BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teoriteori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teoriteori"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teoriteori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori Agensi, Pengertian Pajak, Tax Avoidance, Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, dan Koneksi Politik. Bab ini juga membahas tentang penelitian sebelumnya untuk membangun rumusan hipotesis Teori Agensi Teori Agensi menyatakan hubungan kontrak antara agen (manajemen suatu usaha) dan prinsipal (pemilik usaha). Agen melakukan tugas-tugas tertentu untuk prinsipal, prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberi imbalan pada si agen (Hendriksen dan Breda, 1992 dalam Maria dan Kurniasih, 2013). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu atau beberapa orang (pemberi kerja atau principal) yang mempekerjakan orang lain (agen) untuk melakukan sejumlah jasa dan memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham atau biasanya disebut konflik kepentingan. Masalah itu timbul karena pemegang saham dan manajer berusaha untuk memaksimalkan 13

2 kepentingan masing-masing. Pemegang saham selaku pemilik atau prinsipal menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat-cepatnya atas investasi yang mereka investasikan sedangkan manajer menginginkan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Kondisi perusahaan yang sesungguhnya terkadang hanya diketahui oleh manajer karena manajer berada didalam perusahaan untuk mengelola perusahaan sehingga mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan sedangkan prinsipal bisa dikatakan jarang datang langsung ke perusahaan sehingga informasi yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan manajer. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi adalah keadaan dimana informasi yang diberikan kepada principal berbeda dengan yang diberikan kepada agent untuk melakukan tindakan yang oportunistik. Tindakan yang oportunistik (opportunistic behaviour) adalah tindakan yang tujuannya mementingkan kepentingan diri sendiri (Rahmawati, 2015). Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen dapat memengaruhi berbagai hal menyangkut kinerja perusahaan salah satunya kebijakan perusahaan terkait pajak. Manajer sebagai agen mempunyai kepentingan untuk memperoleh kompensasi atau insentif sebesar-besarnya melalui laba yang tinggi atas kinerjanya dan pemegang saham ingin menekan pajak yang dibayarkan melalui laba yang rendah. Maka dari itu, tindakan penghindaran pajak dapat digunakan untuk mengatasi perbedaan kedua kepentingan tersebut (Martini dan Rusydi, 2014). 14

3 2.1.2 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Beberapa pendapat para pakar pajak dalam mendefinisikan pajak sebagai berikut (Burton dan Ilyas, 2010: 6). 1) Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, SH. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik secara langsung yang dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 2) Pengertian pajak menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets. Pajak merupakan prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang ditunjukan dalam hak individual untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah. 3) Pengertian pajak menurut Soeparman Soemahamidjaja. Pajak merupakan iuran wajib masyarakat berupa barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma hukum yang berguna menutupi biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. 15

4 Dari pendapat yang diberikan oleh pakar pajak tersebut mengenai definisi pajak, terdapat beberapa unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu. a. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-undang. b. Sifatnya dapat dipaksakan. c. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak. d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh pihak swasta). e. Pajak digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum. Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat dan definisi terkait pajak, ada pula dua fungsi utama pajak yaitu fungsi penerimaan (budgeter) dan fungsi mengatur (reguler). Fungsi budgeter adalah pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, misalnya dimasukkan sebagai penerimaan dalam negeri di dalam APBN. Fungsi reguler adalah pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (Waluyo, 2013). Menurut Burton dan Ilyas (2010: 30) sistem pemungutan pajak dibagi menjadi empat macam yaitu. 1) Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang. 16

5 2) Semiself assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada fiskus dan WP untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang. 3) Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada WP untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak. 4) Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang Tax Avoidance Pajak dapat diartikan sebagai sesuatu yang membebani atau sesuatu yang dapat mengurangi kemampuan atau daya beli masyarakat. Melihat dari sisi ini saja, pajak dapat dipandang sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan. Sesuatu yang tidak menguntungkan biasanya mendorong adanya upaya untuk melakukan penghindaran atau perlawanan pajak (Mulyani, 2014). Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system. Sistem tersebut memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP) ke kantor pajak (Ilyas dan Burton, 2010). Secara eksplisit, self assessment system merupakan sistem perpajakan yang sangat rentan menimbulkan penyelewengan dan pelanggaran. Penyelewengan dan pelanggaran tersebut merupakan suatu bentuk 17

6 dari penghindaran atau perlawanan pajak (Mulyani, 2014). Penghindaran pajak tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. a. Perlawanan Pasif Perlawanan pajak secara pasif diakibatkan oleh adanya hambatanhambatan yang mempersukar pemungutan pajak. Perlawanan ini tidak dilakukan secara aktif apalagi agresif oleh para wajib pajak. b. Perlawanan Aktif Perlawanan aktif mancakup ruang lingkup semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan terhadap fiskus dengan tujuan menghindari pajak. Menurut Lim (2011) mendefinisikan tax avoidance sebagai penghematan pajak yang timbul dengan memanfaatkan ketentuan perpajakan yang dilakukan secara legal untuk meminimalkan kewajiban pajak. Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak (Maria dan Kurniasih, 2013). Penghindaran pajak yang bersifat legal disebut tax avoidance, sedangkan penyelundupan pajak yang bersifat ilegal disebut juga dengan tax evasion. Menurut Robert H. Anderson dalam Lumbantoruan (2008) penyelundupan pajak (tax evasion) adalah penyelundupan pajak yang melanggar undang-undang pajak, sedangkan penghindaran pajak (tax avoidance) adalah cara meminimalisasi 18

7 besarnya pembayaran pajak yang masih dalam batas ketentuan perundangundangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak. Penghindaran pajak bukannya bebas biaya. Beberapa biaya yang harus ditanggung yaitu pengorbanan waktu dan tenaga untuk melakukan penghindaran pajak, dan adanya risiko jika penghindaran pajak terungkap. Risiko ini mulai dari yang dapat dilihat, yaitu bunga, denda dan yang tidak terlihat, yaitu kehilangan reputasi perusahaan yang berakibat buruk untuk kelangsungan usaha jangka panjang perusahaan (Harto dan Puspita, 2014). Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara (Merks, 2007 dalam Prakosa, 2014) sebagai berikut. a. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning) b. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah (formal tax planning) c. Ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule) Leverage Leverage merupakan tingkat hutang yang digunakan perusahaan dalam melakukan pembiayaan. Menurut Wiagustini (2010: 76) leverage adalah 19

8 kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur (Munawir, 2004 dalam Darmadi 2013). Hutang tersebut harus dikelola dengan baik oleh manajemen perusahaan sehingga tujuannya melakukan hutang tersebut dapat menguntungkan dan menghindari kerugian. Jensen (1986) menyatakan bahwa dengan adanya hutang akan dapat mengendalikan penggunaan secara berlebihan oleh free cash flow manajemen sehingga menghindari investasi yang sia-sia. Leverage diukur dengan membandingkan total hutang dengan total aset perusahaan yang digunakan untuk sumber pendanaan perusahaan. Total hutang yang digunakan untuk menghitung rasio hutang adalah total hutang perusahaan yang tertera dalam neraca baik hutang jangka pendek dan jangka panjang. Semakin tinggi tingkat leverage maka perusahaan mempunyai ketergantungan pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya, sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri (Yulfaida dan Zhulaikha, 2012). Tingkat leverage perusahaan dengan demikian menggambarkan risiko keuangan perusahaan (Sembiring, 2005) Perusahaan dalam membiayai asetnya dengan menggunakan hutang akan menimbulkan adanya bunga yang harus dibayar akibat dari peminjaman dana yang berasal dari pihak ketiga atau kreditur (Hendy dan Sukartha, 2014). Pada peraturan perpajakan, yaitu UU No. 36 tahun 2008 tentang PPh, bunga 20

9 pinjaman merupakan komponen dari deductible expense atau biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan kena pajak. Beban bunga tersebut akan mengurangi jumlah pajak yang terutang oleh perusahaan karena berkurangnya laba kena pajak perusahaan sehingga utang dapat memengaruhi secara langsung effective tax rate perusahaan (Mulyani, 2014). Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat dari Noor, et al., (2010) yang menyebutkan bahwa perusahaan dengan jumlah utang yang lebih banyak memiliki nilai effective tax rate (ETR) yang lebih rendah dan tax avoidance akan meningkat karena pengeluaran biaya bunga akan mengurangi biaya pajak yang akan dikeluarkan oleh perusahaan Intensitas Aset Tetap Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Aset tetap dalam hal ini mencakup bangunan, pabrik, peralatan, mesin, dan berbagi properti lainnya. Aset tetap berfungsi untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan, digunakan untuk penyediaan barang dan jasa maupun disewakan kepada pihak lain dimana penggunaannya lebih dari satu periode. Aset tetap memiliki nilai ekonomis yang akan terus menyusut nilainya sesuai dengan umur ekonomis yang ditetapkan UU No. 36 Tahun Perpajakan di Indonesia membagi aset tetap perusahaan ke dalam 2 jenis yaitu kelompok bangunan dan bukan bangunan. Kelompok bangunan dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu. 1) Permanen dengan umur ekonomis 20 tahun 2) Tidak permanen dengan umur ekonomis 10 tahun 21

10 Sementara untuk kelompok bukan bangunan dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu. 1) Kelompok 1 dengan umur ekonomis 4 tahun 2) Kelompok 2 dengan umur ekonomis 8 tahun 3) Kelompok 3 dengan umur ekonomis 16 tahun 4) Kelompok 4 dengan umur ekonomis 20 tahun Intensitas aset tetap didefinisikan sebagai rasio antara aset tetap terhadap total aset (Noor et al., 2010). Intensitas aset tetap dapat mengurangi pembayaran pajak karena kepemilikan aset tetap akan timbul biaya depresiasi atau penyusutan. Biaya depresiasi yang bersifat deductible expense dapat digunakan untuk mengurangi laba kena pajak perusahaan sehingga nantinya akan mengurangi jumlah pembayaran pajak (Mulyani, 2014) Ukuran Perusahaan Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawati (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm, medium firm, dan small firm. Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aset, semakin besar total aset menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibanding 22

11 perusahaan dengan total aset yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya (Hartadinata dan Tjaraka, 2013). Nicodeme, (2007) dalam Darmadi, (2013) berpendapat bahwa perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam mengelola pajak dikarenakan kekurangan ahli dalam perpajakan. Banyaknya sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berskala besar maka akan semakin besar biaya pajak yang dapat diminimalisir oleh perusahaan (Hendy dan Sukartha, 2014) Richardson dan Lanis (2007) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil rasio antara beban pajak yang harus dibayar terhadap laba bersih sebelum pajak atau dikenal dengan proxy Effective Tax Rate. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan perusahaan besar memiliki sumber daya yang terkelola dengan perencanaan pajak yang baik (political power theory), namun perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak karena adanya batasan berupa kemungkinan menjadi sorotan dan sasaran dari keputusan regulator (political cost theory) (Watts dan Zimmerman, 1986). Ada dua teori yang dapat digunakan sebagai dasar analisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap tarif pajak efektif (TPE), yaitu. 1) Teori biaya politik (political cost theory) menyatakan bahwa tingkat visibilitas yang tinggi dari perusahaan yang besar dan sukses 23

12 menyebabkan mereka menjadi korban peraturan dan transfer kekayaan, karena pajak merupakan salah satu elemen biaya politik yang dilahirkan oleh perusahaan. Sehingga perusahaan besar akan cenderung memiliki TPE yang besar (Zimmerman dan Watts, 1983 dalam Lestari, 2010) 2) Teori kekuasaan politik (political power theory) menjelaskan hubungan antara perusahaan besar dengan sumber daya yang dimilikinya untuk memanipulasi proses politik dalam melakukan tax planning untuk mencapai penghematan pajak yang optimal (Richardson dan Lanis, 2007 dalam Ardyansah, 2014). Dengan adanya teori tersebut, perusahaan besar akan memiliki TPE yang lebih rendah Koneksi Politik Koneksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hubungan yang dapat memudahkan (melancarkan) segala urusan (kegiatan), sedangkan politik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tata sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Menurut Agustino (2007:4-5) dalam Hardianti (2015), dalam kehidupan sehari-hari hubungan antara ilmu politik dan ilmu ekonomi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain karena keduanya akan tetap saling memengaruhi, jadi apabila ingin memisahkan antara ilmu politik dan ilmu ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini hanya dapat dilihat secara analisis. Perusahaan berkoneksi politik merupakan perusahaan yang dengan caracara tertentu mempunyai ikatan secara politik atau mengusahakan adanya 24

13 kedekatan dengan politisi atau pemerintah (Purwoto, 2011). Faccio (2006) menjelaskan bahwa perusahaan dianggap memiliki koneksi secara politik jika setidaknya salah satu pemegang saham yang besar (seseorang yang mengendalikan setidaknya 10% dari total saham dengan hak suara) atau salah satu pimpinan perusahaan (CEO, presiden, wakil presiden, ketua atau sekretaris) adalah anggota parlemen, menteri, atau orang yang berkaitan erat dengan politikus atas atau partai politik. Koneksi politik juga dapat dilihat dari ada atau tidaknya kepemilikan langsung oleh pemerintah pada perusahaan (Fatharani, 2012). Perusahaan dengan koneksi politik merupakan perusahaan risk taker. Perusahaan ini disebut perusahaan risk taker karena sering menggunakan pengaruhnya untuk mendapatkan akses yang lebih mudah untuk memperoleh pinjaman lunak (Yoshihara, 1988, dalam Wahab, 2011a). Pinjaman lunak ini digunakan perusahaan untuk mengatasi krisis yang sedang terjadi karena perusahaan yang mempunyai koneksi politik kemungkinan mengalami kegagalan yang lebih besar (Johnson dan Milton, 2003, dalam Gul, 2006). Penelitian ini dalam menilai ada tidaknya koneksi politik suatu perusahaan menggunakan proksi ada atau tidaknya kepemilikan langsung oleh pemerintah pada perusahaan. Kepemilikan pemerintah atas perusahaan akan memberikan pengaruh terhadap beban pajak perusahaan yang dinilai dari tarif pajak efektif karena adanya peran pemerintah dalam membuat kebijakan atau peraturan perpajakan (Handayani, 2013). Pemerintah sebagai pemilik perusahaan berkepentingan atas perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam bentuk pengembalian investasi atas perusahaan tersebut dengan salah satu cara 25

14 menekan pajak yang terutang (Handayani, 2013). Pemerintah juga berperan sebagai pelaksana kegiatan negara memiliki kewajiban untuk meningkatkan penerimaan negara yang digunakan untuk pembangunan negara, memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat, mensejahterakan warga negaranya, dan sebagainya. Borisova et al (2012) menemukan bahwa kepemilikan pemerintah atas perusahaan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas tata kelola perusahaan. Wu et al (2012) menemukan bahwa perusahaan besar di China yang dimiliki pemerintah memiliki beban pajak lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan besar yang kepemilikan pemerintahnya kecil Penelitian Sebelumnya Hendy dan Sukartha (2014) meneliti mengenai pengaruh penerapan corporate governance diukur menggunakan penilaian dalam CGPI, leverage, return on assets dan ukuran perusahaan pada penghindaran pajak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa corporate governance, return on assets dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh pada penghindaran pajak sedangkan leverage tidak memiliki pengaruh pada penghindaran pajak. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel leverage dan ukuran perusahaan. Penelitian ini memiliki tahun amatan yang berbeda dari penelitan sebelumnya yakni dengan meneliti tiga (3) tahun terbaru yaitu tahun Pengukuran variabel tax avoidance pada penelitian sebelumnya menggunakan selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal dibagi dengan total aset perusahaan, sedangkan penelitian ini menggunakan rumus ETR. 26

15 Maria dan Kurniasih (2014) meneliti tentang pengaruh return on assets, leverage, corporate governance (diproksikan dengan komposisi komisaris independen dan keberadaan komite audit), ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal pada tax avoidance. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa return on assets, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh signifikan secara simultan, namun secara parsial leverage dan corporate governance tidak berpengaruh signifikan. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel leverage dan ukuran perusahaan. Penelitian ini memiliki tahun amatan yang berbeda dari penelitan sebelumnya yakni dengan meneliti tiga (3) tahun terbaru yaitu tahun Pengukuran variabel tax avoidance pada penelitian sebelumnya menggunakan rumus Cash Effective Tax Rate (CETR), sedangkan penelitian ini menggunakan rumus ETR. Ardyansah dan Zulaikha (2014) melakukan penelitian mengenai faktor - faktor yang memengaruhi effective tax rate (ETR). Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diketahui bahwa size, leverage dan komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR) sedangkan profitability dan capital intensity ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR). Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel leverage, ukuran perusahaan, dan capital intensity ratio. Penelitian ini memiliki tahun amatan yang berbeda dari penelitan sebelumnya yakni dengan meneliti tiga (3) tahun terbaru yaitu tahun

16 Mulyani (2014) meneliti mengenai pengaruh pengaruh karakteristik perusahaan (diproksikan dengan leverage dan intensitas modal), koneksi politik dan reformasi perpajakan terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa leverage dan koneksi politik memiliki pengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Variabel intensitas modal dan reformasi perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel leverage, intensitas modal, dan koneksi politik. Penelitian ini memiliki tahun amatan yang berbeda dari penelitan sebelumnya yakni dengan meneliti tiga (3) tahun terbaru yaitu tahun Pengukuran variabel penghindaran pajak pada penelitian sebelumnya menggunakan rumus book tax gap, sedangkan penelitian ini menggunakan rumus ETR. Swingly dan Sukartha (2015) meneliti mengenai pengaruh karakteristik eksekutif, komite audit, ukuran perusahaan, leverage dan sales growth pada tax avoidance. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa karakteristik eksekutif dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif pada tax avoidance, leverage memiliki pengaruh negatif pada tax avoidance dan sales growth tidak memiliki pengaruh pada tax avoidance. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti variabel ukuran perusahaan dan leverage. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni memiliki tahun amatan yang berbeda dengan meneliti tiga (3) tahun terbaru yaitu tahun Perbedaan lain dalam penelitian ini adalah adanya penggunaan variabel baru yang belum pernah dikaitkan dengan tax avoidance yakni variabel intensitas 28

17 aset tetap dan koneksi politik. Berikut adalah ringkasan hasil penelitian sebelumnya pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pembahasan Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti dan Tahun 1 Hendy dan Sukartha (2014) 2 Maria dan Kurniasih (2014) 3 Ardyansah dan Zulaikha (2014) Judul Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Leverage, Return On Assets dan Ukuran Perusahaan Pada Penghindaran Pajak Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate (ETR) Teknik Analisis Data Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda Melalui Model Ordinary Least Square (OLS) Analisis Multivariate dengan Menggunakan Regresi Berganda Hasil Penelitian Corporate Governance berpengaruh terhadap penghindaran pajak, Leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, ROA berpengaruh terhadap penghindaran pajak, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Return On Assets, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara simultan, namun secara parsial Leverage dan Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan. Size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR), Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR), Profitability tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR), Capital Intensity Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR), Komisaris Independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate (ETR). 29

18 4 Mulyani (2014) 5 Swingly dan Sukartha (2015) Sumber: Data diolah, 2015 Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Koneksi Politik, dan Reformasi Perpajakan terhadap Penghindaran Pajak Pengaruh Karakteristik Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance Uji Analisis Regresi Linear Berganda Uji Analisis Regresi Linear Berganda Leverage dan Koneksi Politik memiliki pengaruh negatif terhadap Penghindaran Pajak. Variabel Intensitas Modal dan Reformasi Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak. Karakter Eksekutif dan Ukuran Perusahaan berpengaruh positif pada Tax Avoidance sedangkan Leverage berpengaruh negatif pada Tax Avoidance. Variabel Komite Audit dan Sales Growth tidak berpengaruh pada Tax Avoidance. 2.2 Hipotesis Penelitian Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance Kebijakan pendanaan suatu perusahaan akan memengaruhi tarif pajak efektif karena memiliki perlakuan yang berbeda terkait dengan struktur modal suatu perusahaan (Gupta dan Newberry, 1997 dalam Lestari 2010). Karena tarif pajak efektif juga merupakan proksi pengukuran penghindaran pajak, maka kebijakan pendanaan pun berpengaruh pada penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Salah satu kebijakan pendanaan adalah dengan hutang atau leverage merupakan tingkat utang yang digunakan perusahaan dalam melakukan pembiayaan. Perusahaan yang menggunakan utang pada komposisi pembiayaan, maka akan ada beban bunga yang harus dibayar. Semakin tinggi nilai rasio leverage maka semakin tinggi pula jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari 30

19 utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai ETR perusahaan akan semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H1: Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Tax Avoidance Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Kepemilikan aset tetap dapat mengurangi pembayaran pajak yang dibayarkan perusahaan karena adanya biaya depresiasi yang melekat pada aset tetap. Biaya depresiasi dapat dimanfaatkan oleh manajer sebagai agen untuk meminimumkan pajak yang dibayarkan perusahaan. Manajemen akan melakukan investasi aset tetap dengan cara menggunakan dana mengganggur perusahaan untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya depresiasi yang berguna sebagai pengurang pajak (Darmadi, 2013). Dengan biaya depresiasi ini, manajemen dapat meningkatkan pemberian kompensasi karena telah meningkatkan kinerja perusahaan. Rodiguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa aset tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan untuk memotong pajak akibat depresiasi dari aset tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aset tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mempunyai aset tetap yang rendah. Perusahaan 31

20 yang lebih menekankan pada investasi berupa aset tetap akan memiliki tarif pajak efektif yang rendah (Gupta dan Newberry, 1997). Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah. H2: Intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap tax avoidance Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance Perusahaan yang termasuk dalam skala perusahaan besar akan mempunyai sumber daya yang berlimpah yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aset, semakin besar total aset menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Berdasarkan teori agensi, sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan oleh agent untuk memaksimalkan kompensasi kinerja agent, yaitu dengan cara menekan beban pajak perusahaan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan. Teori biaya politik menjelaskan bahwa perusahaan besar cenderung untuk tidak melakukan penghindaran pajak karena perusahaan besar akan menjadi sorotan pemerintah. Teori kekuasaan politik memberikan arti yang berlawanan, yakni perusahaan besar akan lebih agresif untuk melakukan penghindaran pajak agar mencapai penghematan beban pajak yang optimal. Derashid dan Zhang (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang termasuk dalam skala besar membayar pajak lebih rendah dibandingkan perusahaan yang 32

21 berskala kecil. Semakin besar perusahaan maka akan semakin besar juga sumber daya yang dimilikinya, sehingga perusahaan besar lebih mampu untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik dan lobi politik. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Rodriguez dan Arias (2012) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung memiliki ruang lebih besar untuk perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi praktek akuntansi yang efektif untuk menurunkan ETR perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah. H3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance Pengaruh Koneksi Politik terhadap Tax Avoidance Faccio (2006) menjelaskan bahwa perusahaan dianggap memiliki koneksi secara politik jika setidaknya salah satu pemegang saham yang besar (seseorang yang mengendalikan setidaknya 10% dari total saham dengan hak suara) atau salah satu pimpinan perusahaan (CEO, presiden, wakil presiden, ketua atau sekretaris) adalah anggota parlemen, menteri, atau orang yang berkaitan erat dengan politikus atas atau partai politik. Koneksi politik juga dapat dilihat dari ada atau tidaknya kepemilikan langsung oleh pemerintah pada perusahaan (Fatharani, 2012). Penelitian ini dalam menilai ada tidaknya koneksi politik suatu perusahaan menggunakan proksi ada atau tidaknya kepemilikan langsung oleh pemerintah pada perusahaan. Perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah akan terdapat hubungan yang sangat dekat antara pemerintah dengan perusahaan. Pemerintah sebagai pemilik 33

22 perusahaan berkepentingan atas perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam bentuk pengembalian investasi atas perusahaan tersebut dengan salah satu cara menekan pajak yang terutang (Handayani, 2013). Pemerintah juga berperan sebagai pelaksana kegiatan negara memiliki kewajiban untuk meningkatkan penerimaan negara yang digunakan untuk pembangunan negara, memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat, mensejahterakan warga negaranya, dan sebagainya. Berdasarkan dua kondisi tersebut, akan muncul konflik pada diri pemerintah itu sendiri, yaitu dari sisi peran pemerintah sebagai pemilik dan perannya sebagai penyelenggara kegiatan negara. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Wulandari (2014) tentang pengaruh kepemilikan pemerintah terhadap tarif pajak efektif perusahaan. Mayoritas saham perusahaan yang dimiliki pemerintah berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif. Semakin tinggi kepemilikan pemerintah maka akan semakin rendah tarif pajak efektif perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah. H4: Koneksi politik berpengaruh positif terhadap tax avoidance. 34

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang tax avoidance telah banyak dilakukan, begitu pula dengan penelitian tentang karakteristik perusahaan. Namun penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Kerangka Teori 1. Teori Agenci Agency Theory merupakan perspektif yang secara jelas menggambarkan masalah yang timbul dengan adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan pungutan yang bersifat wajib dan diatur oleh undang-undang. Bagi pemerintah, pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu pajak digunakan untuk membiayai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Teori Agensi merupakan hubungan kontrak antara agent (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model keagenan melibatkan kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan komisaris independen terhadap tax membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang dapat langsung ditujukan,

Lebih terperinci

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN c. Hasil Uji Autokorelasi d. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda a. Hasil Uji F (Uji Simultan) b. Hasil Uji Koefisien Determinasi c. Hasil Uji t (Uji Parsial) BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan suatu negara mencerminkan bagaimana negara tersebut maju dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat negara tersebut di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya orang mendirikan perusahaan untuk mencapai laba. Oleh karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang dibangun. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system, yaitu wewenang dan tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan ( Agency Theory) Teori agensi adalah teori yang menyatakan adanya hubungan antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) dan pihak yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuangan-pemerintahpusat,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuangan-pemerintahpusat, perpajakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2010-2014 bahwa sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepemilikan asing terhadap aggressive tax avoidance pada perusahan sektor. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepemilikan asing terhadap aggressive tax avoidance pada perusahan sektor. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan asing terhadap aggressive tax avoidance pada perusahan sektor barang konsumsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara berkembang masih perlu untuk melaksanakan pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah tentu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang. Indonesia masih terus melaksanakan pembangunan negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga terciptalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar di Indonesia. Hal ini terbukti melalui jumlah pendapatan negara APBN 2016 yang didominasi oleh penerimaan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soemitro (dalam Mardiasmo, 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak merupakan hal yang penting bagi sebagian besar negara karena dengan pungutan pajak, pemerintah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan iuran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kontrak dimana si agen menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kontrak dimana si agen menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen suatu usaha) dan prinsipal (pemilik usaha).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai acuan dalam memecahkan masalah penelitian. Bab ini memaparkan landasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai acuan dalam memecahkan masalah penelitian. Bab ini memaparkan landasan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian sistematis teori-teori yang mendukung penelitian. Teori-teori tersebut yang akan digunakan dalam membangun rumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Zimmerman (1986). Teori ini berupaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Zimmerman (1986). Teori ini berupaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif (TAP) secara jelas dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Teori ini berupaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008). 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi adalah teori yang berfokus pada interaksi antara perusahaan dan masyarakat. Teori legitimasi merupakan salah satu teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuanganpemerintah-pusat.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (http://www.kemenkeu.go.id/laporan-keuanganpemerintah-pusat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2010-2014 bahwa sekitar 86,2%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat berdasarkan Undang-Undang, dan hasilnya digunakan demi pembiayaan pengeluaran umum pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak diakui sebagai elemen utama dalam kebijakan pengeluaran perusahaan (Modigliani dan Miller, 1958; dalam Wibisono, 2009). Bagi perusahaan, pajak penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu kewajiban masyarakat kepada negara dan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi suatu negara pajak merupakan salah satu komponen penting dari pendapatan negara. Di seluruh negara, sumber pendapatan yang berasal dari pajak merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan fasilitas infrastruktur.

Lebih terperinci

PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KONEKSI POLITIK TERHADAP TAX AVOIDANCE. I Made Surya Dharma 1 Putu Agus Ardiana 2

PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KONEKSI POLITIK TERHADAP TAX AVOIDANCE. I Made Surya Dharma 1 Putu Agus Ardiana 2 ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.15.1 April (2016): 584-613 PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KONEKSI POLITIK TERHADAP TAX AVOIDANCE I Made Surya

Lebih terperinci

BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL. intervening. Ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh yang positif terhadap

BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL. intervening. Ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh yang positif terhadap BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Rerangka Konseptual Rerangka konseptual menjelaskan logika teoritis atas faktor-faktor yang mempengaruhi manajeman laba dengan perencanaan pajak sebagai variabel intervening.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat merupakan tulang punggung pelaksanaan kegiatan pemerintahan, terutama untuk mencapai kemandirian dan keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. wewenang (agen). Menurut Anthony dan Govindarajan (2009), hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. wewenang (agen). Menurut Anthony dan Govindarajan (2009), hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Dalam teori keagenan dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara pihak pemberi wewenang (prinsipal)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori keagenan Teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu aspek penting bagi suatu negara. Dengan adanya pembayaran pajak dari wajib pajak baik itu wajib pajak orang pribadi maupun wajib

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan transfer kekayaan dari wajib pajak orang pribadi atau badan kepada negara yang pemungutannnya dilaksanakan berdasarkan undang-undang dan bersifat

Lebih terperinci

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model 2.1 Definisi Konsep 2.1.1 Agresivitas Pajak Perusahaan Perusahaan menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban biaya yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan suatu sumber penerimaan negara dimana setiap orang yang ada di suatu negara memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Di Indonesia, pajak diatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholder Perkembangan bisnis di era modern menuntut perusahaan untuk lebih memperhatikan seluruh pemangku kepentingan yang ada dan tidak terbatas hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu negara, dan sumber penerimaan tersebut digunakan dalam proses pembangunan suatu negara. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang dalam membangun perekonomian dalam negeri masih bergantung pada pendapatan pajak. Menurut fungsinya, pajak dibagi akan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan yang diperoleh dan memiliki daya paksa. Pemungutan pajak secara umum berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan semakin menipisnya sumber daya alam yang dimiliki oleh negara Indonesia, maka pemerintah akan lebih menggantungkan pendapatan negara atau APBN melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang sehingga masih melakukan pembangunan negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat agar dapat terciptanya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website  tanggal 31 Desember 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2013) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupa kan sumber pendapatan Negara terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendapatan suatu Negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak (www.pajak.go.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan bagi negara, sedangkan bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan dari fiskus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penghasilan,yaitu subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) huruf b menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan negara dari sektor pajak memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang atau badan sebagai wajib pajak dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang. Indonesia masih terus melaksanakan pembangunan negara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Empiris Pada Perusahaan Konstruksi Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Ada beberapa teori yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian ini yaitu agency theory, stakeholder theory, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan kontribusi wajib oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. dari Wajib Pajak untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya. memberikan pengertian tentang pajak antara lain:

BAB II LANDASAN TEORITIS. dari Wajib Pajak untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya. memberikan pengertian tentang pajak antara lain: BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak 1. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dipungut oleh pemerintah dari Wajib Pajak untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk menunjang kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Political Connection Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia bisnis ditunjukan dengan tiga sumber potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penerimaan kas negara masih rendah terutama faktor-faktor masyarakat yang memiliki minimnya pengetahuan tentang perpajakan. Perpajakan mempunyai kontribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting untuk pembangunan dan pengeluaran rutin negara yang tersusun dalam Anggaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Menurut Atmaja, 2013 teori agensi merupakan problem keagenan antara pemegang saham ( pemilik perusahaan ) dengan manajer potensial yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia ini terbagi dalam beberapa bentuk negara berdasarkan perkembangan ekonominya masing-masing. Mulai dari negara maju, negara berkembang maupun negara belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era pembangunan dan pembiayaan saat ini, pemerintah membutuhkan dana yang cukup besar untuk menjalankan berbagai program kerja yang telah disusun. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan penerimaan pajak semakin penting sebagai sumber utama penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia. Dalam periode 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kontribusi wajib yang sifatnya memaksa bagi wajib pajak baik orang pribadi maupun badan dengan tidak mendapatkan timbal balik (kontraprestasi)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi suatu negara, segi penerimaan terbesar adalah dalam sektor perpajakan. Di berbagai negara, pendapatan pajak sangat penting digunakan untuk kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset

Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset Judul : Pengaruh Corporate Governance, Koneksi Politik, Leverage, dan Return On Asset terhadap Penghindaran Pajak Nama : Gusti Ayu Widya Lestari NIM : 1306305004 Abstrak Penghindaran pajak merupakan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan sebagai wajib pajak dengan tidak mendapatkan timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber dari pendapatan negara. Sebagai unsur penerimaan negara, pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Dari pajaklah pemerintah dapat menjalankan program-programnya dalam tujuan meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling besar. Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi perusahaan serta para pemangku kepentingannya, pajak merupakan salah satu beban utama yang akan mengurangi laba bersih (Mardiasmo, 2009:1; dalam Kadariyanty,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Effective tax rate dapat diartikan sebagai besarnya beban pajak yang harus dibayarkan oleh subyek pajak dalam jumlah yang wajar sehingga tidak menghambat pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance (Studi Kasus pada Perusahaan Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia) Nama : Ni Kadek Yuliani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang berdaulat didirikan dengan suatu tujuan yang jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pajak Secara Umum Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada suatu masyarakat untuk selanjutnya digunakan bagi pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepada suatu masyarakat untuk selanjutnya digunakan bagi pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar suatu negara, termasuk di Indonesia. Berdasarkan pengertiannya pajak dipungut secara paksa kepada suatu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang berasal dari rakyat. Dengan adanya pembayaran pajak maka pemerintah dapat melakukan program-program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. antara pemilik (principal) dengan manajer (agent) di suatu perusahaan, maka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. antara pemilik (principal) dengan manajer (agent) di suatu perusahaan, maka BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agency Theory Pearce dan Robinson (2008: 47) menyatakan ketika terdapat pemisah antara pemilik (principal) dengan manajer (agent) di suatu perusahaan, maka terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Thomas dalam Murtopo (2011:1), tax is part of the business. Betapa pentingnya kesadaran dari para pengusaha bahwa pajak adalah bagian yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta untuk pembangunan di daerah (Puspita, 2014). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta untuk pembangunan di daerah (Puspita, 2014). Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak digunakan sebagai sumber daya bagi pemerintah untuk mendanai berbagai macam kepentingan publik seperti peningkatan pendidikan dan kesejahteraan rakyat, pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan sumber pendapatan terbesar melalui sektor perpajakan. Tujuan dari perpajakan di negara ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum. Hukum mempunyai sifat yang memaksa. Semua peraturan yang berdasarkan hukum harus dipatuhi. Salah satu peraturan hukum

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci