat tidurnya masing-masing dengan memposisikan tubuhnya senyaman mungkin. Rekaman musik instrumentalia dan sugesti dimainkan hingga semua lansia benar-benar terlelap dalam rentang waktu satu jam dengan volume pada speaker sentral berada pada level 2 pada rentang 0-9. Semua prosedur pelaksanaan intervensi ini dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol selama masing-masing satu minggu. Pelaksanaan

10 89 pada kelompok kontrol dilakukan setelah intervensi pada kelompok perlakuan. Semua lansia yang menjadi responden bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan intervensi ini. Prosedur ini dilakukan selama 2x30 menit karena proses fisiologi gelombang tidur. Pada menit ke sejak awal lansia memulai tidur, terjadi proses tidur NREM (Non Rapid Eye Movement) tahap dua. Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun dan menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Tahap selanjutnya setelah menit adalah memasuki tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggidengan frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali gelombang theta dan hanya tinggal gelombang delta dengan 0,5 2 putaran perdetik, amplitudo mikrovolt. Dalam tidur delta ini relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada batas minimal (Setiyo, 2008). Sebelum dilakukan intervensi pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia, semua responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu sebanyak 22 orang, berada dalam skor kualitas tidur yang buruk. Hal ini dikarenakan sebagian responden memiliki lama tinggal di griya kurang dari 1 tahun, memiliki pola tidur siang. Usia lansia merupakan usia yang beresiko tinggi megalami gangguan kualitas tidur. Menurut Darmojo (2009), seiring bertambahnya usia, terdapat penurunan periode tidur. Seorang usia lanjut

11 90 membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya. Responden yang mengalami gangguan tidur pada penelitian ini sebagian besar berusia 66-7 tahun. Kecenderungan tidur siang meningkat secara progresif dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau lebih (Perry& Potter, 2005). Pada penelitian ini, semakin lama lansia tinggal dipanti, lansia menjadi semakin mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan waktu tidurnya. Responden yang tinggal di panti lebih dari 1-5 tahun, memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Lansia yang lebih lama tinggal di panti, memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik daripada penghuni panti yang baru. Gangguan tidur sering terjadi pada malam pertama di tempat perawatan jangka panjang atau hospitalisasi yang lama, tetapi sulit tidaknya lansia tidur berhubungan dengan kemampuan lansia dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru (Gitawati, 2007). Responden dalam penelitian ini adalah wanita. Wanita lansia beresiko tinggi terjadi gangguan tidur karena tingkat stress dan peran hormonal wanita yang cukup tinggi dalam proses penuaan. Lansia wanita lebih mudah stress karena wanita memiliki hormon estrogen yang mempengaruhi tingkat stress dan lebih menonjolkan perasaannya. Wanita lansia, terutama wanita yang memiliki anak, dapat mengalami inkontinensia stress, yaitu terjadi pelepasan urine involunter saat batuk, bersin, atau pun saat tidur tanpa disadari mereka akan mengompol sehingga menyebabkan terbangun. Hal ini disebabkan karena melemahnya otot kandung

12 91 kemih pada lansia (Perry & Potter, 2005). Di Griya Lansia Santo Yosep, dari 22 responden, 18 orang menderita inkontinensia urin. Setelah dilaksanakan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia selama 7 hari pada kelompok perlakuan, diperoleh skor responden dalam kriteria baik 9 orang dan kriteria buruk 2 orang. Meskipun masih ada responden yang mempunyai kriteria kualitas tidur buruk, tetapi responden mendapatkan penurunan skor dan merasa puas dengan tidurnya. Pada kelompok kontrol, didapatkan skor kualitas tidur dalam kriteria buruk sebanyak 9 orang dan sangat buruk sebanyak 2 orang. Pada kelompok perlakuan, setelah dilakukan intervensi, skor PSQI mengalami penurunan, yang berarti telah terjadi perbaikan kualitas tidur responden. Responden 5P dan 6P mengalami peningkatan skor kualitas tidur yang cukup signifikan yaitu 9 poin karena kedua responden tersebut berpendapat bahwa intervensi yang diberikan cocok dengan mereka karena mereka menyukai musik klasik. Responden kelompok perlakuan lainnya mengalami penurunan skor 6-8 poin dengan kriteria tidur baik dan buruk. Sebagian besar responden mengalami perbaikan tidur dari segi kualitas tidur subjektif yang menjadi lebih baik, kesulitan untuk memulai tidur (latensi tidur) berkurang selama kurang dari 30 menit, lama tidur meningkat menjadi lebih dari 6 jam, efisiensi tidur juga meningkat, gangguan tidur malam berkurang, dan terganggunya aktifitas di siang hari menurun. Responden 10P dan P mengalami penurunan skor dan perbaikan kualitas tidur, tetapi masih dalam kriteria tidur buruk karena perubahan yang kurang signifikan pada latensi dan efisiensi tidur. Hal ini dapat terjadi karena masih banyak faktor yang mempengaruhi tidur responden, antara lain faktor lama

13 92 tinggal. Kedua responden ini adalah lansia yang kurang dari 1 tahun tinggal di griya. Penelitian yang dilakukan selama 7 hari pada kelompok perlakuan ini, tidak ada responden yang terserang sakit, sehingga penelitian berjalan dengan baik. Pada kelompok kontrol, responden 1K dan 2K mengalami penurunan skor yang sangat tinggi yaitu 8-9 poin dan masuk dalam kriteria baik. Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan intervensi untuk kelompok perlakuan pada 2 (dua) hari terakhir, responden 1K mendapat kunjungan dari keluarganya selama 1 (satu) hari dan responden berpendapat bahwa kondisi fisik atau psikisnya menjadi sangat baik dan tenang. Kondisi fisik atau psikis yang baik dapat menunjang tidur malam yang lebih efektif. Pada responden 2K juga mengalami penurunan skor yang tinggi karena 1 (satu) hari sebelum dilakukan intervensi pada kelompok kontrol, responden mendapat kiriman hadiah berupa baju dan beberapa foto anak serta cucu kesayangannya yang berada di luar negeri. Responden berpendapat bahwa hal tersebut mempengaruhi kondisi badan dan pikirannya menjadi sangat baik dan damai sehingga mendukung kenyamanan saat tidur malam. Hasil dalam kuisioner PSQI yang tidak banyak mengalami perubahan baik sebelum atau setelah dilakukan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia yaitu gangguan tidur malam. Keluhan responden paling banyak dalam gangguan tidur malam hari yaitu terbangun karena keinginan ingin buang air kecil. Hal ini disebabkan melemahnya otot kandung kemih pada lansia (Perry & Potter, 2005). Faktor ini menyebabkan responden sering terbangun pada malam hari, sehingga komponen efisiensi tidur dan lama tidur berkurang. Jika kedua komponen ini berkurang, maka aktivitas responden pada siang hari dapat terganggu karena kantuk.

14 93 Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi Square Test untuk menilai post test pada kedua kelompok, ditemukan hasil p=0,003 yang berarti bahwa ada pengaruh setelah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Kemudian peneliti melakukan uji statistik dengan menggunakan McNemar, ditemukan adanya peningkatan kualitas tidur pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia dengan nilai p=0,00. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil p=0,5 yang berarti tidak ada pengaruh signifikan pada pre dan post test. Penelitian ini menggunakan salah satu jenis musik instrumentalia berupa musik klasik. Menurut Nurseha dan Djaafar (2002), musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan menidurkan. Oleh karena itu, intervensi ini dilakukan saat lansia memasuki waktu tidur malam yaitu sekitar pukul WIB. Dasar utama penggunaan musik klasik dalam penelitian ini adalah gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik dan suara-suara yang ditimbulkannya. Semakin lamban gelombang otak, individu semakin merasa rileks, puas, dan tenang. Seperti halnya meditasi, yoga, sugesti dan latihan lain untuk menyatukan fisik dan pikiran. Musik klasik berfungsi mengatur hormonhormon yang berhubungan dengan stres antara lain ACTH, prolaktin, dan hormon

15 9 pertumbuhan serta dapat meningkatkan kadar endorfin sehingga dapat mengurangi nyeri juga kecemasan (Champbell, 2001). Musik yang memiliki karakteristik lembut dan santai, salah satu jenis musik ini yaitu musik klasik yang dipadukan dengan kalimat sugesti positif, dapat menstimulir otak sehingga membantu menjaga keseimbangan homeostasis tubuh melalui jalur HPA axis, yang dapat merangsang produksi β endorphin dan enkephalin yang merupakan neurotransmitter tidur. β endorphin dan enkephalin mampu membuat tubuh menjadi rileks, rasa nyeri berkurang, dan menimbulkan rasa senang sehingga lansia dapat lebih mudah tertidur (Nursalam, 2007). Menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical School, London, guna menginduksi otak dilakukan dengan memprovokasi otak kiri (pikiran sadar) untuk non aktif dan memberikan kesempatan kepada otak kanan (pikiran bawah sadar) untuk mengambil kontrol atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan ketika aktivitas seseorang sedang berada dalam gelombang theta. Karakteristik aktivitas otak ketika berada dalam gelombang theta adalah peningkatan produksi katekolamin (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar (unconscious). Pada saat itulah sugesti berhasil ditanamkan dalam pikiran seseorang (Yovan,2006). Responden yang mendapatkan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia merasa lebih rileks dan nyaman. Responden merasakan dampak dari intervensi secara bertahap. Responden mengalami perbaikan tidur seperti

16 95 kualitas tidur lebih baik, kesulitan memulai tidur lebih dari 30 menit berkurang, lama tidur bertambah menjadi lebih dari 6 jam, efisiensi tidur lebih baik, gangguan tidur malam berkurang, tidak ada penggunaan obat tidur, dan aktifitas siang hari yang terganggu berkurang. Gabungan sugesti dan musik instrumentalia memberikan ketenangan dan kenyamanan yang dapat menginduksi rasa kantuk, sehingga responden dapat memulai tidur lebih awal dan tubuh menjadi bugar dan bersemangat setelah bangun tidur.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Lampiran 1 SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Lampiran 1 SKRIPSI PENGARUH GABUNGAN SUGESTI DAN MUSIK INSTRUMENTALIA CECILIA INDRI K. 102 Lampiran 1 103 Lampiran 2 104 Lampiran 3 105 Lampiran 4 106 Lampiran 5 PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN KELOMPOK PERLAKUAN DAN KONTROL Judul Penelitian : Pengaruh Gabungan Sugesti dan Musik Instrumentalia

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya. Desain

BAB 4 METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya. Desain BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1. Perubahan fisiologis akan muncul saat seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth. Calon Responden Penelitian. Di Tempat

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth. Calon Responden Penelitian. Di Tempat Lampiran 1 78 79 Lampiran 2 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Ayu Afriani Panyuwa NIM : 462012081

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Musik adalah segala sesuatu yang memberikan efek menyenangkan, keceriaan, dan mempunyai irama (ritme) melodi, timbre tertentu untuk membantu tubuh dan pikiran saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & Barros (2012), mendefinisikan tidur sebagai suatu kondisi dimana proses pemulihan harian terjadi.

Lebih terperinci

LATIHAN YOGA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN TIDUR LANSIA (Yoga Exercise Fulfillment of the Sleep Needs In Elderly)

LATIHAN YOGA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN TIDUR LANSIA (Yoga Exercise Fulfillment of the Sleep Needs In Elderly) LATIHAN YOGA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN TIDUR LANSIA (Yoga Exercise Fulfillment of the Sleep Needs In Elderly) Tintin Sukartini*, Retno Indarwati*, Anggraheni* *Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016 Lampiran 1 Nama : Agung Prasetio NIM : 1401100116 No. Kegiatan Penelitian I II III Tahap Persiapan a. Penentuan Judul b. Mencari Literatur c. Penyusunan Proposal d. Konsultasi Proposal e. Perbaikan Proposal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test dengan intervensi senam otak. Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, social, dan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus deskripsi. Studi kasus deskriptif merupakan penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus deskripsi. Studi kasus deskriptif merupakan penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus deskripsi. Studi kasus deskriptif merupakan penelitian yang dianalisis

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN Ambar Winarti STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN ABSTRAK Tidur merupakan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh mendengarkan Al-Qur an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI Overview of Sleep Quality and Sleep Disorders In Elderly at Social Home Tresna Werdha Budi Luhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, terutama di bidang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group.

BAB III METODE PENELITIAN. desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group. Sebelum intervensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Istimewah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Istimewah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang terletak di Jalan Lingkar Selatan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada era globalisasi, manusia lebih memforsir tubuh untuk melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan menuntut seseorang sering lebih bergadang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 59 Lampiran 2. Persetujuan Etik Penelitian 60 61 Lampiran 3. Kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) Petunjuk: Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berhubungan

Lebih terperinci

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy)

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy) LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy) Apakah hipnoterapi Itu? Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disusun sehingga peneliti memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang mengacu pada jenis (macam)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perkumpulan lansia Kartasura pada bulan November 2016 didapatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan Oleh Paula Angelina

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm (Guyton, 1997).

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN Esri Rusminingsih, Ikmal Qoyyimah ABSTRAK Perubahan fisiologi usia lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahasiswa, belajar dengan tujuan untuk mendapatkan nilai yang baik adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN 95 LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN 96 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. dr. Mansur No. 9 Padang Bulan, Medan 20155 Sumatera Utara, Indonesia TELP.+62

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Rivhan Fauzan Tempat/Tanggal Lahir : Lhokseumawe / 14 Juni 1993 Agama Alamat : Islam : Komp. Citra Garden Blok C9 No.21 Medan Telepon : 087868806425 Orangtua : -

Lebih terperinci

Objective: The aim of this research to analyze the effectiveness of massage on sleep quality infant aged 5-7 months.

Objective: The aim of this research to analyze the effectiveness of massage on sleep quality infant aged 5-7 months. THE EFFECTIVENESS OF INFANT MASSAGE ON SLEEP QUALITY ON INFANTS 5-7 MONTHS OF AGE IN LOKBUNTAR VILLAGE HARUYAN DISTRICT HULU SUNGAI TENGAH REGENCY BARABAI 3013 Emilia Rizkiyati 1, Muhsinin 2, Syamsul Firdaus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Siswi yang mengikuti latihan menari Gambyong Pareanom selama 8 minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan kualitas tidur ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di seluruh dunia. Individu dengan insomnia merasa sulit untuk tidur atau tetap tidur. Insomnia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemuduran fisik dan psikologis secara bertahap atau yang di sebut dengan proses

Lebih terperinci

Saya berharap bahwa dengan Paket CD ini anda mendapatkan sesuatu yang mudah dalem meningkatkan kecerdasan anda.

Saya berharap bahwa dengan Paket CD ini anda mendapatkan sesuatu yang mudah dalem meningkatkan kecerdasan anda. Paket CD Brain Booster-Kecerdasan, Konsentrasi, Daya Ingat dan Kreativitas ini adalah Produk Best Seller, anda dapat memilih audio sesuai dengan kebutuhan anda dalam meningkatkan kemampuan otak. Ada 5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen (Preeksperiments design). Penelitian ini menggunakan rancangan one group pre test dan post test design.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi (Prawirohardjo,2008 dalam Kumalasari, 2015).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri merupakan masalah kesehatan kompleks dan dapat menyerang siapapun. Nyeri dapat terjadi di berbagai tempat ditubuh dan berbagai macam sensasi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri

Lebih terperinci

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1 TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1. Definisi Bladder

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO usia 45-59 tahun adalah usia pertengahan, usia 60-74 tahun adalah lanjut usia, usia 75-90 tahun adalah lanjut usia tua, dan >90 tahun adalah usia sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa BK-FKIP UKSW yang sedang menyusun skripsi yaitu sebanyak 40 orang. Dari 40 mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan dengan cara membuka atau menampilkan bagian dalam tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini dilakukan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH LANTAI 5 RUMAH

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH LANTAI 5 RUMAH 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH LANTAI 5 RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA PUSAT TAHUN 2011 Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti sekarang ini, kualitas tidur yang baik jarang dimiliki oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. seperti sekarang ini, kualitas tidur yang baik jarang dimiliki oleh banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas tidur yang baik merupakan sebuah keinginan bagi setiap orang. Sayangnya, dalam kondisi kehidupan yang serba sibuk dan cepat seperti sekarang ini, kualitas tidur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun patologis (Molika, 2015). dimulai pada saat terjadi proses nidasi, oleh beberapa tubuh wanita direspon

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun patologis (Molika, 2015). dimulai pada saat terjadi proses nidasi, oleh beberapa tubuh wanita direspon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang dinanti hampir setiap pasangan suami istri. Kehamilan terjadi karena adanya pembuahan, yaitu proses penyatuan antara sel sperma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu

Lebih terperinci

Lampiran 7 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama responden Umur :. :. Menyatakan bersedia menjadi subyek (responden) dalam penelitian dari : Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah satunya adalah kegiatan tidur. Tidur merupakan suatu keadaan bawah sadar saat seseorang dapat dibangunkan

Lebih terperinci

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN)

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN) Lampiran 1 Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Jenis Kelamin: INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN) Setelah mendapat penjelasan dan pemahaman tentang manfaat dari relaksasi autogenik dari

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR Liza Merianti, Krisna Wijaya Abstrak Hipertensi disebut

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN Amalia Safitrie 1), M.Hasib Ardani 2) 1). Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Definisi : Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Koma = keadaan bawah sadar dimana orang tsb tidak dapat dibangunkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan dan membuktikan antara

BAB V PEMBAHASAN. bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan dan membuktikan antara BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan dan membuktikan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan yang di hadapi

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang kasus yang diambil dengan judul Penerapan teknik relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan kecemasan

Lebih terperinci

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup (Istirahat) MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini, perkembangan teknologi sangat pesat sehingga timbul istilah gaya hidup digital. Manusia cenderung melakukan aktivitasnya secara mobile. Individu memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

Nama : Eko Darma Satrio. Nim : : Sistem Informasi

Nama : Eko Darma Satrio. Nim : : Sistem Informasi Nama : Eko Darma Satrio Nim : 14121024 Prodi : Sistem Informasi 1. Jelaskan pengertian Perilaku Individu dalam organisasi? Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik

Lebih terperinci