BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deterjen Deterjen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan. Deterjen terdiri dari persen surfaktan, persen builder, dan 2-3 persen bahan aditif seperti parfum, softener dan anti corrosion Surfaktan Surfaktan atau surface active agent merupakan senyawa organik terlarut (dissolved organics ) dengan berat molekul 342, 4 dalton. Berdasarkan spektrum membran filtasi, surfaktan memiliki diameter partikel ± 0, 001 μm (1 nm ). 342 da Gambar 2.1 Spektrum Membran Filtasi Sumber : PT DOW Water and Process Solution 7

2 Bab II Tinjauan Pustaka 8 Surfaktan memiliki dua gugus aktif yang berbeda yaitu gugus hidrofob dan gugus hidrofil. Gugus hidrofob merupakan gugus non polar yang tidak larut didalam air dan berperan untuk menarik kotoran dan lemak sedangkan gugus hidrofil merupakan gugus polar yang dapat larut dalam air. Surfaktan membersihkan kotoran pada pakaian melalui beberapa tahapan yaitu penurunan tegangan permukaan air dan pembentukan misel yang tersuspensi di dalam air. Penurunan tegangan permukaan air terjadi karena adanya akumulasi surfaktan pada permukaan air yang menyebabkan gangguan pada ikatan-ikatan molekul air. Kemudian ekor surfaktan yang bersifat hidrofob berinteraksi dengan lemak dan kotoran pada pakaian sedangkan gugus polar pada surfaktan berinteraksi dengan air sehingga surfaktan tetap berada di dalam air. Surfaktan yang telah mengikat lemak dan kotoran berkumpul menjadi satu kesatuan yang disebut sebagai misel. Misel yang terbentuk mengapung di dalam air menjadi padatan tersuspensi yang menyebabkan warna air menjadi lebih keruh. Ilustrasi penurunan tegangan permukaan air dan pembentukan misel oleh surfaktan dapat dilihat pada Gambar 2. 2 dan Gambar Kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan air dan mengikat kotoran menyebabkan surfaktan digunakan dalam proses pencucian. Surfaktan sintetik yang digunakan oleh produsen deterjen terdiri dari beberapa jenis yaitu surfaktan anionik, kationik dan non-ionik. Namun surfaktan yang sering digunakan di pasaran adalah surfaktan anionik. Surfaktan anionik adalah surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion dan menghasilkan ion aktif permukaan yang bermuatan negatif ketika terionisasi di dalam air. Surfaktan anionik lebih banyak digunakan di pasaran karena sifatnya yang lebih stabil di dalam air, memiliki daya bersih yang kuat dan ekonomis. Contoh surfaktan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah alkil benzene sulfonat dan linear alkil sulfonat.

3 Bab II Tinjauan Pustaka 9 Gambar 2. 2 Penurunan Tegangan Permukaan Air oleh Surfaktan Gambar 2.3 Pembentukan Misel oleh Surfaktan Sumber :Detergent Data Sheet from Advocate for the Consumer, Cosmetic, Hygiene and Specially Products Industry Alkil benzena sulfonat atau ABS merupakan jenis surfaktan dengan rantai bercabang yang berasal dari persenyawaan sulfonat dan memiliki struktur bangun seperti yang terlihat pada Gambar 2.4. SO 3 Na Gambar 2.4 Struktur Bangun Alkil Benzene Sulfonat Alkil benzene sulfonat merupakan jenis surfaktan yang dapat menghasilkan banyak busa. Namun penggunaan ABS sudah dilarang di beberapa negara di dunia karena sifatnya yang sulit terdegradasi ketika dibuang ke

4 Bab II Tinjauan Pustaka 10 lingkungan sehingga dilakukan pengembangan jenis surfaktan lainnya yang lebih mudah terdegradasi di lingkungan yaitu linear alkil benzene sulfonat atau LAS. Gambar 2.5 Struktur Bangun Linear Alkil Benzene Sulfonat LAS merupakan senyawa alkil sulfonat dengan rantai lurus sehingga lebih mudah didegradasi ketika berada di lingkungan. Sifat LAS yang biodegradable membuat para produsen deterjen lebih sering menggunakan LAS sebagai surfaktan. Kandungan surfaktan di dalam suatu larutan dinyatakan sebagai angka MBAS (methylene blue active substance) yang menunjukkan jumlah surfaktan aktif yang terdapat di dalam air. Surfaktan bersifat sulit didegradasi dan dapat menyebabkan pencemaran pada air sungai yang menyebabkan kematian pada ikan. Bila kondisi badan air sudah menghitam atau terbentuk busa yang melimpah dapat mempengaruhi kontak udara dengan deterjen di perairan terganggu sehingga proses penguraian secara aerobik terhambat Builder Secara alamiah, air mengandung sejumlah ion-ion terlarut seperti ion Ca 2+ dan ion Mg 2+ yang merupakan ion-ion penyebab kesadahan. Ion Ca 2+ dan ion Mg 2+ di dalam air dapat bereaksi dengan sejumlah ion bemuatan negatif yang dihasilkan dari ionisasi surfaktan anionik sehingga surfaktan mengalami deaktivasi. Deaktivasi surfaktan menyebabkan penurunan kinerja surfaktan yang secara fisik terlihat dari kegagalan pembentukan busa dan proses pencucian yang berlangsung tidak efisien. Kinerja deterjen dalam membersihkan pakaian ditingkatkan dengan melakukan penambahan builder ke dalam komposisi deterjen. Builder merupakan

5 Bab II Tinjauan Pustaka 11 senyawa penguat yang dapat melunakkan air sadah dengan cara mengikat ion Ca 2+ dan ion Mg 2+. Selain mengikat ion Ca 2+ dan ion Mg 2+, builder dapat menciptakan kondisi keasaman yang tepat sehingga proses pembersihan berlangsung dengan baik dan membantu surfaktan untuk mendispersikan kotoran dan lemak. Ilustrasi pengikatan ion-ion penyebab kesadahan di dalam air oleh builder dapat dilihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Mekanisme Pengikatan Ion-Ion Kesadahan di dalam Air oleh Builder. Sumber : Detergent Data Sheet from Advocate for the Consumer, Cosmetic, Hygiene and Specially Products Industry Menurut cara kerjanya di dalam air, builder dibagi menjadi beberapa jenis yaitu sequestrating builder, precipitating builder, dan ion exchange builder (Anonim, ). Sequestrating builder merupakan jenis builder yang terlarut di dalam air dan membentuk kompleks ion Ca 2+ dan ion Mg 2+ yang dapat larut di dalam air. Senyawa yang termasuk ke dalam builder jenis ini adalah senyawasenyawa fosfat seperti tripolyphosphate (STPP), tetrasodium pyrophosphate, hexametaphosphate dan senyawa-senyawa non fosafat seperti ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) dan diethylene triamine pentaacetic acid (DTPA). Builder jenis fosfat sering digunakan oleh para produsen deterjen karena kinerjanya yang baik dalam melakukan pencucian. Namun dewasa ini, beberapa negara di dunia melakukan pelarangan terhadap penggunaan builder fosfat karena senyawa fosfat dapat menyebabkan proses eutrofikasi pada badan air. Eutrofikasi merupakan proses pengkayaan unsur hara pada badan air yang menyebabkan pertumbuhan tanaman air seperti eceng gondok yang berlebih. Hal ini menyebabkan konsumsi oksigen oleh eceng gondok meningkat sehingga kadar

6 Bab II Tinjauan Pustaka 12 oksigen di dalam air menjadi berkurang yang mengakibatkan perubahan warna pada air sungai dan kematian ikan. Sifat builder fosfat yang tidak ramah lingkungan membuat para produsen deterjen mulai menggunakan builder lain yang berasal dari senyawa non fosfat. Contoh builder yang berasal dari senyawa non fosfat adalah zeolit dan garamgaram netral seperti natrium klorida, natrium karbonat dan natrium sulfat. Selain sebagai builder, garam-garam netral pada deterjen dapat mengatur berat jenis deterjen. Natrium sulfat juga dapat menurunkan Critical Micelle Concentration (CMC) dari surfaktan organik sehingga konsentrasi pencucian efektif dapat tercapai (Putranto, ) Bahan-Bahan Aditif Bahan-bahan aditif merupakan sejumlah komponen deterjen dengan komposisi yang kecil yaitu 2-3 persen. Komponen-komponen deterjen yang termasuk ke dalam bahan aditif adalah alkali, parfum, antimicrobial agent, softener, anti corrotion agent, dll. Alkali berperan untuk meningkatkan ph laundry sehingga proses emulsi lemak dan pengikatan kotoran berlangsung lebih baik. Namun peningkatan ph pada air dapat merusak struktur deterjen sehingga perlu dilakukan pengaturan konsentrasi alkali di dalam deterjen. Contoh alkali yang sering digunakan oleh produsen deterjen adalah natruim karbonat, natrium bikarbonat, dan natrium sitrat. 2.2 Limbah Laundry Laundry adalah jasa yang menawarkan fasilitas kegiatan pencucian pakaian, karpet, boneka, sepatu, tas, dll (Tri, 2008). Laundry sebagai usaha yang berkembang pesat menjadi salah satu konsumen deterjen yang cukup besar. Disamping kelebihannya yang memudahkan penduduk dalam memperoleh pakaian bersih, laundry memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Deterjen mengandung sejumlah komponen berbahaya bagi lingkungan sehinggga

7 Bab II Tinjauan Pustaka 13 pembuangan air limbah laundry ke badan sungai dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Karakteristik air limbah laundry dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Laundry No Parameter analisis Satuan Hasil analisis 1 2 TSS ph ppm 298 7,39 3 BOD ppm COD ppm 627,3 5 MBAS ppm 36,3 Sumber : Penyisihan Fosfat dan Surfaktan Menggunakan Koagulan Biji Kelor (Moringa oleifera) pada Limbah Pencucian Pakaian (Halomoan, tanpa tahun) ph Air limbah laundry memiliki ph basa akibat padatan dari pakaian yang diikat oleh deterjen. Kondisi ph yang basa dapat menyebabkan iritasi pada kulit sehingga diperlukan suatu pengolahan limbah laundry untuk menghindari bahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup sekitar Kekeruhan Besarnya nilai kekeruhan air dapat menjadi ukuran tidak langsung jumlah padatan tersuspensi yang berada di dalam air. Padatan tersuspensi adalah bahanbahan tersuspensi dengan diameter partikel lebih besar dari 1μm yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter pori 0,45 μm dan menyebabkan warna keruh pada air. Air limbah laundry memiliki angka kekeruhan yang cukup tinggi karena adanya pembentukan misel pada saat proses pencucian berlangsung. Misel yang terbentuk merupakan padatan organik yang tersuspensi di dalam air Bahan organik Zat organik di dalam air umumnya merupakan senyawa yang dapat didegradasi dengan mudah. Namun beberapa senyawa organik seperti ABS, tannin dan lignin sulit didegradasi oleh mikroorganisme ketika berada di lingkungan.

8 Bab II Tinjauan Pustaka 14 Deterjen mengandung surfaktan yang merupakan senyawa organik yang sulit didegradasi. Gugus alkil pada surfaktan merupakan rantai hidro karbon yang menyebabkan kandungan organik pada air hasil pencucian laundry menjadi tinggi. Kandungan organik di dalam air limbah dapat dinyatakan sebagai angka permanganat. Angka permanganat menunjukkan sejumlah kandungan organik yang dioksidasi oleh kalium permanganat. 2.3 Teknologi Pengolahan Antisipasi pencemaran lingkungan akibat limbah laundry dapat diantisipasi dengan melakukan pengolahan limbah laundry menjadi air bersih yang dapat digunakan kembali untuk kehidupan sehari-hari mengacu pada persyaratan air bersih Permenkes 416/1990. Beberapa parameter penting pada limbah laundry yang harus diperhatikan untuk memperoleh air bersih adalah kekeruhan, ph, kandungan organik dan kandungan deterjen. Seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 limbah laundry memiliki kandungan padatan tersuspensi dan nilai COD yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa padatan tersuspensi di dalam air limbah laundry merupakan padatan tersuspensi organik. Padatan tersuspensi organik yang menyebabkan kekeruhan pada air limbah laundry dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan metode koagulasi dan flokulasi sehingga diperoleh air bersih yang sesuai dengan Permenkes 416/1990. Selain metode koagulasi dan flokulasi, metode lain yang dapat digunakan dalam mengolah air limbah laundry menjadi air bersih adalah adsorpsi karbon aktif, filtrasi pasir aktif dan kombinasi antara adsorpsi karbon aktif dan filtrasi pasir aktif. Surfaktan aktif dalam bentuk ion terlarut di dalam air diharapkan dapat diserap menggunakan proses adsorpsi oleh karbon aktif sehingga kandungan surfaktan dapat menurun sedangkan misel yang merupakan padatan tersuspensi dapat disaring menggunakan pasir aktif.

9 Bab II Tinjauan Pustaka Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pemisahan padatan tersuspensi dari air dengan cara melakukan penambahan koagulan dan flokulan ke dalam air sehingga partikel padatan tersuspensi menjadi lebih besar untuk dapat diendapkan secara gravitasi. Secara alamiah, padatan tersuspensi merupakan padatan yang sulit diendapkan karena memiliki permukaan yang bermuatan negatif. Muatan ini menyebabkan gaya tolak menolak antara partikel sehingga partikel-partikel tidak dapat berkumpul untuk membentuk padatan yang lebih besar. Pembentukan padatan yang lebih besar dilakukan dengan menambahkan senyawa koagulan ke dalam air. Koagulan merupakan senyawa dengan ion positif yang dapat menarik padatan-padatan tersuspensi sehingga terbentuk endapan besar yang disebut sebagai flok. Flok yang terbentuk pada proses koagulasi diperbesar dengan melakukan penambahan flokulan. Flokulan merupakan senyawa tidak bermuatan yang membuat flok-flok yang terbentuk pada proses koagulasi bergabung membentuk flok yang lebih besar melalui proses pengadukan lambat. Flok yang dihasilkan pada proses flokulasi dipisahkan dari air melalui proses pengendapan yang disebut sebagai proses sedimentasi. Efisiensi koagulasi dan flokulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ph, jenis koagulan, kecepatan pengadukan, dan kekeruhan larutan. 1. ph larutan Efisiensi koagulasi terbaik terjadi pada kondisi ph larutan yang optimum. Kegagalan pelaksanaan pada daerah ph optimum akan memboroskan bahan kimia dan menggambarkan kualitas yang rendah dari efluen( Anonim, _ ). Nilai ph suatu larutan berpengaruh pada kelarutan koagulan, muatan permukaan kandungan organik, muatan permukaan flok. Besarnya ph optimum sangat tergantung pada jenis koagulan yang digunakan. 2. Kecepatan pengadukan Pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi dilakukan dengan dua tahapan yaitu pengadukan cepat pada proses koagulasi dan pengadukan lambat pada proses flokulasi. Pengadukan cepat pada proses koagulasi penting untuk menyeragamkan penyebaran koagulan dan meningkatkan tumbukan partikel koagulan

10 Bab II Tinjauan Pustaka 16 dengan partikel kekeruhan sehingga koagulan dapat terhidrolisis di dalam air dan diserap oleh padatan teruspensi untuk membentuk flok. Pengadukan lambat dilakukan pada proses flokulasi. Pengadukan lambat menyebabkanpertumbuhan flok yang dihasilkan dari proses koagulasi dan meningkatkan jumlah dan kesempatan partikel untuk bertumbukan. Proses ini menghasilkan flok yang akan mengendap dalam waktu yang tidak terlalu lama. Ketidaksesuaian antara waktu dan kecepatan pengadukan baik pada proses koagulasi maupun flokulasi dapat menyebabkan rendahnya kontak koagulan dengan padatan tersuspensi yang berakibat pada gagalnya pembentukan flok Koagulan Koagulan merupakan senyawa yang ditambahkan pada proses koagulasi untuk memperbesar ukuran padatan tersuspensi yang berada di dalam air. Koagulan yang sering digunakan terdiri dari beberapa jenis yaitu tawas, Poly Alumunium Chloride (PAC) dan FeCl 3. a. Tawas Tawas merupakan koagulan non-organik dengan rumus kimia Al 2 (SO 4 ) H 2 O. Tawas banyak digunakan sebagai koagulan karena keefekitfannya dalam proses koagulasi dan harganya yang murah. Reaksi tawas di dalam air adalah sebagai berikut : Al 2 (SO 4 ) 3 2Al +3 + SO 4 3 H 2 O H + + OH 2 Al H 2 O 2Al (OH) 3 + 6H + Al(OH) 3 merupakan presipitat yang akan mengendap menjadi lumpur ketika proses sedimentasi berlangsung. Koagulasi menggunakan tawas berlangsung baik pada ph 5,8-7,4 (Pertnyski, ). Rentang ph optimum berpengaruh pada pembentukan presipitat Al(OH) 3 dan jumlah alumunium yang

11 Bab II Tinjauan Pustaka 17 terlarut di dalam air. Pembentukan presipitat Al(OH) 3 mulai terjadi pada ph sekitar 4,5 yang akan meningkat pesat sejalan kenaikan ph. Pada ph kurang 4,5 dan ph lebih dari 8,0 sebagian besar aluminum hadir sebagai spesies terlarut sehingga kekeruhan air justru meningkat. Kondisi optimum adalah kondisi ph yang menghasilkan presipitat Al(OH) 3 yang banyak dan menghasilkan alumunium terlarut dalam jumlah yang sedikit. Penggunaan tawas pada proses koagulasi menyebabkan terjadinya penurunan ph pada air hasil pengolahan akibat terbentuknya 6 ion H + seperti yang terlihat pada reaksi tawas dengan air. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan alkali untuk menjaga ph air. Salah satu jenis alkali yang dapat digunakan adalah soda abu atau kapur. b. Poly Aluminium Chloride (PAC) PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion aluminium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polinuklear dengan rumus umum Al m (OH) n Cl (3m-n) (Anonim, ). Penggunaan PAC sebagai koagulan menghasilkan beberapa keuntungan diantaranya penurunan ph larutan yang tidak signifikan dan efisiensi pengambilan padatan tersuspensi yang lebih besar dibandingkan dengan tawas. PAC sebagai koagulan organik bereaksi dengan air dan menghasilkan sejumlah presipitat dengan reaksi sebagai berikut : [Al 2 (OH) 5 ] + + H 2 O 2Al (OH) 3 + H + Al(OH) 3 merupakan presipitat yang menjadi endapan ketika proses sedimentasi berlangsung. Jumlah endapan yang dihasilkan oleh penggunaan PAC pada proses koagulasi lebih besar dibandingkan daripada penggunaan tawas sehingga hasil air pengolahan menggunakan PAC menjadi lebih jernih. Karena pada alum hanya spesies monomer saja yang terbentuk yaitu Al3+, Al(OH) 2+, Al(OH) + - 2, dan Al(OH) 4 sementara pada PAC, selain monomer juga terbentuk kation polimer yang didominasi oleh Al 13 O 4 (OH) (Sutapa, 2010).

12 Bab II Tinjauan Pustaka 18 c. Ferri Klorida (FeCl 3 ) FeCl 3 merupakan koagulan organik yang tidak menggunakan alumunium sebagai unsure basis koagulan. Koagulan FeCl 3 menghasilkan efisiensi koagulasi yang besar ketika bekerja pada ph optimumnya yaitu 5,5 (Pertnyski, ). Reaksi FeCl 3 dan kapur di dalam air adalah sebagai berikut : 2 Fe Cl Ca(HCO 3 ) 2 2 Fe(OH) 3 + 3CaCl 2 + 6CO 2 Fe(OH) 3 merupakan presipitat yang mengendap menjadi lumpur ketika proses sedimentasi dilakukan. Pembentukan presipitat terbaik adalah pada ph 5,5 karena pada ph ini spesies Fe(OH) 3 memiliki muatan permukaan yang lebih positif sedangkan padatan tersuspensi memiliki muatan permukaan yang lebih negatif sehingga proses pembentukan flok menjadi lebih mudah (Pertynski, ) Flokulan Flokulasi merupakan satuan proses penting dalam pengolahan air, limbah cair domestik, industri dan pemanfaatan mineral. Flokulasi bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi, kekeruhan, warna, dan mikroorganisme. Penambahan flokulan menyebabkan terjadinya penetralan muatan dengan mengikuti mekanisme bridging yang kemudian bergabung bersama membentuk flok sehingga akhirnya dapat diendapkan. Flokulan berfungsi sebagai pembentuk partikel yang lebih besar / flok. Flokulan komersial dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu organik dan anorganik. Dari kedua flokulan ini flokulan organik lebih efektif. Flokulan organik dapat berupa polimer alami dan sintetik. Sebagai flokulan, polimer sintetik lebih efektif daripada yang alami. Flokulan ini lebih disukai karena tidak diperlukan pengaturan ph media, dapat digunakan dalam konsentrasi 1-5 ppm, flok yang terbentuk lebih besar, lebih kuat dan pengendapannya lebih baik. Flokulan anorganik sering menimbulkan masalah baru karena menghasilkan banyak sludge dalam proses flokulasi. Efisiensi flokulasi polimer

13 Bab II Tinjauan Pustaka 19 meningkat seiring dengan peningkatan berat molekul. Diantara flokulan polimer, polimer sintetik bisa dibuat dengan mengontrol berat molekul, distribusi berat molekul, struktur kimia polimer, dan perbandingan gugus fungsi dari polimer backbone. Poliakrilamida merupakan salah satu polimer sintetik yang sangat efektif sebagai flokulan karena mempunyai daya ikat kuat terhadap partikel yang tersuspensi dalam air, akan tetapi tidak tahan terhadap gesekan mekanis (unshear stable) dan unbiodegradable. Poliakrilamida dalam bentuk homopolimer ataupun komonomernya merupakan flokulan yang baik untuk penanganan hasil buangan pabrik yang berupa limbah cair. Poliakrilamida dengan massa molekul 1 x x 10 6 biasa digunakan sebagai retention aid dalam pembuatan kertas. Sedangkan, poliakrilamida dengan berat molekul (2 x x 10 6 ) digunakan dalam flokulasi. Flokulan ini banyak diaplikasikan dalam proses penjernihan air yang digunakan pada berbagai proses industri seperti pretreatment atau pengolahan awal air boiler, pengolahan buangan dari pabrik kertas, dan pengolahan sampah. Struktur kimia poliakrilamida ditunjukkan pada Gambar 2.6. Gambar 2.7 Struktur Kimia Poliakrilamida Sumber : Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN dengan judul Studi Pengolahan Limbah Cair Bahan Berbahaya dan Beracun Poliakrilamida berbentuk granular, berwarna putih, memiliki densitas 1,302 g/ml dan larut dalam air dan morpolin, tidak larut dalam alkohol, hidrokarbon, glikol, eter, ester, dan tetrahidrofuran (Astuti, ).

14 Bab II Tinjauan Pustaka Filtrasi Pengolahan limbah secara fisik dapat dilakukan dengan metode filtrasi yaitu cara penjernihan air dengan cara penyaringan. Adapun faktor yang mempengaruhi proses filtrasi adalah waktu kontak (Saifudin, ). Waktu kontak dipengaruhi oleh volume unggun dan laju alir limbah. Hubungan antara waktu dan kontak (t), volume (V) dan laju alir (Q) ditunjukkan oleh persamaan : t = V Q Waktu kontak ini merupakan waktu dimana air yang disaring berhubungan atau berikatan dengan media penyaring yang dipakai Media Penyaring Media penyaring yang dapat digunakan dalam proses filtrasi antara lain antara lain pasir, kerikil, dan pasir aktif. 1. Pasir Pasir merupakan media penyaring yang baik dan biasa digunakan dalam peroses penjernihan air. Ini dikarenakan sifatnya yang berupa butiran bebas yang porus dan seragam. Butiran pasir memiliki pori-pori dan celah yang mampu menyerap dan menahan pertikel dalam air. Pasir berfungsi menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous tersebut sehingga kualitas air akan meningkat. 2. Kerikil Kerikil berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi, agar media pasir tidak terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan dapat dihindari. 3. Pasir Aktif Pasir aktif digunakan untuk menghilangkan logam-logam terlarut seperti besi dan mangan. Pasir aktif yang sudah mempunyai lapisan yang mengandung senyawa yang berfungsi sebagai oksidator di permukaan butirannya dapat

15 Bab II Tinjauan Pustaka 21 mempercepat proses penghilangan besi (Fe) dan mangan (Mn). Oksidator yang melapisi media pasir aktif yaitu KMnO 4. KMnO 4 mengoksidasi besi dan mangan terlarut saat air mengalir melewati media penyaring, menghasilkan endapan besi dan mangan, dimana endapan ini akan tertahan pada saringan, sehingga air yang keluar dari filter bebas dari besi dan mangan. Mn 2+ tereduksi menjadi Mn 2 O 3 dan Fe tereduksi menjadi Fe(OH) 3 seperti terlihat pada reaksi sebagai berikut (Said, 1999) : 3Fe 2+ + KMnO 4 + 7H 2 O 3Fe(OH) 3 ) + MnO 2 + K + + 5H + Fe 3+ 3Mn KMnO H 2 O 5MnO 2 + 2K H + Mn Adsorpsi Salah satu metode yang digunakan untuk menyisihkan zat pencemar dari air limbah adalah adsorpsi. Adsorpsi (penyerapan) adalah proses pemisahan komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben) (Saputra, 2008). Pada pengolahan limbah, adsorpsi dapat menurunkan beberapa parameter kualitas air antara lain kekeruhan, warna, dan polutan mikro yaitu zat organik, deterjen (Mifbakhuddin, 2010). Proses terjadinya adsorpsi pada suatu adsorben terletak di pori-pori adsorben. Menurut Ryan (2008), tempat-tempat terjadinya adsorpsi pada adsorben adalah : a. Pori-pori berdiameter kecil (Micropores d < 2nm) b. Pori-pori berdiameter sedang (Mesopores 2 < d < 50nm) c. Pori-pori berdiameter besar (Macropores d > 50nm) d. Permukaan adsorben

16 Bab II Tinjauan Pustaka 22 Gambar 2.8 Ilustrasi Tempat Terjadinya Adsorpsi (Hendra, 2008) Mekanisme Adsorpsi Mekanisme terjadinya peristiwa adsorpsi adalah sebagai berikut : (i) Molekul adsorbat berdifusi melalui suatu lapisan batas ke permukaan luar adsorben, disebut difusi eksternal (ii) Sebagian ada yang teradsorpsi di permukaan luar, tetapi sebagian besar berdifusi lebih lanjut ke dalam pori-pori adsorben, disebut sebagai difusi internal. (iii) Bila kapasitas adsorpsi masih sangat besar adsorbat akan teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan adsorben. Namun, bila permukaan sudah jenuh atau mendekati jenuh oleh adsorbat dapat terjadi 2 hal yaitu : a. Terbentuk lapisan adsorpsi kedua dan seterusnya di atas adsorbat yang telah terikat di permukaan. Gejala ini disebut adsorpsi multi lapisan b. Tidak terbentuk lapisan kedua sehingga adsorbat yang belum teradsorpsi berdifusi keluar pori dan kembali ke arus fluida (Sihombing, 2007)

17 Bab II Tinjauan Pustaka 23 Gambar Mekanisme Adsorpsi Sumber : Desain Sistem Adsorpsi dengan Dua Adsorber (Saputra, 2008) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah : 1. Karakteristik adsorben. Karakteristik adsorben seperti luas permukaan dan volume pori adsorben. Jumlah molekul adsorbat yang teradsorp meningkat dengan bertambah luasnya permukaan dan volume adsorben (Taufan, 2008). 2. Jenis adsorbat. Jenis adsorbat seperti ukuran molekul adsorbat. Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal penting agar proses adsorpsi dapat terjadi karena molekul-molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben (Taufan, 2008). 3. Konsentrasi zat terlarut yang teradsorpsi. 4. Waktu Kontak Waktu kontak merupakan hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya adsorpsi molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontak dengan karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama

18 Bab II Tinjauan Pustaka 24 memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih baik (Anonim, 2009). 5. Daya larut adsorben terhadap adsorbat Jika daya larut adsorben terhadap adsorbat tinggi, maka proses adsorpsi akan terhambat, sebab gaya untuk melarutkan adsorbat berlawanan dengan gaya tarik adsorben terhadap adsorbat Adsorben Luas permukaan spesifik sangat mempengaruhi besarnya kapasitas penyerapan dari adsorben. Semakin luas permukaan spesifik adsorben, maka semakin besar pula kemampuan penyerapannya. Volume adsorben membatasi jumlah dan ukuran pori-pori pembentuk permukaan dalam (internal surface) yang menentukan besar atau kecilnya permukaan penyerapan spesifik. Karakteristik adsorben yang dibutuhkan untuk adsorpsi : 1. mempunyai daya serap yang tinggi 2. berupa zat padat yang mempunyai luas permukaan yang besar 3. tidak larut dalam zat yang akan diadsorpsi 4. tidak mengadakan reaksi kimia dengan campuran yang akan dimurnikan 5. dapat diregenerasi kembali dengan mudah 6. tidak beracun 7. tidak meninggalkan residu berupa gas yang berbau 8. mudah didapat dan harganya murah Karbon Aktif Karbon aktif dapat dibuat dari batu bara, kayu, gambut, tulang, kulit kacang dan tempurung kelapa melalui proses pyrolizing dan carburizing pada temperatur 700 sampai 800 C. Karbon aktif diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yakni : a. powder : jika ukuran diameter karbon aktif lebih kecil dari 325 mesh dan b. granular : jika diameter karbon aktif berukuran lebih besar dari 325 mesh.

19 Bab II Tinjauan Pustaka 25 Dalam pengolahan air minum atau air limbah karbon aktif bubuk dan karbon aktif granular mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan hal yang penting dalam karbon aktif. Ukuran partikel karbon aktif mempengaruhi kecepatan adsorpsi, tetapi tidak mempengaruhi kapasitas adsorpsi. Jadi kecepatan adsorpsi karbon aktif serbuk ( powder ) lebih besar daripada karbon aktif butiran (granular). Luas permukaan total mempengaruhi kapasitas adsorpsi total sehingga meningkatkan efektifitas karbon aktif dalam penyisihan senyawa organik dalam air buangan. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara m 2 /gr. Penggunaan bubuk karbon aktif mempunyai kelebihan sebagai berikut : 1. Sangat ekonomis karena ukuran butir yang kecil dan luas permukaan kontak per satuan berat sangat besar. 2. Kontak menjadi sangat baik dengan mengadakan pengadukan cepat dan merata. 3. Kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme sangat kecil. Adapun kerugiannya ialah : 1. Penanganan karbon aktif, karena berbentuk bubuk yang sangat halus. Kemungkinan mudah terbang terbawa bersama effluent. Karena tercampur dengan lumpur, maka sulit diregenerasi dan biaya operasinya mahal. 2. Kemungkinan terjadi penyumbatan lebih besar, karena karbon aktif bercampur dengan lumpur. Kelebihan dari pemakaian karbon aktif granular : 1. Memiliki berat jenis yang lebih tinggi dari air sehingga jarang sekali ikut keluar bersama efluen. 2. Memiliki daya ikat flok yang lebih kuat daripada bentuk bubuk. 3. Tidak menimbulkan banyak endapan.

20 Bab II Tinjauan Pustaka 26 Kerugiannya: Luas permukaan kontak per satuan berat lebih kecil karena ukuran butiran karbon besar. Pada pengolahan limbah laundry, kelebihan karbon aktif yang memiliki luas permukaan yang besar dan memiliki diameter pori hingga ± 2nm diharapkan dapat mengadsorpsi kandungan surfaktan yang dalam limbah laundry yang memiliki diameter partikel ± 1 nm.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan kimia sintetis pada umumnya digunakan oleh kegiatan industri dan domestik untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Salah satu produk yang

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Latar Belakang Masalah DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2005,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolam renang adalah kontruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas air lainnya. Kolam renang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian air secara umum Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan digunakan.air murni adalah air yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penurunan kualitas air merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat dari tingkat pertambahan penduduk yang semakin tinggi dan peningkatan

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit 8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit dan arang batok yang dianalisis di Laboraturium Teknik Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah salah satu elemen atau unsur yang berdiri sebagai pemegang tonggak kehidupan makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, oleh karena itu air berperan

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY,Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa lain. namun air yang tersedia

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat. Pengaruh Dosis Koagulan PAC Dan Surfaktan SLS Terhadap Kinerja Proses Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Logam Besi (), Tembaga (), Dan kel () Dengan Flotasi Ozon Eva Fathul Karamah, Setijo Bismo Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang   Nurul Faqih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini di lndonesia, khususnya di kota-kota besar masalah pencemaran sungai akibat buangan limbah cair industri semakin meningkat, di sisi lain pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI FLOKULASI LIMBAH CAIR PABRIK TAHU Harimbi Setyawati 1), Mawan Kriswantono 2), Dinda An Nisa 3), Rakhmawati Hastuti 4) 1,3,4 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bioflokulan DYT merupakan material polimer alami yang telah diuji dapat digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan limbah cair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permanganometri Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah sumber kehidupan utama bagi makhluk hidup, karena itu kebersihan air dan terbebasnya air dari berbagai polutan sangatlah penting. Namun, pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O. Berdasarkan sifat fisiknya (secara fisika) terdapat tiga macam bentuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

Lebih terperinci

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR. Ca Mg

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR. Ca Mg Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan Penjernihan air adalah proses menghilangkan/mengurangi kandungan/campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, sudah menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebabnya tidak hanya berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan zat warna banyak digunakan dalam berbagai macam kegiatan industri, salah satunya industri tekstil. Akibat proses produksinya, industri tekstil akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam hal cuci mencuci pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari yang

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Air Keberadaan air di bumi merupakan suatu proses alam yang berlanjut dan berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal dengan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air adalah merupakan bahan yang sangat vital

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

Analisa Klorida Analisa Kesadahan Analisa Klorida Analisa Kesadahan Latar Belakang Tropis basah Air bersih Air kotor limbah Pencegahan yang serius Agar tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup Air tercemar 1 Prinsip

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM DISUSUN OLEH FITRI RAMADHIANI KELOMPOK 4 1. DITA KHOERUNNISA 2. DINI WULANDARI 3. AISAH 4. AHMAD YANDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Hampir seluruh kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari adanya unsur air. Sumber utama air yang mendukung kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, masak, mandi, mencuci, pertanian,

Lebih terperinci

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-78 Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi makhluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di khasanah dunia ilmiah dikenal adanya produk yang disebut dengan synthetic detergent yang disingkat dengan istilah syndent. Kata synthetic (sintetik) sepertinya memberi

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.1 Analisa Kualitas Air Gambut Hasil analisa kualitas air gambut yang berasal dari Riau dapat dilihat pada Tabel IV.1. Hasil ini lalu dibandingkan dengan hasil analisa air

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-22 Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindusindica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI Satriananda 1 1 Staf Pengajar email : satria.pnl@gmail.com ABSTRAK Air yang keruh disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusai dan makhluk hidup lainnya, serta sebagai modal dasar dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah 2.1.1 Definisi Limbah Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI LIMBAH MINYAK Sebelum ditambahkan demulsifier ke dalam larutan sampel bahan baku, terlebih dulu dibuat blanko dari sampel yang diujikan (oli bekas dan minyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR NASKAH PUBLIKASI ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR Tugas Akhir ini disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF Adysti Maretha N *) Wiharyanto Oktiawan **) Arya Rezagama **) Abstract There is an increasing presence

Lebih terperinci