PENDAHULUAN. Latar Belakang. perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat
|
|
- Yanti Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keanekaragaman hayati disebut juga Biodiversitas. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup (Anonim 2011). Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu yang berbunga atau berbuah dua kali (Pleonanthic) dan berbunga atau berbuah sekali (Hapaxanthic) yang mempunyai nilai ekonomis penting, karena kandungan karbohidratnya lebih banyak. Golongan ini terdiri dari 5 varietas penting yaitu : Metroxylon sagus (Rottbol atau sagu molat), Metroxylon rumphii (Martius atau sagu Tuni), Metroxylon rumphii (Martius varietas Sylvestre Martius atau sagu ihur), Metroxylon rumphii, (Martius varietas Longispinum Martius atau sagu Makanaru), Metroxylon rumphii (Martius varietas Microcanthum Martius atau sagu Rotan) (Anonim 2011). Dari kelima varietas tersebut, yang memiliki arti ekonomis penting adalah Ihur, Tuni, dan Molat. Sagu mempunyai peranan sosial, ekonomi dan budaya karena merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat terutama yang bermukim di daerah pesisir. Pertanaman sagu cukup luas, namun luas areal yang pasti belum diketahui (Anonim 2011).
2 2 Terdapat berbagai jenis Arthopoda yang sering berada pada ekosistem. Arthropoda dalam bahasa latin yang merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Dari berbagai jenis Arthopoda ada yang bertindak sebagai hama ( keberadaannya merugikan tanaman sagu) dan ada yang sebaliknya. Adapun hama yang berada pada tanaman sagu menurut Bedford yakni Oryctes rhinoceros, Rhynchophorus sp., Artona catoxantha Hamps. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang Arthropoda yang ada dalam ekosistem pertanaman sagu. Tujuan dan Kegunaan Penelitian dalam bentuk pengamatan ini adalah untuk menemukan dan mengetahui spesies-spesies Arthropoda yang berada di pertanaman sagu. Kegunaan percobaan ini adalah sebagai bahan informasi tentang adanya keanekaragaman Arthropoda yang hidup di ekosistem pertanaman sagu.
3 3 TINJAUAN PUSTAKA Menurut Bedford (1980) hama tanaman sagu yakni Orytes rhinoceros, Rhynchophorus, Artona catoxantha, Hamps. atau Brachartona catoxantha sebagai berikut: A. Oryctes rhinoceros Tubuhnya berbulu pendek dan sangat rapat pada bagian ekornya. Kepompong berwarna kuning dengan ukuran yang lebih kecil daripada lundi, terbungkus dalam bahan yang terbuat dari tanah. Kumbang dewasa berwarna merah sawo, panjang 3-5 cm. Imago (kumbang dewasa) meninggalkan rumah kepompongnya pada malam hari dan terbang ke pohon sagu. Gejala yakni terdapat lubang pada pucuk daun bekas gerekan kumbang, setelah berkembang tampak terpotong seperti digunting dalam bentuk segitiga. Bila titik tumbuhnya rusak, sagu tidak mampu membentuk daun lagi dan akhirnya mati. Gambar 1. Bentuk morfologi Oryctes rhinoceros (Sumber :
4 4 B. Rhynchophorus sp Terdapat beberapa jenis, yaitu: Rhynchophorus ferrugine, Rhynchophorus ferrugineus, Oliv varietas Schach, F dan Rhynchophorus ferrugineus, Oliv varietas Papuanus, Kirsch. Perbedaannya terletak pada bentuk, ukuran dan rupa kumbang dewasa. Kumbang betina biasanya meletakkan telur pada bekas luka gerekan Oryctes. Bila serangan terjadi pada titik tumbuh dapat menyebabkan kematian pohon. Gamabar 2. Bentuk morfologi Rhynchophorus sp (Sumber : C. Artona catoxantha Kupu-kupu Artona catoxantha berukuran panjang mm, dengan ukuran sayap mm, sayapnya berwarna hitam merah kecoklatan. Pada punggung depan, bagian perut dan pinggir sayap depannya bersisik kuning. Kupukupu Artona bergerak aktif siang hari dan malam hari. Larva Artona berwarna putih kuning berukuran panjang sampai 11 mm. Pada pungungnya terdapat garis lebar berwarna kemerah-merahan. Bagian depan tubuhnya lebih besar dibanding
5 5 bagian balakang. Stadium larvanya berlangsung selama hari. Pada stadium inilah kerusakan tanaman sagu terjadi, yaitu dengan menggerek anak daun sagu. Tingkat serangan yang terlihat bahwa titik larva yang baru menetas masuk dalam jaringan daun dan memakan daging anak daun. Bekas serangan itu dari bawah tampak sebagai bintik-bintik kecil yang tidak tembus. Tingkat serangan garis adalah larva Artona yang lebih besar menyusup lebih meluas, sehingga bekas serangga tampak seperti garis-garis. Tingkat serangan pinggir adalah larva dewasa yang menggerek daun sagu berpindah tempat ke bagian pinggir dan memakan bagian anak daun pinggir. Tingkat serangan akhir adalah pada tingkatan ini daun-daun menjadi sobek-sobek. Daun yang paling disenangi adalah daun tua. Daun bekas serangan terlihat seperti terbakar. Gambar 3. Bentuk Morfologi Artona catoxantha (Sumber :
6 6 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Pengamatan ini dilaksanakan di Dusun Lewong Desa Rante Alang Kecamatan Larompong Kabupaten Luwu dan dilanjutkan di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar yang di mulai pada Maret Mei Pelaksanaan Pengamatan Pengamatan ini dilaksanakan pada pertanaman sagu milik petani dengan luas lahan pengamatan ± 50 are. Pada pengamatan dilakukan pengelompokan umur tanaman yakni umur muda (1 tahun - 8 tahun ), umur sedang ( 9 tahun 16 tahun), umur tua ( 17 tahun 25 tahun ). Lokasi pengamataan tersebut adalah pertanaman sagu monokultur dengan jarak tanam 5 m x 5 m, denah pengamatan dapat di lihat pada Lampiran 1. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama delapan kali pengamatan. Metode pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Arthropoda di air ditangkap menggunakan saringan dan contoh arthropoda yang ditangkap di masukkan ke dalam tabung koleksi yang berisi alkohol 70 %, kemudian di bawah ke laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi didasarkan pada gambar dan penjelasan yang ditemukan oleh Borror et al, 1992.
7 7 Arthropoda di permukaan tanah ditangkap menggunakan 2 perangkap yakni (pit fall trap) pada setiap pohon dan perangkat kasa dililitkan pada setiap pohon, selanjutnya contoh arthropoda yang ditangkap dimasukkan di dalam tabung koleksi yang berisi alkohol 70 %, kemudian di bawah ke laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi didasarkan pada gambar dan penjelasan yang ditemukan oleh Borror et al, Analisis data Persentase arthropoda yang ditemukan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Persentase = a x 100 % b Dimana : a= Jumlah arthropoda x (ekor) b= Total arthropoda (ekor)
8 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan spesies arthropoda pada pertanaman sagu yang ditemukan terdiri dari kelas insekta/serangga, kelas Arachnida dan kelas Crustacea. Dari kelas insekta ditemukan spesies serangga hama yakni Atractomorpha crenaticeps Blanchard, Metamasius hemipterus Sericeus, dari kelas Crustacea ditemukan Parathelphusa convexa De Man dan kelas Arachnida Nephila maculate Lamma. Jumlah spesies arthropoda yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 : Jenis Arthropoda yang Ditemukan pada Pertanaman dan air No Hama Ordo : Family Kelas 1 2 Atractomorpha crenaticeps Blanchard Metamasius hemipterus Sericeus 3 Neurothemis sp Nephila maculate Lamma Thaumatomyrmex atrox Weber Dolichoderus thoracius Smith Limnogonnus fossarum Fabricius Parathelphusa convexa De Man Orthoptera :Pyrgomorphidae Coleoptera : Curculionidae Odonata : Libellulidae Araneae : Nephilidae Hymenoptera : Formicidae Hymenoptera : Formicidae Hemiptera : Gerridae Decapoda : Gecarcinucidae Jumlah Populasi (ekor) Status Lokasi Pengambilan Sampel Insekta 88 Hama Pertanaman Insekta 21 Hama Pertanaman Insekta 65 Predator Pertanaman Arachinida 13 Predator Pertanaman Insekta 30 Predator Pertanaman Insekta 25 Predator Pertanaman Insekta 46 Predator Air Crustatacea 38 Hama Air
9 9 Spesies hama yang dinyakan oleh Betford (1980) tidak ditemukan dalam pengamatan tersebut, hal mana mungkin dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi. Hal ini sesuai data BMKG (2012) yang menyatakan bahwa analisis sifat hujan di Kecamatan Larompong normal dan analisis curah hujan ekstem harian mm/hari. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa populasi arthropoda yang ditemukan pada berbagai kelompok umur tanaman yang berbeda jumlah populasi arthropoda pun berbeda. Pada Tabel 2 terlihat jumlah populasi arthropoda tanaman muda yakni tanaman sagu berumur 1-8 tahun ditemukan 6 spesies dengan jumlah populasi 65 ekor. Pada umur sedang yakni tanaman sagu umur 9-16 tahun ditemukan 6 spesies dan jumlah populasi 53 ekor.
10 10 Pada umur tua yakni tanaman sagu yang berumur tahun ditemukan 6 jumlah spesies dan jumlah populasi 68 ekor. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jenis Arthropoda yang Ditemukan pada Pertanaman Sagu Umur Muda, Sedang dan Tua No. Jenis Arthropoda Ordo ; Family Jumlah Populasi (ekor) Menurut Umur Tanaman Muda Sedang Tua 1 Atractomorpha Orthoptera crenaticeps Blanchard :Pyrgomorphidae Metamasius hemipterus Sericeus Coleoptera : Curculionidae Neurothemis sp Odonata : Libellulidae Nephila maculate Lamma Araneae : Nephilidae Thaumatomyrmex atrox Weber Hymenoptera : Formicidae Dolichoderus thoracius Smith Hymenoptera : Formicidae Berdasarkan persentase arthropoda pada tanaman sagu, terlihat bahwa populasi tertinggi sebanyak 36 % adalah serangga A. crenaticeps Blanchard yang berstatus sebagai hama pada tanaman sagu. Kemudian persentase predator spesies Neurothemis sp sebanyak 27 %. Namun hama tersebut ditemukan relatif sedikit hanya 36 % dan 9 % dari seluruh populasi arthropoda yang ada pada tanaman sagu. Sedangkan populasi terendah ditemukan Nephila marculate Lamma sebanyak 5 % dapat di lihat pada Gambar 6 berikut:
11 11 Dolichoderus thoracius Smith 10% Chart Title Thaumatomyrmex atrox Weber 13% Nephila maculate Lamma 5% Atractomorpha crenaticeps Blanchard 36% Neurothemis sp 27% Metamasius hemipterus Sericeus 9% Gambar 6. Persentase Arthropoda pada Pertanaman sagu Berdasarkan persentase arthropoda air pada tanaman sagu, populasi tertinggi sebanyak 55% adalah serangga L. fossarum Fabricius yang berstatus sebagai predator. Sedangkan persentase terendah ditemukan pada Parathelphusa convexa Smith sebanyak 45 %, yang bersifat sebagai hama dapat di lihat pada Gambar 7 berikut: Parathelphusa convexa Smith 45% Limnogonnus fossarum Fabricius 55% Gambar 7. Persentase Arthropoda air yang Ditemukan di Aliran Sungai Sekitar Pertanaman sagu
12 12 Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap minggu selama delapan kali pengamatan terlihat populasi A. crenatips Blanchard selalu mencapai jumlah populasi paling tinggi selama pengamatan. Pada pengamatan minggu ke empat hanya ditemukan serangga A. crenatips Blanchard yang berstatus sebagai hama. Pada pengamatan minggu ke enam dan ketujuh hanya terdapat dua spesies yakni A. crenaticeps Blanchard dan P. convexa De Man sedangkan populasi M. hemipterus Sericeus tidak ditemukan, dapat dilihat pada Gambar 8 berikut: Jumlah Populasi arthropoda (ekor)/9 tanaman Pengamatan Minggu ke... Atractomorpha crenaticeps Blanchard Metamasius hemipterus Sericeus Gambar 8. Jumlah Populasi Hama yang Ditemukan Selama Pengamatan
13 13 Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap minggu selama delapan kali pengamatan dilihat populasi Neurothemis sp selalu mencapai jumlah populasi tertinggi selama pengamatan. Pada pengamatan minggu kedua, ketiga dan ke lima hanya ditemukan serangga Neurothemis sp, Thaumatomyrmex atrox Weber, D. thoracius Smith dan L. fossarum fabricius, populasi N. maculate Lamma tidak ditemukan. Pada pengamatan minggu ke 4 hanya ditemukan Neurothemis sp, N. maculate Lamma, T. atrox Weber dan L. fossarum fabricius, populasi Dolichoderus thoracius Smith tidak ditemukan. Pada pengamatan minggu ketujuh hanya ditemukan Neurothemis sp, T. atrox Weber dan L. fossarum fabricius sedangkan populasi N. maculate Lamma dan D. thoracius Smih tidak ditemukan.
14 14 Jumlah Populasi Arthropoda (ekor)/ 9 Tanaman Neurothemis sp Nephila maculate Lamma Thaumatomyrmex atrox Weber Dolichoderus thoracius Smith Limnogonnus fossarum Fabricius Pengamatan Minggu ke.. Gambar 9. Jumlah Populasi Predator yang ditemukan Selama Pengamatan
15 15 berikut: Spesies arthropoda yang ditemukan mempunyai ciri morfologi sebagai A. Atractomorpha crenaticeps Blanchard (Orthoptera : Pyrgomorphidae) Serangga tersebut memiliki ciri-ciri tubuh berwarna hijau, antena panjang, memiliki caput bagian depan yang miring dan tungkai belakang yang lebih panjang. Hal ini sesuai pendapat Borror (1992) yang menyatakan bahwa serangga ini memiliki tungkai belakang yang lebih panjang dan tubuhnya berwarna hijau dan kekuningan, nimfanya berwarna hijau tetapi belum mempunyai sayap. Bentuk morfologi dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Bentuk Morfologi Atractomorpha crenaticeps Blanchard (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 1,4)) Menurut Kranz et al, (1977) spesies ini dibedakan dengan belalang biasa dari antenanya yang panjang (lebih dari dua kali panjang tubuhnya dan berukuran besar dengan muka posisi miring. Belalang dewasa berwarna hijau dan kekuningan, nimfanya berwarna hijau tetapi belum mempunyai sayap dan ovipositor yang menyerupai pedang. Lama hidup belalang dewasa selama 3-4
16 16 bulan. Belalang ini termasuk kelompok fitofag yaitu memakan daun dan malai padi, tetapi juga sebagai predator yaitu memangsa telur kepinding/walang sangit, telur penggerek batang dan nimfa wereng batang/daun. Seekor belalang dapat memangsa 3-4 kelompok telur penggerek batang padi kuning dalam satu hari. B. Metamasius hemipterus Sericeus (Coleoptera: Curculionidae) M. hemipterus Sericeus bertubuh keras, panjang tubuh serangga dewasa 3,5 cm 5 cm. Kepala berwarna hitam dan abdomen mengkilap. Panjang telur 1,7 mm, tembus cahaya dan berwarna kuning krem. Larva berbentuk sempurna, tebal, mempunyai 5 6 ruas pada bagian abdomennya, berwarna putih, bagian toraks dan abdomen berwarna kekuning-kuningan, panjang tubuhnya mm. Kepala berwarna hitam, biasanya dengan garisgaris/belang-belang di bagian belakang, lebarnya 3,2 4,5 mm. Ruas abdomen mempunyai ciri khas, yaitu terdapat tiga lipatan di bagian belakang. Panjang pupa 14,5 mm, bagian anterior dan posterior mengerut, mempunyai 5 bagian spirakel pada bagian abdomen, dan terlihat dari atas. Imago mempunyai warna yang bervariasi, hampir permukaan tubuhnya berwarna hitam, dengan dasar merah yang meluas pada bagian elitranya atau pada bagian elitra ini terdapat garis berwarna hitam dan merah secara membujur. Femur berwarna merah, merah garis-garis, atau juga kombinasi antara merah dan hitam. Lebar tubuh 9 14 mm. Telur menetas setelah 4 hari. Larva mengalami ganti kulit beberapa kali selama 7 minggu. Setelah itu terbentuk kokon inang yang berupa serat-serat. Pupa ini akan
17 17 bertahan selama 10 hari dan berubah menjadi serangga dewasa dan akan keluar bila kondisi lingkungan mendukung (Anonim 2012). Gambar 11. Bentuk Morfologi Metamasius hemipterus Sericeus (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 2,2)) C. Neurothemis sp (Odonata : Libellulidae) Neurothemis sp merupakan salah satu contoh serangga predator dari ordo Odonata. Memiliki dua pasang sayap transparan berwarna kuning kecoklatan dan warna tubuhnya coklat. Stadium Neurothemis sp yang aktif menjadi predator yakni pada waktu imago. Biasanya hidup di daerah rawa-rawa dan kolam. Neurothemis sp stadium imago yang aktif menjadi predator dan hidup di daerah rawa-rawa dan kolam. Siklus hidup Neurothemis sp, dari telur hingga dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Neurothemis sp meletakkan telurnya pada tumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air yang tergenang, namun ada pula jenis yang meletakkan telurnya di air. Setelah menetas larva Neurothemis sp hidup dan berkembang di dasar perairan,
18 18 mengalami metamorfosis menjadi nimfa dan akhirnya keluar dari air sebagai Neurothemis sp dewasa. Sebagian besar siklus hidup Neurothemis sp dihabiskan dalam bentuk nimfa. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan (Anonim 2012). Gambar 12. Bentuk Morfologi Neurothemis sp (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 2,2)) D. Nephila maculate Lamma (Araneae : Nephilidae) N. maculate Lamma memiliki tubuh yang lonjong, abdomen berwarna kuning dan terdapat garis-garis hitam. Memiliki empat pasang tungkai, mata berwarna hitam. Ukuran tubuhnya 4,5 6 mm. Menurut Barrion (1994) N. maculate Lamma laba-laba berwarna warni dengan abdomen lonjong dan berwarna kuning dengan pola hitam.
19 19 Gambar 13. Bentuk Morfologi Nephila maculate Lamma (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 1,0)) E. Thaumatomyrmex atrox Weber (Hymenoptera : Formicidae) T. atrox Weber memiliki ciri-ciri tubuh berwarna hitam mengkilap, tipe antena genikulate, terdapat penggentingan pada abdomen dan panjang tubuhnya 0,5 cm- 1 cm. T. atrox Weber merupakan predator berwarna hitam dan membuat sarang di tanah kering dan juga tanah yang basah. T. atrox Weber biasa mencari makan sampai beberapa meter dari sarangnya dan cepat membentuk koloni pada habitat yang baru dengan ribuan pekerja dan serdadu (Shepard et al, 1994). Menurut Yahya (2003) semut merupakan makhluk sosial yang hidup secara berkoloni. Setiap koloni semut tanpa kecuali tunduk pada sistem kasta secara ketat. Sistem kasta ini terdiri dari atas tiga bagian besar dalam koloni. Anggota kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan yang memungkinkan koloni berkembang biak. Dalam satu koloni bisa terdapat dari satu jenis ratu. Ratu
20 20 mengemban tugas reproduksi untuk meningkatkan jumlah individu yang membentuk koloni. Tubuh ratu lebih besar dari pada tubuh semut lain. Sedang tugas semut jantan hanyalah membuahi sang ratu. Anggota kasta kedua adalah prajurit. mereka mengemban tugas seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru untuk hidup dan berburu. Kasta ketiga terdirri atas semut pekerja. Semut pekerja ini adalah semut betina yang steril. Mereka merawat semut induk dan keturunannya, membersihkan dan memberi makan. Gambar 14. Bentuk Morfologi Thaumatomyrmex atrox Weber (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 3,8)) F. Dolichoderus thoracicus Smith (Hymenoptera : Formicidae) D.thoracicus Smith merupakan salah satu contoh serangga predator dari ordo Hymenoptera. Memiliki ciri tubuh berwarna hitam, tipe antena geniculate dan memiliki tiga pasang tungkai dimana tungkai tengah dan belakang saling berdekatan.
21 21 Menurut Yahya (2003) dalam kepala D.thoracicus Smith terdapat orgaorgan indra majemuk, besar dan kecil, untuk menangkap isyarat visual dan kimiawi yang vital bagi koloni, yang terdiri atas sejuta lebih pekerja yang semuanya betina. Otaknya mengandung setengah juta sel saraf. D. thoracicus Smith terdiri atas sejuta lebih pekerja yang semuanya betina. Otaknya mengandung setengah juta sel saraf. D. thoracicus Smith memiliki metode komunikasi yang cukup berbeda karena inderanya yang peka. Semut itu menggunakan organ indra ini setiap saat dalam hidup mereka, dari menemukan mangsa hingga saling mengikuti sesamanya, dari membangun sarang hingga bertarung. Semut-semut akan membawa mangsa yang telah dilumpuhkan ke sarang bersama-sama. Gambar 15. Bentuk Morfologi Dolichoderus thoracicus Smith (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 3,8))
22 22 G. Limnogonnus fossarum Fabricius (Hemiptera : Gerridae) L. fossarum Fabricius termasuk memiliki ciri tubuh berwana gelap, tungkai tengah dan belakang yang panjang dan saling berdekatan dibanding tungkai depan. Tungkai depan berukuran pendek. Tungkainya sangat ramping dan tidak serasi dengan tubuhnya. Tubuhnya berukuran besar, bertungkai panjang dan sangat lincah. di sekitar pertanaman sagu serangga ini terlihat hanya sedikit jumlahnya karena mudah ketakutan dan segera berpindah tempat menjauhi gangguan. Serangga dewasa berwarna hitam kecoklatan dengan dua pasang tungkai belakang yang sangat panjang. Pasangan tungkai tengah berfungsi sebagai dayung dan mengarah ke depan pada saat istrahat. Serangga predator ini meletakkan telur dalam batang padi yang ada di atas permukaan air sebanyak butir dan hidup selama bulan (Anonim 2012). Menurut Borror (1992) yang menyatakan bahwa Kepik ini adalah serangga yang bertungkai panjang yang hidup di atas permukaan air, Jenisnya berwarna hitam, Tungkai-tungkai tengah timbul lebih dekat dengan tungkai tungkai belakang daripada tungkai-tungkai depan. Tungkai tungkai depan pendek. Tungkai tungkai tengah dan belakang panjang. Tarsi kepik ini dilapisi oleh rambut rambut yang halus dan sulit basah. Struktur tarsus memungkinkan seekor kepik meluncur sekitar permukaan air.
23 23 Gambar 16. Bentuk Morfologi Limnogonnus fossarum Fabricius (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 2,8)) H. Parathelphusa convexa De Man (Decapoda : Gecarcinucidae) P. convexa De Man memiliki ciri tubuh berwarna coklat, memiliki mata faset, memiliki capit dan tungkai 4 pasang. P. convexa De Man termasuk golongan Decapoda tempurung punggung umumnya berwarna kecoklatan, kehitaman, hingga ungu gelap, kerap memiliki lekukan seperti bekas terinjak tapak kaki kuda. P. convexa De Man memiliki lekukan seperti bekas terinjak tapak kaki kuda (Anonim 2012). Gambar 17. Bentuk Morfologi Parathelphusa convexa De Man (Sumber : Nirmala, 2012 (Pembesaran 2,8))
24 24 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis arthropoda pada pertanaman sagu yang termasuk serangga hama ada tiga spesies yaitu Atractomorpha crenaticeps Blancchard, Metamasius hemipterus Sericeus dan Parathelphusa convexa De Man, yang termasuk predator lima spesies yaitu Neurothemis sp, Nephila maculate Lamma, Traumatomyrmex atrox Weber, Dolichoderus thoracius Smith dan Limnogonus fossarum Fabricius Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai arthropoda yang bersifat predator di pertanaman sagu.
25 25 DAFTAR PUSTAKA Anonim Sagu. Diakses pada tanggal 27 Desember Tanaman Sagu. Diakses pada tanggal 13 Februari Keanekaragaman Hayati. Diakses pada tanggal 13 Februari Budidaya Tanaman Sagu. Diakses pada tanggal 13 Februari Hama Tanaman Sagu. Diakses pada tanggal 13 Februari Arthropoda. Diakses pada tanggal 13 Februari Bedford, G.C., Biologi, Ekologi, and Control Of Palm Hama Tanaman Sagu. Ann. Entomol. 25: Barrion AT, Litsinger JA Taxonomy of rice insect pests and their arthropod parasites and predators. In: Biology and management of rice insects. Manila (Philippines): International Rice Research Institute. p Borror, J., C., A. And N., F. Jhonson Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam ( Diterjemahkan oleh Soetinoyo Partosoedjono ).
26 26 Cabi Crop Protection Compendium. Global Module 2nd Edition. ISSN : ISBN : Wallingford.oxon.ox10 8DE. United Kingdom. CDRoom. Kranz, J Heinz Schmutterer, and Werner Koch., Disease, Pest and Weeds in Tropical Crops. John Willey and Sons, New York pp Shepard, B.M, A.T. Barrion dan J.A. Litsinger, Serangga dan Laba-Laba. Program Nasional Hama. Jakarta. Hal 127. Weber Taxonomy Arthropoda Parasites and Predators. In: Biology and management of insects. Manila (Philippines). Yahya, H., Jelajah dunia Semut. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal
27 LAMPIRAN 27
28 Gambar Lampiran 1. Denah Pengamatan 28
29 29 Gambar Lampiran 2. Tanaman Tua Gambar Lampiran 3. Tanaman Sedang
30 Gambar Lampiran 4. Tanaman Muda 30
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
i Keanekaragaman Arthropoda Pada Ekosistem Tanaman Sagu (Metroxylon sp.) di Dusun Lewong, Desa Rante Alang, Kec. Larompong, Kab. Luwu Oleh : NIRMALA G411 08 300 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)
TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun
TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :
Lebih terperinciMetamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa
Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima
Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus
TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal
Lebih terperinciGambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila
I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Capung
TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciSegera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati
Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati Ika Ratmawati, SP. POPT Ahli Muda Pendahuluan Alunan lagu nyiur hijau menggambarkan betapa indahnya tanaman kelapa yang berbuah lebat dan melambaikan nyiurnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong
TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciPetunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono
Petunjuk Praktikum Entomologi Dasar ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono Laboratorium Entomologi Dasar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum
TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciInventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)
INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb) Ria Rosdiana Hutagaol Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : riarose.h@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang
5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur
TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciPenggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi (Coffea spp.) Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% diekspor sedangkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga
TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian
Lebih terperinciLampiran 1 Skenario Pengujian Sesuai dengan Rule No. Gejala Identifikasi Pakar Identifikasi Sistem CF
LAMPIRAN 18 Lampiran 1 Skenario Pengujian Sesuai dengan Rule 1 Ditemukan gerigitan dalam Belalang potongan yang besar pada daun. Belalang (Valanga (Valanga Ditemukan gerigitan pada pinggiran nigricornis)
Lebih terperinciDAUR HIDUP HEWAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD. Disusun oleh: Taufik Ariyanto /
DAUR HIDUP HEWAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD Disusun oleh: Taufik Ariyanto / 101134063 P ernahkah kamu melihat perkembangan hewan yang hidup di lingkunganmu? Jika kamu memelihara hewan, kamu pasti
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu
Lebih terperinciTAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)
TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,
TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan
Lebih terperinciFILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI
FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah
Lebih terperinciKumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa Oleh : Rudy Trisnadi,
Lebih terperinciPENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya
PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera
Lebih terperinciHAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India
Lebih terperincibiologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi
23 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri SET 23 ANIMALIA 3 1. Bersegmen metameri 2. Peredaran darah terbuka 3. Tidak punya Hb, tetapi memiliki haemocyanin
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut : Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda :
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutu daun R. maidis mulai menyerang tanaman jagung dan membentuk koloni sejak tanaman berumur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat
16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Morfologi Capung Capungdiklasifikasikankedalam kingdom animalia, kelasinsekta, ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies) dansubordozygopteraa (damselflies)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.
Lebih terperinci1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat
1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciHAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama
HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA Amini Kanthi Rahayu, SP POPT Ahli Pertama Latar Belakang Berbagai hama serangga banyak yang menyerang tanaman kelapa, diantaranya kumbang badak Oryctes
Lebih terperinciMUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK
MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA Abdul Azis Wadia 1), Rida Iswati 2), Wawan Pembengo 3)**) ABSTRAK Abdul Azis Wadia/613408001. Predator Pada Tanaman Padi (Oryza
Lebih terperinciPraktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1
CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga
Lebih terperinciAGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)
AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciHercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh
Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.
Lebih terperinciLepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI
Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian yang dilakukan dalam mengontrol populasi Setothosea asigna dengan menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Susanto dkk., 2010), Konsep ini bertumpu pada monitoring
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT
PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada
Lebih terperincicommit to users I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resistensi Tanaman Terhadap Serangan Hama Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama/penyakit adalah sekelompok faktor yang pada hakekatnya telah terkandung dalam tanaman
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk
Lebih terperinciPengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT
Pengendalian serangga hama Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT 1. Pengendalian secara silvikultur -Mengatur komposisi tegakan (hutan campuran)
Lebih terperinciUntuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:
Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis) Kumbang koksi adalah salah satu serangga dari ordo Coleoptera. Famili Coccinellidae secara umum mempunyai bentuk tubuh bulat, panjang tubuh
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan
63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng. Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng merupakan kawasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4
TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Raven (1992) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Anthophyta : Monocotyledonae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Perkebunan
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) berasal dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Perkebunan kelapa sawit pertama dibuka
Lebih terperinci2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat
Lebih terperinciBAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua
BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciGambar 1. Koloni Trigona sp
BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,
Lebih terperinci